BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan
Salah satu argumentasi bahwa manajer keuangan harus lebih
hati-hati dalam mempertimbangkan biaya kesempatan atas pendanaan
persediaan adalah keputusan persediaan harus diberlakukan seperti
keputusan aktiva lainnya, dengan mempertimbangkan keuntungan dan
resikonya dalam kerangka pengangguran modal. Jika kebijakan
persediaan dilakukan dengan benar maka akan menghasilkan
pengelolaan persediaan optimal, namun dampak pada pemaksimalan
nilai perusahaan sampai saat ini masih belum final. Buku buku
manjemen keuangan pada bagian pengelolaan persediaan umumnya
berfokus pada model minimalisasi total biaya dengan mnenetukan
persediaan optimal atau waktu optimal atau jumlah pesanan optimal.
Akan tetapi, optimal yang dimaksud disini belum menjelaskan tentang
dampaknya terhadap nilai perusahaan. (Harmono:2017:220).
Menurut Hanafi, (2016:314) konsep signaling dan asimetri
informasi berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak
yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang
sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu
mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan pihak lainnya.
Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
dibandingkan pihak luar (seperti investor). Dengan demikian adanya
konsep signaling dan asimetri informasi diharapkan dapat memberi
sinyal positif pemegang saham untuk mengetahui prospek perusahaan
dimana masa yang mendatang. Karena itu bisa dikatakan terjadi
asimetri informasi antara manajer dengan investor.
Menurut Harmono (2017:114) indikator yang mempengaruhi
nilai perusahaan bisa dikatakan dengan menggunakan:
a. PER (Price Earning Ratio)
PER adalah nilai harga per saham indikator ini secara praktis telah
diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan
menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik
di Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman terhadap PER penting
dilakukan dan bisa dijadikan sebagai salah satu indikator nilai
perusahaan dalam model penelitian. Rasio ini menunjukan seberapa
besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earnings
(Harmono,2015:57)
Saham Lembar
per Laba
Saham Pasar
Harga
PER
b. EPS (Earning Per Share)
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah
bentuk pemberian keuantungan keuntungan yang diberikan kepada
para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki
(Fahmi, 2014:335).
Beredar Saham
Lembar Jumlah
Pajak Setelah Laba
c. PBV (Price Book Value)
Komponen penting lain yang harus diperhatikan dalam analisis
kondisi perubahan adalah Price to Book (PBV) yang merupakan
salah satu variabel yang dipertimbangkan seorang investor dalam
menentukan saham mana yang akan dibeli. Untuk
perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai
diatas satu, yang menunjukan bahwa nilai pasar saham tinggi
perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif diabndingkan dengan
yang telah ditanamkan di perusahaan (Fahmi,2014:450)
Biasa Saham Buku Nilai Jumlah
Saham Lembar per
Harga
PBV
d. Abnormal return
Abnormal return merupakan return realisasi dikurangi return
prediksi (Harmono, 2017:227)
Penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur struktur
modal adalah Price Earning Ratio (PER)
2. Struktur Modal
Struktur modal merupakan kumpulan dana yang dapat
digunakan dan dialokasikan oleh perusahaan dimana dan atersebut
diperoleh dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi lain
mengemukakan struktur modal itu merupakan campuran atau kumpulan
dari hutang, saham preferen dan modal sendiri yang digunakan untuk
a. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur
modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa
diubah-ubah agar bisa di peroleh nilai perusahaan yang optimal
(Hanafi 2014:297)
b. Pendekatan Modigliani-Miller (MM)
Selama ini teori struktur modal didasarkan atas perilaku
investor dan bukunya studi formal secara matematis. Franco
Modigliani dan Merton Miller (MM) memperkenalkan model teori
struktur modal secra matematis, scientific dan atas dasar penelitian
yang terus menerus (Sartono, 2008:230).
a. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi
laba sebelum bunga dan pajak (O EBIT) dan perusahaan yang
memiliki risiko bisnis sama dikatakan berada dalam klas yang
sama.
b. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama
terhadap EBIT perusahaan di masa datang; dengan demikian
semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous
expectations tentang laba perusahaan dan tingkat risiko
perusahaan.
c. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang
c. Teori Struktur Modal
Menurut Fahmi (2014: 182-185). Kajian tentang teori
struktur modal telah banyak dibahas di berbagai buku teks baik
yang ditulis oleh penulis domestik maumpun asing, dan secara
umum teori yang membahas tentang struktur modal ada dua yaitu,
a. Balancing theories, dan
b. Packing order theory
a. Balancing theories
Merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang
kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari
pinjaman baik keperbankan atau juga dengan menerbitkan
obligasi (bonds) adalah sebuah surat berharga (commercial
paper) yang mencatumkan nilai nominal, tingkat suku bunga,
dan jangka waktu dimana itu dikeluarkan baik oleh perusahaan
ataupun goverment untuk kemudian dijual kepada publik.
Ada beberapa bentuk resiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan pada saat kebijakan balancing theories yang
diterapkan, yaitu :
1) Jika perusahaan meminjam dana ke perbankan, maka
dibutuhkan jaminan atau bangunan seperti tanah, gedung,
kendaraan, dan sejenisnya. Dan jika angsuran kredit tersebut
terlambat maka perbankan akan memberikan teguran dalam
2) Jika kebutuhan dana dengan cara menjual obligasi. Bentuk
resiko yang dihadapi adalah jika seandainnya tidak sanggup
membayar bunga obligasi secara tepat waktu atau bergeser
dari waktu yang disepakati maka perusahaan harus
melakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi ini,
termasuk mengkonversi dari pemegang obligasi ke
pemegang saham.
3) Risiko selanjutnya terhadap masalah yang dialami oleh
perusahaan tersebut adalah telah menyebabkan nilai
perusahaan di mata publik terjadi penurunan, karena publik
menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik khususnya
dalam kemampuan manajemen struktur modal (capital
structure management).
b. Pecking Order Theory
Pecking Order Theory merupakan teori yang
menjelaskan tentang suatu kebijakan yang ditempuh oleh
perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual
aset yang dimilikinya dan aset-aset lainnya. Pada kebijakan
pecking order theory artinya perusahaan melakukan kebijakan
dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya
karena dilakukan kebijakan penjualan. Dampak lebih jauh
perusahaan akan mengalami kekurangan aset karena dipakai
untuk membiayai rencana aktivitas perusahaan baik yang
sedang maupun yang akan datang. Yang sedang seperti untuk
seperti untuk mengembangkan produk baru (brand product) dan
ekspansi perusahaan dalam membuka kantor cabang (brand
office) dan berbagai kantor cabang pembantu (sub brand office).
Adapun beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh
perusahaan untuk memperkecil risiko yang akan timbul karena
diterapkannya kebijakan packing order theory, yaitu
1) Melakukan kebijakan penjualan aset berdasarkan skala prioritas
dan kebutuhan.
2) Menerapkan kebijakan prudential principle (prinsip
kehati-hatian) sebelum keputusan tersebut dibuat. Pridencial principle
artinya keputusan yang dibuat dilakukan berdasarkan
perhitungan yang matang, matang dari segi perhitungan
matematis dan analisis kualitatifnya.
3) Menerapkan kebijakan yang bersifat hard control (kontrol
keras) terhadap yang sudah diambil. Adapun hard control
artinya setelah keputusan tersebut diambil maka dilaksanakan
secara betul penuh dengan pengawasan yang ketat dan
maksimal.
a. Kondisi diterapkannya balancing theory
Adapun dimana kondisi balancing theory layak untuk
diterapkan adalah :
1) Kondisi ekonomi cenderung dalam kondisi yang diharapkan.
Kondisi seperti ini biasanya kemampuan daya beli
2) Kondisi grafik penjualan perusahaan berada dalam
peningkatan. Sehingga jika perusahaan meminjam ke
perbankan memungkinkan angsuran kredit untuk mampu
dibayar secara tepat waktu.
3) Cadangan perusahaan (company reserve) berada dalam
keadaan yang maksimal. Sehingga jika sewaktu-waktu hasil
dari penjualan terjadi penurunan dan perusahaan harus
membayar angsuran pinjaman maka bisa mempergunakan
untuk sementara sebagian dana cadangan.
