• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI TUNTUTAN GANTI RUGI WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPARASI TUNTUTAN GANTI RUGI WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM SKRIPSI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI TUNTUTAN GANTI RUGI WANPRESTASI DAN

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Komprehensif Pada Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh : M. ARIFAL KHADAVY 02011281621191

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2020

(2)

ii

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM KAMPUS INDRALAYA

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : M. ARIFAL KHADAVY NIM : 02011281621191

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA

JUDUL SKRIPSI

“KOMPARASI TUNTUTAN GANTI RUGI WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM”

Secara substansi telah disetujui untuk mengikuti Ujian Komprehensif Indralaya, Februari 2020 Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. H. Murzal Zaidan, S.H., M.HUM Hj. Mardiana, S.H.,M.H. NIP :196003121989031002 NIP :198208112014042001

Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Perdata

Sri Turatmiyah, S.H., M.HUM NIP :1965110119920332001

(3)

iii

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM KAMPUS INDRALAYA

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : M. Arifal Khadavy Nim : 02011281621191

Tempat/Tanggal Lahir : Pendopo, 21 September 1998 Fakultas : Hukum

Strata Pendidikan : Strata 1 (S1) Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Perdata

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya diajukan untuk memperoleh gelar di Perguruan Tinggi manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Skripsi ini juga tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya dipublikasikan atau ditulis siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.

Demikian pernyataan ini telah saya buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti saya telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan saya ini, saya bersedia menanggung segala akibat yang timbul dikemudian hari dengan ketentuan yang berlaku.

Indralaya, Februari 2020 M. Arifal Khadavy

(4)

iv

Motto dan Persembahan

“Be The BEST Form of Yourself”

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Orang tua serta keluarga besar

 Sahabat

 Rekan-rekan seperjuangan

(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrahim

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga penulis utarakan kepada nabi terakhir Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini dan semoga kita menjadi pengikut setiaNya hingga akhir zaman. penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana hukum pada program studi ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Skripsi yang penulis buat ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari berbagai pihak. Peulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan bagi semua pihak, terutama para pembaca.

Indralaya, Februari 2020 Penulis,

M. Arifal Khadavy 02011281621191

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, serta saran dan juga motivasi dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, serta memberi semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Anis Saggaff, MSCE., selaku Rektor Universitas Sriwijay; 2. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universita

Sriwijaya;

3. Bapak Dr. Mada Apriandi, S.H., MCL, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

4. Bapak Dr. Ridwan S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Bapak Drs. H. Murzal, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, dan pembimbing Utama Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;

(7)

vii

6. Ibu Mardiana, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing kedua yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Ibu Vera Novianti, S.H., M.Hum., selaku Pengasuh Akademik yang tak henti memberikan saran, nasihat, dan dukungan selama perkuliahan ini;

8. Ibu Sri Turatmiyah, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Studi Hukum Perdata; 9. Semua Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama

penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya; 10.Seluruh Staff Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang telah

membantu penulis dalam hal persiapan skripsi ini;

11.Keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan. Ayah saya, Robby Kurniawan. dan Ibu saya Winarni serta kedua saudara kandungku M. Andhika Arkana dan M. Rayhan Zuta terimakasih telah ada untuk penulis, memberikan dukungan secara fisik dan mental. Keluarga Mulkan TKS yang senantiasa membantu dan memberikan motivasi, semangat dan doa kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini;

12.Mrs. Karlita yang telah menuntun, memberikan semangat dan peringatan keras serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dan menjadi pengawas kebiasaan buruk penulis agar penulis menjadi pribadi yang lebih kuat lagi;

13.Rekan kuliah penulis, Kris Juliantika, Fitria Amini, Yolanda Amanda, Putri Eldila, Wira Jaya, Bima Aprianto, Irwan Falezia, Febriansyah;

14.Teman-teman seperjuangan PLKH Kelas D dan KKL khususnya Ulik, Febri, Aji, Jeanny, Lihun, dan Pembimbing KKL Ibu Helmanida, S.H., M.Hum,

