• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DI KEBUN KOLEKSI TUMBUHAN OBAT KALISORO, TAWANGMANGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA) DI KEBUN KOLEKSI TUMBUHAN OBAT KALISORO, TAWANGMANGU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Species Biodiversity of Butterfly (Lepidoptera) in the Medicinal Plants

Garden Kalisoro, Tawangmangu

M.Bakti Samsu Adi

*

, Dian Susanti

*

*

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

*

e-mail : adi.b2p2to2t@gmail.com

ABSTRACT

One of the problems in the development of medicinal plants is the presence of pests. Cultivation of medicinal plants are often attacked by pests, so the quality and biomass to be low. It is important to know the data and information on various organisms that could potentially disrupt the production process. This research aims to inventory species of butterflies around medicinal plant cultivation. Research was conducted in January-February 2016. The sampling scan method used to calculate the number of species and number of individuals of each species. The data obtained and analyzed using Shannon-Wiener index (H'), Margalef index (Dmg), evenness index (E), and Simpson dominance index (D). There are 25 species of butterflies in four families. The highest occurrences indicated by Catopsilia pomona of 57.4%, while Symbrenthia sp, Moduza procris, Junonia hedonia, Elymnias nesaea, Elymnias hypermnestra, and Cyrestis nivea, have the lowest occurrences, respectively 0.5%. Biodiversity indices for diversity index (H ') = 1.91, richness index (Dmg)= 4.61, evenness index (E) = 0.59 and dominance index (D) = 0.34. Based on the findings of butterflies and their biodiversity indices, in general all butterflies have the potential to become pests, with the greatest potential being in C. Pomona. That's because in medicinal plant garden there are host plants for their larvae. However, further studies are needed related to the nature and characteristics of butterflies in the environment, so that pest control can be more appropriate.

Keywords : Biodiversity, Butterfly, lepidoptera, medicinal plant cultivation, pest ABSTRAK

Salah satu kendala dalam pengembangan tumbuhan obat adalah keberadaan hama atau organisme pengganggu tanaman. Proses produksi bahan baku simplisia tumbuhan obat seringkali diserang hama, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai yang dikehendaki. Data dan informasi mengenai jenis-jenis organisme yang berpotensi sebagai pengganggu proses produksi sangat penting untuk diketahui, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan serangan organisme pengganggu tanaman dan meminimalkan dampak dari serangan yang terjadi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menginventarisir jenis kupu-kupu yang hidup di sekitar budidaya tumbuhan obat. Riset yang dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016 ini difokuskan pada inventarisasi kupu-kupu. Metode scan sampling digunakan untuk menghitung jumlah spesies dan jumlah individu tiap spesies. Data keragaman kupu-kupu yang didapat kemudian dianalisis dengan indeks keragaman Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan spesies Margalef (Dmg), indeks kemerataan Evenness (E), dan indeks Dominansi Simpson (D). Ditemukan sebanyak 25 spesies kupu-kupu dari empat famili. Catopsilia pomona adalah spesies dengan kemunculan tertinggi sebesar 57,4%, sedangkan Symbrenthia sp, Moduza procris, Junonia

hedonia, Elymnias nesaea, Elymnias hypermnestra, dan Cyrestis nivea, memiliki kemunculan

terendah, masing-masing 0,5%. Nilai indeks biodiversitas kupu-kupu di kebun koleksi untuk indeks keragaman (H’) 1,91, indeks kekayaan spesies (Dmg) 4,61, indeks kemerataan (E) 0,59

(2)

dan indeks dominansi 0,34. Berdasarkan jenis kupu-kupu yang ditemukan, secara umum, seluruh kupu-kupu memiliki potensi untuk menjadi hama tumbuhan obat, dengan C. Pomona berpotensi paling besar untuk menjadi hama. Hal ini mengingat tumbuhan inang untuk larva-larva mereka ada di kebun tumbuhan obat. Studi lebih lanjut mengenai sifat dan karakteristik kupu-kupu di lingkungan kebun tumbuhan obat masih diperlukan, sehingga pengendalian agar tidak menjadi hama yang merugikan dapat menjadi lebih tepat.

Kata Kunci : Keanekaragaman, Kupu-kupu, lepidoptera, budidaya tumbuhan obat, hama PENDAHULUAN

Tumbuhan obat merupakan salah satu komoditas penting dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengembangan dan pemanfaatan tumbuhan obat dalam perjalanannya memiliki banyak kendala yang harus diatasi (Permadi, 2008). Salah satu kendala tersebut adalah keberadaan hama yang mengganggu dan bahkan merusak tumbuhan, beberapa diantaranya masuk dalam ordo Lepidoptera.

Lepidoptera adalah salah satu ordo

serangga yang meliputi semua jenis kupu-kupu dan ngengat yang memiliki ciri khas berupa sepasang sayap dilapisi sisik mikroskopis. Larva adalah salah satu fase siklus hidup kupu-kupu yang memakan bagian tumbuhan untuk pertumbuhannya, sehingga berpotensi merusak tanaman budidaya (Ashok, 2013). Sebagai contoh, beberapa jenis dari Lepidoptera yang ditemukan menyerang tanaman kenanga termasuk dalam famili Lymantridae,

Nymphalidae, Papilionidae, Satyridae,

Psychidae dan Saturniidae (Himawati dan

Wijayanti, 2010).

Untuk dapat mengatasi organisme pengganggu tersebut, yang pertama kali dilakukan adalah mengetahui jenis anggota ordo Lepidoptera yang menyerang suatu tanaman obat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menginventarisir jenis kupu-kupu yang hidup di sekitar kebun tumbuhan obat.

METODE PENELITIAN

Pengamatan menggunakan metode

scan sampling dengan mendata langsung

jenis-jenis yang ditemui di sepanjang jalur

pengamatan pada kebun koleksi tumbuhan obat (Bahar et al., 2016). Pengamatan dilakukan pada 12 titik selama 5 menit di setiap titik untuk menghitung jenis dan jumlah kupu-kupu yang terlihat serta 15 menit untuk koleksi kupu-kupu. Jarak antara titik pengamatan sekitar 10 meter. Jenis kupu-kupu yang belum dikenali ditangkap dengan menggunakan jaring serangga. Alat yang digunakan adalah jaring serangga, mikroskop, pinset, papan perentang dan kamera. Bahan yang digunakan diantaranya amplop papilot, jarum serangga dan label.

Pengamatan dilaksanakan bulan Januari-Februari 2016 mulai pukul 08.00 - 12.00 WIB di kebun koleksi tumbuhan obat Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, mengingat kebanyakan kupu-kupu bersifat diurnal dan bunga sebagai sumber makanan baru mulai mekar di pagi hari. Kupu-kupu hasil koleksi dimatikan dengan menekan pada thoraxnya dan dilakukan perentangan spesimen kupu-kupu sesuai dengan metode yang digunakan Bahar et al. (Bahar et al., 2016). Spesimen diidentifikasi untuk mengetahui jenisnya. Identifikasi dilakukan dengan melihat pola sayap, bentuk antena dan bentuk abdomen berdasarkan The complete field guide to

butterflies of Australia (Braby, 2004), Lepidoptera Indica Volume I (Moore, 1892) sampai Lepidoptera Indica volume X

(Swinhoe, 1913) dan Butterflies of Borneo

Vol. 2 Lyccaenidae, Hesperiidae (Seki et al.,

(3)

Variabel jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis kupu-kupu yang didata kemudian dianalisis melalui indeks keragaman, kemerataan, dan dominansi spesiesnya. Perhitungan indeks Keragaman kupu-kupu menggunakan indeks Shannon-Wiener (H’), kemerataan dengan indeks Evenness (E), dan dominansi dengan indeks Dominansi Simpson (D) (Nautiyal et al., 2015) serta analisis keanekaragaman menggunakan indeks diversitas Margalef’s (Dmg) (Priyono dan Abdullah, 2013). Nilai-nilai indeks biodiversitas ini, akan dapat membantu dalam melihat ada tidaknya jenis yang ditemukan melimpah dan mendominasi, sehingga potensi menjadi hama dari larva yang dihasilkan dapat diprediksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kupu-kupu hasil tangkapan diidentifikasi sampai tingkat spesies. Hasil identifikasi yang diinvetarisasi menunjukkan bahwa kupu-kupu yang terkoleksi sebanyak 25 spesies, dari lima famili dari ordo Lepidoptera, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1., dengan daftar spesies menurut famili ditampilkan pada Tabel 1.

