• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - PENGARUH LABA DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008–2010 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - PENGARUH LABA DAN ARUS KAS UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008–2010 - repository perpustakaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba,

meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, dan mensejahterkan

pemegang saham. Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan perkembangan

perekonomian mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus

mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha

agar terus bertahan dan bersaing. Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat

bersaing sangat ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak

mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari

lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, agar kelangsungan hidup

suatu perusahaan dapat tercapai, maka pihak manajemen harus dapat meningkatkan

kinerjanya. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan

keuangan yang dipublikasikan.

Kinerja perusahaan dapat diketahui dari analisi laporan keuangan. Hasil

analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut digunakkan

sebagai dasar untuk penentu kebijakan bagi pemilik, manajer, dan investor. Analisis

laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan

(2)

perusahaan melalui laporan keuangan tersebut, dan dari laporan keuangan tersebut

dapat dilakukan analisis berdasarkan rasio keuangan. Analisis tersebut adalah

alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk klasifikasi

atau prediksi terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan, Fahmi (2011:32).

Prediksi kondisi keuangan suatu perusahaan banyak dilakukan dengan

menggunakan indikator berupa rasio-rasio keuangan. Dimana prediksi tersebut

dilihat dari sisi kinerja keuangan, sebagai suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan yang baik dan benar. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan

pengukuran posisi keuangan perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan dalam laporan

laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan perusahaan

biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam

berbagai unsur neraca. Dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi

dan total arus kas, Fahmi (2011).

Belkaoui (2008), menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional

didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal

dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode

historical cost(biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan

akhir periode yg masing-masing diukur dgn biaya historis sehingga hasil akan sama

dgn laba yangg dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya. Menurut pengertian

(3)

pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode

dengan biaya yang layak dibebankan.

Suwardjono (2005), mendefinisikan laba sebagai pendapatan dikurangi

biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tidak

didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang

dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yang merupakan selisih

pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Laporan laba rugi yang disusun

berdasar basis akrual lebih akurat untuk menaksir prospek aliran kas dari pada

laporan laba rugi yang disusun berdasar basis kas. Pengertian semacam ini akan

memudahkan pengukuran dan pelaporan laba secara objektif. Perekayasa akuntansi

mengharapkan bahwa laba semacam itu bermanfaat bagi para pemakai statemen

keuangan khusus investor dan kreditor. Pendefinisian laba seperti ini jelas akan lebih

bermakna sebagai pengukur kembalian atas investasi(return on investment)daripada

sekadar perubahan kas. Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu

kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha laba sebelum

pajak, dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besar laba akuntansi

investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. Belkaoui (2000:332)

mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yg baik dari kinerja suatu

perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas

masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan

(4)

Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim

(2005) adalah:

1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuij kebenaran sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.

3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.

4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.

Selain laba akuntansi, dalam memprediksi kesulitan keuangan suatu

perusahaan dapat pula menggunakan arus kas, di mana arus kas merupakan suatu

alat pertukaran dan digunakan sebagai suatu ukuran dalam akuntansi, Standar

Akuntansi Keuangan (2009). Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling sering

berubah. Hampir dalam setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas.

Kas begitu penting karena perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus

mempertahankan posisi likuiditas yang memadai, yakni mereka harus memiliki

sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo

agar entitas bersangkutan dapat beroperasi. Likuiditas mengacu kepada kedekatan

pada kas dari aktiva dan kewajiban-kewajiban. Solvabilitas mengacu kepada

kemampuan perusahaan untuk melunasi utangnya pada saat jatuh tempo. Dan

(5)

beradaptasi terhadap memburuknya keuangan serta keutuhan dan peluang yang tidak

terduga, Zaki Baridwan (2009).

Data tersebut akan lebih bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan

apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa

lebih lanjut. Idealnya laporan arus kas dapat menunjukkan sampai seberapa jauh

efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan telah dicapai

manajemen. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai

laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dan setara kas dan menilai keutuhan perusahaan untuk

menggunakan arus kas tersebut.

