• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAKARAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TAKARAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

P

ENGARUH

T

AKARAN

M

ULSA

T

ERHADAP

P

ERTUMBUHAN DAN

P

RODUKSI

S

AWI

(Brassica juncea L.)

Effects of Mulches on The Growth and Yield of Mustard (Brassica juncea L.)

Oleh:

Samiati

1)

, Andi Bahrun

2*)

, dan La Ode Safuan

2)

1)Alumni Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu 2)Dosen Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu

*) Alamat surat-menyurat:abahrun@yahoo.com

ABSTRACT. The aim of this research was to studi the effect of various doses of rice straw mulch on the growth

and yield of mustard. The research and carried out in screen house at Pentiro village, Napabalano District, Muna Regency, Southeast Sulawesi Province, held for tree month, from May to July 2011. The research was arranged base on randomized block design (RBD) consisting of three levels, i.e. without mulch, straw rice mulch5 t ha-1of

rice straw mulch or equals to 45 g polybag-1 and 10 t ha-1rice straw mulch or equals to 90 g polybag-1. Variable

observed were plants height (cm), number of leaf (strands), leaf area (cm2), fresh plant weight, weight of fresh

root, plants dry weight, root dry weight, and environmental components i.e. soil moisture, and soil temperature.All data were analyzed based on Analysis of Variance (ANOVA) at 95% confidence level. In significant defferent, followed by Honestly Significant Different (HSD) test at 95% confidence level. The result of research showed that the treatment rice straw mulch gave highly significant difference to all variable recorder, such as plant height, number of leaf, leaf area, fresh plant weight, weight of fresh root, plants dry weight, root dry weight, and yield. The rice straw mulch of 10 t ha-1gave the highest average fresh weight of plants amounted to 178.33

g plant-1or equals to 12.48 t ha-1.

Key words: watering interval, rice straw mulch, growth, production, mustard

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh takaran mulsa jerami padi yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan produksi sawi. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna yang berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 3 (tiga) taraf yaitu tanpa mulsa jerami padi, mulsa jerami padi 45 g polybag-1atau 5 t ha-1dan mulsa jerami padi 90 g polybag-1atau 10 t ha-1. Variabel yang

diamati terdiri atas tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), bobot segar tanaman segar, bobot

segar akar , bobot kering tanaman, bobot kering akar dan komponen lingkungan yang terdiri atas kadar air tanah dan suhu tanah. Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % akan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan takaran mulsa jerami berpengaruh terhadap semua variabel yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi). Takaran mulsa jerami 10 t ha-1memberikan produksi rata-rata berat

segar 178,33 g tanaman-1atau 12,48 t ha-1.

Kata-kata kunci: interval pemberian water, mulch, growth, production, mustard

PENDAHULUAN

Sawi merupakan salah satu komoditas sayuran yang termasuk banyak penggemarnya, mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Sayuran sawi dapat dikonsumsi, baik setelah diolah maupun sebagai lalapan. Tanaman sawi merupakan sayur-an penting karena mempunyai rasa ysayur-ang enak dan banyak mengandung vitamin dan mineral.

Berdasarkan data statistik pertanian

bahwa luas panen tanaman sawi di Sulawesi

Tenggara mencapai 136,6 ha dan rata-rata pro-duksinya baru mencapai 0,585 t ha-1. Produksi

tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan

produksi nasional yang mencapai 8–10 t ha-1

(BPS, 2007). Rendahnya hasil tanaman sawi di Sulawesi Tenggara disebabkan tingkat kesuburan tanah rendah dengan cekaman air karena budi-daya sawi dilakukan di lahan kering pada musim kemarau. Usaha pemanfaatan lahan kering di Sulawesi Tenggara khususnya di kabupaten Muna membutuhkan teknologi budidaya yang spesifik karena keterbatasan air akibat curah hujan yang

(2)

rendah dengan fluktuasi yang tinggi. Partoharajo

et al. (1993), curah hujan yang rendah dan

umumnya bersifat eratik merupakan kendala utama bagi pengembangan tanaman pangan dilahan kering. Kendala utama pertanian di lahan kering adalah ketersediaan air yang sangat ter-batas. Air bagi tanaman merupakan sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara optimal tanpa ketersediaan air yang memadai.

