• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna forgiveness pada wanita usia dewasa awal yang pernah diselingkuhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makna forgiveness pada wanita usia dewasa awal yang pernah diselingkuhi"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MAKNA FORGIVENESS PADA WANITA USIA DEWASA AWAL YANG PERNAH DISELINGKUHI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun oleh: Ignatia Berlian Yosevin Lainurak NIM: 119114184. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016. i.

(2) { r0a. rrlj. g. 0. nds*uaso.. It[/. f,?' F!. w 4. -$. Fd. ffi ffi. rgf. -ft. -[*. ?STNII6II.:ruIN >pmue.I uraesol rrerlJog e4effi1. :qelo. IHIDTENITflSIO HYNUf,d ENYA :tvNEY YSYAO.f,O YISN YIINYAT Y(IYd SSflNzuIOTOd YIDTW I ISdTDTS. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) rs'IN'oIm.(rpl \. IE. o,qrd'J'{l. m lfn8ued. il. lfn8ued. 4.. .1 r rfnBue,r \ "! ^ .. ls rm lfr. tfi. te :rl i:u. ,.s,,,. . i'f ":". ..t!,. uu>IulE* l?re.(s' lqtaaqrotu :b....; ,-, ;#W. gl0zreque oN. lfn8ua4 ?qrllud uudepp uqmqsgedry. qupl. ?8I?t I6t I {Bmur?"I rrr^eso^ uu}lJea 3p3r6l qelo rmsnsrp rrBp rru{dsrsisdlq. IHNXCNITf, SIO IIVNUtrd CNYA IVATV VSYATflO YISN YIINYAT Y(IYd SSgNflATgUOd. YNDIYIAT. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Saticima Trinitas “Tuhan Andalanku’ ‘Siapa yang terus berusaha tanpa mengeluh akan membuahkan hasilnya. Setiap proses hidup ini merupakan suatu pengalaman baru dari sekian banyak pengalaman-pengalaman yang sudah dan akan kita dapatkan’. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KUPERSEMBAHAKAN UNTUK KEDUA ORANG TUAKU YANG KUCINTAI SERTA SEMUA YANG SELALU MENDUKUNG, MEMOTIVASI, SERTA MENDOAKANKU.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MAKNA FORGIVENESS PADA WANITA USIA DEWASA AWAL YANG PERNAH DISELINGKUHI Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Ignatia Berlian Yosevin Lainurak ABSTRAK Secara manusiawi sebagai perempuan yang disakiti akan merasa bahwa segala sesuatu yang di berikan oleh sang suami hanya kepalsuan akan tetapi ketika seseorang mampu melawan rasa sakit yang dimilikinya dengan memberikan forgiveness sebenarnya akan menghilangkan rasa sakit hati terhadap apa yang sudah diterima dan dialami dari kejadian tersebut. Forgiveness juga merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang menyakitkan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui padangan, cara, motivasi dan manfaat yang didapatkan wanita korban perselingkuhan ketika melmberikan forgiveness. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan pada 2 wanita korban perselingkuhan yang mampu melakukan forgiveness di Atambua. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua informan mampu melakukan forgiveness, akan tetapi dengan cara yang berbeda Informan pertama mampu memaafkan karena dirinya memiliki rasa bersalah sedangkan informan kedua memaafkan karena dirinya mampu memahami penyebab suaminya berselingkuh. Kata kunci: Forgiveness, Perselingkuhan. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. The Meaning of Forgiveness in Early Adulthood Women Who Ever be Cheated Psychology Faculty, Sanata Dharma University Ignatia Berlian Yosevin Lainurak ABSTRACT As women who ever be hurt, will think that all of the things which were given by their husband were only falsity but when someone who are able to against her pain to give forgiveness, it will get rid of her pain toward what she accepted and experienced from that event. Forgiveness is also someone action who ever be hurt to not do revenge toward doer, there is no willingness to avoid doer, on the contrary there is willingness to make peace and do good thing toward doer although he ever did pain action. The aim of this research is to know view, manner, motivation, and the benefit which is gotten by cheating women victim when they give forgiveness. This research is phenomenology research use qualitative research method. The data gathering uses semi-structured interview. The interview was conducted to two cheating women victim who were able to give forgiveness in Atambua. The result of the research found that two informants were able to give forgiveness but did with different way. The first informant was able to forgive because she had guilty feeling while the second informant forgave because she was able to understand the reason of her husband cheated. Keyword: Forgiveness, cheat. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………... ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii HALAMAN MOTTO …………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………. vii ABSTRACT …………………………………………………………….. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………... ix KATA PENGANTAR …………………………………………………... x DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 7 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 7 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………. 7 1.4.1. Manfaat Teoritis ………………………………………… 7. 1.4.2. Manfaat Praktis ………………………………………….. 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 9. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.1 Perselingkuhan …………...…………………………………........ 9 2.1.1 Definisi Perselingkuhan …………………………………….. 9 2.1.2 Alasan Orang Berselingkuh …………………….……….…… 10 2.1.3 Alasan Istri Bertahan dalam Perkawinan ……..……………. 11 2.1.4 Dampk Perslingkuhan ………….….....…………………… 13 2.2 Forgiveness .…………………………………………………….. 15 2.2.1 Defenisi Forgiveness ……………………………………….. 15 2.2.2 Dimensi Fogiveness …………………………...….………… 15 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Forgiveness ….….………… 19 2.2.4 Aspek-aspek dalam Forgiveness ……………………………….. 22 2.2.5 Tahapan dalam Forgiveness ………………………………… 22 2.3 Dewasa Awal ……………………………………………..…….. 24 2.3.1 Definisi Dewasa Awal ………….…………………………. 24 2.4 Kerangka Berpikir ………………………………………………. 25 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 28 3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………….. 28 3.2 Informan Penelitian ……………………………………………… 28 3.3 Fokus Penelitian …………………………………………………. 29 3.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 29 3.6 Metode Analisis Data …………………………………………….. 31 3.7 Kredibilitas Penelitian …………………………………………… 32 BAB IV HASIL DAN ANALISIS ……………………………………… 33 4.1 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 33. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.2 Profil Informan ………………………………………………….. 35 4.2.1 Informan Pertama ………………………………………….. 35 4.2.2 Informan Kedua ……………………………………………. 37 4.3 Hasil Penelitian …………………………………………………... 38 4.3.1 Informan Pertama ………………………………………….. 38 4.3.2 Informan Kedua ……………………………………………. 46 4.4 Pembahasan ………………………………………………………. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 57 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 57 5.2 Kelemahan Penelitian ……………………………………………. 57 5.3 Saran ……………………………………………………………… 57 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 59 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 61. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Informan Pertama ……………………………………. 45 Gambar 2. Skema Informan Kedua ……………………………………… 51. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Inform Consent ……………………………………………... 63 Lampiran 2. Member Checking ………………………………………….. 64 Lampiran 3. Tabel Kategorisasi dan Sub-Kategori Tema ……………….. 67 Lampiran 4. Tabel Kategorisasi …………………………………………. 77. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Manifestasi dari sifat manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia senantiasa membutuhkan orang lain, saling bersosialisasi, bertukar berbagai macam hal, hingga meneruskan keturunan. Hal ini merupakan wujud dari dorongan kebutuhan dasar manusia untuk dicintai dan dimiliki (Feist & Feist, 2008). Maslow (dalam Feist & Feist, 2008) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia untuk dicintai dan dimiliki terwujud dalam beberapa hal, seperti dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga, lingkungan bertetangga atau berbangsa. Maslow (dalam Feist & Feist, 2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa kebutuhan ini juga mencakup sejumlah aspek hubungan seksual dan hubungan interpersonal, seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Dari kebutuhan-kebutuhan manusia untuk bersahabat, memiliki pasangan, keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga, lingkungan bertetangga atau berbangsa. Salah satunya diwujudkan dalam sebuah pernikahan. Pernikahan menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1, disebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Lebih lanjut pada pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa Perkawinan adalah sah,. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Karena itu pernikahan dapat dipandang sebagai hak setiap pasangan yang sudah siap untuk membangun sebuah rumah tangga. Dalam pandangan gereja Katolik perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita - yang terjadi karena persetujuan pribadi - yang tak dapat ditarik kembali - dan harus diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami isteri - dan kepada pembangunan keluarga - dan oleh karenanya menuntut kesetiaan yang sempurna - dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun, kecuali oleh kematian (www.imankatolik.or.id). Pernikahan tidak sekedar dilandasi oleh cinta tetapi menyangkut banyak hal yang berkaitan dengan relasi antara dua manusia yang memiliki komitmen untuk membangun hidup secara bersama dan membentuk keluarga, dengan tujuan menghasilkan keturunan dan berbahagia. Tujuan pernikahan, sesungguhnya sangat mulia jika dilandasi kesadaran untuk saling memberikan yang terbaik kendati pasangan tidak pernah menuntutnya. Inilah dasar kokoh untuk membina kehidupan rumah tangga yang bahagia dan harmonis. (Chudori, dalam Retnosari, 2012). Ada beberapa kriteria yang dicetuskan para ahli dalam mengukur keberhasilan pernikahan. Kriteria itu antara lain (a)awetnya suatu pernikahan, (b)kebahagiaan suami dan isteri, (c)kepuasan pernikahan, (d) penyesuaian seksual, (e) penyesuaian pernikahan, dan (f) kesatuan pasangan (Burgess & Locke dalam Habibi, 2015). (Klemer dalam Ardhianita Iis & Andayani Budi, 2005) menjelaskan bahwa. kepuasan dalam pernikahan dipengaruhi oleh harapan pasangan itu sendiri terhadap.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 pernikahannya, yaitu harapan yang terlalu besar, harapan terhadap nilai-nilai pernikahan, harapan yang tidak jelas, tidak adanya harapan yang cukup, dan harapan yang berbeda. Hal ini menyebabkan banyak pasangan mencari hal-hal lain diluar pernikahan dengan alasan mencari kebahagiaan dan kenyamanan buat dirinya sendiri karena tidak mendapatkan kenyamanan dengan pasangannya. Faktor yang menyebabkan pernikahan tidak berjalan mulus,salah satunya adalah perselingkuhan yang saat ini kerap terjadi dalam perkawinan. Amato dan Rogers (dalam Jannah, 2013) mengatakan bahwa perselingkuhan merupakan penyebab yang paling banyak terdaftar sebagai penyebab perceraian. Studi yang dilakukan Amato dan Rogers terhadap lebih dari 2.000 orang yang telah menikah di Amerika untuk menguji pengaruh berbagai masalah dalam pernikahan terhadap perceraian, ditemukan bahwa hubungan seks di luar nikah memberikan dampak pada perceraian dua kali lebih besar dari masalah lainnya (Olson, dkk dalam Jannah, 2013). Nilakusmawati dan Srinadi (dalam Jannah 2013), juga menjelaskan bahwa perselingkuhan juga menyebabkan hilangnya ketenteraman dalam rumah tangga. Ketenteraman yang dimaksud adalah hilangnya keharmonisan, kurangnya perhatian, serta terganggunya perkembangan jiwa anak. Perselingkuhan tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, tetapi dapat juga dilakukan oleh wanita. Perselingkuhan merupakan hubungan antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan suami/istri yang sah. Hubungan tersebut dapat terbatas pada hubungan emosional yang sangat dekat atau juga melibatkan hubungan seksual, (Glass,dkk dalam Ginanjar, 2009)..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Menurut Staheli ( dalam Satiadarma 2001), ada berbagai macam alasan yang dikemukan sejumlah pelaku perselingkuhan tentang alasan perselingkuhan mereka, seperti meningkatnya rasa percaya diri saat diperhatikan pria, adanya keinginan akan pengalaman seksual yang lebih luas yang tidak dibatasi oleh satu pasangan saja, suatu keinginan mencari kedekatan emosional yang mereka harapkan dapat diperoleh dari orang lain, mengusir rasa kesepian yang mereka alami, keinginan mendapatkan kasih sayang, serta kegairahan yang ditimbulkan dari satu hubungan perselingkuhan yang membuat mereka merasa diri menjadi lebih muda, dimana hal ini juga merupakan upaya menyangkal proses penuaan yang mereka alami. Banyak hal yang menyebabkan seseorang tega berselingkuh walaupun sudah menikah dan bisa dikatakan pernikahannya masih dalam usia yang sangat muda. Menurut Bird & Melville (dalam Kartika Sari, 2012) menyatakan bahwa perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang telah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan pasangannya secara resmi. Definisi yang sama diperkuat oleh (Singh, dkk, 2009) menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh individu yang telah menikah dengan seseorang yang bukan pasangan resmi yang terikat dalam pernikahan. Defenisi tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Harley (dalam Naland, 2001) menjelaskan bahwa perselingkuhan merupakan sebuah hubungan yang melibatkan dua orang yang melakukan kegiatan seksual dengan cinta yang dalam terhadap pasangannya masing-masing. Apabila istri mengetahui perselingkuhan suami, reaksi pertama yang muncul adalah shock dan perasaan hampa (Spring dalam Kartika Sari, 2012). Dari hasil.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 wawancara (MU&MW, wawancara 14 Januari, 2016) terhadap korban kasus perselingkuhan yang dilakukan suami, apabila diketahui oleh pasangannya, tentunya sebagai seorang istri yang mencintai, dan selalu memberikan yang terbaik buat suami dan anak-anaknya akan merasakan sakit hati yang begitu dalam sangat menyakitkan. Hal tersebut diperkuat oleh Subotnik dan Harris (dalam Ginanjar, 2009) perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak negatif yang amat besar bagi istri dan berlangsung jangka panjang. Berbagai macam perasaan negatif seperti marah, sedih, kecewa, tidak berharga, dikhianati dan benci, dirasakan secara intens oleh istri. Keinginan untuk bercerai biasanya akan muncul pada awal-awal terbukanya perselingkuhan. Istri yang awalnya amat percaya pada kesetiaan suami kemudian berubah menjadi seseorang yang sangat pencuriga, berusaha mengetahui setiap langkah suaminya setiap hari. Walaupun secara psikologis wanita korban perselingkuhan mengalami tekanan yang sangat besar, namun demikian sebagai wanita atau seorang istri dan ibu dari anak-anak banyak yang berusaha mempertahankan keutuhan keluarganya, walaupun harus menahan rasa sakit, cara yang dilakukan adalah dengan memberikan maaf. Menurut McCullogh, dkk (dalam Kartika, 2012) dengan memaafkan seseorang memiliki keinginan untuk berdamai dengan pelaku, dimana perilaku memaafkan ini akan tampil dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku orang yang telah disakiti. Snyder (dalam Raudatussalamah & Susanti R, 2014 ) mengemukakan definisi pemaafan (forgiveness) sebagai penyusunan transgresi yang dialami, dimana individu dihadapkan pada transgressor, transgresi, dan sekuel dari transgresi,.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 sehingga terjadi transformasi terhadap efek negatif menjadi netral atau positif. Sumber transgresi atau objek dari pemaafan bisa diri sendiri, orang lain atau situasi dimana pandangan seseorang berada pada kendali seseorang atau sesuatu (misalnya : penyakit,‟takdir‟ atau bencana alam). Selanjutnya Lopez dan Snyder (dalam Raudatussalamah dan Susanti R, 2014). menjelaskan bahwa pemaafan merupakan. proses intrapersonal yang diarahkan pada diri sendiri, situasi dan orang lain. McCullough dkk (dalam Raudatussalamah & Susanti, 2014) menjelaskan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Mengacu pada pengalaman yang terjadi dalam masyarakat menunjukkan bahwa banyak pasangan yang terpaksa hidup dalam perkawinan yang semu, yaitu perkawinan yang telah kehilangan orientasi pasangan, tetapi tetap dipertahankan dengan alasan dari kedua belah pihak Perkawinan model ini lebih banyak berdampak pada wanita karena tidak banyak wanita mempunyai keberanian mengakhiri perkawinan dengan berbagai alasan. Oleh karena itu mereka berusaha untuk keluar dari situasi sulit tersebut dengan memberikan maaf (forgiveness) pada pasangannya. Berdasarkan penelitan tersebut tersebut, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai makna Forgiveness terhdap para wanita yang pernah menjadi korban perselingkuhan. Penelitian ini lebih merujuk pada wanita dengan kategori usia dewasa awal. Hal ini dikarenakan, wanita-wanita yang berada dalam tahap.