(8)

viii

Pejabat serta staff di Kantor Wilayah Kemenkumham Sumsel terimakasih telah memberikan pengalaman kerja nyata luar biasa sangat bermanfaat;

15.“Brother from another mother”, G7X; 16.Sahabat lama, GenusF;

17.Teman-teman seangkatan 2016 yang tak dapat disebutkan satu persatu di jurusan Hukum Program S1 Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya atas dukungan, perhatian, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini serta memberikan informasi-informasi penting selama masa perkuliahan;

18.Dan pihak-pihak lain yang baik secara langsung atau tidak langsung telah ikut membantu dalam proses pembelajaran penulis selama ini.

Semoga amal ibadah yang diberikan semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Halaman Motto dan Persembahan... iv

Kata Pengantar ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Daftar Isi ... ix Abstrak ... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 11 1. Manfaat Teoritis ... 11 2. Manfaat Praktis ... 11 E.Ruang Lingkup ... 12 F. Kerangka Teori ... 12 1. Teori Wanprestasi ... 12

2. Teori Perbuatan Melanggar Hukum ... 13

3. Teori Tanggung Jawab ... 14

4. Teori Perlindungan Hukum ... 17

G. Metode Penelitian ... 17

1. Jenis Penelitian ... 18

2. Metode Pendekatan ... 18

3. Sumber Bahan Hukum ... 19

(10)

x

5. Analisis Bahan Hukum ... 20

6. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 21

H. Sistematka Penulisan ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 23

A.Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi ... 23

1. Pengertian Wanprestasi ... 23

2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi ... 24

3. Macam-Macam Wanprestasi ... 25

4. Saat Terjadinya Wanprestasi... 26

5. Somasi ... 28

6. Akibat Wanprestasi ... 30

7. Sanksi Bagi Debitur yang Wanprestasi ... 30

B. Tinjauan Umum Tentang Perbuatan Melanggar Hukum ... 32

1. Pengertian Perbuatan Melanggar Hukum ... 32

2. Unsur-Unsur Perbuatan Melanggar Hukum ... 33

3. Teori Sebab Akibat ... 38

C. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab ... 42

1. Pengertian Tanggung Jawab ... 42

2. Prinsip Umum Tanggung Jawab ... 43

D.Tinjauan Umum Tentang Ganti Rugi Menurut Hukum Perdata ... 46

1. Ganti Rugi dalam Sengketa Wanprestasi ... 47

2. Ganti Rugi dalam Sengketa Perbuatan Melanggar Hukum ... 49

BAB III PEMBAHASAN... 51

A.Pengaturan Tuntutan Ganti Kerugian dalam Sengketa Wanprestasi dan Sengketa Perbuatan Melanggar Hukum ... 51

B. Perbedaan antara Tuntutan Ganti Kerugian Wanprestasi dan Perbuatan Melanggar Hukum ... 55

(11)

xi

C. Cara Menetukan Jumlah Ganti Rugi Sengketa Wanprestasi dan Perbuatan

Melanggar Hukum ... 71

BAB IV PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

(12)

xii

ABSTRAKSI

Penulisan penelitian ini berjudul Komparasi Tuntutan Ganti Rugi Wanprestasi dan Perbuatan Melanggar Hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan, perbandingan serta cara menentukan jumlah dalam tuntutan ganti rugi yang diterapkan pada sengketa wanprestasi dan sengketa perbuatan melanggar hukum. Metode penelitian ini menggunakan metode penilitian hukum normatif, dimana penelitian meneliti aturan - aturan hukum, asas - asas, maupun doktrin - doktrin hukum tentang perikatan, wanprestasi serta perbuatan melanggar hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) perbedaan secara garis besar antara tuntutan ganti rugi dalam sengketa wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum, yaitu ruang lingkup, bentuk, serta sifat ganti kerugiannya. Lalu, perbedaan pengaturan mengenai cara menentukan jumlah ganti kerugian yang di derita pada kedua sengketa telah diatur secara jelas di dalam Kitab Undang - undang Hukum Perdata.