Budidaya sawi di lahan kering pada musim kemarau dengan evaporasi yang tinnggi akan mengakibatkan tanaman sawi kekurangan air. Purwowidodo (1983) untuk mengendalikan penguapan air maka penggunaan mulsa merupa-kan bahan yang potensial untuk mempertahan-kan suhu, kelembaban tanah, mempertahan-kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

Pemberian mulsa jerami di atas permu-kaan tanah dapat mengurangi evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah. Selain dapat mengurangi kehilangan air dan me-nurunkan suhu, jerami juga dapat memperta-hankan kondisi di sekitar tanaman sehingga kelembaban tanah lebih tinggi (Mayun, 2007). Pemberian mulsa jerami sebanyak 5 t ha-1dapat meningkatkan berat segar, produksi dan hasil tanaman selada (Sulakhudin at al., 2008). Pada tanaman vanili pemberian mulsa berpengaruh terhadap jumlah daun, panjang sulur, jumlah ruas dan bobot basah buah (Syakier et al., 1994).

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh takaran mulsa jerami padi yang ber-beda terhadap pertumbuhan dan produksi sawi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 70 m di atas permukaan laut dengan koordinat 4˚C 15’LS -4˚C30’ serta 122˚C 15BT-123˚C 00’ BT. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi putih, pupuk kandang sapi, jerami padi, polybag, bambu yang digunakan untuk pembuatan rumah plastik, dan plastik transparan yang digunakan sebagai atap rumah plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk percobaan di lapangan, terdiri

dari alat ukur suhu (termometer), pengukur kadar air tanah (soil moisture meter), parang, sabit, cangkul, ember, gayung, gelas ukur, timbangan digital, sprayer, mistar, pisau, meter rol, dan tali rafia, kamera sebagai alat dokumentasi kegiatan selama penelitian dan alat tulis.

Penelitian ini disusun berdasarkan Ran-cangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 3 (tiga) taraf yaitu tanpa mulsa jerami padi (M0), mulsa jerami padi 45 g polybag-1atau 5 t ha-1(M1) dan

mulsa jerami padi 90 g polybag-1atau 10 t ha-1 (M2).

Medium tanaman yang digunakan ada-lah tanah lapisan topsoil. Tanah bahan medium tanam dikeringudarakan selama satu minggu untuk menghilangkan zat-zat beracun dan mem-bunuh mikroorganisme patogen di dalam tanah. Setelah kering udara tanah diayak dengan ayakan 2 mm dicampur hingga homogen lalu ditimbang seberat 18 kg tanah (setara dengan 16,2 kg tanah kering udara) lalu dicampur dengan pupuk kan-dang seberat 90 g pupuk kankan-dang setara 10 t ha-1.

Benih disemaikan di bak persemaian dengan menggunakan medium tanah dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Jarak tanam pada pesemaian adalah 5 x 5 cm. Penanaman sawi dilakukan setelah tanaman me-miliki 4 helai daun. Setiap polybag ditanami satu bibit sawi, yang ditanam secara tegak dan di ba-gian pangkal bibit tanahnya dipadatkan agar per-akarannya dapat kontak langsung dengan tanah.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi sapi diberikan bersamaan persiapan medium tanam dengan perbandingan 18 kg tanah (setara dengan 16,2 kg tanah kering udara) lalu dicampur dengan pupuk kandang seberat 90 g pupuk kandang setara 10 t ha-1.

Sebelum aplikasi, mulsa dikeringangin-kan selama 1 minggu, kemudian dipotong-potong sepanjang 10 cm. Pemberian mulsa dilakukan setelah bibit dipindahkan di polybag. Mulsa di-sebar merata di permukaan tanah dalam polybag dengan takaran sesuai dengan perlakuan masing-masing.

Komponen yang diamati dalam peneliti-an ini tinggi tpeneliti-anampeneliti-an (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2) dilakukan pada umur 1, 2, 3 dan

4 minggu setelah tanam dihitung dengan meng-gunakan persamaan. Sitompul et al. (1995) luas

daun (cm2) diukur panjang dan lebar maksimum

daun yang telah membuka sempurna dihitung dengan menggunakan rumus: P x L x Konstanta luas daun. Rumus konstanta luas daun:

(3)

L x P A x B C K . . . 

dengan: K = konstanta luas daun tanaman; C = Bobot garis tengah kertas; B = Berat kertas contoh, A = Luas kertas contoh; P = Panjang maksimum daun tanaman, dan L = Lebar maksimum daun tanaman

