• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wellinton Koo lalu berkata, Ya, dan saya punya dua orang anak yang masih kecil, yang memerlukan ibu,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wellinton Koo lalu berkata, Ya, dan saya punya dua orang anak yang masih kecil, yang memerlukan ibu,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

[True Story]

ORANG TERKAYA DARI SEMARANG !!! - Part III – Tamat

Tapi Hui Lan memang terkesan dengan sosok Wellington Koo, karena dia mendapat fasilitas yang dibayari pemerintah Perancis. Padahal dirinya saja mesti keluar uang untuk membeli mobil dan membayar sopir. Tapi Wellington Koo tidak, semuanya ditanggung pemerintah Perancis selama dia sana sebagai tamu kehormatan.

Hui Lan semakin terkesan ketika mereka berdua pergi menonton opera dan mendapat bangku khusus yang sudah di-booking pemerintah Perancis. Ayahnya saja yang pebisnis sukses belum tentu dapat perlakuan khusus seperti itu.

Sejak pertama kali bertemu, Welington Koo beberapa kali menelpon Hui Lan. Tampaknya dia memang menyukai Hui Lan. Dalam sebuah kesempatan ketika Hui Lan sedang merawat diri di salon Elizabeth Arden, Wellington Koo menyambanginya. Karuan saja, Hui Lan merasa tersanjung karena orang terhormat seperti Wellington Koo mau menemui dirinya saat sedang berada di salon seperti itu.

Dilamar Wellington Koo,

Beberapa saat berlalu, hubungan Hui Lan dengan Wellington Koo semakin akrab. Dari segi latar belakang, banyak orang mengakui mereka adalah pasangan yang serasi. Prianya seorang politikus terhormat, wanitanya seorang anak pengusaha sukses dan kaya raya yang bergaya aristokrat.

Dalam sebuah kesempatan mereka pernah bercakap-cakap. Percakapan inilah yang kemudian selalu dikenang oleh Hui Lan karena Wellington Koo memintanya menjadi istri. Percakapan bermula dari obrolan mengenai orang-orang biasa diundang ke tempat-tempat penting seperti istana.

Hui Lan berkata bahwa drinya tidak mungkin diundang ke Istana Buckingham, istana Elysee atau Gedung Putih, meski dia orang kaya. Wellington Koo menimpali

“Istri saya ikut diundang, kalau saya menghadiri perjamuan resmi di tempat tempat itu,”katanya.

“Tentu isterimu kan sudah meninggal,” ujar Hui Lan.

Wellinton Koo lalu berkata,

“Ya, dan saya punya dua orang anak yang masih kecil, yang memerlukan ibu,“ Hui Lan yang ketika itu baru berumur 19 tahun dan terbiasa berbicara blak-blakan seperti ayahnya langsung bertanya,

(2)

“Ya, dan saya harap kamu mau.” jawab Wellington Koo pendek, tanpa menyebutkan apakah dia mencintai Hui Lan dan sebaliknya. Ketika itu Hui Lan tak langsung menjawab tetapi meminta waktu untuk berpikir.

Menantu Impian,

Bagi Bing Nio, Wellington Koo merupakan menantu impian. Dia sangat ingin Wellington Koo bisa bersanding dengan Hui Lan. Bing Nio kerap memuji Welington secara terbuka. Tak terbayangkan betapa bangga dirinya jika menjadi mertuanya Wellington Koo. Soal sikap ibunya ini, Hui Lan pernah berpikir bahwa ibunya lebih cocok buat Wellington daripada dirinya. Menurut Hui Lan, Wellington lahir tahun Babi, cocok dnegan ibunya yang lahir tahun Naga. Sedangkan Hui Lan lahir di tahun Harimau. Tjong Lan memberi saran,”Hui Lan, kamu harus menikah dengan Wellington Koo, jangan seperti saya yang bersuamikan orang yang tidak berarti. Ingat, kamu akan menjadi Madame Wellington Koo dan orang akan menyapamu Your Excellency.”

