KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS X PADA POKOK BAHASAN
RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Rusmiyatun
041424044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ABSTRAK
Rusmiyatun. 2009. Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah. Skripsi S-1. Yogyakarta: Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMA Negeri 2 Klaten dengan sampel siswa kelas XD dan XE yang berjumlah 82 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah soal tentang rangkaian listrik arus searah untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kuesioner/skala kecerdasan emosional untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa. Data tes hasil belajar siswa dan skala kecerdasan emosional dianalisis menggunakan program SPSS korelasi Pearson.
ABSTRACT
Rusmiyatun . 2009. The correlation between Emotional Intelligence and the result of studying physics of tenth graders on the main subject: Direct current series circuist. Thesis S-1. Yogyakarta. Physics Education. Mathematics and Science Education Department. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research was intended to find out the correlation between Emotional Intellegence and the result of studying physics of tenth graders on the main subject: Dirrect current series circuits.
This research was conducted on April 2009 in SMA N 2 Klaten using samples of XD class and XE class They were 82 students.
Intruments in this research were a test about direct current series circuits to find out students’ knowledge and questionaires of Emotional Intelligence to find out the students’ emotional intelligence. The data were analyzed using Pearson Correlation SPSS program.
The result of this research showedthat there was no correlation between Emotional Intellegence and the result of studying physics of the tenth graders on the main subject: Dirrect current series circuits.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pertama-tama penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik melalui proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1 Bapakku yang selama ini membiayaiku, merawatku dan menyayangiku, serta Ibuku yang telah damai disisi ALLAH YME.
2 Mbak Sum, Mas Wi, Mas Ri, Mbak Ita, Mas Slamet, Mbak Arum dan segenap keluargaku terimakasih buat dorongan dan pengertian selama ini.
3 Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. sebagai pembimbing skripsi, terimakasih telah membimbing, memberi nasehat, saran dan kritik dalam membimbing skripsi.
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
5 Bapak Priyo dan Pak Agung yang telah banyak membantu dan mengajari saya tentang Psikology yang amat sangat memperlancar penyusunan skripsi ini. 6 MISEREOR APTIK yang telah banyak membantu dalam kelancaran
perkuliahan.
7 Bapak kepala sekolah SMA Negeri 2 Klaten, terimakasih atas ijin dan kemudahan yang diberikan selama penelitian.
8 Bapak Rahmadi selaku guru Fisika SMA Negeri 2 Klaten, terimakasih atas bantuan dan bimbingannya selama penelitian.
9 Seluruh dosen JPMIPA, terimakasih atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan
10 Bapak Kartika Budi, selaku pembimbing akademik. Terimakasih atas nasehat dan bimbingannya selama kuliah.
11 Siswa-siswi kelas XD dan XE SMA Negeri 2 Klaten, terimakasih atas kerjasamanya.
12 Teman-temanku P.Fis 04, terimakasih atas kebersamaannya selama ini, Semoga kalian sukses semua.
13 Someone disana terimakasih atas perhatian, dukungan dan sayang yang kamu berikan buat aku.
14 Dwi, ocy, leni, iis yang selalu memberiku motivasi dan membantuku banyak hal, makasih ya bu.
15 Terimakasih kepada pihak- pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, doa, motivasi, terimakasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II DASAR TEORI A. Kecerdasan Emosional ... 4
1. Emosi ... 4
a. Pengertian Emosi ... 4
b. Bentuk-bentuk Emosi... 4
2. Kecerdasan Emosional ... 5
a. Pengertian Kecerdasan Emosional... 5
b. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 7
c. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional ... 12
B. Hasil Belajar ... 18
1. Pengertian Hasil Belajar... 18
a. Aspek kognitif... 18
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 21
a. Faktor Sekolah ... 22
C. Hasil Belajar Fisika ... 26
D. Materi Rangkaian Arus Listrik Searah... 27
1. Rangkaian Listrik tertutup ... 27
2. Arus Listrik ... 28
3. Kuat Arus Listrik ... 29
4. Hukum Ohm... 29
5. Hambatan Listrik ... 30
6. Hukum I Kirchoff ... 30
7. Rangkaian Hambatan Seri... 31
8. Rangkaian Hambatan Paralel ... 31
E. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika…. ....32
F. Kaitan Dasar Teori dengan Penelitian... 33
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
D. Instrumen Penelitian ... 35
1. Kuesioner ... 35
2. Tes….. ... 37
E. Validitas ... 39
F. Reliabilitas…… ...40
G. Uji kesahihan Skala Kecerdasan Emosional….. ...40
H. Metode Analisis Data... 41
1. Analisis Kuesioner Kecerdasan Emosional ...41
2. Analisis Tes Hasil Belajar...41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Proses Penelitian ...46
B. Data dan Analisis ...47
C. Pembahasan……...54
D. Keterbatasan Penelitian…...56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...57
B. Saran...57
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blue print Skala Kecerdasan Emosional... 36
Tabel 3.2. Soal Tes Berdasarkan Kriteria Hasil Belajar ... 37
Tabel 3.3. Skor Untuk Pernyataan Positif dan Negatif ... 41
Tabel 3.4. Pemberian Skor Soal Tes ... 41
Tabel 4.1. Distribusi Item Skala Uji Coba yang Sahih dan Gugur... ... 47
Tabel 4.2. Distribusi Nomor Item Skala Penelitian... ... 48
Tabel 4.3. Skor Hasil Belajar... ... 50
Tabel 4.4. Skor Hasil Belajar dan Skor EQ... ... 52
Tabel 4.5. Korelasi Pearson... ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Rangkaian Listrik Tertutup ... 27
Gambar 2. Rangkaian Hambatan Seri... 31
Gambar 3. Rangkaian Hambatan Pararel ... 31
Gambar 4. Grafik Kecerdasan Emosional... 49
Gambar 5. Grafik Hasil Belajar.... ... 51
Gambar 6. Grafik Hasil Belajar XD... 52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi.
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang.