Penelitian yang berkaitan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan

dilakukan juga oleh Altman (1968) yang mengadakan penelitian kebangkrutan,

setelah Beaver, kembali menggunakan rasio keuangan sebagai faktor-faktor yang

dapat dilihat untuk mengindikasi kebangkrutan suatu perusahaan. Adapun rasio-rasio

keuangan yang digunakan oleh Altman (1968) adalah Current Assets/Current

Liabilities, Market Value Of Equity/Book Value Of Debt, Net Sales/Total Asset,

Operating Income/Total Asset, EBIT/Total Interest Payments, Retained

Earning/Total Assets, Working Capital/Total Assets, Retained Earnings/Total Assets,

Earnings Before Interest And Taxes/Total Assets, Market Value Equity/Book Value

Of Total Debt, Sales/Total Sales.

Dengan pengujian Statistic Logistic Regresion McFadden (1980)

(6)

untuk melihat kepailitan suatu perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan

oleh McFadden dalam melakukan penelitiannya adalah total liabilities/total assets,

working capital/total assets, current liabilities/currents assets.

Atmini(2005) dalam hasil penelitiannya menyatakan apabila investor,

kreditor, pemerintah, atau pihak-pihak lain akan melakukan prediksi kondisi

financial distress perusahaan, fokus pada laba akan memberikan kemampuan

prediksi yang lebih besar daripada fokus pada arus kas. Penelitian tentang prediksi

kebangkrutan suatu perusahaan sudah sangat banyak dilakukan di Indonesia. Akan

tetapi, penelitian tentang prediksi kondisifinancial distresssuatu perusahaan, dengan

membandingkan antara kondisi financial distress dari sudut pandang laba dan dari

sudut pandang arus kas masih sangat terbatas.

Dahler (2006) melakukan penelitian terhadap kemampuan prediktif

earnings dan arus kas dalam mempresiksi kondisi keuangan masa depan menemui

hasil penelitian bahwa arus kas operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang

lebih baik dibandingkan laba dalam memprediksi kondisi keuangan di masa depan

baik pada kelompok perusahaan berlaba positif maupun berlaba negatif.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Almilia (2006), pada penelitiannya

dalam memprediksi kondisi keuangan menggunakan analisis multinominal logit,

dijelaskan bahwa model prediksi menggunakan rasio keuangan yang berasal dari

laporan laba rugi dan neraca menunjukkan model tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi kondisifinancial distress perusahaan. Sedangkan untuk model prediksi

(7)

dengan model prediksi yang pertama. Penelitian ini berusaha untuk menguji daya

klasifikasi rasio keuangan baik yang berasal dari laporan laba rugi, neraca, ataupun

laporan arus kas untuk memprediksi kondisifinancial distress.

Pangaribuan (2007) menggunakan teori kebangkrutan Z-Score model

Altman, yang meneliti apakah working capital to total assets, retained earnings to

total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value of equity

to book value of debt, sales to total assets, market value of equity to book value of

debt, sales to total asset,mempengaruhi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang

go public di BEJ baik secara parsial maupun simultan. Dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa working capital to total assets, retained earnings to total assets,

earning before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value

of debt, sales to total assets, market value of equity to book value of debt, sales to

total asset tidak signifikan mempengaruhi kebangkrutan perusahaan manufaktur go

public di BEJ baik secara parsial maupun simultan dan berarti teori Altman tidak

dapat digunakan untuk memprediksikan kebangkrutan perusahaan manufaktur yang

go publicdi Indonesia.

Masih pada penelitian Almilia (2008). Dimana hasil penelitian menguji

rasio relative industry lebih akurat dalam memprediksi kemungkinan kondisi

financial distress suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio keuangan yang tidak

disesuaikan berdasarkan industrinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio

relative industry memiliki daya klasifikasi yang lebih baik dibandingkan rasio

(8)

industry, sensitifitas perusahaan terhadap kondisi makro ekonomi dan reputasi

auditor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi delisted suatu

perusahaan.

Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya menggunakan rasio

keuangan perusahaan. Perluasan dari penelitian yang berkaitan dengan financial

distressadalah dimasukkannya variabel penjelas lain selain variabel keuangan seperti

kondisi ekonomi, sensitivitas perusahaan terhadap kondisi ekonomi, opini auditor

terhadap laporan keuangan perusahaan, dan perbedaan industri.