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah: bobot segar tanaman, bobot segar akar, bobot kering, bobot kering akar dan produksi sawi yaitu total produksi yang dikonversi dalam

t ha-1. Data hasil pengamatan dianalisis berdasar-kan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pertumbuhan dan produksi sawi menurut takaran mulsa dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Pengamatan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun menurut takaran mulsa Tinggi tanaman (MST) Jumlah daun (helai) Luas Daun (cm2) Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST M2 14,67a 18,58a 21,76a 24,60a 5,98a 5,98a 5,98a 5,98a 121,18a 242,37a 240,30a 466,99a M1 14,10b 17,92b 20,78b 23,62b 8,31a 8,31a 8,31a 8,31a 107,27b 239,20a 292,08b 400,58b M0 13,79c 17,46c 19,91c 21,33a 10,98a 10,98a 10,98a 10,98a 95,89c 204.03b 236,15c 353,16c BNJ 0,21 0,27 0,19 0,52 0,18 0,13 0,17 0,28 3,23 6,69 13,00 16,99

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf nyata 0,05

Hasil uji BNJ pada taraf nyata 0,05 (Tabel 1), pengaruh takaran mulsa terhadap tinggi tanam-an, jumlah daun dan luas daun tanaman sawi pada umur 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam menun-jukkan bahwa rata-rata tanaman tertinggi, jumlah daun yang terbanyak dan luas daun yang terluas diperoleh pada perlakuan yang diberi mulsa jerami 10 t ha-1(M2) dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa mulsa (M0) dan yang diberikan mulsa jerami 5 t ha-1(M1).

Tabel 2. Rata-rata berat segar tanaman, berat segar akar, berat kerig tanaman, berat kering akar dan produksi menurut takaran mulsa

Takaran Mulsa Variabel yang diamati M0 M1 M2 BNJ 0,05 Berat segar tanaman 130,55a 157,78b 178,33c 7,20 Berat segar akar 7,38a 9,94b 12,44c 0,49 Berat kering tanaman 33,04a 44,29b 45,18c 1,77 Berat kering akar 4,00a 5,51b 6,52c 0,24

Produksi 9,13a 11,05b 12.88c 0,57

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf nyata 0,05

Tabel 2 menujukkan bahwa rata-rata berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi tanaman sawi yang tertinggi diperoleh pada perlakuan M2 dan berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan takaran mulsa

jerami sebanyak 10 t ha-1 berbeda nyata dengan

takaran mulsa 5 t ha-1 maupun tanpa mulsa.

Pengaruh baik pemberian mulsa terhadap pertum-buhan tinggi tanaman diduga karena adanya mulsa dapat mengeliminir fluktuasi suhu tanah dan me-ningkatkan daya simpan air tanah sehingga mendu-kung pertumbuhan awal tanaman. Sukirno (1993), mengemukakan bahwa mulsa mempengaruhi iklim mikro melalui penerusan dan pemantulan cahaya matahari, suhu dan kelembaban di bawah dan di atas mulsa serta kadar lengas tanah sehingga laju asimilasi netto dan laju pertumbuhan tanaman yang menggunakan mulsa lebih baik dibanding tanpa mulsa.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada perlakuan takaran mulsa jerami sebanyak 10 t ha-1 memberikan perbedaan nyata dengan takaran mulsa 5 t ha-1maupun tanpa mulsa terhadap berat

(4)

segar tanaman dan berat segar akar. Pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat meningkatkan porositas tanah dan dapat mempermudah penye-rapan air kedalam tanah sehingga meningkatkan daya simpan air tanah. Pemberian mulsa juga dapat memberi pengaruh terhadap kelembaban tanah sehingga tercipta kondisi yang optimal untuk per-tumbuhan tanaman. Gardner et al. (1991) nutrisi mineral dan ketersediaan air mempengaruhi per-tumbuhan ruas pada organ vegetatif.

Hasil analisis terhadap berat kering tajuk dan berat kering akar (Tabel 2) perlakuan takaran

mulsa jerami sebanyak 10 t ha-1 memberikan

perbedaan nyata dengan takaran mulsa 5 t ha-1dan tanpa mulsa terhadap berat kering tanaman dan berat kering akar. Peningkatan total bahan kering dapat dicapai dengan mengoptimumkan indeks luas daun dan banyaknya fotosintesis tiap satuan luas daun (Lakitan, 1996 dalam Nurhadi dan Sudadi, 2003).

Tabel 2 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata, dimana pada perlakuan takaran mulsa jerami sebanyak 10 t ha-1 dapat

meningkat-kan hasil tanaman sawi per hektar sebanyak 68,56% daripada hasil sawi yang tidak diberi mulsa. Produksi biomassa dipengaruhi oleh faktor ling-kungan seperti cahaya, temperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif untuk per-tumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasil-kan juga meningkat sehingga alokasi biomassa ke bagian yang dipanen juga relatif lebih besar.

Perlakuan tanpa mulsa menyebabkan per-ubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi devisit air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Slatyer (1969) dalam Syaifuddin dan Pranowo, (2007) bahwa cekaman air akan menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan sebagai akibatnya respirasi mening-kat yang dapat mengurangi hasil asimilasi netto.

Sebagai kesimpulan dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut: (1) Takaran mulsa jerami berpengaruh terhadap semua variabel yang diamati (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat segar akar, berat kering tanaman, berat kering akar dan produksi), dan (2)

Takaran mulsa jerami 10 t ha-1 memberikan

pro-duksi rata-rata berat segar sebesar 178,33 g tanaman-1atau 12,48 t ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Ansi, A., 2010. Pengaruh Pupuk Cair Organik dan Mulsa terhadap Lengas Tanah dan Produksi Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Tesis Program Pascasarjana Unhalu Kendari.

Bahrun, A., Jensen, C.R., dan Megensen, V.O. 2003. Water Stress Detection in Field Grown Maize (Zea mays L.) by Using Reflectance Vegetation Index. Comunication in Soil Science and Plant Analysis 34 (1 dan 2): 65 -79.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L., Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hardian F.C., G.S.B. Valdes dan H.C. Lee, 2006. Mulsh Effects on Rainfall Interception, Soil Physical Characteristies and Temperature Under Zea mayl L. Soil & Tillage Research 91. P 227–235.

Haryanto, H. dan Sucipto, 2003. Pengaruh Penggu-naan Beberapa Jenis Pupuk Organik ter-hadap Produksi Jagung. Jurnal Teknologi 2: 141–147.

Hidayati dan Risdiyanto, 2001. Iklim Mikro. Hal. 1– 25 dalam Kumpulan Makalah Pelatihan Dosen-dosen Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur dalam Bidang Agroklimato-logi, Bogor, 2–4 Juli 2001. Jurusan Geofi-sika dan Meteorologi, FMIPA IPB. Bogor. Lamont, W.J., 1993. Plastic Mulches for The

Pro-duction of Vegetable Crops. Hort Techno-logy: 3 (1): 35-39.

Nurhadi dan Sudadi, 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa terhadap Iklim Mikro pada Tanaman Cabai Merah pada Tanah Ultisol. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Mayun, I.D., 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritop.

Sabaruddin, L., 2007. Respon Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) terhadap Pemberian Biokultur dan Frekwensi Penyi-raman. Laporan Penelitian Program Pasca-sarjana Unhalu. Kendari

Syaifuddin dan Pranowo. D., 2007. Pengaruh Interfal Pemberian Air dan Pemberian Mulsa terhadap Perumbuhan dan Pembu-ngaan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri

Sarangi, W.C., 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terhadap Pemberian Pupuk Phospat dan Nerbagai Bahan Organik. Skripsi Prog-ram Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

(5)

Soares, B., 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Kascing dan Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lokal Sanur. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi. Tidak Dipubli-kasikan.

Sulakhudin, Dja`far Shiddieq, Indah Kwartanti, dan Sri Trisnowati, 2008. Pengaruh Volume Air Penyiraman dan Takaran Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) di lahan Pesisir. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 33 – 41.

Sulisbury, F.B. dan C.W. Ross, 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung.

Sutejo dan Kartosaputro, 1987. Pupuk dan Pemu-pukan. Penerbit Aneka Cipta. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Rata-rata berat segar tanaman, berat segar akar, berat kerig tanaman, berat kering akar dan produksi menurut takaran mulsa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak dengan indeks aterogenik

Pola hubungan pengaruh implementasi kebijakan restrukturisasi terhadap efektivitas organisasi di Sekretariat Daerah Kota Manado tersebut adalah sangat berarti/nyata atau

13 Data yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat (bapak Amin, Darso, Suprat) dan beberapa orang yang secara langsung atau tidak

perangkat lunak secara sekuensial atau terurut dimulai dari analisis, desain, pengodean, pengujian, dan tahap pendukung (Ramadhani et al., 2019; Salamah &

Adapun keadaan gedung MI AL-HIKMAH Polaman Mijen Semarang pada saat ini sudah lumayan baik, karena dengan bantuan pemerintah akhirnya gedung dapat direhab

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan tersebut diatas, maka sesuai pembahasan hasil penelitian, yaitu bahwa belum maksimalnya penerapan teknik penyelidikan terhadap

Pada gambar diatas menunjukkan dosis terbesar dalam menurunkan kadar kolesterol total yaitu pada perlakuan 5 yang diberi ekstrak etanol bawang putih dengan dosis 18mg/200gr

Sedangkan pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.9 Ahmad Yani menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ”Solusi Masalah Pajak Pertambahan Nilai” dalam PP Nomor 60