Ketika Hui Lan masih dalam keragu-raguan, ibunya sudah tidak sabar. Hui Lan mengungkapkan dirinya belum siap menjadi ibu tiri dari dua anak Wellington. Tapi kata Bing Nio, Hui Lan tak perlu mengasuh sendiri anak-anaknya, kerana mereka sudah punya pengasuh. ”Ingat, sekarang masih ada aku yang akan melindungimu, tetapi aku ini berpenyakit diabetes. Kalau aku sudah tidak ada, kamu akan tidak bisa hidup serumah dengan Tjong Lan, karena kamu tidak akur dengan Ting Liang. Kamu tidak akan diperbolehkan hidup sendiri oleh ayahmu. Kamu harus pulang ke ayahmu, padahal Lucy Ho membencimu. Kamu bisa diracuni.“ kata ibunya seperti ditulis Hui Lan dalam bukunya.

.

Oei Tiong Ham Tak Setuju,

Tapi akhirnya Hui Lan memang menerima pinangan Wellington Koo. Segera setelah Hui Lan mau menikah dengan Wellington Koo, Bing Nio mengirim telegram kepada Oei Tiong Ham di Singapura untuk mengabarkan berita ini.

Tapi jawaban Oei Tiong Ham diluar dugaan. Berbeda dengan istrinya, Oei Tiong Ham justru tidak setuju. Alasannya, mata-mata Oei Tiong Ham menemukan bukti bahwa Wellington Koo pernah menikah dan bercerai di Shanghai, sebelum menikah dengan putri Jenderal Tang.

Dia lalu membalas telegram dengan bunyi :“Kalian tolol. Kalau Hui Lan dinikahkan dengan Wellington Koo, ia tidak bisa menjadi istrinya, karena Wellington Koo mempunyai istri yang masih hidup di Cina. Mengapa kalian tega berbuat demikian kepada Hui Lan?”

Tapi Bing Nio bergeming. Soal itu, Bing Nio sudah diberitahu oleh Wellington bahwa semasa kanak kanak ia sudah dijodohkan dengan putri tabib yang menyembuhkannya dari penyakit berat. Waktu pulang liburan dari Amerika Serikat tahun 1908, ibu dan kakak laki lakinya mengirimkan tandu merah kepada putri tabib itu.

(3)

Wellington yang lahir 1887 dengan taat membawa gadis desa yang tidak terpelajar ke New York. Istrinya kemudian meminta dipulangkan karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sana. Diadakanlah rapat keluarga yang memutuskan mereka bercerai. Masa itu perceraian diakui kalau direstui orang tua.

Kemudian Wellington menikah dengan gadis berpendidikan barat, putri Tang Shao Yi, tangan kanan Presiden Yuan Shih Kai. Setelah mendapat gelar master dari Columbus dan lulus dari sekolah hukum di Yale, Wellington Koo kembali ke Cina untuk menjadi sekretaris dan penerjemah bagi Yuan di Beijing.

Wellington Koo berasal dari keluarga yang tidak kaya tidak pula miskin. Mereka termasuk kuno. Kaki ibunya masih diikat dan ibunya itu hanya bisa berbahasa Cina dialek Shanghai, serta tidak pernah pergi jauh dari rumah. Ketika bersekolah di Amerika Serikat, Wellington hanya bisa tinggal di asrama murah dan hidup sederhana sekali. Pendek kata, akhirnya Wellington Koo dan Hui Lan menikah juga. Pertunangan mereka diumumkan di Hotel Ritz di Paris, sedangkan pernikahannya diselenggarakan di Kedutaan besar China di Brussels, Belgia.

Saat hari pernikahan, hanya Bing Nio yang hadir, Tjong Lan dan suaminya Tiang Liang tak bisa hadir karena sakit. Sementara dari keluarga Wellinton Koo juga tidak ada yang hadir karena perlu waktu lama menempuh perjalanan laut dari China ke Eropa.

Pernikahan harus dilangsungkan sebelum Wellington menggantikan Alfred Tse sebagai Minister (Jabatan yang lebih rendah dari duta) Cina di London.