Berdasarkan uraian dan berbagai penelitian di atas, dari bukti empiris

yang mendukung analisis laba dan arus kas dalam memprediksi kebangkrutan

perusahaan yang sudah ada sebelumnya menemukan hasil yang beragam. Peneliti

tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris terbaru mengenai seberapa besar pengaruh laba dan arus

kas dalam memprediksi kondisi keuangan pada perusahaan-perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI dengan menggunakan variabel keuangan. Penelitian ini akan

menindak lanjuti penelitian Almilia (2008) dan Atmini (2005), dengan menguji

kembali kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang tidak diklasifikasikan

berdasarkan industri masing-masing melalui laba dan arus kas. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode analisis, sampel penelitian,

periode penelitian, dan variabel yang digunakan. Penelitian sebelumnya

menggunakan sampel perusahaan industri food and baverages dengan periode tahun

(9)

sesudahnya. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan sampel

perusahaan manufaktur dengan industri yang berbeda-beda.

Atas dasar uraian diatas, peneliti ingin membuktikan mengenai

kemampuan informasi laba dan arus kas dalam memprediksi kondisi keuangan suatu

perusahaan. Disamping itu, dapat diketahui juga informasi mana yang lebih baik dari

keduanya dalam memprediksi kondisi keuangan.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan

bagi investor dan kreditor serta pihak internal perusahaan dalam mendeteksi kondisi

keuangan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui kondisi

keuangannya sehingga dapat melakukan tindakan antisipasi jika diketahui

perusahaannya mengalami kondisi kesulitan keuangan.

Dengan dasar uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

Pengaruh Laba Dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Pada Perusahaan Industri Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 20082010.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1.2.1 Apakah laba berpengaruh signifikan terhadap prediksi kondisi keuangan pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(10)

1.2.2 Apakah arus kas berpengaruh terhadap prediksi kondisi keuangan pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada periode 2008-2010?

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya terbatas untuk mengetahui prediksi keuangan pada

industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010.

Dengan sampel perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Industri Manufaktur,

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010.

Pemilihan sampel dari penelitian ini, perusahaan yang mengalami

financial distress dan non financial distress. Pembahasan pada laporan keuangan

akan dibatasi pada analisis laporan keuangan sebagai alat untuk memprediksi

kebangkrutan perusahaan.

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh laba terhadap prediksi kondisi keuangan pada perusahaan industri manufaktur yang

(11)

1.4.2 Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh kas terhadap prediksi kondisi keuangan pada perusahaan industri manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2010.

1.5. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak

pihak diantaranya:

1.5.1 Bagi Peneliti

Agar dapat dijadikan suatu praktek dari teori yang telah di dapat selama

duduk dibangku kuliah dan dapat mengetahui secara jelas pemahaman dalam cara

memprediksi kondisi keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.5.2 Bagi Dunia Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian

penelitian sebelumnya mengenai praktek pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan di Indonesia.

1.5.3 Bagi Pihak yang Membutuhkan

Pihak yang membutuhkan informasi ini antara lain investor, kreditor,

pemerintah, atau pihak-pihak lain akan melakukan prediksi kondisi keuangan

perusahaan, yaitu sebagai masukan untuk menyempurnakan dalam melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan situs ini menggunakan Hypertext Preprocessor, Structured query language sebagai relation database management system,Apache sebagai webserver dan Macromedia

Memahami pencemaran udara dan dampaknya bagi kesehatan maupun lingkungan serta upaya mengatasi pencemaran

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tanggung jawab hukum pelaksanaan asuhan persalinan patologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Untuk pipa yang dikubur di dalam tanah Upheaval buckling adalah moda buckling yang paling dominan, dimana defleksi pipa akan mengarah ke arah vertikal, pipa akan

Haji Hasan Mustapa (1852-1930) merupakan salah satu penerus tradisi tasawuf Nusantara dari tatar Sunda (Jawa Barat)3. Ia merupakan sastrawan Sunda terbesar yang

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara persepsi pentingnya akreditasi rumah sakit dengan partisipasi, komitmen, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan..

Pengaruh Shared Value , Komunikasi , Opportunistic Behavior Control Terhadap Kepercayaan Pengguna Internet Banking.. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh shared value