• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 4-5 minggu dengan tujuan menghasilkan daging. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 4-5 minggu dengan tujuan menghasilkan daging. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging (broiler) adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan menghasilkan daging. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai 4 - 6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat, sedangkan kelemahan adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relative lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Siregar dan Sabrani (1980) menyatakan bahwa broiler merupakan ayam ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa ayam Cornish dan bangsa ayam white play mountg rock yang khusus untuk memproduksi daging dan bisa dijual pada umur 4-6 minggu dengan berat badan antara 1,5 -2 kg. Menurut Rasyaf (2002), broiler merupakan salah satu sumber pemenuh kebutuhan akan protein hewani dimasyarakat dan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lainnya. Kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging yang relatif singkat atau sekitar 4-6 minggu sudah dapat dipasarkan dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Ayam Broiler termasuk ke dalam klasifikasi ekonomi yang memiliki

(2)

sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar et al. (1980).

Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur di bawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal.

Scott et al., (1982), membedakan pemeliharan ayam broiler menjadi 3 fase, yaitu fase pre stater umur 0-2 minggu, fase stater, grower umur 2-6 minggu dan umur 6 minggu sampai dipasarkan fase finisher. Menurut Resya (2004), dalam beternak broiler dikenal 2 masa pemeliharaan awal atau stater (umur 1-28 hari), yaitu masa DOC sampai anak ayam tersebut kuat untuk hidup layak. Masa pemeliharaan akhir dan finisher, merupakan saat terakhir kehidupan ayam broiler, dimana pada periode inilah ayam broiler siap untuk dijual atau siap untuk dipotong. Masa akhir ini meliputi umur lebih dari 28 hari.

2.2 Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu. Dalam keadaan basah bentuknya padat, namun lembek, berwarna putih. Baunya yang khas kacang kedelai segar. Keberadaan ampas tahu di Bali cukup melimpah, mengingat tahu menjadi menu sebagian besar masyarakat Indonesia karena harganya relatif murah. Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lisine dan metionin serta kalsium yang cukup tinggi. Akan tetapi, kandungan serat kasar dan air pada ampas tahu tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam (Mahfudz, 1997).

(3)

Oleh karena itu, untuk memberdayakannya ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan fermentasi.

Proses fermentasi dengan menggunakan ragi tape yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oyzae dapat menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizi. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya (Mahfudz et al., 1996).

Teknologi probiotik dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan, khususnya yang memiliki serat kasar dan antinutrisi yang tinggi. Probiotik dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba (Bidura et al., 2008).

Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan pakan penyusun ransum, terlebih dahulu difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oyzae. Ada tiga tahap pembuatan ampas tahu difermentasi, yaitu tahap persiapan ampas tahu melalui pencucian, pengepresan, dan pengukusan, inokulasi dengan kapang pencetakan dan inkubasi selama 40 jam dan pembuatan tepung yang dimulai mengiris tipis ampas tahu, menjemur dan menggiling.

Menurut Mahfudz (2006), tepung ampas tahu difermentasi mengandung protein kasar 21,66%, energi termetabolisme 2830 kkal/kg, Ca 1,09%, dan mineral fosfor 0,88%. Dilaporkan juga bahwa penggunaan ampas tahu difermentasi dengan ragi pada level 10%, 15% dan 20% dalam ransum ayam pedaging nyata meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum. Penggunaan ampas tahu terfementasi pada level 10% tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas dan persentase karkas, akan tetapi pada level 15% dan 20% nyata meningkatkan berat dan persentase karkas ayam. Proses fermentasi akan memecah

(4)

protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989). Meningkatnya kecernaan protein juga mempermudah metabolism protein, sehingga secara langsung juga meningkatkan sintesis protein daging.

Mahfudz et al. (1996) menyatakan bahwa meningkatnya nafsu makan dengan adanya penggunaan ampas tahu difermentasi dalam ransum disebabkan karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamat yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam. Proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, N, dan karbon terlarut, yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989).

2.3 Karkas

Karkas merupakan tubuh ayam tanpa bulu, darah, kaki, kepala dan jejeroan (USDA, 1977). Prakkasi (1983) komposisi fisik karkas terdiri dari komponen daging, tulang, dan lemak subkutan termasuk kulit. Semua komponen karkas tersebut akan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan umur ayam itu sendiri (Barhiman, 1976). Morran dan orr (1970) menyatakan bahwa ayam betina mempunyai proporsi dada yang lebih besar, tetapi presentase paha lebih kecil. Bertambahnya umur ayam menyebabkan presentase daging bagian paha dan sayap menurun.

