• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

JORONG PADANG PANJANG PARIANGAN NAGARI PARIANGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islan

RAMADANIS NIM.14 101 099

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

RAMADANIS NIM. 14 101 099 Judul Skripsi: “Pembinaan Hafalan Al-Qur'an Santri dengan Menggunakan Metode Wahdah dan Takrir Di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan Nagari Pariangan” Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2019.

Permasalahan yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah kurangnya pembinaan hafalan al-Qur'an terhadap santri di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan. Ketika penyetoran hafalan kepada guru ngajinya, masih banyak santri yang belum lancar hafalan dan masih diejakan oleh guru mereka. Terlihat disana hanya kebutuhan sesaat bagi mereka ketika proses mengaji saja tanpa adanya pengulangan dirumah, bahkan gurunya jarang memuraja‟ah hafalan santrinya. Dan juga kurangnya dorongan dari orang tua dirumah, sehingga mengakibatkan malas dan tidak adanya motivasi santri dalam menghafal al-Qur'an.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian tindakan (action

research) dengan metode penelitian Participatory Action Research (PAR). Penelitian

ini dilakukan beberapa siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe) dan fefleksi (reflect). Subjek dalam penelitian ini adalah para santri kelompok tiga yang berjumlah sebanyak 18 orang santri di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan Nagari Pariangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan lembaran penilaian hafalan al-Qur'an santri dan dokumenasi. Instrumen yang digunakan untuk mengamati pembinaan hafalan al-Qur'an santri adalah dengan menggunakan skala rentang

(ranting scale)

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II maka terlihatlah peningkatan dalam pembinaan hafalan al-Qur'an santri. Pada siklus I santri berada pada kategori interval cukup lancar dengan nilai 212 (59,2%). Dibandingkan sebelum adanya tindakan dilakukan, hafalan al-Qur'an santri sudah ada perubahan sehingga semua santri hafal QS Adh-Dhuha, namun masih ada beberapa kekurangan yang terdapat didalam hafalan al-Qur'an santri seperti ketidak tepatan dalam membaca huruf maupun panjang pendeknya. Untuk siklus II sudah ada peningkatannya pada kategori interval lancar dengan nilai 276 (76,7%). Pada siklus ke II ini sudah adanya peningkatan dari siklus I, hal ini terlihat ketika saat santri menyetor hafalan bukan hanya sekedar menyetor, tetapi sudah menyetor dengan ketepatan bacaannya. Hal ini juga membuktikan bahwa dengan adanya pembinaan hafalan al-Qur'an santri ini, maka adanya keinganan dan kegigihan santri dalam menghafal ayat suci al-Qur'an.

(6)

v DAFTAR ISI HALAM JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

BIODATA PENULIS ... iv

KATA PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Pertanyaan Penelitian ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Hafalan Al-Qur'an (Tahfidz Al-Qur‟an) ... 11

1. Pengertian Hafalan Al-Qur'an (Tahfidz Al-Qur'an) ... 11

2. Adab Bagi Penghafal Al-Qur‟an ... 13

3. Manfaat dan Keutamaan Mengafal Al-Qur'an ... 14

4. Kaidah-Kaidah Mengafal Al-Qur‟an ... 17

(7)

vi

6. Cara Menguatkan dan Menjaga Hafalan Al-Qur'an ... 23

7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur‟an ... 26

B. Metode-Metode Menghafalan Al-Qur‟an ... 29

1. Metode Wahdah ... 30

2. Metode Takrir... 31

3. Metode Kitabah ... 33

4. Metode Tahfidz ... 34

5. Metode Sima‟i ... 35

6. Metode Bil al Nzahr ... 36

7. Metode Tasmi‟ ... 37

8. Metode Jama‟ ... 38

9. Metode Talaqqi ... 38

C. Penelitian Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Tempat Penelitian ... 42

C. Sumber Data ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV TEMUAN PENELITIAN A. Temuan Umum ... 50

B. Temuan Khusus ... 50

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 51

a. Perencanaan Tindakan ... 52

b. Pelaksanaan Tindakan ... 53

(8)

vii

d. Refleksi Tindakan... 61

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 62

a. Perencanaan Tindakan ... 63 b. Pelaksanaan Tindakan ... 64 c. Pengamatan Tindakan ... 74 d. Refleksi Tindakan ... 76 C. Pembahasan ... 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83 B. Saran ... 83 C. Penutup ... 84 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Nama dan Jumlah Hafalan Al-Qur'an Santri ... 6

Tabel. 2 Nama Guru yang Mengajar Ggaji ... 41

Tabel. 3 Format Penilaian Hafalan Al-Qur'an... 44

Tabel. 4 Format Penilaian Hafalan Al-Qur'an... 45

Tabel. 5 Format Penilaian Hafalan Al-Qur'an... 45

Tabel. 6 Nama Guru yang Mengajar Ggaji ... 48

Tabel. 7 Daftar Hadir Santri ... 49

Tabel. 8 Rekapitulasi Penilaian Hafalan Al-Qur'an Santri ... 58

Tabel. 9 Daftar Hadir Santri ... 60

Tabel. 10 Rekapitulasi Penilaian Hafalan Al-Qur'an Santri ... 71

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari LP2M IAIN Batusangkar Lampiran 2 Surat Selesai Penelitian dari TPA Masjid Sabil Lampiran 3 Langkah-Langkah Penelitian

Lampiran 4 Daftar Hafalan Santri Lampiran 5 Daftar Hadir Santri Lampiran 6 Penilaian Hafalan Santri Lampiran 7 Dokumentasi

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran umat Islam. Al-Qur'an merupakan sebuah kitab suci yang menjadi pedoman bagi kehidupan manusia yang didalamnya berisi tentang peringatan atau janji baik berupa ganjaran maupun hukuman serta perintah maupun larangan-larangan dari Allah swt.. Semua urusan agama selalu dikembalikan kepada al-Qur'an dan hadist Nabi, untuk itu setiap umat muslim diwajibkan mempelajari al-Qur'an sesuai dengan kemampuannya.

Al-Qur‟an adalah Kalamullah yang mengandung mu‟jizat diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril yang ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf disampaikan secara mutawatir, bagi yang membacanya dinilai ibadah, yang diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. (Anshori, 2013: 18)

Jadi dapat dipahami bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi keberlansungan kehidupan manusia, agar manusia tidak terlepas dari apa yang telah diperintahkan dan menjauhkan diri dari apa yang telah dilarang oleh Allah swt.. Al-Qur'an adalah kitab Allah swt. sesungguhnya adalah bacaan yang paling mulia, untuk itu sebagai umat muslim, manusia dituntuk untuk memelihara al-Qur'an itu sendiri.

Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dari masa ke masa pertama kali diturunkan sampai sekarang terjaga keasliannya dan kemurniannya. Dizaman sekarang ini, begitu banyak orang-orang atau lembaga-lembaga yang berusaha menjaga kemurnian Qur‟an dengan melahirkan para penghafpenghafal al-Qur‟an (hafidz al-Qur‟an). Oleh karena itu, betapa pentingnya peranan penghafal al-Qur‟an dikalangan umat Islam karena orang-orang yang mentadabburi al-Qur‟an dan mengafal al-al-Qur‟an bertugas sebagai penjaga keaslian al-al-Qur‟an agar jangan samapai al-Qur'an yang dijadikan dasar umat Islam mudah diselewengkan

(12)

oleh pihak-pihak yang menginginkan kehancuran umat Islam. Kemurnian al-Qur‟an ini sudah dinashkan oleh Allah swt. sejak diturunkan_Nya sampai hari kiamat kelak, tetapi sebagai umat Islam manusia juga terlibat untuk menjaga kemurniannya, sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S Al-Hijr/15 ayat 9:































Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

Ayat ini merupakan garansi dari Allah swt. bahwa Dia akan menjaga al-Qur'an. Salah satu bentuk realisasinya adalah Allah swt. mempersiapkan manusia-manusia pilihan yang akan menjadi penghafal al-Qur'an dan penjaga kemurnian kalimat serta bacaannya. Sehingga jika ada musuh Islam yang berusaha mengubah atau mengganti satu kalaimat atau satu kata saja, pasti akan diketahui sebelum semua itu. (Nur Faizin Muhith, 2013: 13)

Diantara cara yang paling agung dalam menjaga al-Qur'an dimuka bumi ini adalah dengan menyimpannya didalam dada, karena dada kaum Mukminin merupakan tempat aman yang tidak mungkin ditembus oleh musuh dan orang-orang yang dengki. Karena bisa saja terjadi pada suatu masa umat Islam akan diperangi oleh musuh dan kitab-kitab al-Qur'an dibakari. Akan tetapi al-Qur'an yang terdapat didalam dada akan tetap terjaga kemurniannya. (Raghib As-Sirjani, 2009: 21)

Salah satu usaha nyata dalam penjagaan kemurnian al-Qur'an adalah dengan cara mengafalnya. Oleh karena itu sebagai umat Islam harus menyiapkan diri untuk mengafal ayat-ayat al-Qur'an. Dorongan untuk mengafal al-Qur'an sendiri telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadist. Allah swt. berfirman Q.S Al-Qamar ayat 17, 22, 32, 40:



































(13)

Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur‟an untuk

pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran”.(Q.S Al-Qamar ayat

17, 22, 32, 40)

Ayat ini mengindikasikan kemudahan dalam mengafal al-Qur'an. Untuk menegaskannya, Allah swt. pun menggunakan gaya bahasa sumpah. Bahkan Allah swt. juga mengulang ayat ini sebanyak empat kali dengan redaksi yang sama. Ini dimaksudkan agar orang Islam semakin yakin akan kemudahan tersebut. Berikut penjelasan bentuk penegasan-penegasan yang terdapat dalam ayat ini: pertama, ayat ini diawali dengan kalimat sumpah “



” hal ini

menunjukkan bahwa ketentuan tersebut bermakna pasti. Kedua, untuk menunjukkan kesungguhan-Nya, Allah swt. menggunakan kata ganti na dalam kalimat “







” sehingga dapat diartikan dapat diartikan “

dengan segala

keagungan dan kekuasaan kami, kami mudahkan al-Qur'an untuk dipelajari”.

Ketiga, penyebutan ayat ini diulang sebanyak empat kali. Dengan menyebutnya berulang-ulang diharapkan dapat menambah keyakinan dan menghilangkan keraguan akan memudahkan mempelajari al-Qur'an. Keempat, Allah swt. mendorong hamba-hamba-Nya untuk mengafal al-Qur'an dengan firman







”, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?. Pernyataan

dalam ayat ini diarahkan untuk memberikan dorongan dan penyemangat sehingga dapat dimaknai pula sebagai perintah. Seakan-akan Allah swt. berkata

maka pelajarilah al-Qur'an dengan mengfalkannya diluar kepala dan ambillah

pelajaran darinya”. (Mukhlisoh Zawawei. 2011:71-72)

Mengafal al-Qur'an merupakan suatu proses untuk menjaga dan memelihara al-Qur‟an di luar kepala (mengingat) dengan baik dan benar dengan syarat dan tata cara yang telah ditentukan. Menghafal al-Qur'an adalah kegiatan

(14)

yang dilakukan secara berulang-ulang bacaan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga tertinggal atau teringat didalam pikiran dalam jangka waktu yang lama dengan tujuan untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur'an. (Yudhi Fachrudin, 2017: 6-7)

Al-Qur'an yang mengandung seluruh pengetahuan merupakan karunia Allah swt. yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia, karunia ini tidak mungkin didapat oleh manusia tampa melalui proses yang panjang dan proses itu diantaranya adalah pembinaan. Pembinaan merupakan salah satu fenomena sosial yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan orang tua, guru, lingkungan dan masyarakat itu sendiri.

Hal ini sangat perlu dirasakan perlu dalam mempersiapkan anak-anak untuk mencintai Qur'an dengan cara memberikan pemahaman tentang al-Qur'an dan juga menghafalkan al-al-Qur'an itu sendiri serta mengamalkannya dalam kehidupan. Pembinaan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki pokok dalam pembentukan manusia agar menjadi insan yang sempurna

(Insan Kamil). Maka tidak aneh jika banyak ditemukan para penghafal al-Qur'an.

Karena al-Qur'an mudah dihafal oleh siapapun sekalipun anak-anak dalam waktu yang singkat, hal ini dapat ditemukan masa sekarang ini, dimana kondisi Islam lemah, tetapi tidak mengurangi jumlah penghafalnya. Untuk itu diperlukan metode-metode dalam mengafal al-Qur'an.

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (Ramayulis, 2002: 271) Metode sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan mengafal al-Qur'an karena dapat memberikan kemudahan untuk menghafalnya. Pemilihan metode menghafal al-Qur'an tidak bisa sembarangan, oleh karena itu seorang guru harus mampu mencari metode-metode yang cocok untuk anak didiknya, apalagi untuk anak-anak yang ada di TPA (yang masih duduk dibangku TK dan SD) yang masih terbilang pemula dalam menghafal al-Qur'an. Salah satu metode yang cocok bagi pemula untuk menghafal al-Qur'an

(15)

adalah metode wahdah dan metode takrir. Metode wahdah adalah menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Metode takrir adalah metode mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru pengampu. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan, sehingga nanti mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya sehingga benar-benar membentuk gerakan refleks pada lisannya. (Ahsin W Al-Hafidz, 2000: 63)

Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan ini adalah salah satu pendidikan non formal yang disiapakan bagi generasi-generasi muda untuk mampu membaca, menulis dan menghafal al-Qur'an serta mengamalkan al-al-Qur'an dalam kehidupan sehari-harinya.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang penulis lakukan pada hari Kamis dan Jum‟at tanggal 26 dan 27 Juli 2018, di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan ini, proses pembelajaran mengajinya santri disuruh membaca al-Qur‟an satu per satu kehadapan guru ngajinya. Apabila santri yang satu membaca al-Qur'an dihadapan gurunya maka yang lainnya disuruh untuk menulis ayat al-Qur'an yang akan dibacakan kepada gurunya nanti, kalau sudah selesai menulis maka dilanjutkan untuk menghafal Qur'an yang akan disetorkannya nanti kepada gurunya. Penyetoran hafalan al-Qur'an ini dilakukan ketika jam terakhir atau menjelang santri pulang dari mengaji, namun fenomena yang penulis temukan dilapangan dalam penyetoran hafalan al-Qur'an para santri, masih banyak santri yang belum lancar hafalan dan masih diejakan juga hafalannya oleh gurunya. Bahkan ada dari mereka yang tidak ada menyetorkan hafalannya kepada guru mereka. Terlihat disana menghafal al-Qur'an itu hanya sebagai kebutuhan sesaat bagi mereka, dan juga guru-guru yang mengajar di TPA juga jarang memuraja‟ah hafalan para

(16)

santrinya. Serta kurangnya minat santri dalam menghafal aya-ayat al-Qur'an. (Obeservasi di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan pada hari Kamis dan Jum‟at tanggal 26 dan 27 Juli 2018)

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru ngaji di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan, penyetoran hafalan ini dilakukan setiap lima kali dalam seminggu. Ketika penulis bertanya dengan salah satu guru ngaji (Annisa Oktavia), tentang kenapa para santri hafalannya banyak yang tidak lancar?, guru itu menjawab: “saya juga heran kenapa santrinya tidak lancar hafalan, kalau saya lihat beberapa dari mereka hanya mengafal waktu mengaji saja, tanpa ada mengafal dirumah serta dorongan dari orang tua tidak ada dan juga kalau di TPA saja mereka memuraja‟ah hafalan mereka waktu yang digunakan tidak cukup”. Ketika penulis bertanya dengan guru ngaji yang satu lagi (Hijra Hayati S.Pd.I), jawabannya hampir sama, guru itu menjawab: “saya melihat, banyaknya terlihat dari para santri itu malas dan kurang semangat untuk mengafal, dirumah mereka juga tidak ada yang memuraja‟ah hafalannya, dukungan dan motivasi dari orang tua juga kurang untuk membimbing anak mereka. Terkadang saya lihat dirumah kurangnya bimbingan dari orang tua dalam mendengarkan anaknya mengaji ataupun hafalan anaknya setelah anak diserahkan di TPA, sehingga kurangnya motivasi anak untuk belajar dan menghafal al-Qur'an ini”. (Wawancara dengan guru ngaji di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan pada hari Kamis dan Jum‟at tanggal 26 dan 27Juli 2018)