Hui Lan mengungkapkan, menerima hadiah pernikahan dari ibunya berupa sebuah Rolls-Royce dengan seragam sopir yang dibuat di Dunhill. Ibunya juga menghadiahkan peralatan makan dari perak yang waktu itu harganya sekitar 10.000 poundsterling. Sarung bantal tempat tidur mereka diberi kancing yang berhiaskan intan.

(4)

Cintanya Hanya Untuk China,

Seusai menikah, mereka kembali ke hotel. Sebagaimana layaknya pengantin baru, Hui Lan bermaskud menyenangkan suaminya dengan mengganti pakaian pengantinnya dengan pakaian negligee yang seksi. Tapi ternyata Wellinton tak memperhatikan dirinya, dia malah sibuk bekerja dikelilingi empat sekretarisnya. Jadi saya duduk saja menunggunya.

Malam itu juga mereka harus berangkat dengan kereta api ke Jenewa, Swiss, untuk menghadiri pembukaan Liga Bangsa-Bangsa (Kemudian menjadi PBB). Wellington Koo adalah ketua delegasi China.

Sejak itu mulai ada perasaan yang lain di hati Hui Lan, melihat begitu sibuknya Wellinton Koo. Perhatian Wellington Koo hanya untuk Cina. Ia memang orang yang diperlukan oleh Cina, tetapi bukan suami yang tepat untuk Hui Lain, tutur Hui Lan dalam bukunya.

Otaknya cemerlang, tetapi ia tidak mampu bersikap mesra dan menunjukkan kelembutan kepada istrinya sendiri.

Sore itu, sebelum berangkat untuk menghadiri resepsi pernikahan yang diadakan bagi mereka oleh wakil Chna untuk Spanyol yang khusus datang dengan istrinya. Pesta resmi itu dihadiri pejabat-pejabat Perancis, Belgia, dsb. Bing Nio yang ikut ikut bersama mereka tampak bangga sekali ketika mereka disambut dengan karangan bunga yang besar setibanya di stasiun.

(5)

Mereka mendapatkan kamar suite yang megah. di hotel Beau Rivage yang menghadap ke danau. Tapi belum lama mereka tiba di hotel, Wellington Koo langsung dijemput sekretarisnya untuk segera menggelar berbagai rapat. Daripada bosan menunggu suaminya rapat, akhirnya Hui Lan memutuskan pergi berbelanja bersama ibunya sambil menikmati keindahan kota Jenewa.

Suatu kali, Hui Lan pernah kaget dan tersinggung ketika Wellington dan Wang, sekretarisnya, mengatur tempat duduk tamu di perjamuan yang mereka adakan. Ketersinggungan Hui Lan, selain Wellington tak mengajak berdiskusi, juga lantaran dirinya ditempatkan di tengah tempat duduk orang-orang yang menurut Hui lan membosankan.

Dan tanpa sepengetahuan Wellington, Hui Lan mengatur kembali letak kartu-kartu di meja perjamuan. Beberapa saat kemudian, saat sedang berdandan, tahu-tahu Wellington datang dan menegur Hui Lan. Begini katanya, “Hui Lan, ini bukan pesta pribadimu, kamu menjamu mewakili Cina, sehingga para tamu harus didudukkan sesuai dengan tingkatan mereka, agar tidak ada seorangpun yang merasa terhina atau hilang muka.“ ujar Wellington.

Tapi sejak saat itu, Hui Lan jadi banyak belajar soal protokol. Belakangan dia malah sangat ahli dalam mengatur tempat duduk para tamu, sehingga tugas itu diserahkan kepadanya.

Tampak serasi padahal tidak sejalan,

Waktu demi waktu berlalu. Hui Lan sebagai istri seorang pejabat China dipanggil dengan sebutan terhormat Madame atau Your Excellency, begitu juga dengan Bing No ibunya. Hui Lan masih ingat ketika pertama kali ke Istana Buckingham yaitu saat suaminya menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Raja George V dan Permaisuri Mary.

Putri Alice yang sebelumnya sudah mengajarinya tatacara di kerajaan, yaitu cara wanita memberi hormat kepada keluarga raja. Termasuk pesannya supaya jangan berbicara kalau tidak ditanya. Sekeluar dari istana, suaminya berkomentar,”Kita ini memang pasangan yang hebat,” katanya.

Dari luar memang Welllington dan Hui Lan seperti pasangan yang serasi dan matang, padahal Hui Lan merasa pernikahan mereka tidak berjalan dengan mulus.

Orang memang mengagumi kecerdasan Wellinton. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa mereka cuma negara kelas dua, sebab masa itu China bukan negara yang kuat. Kekuatan-kekuatan besar dunia cuma mengirimkan wakil setingkat minister ke Beijing, bukan duta besar.

Suatu kali dengan bergurau Hui Lan berkata pada Wellington,”Saya tidak ingin seumur hidup menjadi istri Minister, Kapan kamu menjadi dubes?”. Mendengar itu Wellinton

(6)

jengkel.“Kalau kamu tidak puas dengan keadaanmu sekarang, kapan pun kamu tidak akan puas. Saya tidak bisa mendapat kedudukan lebih tinggi lagi dari ini, minister untuk Istana Saint James!” katanya ketus.

Pada tanggal 30 Januari 1922, putra mereka lahir di Washington. Ketika itu Wellington sedang menghadiri konferensi pembatasan senjata yang juga membicarakan nasib Shantung di tangan Inggris.

Putra mereka diberi nama Kai Yuen yang berarti “zaman baru”. Namun nama resmi putra kami itu Yu Chang yang diberi oleh abang sulung Wellington. Namun orang-orang lebih senang memanggil dengan nama Wellington Junior. Akhirnya sejak kecil mereka memanggilnya Junior saja.

Bertemu Dengan Ayah Lagi,

Pada tahun 1916, keadaan China kacau. Presiden Yuan Shih Kai meninggal tidak lama setelah berusaha menjadikan dirinya kaisar. Penggantinya lemah, Wellington yang sudah tujuh tahun meninggalkan China dipanggil pulang.

Dalam perjalanan ke China dengan S.S. Khyber mereka singgah di Singapura. Disanalah Hui lan mendapat kejutan yang tak disangka-sangka, yakni Ayahnya, Oei tiong ham datang menemui dirinya di atas kapal. Segera saja Hui Lan mengenalkan Wellington dengan Ayahnya. Itulah pertemuan pertama antara Oei Tiong Ham dengan menantunya sendiri.

Saat masih bersandar di Singapura itu, Hui Lan sempat diajak Ayahnya untuk mendarat untuk mengunjungi rumah yang selama ini ditinggalinya bersama Lucy Ho.

Sesampainya disana, Hui Lan heran, karena ayahnya yang glamour sudah jauh berubah. Hui Lan mendapati di rumah itu sama sekali tak ada air ledeng atau WC duduk. Sungguh jauh dari cirri-ciri kemegahan yang dulu dimiliki ayahnya. Bahkan ayahnya tak punya pelayan pribadi. Oei Tiong Ham sama sekali tak menjawab pertanyaan Hui Lan mengapa dirinya menjadi hidup sederhana seperti itu.

Namun Oei Tiong Ham menjelaskan bisnisnya berjalan seperti biasa, Hauw maupun Swan bisa diandalkan. Kantor ayahnya di Singapura pun berjalan dengan baik, tetapi ia jarang ke sana.

Ayahnya juga meminta Hui Lan supaya tak perlu khawatir. Kata Oei Tiong Ham, neraca keuanganya bahkan lebih beres, karena ditangani sendiri oleh Lucy Ho. Memang berlainan dengan gundiknya yang lain . Lucy Ho cukup terpelajar dan pintar. Tapi Hui lan tetap tetap khawatir. Dia tahu tidak semua istri setia. Mengapa Lucy Ho membiarkan dirinya terikat pada pria yang menghamilinya setiap tahun ? Hui Lan memperingatkan ayahnya agar jangan mencampuradukkan seks dengan bisnis. Tapi oei Tiong Ham tertawa,”Kamu dan ibumu akan jauh lebih kaya, kalau pemasukan dan pengeluaran uang kalian seperti Lucy Ho.” katanya.