Goleman (1996: 44) mengatakan bahwa IQ hanya menyumbang paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup dan 80% ditentukan oleh faktor lain salah satunya kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional adalah kemampuan memantau, mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memilah- milah, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik dan mengendalikan perasaan pada diri dan dalam hubungan dengan orang lain, serta menggunakan perasaan – perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan secara efektif sehingga menuju pada pengembangan emosi yang intelek.
Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti :”Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Listrik Arus Searah SMAN 2 Klaten”.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika kelas X SMA N 2 Klaten.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
BAB II DASAR TEORI
A. Kecerdasan Emosional 1. Emosi
a. Pengertian Emosi
Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary (Goleman, 2002) mendefinisikan emosi sebagai ” setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, nafsu, perasaan, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.
”Menurut Goleman (2002), emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran –pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkain kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono (dalam Yusuf, 2001), emosi merupakan ”setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
b. Bentuk – bentuk emosi
Sejumlah teoritikus (dalam Goleman, 2002), mengelompokkan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut:
bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2) Kesedihan : pedih, sedih, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa; dan kalu menjadi patologis depresi berat.
3) Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia atau panik.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
6) Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
hancur lebur. 2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan emosional
1) Kecerdasan Antar pribadi, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, seperti apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja dan bagaimana mereka bekerja dengan orang lain.
2) Kecerdasan Intra pribadi, yaitu kemampuan yang korelatif, yang tearah ke dalam diri, kemampuan ini bertujuan untuk membuat kehidupan menjadi lebih efektif.
Istilah kecerdasan pribadi Gardner kemudian dikembangkan oleh Salovey dan Mayer menjadi kecerdasan emosional (Goleman, 2002). Mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik mengendalikan perasaan diri sendiri maupun pada orang lain, memilah- milah semuanya, serta menggunakan informasi tersebut untuk mengarahkan pikiran dan tindakan (Shapiro, 1997). Salah satu tokoh yang pernah mengemukakan teori tentang kecerdasan emosional adalah Patton (1998). Menurut Patton, kecerdasan emosional adalah kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif, dan meraih keberhasilan.
mengendalikan perasaan pada diri dan dalam hubungan dengan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan secara efektif sehingga menuju pada pengembangan emosi yang intelek.
b. Aspek- aspek Kecerdasan Emosional
Salovey (dalam Goleman, 2002), memperluas atau membagi kecerdasan emosi ke dalam 5 wilayah utama yaitu:
1). Mengenali emosi diri
Ada 2 kemampuan pokok dalam wilayah ini yaitu: kemampuan menyadari apa yang dipikirkan (metakognision) dan mengenali apa yang dirasakan (metamood). Inti dari mengenali emosi diri adalah mengenali perasaan sewaktu perasaan ini terjadi atau muncul.
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dalam mengenali emosi diri, yaitu:
a) Mengenali dan merasakan emosinya sendiri. Hal ini berarti kita sungguh–sungguh menyadari apa yang terjadi pada diri kita dan merasakannya dengan penuh kesadaran.
b) Lebih mampu memahami perasaan yang timbul. Berarti kita tahu apa dan siapa yang menyebabkan suatu perasaan timbul.
c) Mengenali perbedaan antara perasaan dan tindakan. Berarti orang harus mampu membedakan bahwa perasaan terjadi dalam diri sedangkan tindakan lebih pada perwujudan keluar dari perasaan dan pikiran kita.
2) Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan tersebut dapat terungkap dengan tepat. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri, yang meliputi kemampuan menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Orang yang memiliki kecakapan ini mampu bangkit kembali sedangkan orang yang kemampuannya di bidang ini buruk akan terus bertarung melawan perasaanya.
Ada beberapa hal penting dalam mengelola emosi yaitu:
a) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah.
c) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi.
d) Berkurangnya hukuman atau skorsing.
e) Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri. f) Perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga. g) Lebih baik dalam menangani kejiwaan.
h) Berkurangnya kesepian dan kecemasan. 3) Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan untuk menata emosi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya memberi perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan berkreasi. Memotivasi diri juga bisa diartikan menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu untuk mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan atau frustasi.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan hal ini, yaitu:
a) Lebih bertanggung jawab. Dalam hal ini berarti orang mampu bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
b) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian.
d) Tes pada tes- tes prestasi meningkat. 4) Mengenali emosi orang lain
Kemampuan ini sering disebut sebagai empati yang merupakan ’keterampilan bergaul’. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal- sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dikendaki atau dibutuhkan orang lain. Empati yang mencakup kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan macam-macam orang.
Hal – hal yang berhubungan dengan kemampuan mengenali emosi orang lain adalah:
a) Mampu menerima sudut pandang orang lain. b) Empati dan peka terhadap perasaan orang lain. c) Mampu mendengarkan orang lain.
5) Membina hubungan
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan hal ini yaitu: a) Kemampuan menganalisa dan memahami hubungan.
b) Mampu menyeleseikan pertikaian dan merundingkan masalah. c) Menyelesaikan persoalan yang timbul dalam sebuah hubungan. d) Tegas dan trampil dalam berkomunikasi.
e) Populer dan mudah bergaul, bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya.
f) Dibutuhkan teman sebaya.
g) Menaruh perhatian dan tenggang rasa.
h) Memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam kelompok. i) Suka berbagi rasa, bekerja sama dan suka menolong.
j) Demokratis dalam bergaul dengan orang lain.
c. Ciri – ciri Kecerdasan Emosional
Kemampuan menyalurkan emosi kearah tujuan yang produktif merupakan makna kecerdasan emosional. Individu yang memiliki kecerdasan emosional memiliki karakteristik yang lebih superior atau berbeda daripada individu biasanya. Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh orang dengan kecerdasan emosional menurut Goleman (2002), diantaranya adalah:
1) Kesadaran diri, merupakan kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan tersebut timbul, mengidentifikasikan dan menamai emosi- emosi yang timbul.
2) Penguasaan diri, yaitu pengendalian emosional yang berlebihan. Tujuannya adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi karena setiap emosi mempunyai nilai dan makna.
3) Ketekunan, merupakan tingkat ketahanan pada sifat emosional. Pada orang – orang dengan kecerdasan emosional yang baik mempunyai motivasi yang tinggi, antusiasme dan kegigihan menghadapi tantangan.
