• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Guna Meningkatkan Kinerja Pekerja Industri Kecil Mozaik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Usulan Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Guna Meningkatkan Kinerja Pekerja Industri Kecil Mozaik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Industri Kecil Mozaik

Endang Widuri Asih1 dan Titin Isna Oesman2

Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta endang.akprind@gmail.com, oesman@yahoo.com

Abstrak. Fasilitas kerja operator merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

performansi kerja dalam suatu system. Fasilitas kerja yang baik harus memperhatikan kenyamanan kerja pekerja yang menggunakanya. Pada industri Mozaik pekerja dalam melakukan pekerjaanya dan fasilitas kerja yang digunakanya belum memenuhi standarisasi konsep ergonomis. Peningkatan kinerja pekerja melalui perbaikan fasilitas kerja dengan merancang alat kerja yang ergonomis sesuai dengan kondisi pekerjaanya. Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji pengaruh kondisi kerja terhadap kinerja manusia yaitu kriteria fisiologi dan kriteria psikologi. Pada penelitian ini untuk mengetahui keluhan dan kelelahan yang dialami pekerja dilakukan penyebaran kuesioner Nordic Body Map dan 30 item pertanyaan tentang kelelahan dengan sampel 15 pekerja. Perancangan fasilitas kerja di industri Mozaik berdasarkan prinsip Ergonomi dan Antropometri.

Perancangan fasilitas kerja yang diperbaiki yaitu meja, kursi kerja dan wadah lem yang ergonomis. Meja dan kursi kerja yang dirancang untuk pekerjaan duduk berdiri dengan ukuran berdasarkan dimensi tubuh pekerja. Rancangan meja kerja dilengkapi 4 tempat bahan baku batu alam pada alas meja dan tempat cetakan mozaik, hal ini untuk mengeliminir kegiatan mencari yang dilakukan pekerja pada saat merakit Mozaik. Wadah lem yang dirancang sesuai dengan posisi kerja berdiri pada saat menuangkan lem.

Kata kunci: Fasilitas Kerja, Ergonomis, Keluhan pekerja

1. PENDAHULUAN

Kelangsungan dan pertumbuhan usaha pada industri besar maupun kecil sangat berpengaruh pada perekonomian nasional. Dengan adanya pertumbuhan usaha dapat meningkatkan kesempatan kerja dan dapat memberikan /menunjang pendapatan pemerintah. Industri kecil mempunyai potensi yang cukup besar dalam peningkatan penerimaan devisa negara, serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang dapat memberikan nilai tambah.

Kebanyakan industri kecil lebih memprioritaskan pada permasalahan modal, pemasaran dan manajeman, sedangkan masalah yang berkaitan dengan tenaga kerja, sistem kerja dan lingkungan kerja sering kali diabaikan. Untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja industry kecil , hal ini perlu mendapatkan perhatian serius bagi pemilik industri kecil seperti; resiko faktor ergonomi, sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah serta lingkungan kerja (Endang WA,2009).

Salah satu industri kecil di Yogyakarta adalah industri Mozaik. Pada industri ini terlihat bahwa dalam proses produksinya baik fasilitas kerja atau posisi kerja karyawannya belum menerapkan prinsip Ergonomi. Hal ini terlihat dari posisi kerja karyawan dalam melakukan pekerjaanya duduk di bangku kayu pendek (dingklik dalam bahasa Jawa) dapat

(2)

dilihat pada gambar 1 dan 2, serta pada saat melakukan pemindahan bahan dilakukan manual yang dibawa dengan 3 pekerja (gambar 2 ). Ketinggian tempat duduk kira-kira 10 sampai 20 cm, sehingga pada saat kerja, posisi duduk membungkuk dan kaki menekuk, hal ini menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah pada kaki. Sirkulasi darah yang terhambat akan menyebabkan kelelahan otot sehingga kinerja para pekerja menurun dan cepat menimbulkan kelelahan serta sakit pada bagian tulang belakang (Theresia dalam Endang WA, 2006). Untuk meningkatkan kenerja pekerja, perlu dilakukan perbaikan fasilitas kerja dengan merancang alat kerja yang ergonomis sesuai dengan kondisi pekerjaanya.

