Pengertian Drama
Pengertian umum:
Drama adalah setiap karya yang dibuat untuk dipentaskan di atas panggung oleh para
aktor.
Pendapat Elizabeth Lutters (2004:35):
Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya
memerlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh
yang ada.
*
Pengertian khusus:
Drama adalah suatu pertunjukan yang serius
tentang hal-hal yang dianggap penting.
Dalam bahasa Yunani:
Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak,
dan sebagainya. Drama juga berari hidup yang dilukiskan dengan gerak.
Konflik dari
sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Dalam bahasa Belanda: Drama adalah toneel yang
kemudian oleh PKG
Mangkunegara VII dibuat istilah “sandiwara”
Jenis Jenis drama
a. Drama TragediCerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk Tengah Malam yang ending-nya bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama tragedi.
b. Drama Komedi
1. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten.
2. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang “culun” digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan.
3. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh
sinetronnya adalah Wong Cilik.
4. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan
kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya.
C. Drama Misteri
1. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi
semacam misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh
penonton.
2. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus.
3. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib.
D. Drama Laga/ Action
1. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini
misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan.
2. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain
Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog
panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini.
E. Melodrama
Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung
terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat.
Justru dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat
penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya. Contoh sinetron
jenis ini antara lain Bidadari, Menggapai Bintang, dan Chanda.
f. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah
sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh film yang
bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain November 1828, G-30-S/PKI,
Soerabaya ’45, Janur Kuning, atau Serangan Fajar. Sementara kisah yang
menceritakan sejarah tapi lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet
Njak Dhien, Wali Songo, dan R.A. Kartini.
Unsur-Unsur Intrinsik Drama
a. Tema
Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau, dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya (Lutters,
2006:41).
Tema drama harus disesuaikan dengan penonton. Jika drama ditujukan kepada pelajar, maka tema ceritanya juga harus sarat dengan pendidikan. Jangan sampai tema yang disajikan justru menjerumuskan pelajar sebagai penonton pada hal-hal yang tidak edukatif.
b. Alur Cerita (Plot)
Plot atau alur adalah pola dasar dari kejadian-kejadian yang membangun aksi yang penting dalam sebuah drama. Plot drama harus dibangun mulai dari awal, lalu terdapat kemajuan-kemajuan, dan penyelesaian masalah yang diberikan kepada penonton. Plot menjelaskan bagaimana sebuah kejadian memengaruhi kejadian yang lain dan mengapa orang-orang yang ada di dalamnya berlaku seperti itu (Suban, 2009: 79).
Somad dkk. ( 2008:149) menjabarkan alur menjadi beberapa bagian berikut. 1. Eksposisi/ introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialog-dialog pelaku.
2. Intrik merupakan persentuhan konflik atau keadaan mulai tegang.
3. Klimaks merupakan pergumulan konflik atau ketegangan yang telah mencapai puncaknya dalam cerita.
4. Antiklimaks merupakan konflik mulai menurun atau masalah dapat diselesaikan. 5. Konklusi merupakan akhir peristiwa atau penentuan terhadap nasib pelaku
c. Latar Cerita (Setting)
Lutters (2006: 56) menjelaskan bahwa setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini ingin ditempatkan atau diwadahi. Setting dibagi menjadi dua, yaitu media/ tempat dan budaya.
d. Penokohan
Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku utama. Lutters ( 2006: 81) membagi tokoh/ peran menurut sifatnya dalam tiga hal berikut.
1. Peran Protagonis
Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan.
2. Peran Antagonis
Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti penonton.
3. Peran Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang
didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama.
Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.
Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.
1. Karakter Utama (Main Character)
Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita. 2. Karakter Pendukung (Secondary Character)
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung bisa memainkan
peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai orang keparcayaan karakter utama. Contohnya, sebagai sopir atau bodyguard.
3. Karakter Figuran (Incedental Character)
Karakter ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka serin
disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Biasanya mereka digunakan dalam adegan-adegan kolosal dan keramaian. Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka
memegang profesi di dalam pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau petugas di pom bensin.
e. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau penikmat drama. Jika drama ditujukan kepada pelajar, maka seiring dengan temanya, drama harus memberikan amanat yang bersifat edukatif. Selain itu, cerita dalam drama harus dapat menambah pengetahuan yang positif bagi siswa.
Akting
a.
Pengertian Akting
Akting adalah segala kegiatan, gerak, atau perbuatan yang dilakukan oleh
para pelaku. Akting meliputi mimik, pantomim, dialog, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan adegan aktor atau pemain drama.
b. Tujuan Akting
Tujuan akting adalah “
to be a character
”, yaitu mengekspresikan suatu
perwatakan yang khas dari seorang tokoh.
c. Teknik Akting
Teknik akting terbaik ialah yang paling efektif dan yang berhasil
mengekspresikan intent (maksud/ ide) penulis, intent adegan, dan intent
karakter. Untuk dapat berakting dengan baik, ada 10 teknik yang perlu
diperhatikan.
- Metode tindak lahir
Aktor harus mengetahui lebih dulu motivnya berakting (dasar dan tujuan). - Kemampuan mengandaikan
Bila seseorang menjadi tokoh tertentu, maka ia harus memikirkan apa dan bagaimana yang harus ia lakukan ?
- Kemampuan imajinasi
Aktor dan Aktris yang baik
Secara singkat dapat dikatakan bahwa aktor yang baik ialah apabila:
a. berakting wajar, releks, fleksibel b. menjiwai/ menghayati perannya
c. aktingnya mempunyai motivasi d. terampil dan kreatif
e. mengesankan atau dapat menyakinkan penonton
f. tidak merasa kalau sedang disorot publik/penonton/kamera Catatan:
Pengertian ‘wajar” dalam hal ini meliputi :
a. sikap/gerak atau perbuatan tidak canggung tidak kau, tidak over acting tidak dibuat-buat
b. dialog mengena sesuai dengan tuntutan dari naskah dan tidak dibuat-buat
c. vokal jelas atau ucapan artikulasi jelas d. penggambaran watak atau karakter tepat
e. ekspresi wajar dan menyakinkan
f. dapat memanfaatkan segala properti dan situasi pentas dengan baik.
Maka untuk menjadi aktor yang baik dipersiapkan : a. latihan-latihan yang kontinyu, tertib, dan disiplin
b. pengetahuan yang bersifat teoritis, meliputi : - ilmu teater
- ilmu jiwa
- kepercayaan sesuatu agama yang diyakini
- apresiasi terhadap seni sastra, suara/musik, tari, dan sebagainya
- kemampuan/ketrampilan berbahasa dengan baik - sejarah budaya, sosiologi, antropologi, ethionologi.
- Konsentrasi
Seorang aktor harus memusatkan perhatian dan pikirannya pada peran yang ia bawakan.
- Emosional memori
Seorang aktor hendaknya mengingat-ingat atau mengenang kembali pengalaman atau kejadian-kejadian yang pernah dialami sendiri yang kira-kira serupa dengan
adegan yang dimainkannya.
- Kesatuan
Antar aktor yang satu dengan yang lain harus ada kerjasama yang bersifat kolektif.
- Harmoni
Setiap aktor harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan peran/ perwatakan yang dibawakan (menghayati/ menjiwai setiap elemen yang berkaitan dengannya).
- Tempo irama
Tiap akting harus ada iramanya. Artinya, akting tidak boleh tergesa-gesa juga tidak boleh dilambat-lambatkan.
- Super objektif
Tiap aktor harus tahu siapa yang sedang memegang peranan penting dalam suatu adegan yang sedang berlangsung.
- Kebenaran dan keyakinan
Blocking
Blocking
adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas.
Yang dimaksud dengan
blocking
yang baik adalah
blocking
tersebut harus
seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
a. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada
diatas panggung (
setting
) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga
mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung
harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.
Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan
disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.
b. Utuh
Utuh berarti
blocking
yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan.
Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang
dan tidak saling menutupi.
c. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja,
melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak
jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain
lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke
arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
d. Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat
perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan
mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari
adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling
mengacau sehingga akan mengaburkan di mana sebenarnya letak titik
perhatian.
e. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah
tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus
memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dialog & Mimik
a. Pengertian Dialog
Dialog adalah percakapan antar pemain dalam drama.
b. Fungsi Dialog
- Dialog menampakkan karakter dan memerkaya plot.
- Dialog menciptakan konflik.
- Dialog menghubungkan fakta-fakta.
- Dialog menyamarkan kejadian-kejadian yang akan datang.
- Dialog menghubungkan adegan-adegan dan gambar-gambar sekaligus.
Mimik atau ekspresi wajah sangat membantu penonton dalam memahami
maksud aktor.
Selain itu, mimik juga menunjukkan kemampuan actor dalam beradegan.
Maka, sudah seharusnya mimik disesuaikan dengan dialog yang dibaca.
Misalkan, seorang tukang becak baru pulang dari bekerja. Badannya sangat
lelah dan ingin istirahat. Namun, setelah sampai rumah ternyata kedua
anaknya bertengkar hingga salah satunya menangis. Ketika akan menyuruh
istrinya untuk membuatkan ia minum dan mengurus anak-anaknya yang
sedang bertengkar, ternyata istrinya juga sedang terburu-buru karena ada
arisan di tetangga sebelah.
