• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Elektrolit Darah

5.1.1 Definisi elektrolit darah

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi nmenjadi anion dan kation tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju katode anode yang menunjukan mereka mempunyai muatan positip dan negatip.(Carl A.Bustes, dkk, 1994)

5.1.2 Jenis elektrolit darah

Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca+2, Mg+2 dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-2 dan laktat. Pada cairan ektrasel

kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan pada

cairan intrasel kation utama adalah K+.(Frances Talaska Fischbach, dkk, 2004) 5.1.3 Fungsi Elektrolit Darah

Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotok cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu memelihara kseimbangan asam-basa. Nilai normal natrium serum adalah 135-145 mEq/L. berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis, hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat (kebingunan dan kelainan mental). Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal

(2)

mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien yang juga membatasi makan garam. Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin. Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung, tetapi biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah (misal di panti ) yang berhenti minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi berupa cairan intervena hipnotok. (H.Harjoeno dkk, 2003).

Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah 100 sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, sedang retensi klorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya bersma-sama dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal. (H.Harjoeno dkk, 2003).

Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utama

(3)

dalam sel. Niali normal kalium serum adalah 3,5-5 mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan gangguan eksresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui makanan tidak dibatasi. Gambaran klinis kelainan kalium dapat merupakan gangguan yang paling mengancam nyawa dibandingka yang lain. Gejala berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos. Semua jaringan ini menggunakan kalium untuk mengatur eksitabilitas selnya. Hiperkelami menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang khan menggambarkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada jantung. Baik hipoklemia maupun hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan henti jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti adanya hipokalemia atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada pengukuran kalium serum yang akurat. (David W.Marten, dkk, 1990).

5.1.4 Regulasi Elektrolit Darah

Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit untuk menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Aktifitas ginjal dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh hormon ADH, yang diproduksi oleh hipofisis, dan aldosteron yang dihasilkan oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan hidrostatik yang terjadi secara normal karena adanya denyut jantung berfungsi mendorong cairan, sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan penarik yang berasal darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar protein plasma ini harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah permeabilitas kapiler yang bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang terlibat dalam proses homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air. Air akan

(4)

tertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam siestem homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler selular, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat ditentukan oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya. (Sudarto PringgoUtomo, dkk, 2002).

5.1.5 Metode pemeriksaan elektrolit darah

Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Metode Flame Emision Spectrophotometry

2. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE) 3. Spektrofotometri

4. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor.

Selama bertahun-tahun metode untuk menganalisa natrium dan kalium terdiri dari flame photometry dimana kation-kation tersebut diukur berdasarkan intensitas garis spektral emisi atomik saat mendapat eksitasi dari sinar kontrol. Metode spektrofotometri adalah metode pengukuran berdasarkan perubahan warna atau terjadinya kekeruhan adalah proporsional dengan elektrolit yang kita ukur. Metode ISE (Ion Selective Electrode) prinsip pemeriksaannya didasarkan pada adanya potensial muatan listrik yang diantara kedua elektrode (bolam, kalommel). Metode biosensor mempunyai prinsip : bila sample diposisikan pada electrode Na, K, Cl ditentukan suatu keseimbangan dengan electrode mambrane permukaan. Kemudian

(5)

potensial yang terbentuk sesuai dengan logaritma serta aktifitas analit dalam sample. Jalue elektrik diantara referens dan ISE dilengkapi dengan empat referens electrode yang mengandung elektrik kalollel dan larutan saltbridge. Potensio dari electrode Na, K, Cl diukur berturut-turut terhadap electrode referens oleh electrometer impedans tinggi. Konsentrasi ion yang diukur dihitung dari potensial electrode dengan menggunakan persamaan Nernst. (Suganda, dkk, 2000).

5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Elektrolit Darah

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeriksaan elektrolit yang terbagi dalam faktor pre analitik, analitik dan paska analitik.

5.2.1 Faktor pre analitik 1) Persiapan penderita

Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan penderita perlu dipersiapkan, diinformasikan, serta diberi penjelasan seperlunya mengenai tindakan yang akan dikerjakan. Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil antara lain : obat diuretic, aktifitas fisik, puasa, stress dan sebagainya harus diberitahukan juga agar dihindari. (Good Laboratory Practice, 2008).

2) Pengambilan sampel

Kalium adalah salah satu elektrolit kimia terpenting yaitu dalam bahwa kelainanya dapat segera mengancam nyawa, kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat. Untungnya kita dapat mengetahui apakah terjadi proses hemolisis atau tidak oleh warna merah hemoglobin yang juga dibebaskan kedalam serum setelah serum dipisahkan dari sel setelah pemusingan. Nilai kalium dapat meninggi apabila pasien berulang-berulang membuka dan menutup genggaman tanganya

(6)

secara kuat sementara torniquet terpasang untuk pungsi vena. Apabila diambil dengan benar serum yang tidak hemolisis merupakan spesimen yang baik untuk penentuan elektrolit. Trombosit mengandung kalium yang dalam keadaan normal dikeluarkan ke dalam serum pada pembentukan bekuan, sehingga serum diperkirakan memiliki nilai kalium yang sedikit lebih tinggi daripada plasma pada orang yang sama (umumnya meningkat kurang dari0,5 mEq/L). Pada kenyataanya pasien dengan trombositosis sering memperlihatkan nilai kalium jauh diatas rentang normal. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperoleh nilai kalium plasma pada sampel yang sudah diberi heparin yang trombositnya tidak mengaktifkan dan mengeluarkan kalium intraselnya.

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak melakukan aktifitas fisik. Bila tidak mungkin usahakan untuk mengambil darah pada waktu yang sama, misalnya pengambilan sampel pukul 11.00. pemeriksaan ulang juga dilakukan pada pukul 11.00. karena hsil pemeriksaan kalium juga dipengaruhi oleh perubahan analit dari waktu kewaktu (variasi diurnal), dan meminimalkan variasi intra individu. Pada pengambilansampel sebaiknya pasien diambil pada posisi duduk atau berbaring. Pengambilan sampel darah vena dapat menggunakan spuit ataupun vakutainer (tabung vakum hampa udara). (Witono Santoso, dkk. 1999).

3) Pengiriman dan penanganan sampel

Setelah darah diambil segera kirim kelaboratorium, darah dalam wadah segera dipindahkan ke tabung sentrifus dan diputar selama 10-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm, kemudian serum segera dipisahkan. Sampel yang hemolisis

(7)

tak dapat diperiksa untuk analisa elektrolit karena kalium keluar dari eritrosit. Jika sampel bercampur dengan antikoagulan pada suhu kamar, maka nilai kalium akan turun karena sel-sel memakai glukosa mendorong kalium ke dalam sel. Pemberian nomor atau label pasien harus benar-benar cermat dan teliti, karena kekeliuran dalam hal ini akan berakibat fatal. (Witono Santoso, dkk. 1999). 4) Wadah penampung

Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah harus menggunakan wadah dari bahan gelas.

b) Tidak bocor atau rembes

c) Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir. d) Besar wadah diseuiakan dengan volume sampel. e) Bersih

f) Kering

g) Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.

5.2.2 Faktor analitik 1) Persiapan reagen

Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang penting. Keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan dan masa kadaluwarsanya. Reagen yang kemasanya rusak dan masa kadaluwarsanya sudah tercapai sebaiknya tidak dipergunakan. Suhu penyimpanan reagen yan baik di dalam almari pendingin (suhu 2-80C) atau sesuai dengan

(8)

anjuran dari petunjuk tertulis yang ada pada kemasan atau di dalam kit reagen yang digunakan. (Witono Santoso, dkk. 1999).

2) Peralatan

Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat yang digunakan harus suadah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan kontrol perlu dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting lainnya adalah mengikuti seluruh rangkaian protap pemakaian alat yang telah dibakukan. (Kumpulan protap RSUD Kardinah Tegal, 2012).

5.2.3 Faktor paska analitik

Faktor paska analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh rangkaian pemeriksaan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila pencatatan dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil riil yang didapatkan. Melaporkan hasil apa adanya tanpa ada rekayasa hasil merupakan sebuah keharusan untuk memberikan gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang diperiksa.

5.3 Kerangka Teori

Didasarkan atas seluruh pustaka yang ada kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :

Jenis wadah spesimen

darah elektrolit Kadar darah Cara pengambilan spesimen darah Cara penanganan spesimen paska sampling Cara penyimpanan spesimen paska sampling Jenis metode pemeriksaan Ketrampilan teknisi laboratorium Jenis alat pemeriksaan

(9)

Gambar 2.1. Kerangka teori

5.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini tersusun atas sebuah variabel bebas yaitu jenis wadah spesimen darah yang dibedakan dalam 2 kategori sebagai bentuk perlakuan dan variabel terikat kadar elektrolit darah yang digambarkan sebagaimana pada skema berikut:

Gambar 2.2 Kerangka konsep

5.5 Hipotesis Penelitian

1. Ho: Tidak ada perbedaan kadar elektrolit darah yang ditampung dalam tabung vakum bekas terhadap tabung baru.

2. Ha: Ada perbedaan kadar elektrolit darah yang ditampung dalam tabung vakum bekas terhadap tabung baru.

Jenis wadah spesimen darah

Kadar elektrolit darah

Referensi

Dokumen terkait

Nenek klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami trauma. Klien lahir dengan persalinan normal di rumah sakit dengan penolong dokter.. d) Riwayat tumbang :.. Klien

Setelah diketahui ada hubungan yang signifikan antara kemampuan memahami bacaan dengan prestasi siswa, maka dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik orang tua dalam pencegahan kecelakaan pada anak usia toddler di PAUD Yasmin Sentolo Kulon Progo Yogyakarta 2011 kearah yang lebih baik

Menurut Badan Pengembangan Bahasa dan perbukuan, Kementrian Pen- didikan dan kebudayaan Republik I n- donesia dalam Kamus Besar Bahasa In- donesia (2016), arisan adalah

Kelebihan dari metode penemuan dengan teknik scaffolding adalah menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuannya untuk

Bila diterapkan dengan tepat, MMT merupakan metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan menjawab tantangan lingkungan masa kini. MMT dapat dipergunakan untuk

Kegiatan merupakan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh organisasi untuk merealisasikan program kerja operasionalnya. Kriteria

menyayangkan, misalnya “Sayang ya sudah sekolah tinggi-tinggi cuma jadi Ibu Rumah Tangga” Tentu ungkapan tersebut bukan berarti menafikan atau merendahkan wanita yang