• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak akan mengalami perubahan.

Menurut Spencer dkk, (dalam Santrock, 2007: 207) mengatakan bahwa perkembangan motorik pada anak usia dini dapat berkembang ketika anak termotivasi untuk melakukan suatu gerakan, dimana gerakan tersebut merupakan koordinasi antara beberapa unsur perkembangan motorik anak.Menurut Syaodin, (2005:30) mengungkapkan bahwa pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot- otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk bergerak dalam melakukan aktivitasnya dan kegiatan bergerak tersebut akan sangat menggunakan otot kasar yang disebut motorik kasar (gross motor) yang digunakan untuk melakukan aktivitas berlari, memanjat, dan sebagainya. Sementara gerak yang menggunakan

(2)

otot- otot halus yang disebut dengan motorik halus (fine motor) cenderung digunakan untuk aktivitas menggambar, meronce, menggunting, menempel, melipat dan sebagainya.

Sedangkan Zulkifli (dalam Samsudin,2008:11) menjelaskan bahwa motorik merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan- gerakan tubuh. Perkembangan motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Menurut Yudha (2005:114) mengungkapkan bahwa Perkembangan motorikmemperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Pada manusia perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Hurlock (1978: 162) fungsi kemampauan motorik yaitu, kemampuan motorik berfungsi untuk membantu anak dalam mengembangkan kemandirian, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam penerimaan sosial anak. Sedangkan menurut Samsudin (2008: 8) tujuan perkembangan motorik anak usia dini yakni: Pertama, anak mampu menguasai keterampilan yang tercipta dalam

(3)

kemampuan anak untuk memenuhi tugas-tugas motorik anak usia dini. Kedua, kemampuan motorik anak usia dini dilihat dari kemampuan anak menunjukan kemampuan motorik yang dihasilkan, apabila keberhasilan motorik anak usia dini dalam melakukan tugasnya dengan baik maka motorik anak usia dini sudah dikatakan efektif.

Menurut Santrock (2007: 217) pada usia 4 sampai 5 tahun, anak sudah memiliki kemampuan motorik halus seperti gerakan jari, lengan, dan tangan. Dari kemampuan gerakan tersebut dikoordinasi oleh mata dan tangan. Kemampuan dalam melenturkan jari tangan anak yakni untuk meraih dan menggenggam suatu benda. Sedangkan menurut Yudha dkk, (2005:118) mengatakan bahwa motorik halus yakni kemampuan anak untuk melakukan beraktivitas atau gerakan-gerakan dengan menggunakan otot-otot halus (otot kecil) gerakan ini lebih menuntut koordinasi tangan dan mata dalam kemampuan pengendalian yang baik. Dengan gerakan ini memungkinkan anak untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam setiap gerakannya seperti menulis, menggambar,menggenggam, meremas, menyusun balok dan lain-lain.

Samsudin, (2008: 11) menjelaskan bahwa kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang memberikan dengan singkat keberhasilan tertentu. Jika dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisien.

(4)

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motorik halus merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik halus yang menentukan yakni otot, syaraf dan otak. Selain mengandalkan kekuatan otot, motorik juga mengandalkan kekuatan otak untuk turut menentukan kemampuan dan keterampilan anak,

2. Tujuan Motorik Halus

Menurut Saputra dkk, (2005: 115) berbagai tujuan pengembangan motorik halus meliputi:mampu mengfungsikan otot- otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, mampu mengendalikan emosi. Sumantri (2005: 146) tujuan perkembangan motorik anak usia dini dari usia 4-6 tahun adalah mempu mengembangkan motorik halus anak yang berkaitan dengan keterampilan gerakan kedua tangan, anak dapat menggerakan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerakan jari tangan seperti anak mulai menunjukan kesiapan untuk menulis, menggambar, mengurus dirinya sendiri, dan memanipulasi benda-benda yang bertujuan untuk mengembangkan motorik halus anak. Gerakan-gerakan tersebut merupakan pengembangan motorik halus yakni pengendalian antara koordinasi mata dan tangan, anak dapat mengendalikan emosi dan aktivitas motorik halus.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan motorik halus anak yakni suatu gerakan pada kedua tangan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak dalam berolah

(5)

tangan yang bertujuan untuk mengasah kemampuan agar menjadi bekal dikemudian hari.

3. Fungsi Motorik Halus

Suyanto (2005:51) fungsi perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus. Otot halus atau otot kecil berfungsi untuk melakukan kegiatan gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Demikian juga dengan melalui kegiatan menggambar dan mewarnai dapat mengembangkan otot-otot halus seperti kelenturan jari tangan anak. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari tangan anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis apabila akan menuju jenjang sekolah dasar kelak.

Sedangkan menurut Hurlock (1978: 159) kemampuan motorik halus anak dikembangkan melalui suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak seperti menggambar atau melukis, menjiplak, menangkap suatu benda, bermain puzzle serta mengurus dirinya sendiri. Sedangkan fungsi pengembangan motorik halus anak meliputi: Pertama, sebagai alat untuk mengembangkan ketrampilan olah gerak kedua tangan seperti untuk menggambar, menjiplak, mengurus dirinya sendiri. Kedua,sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata. Ketiga,sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Sedangkan Sumantri (2005: 146) berpendapat bahwa fungsi motorik halus anak usia

(6)

dini untuk mendukung aspek perkembangan yang lain seperti perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial anak. Karena pada hakekatnya setiap perkembangan anak tidak dapat dipisahkan antara aspek perkembangan yang lain.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motorik halus anak yaitu untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak, keterampilan tersebut untuk mendukung semua aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak.

4. Tahap Perkembangan Motorik halus

Berikut ini adalah tahap-tahap kemampuan motorik halus anak usia dinimenurut Fitts dan Postnet (dalam Sumantri, 2005: 101) proses belajar motorik anak usia dini dalam 3 tahap yaitu:Pertama, Tahap Verbal Kognitif merupakan tahap awal dalam belajar bergerak, karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah gerakkan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya masih belum baik karena masih mencoba gerakkan tersebut.Kedua, Tahap Asosiatif tahap ini disebut juga tahap menengah, perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan yang sedang dipelajari.Ketiga, Tahap Otomasi tahap ini disebut juga tahap akhir, ditandai dengan tingkat penguasaan gerakkan dimana anak mampu melakukan gerakkan keterampilan secara otomatis.

Menurut Samsudin (2008: 10) tahap-tahap motorik dibagi menjadi 3 yaitu:tahap verbal kognitif tahap belajar motorik menjelaskan agar anak

(7)

memahami gerak yang akan dilakukannya,tahap asosiatif perkembangan anak usia taman kanak-kanak sedang memasukai masa pemahaman gerak yang sedang dipelajar, tahap automasi anak dapat melakukan gerakan-gerakan dengan baik dan benar.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan motorik halus anak usia dini dibagi menjadi tiga tahap, dari setiap tahap melakukan tugas perkembangan kemampuan motorik halus sesuai dengan usia anak.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia dini

Menurut Anonim (dalam Andriyani, 2009: 19) keterlambatan perkembangan motorik halus pada anak usia dini biasanya dipengaruhi pada saat anak mulai besar. Termasuk pada saat anak memasuki usia sekolah. Misalnya anak masih membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seperti mengurus dirinya sendiri contohnya anak belum mampu memegang sendok dengan benar, memasang kancing baju, memegang baju dan lain sebagainya. Kurniawan (dalam Andiyani, 2009: 19) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik halus anak usia dini dapat diakibatkan oleh dua faktor yaitu: faktor organis artinya anak yang memiliki masalah pada organ tubuhnya misalnya karena tidak ada kesesuaian antara vusual dan motorik anak, memberikan stimulasi yang kurang pada anak, ketika anak memilki keinginan untuk mengeksplorasi. Dari faktor yang mempengaruhi

(8)

keterlambatan perkambangan notorik halus anak usia dini lebih diakibatkan oleh kurangnya stimulus. Peran orangtua sangat menentukan perkembangan motorik halus anak usia dini.

Izzaty (dalam Kiftiyah, 2010: 13) faktor yang mendukung dalam meningkatkan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak usia dini anara lain alat permainan yang digunakan oleh anak dan lingkungan sekitar yang memungkin kan anak untuk melatih da meningkatkan keterampilan motorik anak usia dini.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak adalah peran orang tua, guru dan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan motorik halus anak. Peran orang tua, guru dan lingkungan harus turut serta memberikan rangsangan atau stimulasi kepada anak agar anak dapat berkembang dengan baik.

6. Prinsip Perkembangan Motorik halus Anak usia Dini

Menurut Hurlock (1978: 151) prinsip perkembangan motorik yaitu, perkembangan motorik yang didasarkan oleh kemampuan sistem otot dan sistem syaraf seperti gerak refleks yang terjadi pada bayi, upaya anak dalam mengembangkan ketrampialn motorik tidak terjadi sebelum anak matang, perkembangan motorik anak dapat mengikuti perkembangan yang dapat diprediksikan seperti memprediksi perkembangan anak ketika anak sudah dapat merangkak dan lain-lain,

(9)

kemungkinan perkembangan motorik anak yang menentukan kebiasaan atau perilaku anak dalam mengembangkan kemampuan motoriknya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan motorik halus anak usia dini sangat beraneka ragam, perkembangan motorik anak dapt diketahui pada tingkah laku atau perilaku anak.

B. Menggambar MenggunakanTeknik Usap Abur 1. Pengertian Menggambar Pada Anak Usia Dini

Menggambar merupakan suatu aktivitas spontan yang dapat dilakukan oleh anak. Menggambar bagi anak usia dini merupakan suatu kegiatan yang dapat melatih motorik halus anak atau otot-otot halus anak sebagai sarana untuk mengembangkan potensi dan imajinasi anak. Menurut Haditono (2004: 143) berpendapat bahwa menggambar merupakan suatu gerakan motoris yang menyeluruh bagi anak, seluruh gerakan badan anak seolah-olah melakukan gerakan motoris tersebut, anak lebih cenderung menyukai menggambar dengan mencorat-coret kertas ataupun didinding. Sedangkan menurut Piaget (dalam Rusdarmawan, 2009:12) mengatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional. Dimana pada tahap ini anak lebih suka menggambar daripada belajar menulis dan berhitung. Kegiatan menggambar lebih sering dan lebih senang dilakukan oleh anak. Pada anak usia dini, anak hanya mengetahui bagaimana cara membuat dan

(10)

mencoret garis vertikal, horishontal, lingkaran walaupun hasilnya belum maksimal.Sumanto (dalam Rusminah, 2011:14) megatakan bahwa Menggambar bagi anak usia dini adalah media media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asik dan menyenangkan. Menggambar merupakan kegiatan untuk mewujudkan angan-angan, pikiran, dan perasaan berupa hasil goresan benda runcing seperti pensil, pena, krayon, kapur yang digoreskan pada permukaan dinding dasar yaitu kertas, papan, dan sebagainya. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan yang alami. Kegiatan ini dilakukan anak untuk mrngutarakan isi hati maupun pandapat dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa menggambar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan senang hati, dapat mengasah imajinasi anak dalam menuangkan ide dan tanpa memikirkan hasil akhir, tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan.

