• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI

UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

AKBAR FALAH TANTRI SURABAYA-JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

SKRIPSI

PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI

UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

AKBAR FALAH TANTRI NIM. 141011097

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Agustono, Ir., M.Kes.

(3)

SKRIPSI

PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI

UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

Oleh :

AKBAR FALAH TANTRI NIM. 141011097

Telah diujikan pada Tanggal :16 Juli 2014

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Muhammad Arief, Ir., M.Kes

Anggota : Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si. Prayogo, S.Pi., MP.

Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Agustono, Ir., M.Kes.

Surabaya,

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Dekan

(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

N a m a : Akbar Falah Tantri N I M : 141011097

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul : PENAMBAHAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI ENERGI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 15 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

Akbar Falah Tantri NIM. 141011009

(5)
(6)

RINGKASAN

AKBAR FALAH TANTRI. Penambahan Lisin pada Pakan Komersial terhadap Retensi Protein dan Retensi Energi Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii). Dosen Pembimbing Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. dan Agustono, Ir.,M.Kes.

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas perikanan air tawar yang bernilai ekonomis. Permasalahan yang saat ini dihadapi dalam budidaya udang galah adalah jangka waktu budidaya yang relatif lebih lama dibandingkan dengan budidaya udang konsumsi lainnya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pakan, salah satunya melalui pemberianfeed additiveberupa lisin kedalam pakan udang galah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial terhadap retensi protein dan retensi energi udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisa statistik menggunakan Analysis of Variant (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan.

(7)

SUMMARY

AKBAR FALAH TANTRI. Addition of Lysine in Commercial Feed on Protein Retention and Energy Retention Giant Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Academic Advisor Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. and Agustono, Ir., M.Kes.

Giant Freshwater Prawns (Macrobrachium rosenbergii) is afresh water fishery commodities economically valuable. The problems currently faced in prawn farming is the cultivation period is relatively long compared with other consumptionof shrimpfarming. Efforts to do is to improve the quality of feed, such as through the provision of a feed additive lysine feed into the prawns.

This study aim’s to determine the effect of lysine in commercial feed on protein retention and energy retention of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii). This research used experimental method with a completely randomized design. Statistical analysis using Analysis of Variant (ANOVA) to determine the effect of treatment.

(8)

KATA PENGANTAR

Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

tentang Penambahan Lisin pada Pakan Komersial terhadap Retensi Protein dan

Retensi Energi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii).Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya

Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak,

khusus bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan

ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, Juli 2014

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis haturkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, selaku Dekan Fakultas Perikanan

danKelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku dosen wali yang telah membimbing

dan memberikan nasehat kepada penulis selam menjadi mahasiswa

3. Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. dan Bapak Agustono, Ir., M.Kes.,

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan

bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan Skripsi

ini.

4. Bapak Muhammad Arief, Ir., M.Kes, Ibu Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir.,

M.Si., dan Bapak Prayogo, S.Pi., MP., selaku dosen penguji yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk menguji, memberikan arahan dan petunjuk

dalam penulisan Skripsi ini.

5. Seluruh staff pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih

atas segala ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selama ini.

6. Keluarga tercinta Ibu Erni Rachmawati, Bapak Antonius Tantri Widjaja, dan

Adik Ashr Hafiizh Tantri dan Arnest Rachmawan Tantri yang telah

memberikan motivasi dan dukungan moril, do’a, maupun materiil.

(10)

8. Ahmad, Agung, Reza Arif, Royan, Agus, Nizar, Jeffri, Idham, Masrul, Galih,

Kurniawan, Irfan, Ananta, Idrus, Dio Ganang yang selalu membantu dalam

penyelesaian skripsi.

9. Teman-teman BUPER 2009, 2010, 2011 dan seluruh keluarga besar Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

(11)

DAFTAR ISI

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kebutuhan Nutrisi Udang Galah ... 14

2.2 Komposisi Asam Amino Udang Galah ... 15

4.1 Komposisi Nutrisi Pakan ... 23

4.2 Bahan Penyusun Pakan ... 26

5.1 Rata-Rata Retensi Protein (%) Udang Galah ... 31

5.2 Rata-Rata Retensi Energi (%) Udang Galah ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Udang Galah ... 5

2.2. Siklus Hidup Udang Galah ... 6

2.3. Pembagian Energi Pada Udang ... 14

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 20

4.1. Denah Pengacakan Penempatan Perlakuan... 25

4.2. Diagram Alir Penelitian ... 28

5.1. Grafik Rata-Rata Retensi Protein (%) Udang Galah... 32

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Analisa Laboratorium Kandungan Pakan Udang ... 46

2. Hasil Analisa Protein dan Energi Udang Awal ... 47

3. Hasil Analisa Protein dan Energi Udang Akhir ... 48

4. Biomass Udang Awal, Biomass Udang Akhir, Total Konsumsi Pakan Udang Galah... 51

5. Perhitungan Retensi Protein Udang Galah ... 52

6. PerhitunganStatistikRetensi Protein ... 53

7. Perhitungan Retensi Energi Udang Galah ... 54

8. PerhitunganStatistikRetensi Energi... 55

9. Contoh Perhitungan Retensi Protein dan Retensi Energi... 56

10. Data Rata-Rata Parameter Kualitas Air Pemeliharaan Udang Galah ... 58

(16)

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu

komoditas perikanan air tawar yang bernilai ekonomis. Harga udang galah

konsumsi berkisar Rp. 50.000,00 - Rp.70.000,00 per kilogram. Sedangkan jumlah

permintaan komoditas udang galah nasional mencapai 10-20 ton/hari

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). Produksi udang Indonesia pada

2011 mencapai 400.385 ton, kemudian meningkat menjadi 457.600 ton pada

2012. Adapun untuk 2013 target produksi udang ditetapkan sebesar 660.000 ton.

Pengembangan budidaya udang galah perlu dilakukan sebagai upaya dalam

pemenuhan target produksi yang semakin meningkat (Kementerian Kelautan dan

Perikanan, 2013).

Peningkatan produksi udang galah dapat dilakukan dengan mengeliminasi

semua faktor penghambat dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam

budidaya udang galah. Permasalahan yang biasa dihadapi dalam budidaya udang

galah saat ini meliputi beberapa faktor antara lain: kualitas air, penyakit, dan

pakan. Tercukupinya kebutuhan nutrisi udang galah melalui asupan pakan

menjadi prioritas utama yang harus dilakukan untuk menunjang pertumbuhannya.

Secara umum, biaya pakan menghabiskan 60-70% dari biaya produksi (Sibbald,

1982 dalam Agustono dkk., 2011b), dimana budidaya udang galah yang

(17)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan nutrisi

pakan oleh udang galah adalah dengan meningkatkan kualitas pakannya, sehingga

pada akhirnya laju pertumbuhan udang galah meningkat serta dibarengi jangka

waktu budidaya udang galah yang lebih cepat. Hal ini terkait dengan jangka waktu

budidaya udang galah untuk mencapai ukuran konsumsi yang saat ini relatif lebih

lama dibandingkan budidaya udang konsumsi lainnya. Metode yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan adalah dengan pemberian feed

additive pada pakan udang galah. Feed additive adalah suatu bahan yang

ditambahkan ke dalam pakan dengan jumlah relatif sedikit dengan tujuan tertentu

(Agustono dkk., 2011b). Salah satu feed additive yang dapat diberikan pada pakan

untuk udang adalah asam amino esensial berupa lisin (Gatlin, D. M. and Peng Li.

2008).