5) Harapan dan optimisme. Dalam hal ini seseorang tidak akan mudah terjebak dalam kecemasan, ia banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan sehingga beban stres emosionalnya pun mudah. Optimisme adalah motivator diri untuk bertahan dan terus berusaha.
6) Mampu mencapai dalam keadaan Flow, merupakan keadaan seseorang ketika ia sepenuhnya terserap kedalam apa yang sedang dikerjakannya, kesadaran menyatu dengan tindakan. Inti dari flow adalah konsentrasi tinggi. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga dan selaras dengan hal yang sedang dihadapi. 7) Kemampuan berempati, yaitu kemampuan untuk mengetahui
bagaimana perasaan orang lain dan menghargai perbedaan yang ada pada orang lain.
8) Seni sosial, merupakan kemampuan menangani emosi orang lain. Hal ini adalah inti dari seni memelihara hubungan. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain, atau dengan mudah membawa orang lain dalam pengaruhnya, maka pada tingkat emosional pergaulan ia akan lebih lancar.
dorongan hati, berfikir positif, dan konsekwen, ketekunan dan orientasi kepada tugas serta mampu menjalin hubungan antar pribadi yang erat. d. Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal dalam kecerdasan emosional adalah faktor – faktor yang berasal dalam individu sendiri. Ada tiga faktor internal yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu:
a) Faktor fisiologis
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah sikap motivasi dan dorongan – dorongan internal lain yang memungkinkan sejauh mana individu memiliki kecerdasan emosional. Menurut Brazelton (dalam Goleman, 2002), keyakinan, rasa ingin tahu, niat, pengendalian diri, keterkaitan, kecakapan berkomunikasi dan bekerja sama mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang.
Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Keyakinan; merupakan bagian perasaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan dan menguasai tubuh, perilaku, dan dunianya; perasaan bahwa ia percaya pada kemampuan sendiri. (2) Rasa ingin tahu; merupakan keinginan untuk mengetahui segala
sesuatu yang bersifat positif dan menimbulkan kesenangan. (3) Niat; merupakan hasrat untuk bertindak yang bertujuan untuk
mencapai keberhasilan berdasarkan niat itu dengan tekun.
(4) Kendali diri; merupakan kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usianya.
(6) Kecakapan berkomunikasi; merupakan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep dengan orang lain.
(7) Kooperatif; merupakan kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok.
c) Faktor jenis kelamin
Faktor jenis kelamin Faktor jenis kelamin dianggap dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan emosinya, yaitu terdapat perbedaan cara mengungkapkan emosi antara laki- laki dan perempuan. Meskipun laki- laki dipandang lebih mengabaikan perasaan sedangkan perempuan lebih memperhatikan perasaan, peneliti psikologis yang dilakukan oleh Gottman dan De Claire (1997) membuktikan bahwa kendati terdapat perbedaan dalam cara mengungkapkan emosi mereka, kedua jenis kelamin ini mengalami perasaan-perasaan dengan cara yang hampir sama.
2) Faktor Eksternal
Lingkungan yang pertama-tama mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang adalah lingkungan keluarga, baru kemudian lingkungan teman-teman sebaya, masyarakat sosial dan yang lain. Pendidikan dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi seseorang. Orang tua yang mengerti bahwa anaknya harus menghadapi apa saja yang akan membuat mereka kesal, akan membiarkan anaknya mengalami itu, bukannya menghindarkan anaknya secara protektif dari emosi-emosi buruk yang mereka alami. Tetapi orang tua itu juga harus bersikap empati terhadap anaknya tersebut. Sedangkan masyarakat sosial berperan mendukung perkembangan kecerdasan emosional melalui kebutuhan – kebutuhan kecerdasan emosional yang terdapat dalam etika, moral, dan nilai nilai keagamaan peraturan dan norma-norma tersebut mengarahkan bagaimana individu harus berperilaku.
semua latar belakang budaya mempunyai kemampuan untuk peka terhadap perasaan mereka masing- masing.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa perbedaan tingkat kecerdasan emosional manusia belum tentu dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang budaya maupun jenis kelamin.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Mimin Haryati (2007), pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda. Hasil belajar disini menekankan pada aspek kognitif.
a. Aspek kognitif
pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip atau konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi.
Tujuan aspek kognitif berorentasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Aspek kognitif terdiri dari atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Enam tingkat tersebut (Haryati, 2007:23-24) yaitu:
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension). Pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (aplication). Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
5) Tingkat sintesis (syntesis). Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang beda sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation). Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (pilihan ganda), (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performance.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya bergantung pada tingkat perkembangan kognitifnya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain dari dalam diri siswa atau dari luar diri siswa tersebut. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi siswa meliputi faktor-faktor intern dan ekstern.
a. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup beberapa hal yaitu :
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Guru yang lama mengajar dengan metode ceramah saja. Membuat siswa bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan seefektif mungkin.
2) Kurikulum
3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. 4) Relasi siswa dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
5) Alat pelajaran
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
6) Metode belajar
Kebanyakan siswa menggunakan metode belajar yang salah, maka perlu bimbingan dari guru. Kadang-kadang siswa belajar secara tidak teratur, mereka belajar hanya menjelang ada ujian saja. Metode seperti ini akan merugikan siswa bahkan menyebabkan siswa sakit. Siswa perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang teratur. Cara belajar yang efisien dan efektif akan meningkatkan hasil belajar siswa.
7) Soal yang diujikan (Isnaeni, 2006)
Di tinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan belajar siswa menurut hasil penelitian Bigg, 1991 (dalam Sugihartono, dkk 2004:77 ), yaitu :
a. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orang tua.
b. Pendekatan deep (mendalam), yaitu kecenderungan siswa karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya mau belajar karena memang tertarik pada materi dan merasa senang, merasa membutuhkannya. Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi), yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dan meningkatkan prestasi untuk dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya.
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
C. Hasil Belajar Físika
Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis deduktif dengan menggunakan peristiwa alam dan penyelesaian masalah dengan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan pendekatan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri.
Ilmu Pengetahuan Alam atau sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama adalah orde observasi yang merupakan orde yang didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta, sedangkan orde kedua adalah orde konseptual yang merupakan orde yang didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (Sumadji, dkk:1998). Sains adalah suatu bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode- metode yang berdasarkan observasi (Fisher, 1975).
afektif, secara ekplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Mimin, 2007). Dalam mata pelajaran fisika meliputi tiga aspek yaitu (1) pengetahuan yang meliputi: pemahaman konsep, hukum dan teori serta penerapannya (2) kemampuan melakukan proses, meliputi pengukuran, percobaan dan (3) sikap. Tetapi dalam penelitan ini hasil belajar yang ditekankan hasil belajar pada aspek kognitif.
D. Materi Rangkaian Listrik Arus Searah
Pada pokok bahasan listrik dinamis ada beberapa sub pokok bahasan yaitu alat ukur listrik, rangkaian listrik arus searah, energi dan daya listrik, dan penerapan listril AC dan DC. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas sub pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
1. Rangkaian listrik tertutup
Rangkaian tertutup adalah rangkaian yang tak berpangkal dan tak berujung. Rangkaian ini terdiri dari komponen- komponen listrik (kawat penghantar), alat ukur listrik, dan sumber daya listrik misalnya baterai.
Keterangan:
A = Ampermeter, B = Baterei, L = Lampu
Pada gambar 1 lampu akan menyala jika rangkaian tertutup, tetapi jika hubungan antara alat-alat tersebut diputuskan (rangkaian terbuka), lampu tidak menyala,
Gambar 1 juga merupakan salah satu contoh sederhana dari rangkaian listrik searah (Direct Current, disingkat DC), dimana muatan listrik mengalir melalui konduktor dalam satu arah (tanpa arah balik), contoh lain dari rangkaian listrik arus searah adalah rangkaian listrik yang menyatu lampu senter dan sistem kelistrikan mobil.
2. Arus listrik
Kata arus berarti aliran atau gerakan. Arus listrik mirip dengan aliran air, misalnya air mengalir melalui suatu rangkaian pipa, arus listrik mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Arus listrik didefinisikan sebagai aliran partikel- partikel bermuatan positif (walaupun sesungguhnya yang bergerak adalah elektron-elektron negatif). Arah arus listrik berlawanan dengan arah arus elektron.
3. Kuat arus listrik
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai besar muatan listrik q yang mengalir setiap satuan waktu t
t
Kuat arus akan ada jika potensial (tegangan listrik yang dapat diperoleh dari sumber daya listrik), seperti: accumulator, baterai, dinamo, dsb. Arus listrik atau kuat arus listrik dapat diukur dengan ampermeter.
4. Hukum Ohm
Persamaan V = I⋅R pertama kali dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga persamaan ini dikenal dengan hukum Ohm.
Bunyi hukum Ohm:
”Tegangan V pada ujung-ujung sebuah kumparan ohmik (komponen yang memenuhi hukum ohm) adalah sebanding dengan kuat arus listrik I yang melalui komponen itu”, misalkan suhu komponen dijaga tetap, jadi secara matematis hukum Ohm dirumuskan:
R I V = ⋅ Keterangan:
R = hambatan listrik (ohm) I = Kuat arus (A)
5. Hambatan listrik
Hambatan listrik (resistan) adalah sifat suatu benda yang sangat menentukan besar kecil kuat arus listrik yang melalui benda tersebut. Hambatan (R) suatu kawat penghantar adalah:
A L
R=ρ
Keterangan:
R= hambatan kawat penghantar (Ω)
ρ= hambatan jenis (Ω- m )
L= panjang kawat (m) A= luas penampang (m2)
Hambatan jenis (resistivitas) adalah sifat suatu benda yang tidak terpengaruh oleh panjang dan luas atau volume benda itu, tetapi Sangat menentukan besarnya kuat arus yang dapat melalui benda itu. Hambatan suatu penghantar dapat diukur dengan Ohmeter.
6. Hukum 1 Kirchoff
Hukum 1 kirchoff menjelaskan tentang kuat arus pada rangkaian bercabang dan tidak bercabang. Kuat arus dalam suatu rangkaian tak bercabang (rangkaian seri) besarnya sama dimana-mana. Pada rangkaian bercabang, jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang itu.
Pernyataan tersebut pertama kali dikemukakan oleh Gustav Kirchoff sehingga dikenal dengan hukum Kirchoff.
7. Rangkaian hambatan seri
Rangkaian hambatan seri adalah susunan hambatan yang tersusun secara berurutan yang satu di belakang yang lain seperti gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian hambatan seri
R1, R2 dan R3 merupakan hambatan kawat 1, 2, dan 3. Ketiga hambatan dapat diwakili satu hambatan pengganti.
RS = R1 + R2 + R3 8. Rangkaian hambatan paralel
Rangkaian hambatan paralel adalah susunan hambatan-hambatan yang tersusun sedemikian mempunyai 2 ujung – ujung yang sama seperti gambar 3.
Hambatan pengganti (Rtotal):
E. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika
Ada pandangan bahwa faktor dominan yang menyebabkan seseorang sukses dalam masyarakat, dunia usaha/industri, dan pemerintahan adalah kecerdasan intelektual. Pengalaman dan hasil penelitian membuktikan bahwa faktor dominan penyebab kesuksesan sesorang adalah kecerdasan spiritual dan emosioanal. Daniel Goleman (2002), seorang ahli psikologi berpendapat bahwa IQ hanya menyumbangkan 20 % terhadap keberhasilan seseorang, selebihnya ditentukan oleh faktor-faktor lain dimana EQ termasuk di dalamnya.
perlu dilakukan terus-menerus, tetapi aspek-aspek pengembangan emosional dan spiritual harus lebih diperhatikan (Suyatman, 2008).
Menurut Patricia Patton, (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000:9) EQ meliputi sifat-sifat atau karakter manusia seperti : (1) self-awareness (kesadaran); (2) mood management (manajemen suasana hati), yaitu optimis, tahan uji, sabar dan sebagainya; (3) self motivation (motivasi diri); (4) impulse control (pengendalian insting atau ledakan-ledakan diri); dan (5) people skills (ketrampilan). Pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual dapat dilakukan melalui proses pembelajaran dan keteladanan.