2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ergonomi

McCormick dan Sanders (1993) mendefinisikan ergonomi dengan menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif. Pendekatan ini dilakukan melalui tiga hal pokok yaitu; fokus, tujuan dan ilmu ergonomi.

 Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari.

 Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan, penerimaan pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kualitas hidup.

 Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karateristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap rancangan produk dan prosedur yang digunakan untuk lingkungan tempat menggunakannya.

Berdasarkan pendekatan tersebut diatas maka Chappins (1995) merangkum definisi ergonomi sebagai ilmu yang menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku, kemampuan, keterbatasan,dan karateristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia.

Iftikar Z. Sutalaksana dkk (1979) mendefinisikan ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dalam sistem itu dengan baik mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan dengan efektif, aman dan nyaman. Dalam ergonomi salah satu prinsip yang harus selalu digunakan adalah prinsip fitting the task/ job to man. Hal ini mengandung pengertian bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, sehingga hasil yang dicapai dapat menjadi lebih baik.

Manusia dan Karakteristiknya

Kinerja suatu sistem kerja di dalam suatu perusahaan atau unit produksi sangat tergantung pada interaksi antara elemen-elemen sistem kerjanya. Bila interaksi antara elemen-elemen tersebut baik, maka kegiatan produksi berjalan baik, sehingga dapat menghasilkan tingkat output yang diharapkan. Elemen-elemen tersebut antara lain peralatan, lingkungan kerja, tempat kerja dan tenaga kerja. Dari semua elemen ini yang terpenting adalah elemen manusia, karena manusia merupakan pelaksana dari pekerjaan, sedangkan elemen yang lainya merupakan elemen pendukung. Elemen-elemen pendukung perlu dirancang sedemikian rupa untuk menjamin optimalitas manusia dalam

(3)

melakukan pekerjaanya. Prinsip ini disebut dengan Human Centered Design, atau perancangan yang berpusat pada manusia.

Kriteria Penilaian

Untuk menilai pengaruh kondisi kerja terhadap performansi kerja manusia diperlukan kriteria yang jelas. Kriteria yang dapat digunakan dalam menguji pengaruh kondisi kerja terhadap manusia adalah; kriteria fisiologi,kriteria psikologi dan kriteria performansi kerja (Tiffin dalam Oesman, 2007). Adapun penjelasanya sebagai berikut:

a. Kriteria Fisiologis

Kemampuan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan digambarkan sebagai aktifitas otot-otot tubuh. Pengurangan energi potensial dalam otot ini disebut kelelahan fisiologis.

b. Kriteria Psikologis

Perubahan psikologis terjadi dalam pekerjaaan atau kondisi tertentu. Ukuran dan karateristik perubahan-perubahan psikologis belum tergambarkan dengan jelas, tetapi ada alasan untuk mempercayai bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh, yaitu kebosanan (boredom) dan perasaan kelelahan atau keletihan, yang disebut kelelahan obyektif/ psikologis .

c. Kriteria Hasil Kerja

Kriteria performansi kerja atau hasil kerja merupakan indikator performansi kerja seseorang. Penurunan kerja ditandai oleh pengurangan hasil kerja dari waktu ke waktu atau dari satu kondisi ke kondisi yang lain . Kecenderungan penurunan hasil atau output kerja ini biasa disebut sebagai kelelahan industri (industrial fatique).