Penambahan lisin pada pakan untuk udang windu dan udang vannamei

telah dilakukan dan mampu berpengaruh terhadap pemanfaatan nutrisi pakan oleh

udang windu dan udang vannamei. Hasil penelitian Biswas et al., (2006) menunjukkan penambahan 1% lisin dari jumlah pakan dapat meningkatkan

efisiensi pemanfaatan protein oleh udang windu (Penaeus monodon). Penelitian

Fengjun et al., (2012) juga mengindikasikan bahwa penambahan 1,515% lisin dari

jumlah pakan berpengaruh terhadapretensi protein Litopenaeus vannamei.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial terhadap retensi protein dan

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1) Apakah penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi

protein udang galah (Macrobrachium rosenbergii)?

2) Apakah penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi

energi udang galah (Macrobrachium rosenbergii)?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dapat diperoleh adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial

terhadap peningkatan retensi protein udang galah (Macrobrachium

rosenbergii).

2) Untuk mengetahui pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial

terhadap peningkatan retensi energi udang galah (Macrobrachium

rosenbergii).

1.4 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai

efektivitas lisin sebagai feed additive pada pakan untuk udang galah

(19)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Galah

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Udang galah merupakan udang air tawar yang bernilai ekonomis. Udang

galah ditemukan tersebar diwilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, kepulauan

Pasifik Utara hingga Pasifik Barat. Saat ini udang galah telah menjadi komoditas

perikanan yang banyak dibudidayakan dalam skala tradisional maupun intensif.

Hal ini dikarenakan udang galah memiliki beberapa keunggulan, yaitu: memiliki

pertumbuhan yang cepat, dapat mencapai ukuran besar dan memiliki pasar

potensial diwilayah Asia (Nandlal and Pickering, 2005).

Klasifikasi udang galah menurut Mudjiman (1983) dalamPusat

Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) adalah sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda Subphylum : Mandibulata Class : Crustacea Sub Class : Malacostraca Ordo : Decapoda Family : Palamonidae Sub Family : Palamonidae Genus : Macrobrachium

Species : Macrobrachium rosenbergii

Udang galah termasuk udang air tawar yang dapat berukuran besar. Udang

galah jantan dapat mencapai panjang 33 cm, sedangkan udang galah betina dapat

mencapai panjang 29 cm (New, 2002).Secara morfologis genus Macrobrachium

memiliki 19 ruas tubuh yang terbagi dengan jelas menjadi: 5 ruas bagian kepala, 8

(20)

kutikula. Kepala tumbuh menyatu dengan thorax dan tertutup karapas, serta

terdapat telson pada ujung abdomen. Cheliped (kaki jalan yang bercapit) kedua

lebih besar daripada cheliped pertama, cheliped kedua dapat mencapai 1,5 kali

panjang tubuh (terutama jantan). Udang galah memiliki rostrum dengan duri atas

sebanyak 11 sampai 13, serta duri bawah sebanyak 8 sampai 14 (Subekti dkk,

2011). Morfologi udang galah tersaji pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Udang galah Sumber.Nandlal and Pickering (2005)

Udang galah dewasa memiliki warna biru kehijauan, namun terkadang

ditemukan pula udang galah dengan warna agak kecoklatan. Jenis kelamin udang

galah mudah dibedakan berdasarkan ciri morfologinya. Udang galah jantan

memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada udang galah betina. Udang galah

jantan memiliki cephalothorax yang lebih besar serta abdomen yang lebih

ramping dibanding dengan udang galah betina. Cheliped pada udang galah jantan

berukuran lebih besar, panjang dan lebih tebal dibandingkan udang galah betina.

(21)

sedangkan pada udang galah betina terletak dipangkal kaki jalan ketiga. (New,

2002).

Alat kelamin jantan (petasma) berfungsi untuk menyalurkan sperma

menuju alat kelamin betina (thelicium) yang menampung sperma sebelum terjadi

pembuahan. Telur yang keluar dari saluran telur (oviduct) selanjutnya akan

dibuahi oleh sperma yang telah tersimpan. Pembuahan terjadi diluar tubuh

(external). Telur yang telah dibuahi selanjutnya dilakukan pengeraman oleh induk

betina sampai menetas (Wichins and Lee, 2002).

2.1.2 Siklus Hidup

Udang galah memiliki empat fase siklus hidup, yaitu: telur, larva,

postlarva dan dewasa. Fase siklus hidup udang galah tersaji pada Gambar 2.2

Gambar 2.2. Siklus hidup udang galah

Sumber: Forster and Wickins (1972) dalam Wickins and Beard (1978)

Sebelum terjadi proses perkawinan, udang betina mengalami molting

terlebih dahulu (prematingmolt) sehingga keadaan tubuhnya menjadi lemah, pada

saat itulah terjadi perkawinan. Udang jantan akan mengeluarkan spermanya,

(22)

Selanjutnya proses pembuahan terjadi saat telur keluar melalui lubang kelamin,

kemudian telur dibuahi oleh sperma yang telah disimpan di spermatecha. Setelah

telur dibuahi akan dipindahkan ke tempat pengeraman (broodchamber) yang

terletak diantara kaki renang induk betina sampai telur menetas (Hadie dan Hadie,

1993).

Induk udang galah akan selalu berusaha membersihkan telurnya dan

memberikan pasokan oksigen, agar kondisi telur tetap terjaga. Telurtetap melekat

pada tubuh induk udang galah betina hingga menetas. Pada awalnya telur

berwarna kuning cerah, setelah siap dipijahkan telur berubah menjadi berwarna

oranye, kemudian berwarna coklat hingga berwarna keabu-abuan gelap (New,

2002).

Setelah 25 hari telur akan menetas dan berkembang menjadi larva. Larva

udang galah akan dilepaskan dari tubuh induk udang galah betina dan hanya dapat

berenang menuju perairan payau. Larva hanya dapat hidup selama 48 jam pada

perairan tawar, agar dapat hidup dan tumbuh dengan optimal larva harus

melakukan migrasi ke perairan payau dengan salinitas 9 - 19 ppt. Larva akan

mengalami molting sebanyak sebelas kali dalam waktu 15 – 40 hari sebelum

berkembang menjadi postlarva. Perkembangan larva menjadi postlarva tergantung

pada kuantitas dan kualitas pakan, suhu, dan parameter kualitas air lainnya. Suhu

optimal untuk pertumbuhan postlarva berkisar 28oC sampai 31oC. Postlarvadapat

hidup pada range salinitas yang besar. Panjang tubuh postlarva berukuran 7 - 10

mm dengan bobot tubuh 6 - 9 mg. Istilah“juvenile” pada udang galah adalah

(23)

Postlarva bersifat benthic dan melakukan migrasi menuju perairan tawar.

Larva udang galah memakan zooplankton (terutama dari jenis crustacea), cacing

berukuran lebih kecil, dan larva dari crustacea lain. Postlarva dan udang dewasa

dewasa bersifat omnivora dan memakan alga, tumbuhan air, moluska, serangga

air, cacing dan jenis crustacea lain. Postlarva dan udang dewasa dapat bersifat

kanibal (Nhan, 2009).

2.1.3 Molting

Udang galah memiliki karapas atau eksternal skeleton yang digunakan

sebagai tempat menempelnya otot dan untuk perlindungan. Secara teratur, udang

galah membuang karapas lamanya dan menggantinya dengan karapas baru yang

memiliki ukuran lebih besar. Proses pergantian karapas dinamakan molting atau

ecdysis. Pertumbuhan udang galah sangat ditentukan oleh molting (Wickins and

Beard, 1978).

Proses molting pada udang galah terdiri dari beberapa tahap yaitu:

intermolt, premolt, molting dan postmolt. Pada tahap intermolt, terjadi

pertumbuhan jaringan dan kutikula. Selama tahap premolt, sel-sel epidermis mulai

memisahkan dari kutikula. Tahap molting adalah proses pelepasan karapas lama

dari tubuh udang. Pada tahap postmolt, kutikula udang galah masih tipis dan

lentur, serta terlihat adanya pertambahan ukuran tubuh udang (Wang etal., 2007

dalam Nor Faadila et al., 2012).Setelah molting, terbentuk karapas baru yang

bersifat lunak dan semakin lama akan mengeras. Kecepatan terbentuknya karapas

(24)

udang sangat lemah sehingga mudah diserang dan dimangsa oleh udang lainnya

(Wickins and Beard, 1978).

