• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Prinsip Kesopanan pada Ragam Bahasa Komunitas - Indriyani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Prinsip Kesopanan pada Ragam Bahasa Komunitas - Indriyani BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dengan Judul Prinsip Kesopanan pada Ragam Bahasa Komunitas Terminal Pengandaran Kecamatan Pengandaran Kabupaten Ciamis.

Pada penelitian yang berjudul ―Prinsip Kesopanan pada Ragam Bahasa Komunitas Terminal Pengandaran Kecamatan Pengandaran Kabupaten Ciamis‖ ditulis oleh Anita Nurjana 2011 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki perbedaan dengan penelitian yang Peneliti lakukan. Perbedaan tersebut anatara lain dilihat dari data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah tuturan yang mengandung kata-kata kasar yang diucapkan oleh para sopir, kondektur, calo, dan pedagang asongan di komunitas terminal Pengandaran, kecamatan Pengandaran, kabupaten Ciamis. Sedangkan data yang digunakan Peneliti berupa tuturan perangkat desa yang mengandung prinsip kesopanan pada saat pelayanan masyarakat di balai desa Pandak kecamatan Sumpiuh-Banyumas. Sumber data yang digunakan penelitian tersebut adalah penutur tuturan yang mengandung kata-kata kasar yaitu tuturan para sopir, kondektur, calo, dan pedagang asongan di komunitas terminal Pengandaran, kecamatan Pengandaran, kabupaten Ciamis. Sedangkan sumber data yang Peneliti gunakan adalah tuturan Perangkat desa pada saat melakukan pelayanan masyarakat di balai desa Pandak, kecamatan Sumpiuh-Banyumas.

(2)

8

mendeskripsikan prinsip kesopanan berbahasa. Dalam rumusan masalah juga memiliki persamaan yaitu mencari tahu bagaimana prinsip kesopanan berbahasa yang terdapat pada sumber data. Jenis penelitian keduanya sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan adalah teknik sadap dan teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap). Dari persamaan-persamaan yang Peneliti temukan tersebut maka akan kita temukan bagaimana macam-macam prinsip kesopanan dilanggar atau dipatuhi oleh masyarakat.

2. Penelitian dengan Judul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show “Campur-Campur” di Stasiun ANTV Bulan Desember 2013.

Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show ―Campur-Campur‖ di Stasiun ANTV Bulan Desember 2013‖ditulis oleh

Lystyani Prawesti, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto memiliki perbedaan dengan judul penelitian yang Peneliti lakukan antara lain yaitu data yang digunakan Peneliti adalah tuturan perangkat desa yang mengandung prinsip kesopanan pada saat pelayanan masyarakat di balai desa Pandak kecamatan Sumpiuh-Banyumas. Sedangkan data yang digunakan pada penelitian ini berupa tuturan pengisi acara Talk Show ―Campur-Campur‖. Sumber data yang digunakan pada penelitian tersebut berupa tuturan pengisi acara

Talk Show ―Campur-Campur‖. Pada penelitian yang Peneliti lakukan sumber data

yang gunakan adalah tuturan perangkat desa pada saat melakukan pelayanan masyarakat di balai desa Pandak, kecamatan Sumpiuh-Banyumas.

(3)

sama-9

sama mendeskripsikan prinsip kesopanan berbahasa. Permasalahan yang ditemukan yaitu sama-sama mengenai bagaimana prinsip kesopanan berbahasa yang digunakan oleh objek yang menjadi sasaran.

3. Penelitian dengan Judul Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Dalam Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sewon.

(4)

10

saat melakukan pelayanan masyarakat di balai desa Pandak, kecamatan Sumpiuh-Banyumas.

Persamaan yang Peneliti temukan pada penelitian relevan tersebut adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Apabila diilihat dari tekniknya sama-sama menggunakan teknik padan. Tujuan dari dilakukannya penelitian juga sama-sama untuk mendeskripsikan prinsip kesopanan/kesantunan dalam berbahasa. Penelitian keduanya fokus kepada tuturan bahasa yang digunakan oleh objek yang diteliti.

B. Bahasa

(5)

11

alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu tadi sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Fungsi utama bahasa yaitu komunikatif. Bahasa erat kaitannya dengan masyarakat dalam memberikan informasi. Bahasa sebagai alat komunikasi yang bersifat arbitrer. Bahasa yang digunakan pada suatu tempat merupakan bahasa yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.

Bahasa sangat berperan penting dalam segala aktivitas manusia salah satunya dalam lingkungan pemerintahan. Perangkat desa menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakatnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang secara lisan dengan ujaran. Bahasa tulis adalah bahasa yang disampaikan melalui media tulis. Dalam berbahasa hendaknya penutur dan mitra tutur memperhatikan adab sopan santun, karena bahasa yang digunakan oleh penutur tentunya akan mencerminkan kepribadian penutur itu sendiri.

C. Prinsip Kesopanan

1. Pengertian Prinsip Kesopanan

(6)

12

kesopanan berbahasa adalah memperlancar komunikasi. Di dalam prinsip kesopanan terdapat dua peserta percakapan yakni diri sendiri dan orang lain. Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur. Apabila penutur dalam bertutur mematuhi prinsip kesopanan maka akan dengan mudah tuturan tersebut di terima dengan baik oleh lawan tutur. Di dalam prinsip kesopanan terdapat beberapa maksim yang harus dipahami dan dipatuhi. Jika dalam berbahasa mematuhi maksim-maksim tersebut maka penutur akan terhindar dari sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun terhadap lawan tutur.

2. Jenis-Jenis Prinsip Kesopanan

(7)

13

yang berbeda yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim kemufakatan, maksim simpati.

a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dalam kegiatan bertutur (Irfariati, 2015:165). Bijaksana yaitu selalu menggunakan akal budi, arif, adil atau dengan kata lain kecakapan dalam menghadapi atau memecahkan masalah (KBBI, 1997:80). Menurut Leech,1983:132 (dalam Tarigan, 2009:36) gagasan dasar dalam maksim kebijaksanaan yaitu (1) kurangi atau perkecillah kerugian kepada orang lain, dan (2) tambahi atau perbesarlah keuntungan kepada orang lain. Maksim ini menggariskan bahwa setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain (Nadar,2009:30). Setiap penutur diharapkan untuk meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain. Apabila penutur dalam berbahasa berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, maka ia akan dapat menghindari sikap dengki, iri hati, dan sikap lainnya yang kurang santun. Dengan kata lain penutur telah mematuhi maksim kebijaksanaan. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim kebijaksanaan dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

Kepala sekolah : “Silahkan pulang terlebih dahulu bu!

(8)

14

Konteks tuturan :

Dituturkan olek Kepala Sekolah kepada guru matematika pada waktu jam pulang sekolah. Pada saat itu Kepala Sekolah masih banyak tugas sehingga mengharuskannya pulang paling akhir, agar guru-guru tidak menunggunya pulang maka mempersilahkan bawahnya untuk pulang terlebih dahulu.

Dalam tuturan diatas sangat jelas bahwa Kepala Sekolah memaksimalkan keuntungan bagi para guru yaitu mempersilahkannya mendahului pulang pada jam pulang sekolah agar tidak terlalu lama menunggu pekerjaan Kepala Sekolah yang belum selesai.

b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain (Irfariati, 2015:165). Menurut Leech,1983:132 (dalam Tarigan, 2009:36) gagasan dasar dalam maksim kedermawanan yaitu (1) Kurangi keuntungan bagi diri sendiri, (2) Tambahilah pengorbanan bagi diri sendiri. Senada dengan pendapat Leech, Peneliti menyimpulkan bahwa di dalam maksim kedermawanan , para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Sebagai penutur diharapkan untuk memberikan kemurahan hatinya terhadap mitra tutur. Apabila penutur melaksanakan inti pokok maksim kedermawanan dalam ucapan dan perbuatan sehari-hari maka kedengkian, iri hati, sakit hati antara sesama dapat terhindar. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim kedermawanan dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

A : ―Bu jadi belanja kan?‖

B : ‖Ya jadi, kamu mau beli apa saja?‖

A : “Tidak beli apa-apa bu, saya menemani ibu saja.”

Konteks tuturan :

(9)

15

Dalam tuturan diatas penutur telah mematuhi maksim kedermawanan karena ketika mitra tutur memberikan kesempatan kepada penutur bahwa ingin membeli apa saja, penutur tidak meminta apapun. Hal ini jelas terlihat bahwa penutur mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri, dan menambah kerugian diri sendiri

c. Maksim Penghargaan (Approbation Maxim)

Di dalam maksim penghargaan atau penerimaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain (Irfariati,2015:165). Menurut Leech,1983:132 (dalam Tarigan, 2009:36) gagasan dasar dalam maksim penghargaan yaitu (1) Kurangi cacian pada orang lain, (2) Tambahilah pujian bagi orang lain. Peneliti menyimpulkan bahwa di dalam maksim penghargaan apabila seorang penutur memberikan pujian kepada mitra tutur berarti penutur telah mematuhi maksim penghargaan, namun apabila penutur memberi cacian dan lebih memuji diri sendiri maka dapat dipastikan penutur telah melanggar maksim penghargaan. Dan penutur yang melanggar maksim penghargaan dianggap tidak sopan. Dengan maksim ini diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atatu saling merendahkan pihak lain. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim penghargaan dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

A : ―Pak tadi saya sudah berlatih membaca pusi di ruang tamu.‖ B : “oh ya, terdengar sangat indah sekali dari ruang televisi.”

Konteks tuturan :

(10)

16

Dalam tuturan diatas tuturan A ditanggapi dengan sangat baik oleh B. Tuturan B tersebut juga disertai oleh pujian untuk A. Hal tersebut dapat dibuktikan dari tuturan B yaitu “oh ya, terdengar sangat indah sekali dari ruang televisi”. Dari tuturan tersebut dapat dikatakan bahwa di dalam tuturan B berperilaku santun terhadap A. B berusaha untuk tidak mengejek A.

d. Maksim Kesederhanaan (Modesty Maxim)

Sederhana menurut KBBI, 1997:448 yaitu biasa tidak berlebihan dan tidak berkurang. Dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri (Irfariati, 2015:165). Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri (Nadar,2009:30). Menurut Leech,1983:132 (dalam Tarigan, 2009:36) gagasan dasar dalam maksim kesederhanaanyaitu (1) Kurangilah pujian pada diri sendiri, dan (2) Tambahilah cacian pada diri sendiri. Peneliti menyimpulkan bahwa pada maksim kesederhanaan peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati jika di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Penutur dikatakan mematuhi maksim kesederhanaan apabila dalam bertutur tidak memuji dirinya sendiri. Untuk memperjelas pelaksanaan maksim kesederhanaan dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

Andi : ―Nanti yang bacakan puisi saat malam pensi kamu ya Put?‖

(11)

17

Konteks tuturan :

Dituturkan oleh seorang teman kelas yang menunjuk kerabatnya untuk membacakan puisi saat pensi sebagai perwakilan kelas.

Dalam tuturan diatas Putra menunjuk Andi untuk membacakan puisi sebagai perwakilan kelas pada saat malam pensi. Karena teman-teman kelas tahu kemampuan Putra dalam membaca puisi. Pada percakapan diatas terlihat bahwa Putra merendahkan dirinya kepada Andi dengan mengatakan “Wah jangan An, aku tidak bisa membaca membaca dengan intonasi yang keras”. Dengan demikian Putra

telah mematuhi maksim kesederhanaan.

e. Maksim Kemufakatan (Agreement Maxim)

(12)

18

pelaksanaan maksim kemufakatan dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

Dosen : ―Hari senin besok saya tidak bisa mengajar kalian, bagaimana kalau sebagai gantinya kita ganti hari rabu pagi jam 08.40 saja?‖ Mahasiswa : “Ya siap pak, kebetulan kelas kami jam itu kosong”.

Konteks tuturan :

Dituturkan oleh dosen dialektologi kepada mahasiswa bahwa memberi kesepakatan mengenai pergantian perkuliahan yang seharusnya hari senin. Dalam tuturan diatas terlihat jelas bahwa antara Dosen dengan Mahasiswa mematuhi maksim kemufakatan. Hal ini dibuktikan dengan tuturan Mahasiswa yang setuju pada usul Dosen bahwa perkuliahan hari senin di ganti pada hari rabu pukul 08.40.

f. Maksim Simpati (Sympathy Maxim)

Di dalam maksim kesimpatian, diharapkan para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dan pihak lainnya (Irfariati, 2015:165). Maksim kesimpatian ini mengharuskan setiap peseta pertuturan untuk

(13)

19

Indah : ―Maaf Tan, saya tidak bisa ikut pergi nanti siang soalnya badan saya panas dan kepala saya pusing sekali‖.

Intan : ―Ya sudah tidak apa-apa ndah, kamu istirahat saja semoga cepat sembuh ya.”

Konteks tuturan :

Dituturkan oleh Indah teman kuliah Intan, mereka sepakat untuk pergi bersama, namun Indah mendadak membatalkan karna dia kurang enak badan. Dalam tuturan diatas dapat dikatakan Intan sebagai mitra tutur mematuhi maksim simpati. Intan telah telah memaksimalkan rasa simpatinya terhadap indah yang sedang sakit dan membatalkan kepergiannya. Dalam hal ini Intan dianggap sopan dalam berbahasa.

D. Perangkat desa

(14)

20

Mangku, 2003:34). Jadi Perangkat desa adalah seseorang yang bekerja di bagian satuan terkecil pemerintahan yang melayani urusan kepentingan masyarakat setempat.

E. Pelayanan Masyarakat

1. Pengertian Pelayanan Masyarakat

(15)

21

Sedangkan masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dan saling menjalin interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Kelompok yang disebut kelompok sosial dalam ilmu sosiologi itu, dalam ilmu Ketatanegaraan dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan hidup bersama dalam suatu lingkungan. Berdasarkan pengertian pelayanan dan masyarakat diatas Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelayanan masyarakat adalah suatu perbuatan menolong atau membantu masyarakat yang mempunyai kepentingan atau keperluan tertentu sehingga dapat mencapai tujuannya.

2. Kualitas Pelayanan

Menurut Djiptono (2006:59) (dalam Yani,2016:375) kualitas pelayanan adalah ―tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan

(16)

22

puas dengan apa yang diberikan oleh perangkat desa. Bahasa pada saat pelayanan berpengaruh besar pada tingkat kualiatas layanan. Kualitas yang baik juga tidak jauh dari bagaimanana penutur menerapkan prinsip kesopanan pada saat berbahasa.

3. Pelayanan Prima

Pelayanan prima merupakan salah satu bentuk pelayanan kepada publik atau masyarakat yang mengacu pada kepuasan pelanggan (Junidish, 2015:1507). Menurut Barata (2004) (dalam Khaerunnisa,2013:49) pelayanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dari mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu royal kepada perusahaan. Jika pelayanan prima berorientasi pada kepuasan pelanggan, maka kepuasan dimaksud adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang diresahkan dengan harapannya. Karena itu, maka tingkat kepuasaan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang didasarkan pada harapan. Apabila Perangkat desa melakukan pelayanan secara prima maka masyarakat akan merasa puas dengan layanan yang diberikan oleh perangkat desa. Tingkat kepuasan yang dirasakan masyarakat dapat dilihat dari bagaimana penggunaan bahasa yang digunakan oleh perangkat desa pada saat melayani.

F. Kerangka Berpikir

(17)

23

maksim relevansi (the maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (the maxim of

manner). Prinsip kesopanan terdiri dari enam maksim antara lain yaitu maksim

kebijaksanaan (Tact Maxim), maksim kedermawanan(Generosity Maxim), maksim penghargaan (Approbation Maxim), maksim kesederhanaan (Modesty Maxim), maksim kemufakatan (Agreement Maxim), dan maksim simpati (Sympathy Maxim). Prinsip kesopanan tersebut Peneliti temukan pada tuturan perangkat desa pada saat memberikan pelayanan masyarakat di balai desa Pandak kecamatan Sumpiuh-Banyumas. Paparan ini dapat disederhanakan dalam bagan 1.

Bagan 1. Kerangka Berpikir Prinsip Kesopanan

1. Maksim Kebijaksanaan 2. Maksim Kedermanawaan 3. Maksim Kedermawaan 4. Maksim Kesederhanaan 5. Maksim Kemufakatan 6. Maksim Simpati

Desa Pandak Prinsip Kesopanan Berbahasa Perangkat Desa dalam

Memberikan Pelayanan Masyarakat di Balai Desa Pandak Kecamatan Sumpiuh-Banyumas

BAHASA

Perangkat Desa Pengertian Prinsip

Kesopanan

Jenis-Jenis Prinsip Kesopanan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi susu fermentasi Lactobacillus pentosus LLA8 terhadap penurunan kadar glukosa darah dan kolesterol total

Data Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan Pasien Rawat Jalan Di RSU Santa Elisabeth Purwokerto Periode Oktober-Desember 2008 Berdasarkan Kelas Terapi Obat Pada

Melalui proses perubahan tersebut diharapkan seseorang siswa yang sedang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar, sehingga apa yang mereka pelajari

PENGEMBANGAN KOLEKSI BUKU KEISLAMAN DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH (BPAD) PROVINSI DAERAH1.

Often, reading The Way: 364 Daily Devotions By E Stanley Jones Foundation is really uninteresting and it will take long time beginning with getting the book and also begin

The quantitative relationship between loaf specific volume and the rate of staling, as measured by changes in crumb firmness, has been investigated in great detail, covering a range

Dalam penelitian ini saya selaku responden bersedia diberikan edukasi setiap bulan, dilakukan pengukuran lingkar pinggang, berat badan, tekanan darah dan bersedia diambil sampel

The ICBA model we have developed for VHSs includes: (a) competency standards developed according to a blend of SKKNI for the auto- motive industry with Standar Kompetensi