• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG EKONOMI : BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG EKONOMI : BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRI PSI

R O N A L D V A N R O O M

I NTEGRASI N EGAR A- N EGAR A AN GGOTA ASEAN

DALAM BI DANG EKONOMI : BEBERAPA

PERM ASALAHAN YURI DI S

F A K U L T A S H U K U M U N IV E R S IT A S A 1R L A N G G A

S U R A B A Y A

(2)

INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG

EKONOMI: BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS

S K R I P S I

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI

SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAX GELAR

SARJANA HUKUM

oleh

RONALD VAN ROOM

NPM. 038532241

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

S U R A B A Y A

(3)

INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG

EKONOMI: BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS

S K R I P S I

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI

SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR

. SARJANA HUKUM

oleh

RONALD VAN ROOM

NPM. 038532241

Pembimbing

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

S U R A B A Y A

(4)

Diuji pada tanggal 25 Juni 1990

oleh :

Ketua

Sekretaris

Anggota

: Abdoel Rasjid, S.H., LL.M.

: E m a n , S .H ., M.S.

: Hermawan Ps. Hotodipoero, ScfH

J. Hendy Tedjonagoro, S.H.

I Wayan Titib Sulaksana, S.H.

(5)

ABSTRAK

I NTEGRASI NEGARA- NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BI DANG

EKONOMI : BEBERAPA PERMASALAHAN YURI DI S

VAN ROOM, RONALD

Pembimbing : Hermawan PS Notodipuro,SH.MS

KKB KK-2 INT 154/91 Van i

Copyrights @ 1991 by Airlangga University Library. Surabaya

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1945, berkembanglah berbagai ikhtiar kerjasama regional

di hampir seluruh kawasan penting, membaik di Eropah, Timur Tengah, Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu asumsi pokok yang mendasari kerjasama regional adalah bahwa kedekatan

geografis akan mempermudah upaya-upaya saling memahami di antara negara-negara bertetangga sehingga masalah-masalah yang mungkin dapat menjurus pada pertikaian berlanjut dapat dibatasi dengan segera atas dasar hidup berdampingan secara damai. Di samping itu ada pula kerjasama regional yang dilakukan atas dasar pembagian kerja di antara negara-negara yang berdekatan secara geografis dimana masing-masing negara memusatkan diri terutama pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang menurut hematnya paling kuat dimilikinya sambil menyerahkann bidang kegiatan ekonomi lainnya kepada negara tetangga yang lebih kuat mintanya terhadap

kegiatan-kegiatan tersebut.

(6)

It is not from the benevolence of the butcher, the bre­ wer, or the baker that we expect our dinner, but from

their regard to their self-interest. We address ourselves, not to their humanity, but to their self-love, and never talk to them of our necessities, but of their advantages.

ADAM SMITH, The Wealth of Nations

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat-NYA, karena

atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan

sehing-ga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

Pekerjaan penulisan skripsi ini sudah barang

tentu melibatkan berbagai pihak yang telah menyumbangkan

tenaga, pikiran serta dukungan moril maupun materiil.

Bebcrapa pribadi kiranya perlu saya kemukakan di sini

secara khusus, dengan tidak mengurangi penghargaan saya

kepada banyak pihak yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatunya.

Pertama, saya menyampaikan terima kasih yang

mendalam kepada Bapak Hermawan Ps. Notodipoero, S.H.,M.S.

yang telah bersedia membimbing saya untuk menyelesaikann

penulisan skripsi ini di tengah-tengah kesibukan beliau

baik sebagai Ketua Jurusan Hukum Internasional maupun

sebagai pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Air

-langga. Ueliau telah pula bersedia mencjuji skripsi

ter-sebut. Dnlam hubungan ini saya juga berterima kasih ke­

pada Bapak Harun Alsagoff, S.II.,M.A. yang telah

memL'iri-kan sumbangan pikiran dalam merumusmemL'iri-kan judul skripsi ini.

(8)

Ba-pak Abdoel Rasjid, S.H., LL.M., BaBa-pak Eman , S.H., M.S.,

Bapak J. IlGndy Tedjonagoro, S.H., Bapak I Wayan Titito

Su-laksana, S . II. , M.S., dan Bapak Djasadin Saragih, S. II., LL.M.

yang masing bertindak sebagai Ketua, Sekretaris dan

anggo-ta-anggota tim penguji skripsi ini.

Selanjutnya saya raengucapkan terima kasih kepada

Ibu Tetty Latupapua, yang pada saat pengumpulan data

un-tuk penuiisan skripsi ini menjabat sebagai Kepala Biro

Sosial Budaya Sekretariat Nasional Departemen Luar Negeri

RI dan kini menjabat sebagai Charge d'Affaires KBRI Brus­

sel di Belgia.

Secara khusus saya menyampaikan terima kasih yang

mendalarn kepada Papa dan Mama serta adik-adik tercinta :

Carla, Renata, Angela, Stella dan Fiona yang dengan

te-kun dan sabar memberikan dute-kungan rnoril maupun spirituil

demi suksesnya pendidikan saya di Fakultas Hukum

Univer-sitas Airlangga.

Akhirnya, kepada sejawat Mohammad Mudjib, S.H. sa­

ya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya karena se­

cara aktif turut serta memberikan masukan baik melalui

referensi maupun diskusi selama proses penyusunan skripsi

ini.

Seraoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala amal

baik mereka.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ... V

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... X BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan: Latar Belakang dan Rumus-annya ... ... ... 1

2. Penjelasan Judul ... 9

3. Alasan Pemilihan Judul ... 10

4. Tujuan Penulisan ... 11

5. Metodologi ... . 11

6 . Pertanggungjawaban Sistematika ... 13

BAB II KERANGKA DAN UNSUR-UNSUR KERJASAMA EKONO-MI PADA ORGANISASI REGIONAL 1. Penggolongan Organisasi Regional .... 20

2. Unsur-unsur Kerjasama Ekonomi pada MEE dan ASEAN ... 25

BAB III INTEGRASI EKONOMI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN: BEBERAPA KEMUNGKINAN DAN HAMBATAN-HAMBATANNYA 1. Kemungkinan Integrasi Ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN ... 55

2. Beberapa Masalah yang Dihadapi

(10)

Halaman

nagara Anggota ASKAN untuk Borintcgrasi

dalam Bidang iilkonomi ... 63

BAB IV XESIilPULAN DAN SARAN

3.. Kesinipulan ... ... 39

2.

Saran ... ... 70

DAFTAPv BACA A” 73

LAIiP I HA.'!-l a:;p i AM 7 5

(11)

1. THE ASEAN DECLARATION (BANGKOK DECLARATION)

0 August 1967

2. DECLARATION OF ASEAN CONCORD

3. TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST

ASIA

4. TREATY ESTABLISHING THE EUROPEAN ECONOMIC

COMMUNITY

Part One

Part Five

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

(12)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1. Perroasalahan: Latar Belakang dan Rumusannya

Suatu bangsa selalu mempunyai aspirasi hidup atau

karsa yang bersifat langgeng dan luhur. Aspirasi hidup

atau karsa tersebut kemudian diejawantahkan menjadi

tu-juan nasional, yang kemudian dijabarkan menjadi tujuan

jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Semuanya itu

kemudian dijabarkan ke dalam strategi dan politik

nasio-n a l .

Tujuan nasional, baik tujuan jangka panjang

mau-pun jangka pondek dari suatu bangsa pada umumnya

menda-sarkan kepada keinginan untuk mencapai kesejahteraan dan

keamanan. Upaya-upaya untuk mencapai kesejahteraan dan

keamanan bangsa dalam hubungan internasional dinamakan

kepentingan nasional. Di dalam suatu keluarga

bangsa-bangsakepentingan nasional suatu bangsa dapat sejajar/

seiring dengan kepentingan nasional bangsa lainnya,

te-tapi dapat juga berbeda dan bahkan saling bertentangan.

Tingkat perbedaan atau persamaan antara kepentingan na­

sional bangsa-bangsa yang tergabung di dalam suatu hubu­

ngan antar bangsa di suatu kawasan dapat berbeda dan

berubah-ubah menurut dimensi tempat dan waktu. Hal

(13)

berba-gai macam pertikaian (contention), persengketaan (con­

flict), dan kerjasama (cooperation).

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun

1945, berkembanglah berbagai ikhtiar kerjasama regional

di hampir seluruh kawasan penting, ■•baik di Eropah, Ti­

mur Tengah, Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu

asumsi pokok yang mendasari kerjasama regional adalah

bahwa kedekatan geografis akan mempermudah upaya-upaya

saling memahami di antara negara-negara bertetangga

se-hingga masalah-masalah yang mungkin dapat menjurus pada

pertikaian berlanjut dapat dibatasi dengan segera atas

dasar hidup berdampingan secara damai. Di samping itu a ­

da pula kerjasama regional yang dilakukan atas dasar

pem-bagian kerja di antara negara-negara yang berdekatan se­

cara geografis dimana masing-masing negara memusatkan

diri terutama pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang

menu-rut hematnya paling kuat dimilikinya sambil menyerahkann

bidang kegiatan ekonomi lainnya kepada negara tetangga

yang lebih kuat mintanya terhadap kegiatan-kegiatan

ter-sebut.^

Di Eropa setelah tercapainya perdamaian, timbul

suatu gerakan di antara orang-orang idealis untuk

(14)

nyatukan Eropa secara demokratis yang dimulai dengan

bi-dang ekonomi yangmotif dan tujuan awalnya bersifat

po-litis, yakni mencegah agar supaya perang tidak lagi

ber-kecamuk di Eropa, serta tidak hanyut dalam komunisme.

Upaya tersebut di atas memperolah dukungan dengan

diumum-kannya Rencana Bantuan Marshall atau yang lebih dikenal

dengan "Marshall Plan", dimana Amerika Serikat dalam

rangka kerjasama dengan negara-negara Eropa, memberikann

bantuan ekonomi dan keuangan dalam jumlah yang besar ser­

ta dalam jangka waktu panjang denbgan persyaratan agar

negara-negara yang tergabung dalam gerakan tersebut

membangun kembali negaranya yang telah hancur serta menga

-lami kerusakan berat akibat perang.

Negara-negara yang dimaksudkan di:atas yaitu

Jerman Barat, Belgia, Belanda, Luxemburg, Perancis, dan

Italia, selanjutnya menggabungkab diri ke dalam suatu

organisasi yang mereka sebut dengan Masyarakat Ekonomi

Eropa (The European Economic Community-EEC). Organisasi

ini bertujuan memajukan kerjasama ekonomi secara bersama

dan peningkatan aktifitas yang harmonis serta standard

hidup dan hubungan yang lebih besar guna memperbaiki

standard hidup dan hubungan yang lebih erat antara satu

dengan lainnya melalui suatu wadah kerjasama yakni

Pasa-ran Bersama (Common Market) melalui tahapan-tahapan

(15)

arah integrasi ini dimulai dengan landasan yuridis

Trae-ty of Romedi tahun 1957, yang bertumpu pada sistem

poli-tikdan sistem ekonomi yang pada dasarnya memiliki

kesa-maan antara negera-negara anggotanya.

Di kawasan Asia Tenggara, telah muncul juga suatu

organisasi regional yang pada deklarasi

pendiriannya,ya-itu Deklarasi Bangkok 1967, mempunyai maksud dan tujuann

untuk mengadakan kerjasama di bidang ekonomi,

sosial,bu-daya dan ilmu pengetahuan, yang disebut dengan Associat­

ion of Southeast Asian Nations (ASEAN). Organisasi re­

gional ini lebih menekankan kerjasama ekonomi dengan

per-timbangan bahwa stabilitas nasional khususnya dan regio­

nal pada umumnya sangat bergantung pada pembangunan eko­

nomi nasional maisng-masing negara anggotanya,

Berdasar-kan asumsi inilah maka pembangunan ekonomi mendapat

pri-2

o n t a s utama di semua negara ASEAN.

Selain itu kerjasama ekonomi dianggap lebih nyata

dan dapat dilaksanakan, walaupun pelaksanaannya ternyata

tidak semudah yang dibayangkan. Pemikiran ke arah kerja­

sama ekonomi yang lebih nyata ini dipengaruhi oleh

ada-nya keada-nyataan bahawa Masyarakat Ekonomi Eropa telah

mam-pu berfungsi dengan baik hingga saat ini.

Namun harus diingat bahwa latar belakang dari lahirnya

kedua organisasi regional tersebut dalam hal pemahaman

C.F.F. Luhulima, "ASEAN dalam Usia 19 Tahun: Ma-salah Keamanan Regional dan Nasional", Kompas, 8 Agustus 1986, h. IV.

(16)

tentang kedaulatan pada keikutsertaan sebagai negara

anggota pada suatu organisasi adalah berbeda, Pada

Ma-syarakat Ekonomi Eropa, kedaulaatan itu sangat

bergan-tung pada pemenuuhan terhadap kebutuhan yang sama pula,

dimana hal ini merupakan tantangan yang timbul setelah

Perang Dunia 11.^

Di lain pihak, ASEAN lahir sebagai akibat per

-kembangan politik di Asia Tenggara pada waktu itu yang

pada dasarnya membentuk ASEAN sebagai organisasi region­

al dengan suatu motivasi politik yakni keinginan untuk

menciptakan keamanan dan stabilitas regional yang meru­

pakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi masing - masing

negara anggotanya. Secara tersirat sikap politik ASEAN

tercermin pada pembukaan Deklarasi Bangkok 1967 sebagai

berikut:

Considering that the countries of Southeast Asia share a primary responsibility for strengthening the economic and social stabilityof the region and ensuring their peaceful and progressive na­ tional development, and that they are determined to ensure their stability and security from ex­ ternal interference in any form and manifestati­ o n ^ order to preserve their national identities

in accordance with the ideals and aspirations of their peoples.

Dari kenyataan tersebut di atas dengan jelas tergambar

keinginan negara-negara anngota ASEAN untuk

terselengga-ranya suatu tata regional dalam bidang politik dan

keama-Harun Alsagoff,"ASEAN Sebagai Pasaran Bersama Di-canangkan Kembali", Surabaya Po st, 29 Agustus 1986, hal.

(17)

na n .

Selain itu pilihan bentuk "association" atau

perhirapunan bagi ASEAN sendiri merupakan wahana kerja­

sama antara negara-negara berdaulat dimana kedudukan A ­

SEAN sendiri tidak berada di atas negara-negara, anggo­

tanya, akan tetapi berdiri di antara negara-negara

ter-sebut. ASEAN juga tidak membatasi keleluasaan negara

negara anggotanya sebagai akibat penyerahan sebagian

ke-daulatannya, akan tetapi lebih merupakan perwujudan ker­

jasama di antara negara-negara anggotanya atas dasar

ke-bijaksanaan negara-negara tersebut. ASEAN tidak

menurun-kan derajat negara-negara anggotanya dan tidak menuntut *

emansipasi antara pengaruh organisasi ASEAN sebagai p e r - '

wujudan komitment bersama dan pengaruh pemerintah negara

negara anggota ASEAN secara individual. Dengan demikian

ASEAN merupkan organisasi yang didasarkan atas prinsip

kesamaan derajat, prinsip menghormati integritas terri­

torial dan prinsip menghormati kedaulatan masing-masing

negara anggotanya. Jika dibandingkan dengan MEE, maka

organisasi yang disebut terakhir ini memilih bentuk

integrasi yang mempunyai ikatan dan konnsekuensi yang

lebih tegas dalam hal ikatan kerjasamanya. Hal ini

ber-beda sekali dengan bentuk perhimpunan (association) p a ­

da ASEAN.

Integrasi itu sendiri dapat diartikan sebagai

(18)

terpisah ke dalam suatu kesatuan yang serasi. Sedangkan

dalam pengertian ekonomi, integrasi diartikan pada satu

sisi sebagai suatu proses ke arah suatu tujuan tertentu,

sedsanhkan pada sisi lain diartikan sebagai suatu

keada-an (state of affairs). Ditinjau sebagai suatu proses

perkembangan, maka integrasi ekonomi meliputi

usaha-usaha diamana berbagai raacam diskriminasi yang menghambat

hubungan lalu lintas ekonomi antar negara

dihapuskan.Bi-la ditinjau sebagai suatu keadaan tertentu, maka integra­

si ekonomi dapat dilihat sebagai suatu keadaan dimana ti­

dak terdapat berbagai raacam diskriminasi antar negara

yang lazimnya terdapat dalam hubungan ekonomi internasi-4

onal. Dalam tulisan ini, saya akn mengartikan integrasi

ekonomi sebagai proses penghapusan diskrminasi antar

negara-negara yang tergabung dalam kerjasama regional,

yang meliputi usaha-usaha untuk menghapus segala

rinta-ngan yang menghambat lalu lintas perdagarinta-ngan, pembayaran

dan mobilitas faktor-faktor produksi. Di lain pihak in­

tegrasi ekonomi regional antar sekelompok negara

teretentu juga berarti bahwa diskriminasi dan rintangan

-rintangan terhadap negara-negara di luar kelompok regio­

nal ini tetap dipertahankan.

Thee Kian Wie, Seqi Ekonomi dari Masyarakat Eko­ nomi Eropa, Lembaga Research Kebudayaan Nasional/LIPI, Jakarta, 1972, h. 32 - 33.

(19)

Jika dibandingkan dengan kerjasama regional yang

berada di kawasan Asia Tenggara, yakni ASEAN, maka

ter-lihat bahwa kerangka kerjasama itu sendiri baru tertuang

dalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Declaration of ASEAN

Concord), yang ditandatangani pada tahun 1976 pada KTT I

ASEAN di Bali. Dan baru pada KTT III ASEAN di Manila pa­

da tahun 1987 kerjasama ekonomi ini lebih dipererat de­

ngan beberapa kerangka kerjasama ekonomi serta

program-program yang lebih nyata.

Dengan penjabaran di atas, dapat diberikan

gam-baran bahwa kerjasama regional dalam bidang ekonomi pada

organisasi regional tampaknya semakin menunjukkan hasil ’

yang lebih nyata dan menunjang pembangunan ekonomi

nega-ra-negara anggotanya.

Dalam kaitannya dengan kerjasama negara-negara di

kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN ini

se-hubungan dengan kondisi ekonomi negara-negara anggotanya

serta berbagai kebijakasanaan dalam bidang tersebut baik

dalam rangka ASEAN maupun kerjasama bilateral antar ne­

gara anggota ASEAN maka timbul permasaalahan-permasalahan

sebagai berikut. Pertama, dapatkah kerjaisama ekonomi intra

regional ASEAN ditingkatkan ke dalam suatu bentuk inte­

grasi?, dan kedua, sehubungan dengan permasalahan terse­

but pertama, harnbatan dan tantangan apakah yang menjadi

(20)

2. Penjelasan Judul

Skripsi ini merupakan suatu tinjauan yuridis

ter-hadap masalah kemungkinan berintegrasinya negara - negara

anggot.a ASEAN dalam bidang ekonomi.

Bahwa dalam rangka pembangunan bidang ekonomi di

kawasan Asia Tenggara, negara-negara anggota ASEAN telah

banyak menghasilkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang pada

hakekatnya bertujuan untuk menciptakan harmonisasi dalam

bidang tersebut. Meskipun secara eksplisit tidak pernah

dinyatakan bahwa harmonisasi kebijaksanaan tersebut

ditu-jukan untuk menciptakan suatu bentuk integrasi ekonomi

negaranegara anggota ASEAN. Akan tetapi dari kenyataan

-kenyataan yang tampak, terdapat langkah-langkah kongkret

yang memungkinkan ke arah integrasi tersebut. Dengan

de-mikiansecara implisit judul skripsi ini mengandung

pre-diksi bahwa suatu saat integrasi ekonomi tersebut akan

menjadi nyata.

Konsep integarsi mengandung pengertian yang luas

sekali. Oleh karena itu dalam judul skripsi saya

membata-sinya hanya dalam bidang ekonomi, sehingga pengertiannya

menjadi definitif.

Dari penjelasan tersebut di atas diharapkan dapat

diperoleh gambaran tentang maksud yang terkandung didalam

skripsi saya ini sekaligus menjadi jelas ruang lingkup

(21)

3. Alasan Pemilihan Judul

Seperti telah dikemukakan dalam penjelasan di atas

bahwa selama ini negara-negara anggota ASEAN telah banyak

menghaSIlkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam bidang

ekonomi yang mengarah pada terciptanya harmonisasi bidang

tersebut. Terutama sejak Konperensi Tingkat Tinggi (KTT)

I ASEAN yang diselenggarakan di Bali pada bulan Pebruari, •

1976, yang melahirkan Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Decla­

ration of ASEAN Concord) serta Perjanjian Persahabatan

dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Coo

-peration in Southeast Asia). Hal ini dipertegas lagi

de-ngan hasil-hasil KTT III ASEAN di Manila dimana

negara-negara anggota ASEAN telah menunjukkan beberapa langkah

kongkret menuju kerjasama ekonomi yang lebih mantap

seba-gaimana dicita-citakan dalam Deklarasi Bangkok.

Dari kenyataan-kenyataan tersebut saya melihat ada

nya kemurigkinan-kemungkinan pada negara-negara anggota

ASEAN untuk melangkah lebih maju, yaitu tidak saja

mewu-judkan kerjasama yang bersifat assosiatif tetapi lebih

dar'i itu menciptakan kerjasama ekonomi yang bersifat

in-tegratif, meskipun hal tersebut memcrlukan waktu. yang

rc-latif panjang. Hal-hal seperti itulah yang mendorong saya

untuk menilih judul sebagaimana tertera pada sampul

skrip-si ini.

(22)

khusus-nya antara negara-negara anggota ASEAN tidaklah

semata-mata hubungan internasional dibidang tersebut, akan

te-tapi hal ini sangat erat kaitannya dengan hukum interna­

sional. Dari sisi inilah saya berusaha memberikan

tinjau-an terhadap kemungkintinjau-an berltinjau-angsungnya integrasi ekonomi

bagi negara-negara ASEAN.

4. Tujuan Penulisan

Tujuan pertama penulisan skripsi ini adalah untuk

melengkapi salah satu tugas akademis untuk memperoleh

gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Air-langga.

Selain itu dengan penulisan skripsi ini saya

men-coba untuk berperan serta dalam menyumbangkan pikiran

yang saya tuangkan dalam bentuk karya ilmiah dalam ilmu

hukum umumnya dan ilmu hukum internasional pada khusus

-nya. Secara khusus skripsi ini bertujuan untuk

menganali-sis kemungkinan berintegrasinya negara-negara anggota AS­

EAN dalam . bidang ekonomi. Dengan demikian melalui penu

-lisan skripsi ini saya berusaha menginventarisir beberapa

yang telah ditempuh oleh negara-negara anggota ASEAN dan

kemungkinan-kemungkinannya untk berintegrasi serta

kenda-la-kendala apa yang meerintangi langkah-langkah itu.

5. Metodologi

a. Pendekatan inasalah

(23)

memperguna-kan pendekatan diskriptif, yuridis dan pendekatan politik

ekonomi. Pendekatan diskriptif maksudnya adalah bahwa

a-nalisis skripsi ini akan didahului dengan mengemukakan

gambaran tentang latar belakang sejarah berdirinya ASEAN

serta kondisi politik dan ekonomi negaranegara anggota

-nya. Selanjutnya ependekatan yuridis dimaksudkan bahwa

dalam rangka hubungan internasional khususnya hubungan

kerjasama antara negara-negara Asia Tenggara yang

terga-bung dalam ASEAN itu semuanya didasarkan pada

ketentuan-ketentuan yuridis baik yang dihasilkan oleh ASEAN sendiri

maupun maupun ketentuan-ketentuan hukum internasional

la-innya.

Akhirnya pendekatan politik ekonomi mesti dilakukn

dalam penyusunan skripsi ini oleh karena usaha

harmonisa-si kebijaksanaan negara-negara anggota ASEAN tidak dapat

dilepaskan dari faktor kepentingan ansional masing-masing.

Di samping itu karena latar belakang sistem politik dan

ekonomi negara-negara anggota ASEAN relatif berbeda satu

sama lain sehingga pendekatan tersebut terakhir ini ada­

lah sangat perlu.

b. Sumber data.

Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini

diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu berupa

buku-buku, majalah, surat kabar serta tulisan-tulisan atau

pen-dapat para ahli '..>aik yang diterbitkan maupun yang tidak

(24)

c. Prosedur pengumpulan data dan pengolahannya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan

data adalah pertaama, dengan mengklasifikasikannya

berda-sarkan urutan topik pembahasan dari permasalahan srkipsi

ini. Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan bahan-

ba-han penunjang lainnya. Dari baba-han-baba-han yang terkumpul

kemudian kemudian dilakukan pengkajian menurut pokok-

po-kok permasalahn skripsi ini.

d. Analisis data.

Analisis data yang telah terkumpul dilakukan dengan

menggunakan pendekatan deskriptif-komparatif. Maksudnya

bahwa data yang ada dipadukan dengan bahan penunjang lain­

nya di samping juga dipadukan dengan ketentuan-ketentuan

hukum internasional yang terkait dengan pokok permnasahan

skripsi ini.

6. Pertanqgungjawaban Sistematika

Skripsi ini dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu

pendahuluan, pembahasan dan penutup. Sedangkan analisis

pokok pev/rmasalahan itu sendiri akan ditempatkan pada Bab

II dan Bab III.

Setelah pendahuluan yang menguraikan garis besar

pokpk permasalahan di samping latar belakang penulisan

skripsi ini, dalam Bab II secara diskriptif-analitis saya

(25)

ekonomi pada organisasi regional. Dalam bab ini

pembahas-an akpembahas-an saya bagi dalam dua subbab ypembahas-ang masing-masing

a-akn meninjau kerjasama ekonomi baik yang terdapat pada

Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) maupun pada ASEAN sendiri.

Setelah memahami kerangka dan unsur-unsur kerjasa­

ma ekonomi, selanjutnya pembahasan akan terfokus pada

kondisi kerjasama ekonomi ASEAN itu sendiri, apakah kerja

sama itu diwujudkan menurut pola yang ada pada Masyarakat

Ekonomi Eropa atau pola khas ASEAN atau pola lainnya. Un­

tuk ini Bab III akan menganalisis kemungkinan-kemungkinan

ASEAN menuju pola Pasaran Bersama (Common Market) dalam

lapangan kerjasama ekonominya. Di samping itu bab ini

ju-ga akan mencoba mengetenju-gahkan hambatan-hamabatan dan

tantangan-tantangan yang mungkin menjadi penghalang

pelak-sanaan pola kerjasama tersebut.

Kesimpulan dari analisis tersebut di atas akan

ditempatkan pada Bab IV yang sekaligus sebagai penutup

skripsi ini. Dalam bab terakhir ini pula saya ketengahkan

(26)

KERANGKA DAN UNSUR-UNSUR KERJASAMA EKONOMI

PADA ORGANISASI REGIONAL

Regionalisme sebagai gejala kerjasama antar nega­

ra dalam suatu kawasan tertentu telah merupakan gejala

umum sesudah Perang Dunia II. Regionalisme sering

diang-gap oleh sebagian masyarakat dunia sebagai alternatif,

kalau tidak dapat dikatakan sebagai pengganti dari

glo-balisme yang mendasarkan diri kepada prinsip

unievrsali-tas. Kerjasama antar negara di dalam kawasan yang

terba-tas akan lebih mudah menciptakan penyesuaian kepentingan

serta memberikan kemungkinan pemecahan yang lebih besar

terhadap konflik-konflik lokal yang dapat mengancam

perdamaian di kawasan tersebut. Dengan demikian pengelom

-pokan regional di samping membantu terciptanya

keseimba-ngan dalam hubukeseimba-ngan di dan atau antar kawasan, juga da­

pat merupakan tahapan menuju terciptanya konsensuskon

-snsus global. Hal ini sesuai dengan pendapat Oppenheim

yang mengatakan bahwa :

In view of the wide geographic, economic, and cultu­ ral differences obtaining between States, the scope of the rules capable of universal application must necessarily be more limited than in the relation of individuals within States. These diversities bet­ ween States may render necessary development and adjustment on the basis of a regional community of interest, but such particular international law bet­ ween two or more States presupposes the existence

(27)

and must be interpreted in the light of principles of international law binding all States.5

Di samping itu maka dapat kita lihat pula penda

pat lain yang diajukan oleh Michael Leifer dalam tulis

-annya "Regionalism : The Global Balance and Southeast

Asia"^ bahwa :

The actual manifestation of regionalist behaviour on the part of States may derive from variety of sources. It may from a common senise of place and identity, from the prospect of mutual advantages in cooperation and from a perception of common of region represeneted in institutional form by sovereign States contigous to one another is, above all, a political expression.

Dari ungkapan Leifer itu jelas terlihat, bahwa faktor

timbulnya kerjasama atau organisasi rwegional bersumber

pada beberapa kepentingan, misalnya identitas dan tempat

atau kawasan yang sam a, prospek kerjasama ynag saling

menguntungkan serta kesamaan pandangan terhadap ancaman

dari luar.

Sementara itu Henry G. Schermers

mengidentifikasi-kan adanya tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya keingi­

nan untuk membentuk organisasi regional, yaitu:

(28)

b. Greater homogeneity... Regional cooperation is practiced between States with comparable pol­ itical systems and compatible cultural and eco­ nomic backgrounds ....

c. Divergent membership. ... to utilize the largest possible unit for each specific function. It would be pointless to regilate a matter solely for a small region if it could be regulated on a worldwide scale or within a larger region ....

Dari ketiga faktor tersebut di atas, faktor homogenitas

merupakan yang terpenting sebagai sumber kekuatan suatu 7

organisasi regional.

Sebagaimana telah saya uraikan di muka bahwa

ke-beradaan kerjasama atau organisasi regional itu telah di

akui oleh Perserikatan Banmgsa-Bangsa dan merupakan fak­

tor yang sangat membentu dalam rangka memelihara

perda-maian dan keamanan internasional. Pengakuan seperti itu

dapat dijumpai dalam Piagam PBB, khususnya Bab VIII yang

terdiri dari pasal-pasal 52, 53, dan 54. Dengan kata la­

in bahwa pasal-pasal tersebut merupakan landasan yuridis

bagi eksistensi kerjasama atau organisasi regional seba­

gai salah satu subyek hukum internasional.

Akan tetapi ketentuan dalam Bab VIII Piagam PBB

terseburt tidak menjelaskan apa dan bagaimana yang

dimak-sudkan dengan "regional arrangement" sehingga menimbulkan

(29)

paham-paham yang berbedA tentang pengertian konsep ter­

sebut.

Bunyi pasal 52 selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Nothing in the present Charter precludes the existence of regional arrangements or agencies for dealing with such matters relating to the maintenance of international peace and security as are appropriate for regional action,provided that such arrangement are consistent with the Purposes and Principles of the United Nations. 2. The Members of the United Nations entering into

such arrangements or constituting such agencies shall make every effort to achieve pacific set­ tlement of local disputes through such regional arrangemnets or by such regional agencies befo­ re refering them to the Security Council.

3. The Security Council shall encourage the deve -lopment of pacific settelemnt of local disputes through such regional arranegments or by such regional agencies either on the initiative of the States concerned or by reference from the Security Council.

4. This article in no may impairs the application of Article 34 and 35.

Kalau kita perhatikan ketentuan tersebut di atas

maka yang dimaksud dengan regional arrangement adalah

kerjasama yang dislenggarakan melalui suatu persetujuan

oleh beberapa negara yang ditujuakn untuk kepentingan

kawasan tertentu dalam rangka memclihara perdamaian dan

keamanan internasional . Dalam hal ini tidak jelas

apa-kah persetujuan itu diselenggarakan hanya terbatas oleh

negara-negara yang secara geografis berada dalam suatu

kawasan tertentu atau dapat juga oleh negara-negara yang

masing-masing berada dalam kawasan yang berbeda namun

(30)

tertentu.

Apabila keberadaan organisasi regional dikaitkan

dengan organisasi yang bersifat universal, yang

berda-sarkan kenyataan sejarah organisasi yang disebut

tera-khir ini tidak dapat terelakkan dalam perkembangan hu­

bungan international, maka meskipun keduanya seolah-olah

tampak saling bertentangan dalam hal pendekatan, tetapi

keduanya telah berperan di dalam usahanya untuk

mencip-takan ketertiban, keamanan dan kesejahteraan dunia.

Upaya itu dilakukan dengan cara mencari keseimbangan

pe-ranan di antara keduanya, sehingga kedua bentuk organi­

sasi ini bersifat saling menunjang dan dapat

menghindar-kan diri dari’ kemungkinan ketegangan atau persaingan

yang dapat mengancam ketertiban, perdamaian dan kesejah­

teraan yang telah ada. Kongkretnya, secara umum

tampak-nya organisasi regional sangat cocok untuk mendorong

dan mengembangkan secata intensif kerjasama antar nega­

ra, sedangkan organisasi global lebih berpeluang untuk

memecahkan masalah-masalah konflik antar negara. Dengan

demikian disadari bahwa regionalisme dapat merupakan

batu loncatan yang sangat efektif menuju globalisme.

Atas dasar pendirian tersebut, di samping merupakan

su-plemen, kerjasama regional juga merupakan tahapan ke

a-rah terciptanya sistem kerjasama global yanglebih

(31)

1. Penggolongan Organisasi Regional

Teoritis, adalah sulit untuk mendefinisikan peng­

ertian organisasi regional walaupun dalam kenyataan

se-ring digunakan pendekatan proksimitas geografis sebagai

landasan untuk menentukan organisasi regioanl. Oleh

karena penggunaan batasan geografis di dalam penentuan

organisasi regional ternyata juga tidak mudah karena ti­

dak adanya persepsi yang sama terhadap pembagian kawasan

dunia, maka untuk praktisnya proksimitas geografis digu­

nakan sebagai salah satu kriteria untuk menentukan orga­

nisasi regional, di samping memperhatikan pula

proksimi-tas-proksimitas politik, ekonomi, sosial budaya serta

proksimitas lainnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka o r ­

ganisasi regional sebaiknya diartrikan sebagai organisa­

si yang meliputu suatu segmen dunia yang diikat secara

bersama oleh serangkaian tujuan-tujuan bersama yang

di-dasarkan atas ikatan geografis, politik, ekonomi, sosial

budaya serta memiliki struktur formal yang berlandaskann

persetujuan-persetujuan formal antar pemerintah. Walau­

pun pengertian tersebut dapat meliputi kerjasama nila

teral, namun perhatian terutama ditujukan kepada kerja -g

sama antara lebih dari dua negara.

g

(32)

LJpaya lain yang digunakan untuk memaharni kebera

-daan organisasi regional adalah dengan melihat pembagian

dan penggolongannya berdasarkan sifat dan ruang lingkup,

fungsi, keanggotaan dan tingkat integrasinya. Dalam hal

ini Lynn H. Mille menggolongkan organisasi regional ke

dalam : (1) kerjasama (cooperation), (2) persekutuan (al-g

liance), (3) fungsional (functional). Sementara itu

sarjana lainnya, A Leroy Bennet, membaginya menjadi :

(1)■ Organisasi dengan tujuan ganda, (2) Persekutuan, (3).

Organisasi fungsional, dan (4) Komisi-Komisi Regional

P BB.^ Tampaknya pembagian dan pengolongan ini mirip

dengan pendapat sarjana yang disebutkan terdahulu dengan

sedikit modifikasi dan tambahan.

Organisasi dengan tujuan ganda (mutipurposes or ­

ganizations) adalah organisasi yang mempunyai tujuan dan

kegiatan politik dan militer di satu pihak serta

kegiat-an sosial budaya di lain pihak dapat dibedakkegiat-an secara

jelas. Termasuk dalam golongan ini adalah organisasi

negara-negara Amerika (OAS), Liga Arab, Organisasi

Per-satuan Afrika (OAU), dan organisasi negara-negara Ameri­

ka Tengah (OCAS).

Lynn H. Milled Regional Organization and Subodi-NATE Systems,

9

(33)

Organisasi Persekutuan adalah organisasi yang

orientasi militer dan politiknya terutama diarahkan un­

tuk mengamankan negara-negara angotanya dari ancaman

serangan dari luar. Organisasi-organisasi semacam ini

umumnya lahir sebagai akibat Perang Dingin sesudah

Perang Dunia II, yang cenderung bersikap tidak saling

mempercayai dan tidak bersahabat. Hal ini meruupakan

pencerminan dari suatu rasa tidak aman sebagai akibat

dari adanya ancaman suatu negara atau sekelompok negara

dimana diperlukan aksi bersama untuk menghadapinya. O r ­

ganisasi semacam ini sebenarnya bertentangan dengan

se-mangat yang tersirat dalam Piagam PBB yang menekankan

pentingnya pengharapan terhadap prinsipprinsip perti

-kaian secara damai dan tidak menggunakan kekerasan.

Termasuk dalam kategori organisasi ini adalah Organisa­

si Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Organisasi Perta

-hanan Negara-negara Pakta Warsawa, Organisasi Pertahan­

an Asia Tenggara (SEATO), CENTO, dan ANZUS. Organisasi

organisasi tersebut mengandung jaminan bahwa adanya

serangan bersenjata terhadap salah satu negara

anggota-nya akan dianggap sebagai serangan terhadap semua

anngyotanya, serta sering memiliki anggota yang berasal

dari luar kawasan dimana organisasi itu berada.

Komisi-Komisi Regional PBB adalah organisasi re­

(34)

dari sistem global PBB yangmempunyai tujuan utama untuk

membantu negara-negara anggotanya yang berupaya

mening-katkan kesejahteraan rakyatnya serta untuk meningmening-katkan

hubungan ekonomi baik di antara negaranegara anggota

-nya sendiri maupun dengan negara-negara bukan anggota.

Komisi-Komisi yang telah dibentuk oleh Badan tersebut

antara lain Komisi Ekonomi untuk Eropa (E C E ), Komisi

E-konotni untuk Asia dan Timur Jauh (ECAFE yang kemudian

diubah menjadi ESCAP pada tahun 1974), Komisi Ekonomi

untuk Amerika Latin (ECIA), Komisi Ekonomi untuk Afrika

(ECA), dan Komisi Ekonomi untuk Asia Barat (ECWA).

Organisasi Fungsional adalah organisasi regional

yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama

ekonomi,so-sial dan politik, diraana biasanya tidak mencakup kerja­

sama militer. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa orga­

nisasi regional yang termasuk dalam kategori ini

dimak-sudkan terutama untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di

antara negara-negara anggotanya. Dalam kaitannya

terda-pat suatu asumsi bahwa keberhasilan kerjasama di bidang

ekonomi di antara anggota-anggotanya akan mendorong ke­

berhasilan kerjasama di bidang politik bahkan dapat

menghapuskan hambatanhamabatan politik yang ada . Or

-ganisasi-organisasi yang termasuk kategori ini antara

lain : Benelux Economic Union, Masyarakat Ekonomi Eropa

(35)

Bila penggolongan dan pembagian organisasi regio­

nal tersebut di atas dikaitkan dengan keberadaan ASEAN

maka dilihat dari deklarasi pendiriannya, yakni

Deklara-si Bangkok, maupun dari segi tugas, fungDeklara-si dan

kegiatan-nya dapat digolongkan sebagai organisasi f ungsional.

Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar pembentukannya d e ­

ngan tandas mengatakan bahwa ASEAN bertujuan untuk

mem-percepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan

per-kembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara,

memeliha-ra perdamaian dan stabilitas regional, memajukan kerja

sama aktif dan saling membantu dalam mewujudkan kepenti­

ngan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik dan

admi-nistrasi. Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut ASEAN

dalam perkembangannya telah mengupayakan peningkatan ker­

jasama ekonomi, sosial budaya dan politik.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, saya

melihat bahwa ASEAN sebagai organisasi regional yang

berada di kawasan Asia Tenggara dengan Masyarakat Ekono­

mi Eropa (L4EE) di kawasan ERopa (baca: Eropa

Barat),mem-punyai titik persamaan yang mendasari kerjasama mereka

yakni kerjasama ekonomi dan keduanya tergolong sebagai

organisasi yang bersifat fungsional.

(36)

2. Unsur-unsur Kerjasama Ekonomi pada MEE dan ASEAN

a. Masyarakat Ekonomi Eropa (the European Economic

Community.

The European Economic Community (MEE) didirikan

berdasarkan The Treaty of Establishing the European Ec­

onomic Community atau yang lebih dikenal dengan the

Treaty of Rome dan . ditandatangani pada tanggal 25

Ma-ret 1957 di R o m a . ^

Berdasarkan Treaty of Rome tersebut, tujuan di

bentuknya MEE adalah untuk menciptakan suatu Pasaran

Bersama (Common Market) yang di dalamnya ditunjang oleh

beberapa aktifitas. Pasal 2 Treaty tersebut selengkapnya

menyatkan sebagai berikut:

It shall be the aim of the Community, by establish­ ing a Common Market and progressively approximat -ing the economic policies of Member States, to pro­ mote throughout the Community a harmonious develop­ ment of economic activities, a continuous and ba­ lanced expansion, an increased stability, an acce­ lerated raising of the standard of living and clo­ ser relations between its Member States.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka Pa­

sal 3 Treaty of Rome meletakkan prionsip-prinsip di da­

lam menjalankan aktifitasnya, yakni:

1) Negara-negara anggota MEE akan menghapuskan

tarif-Syahmin A.K., Pokok-Pokok Hukum Organisasi In­ ternational , Binacipta, Bandung, 1905, hal. 102.

(37)

tarif bea masuk, quota-quota dan lain-lain

rintang-an yrintang-ang menghambat lalu-lintas perdagrintang-angrintang-an antar

negara anggota tersebut;

2) Terhadap barang impor yang datang dari luar MEE

a-kan dikenaa-kan tarif bea masuk yang seragam (common

external tariff);

3) Negara-negara anggota MEE akan menghapus segala

rin-tangan yangmenghambat lalu-lintas faktor-faktor

pro-duksi antar negara anggota;

4) Negara-negara anggota MEE akan menempuh suatu

kebi-jaksanaan pertanian yang sama, dan suatu

naan transportasi yang sama, serta suatu

kebijaksa-naan yang sama pula terhadap persaiangan dalam dunia

usaha;

5) Negara-negara anggota MEE juga akan menyeragamkan

dan mengkoordinir kebijaksanaan moneter dan fiskal

mereka, serta kebijakasanaan sosial mereka.*^

Di samping ketentuasn-ketentuan tersebut,

ditetap-kan pula ketentuan-ketentuan untuk menciptaditetap-kan Bank

In-vestasi Eropa, Dana Sosial, Council, Commission, Assem­

bly serta Court of Justice yang mempunyai kewenangan

terhadap seluruh negara anggota MEE. Treaty of Rome juga

nengatur perluasan keanggotaan MEE yakni suatu negara

baru dapat diterima menjadi anggota penuh MEE, jika

(38)

dapat persetujuan bulat dari seluruh negara anggota.

Dari sekian banyak permasalahan yang diatur da­

lam Treaty of Rome, ketentuan-ketentuan penting yang

patut mendapat perhatian adalah yang menyangkut

pemben-tukan kesaTuan pabean (custom union). Seperti diketahui

bahwa dua ciri kesatuan pabean adalah penghapusan

sega-la rintangan tarif bea masuk dan rintangan non-tarif da­

lam perdagangan antar sesama negara anggota, dan pene

-tapan tarif bea masuk yang sama (common external tariff)

terhadap barang impor dari negara ketiga (lihat pasal 3

paragraf b ) .

Dalam penetapan terhadap tarif eksternal yang

seragam (common external tariff) yakni barang-barang im­

por yang berasal dari negara ketiga, maka negara-negara

MEE mengambil suatu patokan ketentuan yang berasal da ­

ri Persetujuan Umum tentang tarif-tarif bea masuk dan

perdagangan internasional ( General Agreement on Tariffs

and Trade - GATT) yang menyatakan bahwa tarif eksternal

yang seragam dari suatu kesatuan pabean tidak boleh

me-lebihi tingkat tarif bea masuk rata-rata yang berlaku

di negara-negara anggota sebelum pembentukan kesatuan 14

pabean tersebut. Ini mengandung pengertian ba hwa,

negara-negara yang mempunyai tarif bea masuk yang lebih

(39)

tinggi atau lebih rendah perlu menyesuaikan tarif

se-hingga pada akhirnya diperoleh keseragaman tarif. Akan

tetapi di dalam menghadapi permasalahan tersebut, yang

berkaitan dengan kepentingan masing-masing negara ang­

gota, tentu saja ketenbtuan-ketentuan tersebut di atas

tidak mudah untuk dilaksanakan.

Untuk menghadapi masalah tersebut, telah dite

-tapkan suatu masa transisi yang diberlakukan tidak saja

pada saat berdirrinya organisasi ini, tetapi juga pada

saat diterimanya negara anggota baru yakni selma 5 ta­

hun. Maksud diberlakukannya masa transisi tersebut bagi

anggota baru adalah untuk mencapai keserasian di antara

negara-negara anggota dengan dengan negara anggota baru.

Sedangkan bagi negara anggota baru pun akan merupakan

masalah yang tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan

ketentuan-ketentuan Treaty of Rome, khususnya dalam hal

perdagangan.

Pelaksanaan'the costum union' itu sendiri akan

dilakukan melalui tahapan berikut (pasal 14 Treaty of

R o m e ) :

Tahap I, akan dimulai pengurangan setahun setelah diber­

lakukannya Treaty ini, yangkemudian disusul dengan pengu­

rangan berikutnya 18 bulan kemudian, dan akhirnya pada

penghujung thaun keempat.

(40)

dimulai-nya tahap ini, yang selanjutdimulai-nya dilakukan 18 bulan

sete-lah berakhirnya pengurangan terdahulu, dan pengurangan

ketiga dilaksanakan setahun kemudian.

Tahap III, Jika masih diperlukan untuk dilakukan pengu­

rangan, maka akan diteruskan pada tahap ketiga ini yang

pelakasanaannya akan dikerahkan kepada Council setelah

menerima usulan dari Commission.

Dalam Treaty of Rome juga ditetapkan ketentuan

mengenai mobilitas faktor-faktor produksi dalam kawasan MEE, yang menegaskan secara bertahap pula akan

dihapus-kan segala rintangan yangmenghambat perpindahan

faktor-faktor produksi dari satu negara ke negara lainnya.

Dengan demikian ketentuan ini menegaskan hasrat negara

negara anggota MEE utnuk membentuk suatu Pasaran Ber

-sama (Common Market), dimana tidak saja terdapat

kebe-basan dalam lalu-lintas barang dan.jasa, tetapi juga

dalam lalu-lintas produksi. Hal ini di samping bahwa

buruh yang datang dari satu negara lain, berdasarkan

Pa-sal 48 Treaty, sesudah mendapat suatu pekerjaan harus

diperlakukan sama dengan buruh yang berasal dari negara

itu sendiri, juga modal dari suatu negara dapat masuk

dengan bebasnya ke negara anggota lainnya.

Untuk dapat melaksanakan aktifitas dalam rangka

mencapai tujuannya, MEE niemerlukan organ atau badan

pe-laksana. Menurut Pasal 4 Treaty, organ-organ MEE

(41)

a. Asembly (Parlemen Eropa),

b. Council (Dewan Menteri),

c. Commission (Komisi), dan

d. Court of Justice (Mahkamah).

a d . a . Assembly (Parlemen Eropa)

Assembly MEE, atau yang biasa disebut European

Parliament (Parlemen Eropa), merupakan badan yang

ber-anggotakan 142 orang dan dipilih oleh Parlemen

negara-negara angota (Pasal 138 paragraf 1 dan 2). Meskipun

sampai saat ini Parlemen masih mengadakan pemilihan

se-cara tidak langsung terhadap para anggotanya, namun

ke-lak dikemudian hari dicita-citakan untuk dike-lakukan d e ­

ngan cara "direct universal suffrage" dan "a uniform e ­

lectoral procedure" pada semua neagara-negara anggota

MEE seperti yang ditetapkan oleh Treaty of Rome Pasal

138 paragraf 1. Untuk merealisasikan citacita terse

-but, maka sebagai langkah awal telah disetujui suatu

konvensi dimana penduduk negara-negara "the Six", yakni

negara-negara pendiri MEE, dapat memilih langsung wakil

wakil mereka untuk duduk dalam Assembly.

Anggota Assembly dapat digolongkan dalam empat

partai politik yang diakui oleh Assembly, yakni:

1. Partai Kristen DEmokrat (Christian DEmocrats);

2. Paratai Sosialis (Socialist);

(42)

4. Partai Demokrat Eropa (European DEmocrat Union).

Keberadaan anggota di daalara Assembly tidaklah mewakili

negaranya, melainkan kelompok politik mereka .(irrespec­

tive of nationality).

Pembentukan partai politik yang ada, tidaklah

di-dasarkan pada ketentuan Treaty of Rome, melainkan

meru-pakan tujuan dari Assembly itu sendiri untuk mencapai

sovereignty dan independence terhadap peraturan yang

tetap dan tetap (Standing Orders).

Sidang Assembly dilakukan setiap tahun, pada hari

Selasa ketiga bulan Oktober

,

atau pada waktu-waktu ter­ tentu atas permohonan Commission, Council ataupun

per-mohonan yang didasarkan pada suara mayoritas Assembly

(Pasal 139).

Lebi jauh, badan ini bertugas memberikan nasehat

dan mengajukan usul pada Commission dan Council serta

mengawasi jalannya organisasi MEE khususnya pekerjaan

Commission. Organ ini dapat pula meminta

pertanggungja-waban baik lisan maupun tertulis kepada Commission (Pa­

sal 140 paragraf 3), dan bahkan memaksa anggota Commis­

sion untuk membuharkan diri dengan mengajukan mosi ti­

dak percaya yang harus didukung oleh dua pertiga dari

jumlah anggota yang hadir, dan meliputi suara terbanyak

( ^ + 1 ) dari seluruh anggota. Hal ini menunjukkan bah­

(43)

legisla-tif sebagaimana yang dimiliki oleh Parlemen di

negara-negara Eropa Barat, namun memiliki fungsi kontrol ter­

hadap Commission.Diharapkan nantinya Assembly, mempunyai

kekuasaan yang lebih besar, antara lain mengawasi bud­

get serta memiliki pengaruh politik yang berarti.

ad. b. Council (Dewan Menteri)

The Council merupakan "Supreme Decision Making

Body", yakni Dewan yang mempunyai kekuasaan tertinggi

untuk merencanakan serta memberi putusan terhadap semua

rencana. Keanggotaan dalam Council terdiri dari Mente­

ri Luar Negeri negara-negara anggota yang disebut

"A Minister for European Affairs or Minister for Europ­

ean Integration". Namun tidak selalu menteri tersebut

yang mewakili negaranya, namun menteri lain pun dapat

juga menjadi anggota, tergantung pada masalah yang

di-hadapi dan yang akan dibicarakan.^ Pertemuan

diseleng-garakan atas inisiatif ketua Council (Presiden Dewan) ,

yang dipilih secara bergantian di antara para wakil ne­

gara anggota secara alfabetis serta menjalankan tugasnya

selama 6 bulan, atau atas permohonan Commission mmaupun

atas permintaan salah satu anggota Council. Sebelum

acara pertemuan dibahas, maka terlebih dahulu

bahan-European Documentation, EEC Competition Rul es , Luxembourg: Office for Official Publication of European Community, 1983, hal. 12

(44)

bahan dipersiapkan oleh badan yang disebut Komite Wakil

tetap (Permanent Representative Committee), yang

diben-tuk undiben-tuk memudahkan tugas Council dalam menyiapkan

po-kok-pokok uraian agar dapat menghemat waktu dan mencip­

takan kelancaran kerja.

Tugas utama Council menurut Pasal 145 Treaty of

Rome adalah menjamin terselenggaranya kerjasama ekonomi

di antara negara-negara anggota dan mempunyai kekuasaan

menetapkan perundangundangan. Pasal tersebut menyata

-kan sebagai berikut:

...the Council shall ensure the coordination of the general economic policies of the Member States and dispose of a power of decision.

Dengan demikian secara rinci dapat dilihat tugas utama

Council antara lain mencakup:

a. Mengawasi permasalahan yang telah diajukan kepa­

da M E E .

b. Sesuai dengan Traety o f 'R o m e , Council harus

mem-pcrhatikanm kebijaksanaan ekonomi negara-negara

anggota. Fungsi ini dengan sendirinya menunjuk

pada kebijaksanaan ekonomi negara-negara

anngo-ta seperti yang tercantum dalam Treaty.

c. Council bertugas untuk mengadakan pemanduaN

TER-hadap kebijaksanaan para negara anggota secara

bertahap, di mana hal ini merupakan tujuan MEE.

(45)

a-kan memenuhi kewajibannya sebagaimana yang

dia-manatkan oleh Pasal 6 Treaty of Rome, yakni

me-ngadakan hubungan kerjasama yang harmonis d e ­

ngan MEE dalam rangka mengkoordinasikan

kebijak-sanaan ekonominya bagi tercapainya tujuan MEE.

Prosedur pemungutan suara di dalam Council dila­

kukan dengan cara "unanimously", "simple" atau "quali

-fied majority". Manurut Pasal 148 Treaty, Council mem­

punyai dua sistem pengambilan keputusan. Yang pertama

apabuila berkaitan dengan keinginan anggota, maka kepu­

tusan diamb.il dngan suarua bulat. Hal ini berarti

se-tiap anggota mempunyai hak veto. Dalam hal lain,Council

mengambil keputusan dengan suara terbanyak ( ^ + 1 ),

dan harus minimal 12 suara serta termasuk di dalamnya

4 negara anggota. Pengambilan suara seperti dilakukan

jika masalahnya diajukan oleh Commission. Untuk

memberi-kan rasa adil dalam kaitannya dengan negara besar ( The

Big Three), maka hak pemberian suara ini dibagi sebagai

berikut:

Jerman Barat, Perancis, Italia { the Big Three)

masing-inasing 4 suara;

Belgia,dan Delanda masing-masing mempunyai 2 suara;

Luxembourg hanya mempunyai 1 suara.

Namun dengan masuknya enam negara anggota baru, maka

komposisi suara mengalami perubahan, yakni:

(46)

masing-masing mempunyai 10 suara;

Belgia dan Belanda masing-masing mempunyai 5 suara;

Irlandia, Denmark, dan Norwegia masingf-masing mem­

punyai 3 suara;

Luxembourg mempunyai 2 suarA, scmentara Yunani,

Spa-nyol dan Portugal masing-masingmempunyai 1 suara.

Dengan demikian komposisi suara terbanyak dalam

pengambilan keputusan mengalarni perubahan pula, yakni 45

suara termasuk 6 negara anggota di dalamnya. Hal ini un­

tuk mencegah negara-negara besar memaksakan kehendaknya

terhadap negara-negara yang lebih kecil.

ad. c. Commission (Komisi)

Badan ini memegang kekuasaan eksekutif dan dapat

dikatakan sebagai pelaksana harian MEE yang menyerupai

"the High Authority" dan European Coal and Steel Commun­

ity (ECSC). Akan tetapi sejak 1 April 1967 beberapa or­

gan Eropa mengalarni peleburan dan menjadi "Single Organ'r

termasuk di dalamnya Commission dari badan-badan Eropa

(Commission of the European Communities) yang

keberadaan-nya menggantikan kedudukan "the High Authority" dari ECSC,

MEE sertaEUROATOM. Sehingga dengan demikian European Com­

mission menjadi suatu badan rangkap dari ketiga organi

-sasi Eropa yang tugas dan fungsinya menjalankan amanat

yang ditetapkan oleh Treaty of Paris dan Treaty of Rome.

(47)

dipilih dari para warga negara semua negara anggota ber­

dasarkan kemampuannya secara umum dengan masa jabatan 4

tahun. Masingmasing negara anggota tidak* dapat raenem

-patkan wakilnya lebih dari 2 orang di dalam Commission,

serta untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya ma­

ka setiap anggota tidak berada di bawah pengaruh negara

asalnya. Hal ini tampak oleh karena setiap anggota

sebe-lum mcmangku jabatannya harus inengangkat sumpah terlebih

dahulu di muka pengadilan Eropa bahwa ia akan bekerja

"completely independent and neither solicit not accept

instructions their government". Dan apabila di kemudian

hari ternyata anggota tersebut tidak inemenuhi kewajiban

yang dia emban, maka atas permintaan Council maupun

anggota Commission lainnya, menurut Treaty, pengadilan

dapat memberhentikan keanggotaannya dan dengan demikiann

hak atas jaminan pensiun maupun tunjangan lainnya akan ’

gugur (Pasal 160 Juncto Pasal 157 paragraf 2).

Selanjutnya Pasal 155 menyatakan tugas Commission

sebagai berikut:

... ensure the application of provisions of this Treaty and the provisions enacted by the institution of the Community... formulate recommendations or o p ­ inions in natters which are subject of this Treaty.

.. dispose of a power of decisions of its own and participate in the preparation of acts of the Coun­ cil and of the Assembly and exercise the competence confered on it by the Council for the implementation of the rules laid down by the letter.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji potensi antioksidan dari bebera- pa ekstrak Rubiaceae yang diteliti , diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang bervariasi dan berdasarkan data nilai peroksidanya

Terlihat pula bahwa frekuensi mutlak dan fekuensi relatif tertinggi untuk tingkat semai adalah pada Myristica sulcata Warb., dengan nilai sebesar 0,118 individu (39,716

dipilih oleh pihak ketiga yang bertikai, tetapi bisa juga mediator menawarkan diri. Mediator harus dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bertikai. Ketiga,

Setelah membaca teks, siswa dapat menyebutkan isi teks yang disajikan di WAG berkaitan dengan lingkungan sehat menggunakan bahasa lisan secara tepat.. Setelah

4 Karyawan harus berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi. 5 Karyawan harus saling bekerja sama untuk menghasilkan sinergi optimal

Untuk mengatasi permasalahan yang ada maka dibuatlah suatu aplikasi yang berguna untuk proses identifikasi citra kurma Ajwa, kurma Sukari, dan kurma Deglet Nour

Pada penelitian ini analisa dan pembahasan yang akan dilakukan mencakup 3 pokok bahasan, yaitu: (a) analisis letak keruntuhan bronjong pada tikungan 120 0 , (b) analisis