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 perkembangan dewasa awal, memiliki intimacy yang sangat tinggi dengan pasangannya, sehinnga ketika dihianati oleh pasangannya secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi Intimacy mereka dengan pasangannya. Maka dari itu peneliti ingin menggali, tentang bagaimana korban-korban ini memaknai proses forgiveness sebagai salah satu respon dari korban-korban perselingkuhan ini. 1.2. RumusanMasalahan Bagaimana wanita korban perselingkuhan memaknai forgiveness sebagai salah satu respon dari korban perselingkuhan?. 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana wanita korban perselingkuhan memaknai forgiveness sebagai salah satu respon dari korban perselingkuhan?. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada ilmu psikologi dengan memberikan gambaran mengenai makna dari sebuah proses forgiveness pada wanita yang pernah diselingkuhi. Penelitian ini juga memberikan sumbangsi bagi ilmu psikologi kesehatan bahwa forgiveness merupakan salah satu cara seseorang untuk mendapatkan kesejahteraan batin. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses seseorang melakukan forgiveness serta membangun pemahaman bagaimana membangun sebuah bahtera rumah tangga yang.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 mulai retak dengan memberikan forgiveness . Hasil penelitian ini diharapkan. mampu. juga. memberikan pengaruh yang positif bagi subjek. sebagai bahan intropeksi diri dan tolak ukur sejauh mana informan mampu melewati dan memaknai proses forgiveness yang dialami oleh para informan..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perselingkuhan 2.1.1 Defenisi Perselingkuhan Bird dan Melville (dalam Kartika Sari, 2012) menyatakan bahwa perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang telah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan pasangannya secara resmi. Definisi yang sama diperkuat oleh Singh, Pal, & Kunwar (dalam Kartika sari, 2012) yang menyebutkan bahwa perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh individu yang telah menikah dengan seseorang yang bukan pasangan resmi yang terikat dalam pernikahan. Selanjutnya Harley (dalam Naland, 2001) menjelaskan perselingkuhan merupakan sebuah hubungan yang melibatkan dua orang yang melakukan kegiatan seksual dengan cinta yang dalam terhadap pasangannya masing-masing. Subtonik dan Harris (dalam Naland, 2001) membedakan beberapa pengertian per-selingkuhan berdasarkan keterikatan emosional, yaitu: a.. Serial Affair Merupakan penyelewengan yang dilakukan lebih dari satu orang dengan berganti-ganti pasangan tanpa adanya keterikatan emosional dan komitmen tertentu diantara keduanya. Individu yang melakukan penyelewengan menyatakan ia tetap mencintai dan bertanggung jawab. 9.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 pada pasangan dan menganggap penyelewengan tidak akan menyakiti hati pasangannya b. Flings Perselingkuhan belum menunjukkan adanya keterikatan emosional dan komitmen apapun terhadap pasangan selingkuhannya.Flings biasanya terjadi karena adanya suasana serta kondisi yang mendukung dan memungkinkan terjadinya perselingkuhan, misalnya daya tarik sesaat antara pria dan wanita yang kebetulan berada jauh dari pasangannya hidupnya. c. Romantic Love Affair Perselingkuhan telah melibatkan keterikatan emosional yang mendalam sehingga. suami. atau. istri. saling. peduli. terhadap. pasangan. selingkuhannya dan berusaha agar hubungan mereka berdua dapat disatukan dalam kehidupan masing-masing. d. Long-Term Affair Perselingkuhan ini berlangsung bertahun-tahun bahkan mungkin sepanjang perkawinan.Keterikatan emosional sangat kuat sehingga sulit bahkan tidak dapat membuat keputusan untuk berpisah dengan pasangan selingkuhannya. 2.1.2 Alasan orang berselingkuh Veranita (dalam Kartika, 2012) menjelaskan beberapa penyebab atau alasan seseorang terlibat dalam perselingkuhan, yaitu: 1.. Mencari variasi baru pengalaman seksual..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 2.. Melakukan pembalasan atas ketidaksetiaan pasangan.. 3.. Menentang norma monogami; menunjukkan penolakan terhadap norma masyarakat yang dianggap membatasi kebebasannya.. 4.. Mencari kepuasaan emosional yang tidak tepenuhi dalam perkawinan.. 5.. Memiliki. hubungan. persahabatan. dengan. seseorang. diluar. perkawinannya 6.. Suami atau istri mendorong hubungan gelap tersebut; biasanya suami mendorong istri melakukan hal yang sama. Contohnya mate swapping’ dan „swinging’ (saling bertukar pasangan). 7. Membuktikan bahwa masih muda dan menarik 8. Terlihat hanya untuk memperoleh kesenangan. 2.1.3 Alasan istri bertahan dalam perkawinan Naland (dalam Kartika, 2012) menyebutkan tiga alasan utama yang membuat istri tetap bertahan dalam perkawinannya, yaitu: 1. Alasan Pribadi a. Mencintai suami, anak-anak, keluarga dan perkawinan. Beberapa istri tetap mempertahankan perkawinannya karena sangat mencintai suami.Selain itu, istri merasa perlu mempertahankan perkawinannya karena anak.Perceraian seringkali berakibat buruk bagi mereka yang terlibat, khususnya anak-anak sehingga istri merasa perlu berkorban dengan mempertahankan perkawinannya agar anak tidak ikut menderita. b. Ketergantungan terhadap suami..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 terkadang istri merasa dirinya “rapuh” tidak sanggup melakukan segala sesuatu sendiri atau tidak mampu menjadi orangtua tunggal serta adanya ketergantungan secara emosional terhadap suami. c. Perselingkuhan bukan merupakan alasan untuk bercerai. Istri menganggap bahwa sebagian besar suami tidak setia, dengan demikian perselingkuhan bukanlah merupakan alasan yang cukup kuat untuk bercerai. Seandainya mereka bercerai dan menikah lagi, pria yang menjadi suami di kemudian hari belum tentu akan setia. d. Kehidupan beragama Naland (dalam Kartika, 2012) melihat bahwa banyak pasangan yang mempertahankan perkawinannya karena pertimbangan agama atau moral, walaupun sebenarnya mereka hidup dalam kekecewaan. Beberapa penelitian mengenai peran orientasi religius dalam perkawinan menunjukkan bahwa keimanan merupakan sumber dukungan sosial (Davidson & Moore dalam Naland, 2001). 2. Alasan Sosial Banyak wanita mendapatkan identitas diri melalui perkawinannya. Beberapa peran, terutama peran sosial sebagai wanita dewasa banyak berhubungan dengan kedudukan suaminya. Oleh karena itu dengan kehilangan status sebagai istri berarti juga beberapa peran penting dalam kehidupan sosial serta gaya hidup yang telah dimiliki akan hilang. Sebagian istri memilih untuk bertahan dalam perkawinan agar tetap memiliki peran dan status sosial yang ada..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 3. Alasan Keuangan Banyak wanita memilih bertahan dalam perkawinanya karena kehidupan ekonomi bergantung sepenuhnya pada suami atau sekalipun bekerja penghasilan yang diperoleh hanya merupakan tambahan, tidak mencukupi kebutuhan dirinya dan juga anak-anak 2.1.4 Dampak Perselingkuhan Apapun jenis perselingkuhan yang dilakukan olehsuami, dampak negatifnya terhadap perkawinan amatbesar dan berlangsung jangka panjang. Perselingkuhan berarti pula penghianatan terhadap kesetiaan dan. hadirnya. wanita lain dalam perkawinan sehingga menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam (Snyder, Baucom, & Gordon; Subotnik & Harris dalam Ginanjar, 2009). Istri-istri yang amat mementingkan kesetiaan adalah mereka yang paling amat terpukul dengan kejadian tersebut. Ketika istri mengetahui bahwa kepercayaan yang mereka berikan secara penuh kemudian di selewengkan oleh suami, maka mereka kemudian berubah menjadi amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka tentang detil-detil perselingkuhan membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri trauma dan mengalami mimpi buruk berlarut-larut (Glass & Staeheli dalam Ginanjar, 2009)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Secara umum perselingkuhan menimbulkan masalah yang amat serius dalam perkawinan. Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena istri merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi keintiman dengan wanita lain (Weiner & Davis dalam Ginanjar, 2009). Pada perkawinan lain, perceraian. justru. karena. suami. memutuskan. untuk. meninggalkan. perkawinan yang dirasakannya sudah tidak lagi membahagiakan. Bagi para suami tersebut perselingkuhan adalah puncak dari ketidakpuasan mereka selama ini (Subotnik & Harris dalam Ginanjar, 2009). Bagi pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, dampak negative perselingkuhan amat di rasakan oleh istri. Sebagai pihak yang dikhianati, istri merasakan berbagai emosi negative secara intens dan seringkali juga mengalami depresi dalam jangka waktu yang cukup lama. Rasa sakit hati yang amat mendalam membuat mereka menjadi orang-orang yang amat pemarah, tidak memiliki semangat hidup, merasa tidak percaya diri, terutama pada masa-masa awal setelah perselingkuhan. Mereka mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak-anak dengan ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan mereka (Snyder, Baucom, & Gordon; Hargrave dalam Ginanjar, 2009)..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 2.2 Forgiveness 2.2.1 Defenisi Forgiveness Forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang menyakitkan (McCullogh, Fincham, & Tsang dalam Kartika, 2012). Forgiveness berhubungan dengan keinginan orang yang telah disakiti untuk menghilangkan. kemarahan,. melawan. dorongan. -. dorongan. untuk. menghukum, berhenti untuk marah. Dengan memaafkan adanya perubahan sikap yang sebelumnya ingin membalas dendam dan menjauhi pelaku, maka dengan memaafkan seseorang memiliki keinginan untuk berdamai dengan pelaku, dimana perilaku memaafkan ini akan tampil dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku orang yang telah disakiti (McCullogh, Fincham, & Tsang dalam, Kartika 2012). 2.2.2 Dimensi Forgiveness Menurut Baumeister, Exline dan Sommer (dalam Sumampouw, 2004) dimensi forgiveness dapat saling berinteraksi dan menghasilkan beberapa kombinasi forgiveness, seperti yang tertuang dalam tabel 1 di bawah ini:.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 Tabel 1 Dimensi Forgiveness Intrapsychic state + No Interpersonal Act. No Forgiveness. Intrapsychic state state + No Interpersonal Act. Silent Forgiveness. Interpersonal Act + No ntrapsychic state. Hollow Forgiveness. Intrapsychic state + Interpersonal Act No. Total Forgiveness. (Sumber: Baumeister, Exline & Sommer dalam Sumampouw, 2004) 1. No Forgiveness Dalam kombinasi ini, Intrapsychic dan Interpersonal Forgiveness tidak terjadi pada orang yang disakiti. (Sumampuow dalam Kartika, 2012) menyebut kondisi ini sebagai total grudge combination. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu: a. Claims on Reward and Benefit Maaf yang tidak diberikan kepada pelaku memberikan keuntungan praktis dan material bagi orang yang disakiti. Pelaku memiliki hutang. kepada. orang. yang. disakiti. akibat. dari. perbuatan. menyakitkan yang dilakukannya. Pemaafan sering diberikan pada saat pelaku menampilkan tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang yang disakiti. Reward yang diperoleh tidak hanya material tetapi juga non material. Contoh reward non material adalah perasaan yang dialami orang yang disakiti bahwa dirinya lebih superior dalam hal moral. Perasaan superior ini dipengaruhi oleh kondisi pemaafan. yang dialami oleh orang yang disakiti..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Intrapsychic forgiveness melepaskan orang yang disakiti dari perasaan superior tersebut, sedangkan interpersonal forgiveness dapat dilakukan oleh orang yang disakiti untuk menyatakan bahwa dirinya lebih superior dalam hal moral. b. To Prevent Reccurence Pemaafan dianggap dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pelanggaran atau peristiwa menyakitkan yang dialami orang yang disakiti di masa mendatang. Dengan tidak diberikannya pemaafan kepada pelaku, orang yang disakiti dapat terus mengingatkan pelaku untuk tidak mengulangi perbuatannya c. Continued Suffering Penghalang dalam memaafkan adalah terus berlanjutnya perasaan menderita dari peristiwa menyakitkan yang dialami oleh orang yang disakiti. Saat konsekuensi dari pengalaman menyakitkan yang dialami oleh orang yang disakiti di masa lalu mempengaruhi hubungannya dengan pelaku di masa depan, maka pemaafan merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. d. Pride and Revenge Apabila pemaafan intrapsychic dan interpersonal diberikan kepada pelaku, orang yang disakiti merasa bahwa perbuatan tersebut akan mempermalukan dirinya bahkan menunjukkan rendahnya harga diri orang yang disakiti. Selain itu, apabila orang yang disakiti cepat.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 mampu memberikan pemaafan, ia akan dipersepsikan sebagai orang yang bodoh. e. Principal Refusal Pemaafan tidak dilakukan oleh orang yang disakiti, karena hal ini dianggap mengabaikan prinsip yang telah baku atau standar hukum yang. telah. ada.. Pemaafan. diindentikkan. dengan. memberi. pengampunan hukum terhadap pelaku yang dinyatakan bersalah melalui sistem peradilan yang ada. Oleh karena itu, pemaafan dilihat sebagai perbuatan yang keliru. 2. Silent Forgiveness Kombinasi ini kebalikan dari kombinasi pertama. Dalam kombinasi ini intrapsychic forgiveness dirasakan, namun tidak diekspresikannya melalui perbuatan dalam hubungan interpersonal, nointerpersonal forgiveness. Orang yang disakiti tidak lagi menyimpan perasaan marah, dendam, benci kepada pelaku namun tidak mengespresikannya. Orang yang disakiti membiarkan pelaku terus merasa bersalah dan terus bertindak seakan-akan pelaku tetap bersalah. 3. Hollow Forgiveness Kombinasi ini terjadi saat orang yang disakiti dapat mengekspresikan pemaafan secara konkret melalui perilaku, namun orang yang disakiti belum dapat merasakan dan menghayati adanya pemaafan didalam dirinya. Orang yang disakiti masih menyimpan rasa dendam dan kebencian meskipun ia telah mengatakan kepada pelaku “saya.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 memafkan kamu”. (Sumampuow dalam Kartika, 2012) mengatakan bahwa dimulainya proses intrapsikis dari pemaafan ditandai dengan adanya komitmen dalam diri orang yang disakiti untuk memafkan.Saat komitmen telah dimiliki, orang yang disakiti dapat mengekpresikannya dengan baik kepada pelaku. 4. Total Forgiveness Dalam kombinasi ini orang yang disakiti menghilangkan perasaan kecewa, benci atau marah terhadap pelaku tentang pelanggaran yang terjadi. Kemudian, hubungan antara orang yang disakiti dengan pelaku kembali secara total seperti keadaan sebelumnya pelanggaran atau peristiwa yang menyakitkan orang yang disakiti terjadi (Sumampouw dalam Kartika, 2012) 2.2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Forgiveness McCollough, Pargament dan Thoresen (dalam Kartika, 2012) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memaafkan, yaitu: 1. Variabel Sosial Kognitif Perilaku memaafkan dipengaruhi oleh penilaian korban terhadap pelaku, penilaian korban terhadap kejadian, keparahan kejadian, dan keinginan untuk menjauhi pelaku. Hal lainnya yang mempengaruhi perilaku memaafkan adalah Rumination About the Transgression, yaitu kecenderungan korban untuk terus menerus mengingat kejadian yang.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 dapat menimbulkan kemarahan, sehingga menghalangi dirinya untuk terciptanya perilaku memaafkan. 2. Karakteristik Serangan Seseorang akan lebih sulit memaafkan kejadian-kejadian yang dianggap penting danbermakna dalam hidupnya. Misalnya, seseorang akan sulit memaafkan perselingkuhan yang dilakukan suaminya dibandingkan memaafkan perilaku orang lain yang menyelip antrian. Girard & Mullet, Ohbuchi, Kameda & Agarie (dalam McCullogh, Pargament, & Thoresen 2000) menyebutkan semakin penting dan bermakna suatu kejadian, maka akan semakin sulit untuk seseorang memaafkan. 3. Kualitas Hubungan Interpersonal Faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku memaafkan adalah kedekatan atau hubungan antara orang yang disakiti dengan pelaku. Penelitian membuktikan bahwa pasangan cenderung akan memaafkan perilaku pasangannya apabila terciptanya kepuasan dalam perkawinan, kedekatan antara satu sama lainnya dan adanya komitmen yang kuat (Roloff & Janiszewski, dalam McCullogh, Pargament, & Thoresen 2000).. Selain. itu. McCullogh,. Pargament,. Thoresen. (2000). menambahkan adanya tiga bentuk hubungan yang berkaitan dengan diberikannya pemaafan. Pertama, selama menjalani masa perkawinan, adanya pengalaman atau sejarah yang dilalui bersama dimana pasangan satu sama lainnya saling berbagi perasaan dan pikiran, sehingga ketika salah satu pasangan melakukan kesalahan, maka pasangannya akan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 dapat memaafkan dengan berempati terhadap kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya. Kedua, kemampuan pasangan untuk memaknai bahwa peristiwa menyakitkan terjadi untuk kebaikan dirinya. Ketiga, pasangan yang melakukan kesalahan akan meminta maaf dengan memperlihatkan rasa penyesalan yang mendalam, sehingga pasangannya akan berusaha untuk memaafkan. 4. Faktor Kepribadian Menurut Mauger, Saxon, Hamill & Panell (dalam McCullough, Pargament, & Thoresen 2000) menjelaskan bahwa perilaku memaafkan termasuk dalam faktor Agreeableness dalam the Big Five. McCullogh, Pargament, Thoresen (2000) menambahkan bahwa empati merupakan salah satu faktor yang memfasilitasi terjadinya perilaku memaafkan pada orang yang telah disakiti. Menurut Enright & Coyle (dalam Witvliet, Ludwig & Laan, 2001) empati merupakan kemampuan untuk memahami dan melihat sudut pandang orang lain yang berbeda dari sudut pandang diri sendiri dan mencoba untuk mengerti faktor apa saja yang melatarbelakangi perilaku seseorang..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 2.2.4 Aspek-aspek dalam Forgiveness Menurut Mc.Cullough, dkk (1998) aspek- aspek forgiveness (pemaafan) yaitu: 1. Avoidance Motivation. Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya. 2. Revenge Motivation. Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu hubungan mitra, membuang keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang telah menyakiti. 3. Benevolence Motivation. Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun pelanggaranya termasuk tindakan berbahaya, keinginan unuk berdamai atau melihat well being orang yang menyakitinya. 2.2.5 Tahapan dalam Forgiveness Ada berbagai model tahapan memaafkan. Dalam prosesnya, memaafkan. dianggap. merupakan. bangunan. multidimensi. yang. menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Tahapan-tahapan ini tidak dilihat sebagai suatu urutan yang bertingkat dan kaku, namun merupakan serangkaian proses yang luwes dan fleksibel dengan feedback loops (putaran maju) dan feed-forward loops (putaran mundur) yang disertai.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 dengan perubahan sikap. Jadi, beberapa tahapan ini bisa dilalui individu secara berurutan, melompat-lompat tidak beraturan, atau bahkan juga kembali menjalani tahapan yang telah dialami sebelumnya. Hal ini bisa terjadi karena adanya berbagai cara dan perbedaan individu dalam memaafkan (Enright, 2001). Enright dan Coyle (1998) mengembangkan suatu model tahapan forgiveness. Model ini meliputi aspek kognitif, afektif dan perilaku yang terjadi dalam proses forgiveness. Tahapan tersebut dibagi kedalam empat fase yaitu : uncovering phase, decision phase, work phase dan outcome/deepening phase. Orcutt, Pickett & Pope (2005) menjelaskan masing-masing fase sebagai berikut: 1. Uncovering phase Proses forgiveness melibatkan rasa disakiti secara tidak adil pada individu yang dipenuhi dengan pengalaman emosi negative dan rasa sakit yang diasosiasikan dengan luka. Emosi negative (unforgiveness) harus dikonfrontasikan dan secara mendalam dipahami sebelum proses penyembuhan dimulai. 2. Decision phase Individu menyadari bahwa memfokuskan diri secara terus menerus pada luka dan pelaku hanya dapat menghasilkan penderitaan yang berlanjut. Kemungkinan memaafkan dilakukan sebagai strategi untuk penyembuhan dan individu membuat komitmen untuk memaafkan pelaku. Berdasarkan komitmen ini, kerja forgiveness diawali dan pada.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 fase ini pikiran, perasaan dan perhatian untuk membalas dendam terhadap pelaku dilepaskan. 3. Work phase Kerja forgiveness diawali. Tahapan forgiveness seringkali melibatkan perubahan persepsi terhadap pelaku, mungkin dengan menempatkan kejadian dalam konteks kehidupan pelaku, dalam suatu usaha yang bukan atas alasan tanggungjawab pelaku tapi lebih kepada menerima pelaku sebagai anggota komunitas manusia. Orang yang disakiti memilih untuk menawarkan beberapa bentuk perbuatan baik (pribadi dan/atau umum) terhadap pelaku. 4. Outcome/Deepening phase Memaafkan individu menjadikan seseorang sadar akan keuntungan emosional positif yang akan diterimanya dari proses forgiveness. Secara umum, individu menemukan makna dalam penyembuhan yang dialaminya sehingga pada fase terakhir ini individu mengalami paradox of forgiveness, sebagai salah satu sikap terhadap rasa sakit yang tidak adil dan memberikan kemurahan hati pada orang lain,orang yang telah disembuhkan. 2.3 Dewasa Awal 2.3.1. Defenisi Dewasa Awal Hurlock. (dalam. Agustin. Wahyuningsih. &. Endang. 2012). menyebutkan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 menyertai. berkurangnya. kemampuan. reproduktif.. Kartono. (2007). menjelaskan tugas tahap perkembangan seorang wanita berusia dewasa awal dalam statusnya sebagai individu yang sudah menikah atau berkeluarga yaitu menjalankan fungsi sebagai istri dan teman hidup, sebagai partner seksual, pengatur rumah tangga, ibu dari anak-anak dan pendidik bagi mereka dan makhluk sosial yang berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial. 2.4. Kerangka Berpikir Menurut Olson dan DeFrain (dalam Habibi UR, 2015) mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen emosional dan hukum dari dua individu dalam berbagi keintiman emosional dan fisik, berbagi tugas dan sumber daya ekonomi. Menurut Bernard (dalam Santrock, 2002), pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu, tetapi pada kenyataannya adalah persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ketiga yang baru. Tujuan pernikahan,. sesungguhnya sangat mulia jika dilandasi kesadaran untuk saling memberikan yang terbaik kendati pasangan kita tidak pernah menuntutnya. Inilah dasar kokoh untuk membina kehidupan rumah tangga yang bahagia dan harmonis. (Chudori, dalam Retnosari, 2012). Klemer (dalam Ardhianita Iis & Andayani Budi, 2005). menjelaskan bahwa kepuasan dalam pernikahan dipengaruhi oleh harapan pasangan itu sendiri terhadap pernikahannya, yaitu harapan yang terlalu besar, harapan terhadap nilai-nilai pernikahan, harapan yang tidak jelas, tidak adanya harapan yang cukup, dan harapan yang berbeda. Hal ini menyebabkan banyak pasangan mencari hal-hal lain diluar pernikahan dengan alasan mencari kebahagiaan dan kenyamanan buat dirinya sendiri karena tidak mendapatkan kenyamanan dengan pasangannya..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Bentuk dari ketidakpuasan pasangan dengan pasangannya terwujud dengan adanya perselingkuhan. Perselingkuhan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan tidak berjalan mulus. (Amato & Rogers dalam Jannah DK, 2013) mengatakan bahwa perselingkuhan merupakan penyebab yang paling banyak terdaftar sebagai penyebab perceraian. Studi yang dilakukan Amato dan Rogers terhadap lebih dari 2.000 orang yang telah menikah di Amerika untuk menguji pengaruh berbagai masalah dalam pernikahan terhadap perceraian, ditemukan bahwa hubungan seks di luar nikah memberikan dampak pada perceraian dua kali lebih besar dari masalah lainnya (Olson, dkk dalam Jannah DK, 2013). Bird dan Melville (dalam Kartika Sari, 2012), menyatakan bahwa perselingkuhan adalah hubungan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang telah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan pasangannya secara resmi. Apabila istri mengetahui perselingkuhan suami, reaksi pertama yang muncul adalah shock dan perasaan hampa (Spring dalam Kartika Sari, 2012). Subotnik & Harris (dalam Ginanjar 2009), mengatakan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak negatif yang amat besar bagi istri dan berlangsung jangka panjang. Berbagai macam perasaan negatif seperti marah, sedih, kecewa, tidak berharga, dikhianati dan benci, dirasakan secara intens oleh istri. Keinginan untuk bercerai biasanya akan muncul pada awal-awal terbukanya perselingkuhan. Istri yang awalnya amat percaya pada kesetiaan suami kemudian berubah menjadi seseorang yang sangat pencuriga, berusaha mengetahui setiap langkah suaminya setiap hari. Walaupun secara psikologi wanita korban perselingkuhan mengalami tekanan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 yang sangat besar, namun demikian sebagai wanita atau seorang istri dan ibu dari anak-anak banyak yang berusaha mempertahankan keutuhan keluarganya, walaupun harus menahan rasa sakit, cara yang dilakukan adalah dengan memberikan maaf. Menurut McCullogh, dkk (dalam Kartika, 2012) dengan memaafkan seseorang memiliki keinginan untuk berdamai dengan pelaku, dimana perilaku memaafkan ini akan tampil dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku orang yang telah disakiti.. Berdasarkan uraian tersebut maka, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai makna Forgiveness bagi wanita-wanita yang pernikahannya pernah dihianati oleh pasangannya dengan cara berselingkuh. Penelitian ini lebih merujuk pada subjek wanita dewasa awal yang pernah diselingkuhi. Dengan kriteria yang menjadi sasaran adalah wanita-wanita yang sudah menikah akan tetapi rentan usianya dikategorikan dalam kategori usia dewasa awal. Hal ini dikarenakan, wanita-wanita yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal, memiliki intimacy yang sangat tinggi dengan pasangannya, sehinnga ketika dihianati oleh pasangannya secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi Intimacy mereka dengan pasangannya. Dalam beberapa kasus, akan muncul respon-respon dari korban ketika mengalami penghianatan dari pasangan dengan cara berselingkuh, salah satu respon dari korban perselingkuhan adalah forgiveness. Sehinnga hal tersebut yang akan digali oleh peneliti, tentang bagaimana korban-korban ini memaknai proses forgiveness sebagai salah satu respon dari korban-korban perselingkuhan ini..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell (dalam Herdiansyah, 2014) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah untuk memahami permasalahan manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks, serta dilakukan dengan setting yang alamiah tanpa intervensi apapun dari peneliti. Peneliti memilih metode penelitian kualitatif karena peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai makna Forgiveness terhdap para wanita yang pernah menjadi korban perselingkuhan. Penelitian ini menggunakan Fenomenologi, Creswell (dalam Herdiansyah, 2014) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan. Dengan demikian dalam mempelajari dan memahaminya, haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan sebagai subjek yang mengalami langsung.. 3.2. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah : 1. Wanita usia dewasa awal yang sudah menikah dan pernah diselingkuhi 2. Sudah melewati atau dalam proses pemberian forgiveness..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 3.3. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada makna forgiveness pada wanita dewasa awal yang pernah diselingkuhi. Forgiveness sendiri merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang menyakitkan (McCullogh dalam McCullogh, Fincham, & Tsang, 2003).. 3.4. Metode pengumpulan data Metode utama penggumpulan data adalah wawancara. Wawancara adalah suatu komunikasi dua arah dengan pertukaran/sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi (Stewart dan. Cash dalam. Herdiansyah, 2014). Peneliti memilih wawancara sebagai metode utama pengumpulan data karena topik penelitian ini cukup sensitif. Peneliti ingin mengetahui dan memahami pembentukaninternalized homophobiaserta dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur menggunakan pertanyaan terbuka, fleksibel, terkontrol, dan pedoman wawancara sebagai patokan untuk mengatur alur pembicaraan.Wawancara bertujuan untuk memahami suatu fenomena (Herdiansyah, 2014). Peneliti melakukan wawancara dengan persetujuan dari informan dan menjaga kerahasiaan data informan. Alat perekam dipergunakan untuk membantu membuat verbatim wawancara.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 Tabel 2 Panduan Wawancara Aspek Latar. Pertanyaan. belakang Bagaimana latar belakang pernikahan anda?. pernikahan Relasi dengan pasangan Pandangan. terhadap. masalah yang terjadi. Coba ceritakan relasi ada dengan pasangan! Bagaimana anda memandang perselingkuhan yang dilakukan pasangan anda? Menurut anda kenapa pasangan anda. bisa. melakukan perselingkuhan? Respon. terhadap. perselingkuhan. Bagaimana perasaan anda saat terjadi perselingkuhan? Apa yang anda lakukan setelah mengetahui pasangan anda berselingkuh?. Respon Pasangan saat. Apa yang dilakukan pasangan saat anda. ketahuan berselingkuh. mengetahui dirinya berselingkuh. Forgiveness. Bagaimana cara anda melakukan forgiveness? Apa yang menyebabkan anda melakukan.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Aspek. Pertanyaan forgivenes?. Apa yang anda dapatkan ketika melakukan forgiveness?. Apakah anda mengalami kendala saat melakukan forgiveness. 3.5. Metode Analisis Data Analisis data merupakan sebuah proses pengolahan data dari proses pengumpulan data hingga pengolahan data dengan teknik-teknik tertentu untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Beberapa tahapan pengolahan data (Miles & Huberman, dalam Herdiansyah 2014) sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan atau mendapatkan data yang cukup, sesuai dengan topik penelitian dan dapat dianalisis 2. Tahap reduksi data Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data menjadi satu bentuk tulisan (script). Kemudian, peneliti menganalisis bentuk tulisan (script) tersebut.Hasil rekaman wawancara diubah menjadi bentuk verbatim wawancara. 3. Tahap Display Data..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Display data adalah mengolah data setengah jadi yang seragam ke dalam bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas (membuat tabel akumulasi data). Setelah itu, peneliti membuat matriks kategorisasi sesuai kategori atau kelompok tema-tema.Tema-tema tersebut dipecah dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana, yang disebut dengan subtema.Setelah itu, memberikan kode (coding) dari subtema sesuai dengan verbatim wawancara. 4. Kesimpulan atau verifikasi Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif (Miles & Huberman, dalam Herdiansyah 2014). Terdapat. tiga. tahapan. yang. harus. dilakukan. dalam. tahap. kesimpulan/verifikasi. Pertama, menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan fokus penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan wawancara. 3.6. Kredibilitas Penelitian Kredibilitas penelitian menggunakan prosedur member checking Informan memeriksa kembali data yang dilaporkan oleh peneliti (Creswell dalam herdiansyah 2014). Informan memberikan klarifikasi dan konfirmasi terhadap data yang disampaikan peneliti secara lisan..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 PELAKSANAAN PENELITIAN Pelaksanaan penelitian berlangsung pada kurun waktu akhir Januari 2016 sampai Maret 2016, lalu dilanjutkan awal Juni 2016. Peneliti menggunakan wawancara sebagai metode utama pengumpulan data. Peneliti mewawancarai dua orang wanita usia dewasa awal yang pernah mengalami perselingkuhan dalam pernikahanya dan sudah melakukan forgiveness. Peneliti menjelaskan secara garis besar mengenai topik penelitian, tujuan dan manfaatnya. Setelah itu, peneliti meminta informan agar menjawab pertanyaan dengan terbuka.Peneliti juga menyampaikan bahwa informan memiliki hak untuk berhenti bercerita kapanpun informan inginkan.Apabila terdapat pertanyaan yang membuat informan merasa tidak nyaman, maka informan memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Sebelum melakukan wawancara formal, peneliti juga meminta persetujuan (Informed consent) dari informan penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan data informan.Peneliti juga meminta persetujuan untuk menggunakan alat perekam.Alat perekam dipergunakan untuk merekam pembicaraan dari awal hingga akhir wawancara. Alat perekam juga membantu peneliti mengerjakan verbatim wawancara. Peneliti melakukan pendekatan dengan informan penelitian sebelum wawancara formal, agar saat wawancara berlangsung, informan penelitian merasa nyaman, terbuka dan tidak sungkan memberikan informasi kepada peneliti.Peneliti.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 melakukan wawancara formal pertama secara langsung. Akan tetapi, peneliti melakukan wawancara formal kedua terhadap informan pertama melalui handphone karena jarak yang jauh antara tempat tinggal informan dan peneliti. Berikut adalah urutan pelaksanaan wawancara yang dilakukan: Tabel 3 Pelaksanaan Wawancara Waktu. Kegiatan. Tempat. 28 Januari 2016. Wawancara pertama “Melati” Kantor Informan, Atambua. 30 Januari 2016. Wawancara. pertama Rumah Informan, Atambua. “mawar” Juni 2016. Wawancara Kedua “mawar” (Via Telpon). Tabel 4 Member checking Waktu 12 Juli 2016. Kegiatan Pelaksanaan. Jawaban Informan member “ Semua cerita yang sudah. checking Informan pertama. saya. ceritakan. wawancara memang. saat. itusemua pengalaman. pribadi saya yang saya alami 16 Juli 2016. Pelaksanaan. member “ apa yang sudah saya.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 checking Informan kedua. ceritakan saat wawancara benar dan sesuai dengan keadaan dan kisah saya”. 4.2 PROFIL INFORMAN 4.2.1. Informan Pertama Informan sudah menikah sejak 5 tahun yang lalu, informan dan suami merupakan pasangan yang menikah setelah memiliki anak dan mereka menikah secara beda agama, suami informan beragam Islam dan informan beragama Katolik, Keduanya menikah secara katolik. Saat mengetahui informan hamil, informan memilih untuk kabur dari rumah dan tinggal bersama suaminya.S etelah kelahiran anak pertama, informan dan suami baru memberanikan diri utuk bertemu orang tua dan meinta maaf kepada orang tua mereka dan pada akhirnya mereka menikah. Dalam pernikahan mereka, ternyata suami informan ketahuan berselingkuh dengan wanita lain dan hubungan perselingkuhan tersubut bisa dikatakan sudah seperti hubungan suami istri, suami informan dikabarkan sering menginap dirumah selingkuhannya dan memebelikan cicin buat selingkuhannya sebagi tanda rasa sayangnya terhadap selingkuhannya tersebut . Akhirnya semua yang disembunyikan oleh suami informan diketahui informan saat informan melihat isi BBM suami dan informan juga menghampiri selingkuhan suaminya tersebut, saat sampai disna informan dijelaskan menganai hubungan suaminya dengan wanita lain. Saat mendengar kenyataan tersebut.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 informan merasa tidak percaya dan langsung pulang, diperjalanan pulang informan hampir menabrak mobil dan akhirnya informan memberitahukan masalah tersebut ke saudara sepupunya dan masalah tersebut terdengar sampai ketelinga kedua orang tuanya. Pada saat bertemu orang taunya informan mengungkapkan bahwa dirinya ingin bercerai karena melihat kenyataan seperti itu, akan tetapi keinginan tersebut dibantah oleh ayahnya. Saat kedua orang tua informan dan suami duduk bersama dan ingin menyelesaikan permasalah tersebut, suami infroman menunjukan sikap penolakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, lalu orang tua memutuskan untuk tidak melanjukan penyelesaian masalah karena kondisi kedua anak mereka yang belum stabil. Dalam proses setelah mengetahui suaminya berselingkuh, informan mendapatkan perlakuan yang tidak enak dari suaminya, yang tidak peduli dengan dirinya , menganggap apa yang dilakukan olehnya bukan sebuah kesalahan yang harus diselesaikan, dan lama kelamaan tingkah laku suami informan semakin menampakan perselingkuhannya di hadapan informan. Karena mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan informan memilih untuk pulang kerumah orang tua, dengan maksud menenangkan diri akan tetapi ketika berada dirumah orang tua, komunikasi antara informan dan suami semakin tidak baik. Pada akhirnya informan dikenalkan oleh temannya kepada seorang laki-laki yang sudah berkeluarga juga, dari perkenal tersebut membuat informan dan laki-laki tersebut semakin intens berkomunikasi dan menjalin hubungan layaknya orang pacaran, karena menurut informan laki-laki tersebut begitu.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 perhatian dan ingin mendengarkan dirinya, sehingga semakin lama informan semakin nyaman dengan laiki-laki tersebut. 4.2.2 Informan Kedua Informan sudah menikah sejak 10 tahun yang lalu, dan dari pernikahan tersebut informan dikarunia seorang anak laki-laiki. Informan dan suami bekenalan di Bali dan memutuskan untuk tinggal di sana, menginjak usia sang anak yang ke 1, informan mengetahui suaminya berselingkuh dengan teman kantor suaminya. Saat itu informan merasakan keanehan terhadap suaminya yang menunjukan gelagat yang aneh, ternyata apa yang di rasakan oleh subjek memang terjadi. Informan mendapati suaminya sedang bermesraan dengan wanita lain. Seketika itu juga informan kaget dan langsung menangi melihat kejadian tersebut. Suami informan langsung memeluk informan dan mengajaknya pulang. Sesampai di rumah, suami informan memeluk dan mencium informan lalu meminta maaf atas apa yang terjadi. Akan tetapi infroman tidak mempedulikan suaminya, akibat rasa sakit hati yang dirasakan. Informan meminta suaminya untuk tidak mengganggu dirinya karena infroman ingin menenangkan diri. Setelah merasa dirinya tenang informan mengajak suaminya untuk membicarakan masalah yang terjadi. Setelah melewati permasalahan tersebut informan mulai bisa menerima keberadaan suaminya dan mulai membangun kembali rasa percaya yang sempat hilang. Dalam hubungan tersebut suami informan juga menunjukan sikap ingin berubah dan memberpaiki hubungan mereka menjadi lebih baik. Dengan memberikan perhatian, membantu mengurus.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 anaknya dan menyisikan waktu luang bersama keluargaa. Hubungan mereka berjalan mulus dan tiba disaat ketika suami informan pamit kepada informan ingin berangkat keacara nikahan adik temannya, informan juga sedikit merasakan keanehan dari suaminya, akan tetapi informan tidak begitu mempedulikan firasat tersebut. Ternyata tak berapa lama informan mendapat kabar bahwa suaminya kecelakaan. Informan mengeahui kecelakaan itu terjadi setelah suami informan habis kencan bersma selingkuhannya, informan sangat kaget dengan kenyataan yang menimpa dirinya.Akhirnya dengan segala keikhlasan informan tetap berada disamping suaminya dan merwat suaminya. Disaat bersamaan juga, selingkuhan suami informan datang kerumah sakit untuk melihat suami informan, informan pun tetap mempersilahkan selingkuhan suaminya masuk, walaupun komunikasi yang sangat terbatas, tetapi informan tetap memberikan respon yang positif terhadap selingkuhan suaminya. Ketika suami informan sadar suaminya menunjuukan sikap penyelasan kepada informan dengan melihat kearah informan seperti minta di peluk, ketika informan memeluk, suaminya meneteskan air mata. Pada akhirnya, suami informan menghembuskan nafas terakhir dan informan pun dengan lapang dada mengikhlaskan kepergian sang suami. 4.3. HASIL PENELITIAN 4.3.1 Informan Pertama, Melati 1. Pandangan terhadap forgiveness.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Salah satu bentuk pemaafan yang diberikan Melati pada suami melalui permintaan maaf yang diukapkan kepada suaminya : “aku udah maafin kamu”. Aku juga minta maaf, aku bilang ke dia kalau “aku juga punya banyak kesalahan yang udh aku buat selama ini yang harus kamu tau” (G, WI, 28-01-2016, 578-582) Adanya komitmen yang dibangun oleh Melati dan suami. “Kita udh janji buat kubur dalam2 semua mbakdan emang d kubur mbak, terus gak berusaha di bongkar lagi kalo ingat paling ketawa mbak kok konyol banget” (G, W1, 28-01-2016, 702-705) Melalui doa, Melati mengungkapkan rasa penyesalannya. Melati mampu mengontrol emosinya secara baik. “Tiap malam aku berdoa selalu minta maaf ke Tuhan buat semua yang pernah kita lakuin dan bersyukur karena udah lewatin. Kalau pun tiba-tiba keinget aku berusaha megolahnya dalam hati, aku keluarkan jadi semangat yang positif “ (G, W1, 28-01-2016, 713-718) Jadi pandangan informan tentang forgiveness adalah bagaimana seseorang yang telah disakiti mampu memberikan maaf dan memiinta maaf serta membangun sebuah komitmen agar tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga disaat ingatan informan kembali pada masalah yang pernah terjadi informan mampu mengontrol emosinya dengan baik dan tetap memiliki semangat yang positif..

