BAB III
METODOLOGI
III.1. Kerangka Pikir
Diketahui bahwa terdapat sejumlah mobil yang memiliki nilai sosial tertentu yang menunjukan status sosial tertentu terhadap penggunanya seperti Alphard, Vellfire, Mercedes Benz S, E, dan C Class, Nissan El Grand, Jaguar, BMW. Dinilai bahwa hanya orang tertentu yang memiliki kemampuan ekonomi kelas atas yang mampu memiliki mobil-mobil di atas sebagai mobil pribadi mereka.
Selain mobil pribadi, terdapat pula sejumlah kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi umum seperti taksi. Seperti alat transportasi umum lainnya, begitupun taksi yang dapat digunakan oleh semua orang tidak terkecuali orang-orang yang bukan berasal dari kalangan atas. Taksi dapat digunakan oleh semua orang yang memiliki sejumlah uang untuk membayar tarif sewa dari taksi tersebut. Meskipun tarif yang digunakan berbeda-beda pada setiap taksinya seperti tarif yang lebih mahal pada taksi premium yang menggunakan mobil-mobil mewah namun tetap tidak merubah image taksi sebagai alat transportasi umum. Dengan kata lain, jika ingin merasakan mewahnya mobil kelas atas, tidak perlu membelinya dengan harga yang luar biasa mahal, namun cukup hanya dengan menyewa taksi premium sebagai alat transportasi.
Sebuah fenomena yang telah terjadi tidak hanya di luar negri namun sudah melanda di Indonesia yaitu penggunaan mobil mewah sebagai alat transportasi umum yaitu taksi. Terdapat beberapa jenis mobil mewah yang
dijadikan sebagai taksi, seperti Toyota Alphard, Vellfire, Mercedes Benz C230, dan Mercedes Benz E200. Mobil-mobil tersebut yang biasanya hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi di atas standar, kini dapat dirasakan juga oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi standar.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon dari masyarakat terhadap perubahan kesan kualitas dari mobil mewah yang telah disebutkan di atas akibat penggunaannya sebagai alat transportasi umum yaitu taksi. Apakah masyarakat memberikan kesan negatif, netral atau positif terhadap mobil-mobil mewah tersebut.
Gambar 3.1 Alur Kerangka Pikir
Mobil dengan status berkelas atau mewah seperti Alphard, Vellfire, Mercy
Mobil yang digunakan sebagai alat transportasi umum seperti taksi yang dapat digunakan oleh semua orang
Mobil dengan status berkelas atau mewah seperti Alphard, Vellfire, Mercy digunakan sebagai alat transportasi umum yaitu taksi
Rumusan masalah
Bagaimana respon dari masyarakat terhadap perubahan kesan kualitas mobil mewah menjadi mobil taksi pada contoh mobil Alphard, Vellfire, Mercy?
III.2. Metode Pengumpulan Data
III.2.1. Gambaran PopulasiPopulasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Mudrajad Kuncoro 2003, p103). Populasi dari penelitian ini adalah konsumen yang memiliki (merasakan) mobil Alphard, Vellfire, Mercy E-Class, atau Mercy C-Class dan orang-orang yang memiliki keinginan untuk membeli mobil Alphard, Vellfire, Mercy E-Class, atau Mercy C-Class. Adapaun alasan dipilihnya keempat merek mobil tersebut adalah karena keempat mobil tersebut memiliki harga yang cukup mahal sehingga dapat dikategorikan sebagai mobil mewah dan keempat merek mobil tersebut diketahui telah digunakan oleh pihak pemilik transportasi umum sebagai kendaraan yang mereka pakai sebagai alat transportasi mereka (Toyota Alphard pada Express Group dan Toyota Vellfire, Mercedes Benz C-230, Mercedes Benz E-200 pada Blue Bird Group).
TOYOTA ALPHARD TOYOTA ALPHARD TAXI TIARA EXPRESS
TOYOTA VELLFIRE TOYOTA VELLFIRE SILVERBIRD TAXI
MERCEDES BENZ C-230 MERCEDES BENZ C-230 SILVERBIRD TAXI
MERCEDES BENZ E-200 MERCEDES BENZ E-200 SILVERBIRD TAXI
III.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel III.2.2.1. Sampel
Menurut Mudrajad Kuncoro (2003, p103), sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi.
Menurut Soeratno dan Arsyad (1988, p156), “Dalam penentuan jumlah sampel sebenarnya tidak ada aturan yang tegas diisyaratkan untuk sebuah penelitian dari populasi yang tersedia. Namun demikian, mutu suatu penelitian tidak terutama sekali ditentukan oleh banykanya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, rancangan penelitiannya serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya. Jumlah sampel juga sangat tergantung faktor-faktor lain seperti: biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, dan populasi yang ada atau yang bersedia untuk dijadikan sampel.
Hingga tahun 2010, peneliti tidak mengetahui berapa banyak mobil Alphard, Vellfire, Mercy C & E Class yang digunakan. Akibat segala keterbatasan tersebut, maka peneliti menetapkan untuk mendapatkan minimal 200 hingga 250 orang sebagai sampel dari penelitian ini.
III.2.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara Convenience Sampling, yaitu prosedur untuk mendapatkan sampel sesuai dengan keinginan peneliti. Convenience Sampling merupakan bagian dari non probability sampling. Dalam non probability sampling, setiap unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan
probabilitas anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui (Santoso 2002, p89).
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis utama responden yang akan diambil sebagai sampel, yaitu:
1. Memiliki salah satu dari mobil Alphard, Vellfire, Mercedes Benz C230, atau Mercedes Benz E200
Dimaksudkan untuk mengambil responden yang memiliki jenis mobil di atas sehingga diketahui respon dari pemilik mobil tersebut atas penggunaan jenis mobil yang mereka miliki sebagai taksi.
2. Tidak Memiliki mobil Alphard, Vellfire, Mercedes Benz C230, dan Mercedes Benz E200
Dimaksudkan untuk mengambil responden yang tidak memiliki jenis mobil di atas namun memiliki kemampuan untuk membeli keempat jenis mobil di atas.
Adapun ciri-ciri lain responden yang akan diambil sebagai sampel yaitu:
1. Memiliki usia di atas 18 tahun
Dimaksudkan agar responden sudah mengerti maksud dari kuesioner yang diberikan.
2. Memiliki jumlah pengeluaran perbulan di atas Rp. 5.000.000
Dimaksudkan untuk mengambil responden yang memiliki status sosial kelas atas sehingga dinilai memiliki kemampuan untuk membeli jenis
mobil di atas atau paling tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan terhadap jenis mobil di atas.
III.2.3. Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).
1. Data primer (primary data) adalah data yang dikumpulkan langsung melalui obyeknya, melalui daftar pertanyaan atau kuesioner.
2. Data sekunder (secondary data) adalah data yang tidak diperoleh langsung dari obyeknya melainkan dari mdia lain seperti pustaka, internet, dan wawancara.
III.2.4. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk membantu peneliti dalam membuat landasan bagi penyusunan daftar pertanyaan pada kuesioner dan pembahasan teori seperti buku-buku yang terkait dengan persepsi kualitas konsumen.
2. Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari lapangan. Studi ini dilakukan
dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner akan disebarkan melalui dua cara yaitu online dan offline. Penyebaran secara online dilakukan melalui forum atau mailing list terkait, adapun daftar forum dan mailing list dari penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Mailing list Alphard-Owners
(http://autos.groups.yahoo.com/group/alphard-owners/) b. Mailing list Mercedes-Benz_Indonesia
(http://finance.groups.yahoo.com/group/Mercedes-Benz-Indonesia/) c. Mailing list Dunia_Mobil
(http://groups.yahoo.com/group/DUNIA_MOBIL/)
d. Forum Alphard Community (http://www.alphardasiaclub.com/)
Sedangkan penyebaran secara offline dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada mahasiswa di Universitas Pelita Harapan (UPH) dan mahasiswa S2 Binus University.
III.2.5. Kuesioner
Kuseioner dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan dengan alternatif jawaban yang nantinya harus dipilih oleh responden. Emory (1995), mengatakan bahwa ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:
2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Adanya petunjuk pengisian kuesioner, yang mudah dimengerti dan tidak bias.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka.
Jenis format jawaban yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Umar (1997, p64) skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya : setuju - tidak setuju, senang - tidak senang, dan baik – tidak baik. Responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu bisa 5, 7 ( agar dapat menampung kategori yang “netral” dengan mengambil posisi tengah ) atau memasukkan kategori “tidak tahu”.
Cara memproses kuesioner dengan menggunakan skala Likert adalah: 1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan – pernyataan yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (misalnya: 1, 2, 3, 4, dan 5).
2. Membuat skor total untuk setiap orang dengan menjumlah skor untuk semua jawaban.
3. Menilai kekompakan antar - pernyataan. Caranya adalah membandingkan jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat
berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk suatu pernyataan tertentu. Pernyataan yang bersangkutan dinilai tidak baik, dan pernyataan tersebut dikeluarkan (tidak dipergunakan untuk mengukur konsep yang diteliti).
4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan mempergunakan teknik summated rating.
Kuesioner yang dilakukan, akan diambil hasilnya sebagai sampel dengan menggunakan metode pemilihan sampel dari populasi secara tidak acak.
III.3.
Metode Analisis
III.3.1. Uji t (t-test)
Beberapa penelitian yang menitikberatkan pada rata-rata populasi seringkali menemukan bahwa standar deviasi dari populasi tersebut tidak diketahui. Tetapi tidak jarang dijumpai, beberapa penelitian menggunakan standar deviasi yang didapat dari sampel yang dikumpulkan.
Bila diasumsikan bahwa populasi yang digunakan sudah terdistribusi secara normal, maka dalam kondisi ini, rata-rata distribusi sampel akan mengikuti distribusi t dengan derajat kebebasan (degree of freedom) n-1.
Pada penelitian ini, uji t (t-test) digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata dari sampel yang diambil, dimana nilai rata-rata-rata-rata tersebut menunjukkan nilai dari masing-masing persepsi responden mengenai pernyataan-pernyataan
yang diajukan oleh peneliti yang nantinya akan menunjukkan hasil dari apakah terdapat perubahan persepsi masyarakat atau tidak.