Tabel. 1

Nama dan Jumlah Hafalan Al-Qur'an Santri TPA Masjid Sabil

No Nama Kelas Hafalan

1. Alfia Rahmi V 15 Surat

2. Alfin Sukri VI 15 Surat

(17)

4. Feni Prima Fadhila VI 13 Surat

5. Halica Mayza Putri V 14 Surat

6. Husnul Fadila V 24 Surat

7. Nazila Hamdiatul Qari‟ah V 17 Surat

8. M. Ikhranul Ikhram III 15 Surat

9. M. Rasyid Ridho VI 14 Surat

10. Mezi Zaskia VI 20 Surat

11. Muhammad Rizki VI 23 Surat

12. Mutiara Rennata V 19 Surat

13. Robby Fernanida VI 20 Surat

14. Safina Febriyanti V 20 Surat

15. Salsabila Zackyah VI 19 Surat

16. Tri Fajar Ariza VI 15 Surat

17. Zakiyah Fitri Erita V 24 Surat

18. Zuhriah Zalfa Zahira V 17 Surat

Di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan ini, surat-surat yang dihafal adalah dimulai dari Juz yang ke 30 (Juz Amma) yang dimulai dari surat terakhir dalam al-Qur'an yaitu surat An-Nas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Hafalan Al-Qur'an Santri dengan Menggunakan Metode Wahdah dan Metode Takrir di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan Nagari Pariangan”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Membimbing santri yang mengalami kesulitan dalam menghafal al-Qur'an. 2. Membimbing santri agar dapat menghafal al-Qur'an sesuai dengan

(18)

3. Melatih santri agar terbiasa dalam menghafal ayat Al-Qur'an. C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat penulis ambil dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pembinaan Hafalan al-Qur'an Santri dengan Menggunakan Metode Wahdah dan Metode Takrir di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan Nagari Pariangan.

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana membimbing santri yang mengalami kesulitan dalam menghafal al-Qur'an?

2. Bagaimana membimbing santri agar dapat menghafal al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah ayat-ayat al-Qur'an (makharijul huruf dan tajwidnya)? 3. Bagaimana melatih santri agar terbiasa dalam menghafal ayat Al-Qur'an? E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk membimbing santri yang mengalami kesulitan dalam menghafal al-Qur'an.

2. Untuk membimbing santri agar dapat menghafal al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah ayat-ayat al-Qur'an (makharijul huruf dan tajwidnya).

3. Untuk melatih santri agar terbiasa dalam menghafal ayat Al-Qur'an. F. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan, pemahaman atau sumbangan pemikiran pengetahuan terhadap hafalan al-Qur'an.

b. Sebagai masukan kepada guru TPA dalam membina hafalan al-Qur‟an santrinya di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan.

c. Sebagai sumbangan pemikiran penulis bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa IAIN Batusangkar tentang pembinaan hafalan al-Qur'an santri

(19)

dengan menggunakan metode wahdah dan metode takrir di TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran dari penelitian ini adalah:

a. Agar dapat diseminarkan pada ujian Proposal nantinya.

b. Agar penulisan dari skripsi ini dapat diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiyah.

c. Agar nantinya bisa sebagai acuan untuk penulis skripsi lainnya G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman dalam memahami istilah pada penulisan proposal ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul proposal tersebut, antara lain sebagai berikut ini:

1. Pembinaan Hafalan Al-Qur'an

Dalam kamus bahasa Indonesia pembinaan dapat diartikan sebagai pembaharuan atau penyempurnaan untuk mencapai suatu kegiatan secara efektif dan efesien. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Bahasa

Indonesia, 2008: 220) Menghafal al-Qur'an adalah suatu langkah awal untuk

memahami kandungan ilmu-ilmu al-Qur‟an yang dilakukan setelah proses membaca dengan baik dan benar. (Yudhi Fachrudin, 2017: 6-7)

Jadi pembinaan hafalan al-Qur'an disini adalah adanya suatu kegiatan pembaharuan atau bimbingan yang dilakukan terhadap santri untuk menjaga kemurnian atau keaslian al-Qur'an dengan mengingatnya dengan baik dan benar untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Metode Wahdah dan Metode Takrir

Metode wahdah adalah menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya dengan cara membacanya berulang-ulang bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih. (Ahsin W Al-Hafidz, 2000: 63) Metode takrir adalah metode mengulang hafalan atau men-sima‟

(20)

-kan hafalan yang pernah dihafal-kan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru

tahfizh. (Sa‟adulloh, 2008: 54).

Jadi dengan menggunakan metode wahdah dan metode takrir ini akan memberikan kemudahan bagi santri untuk menghafal al-Qur'an, serta akan teringat oleh santri dalam jangka waktu yang cukup lama, karena menghafalnya dengan cara yang diulang-ulang dan metode ini sangat cocok bagi pemula untuk menghafal al-Qur'an.

3. TPA Masjid Sabil Jorong Padang Panjang Pariangan.

TPA Masjid Sabil adalah suatu lembaga pendidikan non formal sebagai suatu wadah tempat untuk belajar ngaji yang terletak di Jorong Padang Panjang Pariangan Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Hafalan Al-Qur'an

1. Pengertian Hafalan Al-Qur'an

Menghafal dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan al-hifdz (

ظفحلا

) yang merupakan akar kata dari

اظفح

ظفحي

ظفح

yang artinya menjadi hafal dan menjaga hafalannya atau memelihara, menjaga, menghafal dengan baik. Orang yang hafal al-Qur‟an dikenal dengan sebutan haafidz (

ظفاح

), yaitu orang yang menghafal dengan cermat, termasuk sederetan kaum yang menghafal. (Yudhi Fachrudin, 2017: 328-329)

Menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran) dan dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Kata menghafal (kata kerja) adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat, dan kata hafalan berarti sesuatu yang dihafalkan atau hasil dari kegiatan menghafalkan. Menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca maupun dengan mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang-ulang pasti menjadai hafal. (Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafidz, 2015: 79)

Hafiz menurut Quraisy Syihab terambil dari tiga huruf yang

mengandung makna memelihara dan mengawasi. Dari makna ini kemudian lahir kata menghafal, karena yang menghafal memelihara dengan baik ingatannya. Juga makna “tidak lengah”, karena sikap ini mengantar kepada keterpeliharaan, dan “menjaga”, karena penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan pengawasan. Kata hafiz mengandung arti penekanan dan pengulangan pemelihara, serta kesempurnaannya. (Nurul Hidayah, 2016: 65)

Secara etimologi, lafaz al-Qur'an atau Quran berasal dari kata qara‟a -

yaqra‟u, yang artinya membaca. al-Qur‟an adalah kalam Allah swt. yang

(22)

tiada tandingnya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada manusia secara mutawatir serta apabila mempelajarinya akan mendapatkan ibadah disisi Allah swt.. (Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah, 2011: 21-22)

Dari pengertian “menghafal” dan “al-Qur‟an” dapat diambil pengertian, bahwa menghafal al-Qur‟an adalah suatu proses untuk menjaga dan memelihara al-Qur‟an di luar kepala (mengingat) dengan baik dan benar dengan syarat dan tata cara yang telah ditentukan. Menghafal al-Qur'an

(hifzhul qur‟an) merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman

dengan kitab sucinya, sehingga ia tidak buta terhadap kitab sucinya, terbukti dengan masih langkanya nilai-nilai al-Qur'an yang membudaya dan menyatu dalam kehidupan mereka. (Abdul Aziz Abdul Ra‟uf Al-Hafidz, 2000: 10) Abdulrab Nawabuddin sendiri berpendapat bahwa makna etimologis menghafal al-Qur‟an berbeda dengan menghafal selain al-Qur‟an. Perbedaan ini dikarenakan dua alasan. Pertama, menghafal al-Qur‟an adalah hafal secara sempurna seluruh al-Qur‟an, sehingga orang yang hafal al-Qur‟an separuh atau sepertiganya belum dikatakan sebagai hafidz (orang yang hafal al-Qur‟an). Kedua, menghafal al-Qur‟an harus kontiniu dan senantiasa menjaga yang dihafal itu supaya tidak lupa. Ahsin W. Al-Haafidz mendefinisikan menghafal al-Qur‟an adalah langkah awal untuk memahami kandungan ilmu-ilmu al-Qur‟an yang dilakukan setelah proses membaca dengan baik dan benar. (Yudhi Fachrudin, 2017: 6-7)

Jadi dapat dipahami, bahwa menghafal (hafidz) al-Qur'an adalah suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang bacaan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga teringat didalam pikiran dalam jangka waktu yang lama dengan tujuan untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur‟an.

(23)

Menghafal al-qur'an hukumnya fardu kifayah, artinya tidak semua orang Islam diwajibkan menghafal al-Qur'an. Kewajiban ini sudah cukup terwaliki dengan adanya beberapa orang yang mampu mengafalnya. Anjuran untuk menghafal al-Qur'an banyak sekali disebutkan dalam hadist dengan cara memberikan prediket dan derajat tertentu bagi para penghafalnya. (Mukhlisoh Zawawie, 2011: 72)

2. Adab Bagi Penghafal Al-Qur'an

Agar al-Qur'an bisa mewarnai hidup, dan tidak mecelakakan pada hari kiamat, maka ada beberapa adab yang harus ada bagi penghafal al-Qur'an, yaitu sebagai berikut:

a. Selalu menjaga keikhlasan karena Allah swt. dan menjaga diri dari riya‟ Keikhlasan merupakan syarat utama dalam melakukan perbuatan apapun, termasuk menghafal al-Qur'an ini. Tanpa keikhlasan, sungguh hafalan akan menjadi sia-sia, semua pekerjaan tidak berguna dan tidak berharga. Keihkhlasan dalam mengafa al-Qur'an harus dipertahankan dengan terus menerus. Ia akan menjadi motivasi yang sangat kuat untuk mencapai sukses dalam menghafal, dengan selalu mengungat janji Rasululah saw. berupa pahala yang sangat besar.

b. Harus mutamayyiz (unggul) dari orang lain, menjaga diri dari laghwa

(melakukan hal yang sia-sia) dan selalu taat kepada Allah swt..

Sebagaimana nasehat yang dikatakan oleh Fudhoil bin Iyadh r.a bahwa : seorang penghafal al-Qur'an adalah panji Islam. Tidak pantas baginya berlaghwa (melakukan hal yang sia-sia) bersama-sama orang yang berlaghwa, tidak lupa diri bersama orang yang lupa diri, tidak bermain-main bersama orang-orang yang bermain-main, demi menjaga keagungan hak al-Qur'an.

c. Jangan mencari popularitas atau berniat menjadikan al-Qur'an sebagai sarana mencari nafkah.

(24)

e. Jangan berniat mencari duniawi dari al-Qur'an.

f. Jangan menjadikannya alat untuk meminta-minta kepada manusia. g. Berhati-hati dari sifat munafik.

h. Berhati-hati dari sifat yang terjerumus kepada maksiat (fusuq)

i. Banyak berdo‟a kepada Allah swt. agar dapat menuntun ke jannah_Nya j. Selalu bersama al-Qur'an sampai dia menghadapa Allah swt. (Abdul Aziz

Abdur Rauf Al-Hafidz, 2015: 135-142)

3. Manfaat dan Keutamaan Menghafal Al-Qur'an

Ada beberapa manfaat dan keutamaan yang diperoleh dari menghafal al-Qur'an, yaitu:

a. Manfaat atau keutamaan didunia, yaitu:

1) Al-Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya.

Dalam hadist Nabi saw. disebutkan bahwa:

ق

َلاَل

ْنُكُسْيَخ

ْيَه

َنَّلَعَت

َىآْسُمْلا

ُهَوَّلَعَو

Artinya: “orang yang paling baik diantara kailan adalah

orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya” (HR.

Bukhori Muslim)

Berarti Khoir (kebaikan) yang dijanjikan Rasulullah saw. mutlak akan didapat apabila seorang mukmin selalu sibuk dengan al-Qur'an. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang umum, baik kebaikan dalam beraqidah, berilmu dan berakhlak. Kebaikan-kebiakkan inilah yang mewarnai dan memberkahi kehidupan mukmin yang akan membias kepada seluruh sisi kehidupannya. Alangkah besarnya keberkahan hidup bersama al-Qur'an.

2) Seorang hafidz Qur‟an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif

Nabawi (penghargaan khusus dari Nabi saw.)

Diantara penghargaan yang pernah diberikan Nabi saw. kepada para sahabat penghafal al-Qur'an adalah perhatian khusus kepada

(25)

para syuhada uhud yang hafizh al-Qur'an Rasulullah saw. mendahulukan pemakamannya:

أ

َّىَأ

َلىُسَز

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع

َنَّلَسَو

َىاَك

ُعَوْجَي

َيْيَت

ِيْيَلُجَّسلا

ْيِه

ىَلْتَل

دُحُأ

ُلىُمَيَو

اَوُهُّيَأ

ُسَثْكَأ

اًر ْخَأ

ِىآْسُمْلِل

اَذِاَف

َسيِشُأ

ُهَل

ىَلِئ

اَوِهِدَحَأ

ُهَهَّدَل

يِف

ِد ْحَّللا

َلاَلَو

اًََأ

ديِهَش

ىَلَع

ِء َلَُإَه

َمْىَي

ِةَهاَيِمْلا

َسَهَأَو

ْنِهٌِْفَدِت

ْنِهِئاَهِدِت

ْنَلَو

اىُلَّسَغُي

Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggabungkan antara dua orang diantara orang-orang yang terbunuh dalam perang Uhud. Dan beliau berkata: "Siapakah diantara mereka berdua yang lebih banyak menghafal al-Qur'an?" apabila telah ditunjukkan kepada salah seorang diantara mereka berdua (banyaknya hafalan di antara keduanya), maka beliau mendahulukannya memasukkan ke dalam lahad dan berkata: "Aku menjadi saksi bagi mereka pada Hari Kiamat." Beliau memerintahkan untuk mengubur mereka bersama darah mereka

dan mereka tidak dimandikan. (HR. Abu Dawud)

3) Hifzul Qur‟an merupakan ciri orang yang diberikan ilmu.

Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Ankabut ayat 49:

























































Artinya: “sebenarnya, al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang

zalim”. (Q.S Al-Ankabut ayat 49)

4) Hafidz al-Qur'an adalah keluarga Allah swt. yang berada diatas

bumi

Rasulullah saw. besabda:

َلاَل

ُلىُسَز

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع

َنَّلَسَو

َّىِئ

َِّ ِلِل

َييِلْهَأ

ْيِه

ِساٌَّلا

َليِمَف

ْيَه

ُلْهَأ

َِّاللّ

ْنُهٌِْه

َلاَل

ُلْهَأ

ِىآْسُمْلا

ْنُه

ُلْهَأ

َِّاللّ

ُهُتَّصاَخَو

Artinya: “Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya Allah swt. mempunyai keluarga diantara manusia, para sahabat bertanya,

(26)

“siapa mereka ya Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab: “para Ahli al-Qur'an merekalah keluarga Allah swt. dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad) (Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafidz, 2015:

51-54)

5) Diutamakan menjadi imam dalam shalat berjama‟ah

Kepercayaan menjadi imam dalam sholat diberikan oleh Allah swt. kepada orang yang paling banyak hafalannya, paling mahir dan paling pandai dalam penguasaan kaidah-kaidah ilmu tajwid, baik secara teori maupun praktek. Rasulullah saw. bersabda:

َلاَل

ُلىُسَز

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع

َنَّلَسَو

ُّمُإَي

َمْىَمْلا

ْنُهُؤَسْلَأ

Artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah yang paling

menguasai bacaan kitabullah (al-Quran).”(HR. Muslim)

(Al-Ustadz Al-Hafizh Sobari Sutarip, 2010: 26)

Selain itu manfaat menghafal al-Qur'an adalah memberikan ketenanggan hati yang luar biasa, jiwa tentram dan nyaman. Kebahagiaan yang hebat akan dirasakan, terutama mampu menghafal ayat demi ayat, apalagi bisa menyelesaikan hafalan-hafalan al-Qur'an tersebut, maka akan ada rasa bahagia yang luar biasa dalam diri serta memberikan kebahagian kepada orang lain. Dengan mengafal al-Qur'an akan membuat pikiran jernih, kekutan memori memberikan ketenangan, terbebas dari rasa takut, sedih, cemas, mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain. (Umar al-Furuq, 2014: 17)

b. Manfaat atau keutamaan di akhirat, yaitu:

1) Al-Qur'an menjadi penolong (syafa‟at) bagi para penghafal. Rasulullah saw. bersabda:

َلىُسَز

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع

َنَّلَسَو

ُلىُمَي

اوُءَسْلا

َىآ ْسُمْلا

ُهًَِّاَف

يِتْأَي

َمْىَي

ِةَهاَيِمْلا

اًعيِفَش

ِهِتاَحْصَ ِلِ

(27)

Artinya: “dari Abu Umamah, ia berkata: aku mendengar

Rasulullah saw. bersabda:”bacalah oleh mu al-Qur'an,

sesungguhnya ia menjadi pemberi syafa‟at pada hari kiamat bagi

para pembacanya (penghafalnya). (HR. Muslim)

2) Hifzul Qur‟an akan meninggikan derajat manusia di surga

Rasulullah saw. bersabda:

ق

َلاَل

ُلىُسَز

َِّاللّ

ىَّلَص

َُّاللّ

ِهْيَلَع

َنَّلَسَو

ُلاَمُي

ِةِحاَصِل

ِىآْسُمْلا

ْأَسْلا

ِكَتْزاَو

ْلِّتَزَو

اَوَك

َتٌُْك

ُلِّتَسُت

يِف

اَيًُّْدلا

َّىِاَف

َكَلِزٌَْه

َدٌِْع

ِسِخآ

ةَيآ

اَهُؤَسْمَت

Artinya: “Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Dikatakan kepada orang yang membaca al-Qur'an: "Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.”(HR. Muslim)

Para ulama menjelaskan arti shohib al-Qur'an adalah orang yang hafal semua atau sebahagiannya, selalu membaca dan

mentadabbur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai

dengan tuntunannya.

3) Para penghafal al-Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat Dalam hadist disebutkan “dan perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat, dan perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an , sedangkan dirinya berusaha dengan serius dan keras dalam membacanya, maka baginya mendapat dua

pahala” (Mustafaq „Alaih)

4) Penghafal al-Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari al-Qur'an, terutama jika ia membacanya dalam shalat. (Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafidz, 2015: 55-60)

4. Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Qur'an

Hafal al-Qur'an adalah impian bagi setiap pecinta al-Qur'an. Namun tidak setiap orang bisa melakukannya. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan bagi calon penghafal al-Qur'an agar impiannya untuk mejadi

(28)

penjaga kalam Allah swt. dalam hatinya menjadi kenyataan. Kaidah-kaidah tersebut adalah sebgai berikut:

a. Ikhlas

Niat yang ikhlas karena Allah swt. menjadi kunci pertama bagi para calon penghafal al-Qur'an. Dengan keihklasan niat, akan tumbuh semangat dalam jiwa bahwa yang ia hafalkan adalah sumber kebahagiaan didunia dan diakhirat. Dengan keikhlasan pula, akan tumbuh semangat menggelora dalam dada sehingga sanggup mengalahkan semua kesulitan yang menghadang. Sebaliknya jika niat sudah salah, misalnya menghafal al-Qur'an hanya untuk pamer (riya) atau untuk menyombongkan diri, ia pun tidak akan mendapatkan pahala, malahan hanya mendapatkan dosa.

b. Usia muda lebih efektif

Hati dan pikiran anak-anak pada umumnya lebih jernih dan lebih mudah dalam menghafal al-Qur'an. Sebab belum begitu banyak problematika hidup yang mereka hadapi. Dan biasanya kalau seseorang sudah hafal dikala umurnya masih muda, hafalan itu akan sangat kuat melekat dalam ingatan. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang artinya: “Barang siapa yang belajar al-Qur'an pada saat ia masih dalam usia muda, Allah swt. akan

mencampurkan (ilmunya) dengan daging dan darahnya.” (HR Bukhari)

c. Memilih waktu dan tempat yang tepat

Kondisi lingkungan dan pikiran sangat berpengaruh dalam proses hafalan. Situasi yang tenang serta jauh dari keributan dan kebisingan akan sangat membantu kosentrasi pikiran dalam menghafal. Para ulama telah melakukan penelitian tentang waktu yang paling tepat untuk mengafal, kebanyakan dari mereka, kebanyakan dari mereka memilih waktu sahur dan setelah fajar karena kondisi kedua waktu tersebut

(29)

sangat strategis. Pada sat itu otak dalam keadaan rileks dan masih kosong dari berbagai urusan.

d. Menggunakan satu mushaf

Menghafal dengan menggunakan satu mushaf, akan lebih membantu ingatan para calon huffazh (penghafal al-Qur'an). Ketika menghafal, otak selalu merekam apa yang dibaca, kemudian melekat menjadi hafalan didalam hati. Jika mushaf yang digunakan lebih dari satu, terlebih ketika susunan dan cetakannnya, hal ini akan berpengaruh pada rekaman hafalan yang telah tercetak diotak.

e. Rutin mengulangi hafalan

Manusia tidak dapat dipisahkan dengan sifat lupa karena lupa merupakan identitas yang selalu melekat pada dirinya. Secara garis besar menambah hafalan lebih mudah dari pada menjaganya karena orang yang menghafal terdorong semangatnya untuk bisa, sedangkan menjaga atau mengulang hafalan selalu bersama dengan sifat malas. Solusinya bagi para penghafal al-Qur'an harus membuat jadwal khusus untuk mengulangi hafalannya. Hal ini memerlukan kesabaran serta ketelatenan.

f. Memperhatikan ayat-ayat yang sama atau mirip

Didalam al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang bacaannya sama atau hampir sama. Kalau ayat-ayat ini tidak diberi perhatian khusus, bisa berakibat fatal, karena bisa terjebak pada ayat lain yang kebetulan sama atau hampir sama sehingga hafalannya tidak terarah. Dengan memperhatikan ayat yang serupa atau mirip, hal ini dapat menghindarkan penghafal dari kesemrautan hafalan.

g. Berdo‟a mohon pertolongan kepada Allah swt.

Doa merupakan senjata ampuh bagi para penghafal al-Qur'an dan sebagai bukti kehambaan serta tadharru‟ kepada Sang Khalik. Selain itu berdoa adalah ibadah. Selain melakukan usaha sekuat tenaga untuk

(30)

menghafal, calon huffazh juga harus mengiringinya dengan berdo‟a agar Allah swt. mengabulkan keinginannya. (Mukhlison Zawawie, 2011: 96-106)

h. Tekad yang kuat

Perkara menghafal al-Qur'an adalah perkara yang besar, yang tidak akan mampu dilakukan kecuali oleh orang-orang yang memiliki tekad yang kuat (ulul „azmi). Setiap Muslim tentu memiliki keinginan menghafal al-Qur'an. Namun keinginan saja tidaklah cukup, ia mesti diringi oleh kemauan yang kuat untuk melakukannya. Firman Allah swt. dalam Q.S Al-Israa‟ ayat 19:











































Artinya : dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi

dengan baik. (Q.S Al-Israa‟ ayat 19)

Semua manusia menginginkan akhirat, akan tetapi siapa yang jujur (benar-benar) diantara mereka? Orang yang jujura adalah orang yang menginginkan hal itu dengan sebenar-benarnya. Lalu keinginannya berkembang menjadi tekat yang kuat dan berkembang lagi menjadi amal yang nyata. Merekalah yang dikatakan oleh Allah swt. dalam ayat diatas, “dan berusahalah kearah itu dengan sungguh-sungguh”.

i. Meninggalkan kemaksiatan

Hati yang larut dalam kecintaan terhadap maksiat tidak mungkin memiliki perhatian terhadap al-Qur'an. Setiap kali seorang hamba berbuat dosa, setiap kali itu pula hatinya terbawa pengaruh buruk. Dan

(31)

setiap kali hati terpengaruh, setiap itu pula kemampuannya mengafal kitabullah akan melemah. Sebagaimana hadist Nabi menyebutkan:

نَع

ِلوُس َر

َِاللّ

ىَلَص

َُاللّ

ِه ٌَلَع

َمَلَس َو

َلاَق

َنِإ

َد بَع لا

اَذِإ

َأَط خَأ

ةَئٌ ِط َخ

تَتِكُن

ًِف

ِهِب لَق

ةَت كُن

ُءاَد وَس

اَذِإَف

َوُه

َع َزَن

َرَف غَت سا َو

َباَت َو

َلِقُس

ُهُب لَق

نِإ َو

َداَع

َدٌ ِز

اَهٌِف

ىَت َح

َوُل عَت

ُهَب لَق

َوُه َو

ُناَرلا

يِذَلا

َرَكَذ

َُاللّ

{

َلَّك

لَب

َنا َر

ىَل َع

مِهِبوُلُق

اَم

َك

اوُنا

َنوُب ِس كٌَ

}

َلاَق

اَذَه

ثٌِد َح

نَس َح

حٌِحَص

Artinya: “dari Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat suatu dosa, maka akan ditoreskan satu titi hitam dihatinya. Apabila ia berhenti, beristighfar dan bertaubat, maka hatinya akan dikilapkan kembali. Jika ia berbuat dosa lagi, maka akan ditambah titik hitamnya hingga menutup seluruh hatinya. Itulah ar-an (penutup) yang disebut oleh Allah swt. dalam al-Qur'an. Kalla ba Rana „ala qulubihin ma kanu yaksibun (sekali-kali tidak, bahkan apa yang

selalu mereka kerjakan itu menutupi hati mereka)” at-Tarmidzi

mengatakan hadist ini hasan shahih.

Bukan hanya dosa-dosa yang sudah jelas status hukumnya, bukankah Allah Azza wa Jallah pun menyuruh manusia untuk menjauhi perkara-perkara yang samar (syubhat).

j. Dahulukan menghafal surat-surat yang paling mudah

Tidak mesti menghafal al-Qur'an sesuai dengan urutan mushaf atau dimulai dari awal mushaf. Boleh didahulukan dengan ayat-ayat atau juz-juz yang termudah dari al-Qur'an, agar bisa mengafal dengan cepat dan segera ada hasil yang dimiliki dari al-Qur'an. (Raghib as-Sirjani, 2009: 61-120)

k. Istiqamah dan disiplin

Istiqamah adalah konsisten, yakni tetap menjaga keteguhan dalam proses menghafal Qur‟an. Dengan kata lain seorang penghafal al-Qur‟an harus senantiasa menjaga kontiunitas dan efisiensi terhadap waktu. Seorang penghafal al-Qur'an harus bisa istiqamah, baik istiqamah dalam proses menghafal maupun muraja‟ah. Keduanya harus seimbang, prinsinya tiada hari tanpa mengafal dan muraja‟ah.

(32)

Kedisiplinan adalah kunci penghubung menuju jalan kesuksesan, dapat mengubah kabiasaan dan pikiran negatif menjadi pengembangan karya dan perubahan untuk lebih baik. Karena itulah seorang penghafal al-Qur'an harus disiplin dan pandai mengatur waktu. Jangan pernah waktu terhambur sia-sia tanpa makna dan faedah. (Amanu Abdul Aziz, 2015: 75-81)

5. Tingkatan-Tingkatan dalam Menghafal Al-Qur'an

Adapun tingkatan-tingkatan dalam menghafal al-Qur'an adalah sebagai berikut:

a. Tingkat atas (advance)

Menghafal dua lembar setiap hari atau sejumlah empat halaman mushaf al-Qur'an. Jika satu juz itu terdiri dari 21 halaman, maka akan memerlukan waktu lima hari untuk menyelesaikan satu juz dengan ditambah satu halaman (pada hari kelima): 4+4+4+4+5. Sehingga setiap juz akan selesai dalam waktu lima hari dan dalam waktu lima bulan akan selesai menghafal seluruh al-Qur'an (30 juz), dengan izin Allah swt. dan pertolongan dari_Nya.

b. Tingkat menengah (intermediate)

Perhitungannya adalah setengah dari tingkat atas, yakni menghafal satu lembar setiap harinya atau sama dengan dua halam mushaf al-Qur'an. Dengan demikian, hafalan seluruh al-Qur'an akan selesai dalam waktu sepuluh bulan dengan izin dari Allah swt..

c. Tingkat dasar (basic)

Tingkat ini sebanding dengan seperempat dari tingkat atas atau setengah dari tingkat menengah. Yaitu, menghafal satu halam mushaf al-Qur'an setiap harinya. Dengan demikian, hafalan seluruh al-al-Qur'an akan selesai dalam waktu dua puluh bulan atau sekitar satu tahun delapan bulan.

(33)

d. Tingkat umum

Tingkat ini adalah tingkatan yang tidak membatasi hafalan dengan jumlah tertentu. Tingkatan ini khusus bagi orang-orang yang tidak bisa melakukan ketentuan pada tingkatan-tingkatan sebelunya. Jadi, hafalan mereka hanya sebatas ayat-ayat yang jumlahnya lebih sedikit (dari tingkat sebelumnya) atau sejumlah ayat yang tidak dibatasi jumlahnya dalam setiap harinya. (Ahmad bin Salim Baduwailan, 2016: 85)

6. Cara Menguatkan dan Menjaga Hafalan Al-Qur'an a. Meninggalkan Maksiat

Abdullah bin Mas‟ud berkata,”menurut saya, orang yang lupa itu

karena dosa yang ia lakukan.” Imam Syafi‟I pernah berkata,”aku

mengadu kepada Waki‟ tentang hafalanku yang buruk. Lalu ia

menunjukkan kepadaku untuk meninggalkan maksiat. Ia berkata,”

ketahuilah bahwa ilmu itu cahaya dan ilmu Allah tidak akan diberikan

kepada pelaku maksiat”.

Waki‟ berkata,”jadilah penjagaan hati dari maksiat sebagai

penolong dalam hafalanmu,” maksiat itu memberikan pengaruh yang

buruk, tercela dan merusak badan serta hati, baik dunia maupun akhirat yang hanya diketahui Allah SWT. Adh-Dhahak bin Muzahim berkata,”tidak seorang pun yang mempelajari al-Qur‟an kemudian lupa

selain karena dosa yang ia lakukan,” Perhatikanlah firman Allah swt.

dalam Q.S Asy-Syura ayat 30:























Artinya: “Musa berkata: "Dan Apakah (kamu akan melakukan itu) Kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"

Az-Zarnuji mengatakan bahwa faktor-faktor penyebab kuatnya hafalan adalah kesungguhan dan keteguhan, mengurangi makan, shalat malam dan membaca al-Qur‟an, sedangkan hal yang meyebabakan lupa

(34)

adalah maksiat dan banyak dosa, kegelisahan dan kesedihan dalam masalah-masalah dunia serta banyak kesibukan dan pergaulan.

Maksiat ibarat virus ganas yang siap menggerogoti hafalan kita, maka jika virus ini tidak segera kita basmi dengan banyak istighfar, taubat dan menjauhi maksiat, maka jangan terlalu bermimpi mempunyai hafalan yang kuat dan terjaga.

b. Banyak Muraja‟ah Hafalan

Ulangilah setiap ayat yang hafal sebanyak 20 kali atau lebih. Tidak akan pernah memiliki hafalan kuat kecuali dengan mengulanginya berkali-kali. Lihatlah ulama, sebagian mereka mengulang-ulang hafalan sebanyak 100 kali. Di antara mereka juga ada yang mengulang-ulang sampai 400 kali, sehingga ilmu yang ia dapatkan seolah-olah berada di hadapan kedua matanya.

Adapun tips-tips menjaga hafalan adalah:

1) Mengulang bacaan ketika shalat lima waktu atau shalat-shalat sunnah lainnya. Mengulang hafalan setiap shalat minimal satu halaman setiap raka‟atnya. Terutama shalat malam maka kita harus mengusahakan minimal membaca satu dalam shalat, shalatnya lebih lama karena shalat sendirian inilah yang disunahkan.

2) Jadikan hafalan sebagai wirid harian, karena sebaik-baik zikir adalah tilawah al-Qur‟an. Ketika berjalan, menunggu antrian, di kantor atau di tempat manapun, gunakanlah kesempatan itu untuk mengulangi hafalan. Kecuali di tempat-tempat yang dilarang syariat Islam untuk membaca al-Qur‟an.

3) Menjadi imam shalat dan guru yang mengajarkan al-Qur‟an berpengaruh kuat terhadap penjagaan hafalan.

4) Sering-sering mendengarkan murattal karena ini sangat membantu memperkuat hafalan.

(35)

Langkah ketiga untuk menguatkan hafalan adalah menghindari penghalang. Ada tiga penghalang yang harus dijauhi, yaitu:

1) Hawa Nafsu yang selalu mendorong untuk berleha-leha dan membenci kesungguhan.

Betapa banyak orang yang dikarunia otak cerdas dan jenius justru menjadi sampah masyarakat gara-gara menuruti hawa nafsu. Sebaliknya, banyak orang yang kurang pandai menjadi sukses luar biasa karena mampu melawan hawa nafsu. Seorang penghafal al-Qur‟an pun demikian. Ia harus bisa menjinakkan hawa nafsunya dan mampu memicu jiwanya untuk terus bersemangat dan selalu dalam ketaatan.

2) Keluarga dan Teman

Orang tuapun tekadang menjadi penghalang kita untuk menghafal al-Qur‟an. Menghadapi masalah ini seorang anak harus bijak dan jangan ceroboh. Nasehatilah mereka, dekati pelan-pelan dan bertahap serta jangan lupa selalu do‟akan mereka agar diberikan kepahaman.

Teman adakalanya menjadi penghalang kita dan menghafal al-Qur‟an. Mungkin kita dulu sering meluangkan waktu untuk bermain dengannya, namun setelah kita menghafal al-Qur‟an kita tidak ada waktu untuk itu, kemudian teman kita mencela kita dengan mengatakan sok suci, sok menjadi kiai, atau kata-kata lain yang menyakitkan hati.

3) Three Indra a) Mata

Agar kita bisa menjaga hafalan, indra penglihatan harus terjaga dan bersih. Pandangan anda kepada yang tidak halal adalah anak panah iblis yang akan mengotori hati dan meracuni otak kita. Dan inilah yang akan menghambat hafalan.

(36)

b) Telinga

Seorang penghafal al-Qur‟an tidak pantas memiliki telinga yang suka mendengarkan sesuatu yang haram, musik, nguping aib orang dan hal-hal yang bukan haknya, kebiasaan jelek di atas jika disambungkan dengan hafalan al-Qur‟an tidak akan pernah bersatu.

c) Lisan

Demikian juga halnya dengan lisan atau lidah yang suka berkata haram, seperti bohong atau adu domba, dan mencaci. Pemilik lidah seperti ini harus bertobat dulu sebelum menghafal al-Qur‟an (Amanu Abdul Aziz, 2013: 121-129).

7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur’an a. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi orang yang akan menghafalkan al-Qur‟an. Jika tubuh sehat maka proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa adanya penghambat, dan batas waktu menghafal pun menjadi relatife cepat. Namun, bila tubuh tidak sehat maka akan sangat menghambat ketika menjalani proses menghafal.

Oleh karena itu sangat disarankan agar selalu menjaga kesehatan, sehingga ketika menghafal tidak ada kendala karena keluhanan dan rasa sakit yang di derita. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga pola makan, menjadwal waktu tidur, mengecek kesehatan secara rutin dan lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Kesehatan yang diperlukan oleh orang yang menghafalkan al-Qur‟an tidak hanya dari segi kesehatan lahiriyah, tetapi juga dari segi psikilogisnya. Sebab, jika secara psikologis terganggu, maka akan sangat menghambat proses menghafal. Sebab, orang yang menghafalkan

(37)

al-Qur‟an sangat membutuhkan ketenangan jiwa, baik dari segi pikiran maupun hati.

Namun bila banyak sesuatu yang dipikirkan atau dirisaukan, proses menghafal pun akan menjadi tidak tenang. Akibatnya, banyak ayat yang sulit untuk dihafalkan. Oleh karena itu, jika mengalami gangguan psikologi, sebaiknya perbanyaklah berdzikir, melakukan kegiatan yang positif atau berkonsultasi kepada psikiater.

c. Faktor Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalani proses menghafalkan al-Qur‟an. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani. Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses menghafalkan al-Qur‟an. Hal yang paling penting ialah kerajinan dan istiqomah dalam menjalani hafalan.

d. Faktor Motivasi

Orang yang menghafalkan al-Qur‟an, pasti sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, dan sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat dalam menghafal al-Qur‟an. Tentunya, hasilnya akan berbeda jika motivasi yang di dapatkan kurang. Kurangya motivasi dari orang-orang terdekat atau dari keluarga akan menjadi salah satu faktor penghambat bagi sang penghafal itu sendiri.

e. Faktor Usia

Usia bisa menjadi salah satu faktor penghambat bagi orang yang hendak menghafalkan al-Qur‟an. Jika usia sang penghafal sudah memasuki masa-masa dewasa atau berumur, maka akan banyak kesulitan yang akan menjadi penghambat. Selain itu, otak orang dewasa juga tidak

(38)

sejernih otak orang yang masih muda, dan sudah banyak memikirkan hal-hal yang lain.

Sebenarnya, kurang tepat bagi yang sudah berusia dewasa untuk memulai menghafal al-Qur‟an. Walaupun pada dasarnya mencari ilmu tidak kenal dengan waktu dan usia, serta mencari ilmu sampai akhir hayat. Akan tetapi, diusia dewasa akan banyak hal yang masih harus dipikirkan, selain menghafal Qur‟an. Oleh karena itu, jika hendak menghafalkan al-Qur‟an, sebaiknya pada usia-usia yang masih produktif agar tidak mengalami berbagai kesulitan.

Hal-hal yang mendukung hafalan al-Qur‟an dan memudahkan dalam proses menghafal Al-qur‟an antara lain :

1) Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh baik sebelum maupun ketika menjalani proses hafalan. Ketika lingkungan sekitar kita banyak yang menghafal al-Qur‟an, maka akan memberikan motivasi dan menumbuhkan keinginan dalam diri untuk ikut menghafal. Bahkan, terdapat suatu lembaga pendidikan yang mengharuskan hafalan al-Qur‟an sebagai syarat kelulusan jenjang pendidikan formal tertentu. 2) Teman

Selain lingkungan, teman juga sangat berpengaruh. Teman yang baik akan menjadikan kita semakin banyak dan baik hafalannya. Namun, ketika teman dan orang-orang di sekitar kita kurang kondusif terhadap proses menghafal, maka hal itu sangat berpengaruh, baik dalam menambah hafalan maupun menjaganya. Jadi usahakan untuk memilih dan bergaul dengan teman yang baik dan teman yang berpengaruh positif.

3) Makanan

Sebagian penghafal beranggapan bahwa makanan tidak berpengaruh terhadap daya hafalan. Namun, sebaiknya makanan

(39)

yang dikonsumsi adalah makanan yang sehat, minimal 4 sehat 5 sempurna. Namun, ada diantara penghafal yang menganggap bahwa makanan cukup mempengaruhi dalam menghafal. Sebab menurutnya, kecerdasan otak harus dibiasakan dengan hafalan. Selain itu, tubuh kita juga membutuhkan asupan gizi yang mencukupi.

4) Bacaan

Seorang yang menghafal al-Qur‟an dengan tartil, akan berpengaruh pada hafalan. Bacaan yang tartil dan sesuai tajwid, sangat ditekankan oleh seorang guru. Menurut survei ini, terdapat kelebihan yang dimiliki oleh orang yang menghafal dengan tartil. Yaitu, dia mampu membaca al-Qur‟an dengan pelan juga dengan cepat. Namun, orang yang terbiasa menghafal dengan cepat (hard) tanpa tartil, akan susah jika harus membaca dengan pelan. Meskipun dalam proses menghafal, cara baca hard (cepat) akan lebih memudahkan dalam menghafal.

5) Keinginan Kuat

Inilah sebenarnya yang sangat berpengaruh, baik dalam menambah hafalan yang baru, terhadap kelancaran bacaan, maupun mengulang hafalan. Karena keinginan kuat inilah yang akan memotivasi kita untuk berusaha lebih keras. Motivasi dari guru juga memengaruhi, tapi lebih sedikit pengaruhnya jika dibandingkan motivasi yang muncul dalam diri sendiri (Ahsin W. Al-Hafidz, 2000: 56).

B. Metode-Metode Menghafal Al-Qur'an

Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Ahmad Tafsir metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran. (Ramayulis, 2002: 271)

(40)

Metode atau cara sangat penting dalam mencapai keberhasilan mengafala, karena berhasil tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode yang merupakan integral dalam sistem pembelajaran. Lebih jauh lagi Zakiyah Dradjat mendefinisikan metode (method) adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran peserta didik saat berlansung proses pembelajaran. (Fadriati, 2004: 4) Ada beberapa metode dalam menghafal al-Qur'an yang sering dilakukan oleh para penghafal, diantaranya adalah:

1. Metode Wahdah

Metode wahdah adalah mengafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan, sehingga nanti mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya sehingga benar-benar membentuk gerakan refleks pada lisannya. Metode ini sangat cocok bagi pemula yang hendak mengafal al-Qur'an.Langkah-langkah metode wahdah ini yaitu:

a) Pilih atau tentukan ayat yang akan dihafal.

b) Untuk mencapai hafalan awal, maka setiap ayat dibaca sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih, sampai benar-benar membentuk gerakan refleks pada lisan.

c) Setelah benar-benar hafal satu ayat, baru dilanjutkan dengan ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya.

d) Lakukan cara tersebut sampai benar-benar hafal dan mampu memproduksi ayat tersebut dalam kepala secara alami atau refleks.

e) Semakin banyak diulangi maka kualitas hafalan akan semakin kuat. (Ahsin W Al-Hafidz, 2000: 63)

Lakukan cara diatas sampai benar-benar hafalannya, dengan kata lain setiap menghafal ayat per ayat maka gabungkanlah ketika menghafalnya agar

(41)

hafalannya teratur dan mudah diingat. Untuk ayat yang terlalu panajang, kita bisa menyiasatinya menjadi potongan-potongan pendek, keudian gabungkan. Untuk surat yang tergolong panjang kita bisa melakukannya dengan menghafal melalui membaca per baris sampai dapat menghafal lima baris, kemudian lakukan untuk menghafal baris berikutnya. (Ismarleni, 2016: 66)

Kelebihan dari metode ini adalah:

a. Salah satu metode yang banyak dilakuakn oleh para penghafal al-Qur'an b. Memudahkan para penghafal dalam membaca ayat yang dihafal karena

sering diulang beberapa kali dalam satu ayat

c. Mudah dihafal oleh anak dan ingatan anak terhadap hafalan lebih kuat. d. Makhorijul anak dalam menghafal terjamin

Kekurangan dari metode ini adalah:

a. Biasanya metode ini metode paling lamabat karena membutuhkan waktu untuk melakukan pengulangan dalam menghafal.

b. Jika tidak menyambung ayat yang satu dengan ayat berikutnya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam penyambungan ayat-ayat berikutnya. (Ir Amjad Qasim, 2011: 126-127)

2. Metode Takrir

Kata takrir memiliki beberapa makna dan pengertian yakni takrir

dengan arti ketetapan atau kenyataan. Al-Jarjani membedakan antara takrir

dengan tahrir. Tahrir menerangkan arti secara kinayah, sedangkan takrir

memberikan penjekasan tentang pengertian dan ibarat. Dalam istilah ilmu nahwu, pengertian tetap selalu bersamaan dengan kontinuitas (dawan wa

istimrar), sehingga pengertian ini dalam pendidikan lebih dekat dengan usaha

kontinuitas dalam belajar untuk dapat meraih hasil yang maksimal. (Ahmad Zainal Abidin, 2016: 37-38)

Metode takrir adalah metode mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah di-sima‟-kan kepada guru

(42)

dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan (Sa‟adulloh, 2008: 54).

Penggunaan metode takrir dalam menghafal al-Qur'an sangat penting untuk diterapkan. Sebab menjaga hafalan merupakan suatu kegiatan yang sulit dan terkadang menimbulkan kebosanan. Sangat dimungkinkan suatu hafalan yang sudah baik dan lancar menjadi tidak lancar atau bahkan bisa menjadi hilang.

Takrir merupakan bagian tak terpisahkan dari proses menghafalkan

al-Qur'an dan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kekuatan hafalan. Usaha pengulangan ini harus diadakan secara ketat, sebab hafalan bisa hilang atau sia-sia jika tidak diiringi dengan pemeliharaan. Sedangkan kunci keberhasilan mengahafal al-Qur'an dengan mengulang-ulang hafalan yang telah dihafal. (Ahmad Zainal Abidin, 2016: 39-40)

Langkah-langkah metode ini adalah:

a) Amati secara jeli dan teliti ayat yang akan dihafalkan sehingga ayat-ayat tersebut terekam dalam hati.

b) Mulai membaca secara binnazar (melihat) ayat-ayat yang akan dihafalkan dengan dengan cara tartil atau pelan. Bacaan ini diulang sebanyak lima sampai tujuh kali bahkan boleh lebih.

c) Pejamkan mata sambil melafalkan ayat yang sedang dihafalkan dengan diulangi beberapa kali sampai benar-benar yakin sudah menghafalnya. d) Kemudian lansung disambung secara lansung ayat-ayat yang telah dihafal

sambil memejamkan mata.

e) Setelah benar-benar hafal lalu hafalan disetorkan kepada guru pengampu. (Mukhlisoh Zawawei, 2011: 107-108)

Kelebihan metode takrir adalah:

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pembagian warisan Marga Pugung Tampak yang menjadi ahli waris ialahanak lelaki tertua atau anak lelaki di dalam sebuah keluarga tersebut, apabila dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh, kemampuan, agunan/ jaminan, karakter nasabah, kondisi usaha, dan modal secara simultan terhadap faktor-faktor yang

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel yang diamati, dimana yang menjadi variabel bebas adalah brand awareness

1) Variabel Putus SD dan APM SD membentuk sudut hampir 180 o , berarti kedua variabel itu memiliki korelasi negatif yang cukup besar. Hal ini memberikan makna bahwa angka

Mahasiswa berdiskusi dg peserta lain 4 Mengenal karakter individu sasaran pengembangan masyarakat Setelah selesai perkuliahan mahasiswa dapat mengenal dengan baik

Proses menuntut ilmu, tidak selalu mudah namun pasti akan mengalami hal-hal yang sukar untuk diselesaikan. Oleh karena itu keberadaan guru disini sebagai

Untuk menanamkan nilai profesionalitas kepada para karyawan, Nurul Hayat mengadakan program yang bernama training SMS(Sukses dengan Motivasi Spiritual). Training

Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mengatasi hambatan-hambatan tentang sumber daya manusia yang belum memadai dan kurang maksimalnya