Kata Kunci : Wanprestasi, perbuatan melanggar hukum, Ganti Rugi

Indralaya, Januari 2020

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. H. Murzal Zaidan, S.H., M.HUM Hj. Mardiana, S.H.,M.H. NIP :196003121989031002 NIP :198208112014042001

Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Perdata

Sri Turatmiyah, S.H., M.HUM NIP :1965110119920332001

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum yang menganut sistem hukum civil law, dimana sumber hukum dalam arti formalnya berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, traktat, doktrin atau pendapat ahli dan kebiasaan. Dalam bidang hukum perdata, salah satu sumber hukum formal yang berlaku adalah Kitab Undang -Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah membedakan secara jelas antara perikatan yang timbul akibat adanya perjanjian dan perikatan yang timbul akibat undang-undang. Perikatan yang timbul akibat dari perjanjian merupakan perikatan yang memang telah dikehendaki oleh para pihak yang sepakat mengikatkan diri mereka. Sedangkan perikatan yang timbul akibat dari adanya undang - undang bisa saja tidak dikehendaki oleh para pihak yang terikat, akan tetapi undang - undang yang menentukan antara hubungan serta akibat hukumnya.

(14)

2

Dalam bidang hukum perdata, hukum perikatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam hubungan-hubungan hukum di bidang harta kekayaan yang dilakukan sehari-hari.1

Hukum perikatan diatur dalam Buku III BW (Buku III KUHPerdata) yang secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu pertama, perikatan pada umumnya, baik yang lahir dari perjanjian maupun yang lahir dari undang-undang dan yang kedua, adalah perikatan yang lahir dari perjanjian-perjanjian tertentu.2

Ketentuan tentang perikatan pada umumnya ini berlaku juga terhadap perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian tertentu, seperti jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan lain-lain. Bahkan ketentuan tentang perikatan pada umumnya, ini berlaku pula sebagai ketentuan dasar atas semua perjanjian yang dibuat oleh para pihak, yang jenis perjanjiannya tidak diatur dalam BW sehingga perjanjian apapun yang dibuat acuannya adalah pada ketentuan umum tentang perikatan sebagaimana diatur dalam Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 BW.3

Perikatan dikatakan sebagai hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, dimana peran kedua pihak adalah pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi

1Miru Ahmadi dan Pati Sakka, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456

BW, Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2018, hlm.1 2Ibid.

(15)

3

tuntutan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.4

Oleh karena hubungan antara debitur dan kreditur ini merupakan hubungan hukum, maka ini berarti bahwa hak si kreditur itu dijamin oleh hukum (undang - undang). Hal ini dipertegas lagi berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah dan dalam hal itu salah satu pihak tidak memenuhi tuntutan lawannya secara sukarela, kreditur dapat menuntutnya di pengadilan.5

Dalam suatu kontrak baku sering dijumpai bahwa pihak telah bersepakat untuk menyimpang dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1266 Kitab Undang - undang Hukum Perdata. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjiian tersebut tidak perlu dimintakan pembatalan kepada hakim, tetapi dengan sendirinya sudah batal demi hukum. Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi, beberapa ahli hukum berpendapat sebaliknya, bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim dengan alasan antara lain bahwa sekalipun

4Setiawan I Ketut Oka, Hukum Perikatan, Jakarta : Sinar Grafika, 2015, hlm 1 5Ibid, hlm. 2

(16)

4

debitur sudah wanprestasi hakim masih berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian.6

Untuk melihat persoalan ini dengan jernih, penerapan klausula yang melepaskan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang - undang Hukum Perdata harus dilihat kasus demi kasus. Dalam kasus yang melibatkan pelaku usaha dan konsumen, memang perlu diberikan perlindungan hukum kepada dari tindakan sepihak yang dilakukan oleh pelaku usaha tanpa melalui putusan hakim. Akan tetapi, dalam kasus antara pelaku usaha melawan pelaku usaha atau business to businness perlu adanya kepastian hukum agar para pihak mentaati hak dan kewajibannya.7

Terhadap penuntutan hak di pengadilan, orang yang merasa haknya telah dilanggar dan merasa dirugikan maka dapat diajukan gugatan atau menggugat kepada pengadilan. Gugatan dapat disimpulkan sebagai suatu tuntutan hak dari setiap orang atau pihak (kelompok) atau badan hukum yang merasa hak dan kepentingannya dirugikan dan menimbulkan perselisihan yang ditujukan kepada orang lain atau pihak lain yang menimbulkan kerugian itu melalui pengadilan.8 Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang

6Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta : KENCANA Prenadamedia Group, 2008. hlm. 63

7Ibid, hlm. 64

(17)

5

diberikan oleh pengadilan untuk mencegah eigenrichting. Orang yang mengajukan tuntutan hak memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan hukum.9

Apabila atas perjanjian yang disepakati terjadi pelanggaran, maka dapat diajukan gugatan wanprestasi, karena ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian. Apabila tidak ada hubungan kontraktual antara pihak yang menimbulkan kerugian dan pihak yang menderita kerugian, maka dapat diajukan gugatan perbuatan melanggar hukum. Menurut teori klasik yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melanggar hukum, tujuan gugatan wanprestasi adalah untuk menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tersebut terpenuhi (put the plaintiff to the position if he would have been in had the contract been performed). Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan atau disebut dengan istilah expectation loss atau winstderving. Sedangkan tujuan gugatan perbuatan melanggar hukum adalah untuk menempatkan posisi penggugat kepada semula sebelum terjadinya perbuatan melanggar hukum. Sehingga ganti rugi yang diberikan adalah kerugian yang nyata atau reliance loss.10

Surat gugatan bentuknya tidak selalu tertulis, dapat juga diajukan secara lisan, misalnya apabila pihak penggugatnya buta huruf atau cacat secara fisik/jasmani,

9Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 2009, hlm. 52 10Suharnoko, Op. cit, hlm. 118

(18)

6

seperti buta. Namun demikian, apabila gugatan diajukan secara lisan, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 120 HIR (Het Herziene Indonesia Reglement) yang berbunyi :

“Jika penggugat tidak cakap menulis, maka tuntutan boleh diajukan secara lisan kepada ketua pengadilan negeri; Ketua itu akan mencatat tuntutan itu atau menyuruh mencatatnya.’’

Namun sebelum diajukannya gugatan wanprestasi ke pengadilan, hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak si berhutang ini harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkansi berhutang itu, bahwa si berpiutang menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek.11 Biasanya peringatan (somatie) itu dilakukan oleh seorang jurusita dari pengadilan, yang membuat proses verbal tentang pekerjaannya itu, atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawat, asal saja jangan sampai dengan mudah dimungkiri oleh si berhutang.12 Peringatan tidak perlu, jika si berhutang pada suatu ketika sudah dengan sendirinya dapat dianggap lalai. Misalnya dalam hal perjanjian untuk membikin pakaian mempelai, tetapi pada hari perkawinan pakaian tersebut belum selesai dibuat. Dalam hal ini meskipun prestasi itu dilakukann si berhutang, tetapi karena tidak menurut perjanjian, maka prestasi yang dilakukan itu dengan sendirinya dapat dianggap suatu kelalaian. Ada kalanya, dalam kontrak itu sendiri sudah ditetapkan,

11Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata.Jakarta : PT Intermasa. 2010. hlm. 147 12Ibid.

(19)

7

kapan atau dalam hal - hal mana si berhutang dapat dianggap lalai. Di sini tidak diperlukan suatu somatie atau peringatan.13

Berdasarkan ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata, cara memberikan somasi itu adalah dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu surat perintah pemberitahuannya dilakukan oleh jurusita sedangkan mengenai akta sejenis itu ada dua pendapat yaitu :

1.Suatu peringatan tertulis dengan kata - kata yang keras; 2.Suatu perbuatan hukum dan karenanya tidak perlu ditulis.14

Peringatan Pasal 1238 KUH Perdata adalah peringatan tertulis. Penyampaian Somasi melalui juru sita dipandang lebih aman karena ada berita acara penyampaiannya.15

Dalam perbuatan ingkar janji atau wanprestasi, terdapat beberapa bentuk perbuatan wanprestasi tersebut. Bentuk-bentuk wanprestasi tersebut antara lain adalah :

a. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya.

b. Tidak memenuhi prestasi, artinya prestasi itu tidak hanya terlambat, tetapi juga tidak bisa lagi dijalankan. Hal semacam ini disebabkan karena :

13Ibid.