Lalu, bagaimana menurutmu mimik yang tepat bagi tukang becak tersebut?
Apakah ia harus menunjukkan raut muka yang ceria, biasa-biasa saja, atau
muram?
Gesture, movement , dan guide
Gestur
adalah gerak-gerak besar yang dilakukan aktor selama berakting secara
sadar.
Maksudnya ialah gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/ otak
kita untuk melakukan sesuatu, misalnya menulis, mengambil gelas, jongkok,
dan sebagainya.
Misalnya
, peran direktur dengan tukang becak. Direktur sering duduk tegap
dan berbicara formal serta berjabat tangan bila bertemu kliennya. Sedangkan
tukang becak lebih terlihat sering berjalan santai dengan bahasa yang
informal. Ketika menemui pelanggannya, biasanya tukang becak tidak pernah
berjabat tangan.
Movement
adalah gerak perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga
berupa berlari, bergulung-gulung, melompat, dan sebagainya.
Guide
adalah cara jalan. Cara berjalan di sini bisa bermacam-macam. Cara
berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak, berbeda
pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk.
Setiap yang pemain lakukan harus memunyai arti, motif, dan dasar. Hal ini
harus benar-benar diperhatikan dan diyakini benar-benar oleh seorang
pemain mengenai maksud dan makna gerakan yang dilakukannya.
Orang-orang yang terlibat dalam drama
A. Staf ProduksiStaf produksi bertugas mengelola dan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pihak pemain, dan penilaian terhadap pementasan tersebut.
1. Produser
Produser adalah staf produksi yang pertama kali dalam struktur perencanaan pementasan teater.
Tugas:
1. mengurus produksi secara keseluruhan 2. memilih karyawan
3. menentukan anggaran belanja 4. membuat Program kerja.
2. Sutradara
Sutradara adalah pemimpin tertinggi dalam pelaksanaan pementasan drama, pemilihan naskah, penunjukan pemain, dan pengadaan latihan.
3. Stage Manager
Stage manager adalah staf produksi yang mempunyai tugas membantu sutradara dalam mengkoordinasi seluruh pelaksanaan tugas-tugas teater atau drama.
B. Staf Artistik
Pementasan perlu adanya sentuhan seni agar pementasan tersebut agar menjadi lebih baik, termasuk dekorasi, tata lampu, kostum, tata rias, dan tata suara.
1. Desainer Dekorasi
Tugas: mengatur dekorasi sesuai dengan tuntutan naskah. 2. Desainer Tata Busana ( Kostum )
Tugas: memilih kostum yang cocok untuk para aktor. 3. Desainer Tata Lampu
Tugas: menyesuaikan cahaya lampu dengan situasi dalam setiap adegan drama. 4. Desainer Tata Rias
Seorang desainer tata rias harus memahami peran dan watak yang akan dibawakan oleh tokoh. Namun, dalam hal ini seorang desainer tata rias tidak boleh berlebihan dalam menerapkan riasan aktor. Hendaknya para aktor dirias dengan riasan yang wajar. 5. Desainer Tata Suara
Tugas:
- memberikan ilustrasi yang memperindah - memberikan latar belakang
- memberikan warna psikologis
- memberikan tekanan kepada nada dasar drama - membantu dalam penonjolan lakon
- memberikan tekanan pada keadaan yang mendesak - memberikan selingan.
Cara memulai pementasan drama
A. Tahap Persiapan1. memilih teks drama ( naskah ) 2. memilih sutradara
3. memilih pembantu sutradara (asisten, dekorasi, rias, busana, lampu dan musik) 4. memilih pemain (casting)
B. Tahap Latihan
1. pemanasan (pernapasan, konsentrasi, dan latihan vokal) 2. inti
- latihan membaca (membaca naskah drama dengan nyaring) - latihan blocking (latihan gerak dan pengelompokan pelaku) - latihan karya (latihan memadukan gerak dan dengan dialog) - latihan pelican (latihan secara menyeluruh)
- latihan umum (latihan menyeluruh yang dipadukan dengan dekorasi dan tata musik) C. Tahap Pementasan
Tahap ini adalah tahap yang dinanti-nantikan setiap pemain. Pemain tentu saja ingin melihat hasil dari latihan-latihan yang dilakukan sebelumnya. Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam pementasan ini, yaitu faktor penonton. Karena sebaik apapun latihan yang dilakukan, jika penontonya tidak tertib, pertunjukannya tiadak akan suskes. Penonton yang baik adalah salah satu penentu kesuksesan dalam pementasan.