2. Manfaat Menggambar Pada Anak Usia Dini

Menurut Rusdarmawan (2009: 12) manfaat dari menggambar selain memperkaya kreatifitas dan imajinasi anak dalam menuangkan ide atau gagasan, menggambar juga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam berolah tangan. Keinginan anak untuk menggambar sudah muncul ketika usia dini. Koordinasi antara visual motorik (tangan dan mata) dapat bermaanfaat untuk memberikan

(11)

pengertian tentang menggambar dan manfaat penggunaan kertas atau krayon yang benar. Menurut Pamadhi, (2008: 25) menggambar merupakan membuat gambar dengan cara mencoret, menggores, menorehkan dan memberi warna sehingga menimbiulkan gambar, menggambar sangat bermanfaat bagi anak yakni untuk mengekspresikan diri, media bermain fantasi atau imajinasi, untuk menumbuhkan gagasan atau ide baru bagi anak, selain itu menggambar dapat melatih gerak motoris anak.

Menurut Pamadhi (2008:2) manfaat menggambar bagi anak. Menggambar sebagai alat bercerita, menggambar sebagai media mencurahkan perasaan, menggambar sebagai alat bermain, menggambar melatih ingatan, menggambar melatih berfikir menyeluruh, menggambar melatih kreativitas anak, menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung. Sedangkan menurut Soegiarti (2009: 15) berpendapat bahwa manfaat menggambar adalah: alat bercerita, menggambar dapat melatih dan mengutarakan pendapat yang nyata (lugas) merupakan ide atau angan-angan yang tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata. Media Mencurahkan Perasaan: Menggambar menceritakan dan mengungkapkan sesuatu yang ada pada dirinya secara intuitif dan spontan dengan media gambar.

Menurut Susatyo, (dalam Soegiarti, 2009: 8).alat bermain: Anak menggambar kendaraan sambil menirukan suaranya dan menirukan kendaraan berjalan, melatih ingatan: menggambar untuk melatih ingatan

(12)

anak dalam mengungkapkan pengalaman yang pernah terjadi, melatih berfikir komprehensif (menyeluruh) anak dapat mengungkapkan seluruh peristiwa yang pernah terjadi di dalam satu gambar, media sublimasi perasaan menggambar dapat digunakan untuk mendidik, melatih, dan mengajarkan cara berbicara anak, melatih keseimbangan yakni menggambar digunakan untuk menyeimbangkan perasaan dan pikiran anak, mengembangakan kecakapan emosional.

Kegiatan menggambar dapat menampung ide, melatih emosional anak, dan menyeimbangkan perasaan secara spontan, menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung: Menggmbar merupakan salah satu cara untuk melatih ketelitian pengamatan dengan meminta anak untuk mengamati lingkungan sekitar.

Jadi kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah manfaat menggambar pada anak usia dini untuk melatih kesabaran, kecermatan, dan ketelitian anak dalam menuangkan ide atau gagasan.

3. Tahapan Menggambar Pada Anak Usia Dini

Menurut Rusdarmawan (2009:79) tahap kegiatan menggambar tahap berikutnnya setelah melewati tahap mencorat-coret. Tahapan menggambar sebetulnya bukan suatu yang dianggap sepele atau biasa- biasa saja. Saat anak menggambar sebetulnya sedang melakukan pekarjaan yang melibatkan koordinasi mulai dari imajinasi, tangan, mata, dan anggota tubuh lainnya. Kegiatan menggambar sebuah kegiatan yang serius, dan kegiatan ini harus dihargai oleh orangtua atau guru, apabila

(13)

seorang anak sudah menyelesaikan sebuah gambar, orangtua atau guru harus menunjukan sikap positif dan dukungan kepada hasil karya anak.Ada hal- hal yang baru saat menggambar, permainaan tekstur, warna, pola dan objek gambar.Guru dapat memperkaya alternatif dalam menggembangkan tema menggambar, guru dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memilih beberapa tema misalkan: pemandangan alam, rumah, bulan, bintang dan lain- lain.

Menurut Zulkifli (2006: 44) tahapan menggambar dibagi menjadi lima tahapan yakni:masa corat-coret pada usia 3 sampai 5 tahun pada tahapan ini anak lebih menyukai mencorat-coret pada buku gambar maupun dinding rumah anak akan lebih cenderung membuat suatu garis-garis seperti garis-garis lengkung, tegak dan lain-lain. Karena pada tahapan ini seorang anak mempunyai jiwa atau dorongan untuk menyatakan sesuatu, masa bagan atau skema pada usia 5 sampai 7 tahun pada tahap ini anak sudah mulai mengembangkan kreatifitasnya, anak sudah bisa membentuk gambar skema misalnya anak sudah dapat menggambar binatang, tumbuhan, bangunan rumah dan manusia. Tetapi kadang kala bentuk gambarnya masih terlihat belum sempurna dan masih terlihat separti bagan, masa bentuk dan garis pada usia 7 sampai 9 tahun tahap ini anak sudah mempu menggambar berbagai bentuk yang lebih sempurna misalkan anak sudah dapat membentuk suatu gambar bunga. Keempat, tahap silhuet atau bayang-bayang pada usia 9 sampai dengan 10 tahun tahap ini anak sudah dapat membentuk gambar dengan teknik bayangan

(14)

sehingga hasil gambarnya lebih menonjol. Kelima, masa prespektif usia 10 tahun keatas pada masa ini gambar yang dihasilkan oleh anak akan lebih bervariasi dan lebih bermakna, seperti anak menggambar garis yang berbelok-belok dikatakan binatang itik sedang berjalan.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan mengggambar pada anak usia dini melewati tahap corat-coret, anak mampu menggerakan jari tangan dan koordinasi antara mata dan tangan dengan baik.

4. Jenis Menggambar Pada Anak Usia Dini

Menurut Suhermawan dkk (2010: 88) jenis-jenis gambar meliputi: gambar bentuk yakni dengan meniru objek gambar nyata yang ada dialam atau benda buatan, gambar ekspresif gambar yang dibuat secara bebas berdasarkan imajinasi, presepsi pada suatu objek, gambar demokratif gambar yang berpedoman pada pola atau motif tertentu, gambar konstruktif gambar yang dibuat mengikuti aturan tertentu secara objektif, gambar ilustrasi gambar yang menceritakan pada suatu cerita atau naskah tertulis. Kesimpulan dari pendapat diatas adalah jenis menggambar pada anak usia dini masih melakukan sesuatu yang dibuat oleh orang lain.

5. Menggambar Menggunakan Teknik Usap Abur

a. Pengertian Menggambar Menggunakan Teknik Usap Abur

Menggambar dengan menggunakan teknik usap abur salah satu bentuk kreativitas yang diciptakan oleh guru. Menggambar menggunakan teknik usap abur merupakan bentuk latihan kegiatan untuk menggerakan

(15)

otot-otot kecil seperti jari-jari tangan, yang membutuhkan kecermatan,ketelitian pada siswa serta koordinasi mata yang baik.

Menurut Haditono (2004: 143) pada anak usia tiga dan empat tahun perkembangan anak dalam menggambarkan sesuatu sudah mulai muncul ketika anak dapat membuat suatu bentuk gambar secara sederhana, anak sudah mulai mengerti bentuk suatu gambar. Hal ini karena adanya perkembangan motorik yang mengkoordinasikan antara ketepatan mata dan tangan yang baik.Menurut KBBI(2008: 6) usap merupakan usapan, mengelus-elus, memulas dan sebagainya. Sedangkan abur merupakan mengabur, membuang, manghamburkan dan lain-lain. Menggambar menggunakan teknik usap abur yakni menggambar dengan cara mengusap atau memulas warna kedalam maupun keluar pola dengan menggunakan krayon maupun pensil.

b. Fungsi Menggambar Menggunakan Teknik Usap Abur

Mutiagimin (wordpress.com)fungsi menggambar menggunakan teknik usap abur adalah untuk mengembangkan atau melatih kemampuan motorik halus anak dalam berolah tangan agar jari-jemari anak agar lebih lentur dan luwes, kemudian menggambar menggunakan teknik usap abur dapat mengembangkan kemampuan koordinasi antara mata dan tangan dengan baik.

Menurut Zulkifli (2007: 31) perkembangan motorik anak dapat dikembangkan melalui kegiatan yang berhubungan dengan gerakan tubuh, seperti memegang, meraih. Dari gerakan tangan anak dapat

(16)

mengembangkan dengan melalui kegiatan menggambar, menjiplak dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut berfungsi melatih kekuatan dan kelenturan jari tangan anak atau motorik halus anak, sehingga anak mampu mengembangkan motorik halus dengan baik.

c. Tahap-Tahap Menggambar Menggunakan Teknik Usap Abur

Berikut ini adalah tahap-tahap menggambar dengan menggunakan teknik usap abur: Pertama, persiapkan bahan dan peralatan untuk kegiatan menggambar menggunakan teknik usap abur yang dibutuhkan seperti kertas gambar dan krayon dan pensil. Kedua, kertas tersebut dipotong manjadi berbagai macam bentuk atau pola sesuai dengan tema yang sedang diajarkan.Ketiga,kertas gambar diberi warna dengan menggunakan krayon atau pensil pada permukaaan pola hingga merata diseluruh bagian permukaan kertas gambar tersebut. Keempat, setelah kertas gambar tersebut sudah diberi warna menggunakan krayon kemudian siapkan kertas gambar yang masih kosong, ambil potongan kertas gambar yang sudah dibentuk dan diberi warna menggunakan krayon. Kelima, tempelkan kertas gambar yang masih kosong pada kertas gambar yang sudah dipotong menjadi berbagai macam bentuk dan warna. Keenam, tempel potongan bentuk kertas tersebut kemudian anak mengusap aburkanpola didalam atau diluar polapada seluruh bagian permukaan pola sehingga warna pada krayon atau pensil tersebut pindah kedalam kertas gambar yang masih polos. Ketujuh, angkat pola dan kita bisa melihat hasil dari usap abur yang

(17)

telah dikerjakan. Hasil cetakan akan lebih menarik jika bentuk, warna dan ukuran yang digunakan bervariasi.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Prosedur Penilaian

Menurut Samsudin (2008: 65) penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan motorik halus adalah dengan cara observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50) cara pencatatan hasil penilaian harian dicatat dengan menggunakan simbol-simbol yaitu sebagai berikut :

1) Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat menyelesaikan tugas dengan baik, maka pada kolom tersebut ditulis nama anak dan diberi kode kemampuan dengan tanda lingkaran kosong ().

(18)

2) Anak yang perilakunya sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil) maka pada kolom tersebut di tulis nama anak dan diberi kode dengan tanda ().

3) Anak yang perilkunya melebihi dengan apa yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan diberi kode dengan tanda lingkaran berisi penuh ().

Menurut Anita Yus (2005: 69) memberikan evaluasi dengan menggunakan skala penilaian atau evaluasi berbentuk bilangan, terdiri dari pernyataan dan di sebelahnya disediakan bilangan tertentu yaitu angka 1 – 5, yang berarti (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi dan (5) sangat tinggi. Peneliti memberi tanda cek (√) pada kolom evaluasi dengan melihat kemampuan gerak motorik halus yang dilakukan anak dengan indikator yang akan dicapai.

Cara pencatatan hasil penilaian berdasarkan pedoman penilaian tahun 2010 Kemendiknas direktorat pembinaan TK dan SD:

a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seprti: dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian anak ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ) b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator

seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda dua bintang ( )

(19)

c. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat tanda tiga bintang ( )

d. Anak yang sudah berkembang sangat baik sesuai harapan (BSB) melebihi indikator yang sudah diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ( )

2. Indikator Keberhasilan

Menurut kurikulum 2004 Pendidikan TK (2004:30), kemampuan motorik halus termasuk dalam aspek kemampuan fisik-motorik, kriteria kemampuan motorik halus anak untuk kelompok A indikatornya sebagai berikut:

1) Menjiplak dan meniru membuat garis tegak,datar, miring, lengkung dan lingkaran.

2) Melakukan berbagai gerakan koordinasi mata dan tangan.

3) Menggambar bebas dengan berbagai media (pensil warna, krayon dan arang)

4) Stempel atau mencetak dengan berbagai media (pelepah pisang, batang papaya, karet busa dan lain-lain).

5) Bermain warna dengan menggunakan berbagai media misalnya: krayon, cat air dan lain-lain.

Peneliti akan mengkolaborasi criteria kemampuan motorik halus yang terdapat pada program semester dari TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran yaitu:

(20)

1) Siswa mampu menjiplak dan meniru garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran.

2) Siswa mampu menggambar bebas dengan menggunakan berbagai media, misalnya:pensil warna, krayon dan arang

3) Siswa mampu mencap dengan berbagai media (pelepah pisang, batang papaya, karet busa dan lain-lain)

4) Siswa mampu bermain warna dengan berbagai media misalnya: krayon, cat air, dan lain-lain)

5) Melukis dengan jari.

Menurut Santrock (2007: 217) pada usia 4 sampai 5 tahun, anak sudah memiliki kemampuan motorik halus seperti gerakan jari, lengan, dan tangan. Dari kemampuan gerakan tersebut dikoordinasi oleh mata dan tangan. Kemampuan dalam melenturkan jari tangan anak yakni untuk meraih dan menggenggam suatu benda.

Menurut Saputra dkk, (2005: 115) berbagai tujuan pengembangan motorik halus meliputi: mampu mengfungsikan otot- otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, mampu mengendalikan emosi. Sedangkan fungsi pengembangan motorik halus anak meliputi: sebagai alat untuk mengembangkan ketrampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata, sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

Mengadaptasi dari standar kompetensi (2004: 14) aktifitas dalam motorik halus pada anak kelompok A antara lain:

(21)

Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Motorik Halus Anak

KOMPETENSI DASAR HASIL

BELAJAR

INDIKATOR

Anak mampu melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka persiapan untuk menulis. Misalnya Kelenturan,

Keseimbangan dan

Kelincahan sera melatih Keberanian

Dapat menggerakan lengannya untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi 1. Mewarnai bentuk sederhana 2. Menjiplak dan meniru garis tegak, datar, miring, lurus, lengkung, dan lingkaran Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan motorik halus pada anak Taman Kanak-Kanak Pembina Negeri Kecamatan Bumiayu kabupaten Brebes sebagai berikut:

Tabel 2.2 Indikator kemampuan motorik halus yang akan dinilai

No.

Indikator yang Diharapkan

(Kemampuan Motorik Halus Anak pada Kegiatan Menggambar Menggunakan Teknik Usap Abur)

1. Siswa mampu melakukan gerakan antara koordinasi tangan dan mata.

2. Kesiapan atau kemampuan anak dalam memegang krayon atau pensil.

3. Kelincahan dan kekuatan tangan ketika memegang pola gambar sehingga pola tidak berubah.

4. Keluwesan jari-jari tangan

Penjelasan dari empat indikator keberhasilan yakni sebagai berikut: a. Koordinasi mata dan tangan: kemampuan ini ditandai dengan

ketepatan anak ketika anak menempelkan pola gambar pada kertas gambar tanpa melesat dari objek yang akan di gambar.

(22)

b. Kesiapan atau kemampuan dalam memegang krayon atau pensil: kesiapan atau kemampuan anak dalam memegang pensil dengan benar (antara ibu jari dan dua jari)

c. Kelincahan dan kekuatan tangan ketika memegang pola gambar sehingga pola tidak berubah: kemampuan ini ditandai dengan kelincahan jari tangan anak ketika mengusap aburkan gambar pola yang sudah diberi warna dengan menggunakan krayon atau pensil, dan kekuatan anak dalam memegang pola gambar.

d. Keluwesan jari-jari tangan: kemampuan ini ditandai dengan keluwesan anak dalam menggambar menggunakan teknik usap abur, anak tidak kaku lagi dalam menggambar menggunakan teknik usap abur sehingga menghasilkan gambar sesuai dengan pola gambar yang sudah dibuat oleh guru.

D. Kerangka Berpikir

Kegiata menggambar dengan teknik usap abur bagi anak Taman Kanak- Kanak dapat meningkatkan motorik halus anak. Selain untuk meningkatkan motorik halus anak, menggambar dengan teknik usap abur juga dapat meningkatkan kreatifitas anak. Dalam proses membuat karya dengan menggambar menggunakkan teknik usap abur yaitu dengan cara membuat acuan. Kertas gambar dan krayon merupakan media yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan tersebut., karena media kertas gambar dan krayon tidak berbahaya bagi anak.

(23)

disalurkan melalui gerak seperti koordinasi, kemampuan fisik yang baik, gerak luwes,dan ketrampilan motorik halus.Samsudin (2008:11) kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang memberikan dengan singkat keberhasilan tertentu. Jika dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukan efektif dan efisien.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang akan diteliti oleh peneliti, maka perlu disusun bagan kerangka berpikir yang merupakan landasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Kondisi awal Kurang terasahnya

kemampuan motorik halus anak

Kemampuan motorik halus anak dalam menggambar

menggunakan teknik usap abur masih rendah Siklus I Menggunakan media gambar Siklus II Menggunakan media gambar 1. Kegiatan pembelajaran sudah maksimal 2. Kemampuan motorik halus anak dalam menggambar menggunakan teknik usap abur meningkat Terjadi perbaikan yang optimal dalam kemampuan motorik halus dalam menggambar menggunakan teknik usap abur

Dilakukan perbaikan PTK Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan, tetapi belum maksimal

(24)

E. Hipoteis

Hipotesis merupakan dugaan yang belum tentu kebenarannya, sehingga untuk mengetahui yang hakiki diperlukan pembuktian.

Hioptesis jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Nana Sudjana dkk, 2009:12) sesuai dengan judul dalam penelitian yang akan dilakukan maka peneliti akan mengajukan hipotesis “ melalui metode menggambar dengan teknik usap abur dapat meningkatkan motorik halus anak di kelompok A TK Pembina Negeri Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun ajaran 2011/2012”.

Gambar

gambar bentuk yakni dengan meniru objek gambar nyata yang ada dialam  atau  benda  buatan,  gambar  ekspresif  gambar  yang  dibuat  secara  bebas  berdasarkan  imajinasi,  presepsi  pada  suatu  objek,  gambar  demokratif  gambar  yang  berpedoman  pada
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Motorik Halus Anak  KOMPETENSI DASAR  HASIL

Referensi

Dokumen terkait

Evaluate Design Againts User Requierements Pada tahapan evaluasi ini akan dikenalkan rancangan interface kepada pengguna dan diajukan beberapa pertanyaan berupa angket

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan bank go public di Indonesia sebelum dan setelah krisis moneter bila diukur dengan rasio CAMEL serta untuk

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar: (1) para jurnalis dan editor surat kabar harian Kedaulatan Rakyat lebih teliti dan cermat dalam menulis maupun

Metode penelitian ini meliputi ekstraksi pigmen fikosianin menggunakan aqua destilata, enkapsulasi ekstrak fikosianin dengan menggunakan alginat (alginat yang

Pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Ali Imron (1996) faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dan

komposisi tinggi tanaman, bentuk dari tajuk, ukuran dan kerimbunan daun, serta penerapan jarak tanam yang dilakukan akan menentukan jenis gulma yang mampu tumbuh dan bertahan

Bentuk dalam konsep Pei tidak seperti falsafah arsitektur modern “form follow function”. Jadi bagi Pei bentuk tidak selalu mengikuti fungsi tetapi bagi Pei bentuk dan

Kepulauan dari perairan Indonesia menjadi satu kesatuan, sedangkan laut yang menghubungkan pulau demi pulau merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari daratnya.. Mengacu pada