14Setiawan I Ketut Oka, Op.cit. Hlm. 38 15Ibid.

(20)

8

1) Pemenuhan prestasi tidak mungkin lagi dilaksanakan karena barangnya telah musnah;

2) Prestasi kemudian sudah tidak berguna lagi, karena saat penyerahan mempunyai arti yang sangat penting. Misalnya pesanan gaun pengantin pada waktu perkawinan.16

c. Memenuhi prestasi tidak sempurna, artinya prestasi diberikan, tetapi tidak sebagaimana mestinya.17

Perlu dijelaskan disini tentang “tidak dapat atau tidak sempurna memenuhi suatu perikatann tidak selamanya merupakan suatu wanprestasi”. kecuali memenuhi dua unsur yaitu adanya peringatan (aanmaning atau somatie) dan unsur jika prestasi tidak dapat dilaksanakan karena adanya keadaan memaksa (overmacht).18

Sedangkan pada gugatan perbuatan melanggar hukum tidak perlu diajukan somasi terlebih dahulu. Gugatan perbuatan melangggar hukum dapat diajukan langsung ke pengadilan. Dalam KUHPerdata, unsur-unsur perbuatan melanggar hukum yakni, adanya perbuatan, perbuatan tersebut melanggar hukum, ada

16Ibid, hlm 19

17Ibid. 18Ibid, hlm 20

(21)

9

hubugan sebab dan akibat antara perbuatan melawn hukum dan kerugian, adanya kesalahan, dan terdapat kerugian.19

Dalam praktiknya pembuatan gugatan antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melanggar hukum banyak sekali kekeliruan yang terjadi, dimana pihak penggugat yang mengalami sengketa wanprestasi menyebutkan dalil - dalil yang berisikan gugatan perbuatan melanggar hukum, dan sebaliknya pihak penggugat yang mengalami sengketa perbuatan melanggar hukm malah menyebutkan dalil - dalil yang berisikan gugatan wanprestasi. Hal tersebut merupakan celah dimana pihak lawan atau pihak tergugat akan menggunakannya untuk memenangkan perkara tersebut dan bebas dari tuntutan ganti kerugian.

Berbicara tentang ganti rugi, ketika seseorang membuat gugatan maka ada bagian yang disebut dengan petita. Bagian tersebut merupakan bagian dimana pihak penggugat mencantumkan keadaan kerugian yang dideritanya dan menuntut pihak lawan atau pihak tergugat untuk membayar kerugian yang diderita agar kembali kepada keadaan semula. Namun, yang menjadi persoalan berikutya adalah apakah yang menjadi tuntutan rugi suatu gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melanggar hukum, apakah yang membedakan tuntutan ganti rugi pada sengketa wanprestasi dengan tuntutan ganti rugi pada sengketa perbuatan melanggar hukum. Serta apa saja yang menjadi batasan saat menuntut ganti rugi kepada pihak lawan atau pihak tergugat, baik itu dalam sengketa wanprestasi

(22)

10

maupun sengketa perbuatan melanggar hukum. Dalam pembahasan penelitian ini penulis akan memfokuskan pada tuntutan yang diajukan dalam lingkup lingkungan, terutama pada sengketa lahan pertambangan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, membahas serta mengangkatnya menjadi sebuah karya tulis yang berjudul

“ANALISIS KOMPARASI TUNTUTAN GANTI RUGI DALAM WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM”

B. RUMUSAN MASALAH

Pokok permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini meliputi dua hal berikut, yaitu :

1.Bagaimana pengaturan tuntutan ganti kerugian dalam sengketa wanprestasi dan sengketa perbuatan melanggar hukum dalam KUHPerdata?

2.Apa perbedaan antara tuntutan ganti kerugian sengketa wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum?

3.Bagaimana cara menentukan jumlah ganti kerugian sengketa wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum?

(23)

11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dibuatnya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui serta memahami apa yang menjadi batasan nilai tuntutan ganti rugi antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melanggar hukum.

2. Untuk mengetahui perbedaan tuntutan ganti rugi dalam gugatan wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka penulis berharap penelitian ini memiliki manfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi masyarakat umum. Manfaat peneletian ini meliputi :

1.Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian untuk mengembangkan wawasan hukum khusunya dalam hukum perikatan; 2.Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai wawasan bagi masyarakat yang akan beracara dibidang perdata khususnya dalam merumuskan tuntutan ganti rugi dalam pengajuan gugatan wanprestasi maupun gugatan perbuatan melanggar hukum.

(24)

12

Ruang lingkup pada penelitian ini difokuskan kepada perbandingan tuntutan ganti rugi gugatan wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum.

F. Kerangka Teori 1. Teori Wanprestasi

Wanprestasi artinya tidak memenuhi atau lalai dalam melaksanakan sesuatu yang diwajibkan atau prestasi, seperti yang telah disepakati dalam suatu perikatan.20

Tidak dipenuhinya suatu kewajiban atau prestasi oleh debitur disebabkan dua kemungkinan alasan, yaitu:

a) Karena kesalahan debitur, baik sengaja tidak dipenuhi maupun karena ketidaksengajaan atau kelalaian dari pihak debitur;

b) Karena adanya keadaan yang memaksa (overmacht), force majeur, yang artinya keadaan tersebut berada diluar kemampuan dari pihak debitur.21

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pihak debitur wanprestasi apabila:

20Hariri Wawan Muhwan, Hukum Perikatan, Dilengkapi Hukum dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia,2011.hlm.103

(25)

13

a) Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dalam perikatan;

b) Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dalam perikatan;

c) Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dalam perikatan.

2. Teori Perbuatan Melanggar Hukum

Menurut H.R. 1919 perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang disebutkan sebagai berikut:22

a) Melanggar hak orang lain. Hak orang lain, bukan semua hak, tetapi hanya hak-hak pribadi, seperti integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain, serta hak-hak absolut, seperti hak kebendaan, octroi, nama perniagaan, hak cipta, dan lain-lain;

b) Bertentangan dengan kewajban hukum pelaku. Kewajiban hukum hanya kewajiban yag dirumuskan dalam aturan undang-undang;

c) Bertentangan dengan kesusilaan. Artinya, perbuatan yang dilakukan seseorang bertentangan dengan sopan santun yang tidak tertulis, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;

(26)

14

d) Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat. Aturan tentang kecermatan terdiri atas dua kelompok yaitu: 1) Aturan-aturan yang mencegah orag lain terjerumus dalam bahaya; 2) Aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain ketika hendak

menyelenggarakan kepentingannya.

3. Teori Tanggung Jawab

Dalam kamus hukum, terdapat dua kata yang merujuk pada pertanggungajawaban yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility mengarah pada pertanggungjawaban dibidang politik.

(27)

15

Prinsip-prinsip umum tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan menjadi :23

a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability based on fault) adalah prinsip umum yang berlaku baik dalam hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1367, prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya apabila seseorang tersebut secara hukum telah melakukan kesalahan. Contohnya pada Pasal 1365 yang sering disebut dengan Pasal tentang perbuatan melanggar hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok yaitu, adanya perbuatan, adanya unsur kesalahan, adanya kerugian yang diderita, adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. b. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini menyatakan bahwa bagi pihak Tergugat akan selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle) hingga ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

23Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006, hlm.73-79.