2.2Asam Amino Lisin

Asam amino merupakan bahan dasar yang dihasilkan dari proses

perombakan atau degradasi protein. Asam amino digunakan untuk membangun

protein jaringan. Asam amino dibagi menjadi dua kelompok, asam amino

esensial dan asam amino non-esensial (Tacon, 1987). Lisin merupakan asam

amino esensial yang berperan untuk pertumbuhan udang (Millamena et al, 1998).

Lisin berperan dalammengoptimalkan pemanfaatan asam amino lainnya, sehingga

jumlah protein yang termanfaatkan untuk pertumbuhan udang meningkat (Shah

Alam et al, 2005). Hal ini dikarenakan lisin dapat memberikan aminonya untuk

melengkapi pembentukan asam amino lainnya, tetapi tidak dapat dibentuk

menjadi lisin kembali (Poedjiadi,1994). Defisiensi lisin akan menyebabkan

terganggunya pertumbuhan dan menurunnya kemampuan pemanfaatan pakan

oleh udang (Wilson, 2002).

Lisin berperan dalam pembentukan karnitin. Karnitin diperlukan dalam

proses metabolisme lemak untuk membentuk atau menghasilkan energi, dimana

karnitin berperan dalam transportasi asam lemak rantai panjang ke dalam

mitokondria (Biswaset al., 2006). Karnitin berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan pembentukan energi dari lemak pada udang (Jayaprakas and Sambhu, 1996).

Defisiensi lisin berpengaruh terhadap penurunan kadar karnitin dari jaringan

tubuh, sehingga menyebabkan pembentukan energi dari lemak berkurang

(25)

Tingkat kebutuhan lisin yang berbeda dipengaruhi oleh kuantitas dan

kualitas protein (komposisi asam amino) yang tersedia dalam pakan (Millamena et

al., 1998). Hasil penelitian Nguyen Thi Ngoc Anh etal., (2009) menunjukkan kebutuhan lisin bagi udang galah sebesar 1,65 % dari jumlah pakan. Sedangkan

hasil penelitian Bhavan et al., (2010) menunjukkan kebutuhan lisin bagi udang galah sebesar 3,53 mg/g pakan.

Metabolisme lisin didahului dengan metabolisme protein, dimana

metabolisme protein terdiri dari dua proses utama, yaitu: transaminasi dan

deaminasi oksidatif. Transaminasi adalah proses katabolisme asam amino yang

melibatkan pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino

lain. Deaminasi oksidatif adalah pelepasan gugus amino (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009). Metabolisme protein didahului dengan degradasi protein

menjadi asam-asam amino. Kemudian gugus asam amino lisin dipecah atau

dilepaskan melalui deaminasi oksidatif di sel-sel hati. Hasil deaminasi berupa

asetil koenzim A. Asetil koenzim A merupakan senyawa penghubung untuk

memasuki siklus Krebs guna pembentukan energi. Energi tersebut akan

dipergunakan untuk produksi enzim, hormon, komponen struktural, protein darah

dan sintesa protein jaringan (Handajani dan Widodo, 2010).

2.3 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat (Sulmartiwi

dan Suprapto, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam variasi

pertumbuhan udang adalah faktor udangnya sendiri, lingkungan dan pakan yang

(26)

umur, aktivitas fisiologis. Faktor pakan yang mempengaruhi pertumbuhan adalah:

tipe diet dan feeding level. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan

adalah: oksigen, nitrogen, ammonia, suhu, daya racun dan kuantitas air

(Handajani dan Widodo, 2010).

Pertumbuhan diasumsikan sebagai pertambahan jaringan struktural, yang

berarti pertambahan (peningkatan) jumlah protein dalam jaringan tubuh. Hampir

semua jaringan secara aktif mengikat asam-asam amino dan menyimpannya

secara intraseluler dalam konsentrasi yang lebih besar, untuk dibentuk menjadi

protein tubuh (sel-sel tubuh) (Buwono, 2000).

2.4 Retensi

Retensi merupakan gambaran dari banyaknya zat makanan yang diberikan,

yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki

sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh udang bagi metabolisme

sehari-hari. Nilai retensi protein menunjukkan indeks deposisi protein sebagai

jaringan tubuh (dimanfaatkan bagi pertumbuhan) (Buwono, 2000).

2.4.1 Retensi Protein

Metabolisme protein digunakan untuk produksi enzim, hormon, komponen

struktural, dan protein darah dari sel-sel badan dan jaringan. Metabolisme energi

yang berasal dari protein didahului dengan degradasi protein menjadi asam-asam

amino, kemudian diserap dalam usus, ditransportasikan dalam darah, dan

digunakan oleh sel untuk mensintesa protein jaringan (Handajani dan Widodo,

(27)

Asam amino dapat dibagi menjadi dua kelompok, asam amino esensial

dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang

tidak dapat disintesis dalam tubuh. Asam amino non-esensial adalah asam amino

yang dapat disintesis dalam tubuh. Asam amino esensial yang dibutuhkan udang

adalah treonin, valin, leusin, isoleusin, triptofan metionin, histidin, lisin, arginin

dan fenilalanin (Tacon, 1987).

Retensi protein adalah perbandingan antara jumlah protein yang tersimpan

dalam bentuk jaringan ditubuh udang dengan jumlah konsumsi protein yang

terdapat dalam pakan (Barrows dan Hardy, 2001).Kualitas protein pada pakan

berhubungan dengan ketersediaan asam amino baik dalam jumlah maupun

jenisnya, yang berasal dari degradasi protein pada waktu pencernaan yang

kemudian diabsorbsi tubuh. Beberapa protein meskipun daya cernanya tinggi,

secara kualitas tidak mencukupi kebutuhan untuk sintesa protein dalam tubuh

karena tidak tersedianya satu atau lebih asam amino esensial, sehingga disebut

protein kualitas rendah. Sebaliknya protein kualitas baik mengandung semua asam

amino esensial yang memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan normal. Pemberian

pakan dengan protein kualitas rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan

terhambat (Tillman dkk., 1986).

2.4.2 Retensi Energi

Metabolisme adalah sejumlah proses yang meliputi sintesa (anabolisme)

dan perombakannnya (katabolisme) dalam organisme hidup, sehingga

menyangkut perubahan-perubahan kimia dalam sel hidup dimana penggunaan

(28)

dan sintesa jaringan-jaringan baru (Tillman dkk., 1986). Energi didefinisikan

sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan melalui katabolisme protein,

lemak dan karbohidrat dalam tubuh. Energi digunakan untuk pemeliharaan proses

kehidupan seperti metabolisme sel, pertumbuhan, reproduksi dan aktivitas fisik.

Sumber energi yang diperoleh udang berasal dari pakan yang mengandung

protein, lemak dan karbohidrat (Tacon, 1987).

Retensi energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang tersimpan

dalam bentuk jaringan ditubuh udang dengan jumlah konsumsi energi yang

terdapat dalam pakan (Barrows dan Hardy, 2001). Energi dalam pakan dianggap

sebagai Gross Energy (GE). Gross Energy didistribusikan dalam dua proses

kegiatan yaitu Digestible Energy (DE) yaitu energi yang dapat dicerna dan Faecal

Energy (FE) yaitu energi yang digunakan untuk kegiatan pembuangan hasil

eksresi pada udang berupa feses. Dalam proses pencernaan, energi didistribusikan

sebagai Metabolic Excretion dan Metabolizable Energy (ME). Metabolizable

Energy (ME) adalah energi dalam proses metabolisme. Metabolic Excretion

berupa energi dalam proses pembuangan urin (Urine Excretion) dan energi dalam

proses ekskresi di insang yang disebut Gill Excretion (GE). Metabolizable Energy

(ME) akan didistribusikan menjadi Specific Dynamic Action dan energi netto.