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 2. Cara melakukan forgiveness Adanya keterbukaan antara Melati dan suami. “akhirnya itu mbak kita mulai cerita semuanya dari diaterus gantinan ke aku kita ceritaain sedetai-detailnya apa aja yang kita lakuin” (G, WI, 28-01-2016 585-588) Adanya penerimaan diri dan konflik yang dilakukan oleh Melati serta belajar mengolah emosi dengan baik “Ya gitu mbak yang penting satu mbak yang aku pegang sampai hari ini. Saling menerima. Aku belajar untuk menerima semuanya, aku cernain semuanya baik-baik, minta maaf dan maafin diri sendiri terus maafin suami. udah. gitu.. Yang. penting. bisa. menerima” .(G, WI, 28-01-2016 73-737) Jadi cara informan memberikan forgiveness dengan cara saling terbuka antar pasangan, adanya penerimaan diri, menerima kembali orang yang menyakiti dan konflik yang pernah terjadi 3. Motivasi melakukan forgiveness Melati memberikan pengertian yang baik terhadap sang anak. “anak aku tiba-tiba peluk aku terus bilang “kangen dady, dady gak sayang mami sama adek daddy tidak datang liat kita ya mi?” langsung aku diem lama banget, terus aku langsung pangku anak aku terus bilang ke dia “daddy sayang sama adek sama mami juga, tapi daddy lagi sibuk banyak kerja di pesawat, nanti kalau.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 sudah selesai daddy pulang ajak adek liat pesawat ya nak” (G, WI, 28-01-2016 548-555) Adanya perasaan bersalah saat mendengar pernytaan sang anak. “kangen dady, dady gak sayang mami sama adek daddy tidak datang liat kita ya mi?” (G, WI, 28-01-2016 548-550) Saat Melati mendaapatkan pernyataan seperti itu dari anaknya, Melati menyadari bahwa dirinya sebenarnya tidak jauh berbeda seperti suaminya dirinya juga melakukan perselingkuhan sebagai bentuk pelampiasannya terhadap perlakuan yang didapatkan dari suamiya. ” sambil peluk dia aku nangis mbak rasanya kepukul banget waktu itu. Anak aku bilang itu sebenarnya juga buat aku mbak,aku merasa seperti itu, karena aku juga buat hal yang sama kayak papanya” (G, WI, 28-01-2016 556-560) Muncul rasa bersalah dari dalam diri Melati, dirinya merasa bersalah terhadap anak, suami dan kedua orangtua mereka. Melati pun baru menyadari kerinduan yang begitu mendalam terhadap sosok suami yang selama ini dirindukan, akan tetapi hal tertutup dikalahkan oleh gengsi dan keegoisan, hal-hal tersebut yang membuat dirinya tiba-tiba merasa sedih. “Aku sedih, ngerasa bersalah banget .sama anak, sama suami, sama orang tua. Tiba-tiba kangen juga sama suami mbak. Tapi ya mau gimana lagi, aku sadar kita masih sama-sama egois, aku rindu dia kadang aku mikir dia juga pasti rindu aku tapi gengsi.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 buat kita seperti ini juga. Gak tau kenapa hari itu kayak gitu banget ehmm udh” (G, WI, 28-01-2016 562-569) Jadi motivasi informan melakukan forgiveness Karena muncul dorongan hati nurani seorang ibu yang tidak ingin melihat anaknya bersedih Karena ayah kandunganya tidak berada disampingnya dalam waktu yang cukup lama. Disisi lain muncul perasaan bersalah sebagai seorang istri yang melakukan pembalasan dendam terhadap apa yang dilakukan suami terhadap dirinya. 4. Manfaat melakukan forgiveness Mendapatkan ke legahan dan ke tenangan “Gitu mbak hehhe ya gimana ya mbak aku rasanya legah banget udah bisa lewatin sesuatu yang besar banget dalam hidupku. Goncangan. terberat. dalam. hidup”. (G,W1,. 28-01-20016,. 629-672)] Hubungan yang semakin harmonis, mendapatkan ketenangan batin, menghasilkan energi positif, perasaan yang semakin kuat serta rumah tangga semakin kuat dan kokoh. “Semenjak kejadian itu yah mbak, kita malah jadi tambah kuat tu mbak rasa sayang yang dulu muncul dan tambah kuat gimana ya mbak gitu deh pokoknya suasah jelasin kalau perasaan hahha” (G,W1, 28-01-2016,677-681). “Tapi untuk kesehariannya kita udah balik lagi kayak dulu mbak, bisa sama-sama saling ngerti, sama-sama selalu mengosongkan.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 waktu sekali dalam seminggu buat liburan keluarga, suami tambah romantis abis mbak hahah dan dia juga sekarang lebih sedikit protect sama aku si mbak soalnya aku sekarang juga udah kerja, gak pernah lepasin buat pergi dan pulang sendiri mbak pasti dia selalu yang antar jemput hahah begitulah mbak beryukur mbak (G,W1,28-01-2016, 682-691). “Hahahahha iya mbak, senang banget rasanya mbak. Udah kembali lagi semuanya seperti awal mbak, malah semakin baik (G,W1 28-01-2016, 530-532). Suami ku ada tuh mbak udah serumah lagi akuudah balik dan tinggal sama suami aku mbak. Puji tuhan banget, pernikahan kita selamat mbak (G,W1 28-01-2016, 523-526)” “Belajar dari kesalahan udah gitu aja mbak, kayak begitu bikin hati tenang” (G,W1,28-01-2016, 602-603). “ bhehhe. Malah sekarang tuh ya mbak rasa untuk saling menjaga dan sangat-sangat memiliki tuh besar banget mbak.Soalnya kita sama-sama. lepasin kesalahan dan mulai yang baru dengan. lebih baik itu jadi pelajaran buat. kami. sih. mbak.. Gitu. hehehhe”.(G,W1,28-01-2016, 721-726). “Rasanya tenang banget, udah gak ada beban pikiran, rasa sakit yang kemarin juga rasanya ilang seketika. Kayak memulai sesuatu yang baru lagi mbak. Niatan untuk ngungkit masalah yang kemarin juga udah gak ada. Pokoknya sekarang itu rasanya.

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 selal bahagia dan aku pada akhirnya malah bisa membangun lagi kepercayaan sih. Udah gak suram lagi. Semangatnya positif” (G,W1,28-01-2016, 743-751). Jadi maanfaat setelah informan melakukan forgiveness adalah informan mendapatkan kembali keutuhan rumah tangganya yang sempat tergoncang, kembali harmonis dengan pasangannya, mendapatkan ketangan batin dan mampu menularkan energi yang positif didalam rumah tangganya..

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(64) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 4.3.2 Informan Kedua, Mawar 1. Pandangan terhadap forgiveness Mawar mampu meredahkan amarah dan rasa sakit hati. “Saya memang, marah dan sakit hati waktu liat dya sama teman kantornyaitu. Tapi setelah itu dya minta maaf dan saya sendiri merasa kalau memang dya tidak mengulangi kesalahan, sikapnya seperti biasa, cara dya memperlakukan saya juga seperti biasanya malah dya semakin perhatian, dya pulang selalu tepat waktu, dya selalu bilang kesaya kalau jangan capek- capek karena saya menyusui,kalau dya pulang sudah sore biasanya klau sore saya buatkan kue-kue buat cemil dengan kopi atau teh tapi dya malah bilangke saya kalau tidak usah dya buat sendiri karena dya tidak mau itu tadi, saya capek nanti katanya hehe, ya dya lebih bisa mengerti keadaan saat itu” (S, WI, 28-01-2016. 134-149). Kesalahan yang dilakukan suami, tidak merubah perasaan sayang yang dimiliki Mawar “Ya saya tetap sayang dengan suami dik. Walaupun dengan kejadian seperti itu, tidak merubah perasaan saya ke suami. Sejelek-sejelek perbuatannya juga kakak tetap sayang sama suami. Begitu. Sampai kapan pun dik” (S, WI, 28- 01-2016 179-183) Adanya ketulusan dan empati yang diberikan Mawar terhadap suami walaupaun telah disakiti..

Gambar

Gambar 1. Skema Informan Pertama ……………………………………. 45  Gambar 2. Skema Informan Kedua ……………………………………… 51
Tabel Kategori dan Sub-Kategori  Tema
Tabel Kategorisasi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The stem structure consist of epidermal (one layer), cortex (7-8 cell layers), extra xilary fiber (I-2 cell layers) and vascular bundles (amphicribral type) in three circum-ference.

yang mengikuti semua standarisasi peralatan listrik seperti cara penggambaran dan kode- kode pengaman dalam pemasangannya, maka menjadi tanggung jawab kita untuk. menggunakan

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]