4) Kondisi dan situasi sosial politik dalam dan luar negeri
diperkirakan cenderung dalam keadaan baik dan stabil
secara jangka panjang. Dalam keadaan seperti ini iklim
investasi akan berkembang dengan pesat bahkan FDI
(Foreign Direct Investment) cenderung untuk meningkat.
Kondisi ini membawa dampak positif bagi keuangan
perusahaan.
5) Secara teori perusahaan boleh menjual obligasi dan saham,
dalam artian obligasi dan saham dalam jumlah nominal yang
realistis dan feasible (layak) secara ukuran keuangan.
equity Total
debt Total
DER
3. Struktur Aktiva
Struktur aktiva pada pada penelitian ini diproyeksikan oleh
memenuhi kebutuhan perusahaan. Struktur aktiva menggambarkan
proporsi antara aktiva total aktiva dengan aktiva tetap perusahaan.
Sebab perusahaan yang dimiliki aktiva tetap yang besar akan lebih
mudah mendapatkan modal dari luar perusahaan.
Menurut (Kasmir 2011:39) aktiva atau aset merupakan harta
atau kekayaan yang dimiliki perusahaan, baik pada saat tertentu.
Kondisi aset perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan
perusahaan. Perusahaan yang dimiliki jumlah aset lancar yang lebih
banyak dalam struktur asetnya cenderung untuk menggunakan hutang
dalam pemenuhan kegiatan pendanaanya, sedangkan perusahaan yang
memiliki jumlah aset tetap yang lebih banyak cenderung menggunakan
modal sendiri dalam memenuhi kegiatan pendanaannya.
Menurut (Brigham dan Houston dalam Arindita 2012:188)
perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan
pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang, aset
umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset untuk tujuan khusus.
Aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu jaminan
pembayaran yang baik untuk kreditor terhadap jaminan yang diberikan
kepada perusahaan. Namun, kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajibannya (likuiditas dan leverage) akan selalu dilihat kreditur
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastusi
(2012:6) menyatakan bahwa “keputusan investasi akan tercermin pada
sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan memepengaruhi struktur
kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan
aktiva tetap”.
Dari teori diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
struktur aktiva adalah struktur asset menggambarkan proporsi atau
perbandingan antara total aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan
dengan total aktiva perusahaan.
a. Jenis-jenis Aktiva
Aktiva adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan
merupakan sumber daya yang dimiliki bertujuan untuk
menghasilkan profit, yang diklarifikasikan menjadi aktiva lancar
dan aktiva tidak lancar. Menurut Rambe, dkk (2015:42) menyatakan
bahwa “ aktiva dapat diklarifikasikan menjadi dua yaitu aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar”.
Dari dua pengelompokan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Aktiva lancar
Yaitu, uang kas dan lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau ditukarkan untuk dicairkan atau ditukarkan
menjadi uang tunai. Pos-pos yang termasuk dalam aktiva
penghasilan yang masih harus diterima, dan biya dibayar
dimuka.
2) Aktiva tidak lancar
Yaitu, aktiva yang mempunyai masa penggunaan yang
realtive panjang dalam arti tidak akan habis dipakai dalam satu
tahun dan tidak dapat dengan segera dijadikan kas. Aktiva tidak
lancar ada yang berbentuk aktiva berwujud dan tak berwujud.
Pos-pos yang termasuk dalam aktiva ini adalah investasi, aktiva
tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva lainnya. Sedangkan
menurut Kasmir (2012: 39) menyatakan bahwa “klarifikasi
aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya”.
Dari beberapa klarifikasi aktiva tersebut penjelasnnya sebagai
berikut :
1) Aktiva Lancar
Aktiva lancar menrupakan harta atau kekayaan yang
dapat segera diuangkan pada saat dibutuhkan dan paing
lama satu tahun, dan merupakan aktiva paling likuid
dibandingkan jenis aktiva lain. Komponen yang dari aktiva
lancar antara lain kas, surat-surat berharga, piutang,
persediaan dan sewa dibayar dimuka.
2) Aktiva tetap
Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan
satu tahun. Aktiva tetap dapat dibagi menjadi du macam,
yaitu aktiva berwujud seperti : tanah, bangunan, mesin,
kendaraan, dan aktiva tak berwujud seperti hak paten, merek
dagang, goodwill dan lainnya.
3) Aktiva lainnya
Aktiva lainnya merupakan harta atau kekyaan yang
tidak dapat digolongkan ke dalam aktiva lancar maupun
aktiva tetap. Komponen yang ada dalam aktiva lainnya
adalah bangunan dalam proses, piutang jangka panjang,
tanah dalam penyelesaian. Dari kedua teori diatas dapat
disimpulkan bahwa jenis-jenis aktiva atau kekyaan
perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar.
b. Manfaat Struktur Aktiva
Struktur aktiva memiliki manfaat besar pada suatu
perusahaan. Sebab semakin besar aktiva tetap yang dimiliki suatu
perusahaan maka semakin tinggi jumlah pendanaan yang di dapat
dari luar perusahaan, hal ini disebab jumlah aktiva yang relative
besar dapat menjadi jaminan.
Menurut Agus Sartono (2010:248) menyatakan bahwa:
“perusahaan yang memiliki aset tetap alam jumlah besar dapat
menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena
akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan
utang perusahaan”.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Aktiva
Struktur Aktiva merupakan cerminan kekyaan yang dimiliki
perusahaan ini semua dapat dilihat baik dari aktiva lancar maupun
hutang lancar. Namun struktur aktiva lebih menilai kepada seberapa
besar aktiva tetap perusahaan dalam mendominasi komposisi
kekyaan atau asset perusahaan. Sehingga diartikan bahwa
faktor-faktor yang membentuk aktiva tetap akan mempengaruhi seberapa
besar struktur aktiva perusahaan. Adapun faktor-faktor pembentuk
aktiva tetap Menurut Hery (2012:118) menyatakan bahwa ;
“Dalam beberapa kasus, perusahaan juga dapat melakukan
investasi jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap, seperti tanah,
yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk digunakan
dalam kegiatan operasi bisnis, melainkan untuk tujuan spekulasi
(investasi)”.
Sedangkan Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
(2012:6) menyatakan bahwa : “Dana yang diperoleh kemudian
diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai
kegiatan perusahaan. Kala kegiatan memperoleh dana berarti
perusahaan menerbitkan aktiva financial (seperti saham dan
perusahaan memiliki aktiva rill (seperti tanah, mesin, persediaan,
merk dagang dan sebagainya).
Dari teori-teori diatas dapat disimpulakan bahwa faktor yang
mempengaruhi struktur aktiva adalah tergantung dari kegiatan dan
aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
d. Pengukuran Struktur Aktiva
Struktur Aktiva (Assets Tangibility) dalam penelitian ini,
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan total aktiva, sebagai
proxy dari struktur aktiva. Brigman dan Houston (2011:188)
menyatakan bahwa “Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk
dijadikan jaminankredit cenderung lebih banyak mengunakan
banyak utang.
Aktiva Total
Tetap Struktur Aktiva
Struktur
4. Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan (company growth) adalah peningkatan
atau penurunan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan dihitung sebagai perentase perubahan aset pada tahun
tertentu terhadap tahun sebelumnya (Supratiningrum, 2013).
Pertumbuhan perusahaan dalam peaking order theory memiliki
hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan. Dalam hal ini,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang cepat harus
terlebih dahulu, baru kemudian menggunakan dana eksternal (hutang).
Ketika perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang tinggi
sehingga melebihi jumlah laba ditahan, maka akan terjadi peningkatan
hutang. Asumsinya adalah ketika aset perusahaan meningkat sedangkan
faktor lain dianggap ceteris paribus, maka peningkatan aset akan
menyebabkan peningkatan hutang (Hestaningrum, 2012).
1
1
t
t t
tahun Asset
tahun Asset tahun
Asset Perusahaan
n Pertumbuha
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa
perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, nilai
buku yang besar dan laba yang tinggi (Mahatma dan Wirajaya, 2013).
Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapasitasi pasar yang
kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah. Ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu
perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total asset yang
dimiliki oleh perusahaan, yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi
perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak
manajemen lebih leluasa dalam memepergunakan aset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding
dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah
asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi
kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan = Ln Total Aset
6. Profitabilitas
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan
yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik
rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara
umum ada 4 (empat), yaitu gross profit margin, net profit margin,
return on investment (ROI), dan return on net work. Menurut (Fahmi
2014 : 81-83)
a. Gross Profit Margin
Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor.
Mengenai gross profit Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston
memberikan pendapatnya yaitu, ”Margin laba kotor” yang
memperhatikan hubungan antara penjulan dan beban pokok
penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk
mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasional barang
maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan kepada
pelanggan. Atau lebih jauh Joel G. Siegel dan Jae K. Shim
mengatakan bahwa,”persentase dari sisa penjualan setelah sebuah
keuntungan kotor (gross profit margin). Adapun rumus rasio gross
profit margin adalah :
Sales
Sold Good of Cost Sales
Margin Profit
Gross
Keterangan :
Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjulan
Sales = Penjualan
Untuk data cost of good sold dan sales dapat dilihat pada
income statement (laporan laba rugi).
b. Net Profit Margin
Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio
pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel G.
Siegel dn Jae K. Shim mengatakan , (1) Margin laba bersih sama
dengan laba bersih dibagi dengan penjulan besih. Ini menunjukan
kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat
penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma
industri sebuah perusahaan pada tahun sebelumnya, kita dapat
menilai efisiensi operasi dan strategi penerapan harga serta status
persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri
tersebut. (2) Margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba
bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukan
bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik melebihi harga pokok
Adapun rumus rasio net profit margin adalah:
Sales
(EAT) Tax
After Earning Margin
Profit
Net
Keterangan :
Earning After Tax (EAT) = Laba Setelah Pajak
Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Karena itu
di beberapa liberatur ditemukan jika earning after tax ditulis
dengan net profit atau laba bersih. Untuk jelasnya dapat kita
lihat pada rumus dibawah ini :
Sales Profit Net Tax After
Earning
c. Return on Investment (ROI)
Rasio return on investment (ROI) atau pengembalian
investasi, bahwa dibeberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis
dengan return on total aset (ROA). Rasio ini melihat sejauhmana
investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut
sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau
ditempatkan.
Adapun rumus return on investment (ROI) adalah :
Aset Total
) (EAT Tax After Earning Investment
on
d. Return on Equity (ROE)
Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas
equity. Dibeberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset
turnover atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana
suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk
mampu memberikan laba atas ekuitas.
Adapun rumus return on equity (ROE) adalah :
Equity s
r' Shareholde
(EAT) Tax
After Earning Equity
on
Return
Keterangan :
Shareholders’ Equity = Modal Sendiri
B. Penelitian terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang struktur
modal, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan
profitabilitas yang mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil dari penelitian
akan digunakan sebagai bahan referensi dan pembandingan dalam
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Variabel Hasil
1. Fifin Syahadatina
Pengaruh Size dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 4, Nomor 8, Agustus 2015
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Variabel independen : Struktur Modal (X1)
Size berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal berpengaruh
signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Leverage berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.
2. MURAH
Analisis pengaruh struktur aset dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan(study pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015).
Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani Vol. 5 No. 2 Tahun 2017.
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Variabel independen: Struktur Aktiva (X2)
Analisis Pengaruh Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan
3. Sri Ayem Ragil Nugroho
Pengaruh Profabilitas, Struktur Modal, Kebijakan
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Variabel Independen : Struktur Modal (X1)
Profitabilitas (X4)
1. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
No Judul Variabel Hasil Deviden, dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai
Perusahaan.
Jurnal Akuntansi vol 4 No.1 juni 2016 TANSI VOL.
2. Struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel sebagain besar memilki modal yang kuat, sehingga besarnya hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
4. Lita Elisabeth Salempang, Jullie J. Sondakh, Rudy J. Pusung
Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-2014
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016.
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Variabel independen : Pertumbuhan perusahaan (X3)
1.profitabilitas (ROA) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai
perusahaan pada sektor real estate dan property di BEI tahun 2013-2014.