(7)

Tapi Hui Lan kemudian membalas,”Buat apa saya repot2 mengurusi neraca dan menelusuri kemana uang saya kalau saya mempunyai ayah seperti ini?”.

Saat kembali ke kapal, tak lupa Oei Tiong Ham menjejalkan lembaran dollar AS yang jumlahnya lebih dari US$ 50.000 ke dalam tas Hui Lan.

Setelah mengucap salam dan mennyarankan ayahnya supaya membeli mobil dan membuat WC duduk serta air ledeng. Oei Hui Lan dan Wellington Koo meneruskan perjalanan ke China.

Sesampainya di Shanghai mereka disambut meriah. Di Shanghai mereka sempat tinggal di rumah yang disewa oleh kakak sulung Wellington Koo untuk mereka. Tapi Hui Lan tak suka, karena selain ukurannya terlalu kecil, tak ada ledeng dan WC duduk pula. Akhirnya mereka pindah ke hotel untuk beberapa waktu. Wellington Koo menurut Hui Lan sebetulnya tak setuju. Dia tak ingin menyinggung perasaan kakaknya yang sudah repot-repot menyewakan rumah. Tapi Hui Lan bergeming.

Beberapa waktu kemudian mereka membeli sebuah istana di Beijing, tentu saja dari uang pemberian Oei Tiong Ham, karena gaji Wellington tak mungkin mencukupi kebutuhan Hui Lan. Istana itu dijual murah oleh pemiliknya, US$ 100,000, karena ia takut disita oleh pemerintah. Istana itu dibangun Kaisar pada abad XVII untuk seorang gundik yang paling dicintainya. Di istana itulah kemudian presiden China pertama Dr. Sun Yat Sen meninggal tahun 1925. Hui Lan menghabiskan dana tambahan sekitar US$ 150,000 lagi untuk memperbaiki istana itu. Di istana itu pula putra kedua Hui Lan lahir tanggal 24 Juli 1923 malam.

Oei Tiong Ham meninggal,

Setelah tinggal di China, Hui Lan masih sempat beberapa kali mengunjungi Singapura menemui Ayahnya. Suatu ketika Hui Lan mendapat undangan jamuan makan dengan Gubernur Jenderal Singapura, ayahnya yang melihat Hui Lan datang ke Singapura dengan perhiasan seadanya, langsung ke kamar dan setelah itu melemparkan setumpuk perhiasan intan yang besarnya berpuluh puluh karat ke pangkuan Hui Lan. Yang diundang dalam perjamuan itu semuanya orang Inggris kecuali Hui Lan dan Sir Robert Ho tung dari Hong Kong. Hui Lan mengajak ayahnya. Ayahnya tidak paham bahasa Inggris dan ingin duduk di sebelahnya Hui Lan. Setelah dijelaskan kepada ajudan Gubernur Jenderal, akhirnya jamuan makan malan itu berlangsung lancar. Oei Tiong Ham duduk disebelah Hui Lan.

Hui Lan mengaku masih sekali lagi bertemu Oei Tiong Ham ketika Hui Lan datang ke Singapura untuk melihat pembangunan villa miliknya yang memasuki tahap akhir. Pada waktu itulah Oei Tiong Ham diramal oleh seorang India. Kata orang itu, akan ada musuh yang meracuni Oei Tiong Ham.

(8)

Hui Lan khawatir dan mengajak ayahnya meninggalkan Singapura. Tapi Oei Tiong Ham menolak, saat perpisahan di pelabuhan, Oei Tiong Ham sempat berkata pada Hui Lan, “Hui Lan, aku lelah.“.

Hui Lan merasa sedih mendengar perkataan Ayahnya. Hui Lan sama sekali tak menyangka bahwa kalimat itu adalah perkataan terakhir dari Oei Tiong Ham untuk dirinya.

Setelah tiga bulan, Hui Lan menerima kawat dari Tjong Swan. Oei Tiong Ham meninggal dunia. Kabar yang dia terima, ayahnya meninggal mendadak akibat serangan jantung pada 6 Juni 1924.

Bagi Hui Lan, inilah awal masa suram kehidupannya. Hui Lan merasa sangat kehilangan. Sosok Oei Tiong Ham baginya juga sebagai pelindung. Selama ayahnya hidup, Hui Lan bukan Cuma merasa aman dari segi keuangan, tetapi juga selama ada Oei Tiong Ham, tidak seorang pun berani berbuat jahat terhadap Hui Lan dan keluarganya.

Ibunya, Bing Nio, menolak menghadiri pemakaman Oei Tiong Ham. Akhirnya ditemani Wang, sekretaris sekaligus kepala rumah tangga (majordomo) dan seorang pelayan perempuan, Hui Lan berangkat ke Singapura.

Sampai di Singapura, peti jenazah Oei Tiong Ham sudah ditutup. Saat itu banyak orang-orang yang tak dikenal Hui Lan datang. Mereka adalah teman-teman Lucy Ho. Hui Lan menyadari bahwa dirinya sekarang orang luar.

Hui Lan meminta agar jenazah ayahnya diotopsi, apalagi dia ingat betul perkataan peramal yang meramalkan ayahnya akan tewas diracun. Hui Lan curiga Lucy Ho meracuninya. Namun menurut penasihat hukum di Singapura, sebagai anak perempuan almarhum Hui Lan tidak berhak meminta otopsi, kecuali ibunya, Bing Nio. Diputuskan jenazah Oei Tiong Ham akan dimakamkan di Semarang. Dua anak Oei Tiong Ham yang dipercaya yakni Tjong Wan dan Tjong Hauw yang mengatur semuanya. Jenazah lalu diangkut menggunakan kapal ke Semarang.

Di Semarang, prosesi pemakaman Oei Tiong Ham dilakukan tanpa biksu. Hui Lan sebagai anak istri sah, duduk di kereta pertama pengiring kereta jenazah . Swan, Hauw , dan para putra Oei Tiong Ham dari gundik-gundiknya berjalan di belakang mereka.

Pembagian Warisan,

Oei Tiong Ham meninggalkan warisan cukup banyak. Hui Lan mendapatkan warisan yang dijanjikan ayahnya. Ibunya mendapat beberapa juta dollar. Kakaknya, Tjong Lan mendapat satu juta dollar. Sementara perusahaan peninggalan Oei Tiong Ham dibagi tiga antara Tjong Hauw, Tjong Swan dan Lucy Ho. Belakangan Tjong Swan menjual bagiannya itu kepada Lucy Ho dan pindah ke Belanda.

Lucy Ho sendiri menurut kabar yang didengar Hui Lan, meninggal di Swiss akibat kanker. Swan meninggal akibat infeksi gigi yang ditelantarkan. Sementara Hauw meninggal di Jakarta karena serangan jantung tahun 1951.

(9)

Bisnis Oei Tiong Ham di Jawa lalu diambil alih Jepang dan sisanya kemudian diambil oleh pemerintah Soekarno.

Menjadi Dubes AS,

Dua belas tahun kemudian, tepatnya tahun 1936, Wellington diangkat menjadi dubes China pertama untuk Prancis. Hui Lan menulis dalam bukunya bahwa saat menuju Paris, dirinya meninggalkan banyak harta benda di China. Hui Lan juga juga meninggalkan perhiasan almarhumah isteri pertama Wellington di sebuah bank di Shanghai, dengan maksud akan diberikan kepada putri mereka, Pat, kalau Pat sudah dewasa.

Waktu itu mereka tak berpikir bahwa akhirnya semua ternyata akan amblas oleh pemerintah komunis China.

Tujuh tahun menjadi dubes China untuk Perancis, Wellington pindah tugas menjadi Dubes di London tahun 1943. Hui Lan mengaku berteman baik dengan Menteri Luar Negeri Anthony Eden dan pernah dijamu oleh PM Churchill, kemudian juga oleh PM Attlee. Bahkan mereka pernah diundang jamuan makan oleh Ibu Suri Mary yang kemudian mereka balas dengan menjamunya di kantor kedubes China Di London. Selama menjadi istri dubes, mereka bisa mengadakan perjamuan mewah semacam itu berkat warisan Oei Tiong Ham karena gaji Wellington yang ‘cuma’ US$ 600 sebulan. Selama di London itu pula Hui Lan berteman baik dengan Joseph Kennedy, Jr yang kemudian tewas dalam perang. Semasa perang dunia kedua, Hui Lan juga ikut menjadi sukarelawan Palang Merah Inggris di bawah Edwina Mountbatten.

Karier Wellington terus menanjak, tahun 1946 Wellington menjadi dubes China untuk sebuah negara besar yang kala itu memenangi perang dunia kedua, Amerika Serikat. Kantor kedubes China di Washington sebelumnya adalah rumah milik penemu telepon Alexander Graham Bell. Tetangga sebelah mereka juga adalah seorang konglomerat AS yang kaya raya, Marjorie Merriweather Post. Mereka kerap diundang jika Marjoie mengadakan pesta.

(10)

Kemudian Madame Chiang Kai Shek (isteri presiden Cina Nasionalis) juga pernah menjadi tamu di kediaman mereka. Oleh karena suaminya tidak bisa berbahasa Inggris, pemerintah China mengutus madame Chiang yang mendapat pendidikan di AS untuk berpidato di hadapan kongres.

Mereka juga berhubungan baik dengan wakil presiden Richard M. Nixon dan isterinya yang bijaksana itu. Dan sebagai duta besar, Wellington sering diundang dalam acara-acara penting dan formal pemerintah AS. Tentunya Hui Lan juga turut serta. Mereka sempat menghadiri upacara pelantikan presiden Harry S. Truman dan Presiden Dwight D. Eisenhower.

Bing Nio untuk beberepa saat pernah tinggal bersama mereka di Washington, tapi kemudian meninggal akibat kanker di sebuah rumah sakit di New York. Hui Lan menuturkan dia sangat merasa kehilangan ibunya untuk waktu yang lama.

Akhir Dari Semuanya,

Tahun 1956, setelah bertugas di Washington selama sepuluh tahun, Wellington ditarik pulang. Ketika itu pemerintah China sudah terbagi dua, Taiwan dan China Daratan, antara nasionalis dan komunis.

Hui Lan memilih tetap tinggal di AS. Dia menyewa sebuah apartemen di Sutton Palace, New York. Anak tirinya, Pat sering datang menemani Hui Lan mengobrol dan untuk mengajarinya memasak. Di apartemen itu Hui Lan tinggal bersama dua anjing peking kesayangannya. Karena Wang ikut Wellington ke China, dua pelayannya memilih bekerja di tempat lain sementara koki mereka membuka restoran.

Suatu kali Hui Lan mengalami peristiwa naas. Seusai pulang dari mengajak jalan-jalan anjingnya, Hui Lan disergap perampok. Dua perampok bule itu mengikat tangan dan kaki Hui Lan. Perampk itu berhasil membawa lari perhiasan Hui Lan yang nilainya kira-kira seperempat juta dollar.

Setelah perang usai, sulit sekali mengurus rumah rumah kami di pelbagai tempat di eropa. Dengan susah payah berhasil juga saya menjualnya, walaupun dengan harga murah. Saya mengagumi Ny. Kung, seorang Methodist yang tabah. Ia menghibur saya,“Apa pun milik kita yang hilang, jika Anda mencintai Tuhan, Anda tidak akan terpengaruh.“

Sejak itu Hui Lan mengaku jarang menjamu dan enggan menghadiri perjamuan. Hui lan masih beruntung karena anak tirinya Pat, dan anak-anaknya patuh terhadap dirinya. Putra sulungnya, berhasil menjadi anggota tentara Angkatan Udara Nasionalis dan berada di Taiwan. Tjong Lan meninggal di New York tahun 1970. Suaminya meninggal setahun sebelumnya.

Hui Lan juga merasa memiliki pertalian emosional dengan Indonesia, tempat dia dilahirkan dan menghabiskan masa kecil. Oleh karena itu, tahun 1968 Hui Lan pernah mencoba berbisnis di Indonesia tetapi bisnis itu gagal.