(28)

16

c. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Bertolak belakang dengan prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, prinsip ini hanya dikenal didalam lingkungan transaksi konsumen yang sangat terbatas.

d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut. Namun, ada para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Ada pendapat yang menyatakan bahwa strict liability merupakan prinsip tanggung jawab yang mentapkan kesalahan bukanlah suatu faktor utama yang menentukan seseorang harus bertanggung jawab atau tidak. Namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk seseorang tersebut dapat dibebaskan dari tanggung jawabnya, contohnya adalah apabila terdapat keadaan yang memaksa. Sedangkan dalam tanggung jawb absolut tidak mengenal adanya pengecualian yang memungkinkan seseorang untuk dapat terbebas dari tanggung jawabnya.

e. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan

Prinsip ini merupakan prinsip favorit bagi pelaku usaha untuk dimuat dalam kontrak perjanjian yang dibuat olehnya. Prinsip ini kerap dijadikan sebagai klausula eksonerasi atau dapat diartikan sebagai

(29)

17

klausula pengecualian kewajiban atau tanggung jawab dalam sebuah perjanjian.

4. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan perlindungan terhadap harkat serta martabat, dan juga pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang dapat melindungi suatu hal dariya.

Perlindungan hukum merupakan pemberian pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan pada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak mereka yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum dapat juga diartikan sebagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberika rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.24

G. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip serta tata cara dalam memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan hati-hati, tekun, serta tuntas mengenai suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Dengan kata lain, metode penelitian merupakan suatu proses, prinsip

(30)

18

serta tata cara untuk memecahkan gejala atau masalah yang dihadapi dalam melakukan suatu penelitian.25

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang didukung data lapangan. Penelitian hukum normatif ialah penelitian yang meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek penelitiannya adalah norma hukum.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan adalah cara pandang peneliti dalam memilih ruang pembahasan yang dirasa mampu memberi penjelasan terhadap uraian suatu substansi karya ilmiah. Umumnya, metode pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian hukum normatif yaitu, pendekatan perundang-undangan, pendekatan sejarah, pendekatan konsep, pendekatan kasus,dan perbandingan komparatif atau perbandingan.26

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan atau memilih metode pendekatan berikut:

25Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI press. 1998.hlm.6 26Ibid, hlm. 156

(31)

19

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach), dimana pendekatan ini dilakukan dengan cara menelaah perundang-undangan yang berlaku terhadap isu penelitian.27

b. Pendekatan konseptual (Conceptual Approach), dalam pendekatan ini penulis akan menelusuri sumber hukum sekunder yang memberi berbagai informasi tentang konsep yang terdapat dalam buku-buku hukum, artikel-artikel hukum, ensiklopedi hukum.28

c. Pendekatan kasus (Case Approach) yakni pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah kasus-kasus terkait dengan isu yang dihadapi dan telah menjadi putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap.29

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer yang penulis gunakan adalah Kitab Undang - Undang Hukum Perdata atau KUHPerdata.

b. Bahan Hukum Sekunder yang penulis gunakan ialah, buku-buku hukum, artikel-artikel hukum, literatur, skripsi, makalah, disertasi dan bahan-bahan

27 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011, hlm.93

28Ibid. 29Ibid.

(32)

20

hukum lainnya yang penulis baca sebagai informasi guna memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tersier yang penulis gunakan ialah, ensiklopedi hukum guna untuk memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Penulis menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum dengan cara mencari, menelaah serta mengidentifikasi bahan hukum primer yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Kemudian penulis menggunakan bahan hukum sekunder sebagai penjelasan atas bahan hukum sekunder. Kedua sumber bahan hukum tersebut ditunjang oleh bahan hukum tersier seperti putusan pengadilan maupun perundang-undangan yang berlaku.

5. Analisis Bahan Hukum

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisis bahan hukum dengan teknik sebagai berikut:

a. Teknik Deskriptif, yaitu tipe analisis bahan hukum yang akan mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan isu atau objek penelitian, lalu dilihat bagaimana pelaksanaannya dilapangan. b. Teknik Komparatif, penulis membandingkan perbedaan bahan hukum

yang berkaitan dengan objek penelitian penulis dalam hal ini ganti rugi wanprestasi dengan ganti rugi perbuatan melawan hukum.

(33)

21

6. Teknik Penarikan Kesimpulan

Penulis dalam menarik kesimpulan pada penelitian ini menggunakan cara berfikir deduktif. Artinya, penulis berawal pada pemikiran yang mendasar terlebih dahulu, kemudian penulis akan menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini penulis memberikan gambaran atau garis besar penelitian agar dapat memudahkan pembaca untuk mempelajari seluruh isinya. Sistematika Penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I

Terdiri atas pendahuluan yang menguraikan latar belakang

masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka teori dan metode penelitian.

BAB II

Terdiri atas tinjauan pustaka yang berisi penjelasan kerangka teori yang dibahas.

BAB III

Membahas tentang gambaran dari hasil penelitian dan juga analisis terhadap perbedaan dalam tuntutan ganti rugi dalam wanprestasi dan perbbuatan melanggar

(34)

22

hukum. Penulis juga menjelaskan dan membahs tentang bagaimana aspek hukum terhadap pengajuan gugatan perbuatan melanggar hukum terhadap perkara wanprestasi.

BAB IV

Penutup dari penulisan penelitian yang terdiri atas kesimpulan dan saran penulis mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

(35)

23

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

___________________, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fuady Munir, 2001, Hukum Kontrak (dari sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti.

_________________, 2002, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

_________________, 2017, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI.

Hariri Wawan Muhwan, 2011, Hukum Perikatan, Dilengkapi Hukum dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Hernoko Agus Yudha, 2010, Hukum Perjanjian, Jakarta: Pena Grafika.

Hutagalung Sophar Maru, 2010, Praktik Peradilan Perdata, Jakarta : Sinar Grafika. Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III

Tentang Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung: Penerbit Alumni.

Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak, Bandung: PT. Mandar Maju.

Miru Ahmadi dan Pati Sakka, 2018, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Depok : PT Raja Grafindo Persada.

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika. Rosa Agustina, 2014, Perbuatan Melawan Hukum, Depok: Penerbit Pasca Sarjana

Universitas Indonesia.

R. Subekti, 1970, Hukum Perjanjian, Jakarta: Pembimbing Masa. Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti. Setiawan, 1999, Pokok-pokok Hukum Perjanjian, Jakarta: Putra Abadin. ________, 2015, Hukum Perikatan, Jakarta : Sinar Grafika.

(36)

24

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soerjono Soekamto, 1998, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI press. Subekti, 2005, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa.

_______, 2010, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT Intermasa.

Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty. Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta : KENCANA

Prenadamedia Group.

Titik Triwulan dan Shinta Febrian, 2010, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wirjono Projodikoro, 1986, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Bale. _________________, 2002, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung: Sumur.

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Terjemahan R. Subekti dan R. Tijtrosudibyo) Herziene Inlandsch Reglement (HIR)

C. JURNAL

Gita Anggreina, 2018, Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad) Menurut Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Perkembangannya, Lex Privatum, Vol. VI, No. 5.

D. KAMUS

Referensi

Dokumen terkait

Berat material yang dikemas dibandingkan dengan berat sebelum dikemas, dikenal sebagai packing coeficient yang harganya bervariasi untuk berbagai jenis bulk material dari

Pengolahan data penggajian pada instansi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara masih manual, sederhana dan membutuhkan waktu yang lama dalam pengolahan datanya yaitu menggunakan

untuk melaksanakan riset dalam rangka penyusunan Skripsi selama 2 Bulan dari tanggal 10 September s/d 10 November 2020 dengan judul:.. Persepsi Masyarakat Tanjung Seloka

(3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah

2) sebagai Kepala Kamar Mesin (KKM) di kapal dengan tenaga penggerak utama lebih dari 3000 kW (tiga ribu Kilowatt) pada daerah pelayaran semua lautan setelah

Namun demikian, potensi biomassa dan karbon total tegakan pada tipe agrosilvopastura dan agrosilvicultura di kawasan penyangga ini, masing-masing sekitar 16,4 dan 7,3 kali

Jika sistem budaya dimaknai sebagai sistem perilaku, maka sistem budaya masyarakat di Desa Silo Lama identik dengan sistem nilai yang dibangun oleh Syekh Silo melalui tarekat

Canvas Business Model adalah salah satu alat untuk membantu kita melihat lebih akurat bagaimana rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani.. Dengan alat ini kita