F. Kaitan Dasar Teori Dengan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa kuosioner yang memuat aspek- aspek kecerdasan emosional yang berupa: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), membina hubungan yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional. Hasil belajar dalam penelitian ini menekankan pada aspek kognitif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian
korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kenyataan yang telah terjadi
sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi perlakuan atau subyek. Fokus yang
menjadi penelitian ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara dua fenomena
atau lebih (Hadjar, 1996:112)
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar fisika siswa kelas X pada pokok bahasan rangkaian listrik
arus searah SMA Negeri 2 Klaten tahun ajaran 2008/2009.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Klaten pada bulan April
2009
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Klaten yang terdiri dari 8
kelas.
Sampel : Pengambilan sampel dipilih dua kelas secara random atau acak
yaitu peneliti membuat gulungan kertas yang berisi no urut dari ke delapan
kelas tersebut yang dimasukkan dalam kotak kemudian diacak yang
disaksikan oleh guru fisika dan guru fisika yang mengambil 2 kertas yang ada
dalam kotak tersebut. Dua kertas yang terpilih tersebut yang akan dijadikan
sampel penelitian.
D. Intrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Suparno, 2007:56). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan tes.
1. Kuesioner/ Skala Kecerdasan Emosional.
Menurut Suharsimi Arikunto, kuosioner merupakan sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden (2006: 151). Dalam penelitian ini kuosioner digunakan untuk
mengetahui kecerdasan emosional. Kuosioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuosioner tertutup. Kuosioner tertutup adalah kuosioner
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
Kuesioner kecerdasan emosional yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan emosional terdiri dari 60 item yang mengandung 5 aspek
yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi, empati, dan membina
hubungan. Tiap- tiap aspek diwakili 12 item yang terdiri dari 6 item positif
dan 6 item negative. Respon untuk tiap-tiap item terdiri dari 4 kategori
jawaban, dimana salah satu siswa harus memilih salah satu jawaban.
Blue print skala disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang harus dibuat itemnya, proporsi item
dalam masing-masing komponen, dan dalam khasus yang lebih lengkap
memuat juga indikator-indikator perilaku dalam setiap komponen. Dalam
penulisan item, blue print akan memberikan gambaran mengenai isi skala
dan menjadi acuan serta pedoman bagi penulis untuk tetap berada dalam
lingkup ukur yang benar. Blue print akan mendukung validitas isi skala
(Azwar, 1999:23). Blue print skala kecerdasan emosional adalah sebagai
tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Blue print Skala kecerdasan emosional
Item No
Aspek-
aspek Item positif Item negatif
38 58
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada topik
rangkaian listrik arus searah. Tes disusun berdasarkan konsep- konsep
rangkaian listrik arus searah. Pada tabel 3.2 digambarkan kisi- kisi materi
dan aspek soal tes.
Tabel 3.2. Tes berdasarkan kriteria hasil belajar
Materi
Pengetahuan 1. Bagaiman bunyi hukum kirchoff I?
Rangkaian
listrik arus
searah
Pemahaman
2. Jelaskan arah arus listrik menurut
Penerapan
3. Sebuah setrika listrik yang memiliki
elemen dengan hambatan 55Ω
dihubungkan ke catudaya 220 volt
tentukan kuat arus yang mengalir
pada setrika?
Analisis
4. Empat buah resistor masing- masing
10Ω, 6Ω, 5Ω, dan 4Ω disusun seri
diberi tegangan 75 volt, tentukan
hambatan pengganti dan kuat arus
yang melalui tiap- tiap resistor!
Sintesis
5. Berapa hambatan total antara A dan
B pada kawat. R1 = 2Ω, R2 = 2Ω, R3=
3Ω, R4= 2Ω, R5= 4Ω, R6= 4Ω,
Evaluasi 6. 6.
Grafik kuat arus terhadap tegangan untuk
seutas kawat logam pada dua suhu yang
berbeda T1 dan T2 ditunjukkan pada
gambar, suhu manakah yang lebih besar?
Jelaskan!
Grafik kuat arus terhadap tegangan untuk
seutas kawat logam pada dua suhu yang
berbeda T1 dan T2 ditunjukkan pada
gambar, suhu manakah yang lebih besar?
Jelaskan!
Validitas menunjukkan pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan
yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid
bila sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini validitas yang digunakan
adalah content validity (validitas isi) yaitu isi dari instrumen yang akan digunakan
sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2007:67).
aspek kecerdasan emosional yang akan diukur dan soal tes yang sesuai materi
yang pelajaran yang diberikan seperti terlihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
F. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar,
2003). Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.
Pengukuran yang reliabel akan konsisten dari waktu ke waktu, reliabilitas
dinyatakan dengan koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam
rentang 0-1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya maka semakin tinggi
koefisiennya.
G. Uji Kesahihan Butir Skala Kecerdasan Emosional
Uji kesahihan butir dilakukan untuk mencari item-item mana yang gugur
dan item-item mana yang sahih atau valid. Item- item yang gugur akan dibuang
dan item-item yang valid akan digunakan dalam penelitian. Item yang mempunyai
korelasi item total dibawah 0.25 akan gugur (Azwar, 2002).
H. Metode Analisis Data
1 Analisis kuesioner kecerdasan emosional/ Skala kecerdasan Emosional
Data yang diperoleh dari kuosioner dianalisis dengan tahap-tahap
sebagai berikut. Kuosioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan dalam
pernyataan positif dan negatif. Kemudian masing–masing jawaban diberi
skor. Penetapan skor untuk pernyataan positif dan negatif seperti pada tabel
3.3
Tabel 3.3. Skor untuk pernyataan positif dan negatif
Alternatif jawaban Item
SS S JS J
Item positif 4 3 2 1
Item negatif 1 2 3 4
Jika ada nomor pernyataan yang tidak diisi maka akan diberi skor 0.
Skor yang diperoleh siswa dijumlahkan dan skor ini digunakan sebagai skor
kecerdasan emosional (EQ).
2 Analisis tes hasil belajar
Pada tabel 3.4 di bawah ini dijelaskan pemberian skor soal tes.
Tabel 3.4. Pemberian Skor Soal Tes Kriteria Jumlah Soal Skor Maksimum
Pengetahuan 1 2
Penerapan 1 5
Analisis 1 10
Sintesis 1 10
Evaluasi 1 10
Jumlah skor 40
Penilaian untuk setiap soal yang sesuai dengan kriteria hasil belajar
antara lain:
1. Soal no 1 (kriteria pengetahuan)
Kriteria pengetahuan merupakan soal tingkat mudah.
a. Jika menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor
2.
b. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1.
c. Jika tidak menjawab diberi skor 0.
2. Soal no 2 (kriteria pemahaman)
Kriteria pemahaman merupakan soal tingkat sedang.
a. Jika menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor
3.
b. Jika memberikan jawaban kurang jelas atas pertanyaan diberi skor
2.
c. Jika memberikan jawaban tetapi salah diberi skor 1.
3. Soal no 3 (kriteria penerapan)
Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedang
a. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban benar diberi skor 5.
b. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban salah diberi skor 3.
c. Jika dapat menyebutkan data, masalah salah dan menjawab benar
diberi skor 2.
d. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab salah diberi
skor 1.
e. Jika tidak menjawab diberi skor 0.
4. Soal no 4 (kriteria analisis)
Kriteria analisis merupakan soal tingkat sulit
a. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban akhir benar diberi skor 10.
b. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban akhir salah diberi skor 7.
c. Jika dapat menyebutkan data dan masalah salah, tetapi menjawab
benar nilai 5.
d. Jika dapat menyebutkan data dan masalah benar, tetapi jawaban
akhir salah diberi nilai 2.
e. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab salah diberi
f. Jika tidak menjawab diberi skor 0.
5. Soal no 10 (kriteria sintesis)
Kriteria sintesis merupakan soal tingkat sulit
a. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban akhir benar diberi skor 10.
b. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab sampai
selesai dan jawaban akhir salah diberi skor 7.
c. Jika dapat menyebutkan data, masalah salah dan menjawab benar
diberi skor 5.
d. Jika dapat menyebutkan data dan masalah benar, tetapi jawaban
akhir salah diberi nilai 2.
e. Jika dapat menyebutkan data, masalah dan menjawab salah diberi
skor 1.
f. Jika tidak menjawab diberi skor 0.
6. Soal no 6 (kriteria evaluasi)
Kriteria evaluasi merupakan soal tingkat sulit
a. Jika dapat menjawab dengan benar dengan alasan yang benar
diberi skor 10.
b. Jika dapat menjawab dengan benar dan alasannya kurang tepat
diberi skor 5.
c. Jika dapat menjawab dengan benar dan alasannya salah diberi skor
3.
e. Jika jawaban dan alasannya salah diberi skor 1.
f. Jika tidak menjawab diberi skor 0.
Skor total adalah jumlah seluruh skor dari jawaban yang benar. Jumlah skor
total jawaban benar = 40. Skor yang diperoleh siswa dijumlahkan dan skor
ini digunakan sebagai skor hasil belajar fisika.
Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara kedua variabel
digunakan program SPSS 15. Untuk menguji signifikasi hasil korelasi
disusun hipotesis:
Ho = Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
Hi = Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
Koefisien korelasi (α = 0.05), bila p<α maka H0 ditolak artinya
korelasinya signifikan (ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan
hasil belajar), bila p>α maka H0 diterima artinya korelasinya tidak
signifikan (tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil
BAB IV
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Penelitian
Langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat skala kecerdasan emosional yang terdiri dari aspek-aspek
yang akan diukur dan membuat soal tes rangkaian listrik arus searah untuk mengetahui hasil belajar secara kognitif.
2. Untuk memperoleh item- item yang sahih dan skala yang reliabel, maka dilakukan uji coba skala pada murid kelas X SMA N 2 Klaten sebanyak 82 siswa.
3. Hasil analisis untuk skala kecerdasan emosional mendapatkan item- item yang gugur sebanyak 16 dan yang sahih sebanyak 44. Item yang sahih ini memiliki korelasi item total (rix) berkisar antara 0.253 sampai dengan 0.551. Item yang sah ini yang digunakan untuk penelitian.
4. Uji reliabilitas : Uji reliabilitas ini menggunakan teknik Alpha Cronbach, karena reliabilitas Alpha Cronbach ini dapat digunakan untuk intrumen dengan jawaban berskala (Nugiyantoro, Gunawan, Marzuki, 2002 dalam). Perhitungannya akan menggunakan bantuan SPSS for windows 15.0. Uji reliabilitas terhadap 60 item pada uji coba skala kecerdasan emosional menghasilkan koefisien alpha 0.707. Angka koefisien alpha hasil uji coba tersebut
menunjukkan bahwa skala kecerdasan emosional tersebut dapat diandalkan untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian. 5. Menjumlahkan skor kecerdasan emosional dari data penelitian
kepada subyek.
6. Menjumlahkan skor hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar fisika pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
7. Kemudian data penelitian tersebut akan dicari korelasinya menggunakan rumus Product Moment dengan bantuan SPSS versi 15.
B. Data dan Analisis
1. Data kecerdasan emosional
Pada tabel 4.1 dirangkumkan item-item yang sahih dan gugur sesuai dengan validitas dan reliabilitas.
Tabel 4.1 Distribusi Nomor item Skala uji Coba yang sahih dan Gugur
No Pernyataan
Item Positif Item Negatif No Aspek
kecerdasan
Emosional Sahih Gugur Sahih Gugur
Jml
1. Kesadaran diri
1,36,41,51 6,31 16,21,26,56 11,46 12
4. Empati 9,14,19,24 4,39 34,44,49,54,59 29 12 5. Membina
Hubungan
5,10,20,35,40 ,45
15,30,50,55,60 25 12
Total 19 11 25 5 60
Pada tabel 4.2 dirangkumkan distribusi nomor item-item yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya ada 44 item yang sah dari 60 item.
Tabel 4.2 Distribusi Nomor Item Skala Penelitian No Pernyataan
No Aspek Kecerdasan
Emosional Item Positif Item Negatif
Jumlah
1. Kesadaran Diri 1,36,41,51 16,21,26,56 8
2. Mengelola Emosi 2,42 7,12,22,32,52,57 8
3. Motivasi 3,23,38 13,18,48,53,58 8
4. Empati 9,14,19,24 34,44,49,54,59 9
5. Membina Hubungan 5,10,20,35,40,45 15,30,50,55,60 11
Total 19 25 44
Grafik Kecerdasan Emosional
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81
Sample
Sk
o
r EQ
Gambar.4 Grafik Kecerdasan Emosional
2. Data hasil belajar
Tabel 4.3 adalah tabel skor hasil belajar pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
Tabel 4.3 skor hasil belajar pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah
Skor Frekuensi 26 5 27 10 28 3 29 6 30 10 31 2 32 11 33 2 34 4 35 9 36 7 37 6 38 3 39 1 40 3 Total 82
Grafik Hasil Belajar
Gambar. 5 Grafik Hasil Belajar Keseluruhan
Grafik Hasil Belajar XD
Grafik Hasil Belajar XE
Gambar.7 Grafik Hasul Belajar XE
Untuk mengetahui korelasi antara kedua variable yaitu antara variable kecerdasan emosional dengan variable hasil belajar dianalisis menggunakan Product Moment Pearson yaitu Korelasi Pearson.Tabel 4.4 adalah tabel skor hasil belajar dan skor kecerdasan emosional.
Tabel 4.4 Tabel Skor Hasil Belajar dan Skor Kecerdasan Emosional
Sampel Skor Hasil Belajar Skor EQ
Sampel Skor Hasil Belajar Skor EQ
Tabel 4.5 adalah tabel korelasi antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
Tabel 4.5 Korelasi pearson
EQ Pearson Correlation .099 1
Sig. (2-tailed) .374
N 82 82
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat satu rumusan hipotesis yaitu:
pokok bahasan rangkaian listrik arus searah siswa kelas X SMA N 2 Klaten. Ini berarti kecerdasan emosional tidak terbukti secara statistis mempengaruhi hasil belajar físika pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah pada siswa kelas X SMA N 2 Klaten
Menurut teori kecerdasan emosional berkaitan dengan hasil belajar, namun dalam penelitian ini tidak ada kaitan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar. Peneliti menduga bahwa ketidaksesuaian hasil penelitian dengan dasar teori dikarenakan hasil belajar pada penelitian ini adalah hanya hasil belajar yang lebih spesifik, yaitu hanya pada satu pokok bahasan yaitu pokok bahasan rangkaian listrik arus searah sehingga materi sempit dan lebih ditekankan pada aspek kognitif. Padahal hasil belajar menyangkut tiga aspek yaitu hasil belajar secara kognitif, psikomotorik, afektif.
Kemungkinan lain pengisian kuesioner oleh responden tidak jujur, artinya responden tidak mengisi skala kecerdasan emosional sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya beberapa sampel yang tidak mengisi beberapa item, selain itu ada satu kelompok yang mengisi kuesioner sama persis. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil penelitian.
pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan sebagai angka-angka dalam rapor. Bila siswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka akan meningkatkan prestasi belajar. Tetapi hal ini tidak berpengaruh pada siswa kelas X SMA N 2 Klaten pada pelajaran fisika pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah. Mereka memperoleh hasil belajar yang tinggi pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah dengan EQ sedang.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang terjadi sebagai berikut:
1. Pengukuran kecerdasan emosional yang hanya menggunakan kuesioner/ skala kecerdasan lemah, pengukuran kecerdasan emosional dapat menggunakan beberapa metode seperti wawancara, pendekatan langsung/ observasi.
2. Pengukuran hasil belajar terbatas pada aspek kognitif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil analisa pada bab IV dapat disimpulkan bahwa
tidak ada korelasi antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa
kelas X SMU Negeri 2 Klaten pada pokok bahasan rangkaian listrik arus searah.
Koefisien korelasi = 0.099 dengan nilai signifikannya p = 0.375 > α = 0.05,
sehingga tidak signifikan.
B. Saran
1. Bagi Penelitian
• Tes hasil belajar diperluas dengan 3 aspek yaitu aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif.
• Tes EQ dilakukan dengan wawancara dan kinerja.
2. Bagi Sekolah
Bagi pihak sekolah, diharapkan supaya lebih meningkatkan kecerdasan
emosional siswa melalui pelatihan – pelatihan yang bermanfaat untuk
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka cipta.
Azwar, Saiffudin. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Dyah, I. 2006. Perbedaan Sifat Hasil Belajar Terhadap Waktu dari siswa Antara Yang Diajar Dengan Metode Demonstrasi dan Metode Ceramah. Skripsi USD: Yogyakarta.
Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, John, De Claire, Joan. 1997. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar- dasar Metodologi Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press.
Irona, Ia. 2006. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Profesional Pada Guru- guru di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 9 Yogyakarta. Skripsi.
Kanginan, Marthen. 2002. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Patton, Patricia. 1998. EQ Di tempat Kerja. Jakarta: Pustaka Delapatra.
Shapiro, lawrence E. 1997. Mengajarkan Emosional Intellegence Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Penelitian Fisika, buku kuliah mahasiswa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spiritual, Emosional, dan Intelektual Dalam http: // Geocities.Com/Guru/Alam.html.
Winkel, W.S. 1997. Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ijin Penelitian (Dekan) Lampiran 2 : Ijin Penelitian (Sekolah)
Lampiran 3 : Soal Test Lampiran 4 : Kunci Jawaban Lampiran 5: Kuesioner
Lampiran 3
SOAL TES
Nama: ………. Kelas:………..
1. Bagaimana bunyi hukum Kirchoff I ?
Jawab:
...
...
...
2. Jelaskan arah arus listrik menurut pengetahuan anda!
Jawab:
...
...
...
3. Sebuah setrika listrik yang memiliki elemen dengan hambatan 55Ω
dihubungkan ke catudaya 220 volt. Tentukan kuat arus yang mengalir pada
setrika?
Jawab:
...
...
4. Empat buah resistor masing- masing 10Ω, 6Ω, 5Ω, dan 4Ω disusun seri diberi
tegangan 75 volt. Tentukan hambatan pengganti dan kuat arus yang melalui
tiap- tiap resistor!
...
...
6.
4
2
2
T1
T2
I
V
Grafik kuat arus terhadap tegangan untuk seutas kawat logam pada dua suhu
yang berbeda T1 dan T2 ditunjukkan pada gambar. Suhu manakah yang lebih
besar? Jelaskan!
Jawab:
...
...
...
Lampiran 5
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL
Petunjuk pengerjaan
Di bawah ini terdapat 60 pertanyaan. Baca dan pahamilah setiap
pertanyaan. Kemukakan pendapat anda tentang pertanyaan – pertanyaan yang ada dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan diri anda.
Pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
SS : Jika anda merasa sangat sering dengan pernyataan ini. S : Jika anda merasa sering dengan pernyataan ini.
J : Jika anda merasa jarang dengan pernyataan ini. JS : Jika anda merasa jarang sekali dengan pernyataan ini.
No Keterangan SS S J JS
1. Saya menyadari bahwa saya percaya diri dalam segala hal.
2. Saya tidak takut mencoba lagi meski pernah gagal pada pekerjaan yang sama.
No Keterangan SS S J JS memandang status dan golongan mereka.
6. Saya merasa yakin setiap kali mengambil keputusan.
7. Saya bisa menjadi frustasi saat menghadapi masalah – masalah yang rumit.
8. Saya akan bertahan menyeleseikan tugas meski tugas itu sulit.
9. Saya merasa bisa memahami orang lain secara apa adanya.
10. Saya bisa menjadi teman yang bisa diandalkan orang lain.
11. Saya merasa lebih percaya diri jika orang lain membantu saya melakukan sesuatu.
12. Saya cenderung menghindar dari situasi yang membuat saya tertekan.
13. Saya senang menunda untuk melakukan sesuatu.
14. Saya bisa menjadi teman curhat yang baik untuk siapa saja.
No Keterangan SS S J JS 16. Saya merasa takut mengungkapkan pendapat
pribadi yang bertentangan dengan pendapat orang lain.
17. Saya bisa mengubah ekspresi emosi saya tergantung pada siapa saya berhadapan. 18. Saya lebih baik tidak melakukan apa-apa saat
menghadapi kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan harapan saya.
19. Saya bisa sabar saat mendengar masalah dan keluh kesah dari orang lain.
20. Saya adalah orang yang mudah untuk diajak bicara.
21. Saya merasa tidak mengerti dengan emosi saya sendiri.
22. Saat saya sedang marah, saya bisa
mengungkapkan kemarahan itu kepada siapa saja.
23. Saya senang untuk mencoba dan melakukan hal baru yang berbeda.
No Keterangan SS S J JS 25. Saat terjadi perselisihan, saya tidak akan
pernah mengalah.
26. Saya merasa tidak bisa menerima keadaan diri saya saat ini.
27. Saya merasa dapat mengatur dan mengendalikan hidup saya.
28. Saya akan terus berusaha mencari jalan keluar terhadap setiap masalah yang ada.
29. Saya tidak memperhatikan perasaan orang lain saat saya berinteraksi dengan mereka.
30. Saya sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat saya.
31. Saya sadar bahwa saya mempunyai
kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. 32. Saya akan menjadi tertekan jika tugas yang
diberikan pada saya diberi batas waktu untuk menyelesaikannya.
33. Saya bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan lebih baik daripada orang lain. 34. Saya biasanya tidak terdorong untuk
No Keterangan SS S J JS 35. Saya bisa bertanggung jawab terhadap suatu
tugas sekolah.
36. Saya menyadari kesalahan yang saya perbuat.
37. Saya bisa mengungkapkan emosi saya dengan baik meskipun emosi negatif seperti sedih dan kecewa.
38. Saya terdorong untuk mengerjakan target tugas sekolah yang menjadi tugas saya. 39. Saya berusaha mempertimbangkan perasaan
orang lain sebelum saya melakukan sesuatu. 40. Saya adalah orang yang aktif dalam berbagai
organisasi dan kegiatan sosial.
41. Saya merasa mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.
42. Saat suasana mulai tegang, saya skan berusaha menenangkan dan mengistirahatkan diri. 43. Saya merasa tidak mempunyai keinginan
No Keterangan SS S J JS orang lain jika dia tidak mengatakan pada
saya.
45. Saya adalah orang yang bisa meredakan perselisihan yang terjadi.
46. Saya bisa tidak menyadari bahwa saya menghadapi masalah yang berat.
47. Saya dapat pulih dengan cepat setelah saya merasa kecewa.
48. Saya tidak punya keinginan menjadi orang terbaik di kelas saya.
49. Saya kurang peduli dengan kebutuhan dan harapan orang lain.
50. Saya kurang bisa berkomunikasi dengan orang yang baru saja saya kenal.
51. Saya berpikir dulu tentang resikonya sebelum saya bertindak.
52. Saya bisa larut dalam kesedihan untuk waktu yang lama.
53. Saya mempunyai kesulitan dalam memenuhi komitmen atau menyelesaikan tugas.
No Keterangan SS S J JS perasaan orang lain terhadap saya.
55. Saya lebih baik menyembunyikan masalah saya sendiri.
56. Saya tidak bisa menerima perasaan saya secara apa adanya.
57. Saya kurang bisa menata emosi saya dengan baik.
58. Saya sulit mengambil inisiatif untuk melakukan suatu kegiatan.
59. Saya tidak dapat merasakan suasana hati orang yang dekat dengan saya.
Lampiran 6
RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015
VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031
VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039
VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047
VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055
VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00060 VAR00061 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL .
Reliability
[DataSet1]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 82 100.0
Excluded(
a) 0 .0
Total 82 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items