(11)

berduit tidaklah penting. Otak dan kepribadianlah lebih penting. Kita bisa menderita akibat haus kekuasaan, tetapi kita bisa mendapat kesenangan dari sikap hormat, kesederhanaan dan sifat lurus. Kita seharusnya menghargai orang orang lain dan hidup ini, tulis Hui Lan.

Nama Jalan di Singapura,

Hui Lan sendiri meninggal dunia tahun 1992, di Amerika. Menurut catatan redaksi majalah Intisari berjudul “Pelangi Cina di Indonesia”, Hui Lan masih sempat menulis kata pendahuluan untuk buku Raja Gula Oei Tiong Ham yang ditulis Liem Tjwan Ling, pada Maret 1978.

Sementara nasib benda-benda peninggalan Oei Tiong Ham di Semarang sudah sulit dilacak. Rumahnya di Jalan Gergaji, Semarang sekarang dijadikan tempat kursus bahasa asing dan komputer, milik keluarga Hoo Liong Tiauw pemilik pabrik plastik Polyplast.

Tjwan Ling Liem, penulis buku "Raja Gula Oei Tiong Ham (Surabaya, 1979) menulis terjadi pengambil alihan aset Oei Tiong Ham di Semarang oleh pemerintah. Lalu sekitar tahun 1975-an, pemakaman Oei Tiong Ham dibongkar, tulang belulangnya di bawa ke Singapura dan diabukan disana. Nama Oei Tiong Ham kemudian diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Singapura.

Resensi :

Oei Hui Lan yang terlahir dengan kemewahan dan kehidupan yang sempurna. Ayahnya Oei Tiong Ham adalah seorang pria terkaya di Asia Tenggara yang disebut sebagai raja gula asal Semarang. Suaminya Wellington Koo adalah seorang politikus handal, ia menjabat sebagai menteri luar negri China yang ikut serta dalam pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sang ibu yang ambisius, berhasil membawanya

bergabung dengan kalangan jet-set di Eropa yang sejajar dengan keluarga kerajaan Eropa.

Perjalanan hidup Hui Lan bagaikan sebuah kisah telenovela yang tidak pernah berhenti dengan konflik, perselingkuhan dan tragedi kehidupan. Sang ayah, tiba-tiba meninggal dan menyisakan warisan yang menjadikan petaka diantara 8 istri dan 42 anak-anak yang dilahirkan. Warisan yang sejatinya membawa berkah berubah menjadi pertikaian yang tidak pernah berhenti sampai detik ini.

Sebuah sejarah kehidupan yang benar-benar membuat kita bertanya apakah kekayaan dan kehormatan dapat memberikan kita rasa bahagia sesungguhnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dapat dilihat berupa: tegangan dan deformasi pada hampir setiap titik untuk berbagai kondisi (silakan dicoba satu persatu)... Modul Pelatihan

Kelompok ini terdiri dari keluarga yang memiliki penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras/tahun yang tinggal di pedesaan dan mereka yang tinggal di

Setiap individu mempun0ai /iri dan sifat atau karakteristik -awaan 1 heredity heredity 2 0an -er-eda+-eda dan 2 0an -er-eda+-eda dan karakteristik 0an diperoleh dari

Bamus Nagari menurut Peraturan daerah Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun 2007 adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Penekanan pada penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana koleksi dapat memberikan data atau informasi kepada publik tentang hubungan diplomasi yang dilakukan oleh

Bagian adukan AC4C tanpa dan dengan tambahan partikel keramik akibat proses 1 kali pengelasan adukan gesek tidak banyak berubah dan masih terletak pada re ntang kekerasan

Kelayakan teoritis Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis model inkuiri terbimbing yang dikembangkan secara _ keseluruhan menghasilkan persentase sebesar 95,91% dengan

Latar belakang karya ilmiah yang tepat berdasarkan identifikasi masalah tersebut adalah. Koperasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama. Mereka berkumpul untuk