NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL
TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA
2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
LIA DWI PURWANTI
NIM: 111-12-131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Imam Mas Arum, M.Pd. Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : LIA DWI PURWANTI NIM : 111-12-1131
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA
BUYA HAMKA
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam siding munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Salatiga,2 September 2016
Pembimbing,
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL
DALAM NOVEL TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA
Disusun oleh LIA DWI PURWANTI
NIM: 111-12-131
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2016 dan telah dinyatakan
memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji :Mufiq, S.Ag, M.Phil
Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
Penguji II :Dr. Hj Lilik Sriyanti, M.Si
Salatiga, 22 September 2016 Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 10002 KEMENTRIAN AGAMA RI
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Lia Dwi Purwanti
NIM : 111-12-131
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikuti atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, September 2016 Penulis
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Dan menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.
(Al Maa-idah: 2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
KARYA BUYA HAMKA”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku pembimbing akademik.
6. Ayahku (Sumaryanto) dan ibuku (Supriyati) yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta tulus ikhlas dalam mendoakan agar perkuliahan dan skripsi ini segera selesai.
7. Kakakku (Eko Purnomo) dan adikku (M. Khoirurrofik) yang selalu memberi motifasi dan semangat kepada penulis.
8. Orang setia menungguku, menemaniku, dan memberi semangat (Saeful Anwar).
9. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan dan doa‟nya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga,31 Agustus 2016 Penulis
ABSTRAK
Purwanti, Lia Dwi. 2016 “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka” Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd. Kata kunci: Nilai dan Pendidikan Sosial
Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1). Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (2). Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (3). Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka pada PAI.
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diantaranya: Nilai pendidikan kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup. (2) karakter tokoh utama yang patut diteladani diantaranya: Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan bangsa, alam sekitar. (3) implikasi pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka pada PAI memberikan
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Penegasan Istilah ... 11
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Hamka ... 16
B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ... 19
C. Karakteristik Novel Hamka ... 21
D. Karya-karya Hamka ... 23
E. Unsur-unsur Intrinsik Novel ... 27
F. Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ... 42
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Nilai Sosial ... 46
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani ... 58
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial ... 71
1. Pendidikan Kasih Sayang ... 71
2. Pendidikan Tanggung Jawab ... 81
3. Pendidikan Keserasian Hidup ... 84
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani ... 91
1. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Tuhan ... 91
2. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri ... 95
3. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Keluarga .... 108
5. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Alam
Sekitar ... 112 C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Sosial dalam Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck pada PAI ... 116 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain (Soewandi, 2005: 107).
Pendidikan remaja, bukanlah hanya soal pendidikan dan pengembangan pengetahuan, apalagi hanya otak. Hal itu tidak cukup, karena hanya akan membawa orang mengerti, tetapi belum pasti bahwa mereka dapat hidup berselaras dengan Tuhan, orang tua, dan orang lain (Soewandi, 2005: 111)
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S Al
Hujuraat: 10).
Islam memandang bahwa bermasyarakat adalah suatu keharusan. Mustahil manusia dapat hidup terpencil seorang diri. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga sikap tolong menolong menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan setiap muslim diwajibkan untuk memikirkan keadaan masyarakat disekitarnya. Meski disisi lain Islam mengakui hak individu (HAM), bukan berarti seorang muslim boleh lepas tanggung jawab di dalam kehidupan bersama. Islam sangat menekankan pentingnya menghormati dan mencintai sesama.
dan keseimbangan akal dan tindakan yang bijaksana berdasarkan ajaran agama Islam.
Pendidikan sosial bukan hanya pengetahuan berupa hafalan saja, akan tetapi pengetahuan yang dapat membawa tumbuhnya kesadaran pada peserta didik mengenai pentingnya akhlak dan etika, adab serta norma-norma dalam masyarakat yang baik dan mendorong untuk berkehendak melakukan perbuatan yang penuh tanggung jawab.
Di era kemajuan teknologi yang sudah maju seperti zaman sekarang ini pendidikan tidak hanya diperoleh dari pendidikan sekolah atau lembaga formal lainnya. Namun pendidikan dapat diperoleh darimana saja, salah satunya dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas.
Sejalan dengan hal di atas seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan nama Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) menyampaikan pesan atau nilai pendidikan sosial melalui karya sastranya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sastra ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan juga perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan kisah cinta sepasang kekasih yang berakhir hingga kematian.
dikirim ke Makasar. Disini ia menikah dengan orang Makasar. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin.
Setelah Zainuddin dewasa ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia disambut dengan hangat, tetapi kemudian berangsul-angsur dingin, karena ia dianggap sebagai orang asing (karena ibunya bukan orang Minangkabau). Meskipun demikian Zainuddin tetap baik kepada keluarga dan masyarakat sekitar. Karena Zainuddin adalah sosok pemuda yang baik hati, dan lebih mementingkan orang lain atas dirinya sendiri. Seperti dalam kutipan novel berikut ini:
“Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 27).
Pendidikan yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang kepedulian kepada orang lain melebihi kepedulian kita kepada diri kita sendiri. Kutipan tersebutmengambarkan karakter tokoh utama, yaitu Zainuddin. Kepedulian Zainuddin terhadap orang lain yang begitu besar. Meskipun sebenarnya dia hidup dalam kesusahan dan memerlukan bantuan dari orang lain.