Specific Dynamic Action adalah energi dalam aktivitas metabolisme dan aktivitas

sehari-hari. Energi netto akan dipergunakan untuk kebutuhan pemeliharaan

(maintenance), pertumbuhan dan reproduksi (Buwono, 2000). Pembagian energi

(29)

Gambar 2.3. Pembagian energi pada udang Sumber. Buwono (2000).

2.5 Kebutuhan Nutrisi Udang Galah

Produktivitas hasil budidaya udang galah sangat ditentukan oleh pakan

yang diberikan. Kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi dalam pakan untuk udang

galah dapat dilihat di Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kebutuhan nutrisi udang galah Kandungan Kadar

Protein Minimal 28 % Lemak Minimal 5 % Serat Kasar Maksimal 6 % Kadar Abu Maksimal 14 % Kadar Air Maksimal 12 % Sumber. SNI (2006).

Udang dapat tumbuh normal apabila komposisi asam amino esensial

dalam pakan tidak jauh berbeda (mirip) dengan komposisi asam amino dalam

tubuhnya (Buwono, 2000). Komposisi asam amino udang galah dapat dilihat pada

(30)

Tabel 2.2 Komposisi asam amino udang galah (Bhavan et al., 2010)

Pertumbuhan udang yang baik, perlu didukung dengan pakan yang cukup

mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein, lemak dan

karbohidrat dalam pakan merupakan sumber energi bagi udang. Pemenuhan

sumber energi dalam pakan harus seimbang, karena kelebihan atau kekurangan

energi yang dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan (Tacon,

1987).

Pemberian pakan dengan kandungan energi yang tinggi menyebabkan

penurunan jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh udang, serta menyebabkan

timbulnya deposisi lemak yang berlebih dalam tubuh udang. Pemberian pakan

dengan kandungan energi yang rendah menyebabkan penggunaan sebagian nutrisi

yang dikonsumsi digunakan bagi pemenuhan kebutuhan energi, sehingga jumlah

nutrisi yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan udang akan berkurang.

(Robinson and Wilson, 1985 dalam Tacon, 1987).

Vitamin merupakan senyawa organik komplek yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh udang. Pada umumnya vitamin tidak dapat

(31)

salah satu vitamin dapat menyebabkan gejala tidak normal dalam hal morfologi

maupun fisiologi udang. Kebutuhan vitamin bergantung pada jenis udang, laju

pertumbuhan, komposisi pakan, kondisi fisiologis udang, serta lingkungan

perairan (Agustono dkk., 2011a).

Vitamin yang dibutuhkan oleh udang dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan, yaitu: vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin

yang larut dalam lemak terdiri dari vitamin A (retinol), vitamin D, vitamin E dan

vitamin K. Vitamin yang larut dalam air terdiri dari: vitamin B1 (Tiamin), vitamin

B2 (Riboflavin), vitamin B6 (piridoksin), niasin, asam pantotenat,

cyanocobalamin, biotin, asam folat, inositol, kolin dan vitamin C (asam askorbat)

(Tacon, 1987).

Mineral terdiri dari unsur-unsur anorganik. Udang membutuhkan mineral

untuk pembentukan jaringan, osmoregulasi dan fungsi metabolisme lain. Mineral

dapat diklasifikasikan menjadi makromineral dan mikromineral. Makromineral

yang dibutuhkan udang adalah: kalsium, fosfor, magnesium, klorida, natrium,

kalium dan sulfur. Fosfor adalah konstituen utama dalam pembentukan tulang.

Klorida, natrium dan kalium adalah elektrolit penting yang terlibat dalam

osmoregulasi dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Magnesium terlibat

dalam menjaga homeostasis intra dan ekstra seluler. Mikromineral meliputi

kobalt, kromium, tembaga, yodium, zat besi, mangan, selenium dan seng.

Defisiensi mikromineral pada udang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

(32)

2.6 Parameter Lingkungan Hidup Udang Galah

Lingkungan perairan yang digunakan untuk pemeliharaan udang galah

harus memenuhi parameter fisik, kimia, dan biologi. Selain itu, lokasi

pemeliharaan hendaknya jauh dari kegiatan lain yang menggunakan atau

menghasilkan pestisida, logam berat, dan bahan lain yang dapat menimbulkan

kematian udang. Secara umum parameter kualitas air yang perlu berupa: derajat

keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut, suhu, salinitas dan

ammonia (New, 2002).

Udang galah dapat hidup pada lingkungan perairan dengan pH berkisar 7

-9. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, udang galah membutuhkan

lingkungan perairan dengan pH 7 - 8,5. Pada lingkungan perairan dengan pH

kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5 udang galah dewasa masih dapat hidup dengan

pertumbuhan yang sangat lambat, sedangkan pada pH lebih dari 9 dapat

menyebakan kematian pada juvenile udang galah. Ketersediaan Dissolved Oxygen

(DO) atau oksigen terlarut didalam air dibutuhkan untuk respirasi udang galah.

Udang galah dapat hidup pada kisaran DO sebesar 3 mg/l atau lebih (D’Abramo et

al., 2006). Kadar DO yang optimal untuk udang galah sebesar 5 mg/l. Kondisi pH dan DO lingkungan perairan yang optimal sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan

udang galah, karena dapat mencegah timbulnya stress pada udang (D’Abramo et al., 2009).

Suhu optimal untuk pemeliharaan udang galah berkisar 25 oC sampai 32

o

C. Kondisi perairan dengan suhu dibawah 25 oC menyebabkan proses

(33)

dalam waktu singkat pada suhu 19 oC atau diatas 34 oC, sedangkan pada suhu 13

o

C dapat menyebabkan kematian pada udang (Tidwell et al., 2002).

Udang galah membutuhkan lingkungan perairan tawar dan perairan payau.

Mulaifase juvenile hingga udang galah dewasa membutuhkan perairan tawar,

sedangkan fase larva hingga postlarva membutuhkan perairan payau (Pusat

Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Larva dapat hidup pada perairan

payau dengan salinitas 9 - 19 ppt. Postlarva dapat hidup pada range salinitas yang

besar, sedangkan pertumbuhan postlarva yang optimal membutuhkan lingkungan

perairan tawar (D’Abramo dan Brunson, 1996). Pada budidaya udang galah,

ammonia berasal dari sisa pakan dan feses. Pada media pemeliharaan, kandungan

ammonia tidak boleh lebih dari 1 mg/l. Kadar ammonia yang terlalu tinggi dapat

menghambat pertumbuhan dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan

(34)

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Udang galah merupakan salah satukomoditas perikanan yang memiliki

nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan dengan sistem tradisional

maupun intensif. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal, pembudidaya

memacu pertumbuhan udang galah melalui penambahan feed additive pada pakan.

Penambahan lisin pada pakan komersial dapat dikatakan efektif, sebablisin

merupakan asam amino esensial yang berperan untuk pertumbuhan udang

(Millamena et al., 1998).Lisin berperan dalammengoptimalkan pemanfaatan asam

amino lainnya, sehingga jumlah protein yang termanfaatkan untuk pertumbuhan

udang meningkat (Shah Alam et al., 2005).Hal ini dikarenakan lisin dapat

memberikan aminonya untuk melengkapi pembentukan asam amino lainnya,

tetapi tidak dapat dibentuk menjadi lisin kembali (Poedjiadi,1994).

Penambahan lisin pada pakan komersial diharapkan mampu meningkatkan

nilai retensi protein dan retensi energi. Kandungan energi (protein, lemak dan

karbohidrat) dalam pakan akan dipergunakan untuk perawatan udang seperti

metabolisme basal, aktivitas, aktivitas renang, adaptasi terhadap suhu dan untuk

pertumbuhan (Buwono, 2000). Peningkatan nilai retensi protein dan retensi energi

menunjukkan jumlah protein dan energi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk

pertumbuhan semakin besar. Semakin banyak jumlah protein dan energi yang

diretensi merupakan indikator opimalnya nutrisi pakan (protein dan energi) yang

mampu memenuhi kebutuhan udang galah untuk meningkatkan laju

(35)

galah. Secara skematis kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar

3.1.

Gambar 3.1. Kerangka konseptual penelitian

3.2 Hipotesis

H0 : Penambahan lisin pada pakan komersial tidak berpengaruh terhadap retensi

protein pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

H0 : Penambahan lisin pada pakan komersial tidak berpengaruh terhadap retensi

energi pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Permintaan Pasar Udang

Galah Tinggi

Pemberian Pakan dengan Penambahan Lisin Hasil Produksi Budidaya

Udang Galah Kurang

Retensi Protein

Kebutuhan Nutrisi Telah Terpenuhi secara Optimal

Pertumbuhan Optimal

Hasil Produksi Budidaya Udang Galah Meningkat

(36)

H1 : Penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi protein

pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

H1 : Penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi energi

(37)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Juni 2014 di

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.Analisa proksimat pakan

udang dilakukan di Laboratorium Kimia, Universitas Muhammadiyah Malang.

Analisa retensi awal dan retensi protein akhir dilakukan di Unit Layanan

Pemeriksaan Laboratoris Konsultasi dan Pelatihan, Fakultas Kedokteran Hewan,

Universitas Airlangga. Analisa retensi energi akhir dilakukan di Laboratorium

Energi-LPPM ITS.

4.2.Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran

15x15x25 cm3 sebanyak 20 buah, aerator, selang aerasi, batu aerasi, seser,

baskom, kain lap, kantong plastikhitam, terpal, bak plastik, gelas ukur, timbangan

analitik, DO meter, ammonia test kit, pH paper dantermometer.

4.2.2 Bahan Penelitian A. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah tokolan udang galah

yang berasal dari BBUG Prigi. Bobot tubuh tokolan udang galah yang digunakan

(38)

B. Media Pemeliharaan

Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tawar

dengan volume 1,5 liter per akuarium.

C. Bahan Pakan

Asam amino yang akan ditambahkan adalah lisin. Komposisi nutrisi pakan

yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Komposisi nutrisi pakan

Komposisi Perlakuan

Kadar Air 10,0570 10,8653 11,3822 12,2140 11,5954 Energi (kal/g) 39987,4037 40414,0214 40518,3305 40587,2229 40651,5699

Lisin 0,7918 0,9017 1,0079 1,0992 1,1794

Keterangan: Hasil analisa proksimat Laboratorium Kimia, Universitas Muhammadiyah Malang (2014).

4.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental dengan lima perlakuan. Penelitian ini membandingkan pengaruh

antara perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 terhadap retensi protein dan retensi energi

udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

Kusriningrum (2008) menyatakan, eksperimen dapat didefinisikan sebagai

suatu tindakan yang dibatasi dengan nyata dan dapat dianalisa hasilnya.Penelitian

eksperimental digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel tertentu terhadap

(39)

variabel bebas, variabel tergantung dan variabel kendali (Nasution, 2003).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas, yaitu pakan komersial dan lisin

2. Variabel tergantung, yaitu retensi protein dan retensi energi

3. Variabel kendali, yaitu kualitas air berupa: suhu, pH, DO dan ammonia.

4.3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa rancangan acak lengkap

dipergunakan apabila media, alat dan bahan percobaan seragam atau dapat

dianggap seragam. Rancangaan acak lengkap hanya terdiri dari satu sumber

keragaman, yaitu perlakuan disamping pengaruh acak, sehingga hasil perbedaan

antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan dan pengaruh acak.

Penelitian ini melibatkan lima perlakuan, yaitu : P0, P1, P2, P3 dan P4 yang

diulang sebanyak empat kali. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan lisin

pada pakan komersial sebanyak lima perlakuan dengan empat kali ulangan, yaitu :

Perlakuan P0 : pakan tanpa penambahan lisin.

Perlakuan P1 : pakan dengan penambahan lisin sebanyak 0,5 %

Perlakuan P2 : pakan dengan penambahan lisin sebanyak 1 %

Perlakuan P3: pakan dengan penambahan lisin sebanyak 1,5 %

Perlakuan P4 : pakan dengan penambahan lisin sebanyak 2 %

Hasil penelitian Biswas et al., (2006) menunjukkan penambahan 1% lisin

(40)

windu (Penaeus monodon). Dosis penambahan lisin yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 0,5 %, 1 %, 1,5 % dan 2 % dari jumlah pakan.

Denah penempatan tiap perlakuan dan ulangan penelitian setelah

dilakukan pengacakan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Denah pengacakan penempatan perlakuan

4.3.2 Prosedur Kerja

A. Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan penelitian dengan membersihkan peralatan yang akan

digunakan. Peralatan berupa akuarium, bak plastik, baskom, seser dan terpaldicuci

menggunakan sabun dan dibilas kemudian dikeringkan. Aklimatisasi tokolan

udang galah dilakukan selama 3 hari. Kemudian dipuasakan selama 1 hari untuk

menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya. Media pemeliharaan yang akan

digunakan adalah air tawar. Air tawar tersebut diisikan sebanyak 1,5 L ke tiap

akuarium. Padat tebar udang galah 1 ekor/0,15 L. Masing-masing akuarium berisi

10 ekor udang galah.

P13 P24 P41 P33

P43 P31 P03 P14

P23 P44 P11 P04

P32 P01 P22 P21

P02

P42

P34

(41)

B. Penyediaan Pakan Udang Galah

Pakan berasal dari pakan komersial dengan penambahan lisin dan binder.

Komposisi bahan pakan disesuaikan dengan dosis lisin tiap perlakuan. Komposisi

bahan penyusun pakan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Bahan penyusun pakan Komposisi(100 g-1)

Tepung tapiokapada pakan digunakan sebagai binder. Hal ini bertujuan

ketika pakan udang diberikan,lisin yang terkandung didalamnya tidak larut dalam

air dan dapat dimanfaatkan oleh udang untuk sintesa protein tubuh (Shah Alamet

al., 2005). Sebelum digunakan sebagai binder, tepung tapioca dimasak dengan air

sambil diaduk hingga menjadi adonan yang mengental.

Lisin ditimbang sesuai dosis tiap perlakuan kemudian dicampur dengan 6

g adonan tepung tapioka. Campuran tersebut kemudian dicampur dengan pakan

komersial, serta ditambahkan dengan 15 g adonan tepung tapioka. Penggunaan

jumlah binder yang cukup banyak dikarenakan agar lisin dapat terlapisi sempurna

dan tercampur merata pada pakan komersial. Setelah semua bahan tercampur,

kemudian pakan dikeringkan pada oven dengan suhu 40oC.Setelah pakan tersebut

kering, diremahkan sampai menjadi bentuk flake (Richard et al, 2009). Pakan

(42)

C. Manajemen Kualitas Air

Pada proses pemeliharaan udang galah dilakukan manajemen kualitas

airdengan cara menyifon kotoran dan sisa pakan setiap hari pada pukul 15.00

WIB, serta dilakukan pergantian air sebanyak 50% saat penyifonan.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 28 hari. Pemberian pakan dilakukan

sebanyak 3 kali/hari pada pukul 08.00, 16.00 dan 21.00 WIB. Jumlah pakan yang

diberikan sebanyak 10% dari biomass udang galah (Nguyen Thi Ngoc Anh et al,

2009). Jumlah pakan yang diberikan ditentukan setiap tujuh hari, dilakukan

perhitungan biomass dengan cara penimbangan bobot seluruh populasi udang

galah.

Sampel udang galah pada akhir penelitian diambil untuk ditimbang dan

dianalisa protein dan energi sehingga didapatkan data perhitungan retensi protein

dan retensi energi udang galah. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar

(43)
(44)

4.4Parameter

4.4.1Parameter Utama

Analisa retensi protein dan retensi energi dilakukan pada akhir penelitian

untuk membandingkan pengaruh tiap perlakuan.

Perhitungan retensi protein (RP) dan retensi energi (RE) dirumuskan oleh

Lupatsch et al., (2010) adalah sebagai berikut:

RP = (bobot protein tubuh akhir – bobot protein tubuh awal) X 100 % total protein pakan yang diberikan

RE = (bobot energi tubuh akhir – bobot energi tubuh awal) X 100 % total energi pakan yang diberikan

Perhitungan retensi protein udang galah dilakukan dengan cara :

1) bobot protein tubuh udang awal :

kadar protein udang awal (%) X bobot tubuh udang awal (g)

2) bobot protein tubuh udang akhir :

kadar protein udang akhir (%) X bobot tubuh udang akhir (g)

3) total protein pakan yang diberikan :

kadar protein pakan (%) X jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

Perhitungan retensi energi udang galah dilakukan dengan cara :

1) bobot energi tubuh udang awal :

kadar energi udang awal (kal/g) X bobot tubuh udang awal (g)

2) bobot energi tubuh udang akhir :

(45)

3) total energi pakan yang diberikan :

kadar energi pakan (kal/g) X jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

4.4.2Parameter Penunjang

Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air media pemeliharaan

berupa: suhu, pH, DO dan ammonia. Pengukuran suhu menggunakan termometer

dilakukan setiap hari pada pukul 07.00 dan 14.00 WIB. Pengukuran pH

menggunakan pH paper dilakukan setiap tujuh hari pada pukul 14.30 WIB.

Pengukuran DO menggunakan DO meter dan ammonia menggunakan amonia test

kit dilakukan setiap tujuh hari pada pukul 07.30 WIB.

4.5 Analisa Data

Data retensi protein dan retensi energi udang galah dianalisa menggunakan

Analysis of Varian (ANOVA). Apabila hasil analisa statistik menunjukkan

pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata,maka dilanjutkan dengan

Uji Jarak Berganda Duncan untuk membandingkan pengaruh perlakuan.

(46)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Retensi Protein

Dari hasil penelitian didapatkan nilai retensi protein yang berkisar 45,3995

- 54,90425 %. Data retensi protein selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Data rata-rata retensi protein terdapat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rata-Rata Retensi Protein (%) Udang Galah Perlakuan Retensi Protein (%) ± SD

P0

P0 = pakan tanpa penambahan lisin (Kontrol) P1 = pakan dengan penambahan 0,5 % lisin P2 = pakandengan penambahan 1 % lisin P3 = pakandengan penambahan 1,5 % lisin P4 = pakandengan penambahan 2 % lisin

Hasil analisa statistik (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penambahan lisin

pada pakan komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

terhadap retensi protein udang galah. Grafik rata-rata retensi protein dapat dilihat

(47)

Gambar 5.1. Grafik Rata-Rata Retensi Protein (%) Udang Galah

Grafik diatas menunjukkan kenaikan retensi protein pada perlakuan P0, P1

dan P2, serta penurunan retensi protein pada perlakuan P3 dan P4. terlihat dalam

grafik bahwa retensi protein tertinggi terdapat pada P2 (54,90425 %) dan retensi

(48)

5.1.2 Retensi Energi

Dari hasil penelitian didapatkan nilai retensi energi yang berkisar 3,35425

- 4,959 %. Data retensi energi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Data

rata-rata retensi energi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rata-Rata Retensi Energi (%) Udang Galah Perlakuan Retensi Energi(%) ± SD

P0

P0 = pakan tanpa penambahan lisin (Kontrol) P1 = pakan dengan penambahan 0,5 % lisin P2 = pakan dengan penambahan 1 % lisin P3 = pakan dengan penambahan 1,5 % lisin P4 = pakan dengan penambahan 2 % lisin

Hasil analisa statistik (Lampiran 8) menunjukkan bahwa penambahan lisin

pada pakan komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

terhadap retensi energi udang galah.Grafik rata-rata retensi energi dapat dilihat

(49)

Gambar 5.2. Grafik Rata-Rata Retensi Energi (%) Udang Galah

Grafik diatas menunjukkan penurunan retensi energi pada perlakuan P0, P1

dan P2, serta kenaikan retensi energi pada perlakuan P3 dan P4. terlihat dalam

grafik bahwa retensi energi tertinggi terdapat pada P0 (4,959 %) dan retensi energi

terendah terdapat pada P2 (3,35425%).

5.1.3 Kualitas air

Data nilai kisaran parameter kualitas air pada pemeliharaan udang galah

(Macrobrachium rosenbergii) dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Nilai Kisaran Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan 28 Hari

No Parameter Satuan Kisaran

(50)

5.2 Pembahasan 5.2.1 Retensi Protein

Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang

diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun

memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta dimanfaatkan tubuh udang bagi

metabolisme sehari-hari (Buwono, 2000). Retensi protein secara tidak langsung

menggambarkan jumlah protein pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk

membangun jaringan protein tubuh (dimanfaatkan bagi pertumbuhan) (Halver,

1988).

Berdasarkan perhitungan data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata retensi

protein tertinggi didapat pada perlakuan P2 dengan perlakuan penambahan lisin

sebanyak 1 % dari jumlah pakan yaitu sebesar 54,90425%. Hal ini dapat diartikan

bahwa dari setiap 30,133 gram protein pakan yang dikonsumsi, yang dapat

dimanfaatkan oleh tubuh udang galah bagi pertumbuhannya adalah sebesar

(0,5490425 X 30,133 gram) atau 16,54429765 gram. Perhitungan retensi protein

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan analisa statistik menunjukkan bahwa penambahan lisin pada

pakan komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap

retensi protein udang galah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian lisin

sebagai feed additive pada pakan untuk udang galah tidak dapat meningkatkan

nilai retensi protein yang lebih baik dibandingkan pakan tanpa penambahan lisin

sebagai kontrol. Hal ini diduga karena protein yang telah diserap, terlebih dahulu

(51)

dalam tubuh untuk membangun jaringan protein tubuh (dimanfaatkan bagi

pertumbuhan)

Pertumbuhan diasumsikan sebagai pertambahan jaringan struktural, yang

berarti pertambahan (peningkatan) jumlah protein dalam jaringan tubuh. Cepat

tidaknya pertumbuhan udang, ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat

diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh udang sebagai zat pembangun. Hampir

semua jaringan secara aktif mengikat asam-asam amino dan menyimpannya

secara intraseluler dalam konsentrasi yang lebih besar, untuk dibentuk menjadi

protein tubuh (sel-sel tubuh) (Buwono, 2000).

5.2.2 Retensi Energi

Retensi energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang tersimpan

dalam bentuk jaringan ditubuh udang dengan jumlah konsumsi energi yang

terdapat dalam pakan (Barrows and Hardy, 2001). Kandungan energi pada pakan

digunakan oleh crustaceans untuk pertumbuhan, metabolisme, kebutuhan

pemeliharaan (maintenance), ekskresi ammonia, feses dan molting (Bhavan et al.,

2010).

Berdasarkan perhitungan data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata retensi

energi tertinggi didapat pada perlakuan P0 dengan perlakuan tanpa penambahan

lisin pada pakan yaitu sebesar 4,959 %.Hal ini dapat diartikan bahwa dari setiap

39987,40373 kal/g energi pakan yang dikonsumsi, yang dapat dimanfaatkan oleh

tubuh udang galah bagi pertumbuhannya adalah sebesar (0,04959 X 39987,4037

kal/g) atau 1982,975351 kal/g. Perhitungan retensi energi selengkapnya dapat

(52)

Berdasarkan analisa statistik menunjukkan bahwa penambahan lisin pada

pakan komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap

retensi energi udang galah. Hal ini diduga karena sebelum disimpan atau diretensi

dalam tubuh, energi yang diserap telah banyak dimanfaatkan oleh tubuh udang

untuk aktivitas, metabolisme dan kebutuhan pemeliharaan (maintenance).

Handajani dan Widodo (2010) menyatakan bahwa tidak semua energi yang yang

masuk dapat dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Energi yang masuk

akan digunakan terlebih dahulu untuk aktivitas, metabolisme, dan kebutuhan

pemeliharaan (maintenance). Kemudian sisanya digunakan untuk pertumbuhan

dan reproduksi.

Hal ini apabila dibandingkan dengan nilai retensi proteinnya maka dapat

dilihat hasilnya sama, yaitu pada analisa statistik retensi protein menunjukkan

hasil yang juga tidak berbeda nyata (p>0,05). Dengan hasil yang demikian maka

dapat diduga bahwa terjadi keseimbangan antara jumlah kandungan energi dan

protein pada pakan tiap perlakuan, sehingga kandungan energi dan protein yang

mampu diretensi dalam tubuh udang galah menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata (p>0,05).

Tacon (1987) menyatakan bahwa pemenuhan sumber energi (kadar energi

dan protein) dalam pakan harus seimbang, karena kelebihan atau kekurangan

energi dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan. Pemberian pakan dengan

kandungan energi yang rendah menyebabkan penggunaan sebagian protein untuk

pemenuhan kebutuhan energi, sehingga jumlah protein yang dapat dimanfaatkan

(53)

Hal ini juga didukung oleh pendapat Buwono (2000) yang menyatakan

bahwa keseimbangan antara kadar energi dan protein sangat berperan penting

dalam pertumbuhan, karena apabila kebutuhan energi kurang maka protein akan

dipecah dan digunakan sebagai sumber energi. Pemanfaatan sebagian protein

sebagai sumber energi ini akan menyebabkan pertumbuhan udang terhambat.

5.2.3 Kualitas Air

Kualitas air dalam budidaya udang memegang peranan yang sangat

penting. Kualitas air dapat didefinisikan sebagai kesesuaian air bagi kelangsungan

dan pertumbuhan udang, yang umumnya ditentukan oleh beberapa parameter

kualitas air (Mahasri dkk., 2009). Beberapa parameter utama kualitas air yang

diukur dalam penelitian ini yaitu, suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan amonia.

Nilai kisaran suhu selama penelitian berkisar antara 29-30 °C. Hal ini

sesuai dengan pendapat Tidwell et al., (2002) yang memberikan batasan nilai

toleransi udang galah terhadap suhu pada kisaran 25 oC sampai 32 oC. Kondisi

perairan dengan suhu dibawah 25 oC menyebabkan proses kematangan seksual

udang galah terganggu, sehingga menyebabkan sebagian energi yang seharusnya

digunakan untuk pertumbuhan dialihkan untuk proses kematangan seksual. Udang

galah masih dapat hidup dalam waktu singkat pada suhu 19 oC atau diatas 34 oC,

sedangkan pada suhu 13 oC dapat menyebabkan kematian pada udang (Tidwell et

al., 2002).

Hasil pengukuran Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut selama

penelitian berkisar antara 6,9-7,3 mg/l. D’Abramo et al., (2006) menyatakan

(54)

mendukung kehidupan udang galah secara normal. D’Abramo et al., (2009)

menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang optimal untuk pemeliharaan

udang galah tidak boleh kurang dari 5 mg/l.

Hasil pengukuran nilai pH selama penelitian berkisar antara 7-8. Hal ini

sesuai dengan pendapat D’Abramo et al., (2006) yang menyatakan nilai pH

optimal dalam pemeliharaan udang galah berkisar antara 7 - 8,5. Pada lingkungan

perairan dengan pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5 udang galah dewasa masih

dapat hidup dengan pertumbuhan yang sangat lambat, namun pH lebih dari 9

dapat menyebakan kematian pada juvenile udang galah.

Dalam budidaya sisa pakan dalam bentuk feses atau yang tidak termakan

berperan besar dalam penurunan kualitas air, ditandai dengan kandungan amonia

yang tinggi. Konsentrasi ammonia selama penelitian berkisar antara 0-0,25 mg/l.

Secara ideal konsentrasi ammonia yang terkandung dalam air tidak boleh lebih

dari 1 mg/l. Kadar ammonia yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan

(55)

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penambahan

lisin pada pakan komersial, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penambahan lisin pada pakan komersial tidak berpengaruh terhadap retensi

protein udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

2. Penambahan lisin pada pakan komersial tidak berpengaruh terhadap retensi

energi udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas pengaruh jenis feed additive lainnya

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aarumugam, P., P. S. Bhavan, T. Muralisankar, N. Manickam, V. Srinevasan and S. Radhakrishnan. 2013. Growth of Macrobrachium Rosenbergii Fed with Mango Seed Kernel, Banana Peel and Papaya Peel Incorporated Feeds. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology. 4:2. (12-25). 13 p.

Agustono., H. Setyono., T. Nurhajati., M. Lamid., M. A. Al-Arief., W. P.Lokapirnasari. 2011a. Petunjuk Praktikum Nutrisi Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 23.

Agustono., H. Setyono., T. Nurhajati., M. Lamid., M. A. Al-Arief., W. P.Lokapirnasari. 2011b. Praktikum Teknologi Pakan Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 3, 7.

Bhavan, P. S., S. A. Ruby, R. Poongodi, C. Seenivasan and S. Radhakrishnan. 2010. Efficacy of Cereals and Pulses as Feeds for the Post-larvae of the Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Journal of Ecobiotechnology 2:5 (09-19). 10 p.

Barrows, F. T and R. W. Hardy. 2001. Nutrition and Feeding. In: G. Wedemeyer (Eds). Fish Hatchery Management. Second Edition. American Fisheries Society. Bethesda, Maryland. p. 497-520.

Biswas, P., A. K. Pal., N. P. Sahu., A. K. Reddy., A. K. Prusty and S. Misra. 2007. Lysine and/or phytase supplementation in the diet of Penaeus monodon (Fabricius) juveniles: Effect on growth, body composition and lipid profile. Aquaculture 265 (253–260). 7 p.

Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Jogyakarta. hal. 11, 12, 13, 17, 18, 30.

Chowdhury, M. A. K., A. M. A. S. Goda., E. R. El-Haroun., M. A. Wafa., S. A. S. El-Din. 2008. Effect of Dietary Protein and Feeding Time on Growth Performance and Feed Utilization of Post Larva Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii (de Man, 1879). Journal of Fisheries and Aquatic Science 3 (1): 1-11. 11 p.

D’Abramo, L. R. and M. W. Brunson. 1996. Biology and Life History of

Freshwater Prawn. United States Department of Agriculture. Southern Regional Aquaculture Centre. 4 p.

(57)

D’Abramo, L. R.,J. L. Silva and M. O. Frinsko. 2009. Sustainable Farming of Freshwater Prawns and the Assurance of Product Quality. Division of Agriculture, Forestry, and Veterinary Medicine. Mississippi State University. 16 p.

Delbert, M. and Gatlin. Ill. 2010. Principles of Fish Nutrition. United States Department of Agriculture. Southern Regional Aquaculture Centre. 8 p.

Fengjun, Xie., Wenping, Zeng., Qicun, Zhou., Hualang, Wang., Tuo, Wang., Changqu, Zheng and Yongli, Wang. 2012. Dietary Lysine Requirement Of Juvenile Pacific White Shrimp (Litopenaeus Vannamei). Aquaculture 358-359. (116–121). 6 p.

Gatlin, D. M. and Peng Li. 2008. Use of Diet Additives to Improve Nutritional Value of Alternative Protein Source. In : Lim, C., C. D. Webster and Lee, C (Eds). Alternative Protein Sources in Aquaculture Diets. The Haworth Press, Taylor & Francis Group. New York. pp. 501-522.

Hadie, W. dan L. E. Hadie. 1993. Pembenihan Udang Galah. Kanisius. Yogyakarta. 110 hal.

Halver, J. E. 1988. Fish Nutrition. 2nd Edition. Academic Press. London. pp. 18.

Handajani dan W. Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. hal. 62-75, 98.

Jayaprakas, V. dan C. Sambhu. 1996. Growth Response of White Prawn (Penaeus indicus) to Dietary L-carnitine. Asian Fish. Sci. 9.(209–219). 10 p.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Indonesian Fisheries Statistic Index. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7667/optimalkan-lahan-sawah-kkp-galakkan-udang-galah-dan-padi/. 29 Januari 2014. 1 hal.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Indonesian Fisheries Statistic Index. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/9199/Produksi-Udang-Bisa-Capai-660.000-Ton-pada-2013/. 29 Januari 2014. 1 hal.

Krajcovicova-Kudlackova, M., R.Simoncic, A. Bederova, K. Babinska and I. Beder. 2000. Correlation of Carnitine Levels to Methionine and Lysine Intake. Physiol. Res. 49. pp. 399–401.

Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 43-63.

(58)

Mahasri, G., A. S. Mubarak dan M. A. Alamsjah. 2009. Bahan Ajar: Manajemen Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. hal. 7.

Millamena, O. M., M. N. Bautista-Teruel, O. S. Reyes and A. Kanazawa. 1998. Requirements of Juvenile Marine Shrimp (Penaeusmonodon Fabricius) for Lysine and Arginine. Aquaculture 164. (95–104). 9 p.

Nandlal, S. and T. Pickering. 2005. Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii) Farming in Pacific Island Countries. Volume One. Hatchery Operation. Secretariat of the Pacific Community and Marine Studies Program, The University of the South Pacific. Noumea, New Caledonia. pp. 2.

Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. 156 hal.

New, M. B. 2002. Farming freshwater prawns: A Manual for the Culture of the Giant River Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Food and Agriculture Organization (FAO). The United Nations. Rome. pp. 3, 12, 13.

New, M. B. 1980. Notes on The Crustacean Nutrition Papers Presented at The 11th Annual Meeting of The World Mariculture Society. Food and Agriculture Organization (FAO). The United Nations. Thailand.

Nguyen Thi Ngoc Anh, Tran Thi Thanh Hien, W. Mathieu, Nguyen Van Hoa and P. Sorgeloos. 2009. Effect of Fishmeal Replacement with Artemia Biomass as a Protein Source in Practical Diets for The Giant Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Aquaculture Research 40 (669– 680). 11 p.

Nhan, D. T., 2009. Optimization of Hatchery Protocols for Macrobrachium rosenbergii culture in Vietnam. Thesis. Ghent University. Belgium. 265 p.

Nor Faadila, M. I., K. V. Harivaindaran and A. Y. Tajul. 2012. Biochemical And Texture Property Changes During Molting Process of Tiger Prawn (Penaeus monodon). International Food Research Journal 20(2). (751-758). 7 p.

Poedjiadi, A. dan F. M. T. Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta. hal 301-305, 319.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

(59)

Rebecca, A. A. and P. S. Bhavan. 2011. Growth Performance of Macrobrachium rosenbergii Post Larvae Fed with Vegetable Wastes and Palmolein Supplemented Formulated Feeds. Recent Research in Science and Technology 2011. 3:10. (69-76). 7 p.

Richard, L., P. P. Blanc., V. Rigolet., S. J. Kaushik and I. Geurden. 2009. Maintenance and growth Requirements for Nitrogen, Lysine and Methionine and Their Utilisation Efficiencies in Juvenile Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Using a Factorial Approach. British Journal of Nutrition (2010). 103 (984–995). 13 p.

Shah Alam, Md., S. Teshima, S. Koshio, M. Ishikawa, O. Uyan, L. H. H. Hernandez and F. R. Michael. 2005. Supplemental Effects of Coated Methionine and/or Lysine to Soy Protein Isolate Diet for Juvenile Kuruma Shrimp (Marsupenaeus japonicus). Aquaculture 248. (13–19). 6 p.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7243-2006. 2006. Pakan Buatan untuk Udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. 11 hal.

Subekti, S., Kismiyati., Rosmanida., S. Andriyono dan K. S. Pursetyo. 2011. Buku Ajar: Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 168, 175, 176

Sulmartiwi, L dan H. Suprapto. 2011. Buku Ajar: Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 101.

Tacon, A. G. J. and C.B. Cowey. 1985. Protein and Amino Acid Requirements. In: Tytler, P. and P. Calow. (Eds.). Fish Energetics: New Perspectives. Croom Helm. London. pp. 155–183.

Tacon, A. G. J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp - A Training Manual : 1. The Essential Nutrients. Food And Agriculture Organization. The United Nations. Brasilia, Brazil.

Tidwell, J. H., S. Coyle., R. M. Durborow. S. Dasgupta., W. A. Wurts., F. Wynne., L. A. Bright and A. Van Arnum. 2002. Prawn Production Manual. Aquaculture Program. Kentucky State University. pp. 15, 18.

Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan. UGM. hal. 203.

(60)

Wickins, J. F. and T. W. Beard. 1978. Prawn Culture Research. Ministry of Agriculture Fisheries and Food. Conwy, Gwynedd. pp. 3.

(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kandungan Pakan Udang

Sampel Energi (kal/g)

Pembacaan Larutan Standar Lisin

P0 39889,653 Konsentrasi Absorbansi

40085,154 0g/100 g 0

P1 40394,430 0,1g/100 g 0,112

40433,613 0,2g/100 g 0,148

P2 40531,839 0,3 g/100 g 0,193

40504,822 0,4 g/100 g 0,222

P3 40612,828 0,5 g/100 g 0,282

40561,618 0,6 g/100 g 0,305

P4 40695,609 0,7 g/100 g 0,342

40607,530 0,8 g/100 g 0,389

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

Lampiran 4. Biomass Udang Awal, Biomass Udang Akhir, Total Konsumsi Pakan Udang Galah

(67)

Lampiran 5. Perhitungan Retensi Protein Udang Galah

Perlakuan Ulangan Bobot Protein Udang Awal

Gambar

Tabel
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Udang galah
Gambar 2.2. Siklus hidup udang galah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mendorong Pemprov di seluruh Indonesia untuk menerbitkan Perda/Pergub untuk melindungi usaha kecil & menegah, melalui pendekatan, audiensi dan pertemuan dengan pemerintah

Melalui pengelolaan konflik dengan cara kolaborasi, diharapkan akan meningkatkan efektifitas baik untuk individu ataupun bagi tim, dimana efektifitas ini akan

Menurut Varcolis (2006) individu yang beresiko tinggi terjadinya gangguan psikososial adalah individu yang mengalami masalah atau gangguan kesehatan fisik yang

Sementara itu, saran untuk pengembangan produk lebih lanjut antara lain (1) pengembangan perangkat pembelajaran yang berbasis learning cycle 7e ini masih terbatas pada

Jika melihat tujuan pendidikan tersebut, maka salah satu bidang pendidikan disiplin ilmu yang sangat cocok untuk mewujudkan tercapainya pembangunan karakter bangsa

Laporan akhir ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecepatan akses, kualitas gambar dan suara saat melakukan video conference dengan Skype di sebuah gedung yang

pertemuan sebelumnya, diawali dengan pembentukan kelompok 4 sampai 5 orang (penomoran), kemudian guru mengajukan pertanyaan kepada siswa (mengajukan pertanyaan),