Famili Nymphalidae memiliki kemunculan paling tinggi sebesar 56%, sedangkan Famili

Lycaenidae kemunculannya paling rendah sebesar 4 %, sebagaimana ditampilkan pada gambar 1. Kebun koleksi tanaman obat yang memiliki koleksi lebih dari 800 spesies tumbuhan merupakan lingkungan yang relatif mendukung bagi keberadaan spesies-spesies dari Famili Nymphalidae berkaitan dengan sumber pangan, sebagaimana disampaikan oleh (Lamatoa et al., 2013), perbedaan spesies dan jumlah kupu-kupu yang ditemukan di suatu tempat, tergantung pada keanekaragaman tanaman yang berperan sebagai tanaman inang bagi kupu-kupu tersebut, dimana rendahnya jumlah tanaman inang di suatu habitat menyebabkan sedikitnya jumlah populasi spesies tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi keanekaragaman spesies kupu-kupu pada suatu habitat yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya, dan musuh alami dari kupu-kupu (predator dan parasit).

Kupu-kupu dari jenis Catopsilia pomona memiliki jumlah individu yang paling banyak tertangkap, sebesar 57,4%. C.

pomona dikenal sebagai kupu-kupu migran

yang memiliki kemampuan migrasi karena kemampuannya yang besar untuk menyebar secara massal, meskipun tidak teratur (Orr and Kitching, 2010).

(4)

Tabel 1. Daftar spesies menurut Famili

No Famili Spesies

1 Lycaenidae Jamides pura

2 Danaidae Danaus chrysippus, Euploea core, Euploea mulciber dan Tirumala septentrionis

3 Papilionidae Graphium agamemnon, Graphium sarpedon, Pachliopta aristolochiae, Papilio demoleus dan Papilio memon agenor

4 Pieridae Catopsilia pomona, Delias belisama, Delias hyparete, Eurema alitha dan Leptosia nina

5 Nymphalidae Ariadne ariadne, Cyrestis nivea, Dolleschalia bisaltide, Elymnias hypermnestra,

Elymnias nesaea, Hypolimnas bolina, Junonia hedonia, Junonia iphita, Modusa procris dan Symbrenthia sp

Gambar 2. Persentase kemunculan spesies anggota ordo Lepidoptera

Mereka melakukan migrasi untuk menghindari persaingan dan memanfaatkan sumberdaya makanan pada tumbuhan inang (Ramesh et al., 2012). Di lingkungan kebun tanaman obat, C. pomona terlihat banyak ditemukan di sekitar tanaman Ekinase (Echinacea purpurea) dan Kina (Cinchona

sp.) yang sedang berbunga dengan cukup melimpah. Kedua tanaman tersebut cukup menarik karena warnanya yang cerah (Waddill and Gilman, 1999) dan beraroma manis (Orwa et al., 2009). Jenis yang cukup jarang ditemukan, terdistribusi pada enam spesies terbawah, yaitu Symbrenthia sp.,

(5)

Moduza procris, Junonia hedonia, Elymnias nesaea, Elymnias hypermnestra, dan Cyrestis nivea, masing-masing 0,5% (Gambar 2).

Tabel 2. Hasil perhitungan data komunitas kupu-kupu

Indeks biodiversitas Nilai

Jumlah Spesies 25

Keragaman (H’) 1.91

Kekayaan (Dmg) 4.61

Kemerataan (E) 0.59

Dominansi (D) 0.34

Perhitungan terhadap banyaknya spesies dan jumlah individu tiap spesies ditunjukkan pada Tabel 2. Indeks keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan di kebun koleksi tumbuhan obat sebesar 1,91. Nilai tersebut berada dibawah angka 2,3 yang menunjukkan bahwa kebun koleksi tersebut tingkat keaneka-ragamannya relatif rendah (Muhamat et al., 2015). Kekayaan spesies yang ditunjukkan oleh indeks Kekayaan Margalef berada pada kisaran 3,5<Dmg<5 sehingga dapat dikatakan kekayaan spesiesnya sedang. Nilai kemerataan spesies (E) di kebun juga sedang, dengan nilai indeks kemerataan sebesar 0,59. Nilai kemerataan spesies yang sedang ini akibat adanya salah satu spesies (C. pomona) yang ditemukan dalam jumlah relatif banyak, akan tetapi jumlahnya tidak terlalu mendominasi, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai indeks dominansi sebesar 0,34 yang berada pada kisaran 0,31<D<0,60 yang berarti nilai dominansi di kebun tumbuhan obat berada pada taraf sedang. Nilai-nilai indeks biodiversitas diatas menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman kupu-kupu yang rendah, dilihat dari faktor keberadaan seluruh jenis kupu-kupu yang ditemukan, tampak adanya pengaruh faktor dominansi dari salah satu spesies yang ada. Kupu-kupu yang lebih dominan akan menguasai sumber makanan dan menyebabkan jenis kupu-kupu yang lain akan tersingkir akibat tidak mampu

berkompetisi. Hal ini karena selain faktor lingkungan (biotik/abiotik), keberadaan kupu-kupu sangat tergantung kepada daya dukung habitatnya, dan kemungkinan adanya predator yang menjadikan mereka sebagai mangsa.

Kebun koleksi tumbuhan obat terletak pada ketinggian 1.200 m dpl. Rata-rata curah hujan pada saat penelitian sebesar 21,8 mm, dengan curah hujan terendah 0 mm dan tertinggi 163 mm. Kondisi tumbuhan obat di kebun rata-rata sedang dalam masa berbunga. Priyono dan Abdullah (Priyono dan Abdullah, 2013) menyatakan bahwa kupu-kupu merupakan serangga yang aktif di siang hari pada saat intensitas cahaya matahari tinggi karena kupu-kupu menggunakan panas matahari untuk membantu terbang. Saat cuaca gelap atau hujan, kupu-kupu bersembunyi di balik daun. Selain itu, kehidupan kupu-kupu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain kelembaban, suhu, intensitas cahaya, dan ketinggian.

Referensi kupu-kupu terhadap tumbuhan adalah kecenderungan atau ketertarikan kupu-kupu terhadap tumbuhan sebagai tempat hinggap, tumbuhan pakan (foodplant), atau tumbuhan inang (hostplant). Hostplant adalah tumbuhan inang yang menjadi sumber makanan bagi fase larva dari kupu-kupu, sedangkan

foodplant adalah tumbuhan yang menjadi

sumber nektar bagi kupu-kupu dewasa (Arrummaisha et al., 2014). Beberapa kupu-kupu memiliki banyak pilihan tumbuhan untuk digunakan sebagai hostplant. Kupu-kupu dewasa menentukan tumbuhan yang tepat untuk digunakan sebagai hostplant dengan cara menangkap aroma tumbuhan dengan menggunakan antena dan merasakan tumbuhan dengan menggunakan alat sensor yang terdapat pada kaki. Pada beberapa spesies dengan hostplant yang spesifik, larva tidak akan makan dan bertahan hidup pada tanaman yang tidak

(6)

tepat (Sutton and Sutton, 1999). keragaman tumbuhan yang menjadi foodplant dan

hostplant kupu-kupu di kebun koleksi

tumbuhan obat tinggi tetapi populasi sedikit.

Pemilihan tumbuhan sebagai sumber nektar (foodplant) tergantung beragam faktor, seperti warna, kedalaman mahkota bunga, kelompok bunga, aroma

bunga serta kualitas, kuantitas dan kepekatan nektar. Nektar berfungsi sebagai sumber karbohidrat untuk lama hidup, kesuburan dan kekuatan terbang kupu-kupu. Beberapa spesies kupu-kupu juga mengambil mineral dari embun madu, kotoran katak, buah busuk, urin, keringat, kotoran hewan, getah pada luka tanaman (Deepika et al., 2014).

Tabel 2. Tumbuhan obat sebagai inang bagi anggota ordo lepidoptera di tingkat famili

No Famili (Kupu-kupu) Famili Hostplant (tumbuhan obat) Spesies (tumbuhan obat)

1 Nymphalidae Acanthaceae, Anacardiaceae,

Bombacaceae, Convolvulaceae,

Leguminosae, Malvaceae,

Sterculiaceae, Theliaceae,

Verbenaceae, Asteraceae

(Arrummaisha et al., 2014)

Graptophyllum pictum (Daun Ungu), Abelmoschus moschatus (Waron), Abrus precatorius (Saga), Acanthus ilicifolius

(Daruju), Anacardium occidentale

(Jambu mete), Andrographis paniculata (Sambiloto), Barleria sp (Landep),

Cassia sp., Desmodium triquetrum

(Daun Duduk), Erytrina microcarpa (Dadap Bong), Erytrina lithosperma (Dadap Serep), Ipomoea aquatica (Kangkung), Durio zibethinus (Durian),

Hibiscus radiatus (Mrambos), Hibiscus sabdariffa (Rosella), Hibiscus syriacus

(Kembang Sepatu Mawar), Theobroma

cocoa (Kakao), Cola nitida (Kola), Guazuma ulmifolia (Jati Belanda), Muntingia calabura (Talok), Premna oblongifolia (Cincau Hijau).

2 Pieridae Capparaceae, Leguminosae,

Asteraceae (Ratih et al., 2014)

Cleome spinose (Bunga Laba-Laba), Cassia sp., Desmodium triquetrum

(Daun Duduk), Erytrina microcarpa (Dadap Bong), Erytrina lithosperma (Dadap Serep).

3 Papilionidae Annonaceae, Aristolochiae,

Meliaceae, Rhamnaceae, Rutaceae

(Ratih et al., 2014)

Annona muricata (Sirsak), Aristolochia littoralis, Atalantia missionis (Jeruk

Kates), Azadirachta indica (Mimba),

Ziziphus sp.

4 Lycaenidae Amaranthaceae, Leguminosae,

Myrtaceae, Rhamnaceae, Rubiaceae,

Sapindaceae, Asteraceae,

Verbenaceae, Zygophyllaceae

(Arrummaisha et al., 2014)

Cassia sp., Desmodium triquetrum

(Daun Duduk), Erytrina microcarpa (Dadap Bong), Erytrina lithosperma (Dadap Serep), Ziziphus sp.

5 Danaidae Apocynaceae. Moraceae (Sanjaya et al., 2016)

Allamanda cathartica (Alamanda),

Alstonia scholaris (Pule), Alyxia reinwardtii (Pulasari).

(7)

Kebun tumbuhan obat Kalisoro sebagai kebun koleksi memiliki lebih dari 800 spesies tanaman dari berbagai famili. Tabel 2 menunjukkan sebagian dari koleksi spesies tumbuhan obat yang menjadi hosplant bagi kupu-kupu dari famili yang telah ditemukan.

KESIMPULAN

Ditemukan sebanyak 25 spesies kupu-kupu yang berada di kebun koleksi tumbuhan obat, dengan taraf keanekaragaman yang relatif rendah, kekayaan spesies, kemerataan spesies dan dominansi pada taraf sedang. Berdasarkan jenis kupu-kupu yang ditemukan, secara umum, seluruh kupu-kupu memiliki potensi untuk menjadi hama tumbuhan obat, dengan C. Pomona berpotensi paling besar untuk menjadi hama. Hal ini mengingat tumbuhan inang untuk larva-larva mereka ada di kebun tumbuhan obat. Studi lebih lanjut mengenai sifat dan karakteristik kupu-kupu di lingkungan kebun tumbuhan obat masih diperlukan, sehingga pengendalian agar tidak menjadi hama yang merugikan dapat menjadi lebih tepat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pelaksanaan riset ini tidak lepas dari peran serta saudara Eri Setyo hartanto dan saudari Rosda Cita yang telah membantu peneliti mulai dari persiapan, penangkapan kupu-kupu, pembuatan spesimen awetan dan identifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Permadi A. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Pustaka Bunda, Jakarta.

Arrummaisha LD., Rahayu SE., dan Sulisetijono. 2014. Preferensi kupu-kupu familia Nimphalidae dan Lycanidae pada tumbuhan di wisata air terjun Coban Rais kota Batu Jawa Timur. J. online UM 1, 1–7.

Ashok K. 2013. Butterfly (lepidoptera: insecta) diversity from different sites of jhagadia, ankleshwar, district-bharuch, gujarat. Octa J. Enviromental Res. 1, 9–18.

Bahar I., Atmowidi T., dan Peggie D. 2016. keanekaragaman kupu-kupu super-famili papilionoidea (Lepidoptera) di kawasan hutan pendidikan gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat. Zoo Indones. 25, 71–82.

Braby MF. 2004. The Complete Field Guide to Butterflies of australia. CSIRO Publishing, Canberra.

Deepika DS., Atluri JB., and Sowmya KL. 2014. Larval and nectar host plants of butterflies at Visakhapatnam , A . P ., India. J. Biol. Chem. Res. 31, 1016– 1032.

Himawati MK. dan Wijayanti R. 2010. Lepidoptera dan parasitoid yang berasosiasi pada tanaman kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook.F. & Thomson. Caraka Tani 25, 15–20. Lamatoa DC., Koneri R., Siahaan R., dan

Maabuat PV. 2013. Populasi kupu-kupu ( Lepidoptera ) di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. J. Ilm. Sains 13, 52–56.

Moore F. 1892. Lepidoptera Indica Vol 1. L. Reeve & CO., London.

Muhamat, Hidayaturrahmah, dan Nurliani A. 2015. Serangga-serangga pengunjung pada tanaman zodia ( Evodia suaveolens ) Insects attendance in zodia plants ( Evodia suaveolens ), in: Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. pp. 1040–1044.

https://doi.org/10.13057/psnmbi/m0 10513

Nautiyal S., Bhaskar K., and Khan YI. 2015. Biodiversity of Semiarid Landscape Baseline Study for Understanding the Impact of Human Development on Ecosystems. Springer, Switzerland. Orr A. and Kitching R. 2010. the Buterflies

(8)

Orwa C., Mutua A., Kindt R., Jamnadass R., and Anthony S. 2009. Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0. Http:Www.Worldagroforestry.Org/Site s/Treedbs/Treedatabases.Asp) 0, 1–5. https://doi.org/10.1007/978-94-007-5628-1_11

Priyono B. dan Abdullah M. 2013. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Taman kehati Unnes. Biosaintifika, J. Biol. Biol. Educ. 5, 1–6.

Ramesh T., Hussain KJ., Satpathy KK., and Selvanayagam M. 2012. A Note on Annual Bidirectional Movement of Butterflies at South-Eastern Plains of India. Res. Zool. 2, 1–6. https://doi.org/10.5923/j.zoology.201 20202.01

Ratih KK., Rahayu SE., dan Sulisetijono. 2014. Preferensi kupu-kupu familia Papilionidae dan Pieridae pada tumbuhan di wisata air terjun coban rais kota Batu, Jawa Timur. J. online UM 1, 1–7.

Sanjaya, Suhara Y., dan Rochmayanti Y. 2016. Role of plant diversity to existance of Butterfly in Botanical Garden UPI Bandung Indonesia. J. Entomol. Zool. Stud. 4, 331–335.

Seki Y., Takanami Y., and Maruyama K. 1991. Butterflies of Borneo Vol. 2 Lyccaenidae, Hesperiidae. Tobishima Corporation, Tokyo.

Sutton PT. and Sutton C. 1999. How to spot butterflies. Houghton Mifflin Company, New York.

Swinhoe C. 1913. Lepidoptera Indica Vol X. L. Reeve & CO., Ltd., London.

Waddill CT. and Gilman EF. 1999. Echinacea purpurea. Environmental Horticulture Department, Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida, Gainesville

Gambar

Gambar  1.   P ersentase kemunculan anggota ordo Lepidoptera dalam kategori famili
Gambar 2.  Persentase kemunculan spesies anggota ordo Lepidoptera  Mereka  melakukan  migrasi  untuk
Tabel  2.  Hasil  perhitungan  data  komunitas  kupu-kupu
Tabel 2. Tumbuhan obat sebagai inang bagi anggota ordo lepidoptera di tingkat famili

Referensi

Dokumen terkait

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil indeks nilai penting (INP) untuk komunitas pohon, perdu, dan herba yang diperoleh berdasarkan nilai persentase

Memasang kaset video yang terletak pada bagian bawah dari badan handy kamera video. Langkah 3, setelah penahan kaset secara otomatis turun kebawah kemudian tekan

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang antena cetak LPDA dengan melakukan reduksi dimensi antena untuk aplikasi penerima siaran tv digital, sebagai penerima

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

maka tugas jiwah merima gambaran itu, namun ia tidak akan menerima jenis gambaran lain apabila gambaran pertama yang ia terima belum dilepaskan oleh tubuh. Sebagai

ersama ini kami sampaikan laporan mingguan realisasi penggunaan dana dan kema-uan &amp;isik  'ehabilitasi 'uang Kelas 'usak erat SD &#34;ahun 2012 %ang telah

Cekung ideal dengan bentuk heksagon yang sempurna, kedalaman yang seragam serta kecacatan yang minimum telah berjaya dihasilkan dalam tempoh lebih singkat (≤6 jam) berbanding