KARYA BUYA HAMKA sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan Sosial.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah ( Maslikhah,2013: 302)
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
2. Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dalam PAI?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dalam PAI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan terutama bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan sosial melalui seni sastra. Serta untuk menambah wawasan tentang keberadaan seni sastra( novel) yang memuat tentang pendidikan. 2. Manfaat praktis
Secara praktis, efektivitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada tiga, yaitu:
b. Bagi dunia pendidikan, setidaknya dapat dikaji lagi pada aspek-aspek lainnya secara mendalam sehingga lebih menginspirasi yang belum diketahui oleh orang banyak.
c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan ( library research), data mengenai penelitian ini diperoleh dari artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif( qualitative method) adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2008: 60).
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005:100). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
Peneliti mengkaji novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang merupakan sumber data primer penelitian dan menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung nilai-nilai pendidikan sosial serta buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan skripsi.
b. Metode Dokumentasi
Yaitu menggunakan bukti-bukti dan keterangan yang diperoleh dari buku. Yang datanya berupa data primer dan data sekunder. Data primernya adalah dokumentasi dari novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, dan data
sekundernya adalah data pustaka atau berbagai tulisan yang memiliki berkaitan dengan masalah penelitian untuk dipilah dan dipilih berdasarkan data untuk mempermudah dalam menganalisisnya.
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh(Arikunto,2006: 129). Dalam penulisan skripsi ini sumber data yang digunakan adalah sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri atas dua macam, yaitu:
Van Der Wijck karya Buya Hamka yang diterbitkan oleh Bulan Bintang
b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literature yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa buku, dan website.
4. Metode analisis data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Isi dalam metode analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007:49).
sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckkarya Buya Hamka
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data adalah:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
b. Langkah interprestatif, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan sosial.
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
F. Penegasan Istilah
a. Nilai
Nilai dapat diartikan sifat-sifat( hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999: 667).
Dalam garis besarnya nilai hanya ada tiga macam, yaitu nilai salah, nilai baik-buruk, dan nilai indah-tidak indah. Nilai benar-salah menggunakan kriteria benar atau benar-salah dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan dalam ilmu ( sains), semua filsafat kecuali etika mahzab tertentu. Nilai baik-buruk menggunakan kriteria baik atau buruk dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan hanya dalam etika. Adapun menetapkan nilai seni, baik seni gerak, seni suara, seni lukis, maupun seni pahat (Ahmadi, 2010: 50).
Dari beberapa pengertian dan pemikiran tokoh tentang nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia yang dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, indah dan tidak indah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pendidikan Sosial
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuantan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Bangsa dan Negara (Ensiklopedi pendidik,2009: 130)
Sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang mempunyai arti masyarakat. Kata sociates dari kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain (Agus, 1983:248)
Sedangkan yang dimaksud pendidikan sosial adalah pendidikan yang sejak kecil agar terbiasa mengerjakan dan menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bias tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, berkesinambungan yang matang dan tindakan yang bijaksana (Ulwan, 1981: 391).
Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimaksud adalah sesuatu yang berguna pada kehidupan bermasyarakat untuk membina kehidupan dengan lingkungannya.
hubungan tertentu. Sedangkan Soerjono Soekanto mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompoik, dan kelompok dengan antar kelompok. Hubungan sosial adalah hubungan timbal antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Hubungan sosial juga sering disebut dengan interaksi sosial ( Soerjono: 1987: 50). c. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang di tulis dan naratif yang biasanya adalah bentuk cerita (Maslikhah,2013: 126). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan, media penyampaian isi atau bahasa dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang mengandung karya sastra. Pada sisi lain dalam memaparkan isi, pengarang akan memaparkan melalui beberapa cara, yaitu: dengan penjelasan atau komentar, dengan dialog atau monolog, dan melalui action maupun perbuatan (Aminuddin, 1995: 66).
nilai-nilai pendidikan sosial dengan meneliti isi dan juga memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi yang disusun terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian awal bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman moto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis mengenai: Tentang nilai dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilai-nilai pendidikan Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck, karakter tokoh utama dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck, dan implikasi nilai-nilai pendidikan Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck pada PAI.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amarullah (HAMKA), lahir di Sungai Batang, Maninjau Sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 Februari 1908 M./13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat agama. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara.
Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau sering disebut Haji Rasul bin Syekh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Ia juga menjadi penasehat Persatuan Guru-Guru Agama Islam pada tahun 1920an, ia memberikan bantuannya pada usaha mendirikan sekolah Normal Islam di Padang pada tahun 1931, ia menentang komunisme dengan sangat gigih pada tahun 1920-an dan menyerang ordonansi guru pada tahun 1920 serta ordonansi sekolah liar tahun 1932 (Noer, 1985:46).
ayahnya, yakni Muhammad Amrullah. Dikenal sebagai ulama pengikut tarekat naqsyabandiyah (Samsul, 2008: 15)
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti( http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah, diakses tgl 12 mei 2016)
Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo (Dawam, 1993: 202).
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antara bangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia ( Hamka,1987: 19).
Pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka telah puang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam (http://vakho.multiply.com/journal/item/2/Biografi_HAMKA, diaksestgl 12 mei 2016 )Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan, tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan baik untuk diberlakukan dengan zaman sekarang.
B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Setelah menunaikan ibadah haji dan tinggal di mekah selama tujuh bulan ia pulang ke Tanah Air, atas perintah sang guru. Namun bukannya ia kembali ke Padang Panjang melainkan ia tinggal di Medan. Di Medan Hamka mulai mengirimkan tulisan-tulisannya untuk surat kabar pembela islam di bandung dan berkorespondensi dengan tokoh pembaharu islam. Selain itu Hamka juga bekerja di Harian Pelita Andalas dan menulis laporan-laporan perjalanan, terutama perjalanannya ke Mekah.
Tulisannya diminati banyak orang, dan pada tahun 1928 keluarlah buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau “Si Sabariyah”. Kemudian muncul buku-buku lainnya. Salah satunya adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pada awalnya novel ini ditulis di
majalah pedoman masyarakat secara bersambung.
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bukan hanya berisi tentang kisah cinta Zainuddin dan Hayati yang tidak dapat bersatu sampai ajal. Namun Hamka juga mengkritik mengenai persoalan adat yang berlaku di Minangkabau, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat.Hamka juga beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun
akal budi yang sehat. Kemudian juga untuk mengenang peristiwa bersejarah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang memakan korban.
Melalui novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka ingin memberitahukan tentang adat istiadat yang menyimpang dan penduduk materialistis yang berada di Minangkabau, juga adat yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Dan kenapa menggambil nama Van Der Wijck? adalah untuk memberitahukan kepada pembaca mengenai peristiwa bersejarah itu. Karena hanya sedikit orang yang tahu tentang sejarah dibalik monument Van Der Wijck yang diambil dari kisah nyata.
C. Karakteristik novel Hamka
Novel yang dihasilkan oleh Hamka berupa novel fiksi, meskipun bersifat fiksi namun Hamka menambahkan suatu momen atau kejadian yang benar-benar terjadi. Sebagaimana umumnya karya sastra yang baik dibangun atas serpihan kejadian nyata. Novel Hamka dipaparkan secara terperinci dan sangat detail, membuat pembaca merasa benar-benar mengetahui kejadian itu.
Karya-karya Hamka berisi tentang kritikan mengenai tradisi yang berlaku di Minangkabau yang tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Tradisi yang sering ia kritik melalui novelnya antara lain mengenai diskriminasi sosial yang ditentukan masalah asal-usul dan keturunan, selain itu juga mengenai nikah paksa. Dari sini Hamka ingin memberikan pemahaman bahwa nilai seseorang itu bukan dari keturunan, melainkan dari amal dan perbuatannya.
Begitulah karakteristik novel karya Hamka. Sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karya-karyanya.
D. Karya-karya Hamka
Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya merefleksikan kemerdekaan berpikirnya melalui berbagai mimbar dalam cerama agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai penulisyang sangat produktif, Hamka menulis puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa diantara karya-karyanya adalah sebagai berikut:
“Tasawuf; Perkembangan Dan Pemurniaannya”.Buku ini adalah
gabungan dari dua karya yang pernah ia tulis, yaitu “Perkembangan Tasawuf Dari Abad Ke Abad” dan “Mengembalikan Tasawuf Pada Pangkalnya”.
2. Lembaga Budi(1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab. Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang memegangpemerintahan, budi mulia yang seyogyanya dimiliki oleh seorang raja (penguasa), budi pengusaha, budisaudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, tinjauan budi, dan percikan pengalaman. secara tersirat, buku ini juga berisi tentang pemikiran Hamka terhadap pendidikan Islam, termasuk pendidik.
4. Lembaga Hidup(1962). Dalam bukunya ini, ia mengembangkan pemikirannya dalam XII bab. Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara sosial, hak atas harta benda, kewajiban dalam pandangan seorang muslim, kewajiban dalam keluarga, menuntut ilmu, bertanah air, Islam dan politik, Al-Qur‟an untuk zaman modern, dan tulisan ini ditutup dengan memaparkan sosok nabi Muhammad. Selain Lembaga Budi dan Falsafah Hidup, buku ini juga berisi tentang pendidikan secara tersirat.
5. Pelajaran Agama Islam(1952). Buku ini terbagi dalam IX bab. Pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari Tuhan, dan rukun iman.
6. Tafsir Al-AzharJuz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karyanya yang paling monumental. Buku ini mulai ditulis pada tahun 1962. Sebagian besar isi tafsir ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia menjadi tahanan antara tahun 1964-1967. Ia memulai penulisan Tafsir Al-Azhar dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an. Kemudian
secara berturut-turut dijelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an, isi mukjizat Al -Qur‟an, haluan tafsir, alasan penamaan tafsir Al-Azhar, dan nikmat Illahi.
Setelah memperkenalkan dasar-dasar untuk memahami tafsir, ia barumengupas tafsirnya secara panjang lebar.
terjang ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rosul. Hamka melukiskan perjuangan umat pada umumnya dan khususnya perjuangan ayahnya, yang oleh Belanda diasingkan ke Sukabumi dan akhirnya meninggal dunia di Jakarta tanggal 2 Juni 1945 (Baihaqi, 2007:62).
8. Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi Hamka.
9. Islam dan Adat Minangkabau(1984). Buku ini merupakan kritikannya terhadap adat dan mentalitas masyarakatnya yang dianggapnya tak sesuai dengan perkembangan zaman.
10. Sejarah umat Islam Jilid I-IV (1975). Buku ini merupakan upaya untuk memaparkan secara rinci sejarah umat Islam, yaitu mulai dari Islam era awal, kemajuan, dan kemunduran Islam pada abad pertengahan. Ia pun juga menjelaskan tentang sejarah masuk dan perkembangan Islam di Indonesia.
11. Studi Islam(1976), membicarakan tentang aspek politik dan kenegaraan Islam. Pembicaraannya meliputi; syari‟at Islam, studi Islam, danperbandingan antara hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam. 12. Kedudukan Perempuan dalam Islam(1973). Buku membahas tentang
13. Si Sabariyah (1926), buku roman pertamanya yang ia tulis dalam bahasa Minangkabau. Roman ;Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck(1979),Di Bawah Lindungan Ka‟bah (1936),Merantau Ke
Deli(1977),Terusir,Keadilan Illahi,Di Dalam Lembah Kehidupan,Salahnya Sendiri,Tuan Direktur,Angkatan baru,Cahaya Baru,Cermin Kehidupan.
14. Revolusi pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam Dan Demokrasi, Dilamun Ombak Masyarakat, Menunggu Beduk Berbunyi. 15. Di Tepi Sungai Nyl, Di Tepi Sungai Daljah, Mandi Cahaya Di Tanah
Suci, Empat Bulan Di Amerika, Pandangan Hidup Muslim (Hamka, 1987: 17).
16. Artikel Lepas; Persatuan Islam, Bukti Yang Tepat, Majalah Tentara, Majalah Al-Mahdi, Semangat Islam, Menara, Ortodox Dan Modernisme, Muhammadiyah Di Minangkabau, Lembaga Fatwa, Tajdid Dan Mujadid, dan lain-lain.
E. Unsur-unsur intrinsik novel
1. Tema
Tema dalam novel ini tentang kasih tak sampai, Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Mengisahkan tentang sepasang pemuda yang bernama Zainuddin merupakan pemuda tampan yang dulu ayahnya seorang bangsawan tetapi telah dibuang oleh keluarganya. Hayati sendiri anak seorang bangsawan yang patuh akan aturan-aturan. Keduanya harus menghadapi rintangan dan batas yang tak bias dilewati, yang pada akhirnya harus merasakan kekecewaan. Kisah cinta antara keduanya tidak bisa bersatu karena perbedaan dari segi ekonomi dan latar belakang sosial, karena Hayati terlahir dari keluarga yang berada dan memiliki kasta yang tinggi sedangkan Zainuddin walaupun ayahnya adalah seorang yang terkenal dulunya tapi sudah tidak bisa diandalkan karena sudah tiada, sehingga Zainuddin hidup sebatang kara dan tidak dihargai oleh keluarga Hayati.
Kutipan novel :
“Apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlayar lagi, di mana ia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau tak kelihatan. Demikianlah nasib
anak muda yang maksudnya tiada sampai”. ( Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :123)
2. Penokohan
a. Zainuddin
Seorang pemuda yang baik hati, alim, sederhana, memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, pemuda yang setia, sering putus asa, hidupnya penuh kesengsaraan oleh cinta, tetapi memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mudah rapuh.
Kutipan novel :
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli
seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan
orang lain”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 27)
b. Hayati
Hayati adalah perempuan yang sangat dicintai, penyemangat, mutiara oleh Zainuddin. Perempuan yang baik, lembut, ramah dan penurut adat. Perempuan yang pendiam, sederhana, dan memiliki kesetiaan perempuan yang menghormati ninik mamaknya, penyayang, memiliki belas kasihan, orang yang tulus, sabar dan terkesan mudah di pengaruhi.
Kutipan novel :
“Bagaimana yang akan baik kata ninik-mamak saja saya
menurut!”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :116).
c. Aziz
beriman, tidak bertanggung jawab dan dalam hidup hanya bersenang-senang, senang menganiyaya istrinya dan berputus asa. Kutipan novel :
“Bilamana hari telah malam, dia pergi ke tempat pergurauan,
melepaskan nafsu mudannya. Yang lebih disukainya ialah menghabiskan wang dengan orang yang tidak berketentuan.
Atau mempermainkan anak bini orang”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1990 :91)
d. Khadijah
Khadijah adalah sahabat Hayati sekaligus adik dari suaminya, yakni Aziz. Perempuan yang berpendidikan, berwatak keras, senang mempengaruhi orang lain, orang kaya, penyayang teman, merupakan orang kota, memiliki keinginan yang kuat.
Kutipan novel :
“Engkau puji-puji kebaikan Zainuddin, saya memuji pula kebaikannya. Tetapi orang yang demikian, di zaman sebagai sekarang ini tidak dapat dipakai. Kehidupan sekarang berkehendak pada wang dan harta cukup. Jika berniaga, perniagaannya maju jika makan gaji, gajinya cukup. Cinta
walaupun bagaimana sucinya semua bergantung pada wang!”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 94)
e. Daeng Habibah
Daeng Habibah adalah ibu dari Zainuddin. Daeng Habibah adalah orang yang sabar, lemah lembut serta keibuan, dan juga sangat mencintai pendekar sultan ( ayah Zainuddin )
“Ah Zainuddin!, ibumu, kalau engkau melihat wajah ibumu, engkau akan melihat seorang perempuan yang lemah lembut, yang dari sudut matannya terletak pengharapan ayahmu”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :18)
f. Datuk Mentari Labih
Datuk Mentari Labih adalah mamak dari pendekar sultan. Datuk Mentari labih adalah orang yang serakah dan sama sekali tidak memiliki rasa tanggung jawab. Selain itu dia memilikin sifat yang boros.
Kutipan novel :
“Mamaknya itu, usahakan menukuk dan menambah, hanya
pandai menghabiskan saja. Harta benda, beberapa tumpuk sawah, dan sebuah gong pusaka telah tergadai ketangan orang lain. Kalau Pendekar Sutan mencoba menjual atau menggadai pula, selalu mendapat bantahan. Selalu tidak mufakat dengan
mamaknya itu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :11)
g. Mak Base
Mak Base adalah ibu angkat Zainuddin, yang merawat sejak dia ditinggal oleh ibunya. Mak base memiliki sifat yang baik hati, penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Selain itu dia juga penuh dengan takhayul.
Kutipan novel :
“Tapi bukannya tidak sembarangan buka rupanya. Dia seorang perempuan tua yang penuh takhayul, sebelum dibuka dibakarnya dahulu kemenyan bercampur dengan setanggi
h. Muluk
Muluk adalah sahabat Zainuddin yang sekaligus telah dianggap seperti keluarga, selain itu dia adalah asisten Zainuddin. Muluk mempunyai sifat yang baik hati dan suka menolong.
Kutipan novel :
“Tetapi hatinya baik, barangkali dia bisa menolong
memberimu bicara, kalau pikiranmu tertumbuk”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :124).
i. Mak Tengah Limah
Mak Tengah Limah adalah mamak dari Hayati. Orang yang satu-satunya menghargai perasaan Hayati. Dia memiliki sifat yang baik hati, perhatian dan pengertian.
Kutipan novel :
“Mak-Tengah Limah menjawab bahwasanya cinta Hayati
masih lekat pada Zainuddin orang Makasar itu”. (
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :112)
j. Ahmad
Ahmad adalah adik Hayati yang berbakti terhadap kakaknya. Dia selalu menemani Hayati untuk bertemu Zainuddin. Dia pulalah yang berperan sebagai kurir pos surat-surat Hayati untuk Zainduddin.
Kutipan novel :
ke dangau itu kembali”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :55).
3. Alur
Menggunakan Alur maju-mundur, karena di dalam Novel tersebut banyak mengulang kisah masa lalu dari kehidupan Zainuddin. Seperti contoh dari awal cerita novel tersebut, terdapat bagian cerita tentang perjalanan hidup ayah Zainuddin yang diceritakan oleh Mak Base. Cerita dari Muluk tentang karya Zainuddin yang terakhir kalinya sebelum dia meninggal. Selebihnya menceritakan tentang masa depan kehidupan Zainuddin dan Hayati. Ada lima tingkatan alur yaitu :
a. Penyituasian ( situation )
Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Kutipan novel :
“Di tepi pantai, di antara kampung Baru dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan
khayal”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1990 :10).
b. Konflik
peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahab berikutnya.
Kutipan novel :
“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dusun kecil itu. Di dusun, belumlah orang dapat memandang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci. Yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut
ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari. Sehingga akhirnya telah menjadi rahasia umum.
Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata. Anak-anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah. Bagi mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan-akan kampung tak berpenjaga. Yang terutama sekali dihinakan orang adalah
persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan
buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik–mamak”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1986:57)
c. Tahap Peningkatan Konflik
pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin.
Kutipan novel :
“Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang makhluk yang tawakkal”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :118)
d. Klimaks
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Meskipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati. Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulangkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck.
Kutipan novel :
“Bila teringat akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati! kau mesti
pulang kembali ke Padang! Biarkanlah saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup
saya, orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau
e. Penyelesaian
Tahap penyelasaian ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan dia dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan ditemani Muluk sahabatnya, Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati.
Kutipan novel :
“Dia telah kuburkan di dekat pusara orang yang menjadi
angan-angannya selama hidupnya, kubur itu senantiasa dibelai dan diperbaikinya, ke sana selalu dia ziarah di waktu hari baik bulan purnama, dan disana dia kerap kali bermenung. Di sana dia kuburkan, karena di sana baru hatiku puas. Supaya kuburan dua sesaing itu dapat menjadi lukisan tamsil
dan ibarat bagi orang yang datang kemudian”. ( Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck, 1986:222)
4. Sudut Pandang
Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan
dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang.
“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”( 1990 :26)
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya
Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan
bahasa melayu yang baku.
Kutipan novel :
“Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak
akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat. Dari kecil
engkau kubesarkan, hidup dalam pangkuanku” (1990 :22)
6. Latar atau Setting
Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana
terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam suatu karya sastra. Jenis atau
macam-macam latar diantaranya sebagai berikut:
a. Latar waktu
Yaitu saat dimana tokoh atau pun si pelaku melakukan sesuatu
pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang telah terjadi.
a) Waktu senja
Kutipan novel :
“Di waktu senja demikian kota makasar kelihatan hidup“.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :9)
b) Waktu Sore
“Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan amat perlahan, menurutkan perintah dari alam gaib, berangsur turun ke dasar lautan yang tidak
kelihatan ranah tanah tepinya”. (Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, 1990 :9)
c) Senin, 19 Oktober 1936
Kutipan novel :
“Pagi-pagi hari senin, 19 hari bulan oktober 1936 kapal van der wijck yang menjalani ijin K.M.P dari
Mengkasar telah berlabuh di tanjung perak”.(
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :200)
d) Selasa, 20 Oktober
Kutipan novel :
“Besoknya hari selasa 20 Oktober, barulah Zainuddin kembali dari Malang, dia masuk kedalam umah dengan
wajah muram., terus ke kamar tulisnya”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :204)
b. Latar Tempat
Yaitu di mana tempat tokoh atau si pelaku mengalami kejadian
atau peristiwa didalam cerita.
a) Makasar
Makasar adalah tempat di mana Zainuddin dilahirkan.
Dan juga tempat Zainuddin di besarkan oleh pengasuhnya mak
Base.
Kutipan novel :
b) Dusun Batipuh
Batipuh adalah tempat dimana Hayati tinggal dan juga
tempat pertama kali Zainuddin dan Hayati bertemu.
Kutipan novel :
“Sudah hamper 6 bulan dia tinggal di dusun Batipuh,
bilamana dia pergi duduk-duduk ke lepau tempat anak-anak
muda bersenda gurau, orang bawa pula ia bersenda gurau”
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27).
c) Padang Panjang
Padang Panjang adalah tempat setelah Zainuddin
berpindah dari Batipuh, tempat Zainuddin menuntut ilmu,
tempat tinggal Khadijah dan juga tempat diadakannya pacuan
kuda.
Kutipan novel :
“Dipilihnya tempat tinggal di kampung silaing, penurunan
akan menuju kota padang, yang dari sana dapat dilihat kaki singgalang dengan bukit-bukitnya yang penuh ditumbuhi
tebu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :69).
d) Jakarta/ Batavia
Tempat Zainduddin dan temannya Muluk pertama kali pindah ke Jawa.
Kutipan novel :
bersama sahabatnya Muluk”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :155)
e) Surabaya
Tempat Zainuddin tinggal dan menjadi penulis, tempat pindahan kerja Aziz dan Hayati.
Kutipan novel :
“Oh, tuan Aziz ! dan Rangkayo Hayati ! sudah lama tinggal di
Surabaya ini ?” tanyanya sambil membungkukkan kepalanya member hormat.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :169)
c. Latar suasana
Yaitu situasi apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si
pelaku malakukan sesuatu
a) Mengharukan
Saat Hayati menerima cinta Zainuddin ketika Zainuddin menyatakan lewat surat dan bertemu di bentang sawah milik Datuk.
Kutipan novel :
“Saya cinta akan dikau, biarlah hati kita sama-sama dirahmati Tuhan. Dan saya bersedia menempuh segala bahaya yang akan menimpa dan sengsara yang
mengancam”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :55).
b) Menyenangkan
Kutipan novel :
“Alangkah beruntungnya mukanya amat jernih, matanya penuh dengan rahasia kesucian dan tabiatnya gembira”.
(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :31)
c) Menyedihkan dan Kecewa
Ketika Zainuddin hidup dengan sengsara, permintaan Zainuddin di tolak oleh keluarganya Hayati melalui surat ,dan juga ketika Hayati meninggal dunia.
Kutipan novel :
“Surat orang muda telah kami terima dan mafhum kami apa
isinya. Tetapi karena negeri minangkabau beradat, bulat kata dengan mufakat, maka kami panggilan kaum keluarga hayati hendak memusyawarahkan hal permintaan orang muda itu. Rupanya bulat belum segolong, picak belum setapik di antara kami semuanya, artinya belum sepakat. Oleh sebab kayu yang bercabang tidak boleh dihentakkan, maka kami tolaklah permintaan orang muda, dengan mengatakan terus terang bahwa permintaan ini tidak dapat
kami kabulkan”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,
1990 :117)
7. Amanat
Dalam novel ini mengandung nilai moral yang tinggi. Ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin.
Kutipan novel :
“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di
nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. (tenggelamnya kapal van der wijck, 1990 :223)
F. Sinopsis novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck
Zainuddin adalah anak orang buangan. Ayahnya yang bernama pendekar sultan, dibuang karena membunuh mamaknya soal harta pusaka. Pendekar sultan dibuang ke Cilacap, lalu dikirim ke Makasar. Di sini dia menikah dengan orang Makasar. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin.
Setelah Zainuddin dewasa, ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia disambut dengan hangat, tetapi kemudian beragsur-angsur dingin, karena ia dianggap sebagai orang asing (karena ibunya dianggap bukan orang Minangkabau)
Di sini ia berkenalan dengan Hayati, kembang desa dari Batipuh, Pandang Panjang. Pada mulanya mereka saling simpati dan berkembang menjadi saling jatuh cinta. Mereka saling mengutarakan perasaan hati lewat surat-surat, tetapi kemudian hubungan itu jadi tersiar dan menjadi bahan gunjingan orang-orang. Bukan oleh hal-hal yang melewati batas-batas susila, tetapi karena Hayati kemenakan (bangsawan Minangkabau )berpacaran dengan seorang anak orang Makasar.
Zainuddin itu telah membuat malu ia dan keluarganya serta kaumnya. Zainuddin diminta untuk meninggalkan Batipuh oleh sang Datuk. Zainuddin betul-betul terpukul jiwanya, yang halus dan penghiba. Sesudah ia menggusir Zainuddin, Datuk itu juga mendatangi Hayati. Ia juga mengingatkan bahwa hubungannya dengan Zainuddin bukan saja mustahil untuk dilaksanakan bahkan untuk disebut saja tidak pantas. Hayati mencoba membela hubungan mereka. Namun, mamaknya itu tetap tidak tergoyahkan.
Keesokan harinya Zainuddin meninggalkan negeri Batipuh dengan hati yang remuk rendam. Di tepi jalan menuju Padang Panjang Hayati sudah menunggu. Hayati menyampaikan perasaan hatinya dan bersumpah akan tetap setia pada Zainuddin. Zainuddin meminta tanda mata yang akan dijadikan azimat dalam kehidupannya kelak. Hayati memberi selendang dan beberapa helai rambutnya.
Zainuddin menetap di Padang Panjang. Walaupun jarak Padang Panjang dan Batipuh tidak jauh, tetapi ia tidak pernah lagi ke sana. Ia masih berhubungan dengan Hayati melalui surat-menyurat. Pada mulanya Padang Panjang adalah kota perniagaan, tetapi berubah menjadi kota pendidikan, pusat pendidikan agama di Minangkabau. Di sinilah tempatnya sekolah Diniyah, Sumatera Thowalid, Sekolah Normal, di samping beberapa pesantren lainnya. Di sinilah Zainuddin menuntut ilmu.
bertemu dengan Hayati ditempat pacuan kuda seperti yang mereka janjikan. Namun Zainuddin diejek oleh teman-teman Hayati. Sebaliknya dimata Zainuddin dalam diri hayati telah ada perubahan.
Di saat-saat yang demikianlah masuk orang lain dalam kehidupan Hayati. Orang lain itu adalah Aziz, kakak sahabatnya Khadijah. Keluarga Aziz datang untuk meminang Hayati. Meskipun ada beberapa keberatan, tetapi berkat tekanan Datuk lamaran itu diterima. Hal ini disampaikan kepada Hayati. Ternyata, meskipun dengan berat hati, Hayati menerimanya.
Sebelumnya Zainuddin juga telah mengirimkan surat resmi kepada Datuk yang berisi pinangan untuk meminta Hayati akan menjadi istrinya. Surat itu telah dibalas resmi pula oleh keluarga Hayati yang berisi penolakan terhadap pinangan itu. Sejak itu dan setelah diberitahu bahwa Hayati telah menikah dengan orang lain, Zainuddin jatuh sakit. Dalam sakitnya itu ia didampingi oleh Muluk. Zainuddin minta kepada Muluk untuk menyelidiki siapa Aziz, suami Hayati. Setelah diketahui siapa Aziz, Zainuddin mengirim surat beberapa kali kepada Hayati. Balasan Hayati adalah sebuah surat pendek, agar Zainuddin dapat mencari wanita lain untuk menjadi istrinya serta melupakannya.
sebagai seorang pengarang, kemudian ia pindah ke Surabaya. Zainuddin telah menjadi seorang pengarang yang terkenal, pencahariannya pun telah maju. Ia betul-betul telah berubah.
Sementara itu rumah tangga Hayati dan Aziz mulai goyah. Aziz ternyata tidak berubah sifat jeleknya yang lama, yaitu suka berjudi dan mabuk-mabukan. Aziz jatuh bangkrut. Zainuddin ikut membantu keluarga itu. Akhirnya Aziz meninggal, bunuh diri. Sebelum meninggal, ia mengirim surat masing-masing kepada Hayati dan Zainuddin. Isinya adalah agar mereka berdua bisa menikah.
Meskipun Hayati tinggal di rumah Zainuddin, tetapi mereka tetap berjauhan. Zainuddin tidak bersedia menikahi Hayati, meskipun dia dan Hayati masih saling mencintai. Zainuddin tidak dapat melupakan hinaan yang dilemparkan ninik-mamak Hayati. Selain itu ada anggapan masyarakat adalah pantang seorang pemuda makan sisa.
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Sosial
Kehidupan manusia tak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diintitusikan. Intituasional nilai yang terbaik adalah melalui nilai pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993 : 124)
Nilai sosial merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting atau berarti oleh masyarakat. Nilai sosial memberikan gambaran tentang tindakan yang perlu dan penting untuk dilakukan oleh anggota masyarakat dan tindakan apa yang tidak perlu dan tidak penting untuk dilakukan. Misalnya, orang-orang yang menganggap penting kesegaran jasmani akan berolahraga secara teratur dan menjaga menu makan dan minuman secara ketat, sebaliknya ia akan menghindari makanan yang berlemak dan minuman yang beralkohol. Dengan demikian nilai mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Jadi nilai sosial dapat diartikan sebagai nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat ( Harton, 1987: 71).
Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun dengan sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan penyesuaian sana-sini. Setiap individu saat ia dewasa membutuhkan sistem yang mengatur atau semacam arahan untuk bertindak guna menumbuh kembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat (Elizabeth, 1994: 45).
Nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai, diantaranya ialah a. Kasih Sayang ( Loves ), yang terdiri atas:
1. Pengabdian 2. Tolong Menolong 3. Kekeluargaan 4. Kesetiaan 5. Kepedulian
b. Tanggung Jawab ( Responsibility), 1. Nilai Rasa Memiliki
2. Empati
c. Keserasian Hidup ( Life Harmony). 1. Toleransi
2. Kerjasama
Dari penjelasan di atas, maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka sebagai berikut :
a. Kasih sayang 1. Pengabdian
(1) “,,Hayati!” kata muluk. ,,Sebenarnya tak sampai hatiku hendak melepas engkau berlayar seorang diri. Saya pun telah hendak ingin pula pulang ke kampung. Tetapi apakah akan dayaku keadaan belum mengizinkan. Sebab
itu berilah saya maaf dan janganlah kau berkecil hati”
Lama sekali Hayati baru dapat menjawab perkataan Muluk , lantaran air matanya terus cucuran bagai hujan lebat dengan tangis isak baru dia berkata:,,sampai hati
betul Zainuddin menyuruhku pulang, bang Muluk…”
,,kuatkan hatimu, hai perempuan muda! Jangan Tuhan kau lupakan, dia akan senantiasa sayang akan hambaNya!”
,,Insya Allah, bang Muluk!”
,,Sekarang saya turun, dan …selamat berlayar!”
,,Se…lamat…tinggal!” (Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :202).
(2) “Setelah terjadi pertemuan itu, pulang juga sedikit kesenangan hati Hayati. Karena rupanya masih ada di dunia ini orang yang pernah mencintainya dahulu. Dahulu!
Cuma yang diselidikinya meskipun hanya sekedar mau tahu-menurut sifat yang ada pada tiap-tiap perempuan: Apakah Zainuddin masih ingat kepadanya? Perkenalan mereka itu membesarkan hatinya, dia hendak tahu pikiran Zainuddin hanya sekedar tahu, lain tidak. Karena mungkin kepada pertalian yang telah dibuhulkan oleh kalimat suci, dia tak mau. Dia telah ditakdirkan Tuhan buat bersengsara. Dia akan melalui takdir itu sampai Tuhan sendiri pula yang membukakannya, yaitu dengan kafan
2. Tolong menolong
(1) “Untuk menghilangkan muka kurang jernih, maka bilamana orang pergi ke sawah, ditolongnya ke sawah, bila orang ke ladang, dia pun ikut ke ladang.” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27) .
(2) “Tuan Zainuddin!
Bersamaan dengan Anak ini saya kirimkan payung yang telah saya pinjam kemaren. Alangkah besar terima kasih saya atas pertolongan itu, tak dapat disini saya nyatakan: Pertama, di waktu hari hujan saya tak bersedia payung, tuan telah sedia berbasah-basahan hanya untuk memelihara diri seorang anak perempuan yang belum tuan kenal. Kedua, kesyukuran saya lebih lagi dapat berkenalan dan bersahutan mulut dengan tuan, orang yang selama ini terkenal baik budi, sehingga bukan saja rupanya hujan mendatangkan basah, tetapi juga mendatangkan rahmat.
Moga-moga pada suatu waktu kelak, dapatlah saya
membalas budi tuan” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :33).
(3) “Sambil menggeleng-gelengkan kepala dokter berkata :,, yang lebih baik, kita minta atas nama kemanusiaan supaya perempuan itu datang kemari, walaupun sekali saja! Agaknya dengan pertemuan itu dapatlah sakitnya
berkurang!”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:143).
(4) “Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera atau anak Makasar yang terlantar di kota Surabaya dan datang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka tidak akan meninggalkan rumah itu dengan tangan kosong.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :157)
(6) “Dia selalu suka membantu orang yang melarat, karena sebenarnya dia seorang yang melarat. Karena sebenarnya dia orang melarat. Kerap kali datang kepadanya anak-anak muda yang kekurangan ongkos buat kawin, meminta bantu kepadanya, dia keluarkan uang secukupnya untuk upacara itu. Karena katanya:,,saya merasai sendiri bagaiman pengaruhnya atas diri saya lantaran maksud tak sampai, biarlah anak muda itu tidak
menanggung apa yang pernah saya
tanggung”.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990
:189).
(7) “Setelah menyiapkan tempatnya ditolong oleh beberapa bacok Makasar yang baik hati itu .” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :203)
3. Kekeluargaan
(1) “Sehabis makan lohor, Mak Base mengeluarkan peti kecil simpanan uang itu dari dalam almari, seraya berkata kepada Zainuddin:,,Terimalah uang ini semuanya, inilah
hakmu, usaha dari ayahmu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :23).
(2) “Ada seorang sahabatnya sama bersekolah, bernama Khadijah, tinggal di Padang Panjang. Pada suatu hari dikirimnya sepucuk surat kepada Khadijah yang pada ketika membaca surat itu dapat diketahui bagaimana
perasaanya hatinya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, 1990 :38).
(3) “Persahabatan manusia yang didapat sesudah menempuh sengsara adalah persahabatan yang lebih kekal dari pada yang didapat di waktu gembira. Demikian pulalah di antara Zainuddin dengan Muluk.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :147).
Panjang. Saya hendak ke tanah Jawa. Di tanah Jawa
akan mempertahankan jika guru ditimpa susah!”
Dengan muka sangat girang Zainuddin menentang
mata Muluk:,,Benarkah abang mau pergi dengan daku?”
,,Benar, sebab dari pada guru banyak kebaikan yang akan saya contoh, saya hendak menuntut penghidupan
yang baru menanggalkan baju ,,perewa”saya. Saya
hendak tunduk dan kembali ke jalan benar, karena sejauh-jauh tersesat, kepada kebenaran pula kita akan kembali.
,,Sayapun perlu berdampingan dengan abang, kita tidak terpisah lagi, banyak pula kebaikan dan faham yang dalam-dalam yang perlu saya ambil dari pada abang
Muluk.”
,,Sampai mati menjadi sahabat,” kata Muluk.
,,Sampai mati menjadi sahabat.” Kata Zainuddin pula,
sambil bersalam-salaman yang lama sekali,,” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :154).
(5) “Persahabatan itu telah karib. Cuma yang selalu dielakkan benar oleh Zainuddin ialah bersua dengan Hayati berdua-dua. Kalau dia bertemu dengan Hayati
senantiasa di dekat suaminya.” (Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck, 1990 :177).
(6) “Muluk bercerita :,,Tidak kusangka-sangka bahwa guruku, sahabatku dan orang yang paling kucintai itu akan selekas itu meninggalkan saya.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :221).
4. Kesetiaan