Komponen yang mempengaruhi komposisi fisik karkas (tulang, daging dan lemak) adalah makanan, umur, dan jeis kelamin. Ayam yang diberi ransum dengan imbangan energi protein yang melebihi akan menimbulkan timbunan lemak dari pada ayam yang diberikan ransum dengan imbangan energi protein yang sedikit. Daging ayam mempunyai kandungan protein yang tinggi, komposisi protein sangat baik karena mengandung semua asam amino esensial yang

(5)

mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, akan tetapi daging ayam juga mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya ( Surisdiantaro dan Koentjoko, 1990).

Persentase karkas dipengaruhi oleh berat badan, bangsa ternak, jenis kelamin, jeroan, dan mutu ransum (Seemen, 1981). Murtidjo (1987) menyatakan bahwa presentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubunganya dengan bobot hidup. Dimana semakin bertambah bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat dan peresentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase karkas betina. Persentase karkas adalah perbandingan antara berat karkas dengan berat hidup dikalikan 100% ( Rizal, 2006).

2.4 Probiotik

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Lily dan Stillwell (1965) dalam Jin et al,. (1997) untuk mendeskripsikan faktor utama pemacu pertumbuhan yang diproduksi oleh mikroorganisme. Probiotik itu sendiri tergolong dalam makanan fungsional, yaitu bahan makanan mengandung kompoonen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Pemberian probiotik mempunyai beberapa tujuan, yaitu meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan produksi telur, meningkatkan kecernaan pakan dan meningkatkan pertumbuhan mikroba yang menguntungkan (Fuller, 1992).

Mulder (1996) mendefinisikan probiotik sebagai kultur mikroorganisme yang dapat berproliferasi di dalam saluran pencernaan induk semang sehingga menghasilkan suatu keseimbangan mikroflora. Probiotik tersebut terutama terdiri dari Lactobacilli, Streptococci, Bifidobacteria, Bacilli, dan Yeast.

(6)

Penggunaan probiotik juga dapat dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan antibiotika dosis rendah yang umumnya digunakan untuk pencegahan suatu penyakit. Padahal penggunaan antibiotika dalam dosis pencegahan tersebut mempunyai efek negatif terhadap Lactobacilli yang merupakan bagian terbesar dari mikroflora aerobik saluran pencernaan dan bakteri penghasil asam laktat lain yang sangat rentan terhadap antibiotika (Mulder, 1996)

Cole (1991) mengatakan probiotik merupakan salah satu pilihan pakan tambahan pada ternak yang sehat dan aman bagi lingkungan. Probiotik merupakan bahan makanan yang tidak tercerna dan memberikan keuntungan pada inang melalui simulasi yang selektif terhadap pertumbuhan aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri yang terdapat di dalam kolom (Roberfoid, 2000). Haryanto (2004) mengatakan bahwa probiotik adalah produk penyokong kehidupan yang berisi bakteri atau mikroorganisme lain yang tergolong non pathogen.

Probiotik bekerja menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang. Mikroorganisme probiotik mampu mengatur sistem kekebalan inang dari berbagai aspek, kemampuan mikroorganisme probiotik dalam meningkatkan kekebalan hewan inang adalah dengan cara mengeluarkan toksin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen dalam saluran pencernaan. Toksin-toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotik bagi mikroorganisme patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Hal ini merupakan keuntungan terhadap inang sehingga tahan terhadap serangan penyakit (Budiansyah, 2004). Pada unggas probiotik akan menambah jumlah mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan dengan cara berkompotisi untuk hidup didalam saluran pencernaan.

Mikroba yang digunakan sebagai probiotik yang efektif harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

(7)

o Dapat bertahan hidup selama persiapan sampai produksi dengan sekala industri o Dapat bertahan hidup, mampu bersaing, tidak hanya sekedar tumbuh dalam saluran

pencernaan

o Mampu menimbulkan efek yang menguntungkan bagi inang

o Stabil dan tetap hidup dalam jangka waktu lama pada periode penyimpanan dan kondisi lapang. ((Jin et al., 1997)).

Dengan berbagai persyaratan diatas , keuntungan dari penggunaan probiotik adalah :

o Memperbaiki penggunaan nutrisi pakan. Hal ini dapat terjadi melalui peningkatan efisiensi proses pencernaan atau peningkatan kecernaan senyawa-senyawa yang awalnya tidak tercerna. Sebagai contoh suplementasi Ent. Faecium akan meningkatkan kecernaan selulosa pada ayam.

o Meningkatkan kesehatan. Terjadi resistensi inang terhadap penyakit infeksi, baik secara langsung melalui mekanisme antagonis maupun melalui status kekebalan.

o Meningkatkan pertumbuhan ternak. Peningkatan pertumbuhan terjadi sebagai hasil dari menurunnya subklinis akibat tertekannya pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.

Dampak probiotik yang bervariasi di berbagai lokasi atau sistem pemeliharaan dimungkinkan, karena probiotik bukan merupakan faktor tunggal,tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja probiotik antara lain : komposisi mikrobiota inang, cara pemberian probiotik, umur dan jenis inang , kualitas dan jenis pobiotik yang digunakan (Jin et al., 1997).

(8)

Pada ternak unggas, probiotik akan bekerja efektif pada crop atau bagian awal saluran pencernaan, dan bekerja secara langsung pada caeca (Sudirman, 2004). Pada kelompok pertama ini, kultur Lactobacillus diduga dapat membentuk koloni pada crop dan usus halus (Fuller, 1992). Kelompok ini diduga dapat menghasikan performans unggas secara keseluruhan.

2.5 Khamir Saccharomyces sp. sebagai Sumber Probiotik dan Pengaruhnya terhadap Ayam

Saccharomyces sp merupakan khamir sejati yang tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnta. Saccharomyces sp. dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui “ budding cell ”. Reproduksinya dapat dipengaruhu oleh keadaan lingkungan, serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan makroskopik khamir Saccharomyces sp. mempunyai koloni bentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak, dan memiliki sel bulat dengan askkospora sebanyak 1-8 buah (Nikon, 2004 dalam Ahmad, 2005).

Khamir Saccharomyces sp. termasuk golongan fungi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Aonynmous, 2006).

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Sub Phylum : Saccharomycotina Kelas : Saccharomycetes Bangsa : Saccharomycetales Suku : Saccharomycetaceae

(9)

Strain : Saccharomyces

Spesies : Saccharomyces Cerevisiae

Buckle et al., (1987) menyebutkan, khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5-20 mikron, biasanya berukuran5-10 kali lebih besar dari bakteri dan terdapat berbagai macam bentuk dalam feses sapi. Ada yang bentuk oval, bulat dan memanjang. Khamir dapat tumbuh dalam media cair dan padat. Perbanyakan sel secara aseksual dengan pembentukan tunas, suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Suhu petumbuhan optimum adalah 250C sampai 300 dengan kisaran pH 4-4,5 (Buckle at al., 1987).

Shin et al., (1989) menyatakan Saccharomyces cerevisiae termasuk salah satu mikroba yang umumnya dipakai untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan cendawan lainnya seperti Aspergillus niger, A.oryzae, Bacillus pumilus, B. centus, Laktobacillus acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis dan S. Termophilus

Menurut Mangunwidjaja dan Suryani (1994) dalam Rokhmawati (2004) menambahkan produksi etanol dengan subtract gula oleh khamir Saccharomyces sp merupakan proses fermentasi dengan sangat sederhana, karena hanya melibatkan 1 fase pertumbuhan dan produksi, dimana pada fase tersubut glukosa diubah secara simultan menjadi biomassa etanol dan CO2.

Sumplementasi Saccharomyces cerevisiae dalam pakan ayam mendapat hasil yang positif, yaitu bobot badan meningkat setelah pemberian Saccharomyces cerevisiae. Pemberian Saccharomyces cerevisiae juga meningkatkan bobot ayam dan secara in vitro menekan pertumbuhan Styphimurium meski secara in vitro tidak memberikan hasil yang signifikan (Istiana et al., 2002). Demikian pula dengan penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai bahan imunostimulan. Imunostinulan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan

(10)

cara meningkatkan sistem pertahanan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya, sedangkan penggunaan antibiotik hanya membunuh bakteri.

Dilihat dari keberhasilan penelitian-penelitian di atas maka Saccharomyces sp. digunakan sebagai probiotik namun beberapa faktor harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan, seperti aspek ekonomi, pengaruh buruk terhadap ternak yang terkandung di dalamnya. Dari segi ekonomi harus diperhitungkan ongkos dalam sekala besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan RAKERNAS SPKEP SPSI (Rapat Kerja Nasional Serikat Kimia, Energi dan Pertambangan SPSI) adalah forum konsultasi, informasi dan evaluasi secara

Meskipun sebenarnya penanggalan Im Yang Lik menggunakan prinsip konjungsi yang tentu belum bisa dikatakan sebagai awal bulan dalam konteks hisab-rukyah, namun jika

Kandungan lemak mengalami peningkatan setelah substitusi bekatul beras hitam dan tepung jagung.Peningkatan ini terjadi karena semakin berkurangnya penggunaan tepung

Kedua aktor tersebut memasuki halaman utama situs web, kemudian pada server-side selanjutnya akan mengirim data dari permintaan client- side,

Dimana Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kec. Lintong Nihuta dapat membaur dengan peserta penyuluhan. Pendekatan Kelompok adalah suatu pendekatan dengan daya jangkau

[r]

Terwujudnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sebelas April Sumedang yang melahirkan lulusan yang kompeten di tingkat Nasional pada tahun 2025.. Misi STIE Sebelas

Pembuatan permintaan anggaran untuk program kerja fakultas Adapun berikut adalah tugas khusus yang tidak lepas dari tugas administratif pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis