• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI. mendorong permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan. Promosi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI. mendorong permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan. Promosi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Promosi / Bauran Promosi

Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran perusahaan dalam rangka mendorong permintaan konsumen atas produk yang ditawarkan. Promosi bertujuan untuk memodifikasi tingkah laku konsumen, memberi informasi produk kepada konsumen, membujuk atau memotivasi konsumen untuk membeli, dan mengingatkan konsumen tentang produk agar tidak beralih pada produk lain (Sangadji dan Sopiah, 2013:18). Promosi mencakup personal selling (penjualan pribadi) yaitu yang melibatkan komunikasi langsung antara penjual/produsen dan calon konsumen yang dapat dilakukan melalui telepon atau konferensi video internet, mass selling (penjualan massal) yaitu komunikasi dengan sejumlah konsumen pada waktu bersamaan, dan sales promotion (promosi penjualan) yaitu aktivitas promosi yang mendorong minat, keinginan untuk mencoba, atau pembelian oleh konsumen atau pihak lain dalam saluran tersebut yang biasanya berbentuk kupon, katalog, kontes, dan sebagainya.

2.1.1 Iklan

Iklan merupakan bagian dari bauran promosi (promotion mix) yang secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kertamukti, 2015:62). Sedangkan menurut Tjiptono (2008:226), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa

(2)

menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian.

2.1.2 Tujuan Iklan

Dalam memandang suatu tujuan periklanan, harus dari sudut pandang komunikasi, sehingga prinsip dasar periklanan yang baik merupakan periklanan yang dibangun dari keseluruhan rencana pemasaran dan melaksanakan elemen komunikasi dari program pemasaran (King dan Russel, 2009:48-49). Faktor utama dalam implementasi rencana pemasaran lazimnya adalah:

1. Keseluruhan rencana pemasaran.

Sasaran pemasaran diekspresikan melalui pendapatan penjualan yang diharapkan pada akhir tahun pertama atau persentase kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya.

2. Tujuan pemasaran.

Tujuan pemasaran harus dinyatakan secara jelas dan dapat diukur. 3. Strategi pemasaran.

Strategi merupakan rangkuman dari rangkaian tindakan umum untuk mencapai sasaran dan tujuan, maka setiap elemen fungsi pemasaran menyumbang untuk pencapaian sasaran.

4. Analisis situasi.

Berupa pernyataan manfaat produk serta data mengenai trend penjualan, lingkungan persaingan, dan ramalan industri terkait.

5. Masalah dan peluang.

Membuat rangkuman mengenai masalah yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, serta peluang yang ada.

(3)

6. Rencana keuangan.

Proyeksi berupa rangkuman laba atau kerugian yang diantisipasi selama berbagai kerangka waktu.

7. Penelitian

Perencanaan pemasaran berdasarkan penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan.

Menurut tujuannya, ada beberapa penggolongan iklan, yaitu sebagai pemberi informasi, persuasi, pengingat konsumen, penambah nilai, dan membantu aktivitas lain oleh perusahaan (Kertamukti, 2015:155).

Iklan informatif, bertujuan untuk membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan pasar tentang suatu produk baru, mengusulkan kegunaan baru suatu produk, memberitahukan pasar tentang perubahan harga, menjelaskan cara kerja suatu produk, menjelaskan pelayanan yang tersedia, mengoreksi kesan yang salah, mengurangi kecemasan konsumen dan membangun citra perusahaan, dan biasanya dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk.

Iklan persuasif, bertujuan untuk membentuk permintaan selektif untuk suatu merk tertentu, dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merk, mendorong alih merk, mengubah persepsi konsumen tentang atribut produk, membujuk konsumen untuk membeli sekarang, dan membujuk konsumen menerima, mencoba/mensimulasikan penggunaan produk.

Iklan pengingat, bertujuan untuk mengingatkan pada produk yang sudah mapan, dengan mengingatkan konsumen bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, mengingatkan konsumen dimana dapat membelinya,

(4)

membuat konsumen tetap ingat produk itu walaupun tidak sedang musimnya, dan mempertahankan kesadaran produk.

Iklan penambah nilai, bertujuan untuk menambah nilai merk pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas dan penguatan persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan menyebabkan merk dipandang lebih elegant, lebih bergaya, lebih prestisius, dan mungkin super dalam persaingan.

Iklan bantuan aktivitas lain, bertujuan membantu memfasilitasi aktivitas lain perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran, misalnya iklan membantu dalam pelepasan promosi penjualan (kupon), membantu wiraniaga (perkenalan produk), menyempurnakan hasil komunikasi pemasaran yang lain (konsumen dapat mengidentifikasi paket produk di toko dan mengenal nilai produk lebih mudah setelah melihat iklan).

Salah satu cara kreatif dalam beriklan untuk menyampaikan pesan adalah dengan menggunakan figur yang menarik perhatian (Kotler dan Keller dalam Kertamukti, 2015:68), salah satunya adalah dengan menggunakan orang-orang terkenal sebagai endorser (pendukung).

2.1.3 Jenis-jenis Endorser dalam Periklanan

Periklanan yang menggunakan endorser adalah iklan dengan tokoh atau idola masyarakat. Penggunaan endorser dimaksud untuk memberikan dorongan kepada pesan iklan agar lebih mudah diterima oleh konsumen dan mempermudah tumbuhnya keyakinan konsumen atas produk yang diiklankan. Dalam praktiknya, terdapat berbagai jenis endorser yang digunakan, tergantung pada jenis produk dan tujuan periklanan (Kertamukti, 2015:72).

(5)

1. Expert

Penggunaan tokoh yang memiliki keahlian pada bidang tertentu yang relevan dengan produk yang diiklankan. Penggunaan tokoh ahli ini dimaksudkan untuk lebih meyakinkan konsumen akan keunggulan teknis produk tersebut 2. Prominence

Penggunaan tokoh yang dikenal dan dipercaya oleh masyarakat. Penggunaan tokoh terkenal ini agar konsumen menganggap produk tersebut sebagai produk yang terkenal seperti tokoh endorser, produk yang memiliki kualitas yang baik karena digunakan oleh tokoh terkenal.

3. Celebrity

Penggunaan artis, penyanyi, bintang film yang disukai masyarakat luas untuk mengiklankan produk tertentu. Penggunaan artis ini agar konsumen juga menyukai produk tersebut seperti mereka menyukai artis atau bintang yang mengiklankannya.

4. Testimonial

Penggunaan tokoh yang berasal dari kalangan orang biasa yang dianggap netral (tidak memihak) unutk meyampaikan pernyataan (testimoni) tentang keunggulan suatu produk. Pernyataan orang biasa itu berfungsi untuk meyakinkan konsumen akan kejujuran produsen atas keunggulan produk tersebut.

5. Teresterial

Penggunaan orang biasa dan tidak komersial sesuai dengan lingkungan dimana produk tersebut dibuat/dipasarkan. Penggunaan tokoh ini agar

(6)

konsumen yakin dengan keunggulan suatu produk, melihat dari kesaksian masyarakat sekitar pabrik/daerah pemasaran produk tersebut.

6. Clientel

Penggunaan tokoh yang telah menjadi pelanggan/konsumen dari produk yang diiklankan. Penggunaan tokoh ini agar melalui pengakuan dari konsumen yang telah membeli/menggunakan produk tersebut, para calon konsumen yakin akan keunggulan produk yang diiklankan.

7. Leader

Penggunaan tokoh yang merupakan pemimpin pada bidang tertentu yang relevan dengan produk yang diiklankan, agar konsumen yakin dengan keunggulan produk yang ditawarkan.

8. Accesivist

Penggunaan tokoh yang memiliki keunikan pada bidang tertentu agar konsumen tertarik dengan penampilan tokoh unik, dan kemudian juga akan memperhatikan iklan yang ditayangkan.

9. Superiority

Penggunaan tokoh yang memiliki keunggulan/prestasi pada bidang tertentu, contohnya penggunaan atlet juara dalam suatu iklan produk.

2.2Celebrity Endorser

2.2.1 Definisi Celebrity Endorser

Menggunakan figur source (sumber) yang menarik perhatian dalam menyampaikan pesan iklan merupakan salah satu cara yang kreatif (Kotler dan Keller, 2006:506). Menurut Royan (2005:12) celebrity dianggap sebagai suatu alat yang dapat mewakiliki segmen pasar secara cepat.

(7)

Sedangkan menurut Shimp (2003:463), pertimbangan dalam memilih

celebrity endorser, yaitu: 1. Kredibilitas celebrity

Dalam kredibilitas, ada dua poin yang menjadi alasan utama seorang celebrity

dipilih menjadi endorser dalam iklan tertentu, yaitu dapat dipercaya dan memiliki keahlian. Orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tentang isu tertentu, seperti kehandalan merk, akan menjadi orang yang paling mampu meyakinkan orang lain untuk mengambil suatu tindakan. 2. Kecocokan Celebrity dengan Khalayak

Penggunaan atlet-atlet olahraga seperti superstar-superstar NBA yang menjadi endorser sepatu basket cocok dengan khalayak remaja yang ingin melempar bola basket dengan keras, melawan pemain lawan yang menghalang-halangi dan memasukkan bola dengan cara melempar sambil melompat pada jarak 24 kaki.

3. Kecocokan Celebrity dengan Merk

Para eksekutif periklanan menuntut agar citra celebrity, nilai dan perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merk yang diiklankan.

4. Daya Tarik Celebrity

Dalam memilih celebrity sebagai pembicara, para eksekutif periklanan mengevaluasi aspek yang berbeda yang dapat disatukan di bawah sebutan umum “daya tarik”. Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dimensi penting dari konsep daya tarik. 5. Pertimbangan lain

(8)

Pertimbangan lain dalam memilih celebrity adalah biaya untuk memperoleh layanan celebrity, besar-kecilnya kemungkinan bahwa celebrity akan berada dalam masalah setelah suatu dukungan dilakukan, sulit atau mudahnya ia bekerjasama, berapa banyak merk lain yang sedang didukung celebrity, karena bila seorang celebrity diekspos secara berlebihan, kredibiltas dan kesukaan orang padanya akan berkurang.

2.2.2 Indikator Celebrity Endorser

Untuk mengevaluasi penggunaan celebrity endorser dalam iklan, John R. Rossiter (Kertamukti 2015:70) menggunakan model VisCAP yang terdiri dari empat unsur, yaitu:

1. Visibility

Tingkat kepopuleran seorang celebrity. Pada umumnya semakin terkenal dan berpengaruh endorser yng dipilih, dianggap dapat mengalihkan perhatian masyarakat terhadap produk yang diiklankan.

2. Credibility

Berhubungan dengan keahlian (pengetahuan celebrity tentang produk) dan objektivitas (kemampuan celebrity untuk memberi keyakinan atau percaya diri pada konsumen suatu produk).

3. Attraction

Daya tarik celebrity, yaitu tingkat likeability (disukai) dan tingkat similarity

(kesamaan) dengan personality (kepribadian) yang diinginkan pengguna produk.

4. Power

(9)

2.3 Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan, (2011:4), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Mowen dan Minor (Sangadji dan Sopiah 2013:7), perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan dan pembelian, dan penentuan barang, jasa, dan ide. AMA (American Marketing Association) (Supranto dan Limakrisma, 2007:4) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

2.3.1 Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam keputusan pembelian barang atau jasa terdapat dua pihak atau lebih yang terlibat. Lima peranan yang terlibat umumnya adalah:

1. Initiator (pemrakarsa), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli suatu barang/jasa.

2. Influencer (pembawa pengaruh), yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Decider (pengambil keputusan), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian.

4. Buyer (pembeli), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata.

5. User (pemakai), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/jasa yang dibeli.

(10)

Suryani (2008:17), menyebutkan lima tahapan keputusan pembelian. Kelima tahapan keputusan pembelian tersebut adalah:

1. Pengenalan kebutuhan

Tahap ini merupakan tahap awal dimana konsumen merasakan bahwa ada hal yang dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi. Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara apa yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan perlunya memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar.

2. Pencarian informasi

Apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertanyaan ini akan muncul pada konsumen. Supaya dirinya dapat memenuhi kebutuhan dengan cara terbaik, maka konsumen berusaha untuk mencari informasi. Pencarian ini akan berbeda tingkatannya tergantung pada persepsi konsumen atas resiko dari produk yang akan dibelinya. Produk yang dinilai beresiko akan menyebabkan situasi pengambilan keputusan lebih kompleks, sehingga upaya pencarian informasi akan lebih banyak. Sebaliknya produk yang dipersepsikan kurang beresiko akan mendorong konsumen untuk tidak terlalu intensif mencari informasi. Konsumen umumnya mencari informasi dari berbagai sumber. Tidak hanya dari sumber resmi yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti iklan atau dari pemasar melalui tenaga penjual, tetapi juga informasi dari pihak lain (yang berpengalaman) untuk mendapatkan informasi yang benar-benar obyektif. Media juga menjadi salah satu sumber informasi penting bagi konsumen. Konsumen akan mencari informasi melalui keluarga, teman, kenalan, dan tetangga.

(11)

3. Evaluasi alternatif

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan. Konsumen akan mempertimbangkan manfaat termasuk kepercayaan merk dan biaya atau resiko yang akan diperoleh kembali jika membeli suatu produk. Berbagai resiko seperti resiko waktu, tenaga, biaya, resiko, psikologis, sosial akan dipertimbangkan.

4. Pengambilan keputusan

Setelah melalui evaluasi dengan pertimbangan yang matang, konsumen akan mengambil keputusan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan membeli dan tujuan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak dapat diprediksikan (tidak terduga). Pengaruh dari sikap orang lain tergantung pada intensitas sikap negatifnya terhadap alternatif pilihan konsumen yang akan membeli dan derajat motivasi dari konsumen yang akan membeli untuk mengikuti orang lain. Sedangkan keadaan tidak terduga merupakan faktor situasional yang menyebabkan konsumen mengubah tujuan pembelian maupun keputusan pembelian. Semua proses tadi terlepas dari faktor-faktor psikologis yang ada pada konsumen dan juga pengalaman konsumen atas produk atau jasa yang akan dibeli.

5. Evaluasi pasca-pembelian

Setelah membeli, konsumen akan mengevaluasi atas keputusan dan tindakannya dalam membeli. Jika konsumen menilai kinerja produk atau layanan yang dirasakan sama atau melebihi apa yang diharapkan, maka konsumen akan puas dan sebaliknya jika kinerja produk atau jasa yang

(12)

diterima kurang dari yang diharapkan, maka konsumen tidak akan puas. Kepuasan dan ketidakpuasan yang dialami konsumen akan berpengaruh terhadap perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, maka dia akan memperlihatkan sikap dan perilaku positif terhadap produk atau jasa yang dibelinya. Dia kemungkinan akan membeli kembali, akan loyal atau bahkan tidak segan-segan akan merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli jika ditanya. Sebaliknya, jika konsumen kecewa, maka dia akan cenderung bersikap negatif, menghentikan pembelian berikutnya atau menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai produk atau jasa yang dibelinya kepada konsumen lain. Akibatnya hal ini dapat berdampak buruk pada promosi yang dilakukan perusahaan.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Kertamukti (2015:35), faktor utama yang mempengaruhi konsumen adalah:

1. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan terbagi atas tiga, yaitu: a. Kebudayaan

Konsumen yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui sebuah proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga penting lainnya. Budaya nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan, dan norma-norma yang melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan individu dalam masyarakat tersebut.

(13)

b. Sub-budaya

Setiap budaya memiliki kelompok-kelompok subbudaya yang lebih kecil sebagai identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebentuk kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku sama.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, status, dan peranan sosial juga dapat mempenngaruhi keputusan konsumen.

a. Kelompok referensi

Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh berbagai kelompok-keompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

b. Keluarga

Para anggota keluarga dapat memengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli. Kita dapat membedakan dua macam keluarga dalam kehidupan pembeli, pertama keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orangtua, dan kedua adalah keluarga sebagai sumber keturunan.

(14)

c. Peranan dan status

Sepanjang hidupnya, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yaitu: keluarga, klub, dan organisasi. Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dikatakan sebagai peran dan status.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

4. Faktor Psikologis

Ada empat faktor psikologis utama, yaitu: a. Motivasi

Seperti yang diterangkan oleh teori Robert Maslow, dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis, disusul kebutuhan-kebutuhan keselamatan, kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial, selanjutnya kebutuhan untuk dihargai, dan mengerucut ke kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri.

b. Persepsi

Fenomena yang ditangkap oleh panca indra dan dimaknai oleh pikiran. c. Belajar

Saat seseorang berbuat, mereka belajar. Belajar untuk menggambarkan perubahan dalam perilaku seorang individu yang bersumber dari pengalaman.

(15)

d. Kepercayaan dan sikap

Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Kepercayaan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan.

2.3.3 Indikator Keputusan Pembelian

Dalam Nuraini (2015:22), dimensi keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong adalah:

1. Pemilihan produk atau jasa

Pemilihan produk atau jasa adalah alasan mengapa konsumen memilih produk/jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan.

2. Pemilihan merk

Pemilihan merk adalah bagaimana suatu merk memposisikan dirinya didalam bentuk konsumen yang meliputi citra (image) merk yang unik dari sebuah produk/ jasa.

3. Pemilihan waktu

Waktu adalah salah satu unsur terpenting bagi konsumen untuk membeli suatu produk/jasa.

4. Pilihan metode atau cara pembayaran

Konsumen harus mengambil pilihan tentang metode/cara pembayaran produk yang dibeli.

(16)

2.6 Kerangka Konsep

Menggunakan figur source (sumber) yang menarik perhatian dalam menyampaikan pesan iklan merupakan salah satu cara yang kreatif (Kotler dan Keller, 2006:506). Salah satu contoh penggunaan figure yang menarik perhatian adalah dengan menggunakan sosok celebrity. Celebrity merupakan endorser yang dianggap paling efektif untuk meningkatkan penjualan karena atribut popularitas yang melekat padanya.

Hal tersebut mempengaruhi pikiran konsumen, bahwa merk yang

di-endorse seorang celebrity juga memiliki sifat-sifat yang termasuk dalam atribut popularitas celebrity itu sendiri, misalnya seperti kecantikan, keberanian, keanggunan, dan sebagainya (Kertamukti, 2015:74). Pengaruh tersebut yang kemudian mendorong keputusan pembelian pada konsumen.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Sumber: Peneliti (2016)

2.7Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi adalah seperti berikut:

1. Penelitian oleh Oktavia Nur Afifah pada tahun 2016, dengan judul “Pengaruh

Celebrity Endorser (Raisa Adriana) Terhadap keputusan Pembelian Produk Kosmetik Pond’s White Beauty (Studi Kasus Pada Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel celebrity

Keputusan Pembelian (Y)

Celebrity Endorser(X)

(17)

endorser(Raisa Adriana) yang terdiri dari kredibilitas, kecocokan, dan daya tarik pada iklan Pond’s White Beauty berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian, kemudian mengetahui apakah variabel tersebut berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian, dan mengetahui variabel mana yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian. Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan bahwa secara simultan variabel celebrity endorser memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 45,779. Kemudian dilihat dari koefisien regresi B, komponen variabel celebrity endorser yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah variabel kecocokan yakni sebesar 0,000.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Juanda Kurniawan dan Yohanes Sondang Kunto, S.Si., M.Sc pada tahun 2014, berjudul “Analisa Pengaruh

Visibility, Credibility, Attraction, dan Power Celebrity Endorser Terhadap

Brand Image Bedak Marck Venus”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dimensi visibility, crediibility, attraction, dan power brand endorser mempengaruhi brand image bedak Marck Venus. Secara teoritik, brand endorser mampu membentuk brand image ke arah positif jika

brand endorser mampu menjaga reputasi dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap merk tersebut. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa visibility, crediibility, attraction, dan power brand endorser memiliki pengaruh terhadap buying intention, dan diantara variabel yang diteliti hanya

visibility dan attraction yang memiliki pengaruh signifikan terhadap buying intention.

(18)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizka Mulyawati, Srikandi Kumadji, dan Andriani Kusumawati pada tahun 2015, dengan judul “Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Sikap Konsumen Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian (Survei Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh

celebrity endorser terhadap sikap konsumen dan dampaknya pada keputusan pembelian. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 138 orang mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya angkatan tahun 2013 dan 2014 pengguna produk perawatan wajah merek Garnier. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel celebrity endorser terhadap sikap konsumen, variabel celebrity endorser terhadap variabel keputusan konsumen dan variabel sikap konsumen terhadap keputusan pembelian.

4. Penelitian oleh Brian Gumelar pada tahun 2016, dengan judul “Pengaruh

Brand Image Dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah (Studi Pada Mahasiswi S1 Universitas Negeri Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah, pengaruh celebrity endorser terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah, dan mengetahui pengaruh brand image dan celebrity endorser terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image dan celebrity endorser

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

5. Penelitian oleh Yuri Ardianto pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh

(19)

Shampoo Clear Men (Studi Kasus Iklan ShampooClear Men Versi Christiano Ronaldo Tahun 2012 Pada Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh celebrity endorser

terhadap keputusan pembelian shampoo clear men versi Christiano Ronaldo tahun 2012, pengaruh brand association terhadap keputusan pembelian

shampoo clear men versi Christiano Ronaldo tahun 2012, dan mengetahui pengaruh brand association dan celebrity endorser terhadap keputusan pembelian shampoo clear men versi Christiano Ronaldo tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa celebrity endorser dan brand association

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dan besar pengaruhnya adalah sebesar 46,7%, dan besar variabel lainnya sebesar 53,3%.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pelaksanaan

Deskripsi yang utuh ini mengambil dari pendapat dari Mark Lowenthal yang memaparkan intelijen menjadi tiga fenomena utama intelijen sebagai berikut ini; Pertama, intelijen

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar checklist secara observasi untuk memperoleh data mengenai prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Analisa dengan ArcView Network Analyst digunakan untuk mendapatkan jalur yang efektif dari informasi yang berbentuk data-data spasial maupun non spasial yang

Untuk mengetahui pengaruh faktor harga output, harga bahan baku, omset dan upah pekerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada Industri Kain Perca di Pekon Sukamulya Kecamatan

Tujuan penelitian adalah membuktikan dan menjelaskan pengaruh earning per share, debt to equity ratio, suku bunga dan inflasi terhadap price to book value (perusahaan perbankan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemberian dosis POC BMW dengan dosis 7,5 mL/L air (P3) memberikan pengaruh nyata dan dapat meningkatkan jumlah daun,

CSA adalah salah satu metode cerdas yang terinspirasi dari perilaku burung cuckoo dalam menempatkan telurnya disarang burung lain yang dia pilih secara acak,