Kelelahan (fatique)

Kelelahan adalah suatu keadaan yang menunjukan penurunan efisiensi dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan dibedakan dalam 2 bagian (grandjean, 1993) yaitu :

a. Kelelahan Otot (muscular fatique)

Kelelahan otot adalah suatu gejala kesakitan yang dirasakan pada otot yang muncul akibat otot terlalu tegang. Pada saat otot diberi stimulus misalnya dengan mengangkat, hal tersebut akan menjadikan berkontraksi dan terjadi ketegangan. Jika stimulus tersebut diberikan secara terus menerus maka dalam jangka waktu lama performansinya akan menurun, yaitu pada kekuatan otot dan gerakan semakin lambat. Kelelahan otot mengakibatkan hilangnya kemampuan koordinasi gerakan alat-alat tubuh, serta meningkatnya kecenderungan kesalahan dan kecelakaan yang menyertai kelelahan otot.

b. Kelelahan Umum (General Fatique)

Salah satu gejala kelelahan umum adalah munculnya perasaan letih. Suatu perasaan kelelahan akan teratasi jika diadakan istirahat. Berdasarkan penyebabnya gejala keletihan umum dapat dibedakan menjadi (grandjean, 1993): Visual fatique, General

bodly fatique, Mental fatique, Nervous fatique, Kelelahan kronis, dan Circadian fatique.

Jika kelelahan tidak disembuhkan, maka pada suatu saat akan terjadi kelelahan kronis yang menyebabkan:

(4)

 Meningkatnya ketidak stabilan psikis (perilaku)  Depresi

 Tidak semangat dalam bekerja.  Meningkatnya kecenderungan sakit

Prestasi yang diukur pada output industri merupakan petunjuk yang pertama kali dipakai untuk menilai akibat dari kelelahan. Perubahan prestasi atau performansi kerja berubah secara teratur selama hari kerja dan selama minggu kerja yang berkorelasi dengan perubahan ketegangan dan kelelahan (Grandjean, 1993).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan Oesman,2009. Kuesioner yang digunakan hanya 3 Form yaitu Form 1 berisi 2 bagian yaitu pertama berisi tentang data karateristik responden memuat informasi mengenai, nama, jenis kelamin, usia,dan pendidikan terakhir, bagian 2 berisi status kesehatan dan data antropometri. Form kedua memuat informasi tentang keluhan-keluhan biomekanika yang dialami oleh responden/ pekerja. Dan Form ketiga memuat tentang 30 pertanyaan kelelahan yang dimodifikasi dengan skala Likert. Sampel yang dijadikan responden adalah pekerja perempuan di industri kecil Mozaik. Jumlah sampel responden 15 orang.

Berdasarkan hasil kuesioner form kedua yaitu tentang keluhan musculoskeletal dengan

Nordic Body Map ( Tarwaka,2010 ) , terlihat bahwa keluhan yang paling banyak adalah

leher bagian atas &bagian bawah, punggung, bahu kanan & bahu kiri, pinggang, bokong serta lutut kanan & kiri. Dan hasil kuesioner form ketiga tentang kuesioner 30 item pertanyaan yang menunjukan kelelahan secara umum berdasarkan bobot yang paling besar adalah kelelahan pada seluruh badan, Kaki pekerja merasa berat, Bagian bahu pekerja merasa berat, pekerja merasa nyeri dipunggung, dan pekerja merasa nafasnya tertekan.

Dari hasil kuesioner terlihat bahwa responden dalam melakukan pekerjaanya belum ergonomis. Hal ini disebabkan karena postur dan alat kerjanya belum ergonomis. Sehingga responden atau pekerja mengalami kelelahan otot dan kelelahan umum. Kesalahan postural tersebut pada awalnya tidak terlalu menimbulkan rasa sakit, tapi lama kelamaan rasa sakit tersebut akan terakumulasi oleh ruas tulang belakang. Akumulasi rasa tersebut akan menyebabkan timbulnya low back pain. Dan adanya beban statis yang terus menerus dapat mengganggu kenyamanan bagian tulang belakang.

Kesalahn postural kerja yaitu,pekerja pada saat kerja posisi tulang belakang membentuk kurva cembung atau konvex yang disebut khyposis. Lumbar khyposis akan menghasilkan pertambahan tekanan pada piringan (L5/S1) yang berada antar ruas tulang belakang. Tekanan pada piringan antar ruas tulang belakang yang berlebihan dapat merusak piringan antar ruas tulang belakang tersebut.

Keluhan pada bagian leher terjadi karena posisi kepala dan leher pekerja pada saat kerja inklinasi ke depan membentuk sudut lebih dari 150. Menurut Grandjean (1993) posisi kerja yang baik adalah tidak melenturkan kepala dan leher ke depan lebuh dari 150maka akan menyebabkan keluhan yang kronis pada leher.

Keluhan pada bahu diakibatkan karena karakteristik pekerjaan. Bagian paling dominan dalam melakukan pekerjaan pengeleman Mozaik (gambar 2) adalah pergelangan tangan sampai ke lengan atas (extriminitas atas). Sistem kerja bagian-bagian tersebut ditopang

(5)

oleh otot-otot pergelangan tangan dan bahu. Disamping hal tersebut keluhan bagian bahu juga disebabkan oleh kondisi meja yang terlalu rendah. Meja kerja yang terlalu rendah dapat menyebabkan bagian lengan bawah terlalu menjulur ke bawah akan mengakibatkan otot pergelangan tangan dan bahu mengeluarkan gaya penahan bagi lengan bawah.

Keluhan bagian kaki disebabkan karena ketinggian meja dan tempat duduk terlalu rendah (gambar 1 dan 2), sehingga posisi kerja pekerja dengan kaki menekuk. Kaki menekuk menyebabkan timbulnya hambatan sirkulasi darah (Theresia Linda, dalam Endang WA,2006). Sirkulasi darah yang terhambat akan menyebabkan kelelahan otot sehingga kinerja para pekerja menurun.

Gambar 1. Posisi kerja pada saat pengeleman Gambar 2. Posisi pada saat penuangan lem

Gambar 3. Posisi kerja pengangkatan bahan

Kinerja responden atau pekerja dapat ditingkatkan dengan dilakukan perbaikan fasilitas kerja (merancang alat kerja yang ergonomis) sesuai kondisi pekerjaanya. Dalam penelitian ini fasilitas yang dirancang adalah meja, kursi pekerja dan tempat penuangan lem.

Perancangan Meja Ergonomis

Meja yang dirancang disesuaikan dengan karakteristik pekerja dan pekerjaanya. Pada industri ini pekerja melakukan serangkaian pekerjaan yg diawali dengan mengambil bahan baku di area penyimpana dan dibawa meja tempat produksi. Kemudian dilanjutkan pekerja tersebut merakit sebuah mozaik yaitu pekerja memilih batu alam sesuai dan di tempelkan

(6)

pada pola cetakan dan model yang telah ditentukan. Bahan pembuatan mozaik antara lain: batu alam, kawat kasa, lem dan pola dari kayu.

Meja tersebut dirancang pada bagian alas meja dibuatkan 4 (empat) kotak ukuran 40x40cm, sebagai tempat Mozaik yang sudah dipisah berdasarkan jenisnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengeliminir gerakan mencari yang dilakukan pada cara sebelumnya. Bagian bawah sebelah kanan dan kiri meja dibuatkan tempat penempatan kotak alas cetakan serta kawat kasa tempat menempelkan batu alam. Hasil rancangan meja dapat dilihat pada gambar 4.

Ukuran meja berdasarkan dimensi tubuh pekerja, untuk tinggi meja didasarkan pada tinggi siku berdiri dengan persentil 50 yaitu 97 cm ditambah kelonggaran sebesar 5 cm sehingga tinggi meja adalah 102 cm.. Lebar meja berdasarkan dimensi tubuh jangkauan tangan dengan persentil 95 yaitu 90 cm ditambah kelonggaran sebesar 30 sehingga total ukuran lebar meja adalah 120 cm. Dan panjang meja berdasarkan rentangan tangan persentil 95 yaitu 195 cm dengan kelonggaran 5 cm sehingga panjang meja adalah 200 cm.

Ukuran tempat cetakan dan kawat kasa adalah 40x40cm, dan tinggi dari permukaan lantai berdasarkan dimensi tubuh tinggi pergelangan tangan pada saat posisi berdiri persentil rata-rata adalah 75cm.

Perancangan Kursi Ergonomis

Konsep dasar posisi duduk adalah terbentuknya sudut 900 antara paha dengan tulang

belakang, Sedangkan pada posisi berdiri sudut yang terbentuk antara paha dengan tulang belakang adalah 0

180 . Posisi duduk-berdiri adalah posisi yang berada di antara posisi duduk dan berdin, Menurut Sutalaksana (2000), seseorang dapat dikatakan berada pada posisi setengah duduk dan berdiri bila sudut antara paha dan tulang belakang sebesar I20''sampai 135°.

Sudut Alas Duduk Berdasarkan besaran sudut antara paha dan tulang belakang tersebut, sudut alas duduk yang dapat mengakomodasi besar sudut tersebut adalah sebesar 45° terhadap horisontal .

Lebar alas duduk, lebar alas duduk dapat diperoleh dari nila i persentil 95 lebar pinggul. Hal ini ditujukan untuk membuat nyaman pengguna yang mempunyai pinggul besar, hasil pengolahan data antropometri persentil 95 dari lebar pinggul ditambah kelonggaran 4 cm , sehingga lebar alas duduk adalah 40 cm.

Panjang alas duduk dapat ditentukan dari nilai persentil 95 jarak pantat popliteal. Hal ini ditujukan untuk memudahkan peletakkan pantat ke alas duduk bagi pengguna yang mempunyai dimensi pantat popliteal tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai persentil 95 dari jarak pantai popliteal sebesar 45,5 cm, dengan kelonggaran 4,5 cm maka panjang alas duduk adalah 50 cm. Dan seseorang dapat dikatakan bekerja dalam posisi duduk-berdiri apabila sudut yang terbentuk antara tulang belakang dan paha pekerja tersebut antara I20° dan 135 °. Tinggi kursi dari data antropometri yang telah diolah, adalah persentil 95 tinggi pinggul adalah 87 cm (gambar 5).

Perancangan Wadah Lem.

Untuk memperbaiki posisi kerja seperti gambar 2. yaitu pekerja menuangkan lem ke dalam botol dengan cara membungkuk maka dirancang tempat lem yang ergonomis. Tempat wadah lem yang ergonomis dirancang untuk penuanganya dengan cara berdiri. Untuk itu dalam perancangan ini mengadopsi sistem Dispenser. Tinggi wadah lem adalah berdasarkan dimensi tinggi siku berdiri dengan persentil rata-rata yaitu 97 cm dengan kelonggaran 5cm jadi ukuran tinggi adalah 102cm. Untuk ukuuran panjang sertai lebarnya

(7)

sesuai ukuran kaleng lem yaitu 30 cm x 30cm dengan kelonggaranya 10 cm, sehingga ukuran panjang kali lebar adalah 40cm x40cm (gambar 6).

4. KESIMPULAN

Hasil Kuesioner menunjukan keluhan yang paling banyak dialami oleh pekerja industri kecil Mozaik adalah leher bagian atas & bagian bawah, punggung, bahu kanan & bahu kiri, pinggang, bokong serta lutut kanan & kiri. Dan hasil kuesioner 30 item pertanyaan yang menunjukan kelelahan secara umum berdasarkan bobot yang paling besar adalah kelelahan pada seluruh badan, Kaki pekerja merasa berat, Bagian bahu pekerja merasa berat, pekerja merasa nyeri dipunggung, dan pekerja merasa nafasnya tertekan.

Perancangan fasilitas kerja yang dirancang untuk mengurangi keluhan dan kelelahan pekerja yaitu meja, kursi kerja dan wadah lem yang ergonomis. Meja dan kursi kerja yang dirancang untuk pekerjaan duduk berdiri dengan ukuran berdasarkan dimensi tubuh pekerja. Rancangan meja kerja dilengkapi 4 tempat bahan baku batu alam pada alas meja dan tempat cetakan mozaik, hal ini untuk mengeliminir kegiatan mencari yang dilakukan pekerja pada saat merakit Mozaik. Wadah lem yang dirancang sesuai dengan posisi kerja berdiri pada saat menuangkan lem.

(8)

Gambar 5. Rancangan Kursi Kerja Duduk Berdiri

Gambar 6. Rancangan Wadah Lem Ergonomis

5. DAFTAR PUSTAKA

Chaffin,Don B., Anderson B.J., 1995, Occuptional Biomechanics, 2nd edition, John Willey and Son Ltd, England

Endang WA, 2006, Perancangan Meja Putar Alat Pembuat Gerabah Berdasarkan

Kriteria Fisik dan Metode Quality Function Deployment, UTY, Proseding Seminar

Nasional, UTY,Yogyakarta.

Endang WA, 2009 Perancangan Alat Pemecah Kedelai yang Ergonomis dengan

Pendekatan Integrasi Model kano dan Function Deployment, jurnal Technoscientia,

Vol.1. No.2, IST AKPRIND, Yogyakarta

(9)

Oesman, T.,I., 2007, Effect Of basket Loads on Work Physkology and Muculaskeletal

Complaint Amoung Women Crop sellers In Several traditional Market of Yogyakarta,

Proceeding Seminar International, AEDeC 2007- Kualalumpur, ISBN 0-97-681-43-6-6.

Oesman, T.I.,et all, 2009, Redesain Alat Tombol Tekan Dan Reposisi Kerja Operator pada

Proses Stamping Part Body Component Meningkatkan Kualitas Kerja Pada Divisi Stamping Plant PT.ADM Jakarta, Procceding 9th National Seminar Ergonomics” Ergonomics for Enhanced Quality of Work Life”, Undip, Semarang.

Sutalaksana,I.Z. et. Al, 1979; Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri, ITB, Bandung.

Sutalaksana, I.Z., 2000, Duduk,Berdiri dan Ketenagakerjaan Indonesia, Procceding Seminar Nasional Ergonomi, Guna Widya, Surabaya.

Sanders, Mark S. & Ernest J.McCormick, 1993, Human Factors in Engineering and

Design, Mcgraw-Hill Inc.

Tarwaka,2010, Ergonomi Industri; Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di

Gambar

Gambar 3. Posisi kerja pengangkatan bahan
Gambar 4. Rancangan Meja Kerja Duduk Berdiri
Gambar 6. Rancangan Wadah Lem Ergonomis

Referensi

Dokumen terkait

pckerjaan yang dilakukao antara lain pekerjaan pembongkaran, pasangan, kuda-kuda dan rangka atap, kusen, pintu dan jendela, serta pengecatan. Dari data kurva S yang didapat,

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “DAMPAK PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C TERHADAP SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN DI

Dalam penelitian ini transduser ultrasonik digunakan untuk mengukur tingkat kekasaran secara relatif dengan memanfaatkan sifat pantulan yang dimiliki ultrasonik

Hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung rumput laut dalam ransum ayam broiler terhadap bobot hidup, berat, panjang dan lebar tulang tibia dan

Grafik Rata-rata Pertambahan Berat Badan Jangkrik Selama Penelitian (gram/ekor) Gambar 4 menunjukan bahwa penggunaan eceng gondok 10% dan 15%, pertambahan berat badannya

gaya Surakarta, namun hanya beberapa garap nya yang sedikit berbeda. Dalam sajian gending klenèngan meliputi beberapa bentuk gending,. gending yang disajikan yaitu:

Pembuatan kompon karet adalah suatu ilmu yang kompleks dan multidisiplin dalam cara memilih dan mencampuran kombinasi dari elastomer yang tepat dan bahan lainnya

Hasil penelitian ini, yaitu kesalahan pada tataran ejaan dalam majalah Pandawa IAIN Surakarta, terdapat kesalahan penulisan huruf kapital, kata yang dicetak