2. Struktur modal (DER) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan pada sektor real estate dan property di BEI tahun 2013-2014.
3. Pertumbuhan Perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai
perusahaan pada sektor real estate dan property di BEI tahun 2013-2014.
4. Profitabilitas (ROA), Struktur modal (DER) dan Pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Nilai perusahaan pada sektor real estate dan property di
BEI tahun 2013-2014. 5. Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya
(2013).
Variabel dependen Nilai perusahaan (Y) Variabel independen
No Judul Variabel Hasil Pengaruh struktur modal,profitabilitas dan
ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2(2013)
Struktur modal (X1)
Ukuran Perusahaan (X4)
Profitabilitas (X5)
Sementara itu ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Saputri Dewi PY, Yuniarta GA dan Tungga Atmadja AW (2014).
Pengaruh struktur modal,pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ 45 di BEI.
Jurusan Akuntansi S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014).
Variabel dependen Nilai perusahaan (Y) Struktur modal (X1)
Pertumbuhan perusahaan (X3)
Profitabilitas (X5)
Struktur modal,pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ 45 periode 2008-2012 di Bursa Efek Indonesia
7. Anisyah Purwohandoko.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Pertambangan Yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2015.
Jurnal Manajerial Bisnis sep 2017.
Variabel dependen: Nilai Perusahaan (Y) Profitabilitas (X5)
Ukuran Perusahaan (X4)
Struktur Modal (X1)
Profitabilitas memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ukuran Perusahaan dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
No Judul Variabel Hasil
8. Yessy Susanti
Pengaruh Struktur Modal, Ekonomi Makro dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 6, Juni 2017
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Struktur Modal (X1)
Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
9. Umi Mardiyati, Gatot Nazir Ahmad dan Ria Putri
Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2005-2011.
Jurnal Riset ManajemenSains Indonesia (JRMSI) Volum. 3, No. 1, 2012
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Profitabilitas (X5)
Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
10. Odongo Kodongo and Thabang Mokoleli-Mokoteli and Leonard Maina.
Capital structure, profitability and firm value: panel evidence of listed firms in Kenya
MPRA Paper No. 57116, posted 6. July 2014 05:40 UTC.
Variabel dependen : Nilai Perusahaan (Y) Struktur Modal (X1)
Profitabilitas (X5)
Kami menganalisis hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan. nilai perusahaan diproksikan oleh Q tobin dalam uji empiris kami. Sesuai dengan temuan kami mengenai
No Judul Variabel Hasil
tidak memiliki dampak signifikan secara statistik terhadap nilai perusahaan berdasarkan spesifikasi efek langsung dan efek acak.
11. Melsa Ararat, bernard S. Blackt, B. Burcin Yurtoglu.
The effect of corporate governance on firm value and profitability: Time-series evidence from Turkey.
Emerging Markets 30 (2017)
Variabel dependen (Y) Nilai Perusahaan Variabel independen Struktur modal (X1)
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Struktur Modal terhadap nilai perusahaan
Untuk menentukan target struktur modal yang optimal, dituntut
peran dari manajemen perusahaan. Pendanaan dari penggunaan hutang
memiliki kelemahan serta kelebihan. Kelemahan pengguna hutang sebagai
sumber pendanaan terletak pada munculnya biaya keagenan dan biaya
kepailitan, sedangkan kelebihan dalam penggunaan hutang sebagai
pendanaan adalah diperolehnya pengurangan pajak karena pembayaran
bunga hutang (Prastuti dan Sudiarha, 2016). Hal tersebut merupakan
adanya ketidak konsisten hubungan struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian peneliti menduga bahwa struktur modal
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Trade-off theory dalam struktur modal di proxy dengan DER (Debt
Equity Ratio) dengan menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang
timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat penggunaan
hutang lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila
pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka
tambahan hutang tidak diperkenankan. Debt Equity Ratio mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
tujukan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang.
Syahadatina (2015) Size berpengaruh signifikan positif terhadap
nilai perusahaan. Struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap
nilai perusahaan. Leverage berpengaruh signifikan positif terhadap nilai
perusahaan.
Ayem dan Nugroho (2016). Profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa semakin
besar profitabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin besar nilai
perusahaan. Struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal ini menunjukan bahwa perusahaan sampel sebagaian besar memiliki
modal yang kuat, sehingga besarnya hutang tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Nilai Perusahaan
Menurut pecking order theory (Stewart C. Myers dan Nicolas
dalam Amelia (2010) perusahaan yang memiliki struktur aset yang tinggi
akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini
disebabkan perusahaan dengan struktur aktiva tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan
dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan pembiayaan
eksternal melalui struktur aset merupakan perbandingan antara aktiva tetap
dan total aktiva yang dapat menentukan besarnya alokasi dana untuk
masing-masing komponen dana, struktur asset perusahaan memainkan
dapat memaksimalnya nilai perusahaan. Dapat dari model yang mereka
tanamkan dan memberikan kepuasaan tersendiri.
Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari
saham dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham
lebih tinggi dibandingkan harga belinya. Deviden tersebut didapat dari
perusahaan sebagai kontribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
Pernyataan ini ditulis dengan penelitian Murah (2017) yang
menemukan Struktur aset berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam
hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai
sumber pembiayaanya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost)
antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya
menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan
hutang mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang
maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi
perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba
sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi
pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan
pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek
kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang berhubungan
secara positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio hutang
berhubungan secara negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan sangat tergantung pada
keberadaan kesempatan pertumbuhan. Pertambahan perubahan total aktiva
periode penelitian ini memengaruhi harga perlembar saham terhadap
ekuitas perlembar saham dikalangan investor (Saputri Dewi dkk, 2014).
Lita Elisabeth dkk (2016). Pertumbuhan perusahaan secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada sektor real
estate dan property di BEI.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerrminan
besar kecilnya perusahaan yang Nampak dalam nilai total aktiva
perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan
lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut.
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki
kondisi yang lebih stabil. Kestabilan tersebut menarik investor untuk
memiliki saham perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab
atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Investor memiliki
ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar. Ekspektasi insvestor
berupa perolehan dividen dari perusahaan tersebut. Peningkatan
pula kecederungan investor untuk memiliki saham tersebut sehingga akan
mengakibatkan kenaikan harga saham. Adanya kenaikan harga saham ini
akan menyebabkan naiknya price book value (PBV) atau nilai perusahaan.
Perusahaan yang besar dapat menyebabkan pasar akan mau membayar
lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya akan
mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut
(Sujoko dan Soebiantoro, Ugy, 2007).
Pernyataan ini ditulis dengan penelitian Dewi dan Wirajaya (2013)
yang menemukan Struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, sedangkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sementara itu ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Saputri dkk (2014) yang menemukan Struktur
Modal, Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Jika manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah perusahaan,
maka harus mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan
dan memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Analisis laporan keuangan
akan melibatkan membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja
perusahaan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi
tren posisi keuangan dari waktu ke waktu. Studi-studi ini akan membantu
dan kemudian mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerjanya
(Brigham&Houston, 2004).
Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam
penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity merupakan
rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common
stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang
dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik
perusahaan. Semakin tinggi nilai profit yang didapat maka akan semakin
tinggi nilai perusahaan. Karena profit yang tinggi akan memberikan
indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor
untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang
meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat.
(Mardiyati dkk, (2012), (Mahatma dan Wirajaya. 2013). Profitabilitas
memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ukuran Perusahaan dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Struktur Modal memiliki berpengaruh positif signifikan
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
H5 (+)
Kerangka pemikiran pada penelitian ini sebagaimana yang tampak pada
gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Model Kerangka Pemikiran Struktur Modal
(X1)
Struktur Aktiva
(X2)
Pertumbuhan Perusahaan
(X3)
Ukuran Perusahaan
(X4)
Nilai Perusahaan
(Y)
Profitabilitas
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah
dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Struktur Modal, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran
Perusahaan dan Profitabilitas secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
H2 : Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
H3 : Struktur Aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
H4: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
H5 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan