• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

(Analisis Input Output)

OLEH BUDI PRATAMA

H14053285

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

BUDI PRATAMA. Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap

Sektor-Sektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh

DIDIN S. DAMANHURI).

Sektor pertanian memiliki peran stategis dalam perekonomian Indonesia. Hal tersebut dipahami karena sektor pertanian menyediakan lapangan pekerjaan terbesar bagi penduduk Indonesia, selain itu sektor pertanian juga menjadi sektor ekonomi utama bagi daerah pedesaan dimana daerah pedesaan menyumbang tingkat kemiskinan terbesar bagi penduduk Indonesia. Untuk itu, pembangunan sektor pertanian menjadi kunci keberhasilan bagi Indonesia untuk dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia.

Pada kenyataannya sektor pertanian di Indonesia masih belum berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dimana pertumbuhan sektor pertanian dari tahun ketahunnya semakin menurun. Pembangunan ekonomi Indonesia lebih diarahkan kepada pengembangan sektor industri. Sektor industri dianggap sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian dibandingkan sektor-sektor lain. Sehingga sektor industri sangat diprioritaskan. Kontribusi sektor industri dapat dilihat dari indikator PDB dimana sektor industri menyumbang pendapatan nasional terbesar setiap tahunnya dan pertumbuhannya pun semakin meningkat.

Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri dimana sektor tersebut menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional tidak terlepas dari peran sektor pertanian. Contohnya adalah agroindustri dimana agroindustri merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mengolah output atau produk-produk mentah dari sektor pertanian. Sehingga perkembangan agroindustri tergantung dari kontribusi sektor pertanian itu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi tidak hanya pada sektor industri pengolahan saja melainkan dapat terjadi dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian.

Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sebenarnya dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah melihat sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian.

Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Analisis Input Output dilakukan dengan cara mengolah Tabel Input Output dengan menggunakan software Grimp7.2 atau Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki hubungan/keterkaitan ke depan

(3)

yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa secara langsung dan tidak langsung. Kemudian sektor pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara langsung dan tidak langsung. Akan tetapi dari analisis dampak penyebaran, sektor pertanian memiliki dampak penyebaran yang rendah terhadap pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian baik ke depan maupun ke belakang. Begitu juga dengan dampak pengganda, sektor pertanian memiliki dampak penggandaan yang rendah terhadap peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja untuk seluruh sektor ekonomi lain ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, dan sektor jasa akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan sektor pertanian terkait perannya sebagai penyedia input bagi sektor-sektor tersebut. Kemudian ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor pertanian dapat menarik pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu disarankan agar pemerintah dapat menciptakan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lain yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergitas dan kesinambungan antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

(4)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

(Analisis Input Output)

OLEH BUDI PRATAMA

H14053285

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Budi Pratama

Nomor Registrasi Pokok : H14053285 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian

Terhadap Sektor-Sektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input Output)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri NIP. 1952040819840310001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim NIP. 196410221989031003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

Budi Pratama H14053285

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Budi Pratama, lahir pada tanggal 26 November 1986 di Medan Sumatera Utara. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Agus Salim dan Huswidiani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SD IKAL (Ikatan Keluarga Logistik) Medan, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Medan dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Kartika I-1 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor.

Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan setahun kemudian setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis memilih jurusan Ilmu Ekonomi atas keinginannya sendiri dimana pertanian merupakan sektor terpenting bagi negara Indonesia yang perlu didukung oleh ilmu ekonomi agar lebih memberi kontribusi terhadap perekonomian negara.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus. Penulis aktif di organisasi internal yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi) dengan menjadi staff d’coupies (division of information, promotion and external relationship) pada periode 2007. Sedangkan organisasi eksternal, penulis aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dari tahun 2007 sampai sekarang dan organisasi kedaerahan yaitu IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh kampus maupun departemen seperti Masa Perkenalan Kampus, Masa Perkenalan Fakultas, Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi, Economic Contest, Seminar-seminar, dan lain sebagainya

(8)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor-Sektor lain

dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia”. Pertanian merupakan

sektor yang sangat penting bagi Indonesia karena dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian terkait sektor pertanian dan perannya terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah memberi bantuan, perhatian, doa, semangat, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan berupa ilmu dan nasihat-nasihat yang sangat berguna baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi disela-sela kesibukan beliau yang sangat luar biasa.

2. Dr. Lukytawati, selaku dosen penguji yang telah menguji hasil karya ini dan memberikan masukan berupa kritik maupun saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Alla Asmara, M. Si. Selaku komisi pendidikan yang memberikan masukan-masukan terkait penulisan dan isi skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

4. Orang tua penulis, yaitu Agus Salim dan Huswidiani yang selalu memberikan doa, materi, semangat, nasihat dan perhatian kepada penulis setiap waktu dengan berbagi cara yang luar biasa walaupun terkadang ada kritik yang cukup

(9)

keras karena keterlambatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akan tetapi semuanya itu untuk memberikan yang terbaik untuk penulis. Penulis juga berterima kasih kepada adik-adik kandung yaitu Ratih Purnama Sari dan M. Ridwan Effendi yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

5. Anggun Istiyani Putri, yang telah memberikan doa, canda tawa, kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi dan nasihat selama penyusunan skripsi ini. 6. Fransiscus, selaku pembahas dalam seminar hasil penelitian skripsi yang telah

memberikan masukan berupa saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berterima kasih kepada Arisa dan Acyl yang telah membantu memberikan informasi maupun bimbingan atau arahan terkait penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Keluarga Besar IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan), yang tentunya selalu memberikan semangat dan juga doa kepada penulis di setiap pertemuan.

8. Semua teman-teman seperjuangan, yaitu Luken, Acun, Hengky, Adit, dan seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas perhatian, canda tawa, dan perjuangan selama 3 tahun di Departemen Ilmu Ekonomi.

9. Dan yang terakhir para peserta seminar hasil penelitian skripsi yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2010

Budi Pratama H14053285

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian ... 12

2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional... 13

2.3. Konsep Keterkaitan ... 15

2.4. Model Input Output ... 20

2.4.1. Asumsi Tabel Input Output ... 22

2.4.2. Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input Output ... 23

2.4.3. Struktur Dasar Tabel Input Output ... 24

2.5. Definisi dan Kosep Variabel dalam Tabel Input Output ... 30

2.6. Analisis Input Output ... 34

2.6.1. Analisis Keterkaitan ... 34

2.6.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 35

2.6.3. Analisis Dampak Pengganda ... 36

2.7. Penelitian Terdahulu ... 39

2.8. Kerangka Pemikiran Operasional ... 47

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 49

(11)

xi

3.2. Metode Analisis ... 49

3.2.1. Analisis Keterkaitan ... 50

3.2.1.1. Keterkaitan ke Depan ... 50

3.2.1.2. Keterkaitan ke Belakang ... 51

3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 52

3.2.2.1. Koefisien Penyebaran ... 52

3.2.2.2. Kepekaan Penyebaran ... 53

3.2.3. Analisis Pengganda ... 53

3.2.3.1. Pengganda Output... ... 54

3.2.3.2. Pengganda Pendapatan ... 55

3.2.3.3. Pengganda Tenaga Kerja ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Indonesia ... 58

4.1.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir ... 58

4.1.2. Struktur Konsumsi... 60

4.1.3. Ekspor dan Impor ... 61

4.1.4. Struktur Investasi ... 62

4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 64

4.2. Analisis Keterkaitan ... 67

4.2.1. Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya Dalam Perekonomian Indonesia ... 67

4.2.2. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Dengan Sektor Lainnya Dalam Perekonomian Indonesia ... 70

4.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 73

4.3.1. Koefisien Penyebaran ... 74

4.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 75

4.4. Analisis Pengganda ... 77

4.4.1. Pengganda Output ... 78

(12)

xii

4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja ... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1999-2006 di Indonesia ... 2 1.2. Jumlah dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2009

(Miliar Rupiah) ... 5 1.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2007

Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan ………... 9 2.1. Tabel Input Output ... 26 2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 42 4.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 59 4.2. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 60 4.3. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor-Sektor Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 62 4.4. Pembentukan Modal, Pereubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 63 4.5. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 (Juta Rupiah) ... 66 4.6. Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainnya dalam

Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ... 68 4.7. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainnya

dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ... 71 4.8. Nilai Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

(14)

xiv

4.9. Nilai Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Tahun 2005 ... 76 4.10. Nilai Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor

Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ... 77 4.15. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Pada Tahun

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 Transaksi

Domestik Atas Dasar Harga Produsen, klasifikasi 9 sektor ……. 87 Lampiran 2. Keterangan Tabel Input Output ……… 90 Lampiran 3. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 9 sektor (diolah) ………... 91 Lampiran 4. Keterangan dari Matrik Koefisien Teknis ……… 92 Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 9 Sektor (diolah).. 93 Lampiran 6. Pengganda Output Klasifikasi 9 sektor (diolah) ………. 94 Lampiran 7. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor (diolah) …………. 94 Lampiran 8. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor (diolah) ……….. 94

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber daya laut, maupun keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya tersebar secara luas pada setiap pulau-pulau di Indonesia. Kekayaan alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi bagi Indonesia.

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan suatu proses berkesi-nambungan antara sektor-sektor ekonomi yang mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, pembangunan ekonomi dapat di optimal-kan untuk mengolah sumberdaya alam tersebut melalui salah satunya adalah sek-tor pertanian.

Di Indonesia sektor pertanian masih menjadi andalan penciptaan lapangan pekerjaan dalam jumlah yang cukup besar. Dapat dilihat pada Tabel 1.1, pendu-duk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian dari tahun 1999 sampai tahun 2006 rarata 40% dari total angkatan kerja pada tahun-tahun tersebut. Dari ta-hun-tahun tersebut pertumbuhannya fluktuatif tetapi kecenderungannya semakin menurun. Walaupun demikian, sektor pertanian masih menyediakan lapangan

(18)

pe-2

kerjaan terbesar bagi penduduk Indonesia jika dibandingkan sektor-sektor lain da-lam perekonomian Indonesia

Tabel 1.1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1999-2006 di Indonesia

Tahun Bekerja (Juta Orang) Total Ang-katan Kerja (Juta Orang)

Persentase Dari To-tal Angkatan Kerja Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian

(Persen)

Pertumbuhan (Persen) Pertanian Non

Perta-nian 1999 38,38 50,44 94,55 40,59 - 2000 40,68 49,16 95,65 42,53 1,94 2001 39,74 51,06 98,81 40,22 -2,31 2002 40,63 51,01 100,79 40,31 0,09 2003 43,04 49,77 102,63 41,94 1,63 2004 40,61 53,11 103,97 39,06 -1,07 2005 41,81 53,13 105,8 39,52 0,46 2006 40,14 55,32 105,39 38,09 -1,43 Sumber: BPS, 2006

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang menopang kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia. Pembangunan sektor pertanian menyebabkan pembangunan ekonomi pedesaan. Pembangunan sektor pertanian dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan produktivitas pertanian itu sendiri yang bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Sehingga meningkatnya hasil produksi pertanian akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat desa. Peningkatan pendapatan masyarakat desa secara tidak langsung membuat daya beli masyarakat desa akan meningkat.

Menurut Jhingan (2007) kenaikan daya beli daerah pedesaan sebagai akibat kenaikan surplus pertanian membuat perangsang kuat terhadap perkembangan sektor lain. Hal ini merupakan awal mula perkembangan ke arah pembangunan sektor-sektor lain di negara berkembang yang didominasi oleh

(19)

3

sektor pertanian1. Contohnya adalah ketika daya beli masyarakat desa cenderung meningkat, permintaan akan barang manufaktur akan meningkat juga seiring kebutuhan masyarakat desa akan barang manufaktur seperti traktor misalnya yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga meluasnya output dan peningkatan produktivitas di sektor pertanian akan meningkatkan permintaan terhadap barang manufaktur yang pada akhirnya akan memperluas sektor industri manufaktur tersebut. Jika sektor ini terwujud maka sektor jasa pun dapat meningkatkan pelayanannya untuk melayani kebutuhan sektor pertanian. Contohnya adalah jasa pengangkutan dan perhubungan akan berkembang untuk mengangkut hasil pertanian dari desa ke kota maupun mengangkut barang manufaktur dari kota ke desa.

Disamping itu, kenaikan daya beli masyarakat pedesaan sebagai akibat kenaikan surplus pertanian juga dapat meningkatkan permintaan atas barang-barang bangunan. Hal ini dapat terjadi bila kebutuhan masyarakat desa akan tempat tinggal semakin diperlukan. Mereka akan membangun rumah atau merenovasi rumah ke tingkat yang lebih baik sehingga kebutuhan akan bahan-bahan bangunan semakin tinggi. Dengan kebutuhan akan permintaan bahan-bahan bangunan semakin tinggi dapat menyebabkan sektor bangunan akan berkembang. Begitu juga yang terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih dapat tumbuh

1 Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Edisi

(20)

4

seiring kebutuhan akan listrik, gas dan air bersih di pedesaan yang meningkat akibat kenaikan daya beli masyarakat pedesaan.

Uraian diatas menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di negara berkembang dimana memiliki kekayaan sumberdaya alam jika diarahkan pada sektor pertanian akan berdampak kepada perkembangan atau pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Beda halnya dengan kondisi yang ada pada Indonesia. Kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadi peluang untuk mengembangkan sektor pertanian. Akan tetapi, sektor pertanian di Indonesia masih kurang berkembang. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional jika dilihat berdasarkan indikator PDB tidak terlalu besar. Dapat dilihat pada Tabel 1.2, dari tahun 2003 hingga tahun 2005 pertumbuhan sektor pertanian semakin menurun tetapi pada tahun 2006 hingga tahun 2008 pertumbuhan sektor pertanian mulai mengalami peningkatan. Walaupun demikian, pertumbuhan sektor pertanian masih di bawah pertumbuhan PDB secara nasional dan jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain, pertumbuhan sektor pertanian masih sangat rendah.

(21)

5

Tabel 1.2. Jumlah dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008 (Miliar Rupiah)

Sumber: BPS, 2008

keterangan: angka dalam kurung adalah pertumbuhan (%)

Pembangunan ekonomi Indonesia lebih diarahkan kepada pengembangan sektor industri. Sektor industri dianggap sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian dibandingkan sektor-sektor lain. Sehingga sektor industri sangat diprioritaskan. Dapat dilihat dari kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional melalui indikator PDB (Lihat Tabel 1.2). Berdasarkan Tabel tersebut, sektor industri yaitu industri pengolahan menyumbang pendapatan nasional terbesar pada setiap tahunnya dari tahun 2003

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 240.387,3 (3,79) 247.163,6 (2,82) 253.726 (2,66) 262.402,8 (2,98) 271.401,2 (3,43) 284.337,8 (4,77) Pertamban-gan dan Penggalian 167.603,8 (-1,37) 160.100,5 (-4,48) 162.642 (3,11) 168.028,9 (2,21) 171.422,1 (2.02) 172.300,0 (0,51) Industri Pengolahan 441.754,9 (5,33) 469.952,4 (6,38) 491.699,5 (4,57) 514.100,3 (4,63) 538.084,6 (4,67) 557.765,6 (3,66) Listrik, Gas dan Air Bersih 10.349,2 (4,87) 10.897,6 (5,30) 11.596,6 (6,30) 12.251,1 (5,87) 13.517,1 (10,33) 14.993,7 (10,92) Bangunan 89.621,8 (6,10) 96.334,4 (7,49) 103.403,8 (7,42) 112.233,6 (8,97) 121.901,0 (8,61) 130.815,7 (7,31) Perdagan-gan, Hotel dan Resto-ran 256.516,6 (5,45) 271.142,2 (5,70) 294.396,3 (8,38) 312.520,8 (6,13) 338.807,2 (8,41) 363.314,0 (7,23) Pengangku-tan dan Komunikasi 85.458,4 (12,19) 85.458,4 (13,38) 109.467,1 (12,97) 124.975,7 (13,64) 142.327,2 (14,04) 166.076,8 (16,69) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 140.374,4 (6,73) 140.374,4 (7,66) 161.959,6 (6,79) 170.074,3 (5,65) 183.659,3 (7,99) 198.799,6 (8,24) Jasa-Jasa 145.104,9 (4,41) 145.104,9 (5,38) 159.990,7 (5,05) 170.705,4 (6,22) 181.972,1 (6,60) 193.700,5 (6,45) PDB Den-gan Migas 1.577.171,3 (4,78) 1.577.171,3 (5,03) 1.749.546,9 (5,68) 1.847.292,9 (5,48) 1.963.091,8 (6,28) 2.082.103,7 (6,06) PDB Tanpa Migas 1.423.866,1 (5,69) 1.421.474,8 (5,97) 1.605.247,6 (6,57) 1.703.086 (6,09) 1.820.511,8 (6,87) 1.939.249,9 (6,52)

(22)

6

hingga tahun 2008. Walaupun pada tahun 2003 hingga tahun 2008 pertumbuhan sektor industri pengolahan kecenderungannya semakin menurun, akan tetapi sektor tersebut masih menghasilkan pendapatan nasional terbesar bagi Indonesia. Pertumbuhan sektor industri pengolahan jauh lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian dan jumlah pendapatan nasional yang berasal dari sektor industri pengolahan jauh lebih besar juga dari sektor pertanian.

Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri dimana sektor tersebut menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional Indonesia tidak terlepas dari peran sektor pertanian. Contohnya adalah melalui sistem agroindustri. Agroindustri merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mengolah output atau produk-produk mentah dari sektor pertanian menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sehingga semakin berkembangnya agroindustri menyebabkan semakin pentingnya peran sektor pertanian sebagai pemasok bahan baku agroindustri tersebut. Untuk itu, ketika sektor pertanian dapat meningkatkan output pertaniannya maka akan meningkatkan kinerja agroindustri tersebut dan sebaliknya ketika sektor pertanian tidak dapat memenuhi permintaan dari agroindustri maka agroindustri tersebut tidak dapat berkembang. Dengan demikian, sektor pertanian dapat menjadi faktor keberhasilan pembangunan suatu sektor terkait perannya sebagai penyedia input bagi sektor tersebut. Selanjutnya, ketika agroindustri tersebut dapat berkembang dan sektor pertanian mengalami peningkatan permintaan dari agroindustri tersebut maka sektor pertanian pun akan meningkatkan pemakaian inputnya untuk digunakan dalam proses produksi. Input

(23)

7

dapat berupa pupuk, mesin traktor, atau bibit dimana semuanya itu dihasilkan oleh sektor industri pengolahan untuk mendukung proses produksi sektor pertanian. Sehingga peningkatan permintaan output dari sektor pertanian dapat meingkatkan permintaan input dari sektor industri pengolahan. Dengan demikian, sektor pertanian dapat merangsang perkembangan sektor lain terkait perannya sebagai pengguna input dari sektor tersebut. Contoh lain dapat terjadi pada industri tekstil, industri pengobatan, dan sektor-sektor lainnya.

Walaupun sektor pertanian di Indonesia masih tergolong kurang berkembang tetapi sektor pertanian memainkan peranan penting dalam proses industrialisasi pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian dapat menjadi sektor pendukung maupun penunjang dalam pembangunan sektor industri. Dalam contoh kasus diatas sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor industri dan pada kenyataannya dalam perekonomian dapat terjadi hubungan atau keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, peran sektor pertanian diharapkan tidak hanya dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (dimana PDB hanya menggambarkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor tersebut). Akan tetapi sektor

(24)

8

pertanian dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Dengan Analisis Input Output dapat diketahui keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lainnya, sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian, serta melihat dampak penyebaran sektor pertanian maupun dampak pengganda dari sektor pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan negara tersebut dalam menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam seharusnya mampu menggali sumberdaya alam tersebut untuk kemakmuran masyarakat Indonesia melalui sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan tumpuan mayoritas penduduk Indonesia karena sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Tetapi peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia masih cukup rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB yang sangat rendah dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun semakin berkurang (Lihat Tabel 1.2).

(25)

9

Sektor pertanian menopang kehidupan pedesaan di Indonesia. Sehingga pembangunan yang diarahkan kepada sektor pertanian akan menyebabkan pembangunan ekonomi pedesaan. Akan tetapi pembangunan sektor pertanian di Indonesia masih kurang mendapatkan prioritas dari pemerintah. Dapat dilihat dari tingkat kemiskinan di Indonesia dimana penduduk miskin di Indonesia paling banyak berasal dari daerah pedesaan (Lihat Tabel 1.3). Ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang menopang kehidupan pedesaan di Indonesia yaitu sektor pertanian masih kurang berkembang.

Tabel 1.3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan

Sumber: BPS, 2008

Mengingat masih banyaknya potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar dan beragam kemudian besarnya masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian perlu adanya strategi alternatif untuk dapat berkembang.

Alternatif pembangunan sektor pertanian sebenarnya dapat dilakukan dengan melakukan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor lain yang

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Jutaan) Persentase (%)

dari Total Penduduk Indonesia Daerah Perkotaan Daerah Pedesaan Daerah Perkotaan Daerah Pedesaan 2000 12,3 26,4 14,6 22,4 2001 8,6 29,3 9,8 24,8 2002 13,3 25,1 14,5 21,1 2003 12,3 25,1 13,6 20,2 2004 11,4 24,8 12,1 20,1 2005 12,4 22,7 11,4 19,5 2006 14,3 24,8 13,4 21,9 2007 13,6 23,6 12,5 20,4

(26)

10

lebih unggul dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian2. Sehingga ketika sektor lain tersebut dapat tumbuh dan berkembang maka sektor pertanian dapat berperan terkait keterpaduaannya dengan sektor tersebut. Dengan demikian, perlu menganalisis sejauh mana keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Untuk itu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia?

2. Bagaimana keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia?

3. Bagaimana dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian?

4. Bagaimana dampak pengganda dari sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian?

2 Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Edisi

(27)

11

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia.

2. Mengetahui keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.

3. Mengetahui dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian.

4. Mengetahui dampak ekonomi dari sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian.

1.4 Manfaat Penellitian

Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah:

1. Penulis, sebagai media untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu ekonomi selama kuliah dan memberikan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan analisis penulis.

2. Pemerintah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintahan dalam pembuat kebijakan untuk dapat melakukan grand strategy pembangunan sektor pertanian.

(28)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan sektor perekonomian itu adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu sendiri. Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional3.

3

(29)

13

Dengan demikian, sektor pertanian menjadi variabel dalam penelitian ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kedelapan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.

2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional

Pembangunan dapat diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional. Diperlukan suatu ukuran dalam mengidentifikasi pembangunan suatu negara. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dalam bidang ekonomi adalah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu yang sering dijadikan sebagai metode untuk menghitung pendapatan nasional4.

Dalam pemahaman ekonomi makro, PDB dapat dipelajari dengan pendekatan dari sisi penerimaan, pengeluaran, dan produksi. Menghitung nilai PDB dengan pendekatan pengeluaran dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor). Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah serta ekspor dan impor adalah pengeluaran bersih atas perdagangan luar negeri. Menghitung nilai PDB dengan

4

(30)

14

pendekatan pendapatan juga dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = sewa + upah + bunga + laba. Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha5.

Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peran suatu sektor dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai PDB juga dapat diperoleh dari penjumlahan nilai tambah (barang dan jasa akhir) dalam produksi barrang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian6.

Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional. Meskipun demikian, selama perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi, para teoritikus ilmu pengetahuan masa kini masih menyempurnakan makna, hakikat, dan konsep pertumbuhan ekonomi. Ini dipahami karena ketika banyak di antara negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai target mereka, namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam definisi pertumbuhan ekonomi yang dianut selama ini.

Nilai PDB belum dapat mencerminkan kondisi atau peran menyeluruh sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian. Nilai PDB menunjukkan perkembangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi untuk konsumsi akhir berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi

5 Ibid. Hal. 18-19 6

(31)

15

dan ekspor impor. Nilai PDB juga diperoleh dari penjumlahan nilai tambah dalam produksi barang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian. Nilai PDB tidak dapat melihat kontribusi suatu sektor terkait perannya dalam menyediakan barang dan jasa antara bagi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Hal ini dipahami karena contohnya sektor pertanian dalam proses pembangunan ekonomi memiliki pengaruh terhadap sektor-sektor lain terkait penyediaan input antara bagi sektor lain atau pun sebaliknya penggunaan input antara dari sektor lain. Untuk itu, PDB bukan merupakan indikator tunggal untuk melihat peran menyeluruh suatu sektor.

2.3 Konsep Keterkaitan

Ada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor mempengaruhi perekonomian suatu negara. Keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lain dalam perekonomian. Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya7.

Keterkaitan antar sektor dapat terjadi paling tidak melalui empat media, yaitu:

7 Sahara dan D.S. Priyarsono. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi

(32)

16

1. Keterkaitan Produk

Merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain.

2. Keterkaitan Konsumsi

Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga.

3. Keterkaitan Investasi

Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatan produksi berbagai sektor.

4. Keterkaitan Fiskal

Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor dipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan produksi sektor-sektor lainnya

Dalam hal ini, sektor pertanian dapat memiliki keterkaitan dengan sektor lain melalui ke empat media tersebut. Keterkaitan melalui empat media ini dapat dijelaskan dengan beberapa contoh yaitu:

1. Keterkaitan Produk

Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain sebagai bahan baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan minuman yang mengolah bahan dasar jeruk dari sektor pertanian untuk dijadikan produk akhir berupa sirup.

(33)

17

2. Keterkaitan Konsumsi

Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk pertanian misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri yang mengolah durian tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian menyebabkan permen durian laku dipasaran. Industri pengolahan mengambil keuntungan dengan menciptakan produk baru dari produk dasar durian yang sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat. Sehingga keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri.

3. Keterkaitan Investasi

Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dapat digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan investasi ke sektor non pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Contohnya ketika subsektor tanaman pangan meningkat dan menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut digunakan sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan. Investasi ke sektor perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut. Sehingga keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat dikaitkan melalui media investasi.

4. Keterkaitan fiskal.

Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai investasi atau pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya.

(34)

18

Pembangunan jalan raya untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat dimana sektor pertanian melaksanakan aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat dimana produk pertanian tersebut di pasarkan menyebabkan alur distribusi produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor perhubungan dan pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan pengangkutan produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya tersebut dapat terjadi.

Uraian di atas menggambarkan beberapa contoh keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Dalam perekonomian sebenarnya masih banyak hubungan keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Akan tetapi setiap keterkaitan tersebut akan dapat dijelaskan melalui empat media yang disebutkan diatas.

Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah ketika sektor pertanian dapat menunjang pertumbuhan sektor lain melalui keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu8:

8 Kuznets dalam Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Haris Munandar dan Puji [ penerjemah]. Edisi ke-8. Erlangga, Jakarta. Hal. 135.

(35)

19

1. Kontribusi Produk

Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di sektor non pertanian. Misalnya industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan inputnya berasal dari produk pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari tanaman holtikultura.

2. Kontribusi Pasar

Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik. Sehingga permintaan produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain sangat besar mengalir di daerah pedesaan.

3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi

Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.

(36)

20

4. Kontribusi Devisa

Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor.

Dengan demikian pentingnya untuk memperlajari seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi memfokuskan penelitian ini dengan menggunakan Analisis Input Output. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.

2.4 Model Input Output

Model Input Output atau Tabel Input Output pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2008)9 pengertian Tabel Input Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.

9 Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. PT. Tionarayana

(37)

21

Sedangkan masing masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksi. Dengan kata lain, penggunaan Tabel Input Output dapat menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.

Analisis Input Output (Analisis I-O) menunjukkan bahwa dalam perekonomian secara keseluruhan mengandung keterkaitan dan ketergantungan sektoral, yang mana output suatu sektor merupakan input pada sektor lain dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang membawa mereka ke arah keseimbangan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran dalam perekonomian secara menyeluruh.

Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input Output memberikan gambaran secara menyeluruh tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar negeri.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

(38)

22

Kegunaan dari Tabel Input Output menurut BPS (2008)10, antara lain: 1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah,

impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor produksi.

2. Menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro.

3. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional.

5. Melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan. Penyempurnaan, dan pengembangan lebih lanjut.

6. Menganalisis perubahan harga, yaitu melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

2.4.1 Asumsi Tabel Input Output

Data dalam Tabel Input Output merupakan rincian informasi tentang input output sektoral, sehingga mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Suatu Model Input Output yang bersifat terbuka dan statis, maka transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input Output harus memenuhi asumsi dasar11, yaitu:

10 Ibid. Hal 7. 11

(39)

23

1. Keseragaman (Homogenitas)

Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output (barang dan jasa) dengan struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (Proportionality)

Kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan.

3. Penjumlahan (Additivitas)

Jumlah pengaruh kegiatan produksi diberbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-masing sektor tersebut.

2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input-Output

Analisis I-O merupakan varian terbaik keseimbangan umum (general equilibrium) yang memiliki tiga unsur utama. Unsur-unsur tersebut antara lain (1) memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan ekuilibrium, (2) tidak berpusat pada analisis permintaan tetapi pada masalah teknis produksi, (3) analisis ini didasari pada penelitian empiris. Keunggulan dari Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah12:

1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian secara rinci sehingga membuat analisis I-O cocok bagi proses perencanaan.

2. Kemampuannya untuk menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian.

12

(40)

24

Sedangkan keterbatasan Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah13:

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.

2. Besarnya biaya yang harus dilakukan dalam penyusunan Tabel Input Output dengan menggunakan metode survey.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

2.4.3 Struktur Dasar Tabel Input-Output

Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir. Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagain permintaan akhirnya.

Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor. Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama

13

(41)

25

halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika i=j. Hal tersebut dapat dinotasikan dalam bentuk umum, sebagai berikut:

Xi =

n

jxij +

Fi ...(2.1)

Keterangan: Xi = total output sektor i

xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j

Fi = total permintaan akhir dari sektor i

i = 1,2,3,... j = 1,2,3,...

Jenis pengguna pada sektor produksi yang menggunakan output suatu sektor (sektor i) yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara di sektor lain (sektor j) adalah xij. Maka total permintaan antara dapat dinotasikan sebagai

berikut:

n=

j 1xij = xi1 + xi2 + ... + xij ...(2.2) Jadi pengguna untuk konsumen akhir (permintaan akhir) terdiri dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan pihak luar negeri. Permintaan akhir tersebut terdiri dari konsumsi rumah tangga untuk rumah tangga, investasi untuk perusahaan, pengeluaran pemerintah untuk pemerintah, dan ekspor dari luar negeri. Hal tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut:

Fi = Ci + Ii + Gi + ... + Ei ...(2.3) Keterangan: Fi = total permintaan akhir sektor i

Ci = konsumsi rumah tangga dari sektor i Ii = investasi dari sektor i

Gi = pengeluaran pemerintah dari sektor i Ei = ekspor dari sektor i

i = 1,2,3,...

Susunan input terdiri dari input antara dan input primer. Input antara digunakan dalam proses produksi, sedangkan input primer dibutuhkan dalam

(42)

26

pembiayaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, lahan, dan sebagainya. Berdasarkan penggunaan faktor produksi, ada balas jasa dari input primer yang akan diterima. Balas jasa tersebut adalah nilai tambah dari proses produksi. Oleh karena itu, dalam prosesnya (input dan output) dapat dijabarkan dalam bentuk Tabel I-O yang terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran i x j dimensi yang terbagi menjadi empat kuadran dan setiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu.

Tabel 2.1 Tabel Input Output Alokasi

Output

Susunan Input

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Total Output Sektor Produksi C I G ... E 1 2 ... j Input antara Sektor Produksi 1 2 . . . n I II X1 X2 . . . Xi

Upah dan Gaji RT

III IV

Surplus Usaha Input Primer lainnya

Total Input

Sumber: BPS, 2005 Keterangan:

xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j Ci = konsumsi rumah tangga sektor i

Ii = investasi perusahaan sektor i Gi = pengeluaran pemerintah sektor i Ei = ekspor sektor i

Xi = total output akhir dari sektor i Xj = total input sektor j

Uj = upah dan gaji sektor j Sj = surplus usaha sektor j

Pj = input primer lainnya dari sektor j i = 1,2,3...

(43)

27

Berdasarkan asumsi kesebandingan, dapat dikatakan bahwa total output sektor i sama dengan total input sektor j (Xi=Xj).

Berdasarkan Tabel 2.1, isian sepanjang baris menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Lain halnya untuk isian sepanjang kolom menunjukkan pemakaian input antara (xi1 + xi2 + ... + xij)

dan input primer (Uj, Sj, Pj) oleh suatu sektor. Oleh karena itu, bentuk aljabar,

bentuk notasi, dan bentuk matriksnya adalah sebagai berikut: a) Sektor dalam baris:

(i) Bentuk aljabar

x11 + x12+ ... + x1j + F1 = X1 x21 + x22+ ... + x2j + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . xi1 + xi2+ ... + xij + Fi = X2 ... ...(2.4.i) Jika: Ci + Ii + Gi + ... + Ei = Fi

(ii) Bentuk notasi

n= j 1

x

ij + Fi =Xi ...(2.4.ii) (iii)Bentuk matriks

ij i i j j

x

x

x

x

x

x

x

x

x

K

M

O

M

M

K

K

2 1 2 22 21 1 12 11 +

i

F

F

F

M

2 1 =

Xi

X

X

M

2 1

(44)

28

b) Sektor dalam kolom - Bentuk aljabar x11 + x21+ ... + xi1 + V1 = X1 x12 + x22+ ... + xi2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . X1j + x2j+ ... + xij + Vj = Xj ...(2.5.i) Jika: Uj + Sj + Pj = Vj - Bentuk notasi

n= j 1

x

ij + Vi =Xi ...(2.5.ii)

Angka-angka pada Tabel I-O sebenarnya digunakan untuk menyempurnakan data nilai PDB menurut sektor produksi dan penggunaan. Berdasarkan Tabel I-O, nilai PDB sektoral dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (kode I-O = 209) masing-masing sektor ditambah dengan pajak penjualan impor (kode I-O = 402) dan bea masuk (kode I-O = 403). Untuk memperbandingkan nilai PDB yang diperoleh dari Tabel I-O dengan nilai PDB, maka nilai pajak penjualan impor dan bea masuk barang impor harus digabungkan dalam sektor perdagangan. Nilai PDB menurut penggunaan dibandingkan dengan mengurangkan permintaan akhir dengan impor barang dan jasa.

Berdasarkan Tabel I-O Indonesia 2005, secara umum matriks tersebut terbagi menjadi empat kuadran14, yaitu:

14

(45)

29

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant)

Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa dalam proses produksi. Pada kuadran ini menunjukkan ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian dan dalam analisisnya memiliki peranan penting dalam melakukan proses produksi karena terdapat keterkaitan antar sektor ekonomi.

2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)

Dalam kuadran II terdapat transaksi barang dan jasa dalam sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Input Quadrant)

Kuadaran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)

Kuadran IV merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel Input-Output sering diabaikan.

(46)

30

2.5 Definisi dan Konsep Variabel dalam Tabel Input Output

Konsep dan definisi ini menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam Tabel Input Output Indonesia. Konsep dan definisi ini dijelaskan menurut pengertian Tabel Input Output15.

a. Output

Output adalah nilai barang dan Jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri ataupun perusahaan atau perorangan asing yang dihasilkan di dalam negeri. Unit usaha yang produksinya berupa barang output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak dibidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain.

b. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor yang berperan sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor yang terdapat di masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan

15

(47)

31

disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

c. Permintaan Akhir

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi.

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlukan sebagai impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di domestik diperlakukan sebagai ekspor.

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah.

3. Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah.

(48)

32

4. Perubahan Stok

Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan setengan jadi yang disimpan oleh produsen, contohnya pada kasus peternakan yaitu perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

5. Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transaksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b). Free on board adalah suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transaksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost insuraance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan bea penjualan impor. d. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang

(49)

33

juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara. Berikut ini adalah termasuk dalam input primer:

1. Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.

2. Surplus Usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilik modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

3. Penyusutan

Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi

4. Pajak Tak Langsung Netto

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung netto mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk

(50)

34

menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif. Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk.

2.6 Analisis Input-Output

2.5.1. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)

Analisis keterkaitan ini merupakan suatu konsep yang dijadikan dasar

perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage), menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan dan keterkaitan ke belakang (backward linkage), menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi.

Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan koefisien input (matriks leontief). Matriks kebalikan koefisien input yang mengandung informasi tingkat pertumbuhan suatu sektor, dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu:

Gambar

Tabel 1.1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1999-2006 di Indonesia
Tabel  1.2.  Jumlah  dan  Pertumbuhan  Produk  Domestik  Bruto  Atas  Dasar  Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008  (Miliar Rupiah)
Tabel 1.3.   Jumlah  dan  Persentase  Penduduk  Miskin  di  Indonesia  Tahun  2000-2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan
Tabel 2.1 Tabel Input Output        Alokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rudra dan Bhattacharjee (2012) dalam Narendra (2013) mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan di India

Hasil penelitian menyarankan: (1) perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk peternak, agar peternak memahami usahaternak yang mereka lakukan memiliki nilai ekonomi

Dalam penyusunan Renja tahun 2017 ini berpedoman pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pelayanan Perizinan dan Kantor

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan karena t hitung

banyak berdiri bangunan kolonial baik dalam kategori kawasan utama yang paling prioritas maupun kawasan lain baik kota maupun pedesaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan

Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Kepala SKPD Perizinan kepada penanggungjawab kegiatan dan

Berdasarkan uraian permasalah di atas maka dibutuhkan suatu alat bantu yang bisa menyelesaikan masalah, yaitu, timbangan digital menggunakan mikrokontroller ATMega 2560

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain