• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah - ANALISIS SELEKSI KEPALA SEKOLAH DASAR DI K ECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah - ANALISIS SELEKSI KEPALA SEKOLAH DASAR DI K ECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Profil Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di SDN PS1, SDN PB, dan SDM C Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. SDN PS1 terletak di Desa Pernasidi keadaan sekolah tidak berbeda dengan sekolah pada umumnya. SDN PB terletak di jalan Singadipa Nomor 8 Desa Panambangan. SDM C sendiri terdapat di jalan Raya Jombor desa Cipete, SDM C merupakan salah satu SDM yang maju di kecamatan Cilongok. SDN PS 1, SDN PB, SDM C memiliki perbedaan dalam prestasi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah dan profil guru yang berbeda pula.

Prestasi sekolah yang pernah diraih oleh ke tiga sekolah tersebut tidaklah sama. Salah satunya yaitu di SDM C sering kali siswanya menjuarai berbagai lomba dengan bidang yang bermacam-macam. Saat ini yang sedang ramai di bicarakan adalah siswa yang beberapa bulan lalu menjuarai lomba dokter kecil tingkat kecamatan. Siswa tersebut tidak hanya di tingkat kecamatan saja, tetapi dapat mewakili lomba sampai tingkat provinsi dan dinobatkan sebagai duta sanitasi. Begitu pula di SDN PS 1 dan SDN PB dengan prestasi yang didapatkan berbeda pula. Prestasi sekolah yang diperoleh oleh siswa karena adanya dorongan dari kepala sekolah. Hal tersebut tidak lepas dari cara kepala sekolah dalam melakukan kepemimpinan di sekolah.

(2)

sekolahnya dengan cara yang pelan tapi pasti dan sesuai dengan visi misinya dalam memajukan sekolah. SDN PB memiliki kepala sekolah dengan cara kepemimpinannya yang terlihat begitu semangat, oleh sebab itu SDN PB mendapatkan akreditasi A. Kepemimpinan kepala SDM C dengan cara yang hampir sama dengan SDN PS1, dengan cara yang pelan tapi pasti dengan tujuan yang akan dicapai untuk kemajuan sekolahnya. Kepala SDM C sering kali membuat inovasi baru untuk menarik minat warga agar sekolahnya memiliki banyak siswa. Salah satunya yaitu dengan adanya mobil antar jemput siswa, itu termasuk nilai tambahan bagi sekolah tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah juga sangat mempengaruhi bagaimana profil guru yang ada dalam suatu sekolah. Jika dalam suatu sekolah kepala sekolah memimpin dengan cara yang sesuai, maka besar kemungkinan guru-guru memiliki banyak kemampuan untuk berprestasi.

(3)

yang ada dalam prestasi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, profil guru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada tiga sekolah tersebut.

Penelitian dilakukan di tiga sekolah yaitu dua sekolah negeri dan satu sekolah swasta karena sekolah tersebut memiliki akreditasi yang berbeda. Baik dan buruknya akreditasi suatu sekolah tidak pernah lepas dari peran warga sekolah terutama kepala sekolah. Kepala sekolah dalam tiap sekolah memiliki metode yang berbeda untuk meningkatkan kualitas sekolahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari keprofesional kepala sekolah itu sendiri. Untuk itu peneliti menjadikan SDN PS1, SDN PB, dan SDM C sebagai tempat penelitian karena akreditasi yang berbeda dan apa saja yang perlu dipersiapkan agar dapat menjadi kepala sekolah serta dapat menjalankan tugasnya dengan profesional.

B.Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini dimulai tanggal 25 April 2017 sampai dengan 20 Juli 2017. Penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kegiatan berikutnya adalah menranskipkan hasil wawancara. Bab ini berisi diskusi hasil penelitian dan membahasnya berdasarkan hasil penelitian dari observasi, wawancara serta dokumen. Terdapat empat topik yang akan dibahas, yaitu:

1. Mendeskripsikan tahapan awal bagi calon kepala sekolah dasar

(4)

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengikuti seleksi kepala sekolah dasar

4. Cara kepala sekolah profesional dalam memimpin suatu sekolah

Ke empat topik tersebut dijabarkan dalam pemaparan dibawah ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen. Data tersebut disampaikan dalam bentuk kutipan kalimat secara naratif dan gambar.

1. Mendeskripsikan tahapan awal bagi calon kepala sekolah dasar

(5)

“Golongan harus IV, masa kerja, usia maksimal 50 tahun, pendidikan minimal S1, kelengkapan piagam-piagam atau sertifikat-sertifikat,

portofolio.” (YYA/G.SDN PS1)

YYA/G.SDN PS1 menjelaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi dalam seleksi kepala sekolah dasar yaitu golongan harus sudah IV, lama masa kerja, pendidikan terakhir minimal S1, memiliki banyak penghargaan seperti piagam, sertifikat, serta portofolio lainnya. Berdasarkan teori dari Baihaqi, Khairuddin, M.Husen., (2012: 24-25) bahwa dalam seleksi kepala sekolah syarat yang harus dipenuhi yaitu ijazah terakhir minimal S1, waktu diangkat sebagai kepala sekolah maksimal 56 tahun, minimal golongan harus IIIC. Sependapat dengan YYA bahwa SW juga mengatakan:

“Pendidikan terakhir minimal S1, golongan, masa kerja, prestasi yang

pernah diraih.” (SW/G.SDN PS1)

SW/G.SDN PS1 menjelaskan bahwa syarat seleksi kepala sekolah adalah pendidikan terakhir minimal S1, harus sudah bergolongan IV, lama masa kerja, serta prestasi-prestasi yang pernah diraih. Berdasarkan teori dari Baihaqi, Khairuddin, M.Husen., (2012: 24-25) bahwa dalam seleksi kepala sekolah syarat yang harus dipenuhi yaitu ijazah terakhir minimal S1, waktu diangkat sebagai kepala sekolah maksimal 56 tahun, minimal golongan harus IIIC. AW/KS.SDN PS1 juga sependapat dengan YYA dan SW bahwa:

“Golongan sudah 3C; mengikuti seleksi ditingkat sekolah; ijazah pendidikan terakhir harus S1; mengikuti seleksi tingkat kecamatan disesuaikan dengan kuota; seleksi kabupaten diseleksi lagi ada ujian

(6)

AW/KS.SDN PS1 menjelaskan dalam seleksi kepala sekolah syarat yang harus dipenuhi yaitu ijazah terakhir minimal S1, waktu diangkat sebagai kepala sekolah maksimal 56 tahun, minimal golongan harus IIIC, mengikuti seleksi tingkat sekolah, dari sekolah mengusulkan beberapa orang minimal satu orang; di sekolah guru-guru yang akan mengikuti seleksi kepala sekolah diberi bekal tentang apa saja yang akan keluar tentang peraturan pendidikan, KBM, kurikulum, hasil penelitian dan sebagainya, mengikuti seleksi di kecamatan, apabila lolos lanjut seleksi di kabupaten, seleksi di kabupaten ada tes psikotes. Berdasarkan teori dari Baihaqi, Khairuddin, M.Husen., (2012: 24-25) menyatakan bahwa kualifikasi akademik paling rendah S1, berusia setinggi-tingginya 56 tahun, memiliki sertifikat pendidik, pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun, golongan serendah-rendahnya IIIC, memperoleh nilai amat baik untuk penilaian sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi pegawai. PAU juga sependapat bahwa:

“Golongan minimal 3C, sudah menjadi guru minimal 5 tahun, lulus secara administrasi, kualifikasi pendidikan S1, lolos tes PSTP LPMP.”

(PAU/KS.SDN PB)

(7)

“Calon kepala sekolah harus sudah menjadi pegawai tetap baik PNS maupun tenaga tetap yayasan karena untuk menjadi kepala sekolah ada persyaratan yang menyatakan bahwa calon kepala sekolah harus memiliki golongan serendah-rendahnya III C dan aktif mengajar selama minimal 5 tahun. Jika dilihat dari golongan dan lamanya mengajar maka sudah dapat dilihat bahwa guru tersebut telah menjadi pegawai

tetap PNS maupun tenaga tetap yayasan.” (NA/SBSD.DINDIK)

NA/SBSD.DINDIK menyatakan bahwa calon kepala sekolah serendah-rendahnya harus memiliki golongan III C, dan aktif mengajar minimal selama 5 tahun, dan sudah menjadi pegawai tetap PNS maupun tenaga tetap yayasan. Penjelasan tersebut berkaitan dengan teori dari Baihaqi, Khairuddin, M.Husen., (2012: 24-25) yang menyatakan bahwa persyaratan calon kepala adalah kualifikasi minimal S1, pada saat diangkat sebagai kepala sekolah berusia maksimal 56 tahun, pengalaman mengajar minimal 5 tahun, pangkat serendah-rendahnya III C. Berbeda dengan hasil pengamatan dengan guru SDM C bahwa:

“Persyaratannya yaitu sudah sarjana; mampu dalam arti luas mampu segalanya, mampu dalam pikirannya, cara pandangnya, pengelolaannya,

mampu dalam semua bidang.” (SA/G.SDM C)

(8)

“KTA Muhammadiyah, pengalaman organisasi, lama mengajar di sekolah tersebut, tes intelektual, dan kemampuannya dalam

memimpin.” (WT/G.SDM C)

WT/G.SDM C menjelaskan bahwa seleki kepala sekolah pada sekolah swawta adalah guru harus memiliki kartu tanda anggota muhammadiyah, memilki pengalaman organisasi dengan baik, masa kerja pada sekolah tersebut. Lain lagi menurut RN/KS SDM C bahwa:

“Masa kerja minimal sudah menjadi guru tetap yayasan sekitar 4 tahun, pendidikan terakhir minimal S1 (semua jurusan), sudah bersertifikat, sudah bersertifikasi. Itu yang diutamakan tetapi memang kalau kondisi sekolah itu memang dengan syarat-syarat itu tidak ada ya yang mendekati ke syarat itu. Syarat seleksi kepala sekolah di sekolah swasta dengan negeri itu berbeda, kalau di sekolah negeri itu ada seleksi tersendiri yaitu guru mengusulkan ke UPK nanti dari UPK jika lolos baru diseleksi lagi di kabupaten, dan guru yang diusulkan sebagai kepala sekolah mau atau tidak, sedangkan di swasta itu yang mengusulkan dari rekan-rekan guru kemudian dari yayasan, minimal 3 guru yang diusulkan dalam satu sekolah, kemudian melaksanakan tes untuk menguji kelayakan dari guru tersebut, administrasi dan wawancara, kemudian visi misinya. Kalau itu biasanya yang persaingannya tinggi, karena sekolah swasta itu ada yang tinggi ada yang sedang. Kalau ketiganya sudah layak serta memenuhi tinggal guru bertiga itu berunding mau siapa yang akan menjadi kepala sekolah. Seleksi dimulai dari sekolah ke yayasan, dari yayasan menyeleksi ketiga guru tersebut, kalau sudah terpilih baru dari pihak yayasan

melaporkan ke kabupaten.” (RN/KS SDM C)

(9)

2014 bab V Seleksi Calon Kepala Sekolah pasal 6 yang berbunyi seleksi meliputi seleksi administrasi dan seleksi akademik. Seleksi administrasi meliputi mengumpulkan dokumen dengan lengkap, seloeksi akademik meliputi wawancara pemaparan karya tulis ilmiah.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa guru dan kepala sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa penjelasan tersebut adalah persyaratan khusus calon kepala sekolah. jika ada persyaratan khusus berarti ada persyaratan umum. Wasitohadi (2009:6) mengungkapkan pada jurrnalnya bahwa persyaratan umum calon kepala sekolah meliputi:

1. Beriman dan bertakqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Berbudi pekerti luhur.

3. Berkedudukan sebagai guru dan aktif mengajar baik di sekolah negeri maupun swasta sebagai guru DPK.

4. DP3 untuk dua tahun terakhir masing-masing sebagai berikut : a. Unsur kesetiaan : amat baik.

b. Unsur lainnya: minimal baik.

5. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun 0 bulan pada saat berkas sampai Dinas Pendidikan, kecuali bagi guru yang pernah menjabat Kepala Sekolah di daerah lain.

6. Sehat jasmani dan rohani.

7. Berprestasi, kreatif dan inovatif (dilihat dari pengamatan sehari-hari). 8. Memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi (dilihat dari pengamatan

(10)

9. Menyatakan bersedia ditempatkan di mana saja secara tertulis.

10. Calon yang pernah gagal dalam seleksi pada periode yang lalu dua kali berturut-turut tidak dapat diusulkan, dan baru bisa diusulkan pada periode seleksi berikutnya.

Seperti halnya yang disampaikan oleh NA/SBSD.DINDIK, persyaratan umum seleksi kepala sekolah yaitu:

“Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kualifikasi sarjana (S1) atau diploma (D-IV), berusia maksimal 56 tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah, dan pada saat seleksi maksimal 54 tahun, sehat jasmani dan rohani, tidak bersangkutan dengan hukum, memiliki sertifikat pendidikan, pengalaman mengajar paling sedikit 5 tahun, memiliki golongan serendah-rendahnya III C, memperoleh nilai amat baik untuk kesetiaan dan nilai baik untuk unsur penilaian lainnya sebagai guru dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) atau penilaian yang sejenis dalam waktu dua tahun terakhir, memperoleh nilai minimal baik untuk penilaian kinerja sebagai guru dalam 2 tahun terakhir, aktif mengajar atau membimbing di Kabupaten Banyumas paling sedikit 5 tahun pada sekolah yang setingkat dan sejenis dengan sekolah yang akan menjadi tempat tugas, bersedia ditempatkan di wilayah kabupaten Banyumas, ada permintaan tertulis dari yayasanbagi guru yang diusulkan sebagai kepala sekolah yang diperbantukan pada sekolah swasta yang

bersangkutan.” (NA/SBSD.DINDIK)

(11)

memperoleh nilai baik untuk penilaian kinerja guru dalam 2 tahun terakhir, aktif mengajar selama paling sedikit 5 tahun, bagi sekolah swasta ada permintaan tertulis dari yayasan bagi guru yang diusulkan sebagai kepala sekolah yang diperbantukan pada sekolah swasta yang bersangkutan.

Baik persyaratan umum maupun persyaratan khusus di atas, mengalami perubahan atau perkembangan disesuaikan dengan tuntutan keadaan.

2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan seleksi kepala sekolah dasar di

Kecamatan Cilongok

Wahjosumidjo dalam Tangahu (2013) menegaskan bahwa standar seleksi adalah satu degree atau level yang menunjukkan derajat keunggulan yang menjadi syarat-syarat untuk penugasan seseorang. Standar kriteria seleksi jabatan kepala sekolah, ditentukan dari berbagai faktor yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

a. intelligence (tingkat kecakapan mental atau intelektual), b. pengalaman,

c. keterampilan konseptual (conceptual skills), d. karakter pribadi (kecakapan bergaul), dan e. kemampuan hubungan insani.

(12)

a) intelligence (tingkat kecakapan mental atau intelektual)

Pemilihan kepala sekolah tidak dilakukan secara sembarangan karena banyak pertimbangan yang harus dipertimbangkan, termasuk standar kriteria seleksi kepala sekolah. Salah satunya yaitu kepala sekolah harus memiliki kecakapan mental yang tinggi. Berikut pendapat yang disampaikan oleh kepala sekolah SDN PB bahwa :

“Kalau semakin kesini seleksi kepala sekolah semakin dipermudah karena kebutuhan kepala sekolah itu banyak, guru yang berminat menjadi kepala sekolah itu lebih sedikit daripada seiiring dengan dulu mungkin pertimbangannya karena banyak beban pekerjaan sehingga

banyak yang tidak berminat sehingga dipermudah.” (PAU/KS.SDN

PB)

Kepala sekolah PAU/KS.SDN PB menjelaskan bahwa dengan adanya kebutuhan kepala sekolah itu banyak yang harus terpenuhi, sehingga banyak guru yang tidak berminat menjadi kepala sekolah dengan pertimbangan banyaknya beban pekerjaan. Hal itu dibuktikan dengan adanya teori dari Mulyasa, E (2011: 73-74) yang menyatakan bahwa berbagai masalah yang dihadapi para kepala sekolah di era globalisasi ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutaman teknologi informasi yang berkembang sangat cepat.

b) Pengalaman

(13)

“KTA Muhammadiyah, pengalaman organisasi, lama mengajar di sekolah tersebut, tes intelektual, dan kemampuannya dalam memimpin.” (WT/G.SDM C)

WT/G.SDM C menjelaskan bahwa pengalaman dalam berorganisasi sangat penting bagi guru, terutama bagi guru yang akan mendaftarkan diri sebagai kepala sekolah. Pengalaman organisasi yang dimaksud tidak hanya organisasi dalam dunia pendidikan tetapi ikut terlibat dalam organisasi di lingkungan masyarakat. Pengalaman lainnya yaitu pembuatan karya tulis ilmiah, tidak semua guru membuat karya tulis ilmiah.

“…..cuma biasanya itu kepala sekolah memotivasi kepada guru-guru bagi yang mau untuk membuat karya tulis ilmiah misalnya dalam majalah pedagogik itu dapat disalurkan. Biasanya yang lebih tertantang yang muda-muda kalau yang tua itu sudah tidak.”

(WT/G.SDM C)

WT/G.SDM C mengatakan bahwa tidak semua guru membuat karya tulis ilmiah, biasanya yang membuat karya tulis ilmiah itu guru yang muda-muda karena lebih tertang dan paham dengan teknologi yang berkembang saat ini. Hal tersebut mempermudah guru muda dalam pembuatan karya tulis ilmiah, tidak seperti guru-guru yang telah senior.

c) keterampilan konseptual (conceptual skills)

Guru yang mengikuti seleksi kepala sekolah harus memiliki ketrampilan konseptual misalnya kemampuan menganalisis, dijelaskan dari pendapat NA/SBSD.DINDIK bahwa :

(14)

para calon kepala sekolah dalam menyampaikan visi, misi serta strategi tersebut terlihat bahwa guru tersebut dapat menjadi kepala sekolah yang kompeten dan dapat membuat sekolah lebih maju lagi. Persyaratan tersebut juga untuk mengetahui langkah apa yang akan dilakukan calon kepala sekolah itu setelah lolos menjadi

kepala sekolah.” (NA/SBSD.DINDIK)

NA mengatakan bahwa guru yang mengikuti seleksi kepala sekolah harus membuat visi, misi serta strategi untuk memajukan sekolah ke depannya. Adanya pembuatan visi, misi serta strategi adalah untuk melihat sejauh mana kesiapan calon kepala sekolah yang mengikuti seleksi. Hal tersebut melatih agar calon kepala sekolah memiliki kesiapan yang matang dan dapat menganalisis kearah yang lebih baik dalam memimpin suatu instansi.

d) karakter pribadi (kecakapan bergaul), dan

“Setiap tahun ada yang namanya lomba, lomba guru dan kepala

sekolah berprestasi.” (AM/KS.SDN PS1)

(15)

sekolah semakin sulit sehingga banyak guru yang kurang berminat apabila menjadi kepala sekolah.

e) kemampuan hubungan insani.

“…..pihak guru itu sendiri ketika ada ketidak cocokan dan lain sebagainya, kemudian dari eksternalnya itu dari lingkungan sekitar karena yang namanya orang kan tidak semuanya sama. Ketika sekolah tidak dapat berbaur dengan masyarakat sekitar itu pun kepala sekolahnya tidak merakyat seperti itu insyaalloh rakyat yang berada di sekitar sekolah tidak akan menyenangi.”

(WT/G.SDM C)

WT menjelaskan bahwa guru harus mengenal lingkungan sekolahnya dan warga masyarakat sekitar sekolah. hal tersebut guna untuk mengetahui apakah kemampuan hubungan antara guru dengan lingkungan terjalin dengan baik. Guru yang tidak dapat berhubungan baik dengan orang lain biasanya banyak orang yang tidak setuju jika guru tersebut akan melakukan sesuatu, misalnya mendaftarkan diri mengikuti seleksi kepala sekolah. guru perlu berhubungan baik dengan orang lain agar mendapatkan dukungan pada saat guru tersebut mendaftar sebagai kepala sekolah.

Ke lima standar kriteria seleksi kepala sekolah tersebut sangat membantu dalam proses pelaksanaan seleksi kepala sekolah karena akan membantu memilah dan memilih apakah guru tersebut layak menjadi kepala sekolah dan mampu melewati proses seleksi kepala sekolah dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh kepala sekolah SDM C bahwa :

“Saya lihat saat ini seleksi kepala sekolah yang ada di sekolah

(16)

RN/KS.SDM C mengungkapkan bahwa seleksi kepala sekolah di sekolah swasta sudah sangat bagus karena semua guru memiliki kesempatan untuk mendapatkan jabatan sebagai kepala sekolah, aturan yang terdapat di sekolah swasta tentang seleksi kepala sekolah tidak begitu berat. Jika guru tersebut memiliki kompetensi yang sesuai dengan syarat kepala sekolah maka guru tersebut diperbolehkan menjabat sebagai kepala sekolah. Sesuai dengan teori yang ada dari Wahjosumidjo dalam Tangahu (2013) bahwa seleksi kepala sekolah saat ini dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku pada pemerintahan tersebut, serta berpatokan pada standar seleksi. Selain itu kepala sekolah SDN PB juga mengungkapkan tahapan dalam seleksi kepala sekolah:

“Tahap 1 di UPK mengikuti seleksi administrasi (ijazah pendidikan terakhir, masa kerja, pengalaman tentang diklat atau portofolio); tahap 2 di kabupaten mengikuti seleksi PSTP selama 2 hari, hari pertama mengerjakan soal, hari kedua membuat makalah dan tes

wawancara.” (PAU/KS.SDN PB)

(17)

diharapkan. Terbukti dengan adanya teori dari Fasli Jalal & Dedi Supriadi dalam Wasitohadi (2009: 2-3) bahwa mutu yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari hasil seleksi yang telah terjadi, semakin tinggi skor yang diperoleh maka mutu yang dimiliki sesuai dengan harapan dari suatu instansi. Hal serupa juga dialami oleh kepala sekolah SDN PS1 yaitu:

“Mengikuti seleksi tingkat sekolah, setelah lolos dari seleksi tingkat sekolah baru diusulkan ke kecamatan untuk seleksi administrasi, setelah lolos lagi baru lanjut ke tingkat kabupaten ada seleksi wawancara, membuat dan memaparkan karya tulis ilmiah serta psikotes, jika lolos dalam tingkat kabupaten baru menunggu

jadwal untuk diklat di LPMP.” (AM/KS.SDN PS1)

AM/KS.SDN PS1 menjelaskan bahwa seleksi kepala sekolah diawali seleksi di sekolah itu sendiri, setelah seleksi tingkat sekolah memenuhi syarat kemudian akan dilanjutkan ke seleksi tingkat kecamatan untuk seleksi administrasi, apabila telah lolos tingkat kecamatan akan dilanjutkan untuk seleksi tingkat kabupaten ada seleksi wawancara, membuat karya tulis ilmiah serta mempresentasikannya, dan tes psikotes. Jika telah lolos semua tinggal menunggu jadwal kapan akan mengikuti diklat di LPMP. Sesuai dengan peraturan yang ada di Kabupaten Banyumas bahwa yang telah lolos seleksi pada tahap 1 dan tahap 2 maka akan mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang. Berbeda dengan pendapat kepala sekolah SDM C bahwa:

“Di swasta hanya melewati 1 tahapan yaitu tahap seleksi di

(18)

dilaporkan ke kabupaten yang akan menjabat sebagai kepala

sekolah di sekolah tersebut.” (RN/KS.SDM C)

RN/KS.SDM C menyatakan bahwa pada sekolah swasta seleksi kepala sekolah hanya melewati 1 tahap saja yaitu tahap seleksi ditingkat yayasan, dalam tahap ini ada tes administrasi, wawancara serta presentasi visi dan misi sekolah. jika lolos dalam tes yayasan baru akan dilaporkan ditingkat kabupaten untuk didata yang akan menjabat pada sekolah tersebut dan tidak terlewatkan saat diadakan diklat. Berdasarkan peraturan Bupati Banyumas No. 4 Tahun 2014 bab V tentang seleksi kepala sekolah pasal 6 yang menyatakan bahwa tahapan dalam seleksi kepala sekolah diantaranya tahap 1 seleksi administrasi, dan tahap 2 seleksi akademik. Jika telah lolos tahap 2 maka harus mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak yang berwenang.

(19)

pendidikan di sekolah. seperti halnya disampaikan oleh AM/KS.SDN PS1 yang menyatakan bahwa:

“saya mengikuti seleksi tingkat sekolah, setelah lolos dari seleksi tingkat sekolah baru diusulkan ke kecamatan yaitu seleksi administrasi, setelah lolos lahi baru lanjut ke tingkat kabupaten yaitu ada seleksi wawancara, pembuatan dan pemaparan karya tulis ilmiah serta psikotes, jika lolos dalam tingkat kabupaten baru

menunggu jadwal untuk diklat di LPMP.” (AM/KS.SDN PS1)

AM/KS.SDN PS1 menyatakan bahwa setelah mengikuti seleksi tingkat sekolah serta dinyatakan lolos maka baru dilanjutkan ke tingkat kecamatan. Setelah tingkat kecamatan lolos baru dilanjutkan ke tingkat kabupaten. Jika tahapan itu sudah dilalui semua dan lolos maka kepala sekolah yang lolos tersebut akan diberi bekal sebelum terjun langsung ke sekolah yang akan dipimpinnya. Bekal tersebut adalah kepala sekolah yang lolos harus mengikuti diklat, biasanya yang mengadakan diklat itu LPMP. Berdasarkan peraturan Bupati Kabupaten Banyumas tahap 1 yaitu seleksi administrasi, yang berhubungan dengan pengumpulan berkas-berkas serta tahap 2 yaitu seleksi akademik.Sependapat dengan AM, PAU/KS.SDN PB juga mengatakan hal yang sama bahwa :

“…..setelah lolos dari Dinas Pendidikan Kabupaten tinggal menunggu yang dari LPMP untuk panggilan diklat disana.”

(PAU/KS.SDN PB)

(20)

seleksi tahap 1 dan tahap 2 maka calon kepala sekolah harus mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga yang berwenang.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengikuti seleksi kepala

sekolah dasar

Hambatan yang terjadi dalam seleksi kepala sekolah menurut Mulyasa, E (2011: 73-74) bahwa tidak semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Sempitnya wawasan terutama dalam kaitannya dengan berbagai masalah dan tantangan dihadapi oleh para kepala sekolah dalam era globalisasi sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi terutama teknologi informasi berlangsung begitu cepat. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca buku, majalah dan jurnal; kurang mengikuti perkembangan; jarang melakukan diskusi ilmiah; dan jarang mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya.

Kepala sekolah juga memiliki tugas yang berat sehingga banyak guru yang kurang berminat untuk menjadi kepala sekolah meskipun banyak guru yang berkompeten dalam menjalankan tugas-tugas tersebut. Hal tersebut sesuai dengan temuan di SDN PS1 bahwa:

“Salah satunya yaitu tugasnya yang sangat berat sehingga membuat guru kurang berminat dalam memperoleh tugas tamabahn sebagai kepala sekolah, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih kurang, kurangnya rasa percaya diri sehingga tidak yakin bahwa

(21)

YYA/G.SDN PS1 menjelaskan kendala yang terdapat dalam seleksi kepala sekolah bahwa tugas kepala sekolah sangat berat sehingga membuat guru-guru kurang berminat untuk mendapatkan tugas tambahan sekaligus gelar sebagai kepala sekolah. kendala lainnya yaitu kurangnya penguasaan teknologi, rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki sehingga membuat tidak yakin bahwa dirinya mampu memimpin suatu sekolah. Pendapat tersebut didukung dengan adanya teori menurut Mulyasa, E (2011: 73-74) yaitu kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini berlangsung begitu cepat, kurangnya mengikuti perkembangan, jarang melakukan diskusi ilmiah sehingga membuat guru merasa kurang percaya diri apabila mendaftar sebagai calon kepala sekolah. SW juga menambahkan bahwa tugas kepala sekolah itu memang berat, berikut penjelasan dari SW bahwa :

“Dikatakan berat ya berat, dikatakan tidak ya kalau hanya menyelesaikan administrasi ya biasalah tetapi kalau dikatakan berat karena harus memimpin sebuah sekolah, dimana sekolah itu kan banyak

faktornya dan juga bawahan kan berbagai lapisan.” (SW/G.SDN PS1)

(22)

sesuai dengan struktur dan prosedur yang berlaku untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.

Hal serupa tentang faktor yang menghambat guru untuk mencalonkan diri sebagai kepala sekolah juga diungkapkan oleh SW/G.SDN PS1 yaitu:

“Masalah IPTEK yang menghambat guru untuk menjadi kepala sekolah, misalnya pemakaian laptop kalau guru yang sudah sepuh-sepuh tidak begitu paham dengan penggunaan laptop, tidak bisa secanggih guru-guru muda sekarang.” (SW/G.SDN PS1)

SW/G.SDN PS1 mnenjelaskan bahwa salah satu kendalanya yaitu masalah IPTEK yang akan menghambat guru untuk menjadi kepala sekolah, salah satunya yaitu penggunaan laptop untuk guru-guru sepuh. Kepala sekolah yang ada di sekolah negeri itu kebanyakan telah sepuh-sepuh atau dapat dikatakan berumur karena yang memenuhi syarat, tetapi dengan adanya IPTEK ini menjadikan hambatan bagi para guru yang telah berumur untuk menjadi kepala sekolah karena tidak dapat menggunakan laptop. Jika dikaitkan dengan teori yang ada menurut Mulyasa, E (2011: 73-74) bahwa sempitnya wawasan pada era globalisasi ini terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mempersulit guru yang akan mencalonkan sebagai kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Berbeda dengan pendapat SS/G.SDN PB bahwa:

“….. golongan yang harus ada batasan minimalnya yaitu 3B, lalu aspek

pengetahuan juga harus mendukung, integritas juga harus tinggi,

pengalaman yang dimiliki juga harus banyak.” (SS/G.SDN PB)

(23)

golongan III B, selain golongan juga terdapat aspek lainnya salah satunya yaitu aspek pengetahuan yang harus mendukung, berintegritas tinggi, serta memiliki pengalaman yang banyak terutama dalam hal kepemimpinan. Adanya standar penentuan kualifikasi calon kepala sekolah diantaranya kualifikasi akademik S1, pada waktu diangkat usia maksimal 56 tahun, memiliki pengalaman mengajar minimal 5 tahun, memiliki golongan III. Lain lagi jika di sekolah swasta bahwa:

“Faktor yang menghambat itu yang jelas yaitu faktor kemampuan dan kemauannya, kalau di swasta itu harus betul-betul yang mau serta mampu dan memang disenangi oleh semua pihak tidak hanya oleh guru

saja tetapi juga oleh yayasan.” (SA/G.SDM C)

SA/G.SDM C menjelaskan bahwa faktor yang menghambat adalah faktor kemampuan dan kemauan dari guru itu sendiri. Jika di sekolah swasta itu harus benar-benar guru yang mau serta mampu untuk memimpin dengan tekun, selain itu juga harus disenangi oleh semua pihak seperti wali murid, warga sekitar sekolah, siswa dan guru serta pemiliki yayasan dan pengurus yayasan juga harus senang terhadap kepala sekolah tersebut. Kurangnya motivasi yang menyebabkan guru tersebut tidak siap jika dicalonkan sebagai kepala sekolah. Sependapat dengan SA/G.SDM C bahwa WT/G.SDM C berpendapat:

“Faktor internal yaitu dari pihak guru itu sendiri ketika ada ketidak cocokan dan lain sebagainya, kemudian eksternalnya dari lingkungan sekitar karena yang namanya orang kan tidak semuanya sama. Ketika sekolah tidak dapat berbaur dengan masyarakat sekitar itu pun kepala sekolahnya tidak merakyat seperti itu insyaalloh rakyat yang berada di

sekitar sekolah tidak akan menyenangi.” (WT/G.SDM C)

(24)

adanya ketidak cocokan dan lain sebagainya, sedangkan faktor eksternalnya yaitu lingkungan sekitar sekolah karena penilian setiap orang berbeda tidak sama antara orang satu dengan satunya. Ketika seorang kepala sekolah tidak dapat berbaur dengan masyarakat sekitar sekolah, kepala sekolah tersebut tidak akan disenangi. Sesuai dengan teorinya Mulyasa, E (2011) hal tersebut dipicu karena rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan yang ada.

4. Cara kepala sekolah profesional dalam memimpin suatu sekolah

Kepala sekolah yang ideal adalah kepala sekolah yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, Usman H, dkk (2011) berpendapat bahwa seorang kepala sekolah disebut profesional apabila:

1) Memiliki kejujuran dan integritas pribadi.

2) Mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk bekerja di bidangnya. 3) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dikategorikan ahli

pada suatu bidang.

4) Berusaha mencapai tujuan dengan target-target yang ditetapkan secara rasional.

5) Memiliki standar yang tinggi dalam bekerja.

6) Memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai keberhasilan dengan standar kualitas yang tinggi.

(25)

8) Memiliki pandangan jauh ke depan (visionary). 9) Menjadi agen perubahan.

10) Memiliki kode etik. 11) Memiliki lembaga profesi.

Hal tersebut serupa dengan hasil pengamatan yang diperoleh di SDN PS1 yang menyatakan:

“Kepala sekolah itu manager sehingga bisa memanage guru, siswa,

seluruh anggota sekolah, memanage keuangan, memanage alat-alat yang ada di sekolah, dapat mengajar, mampu supervisi ke guru-guru

dan memberikan tindak lanjut dari supervisi” (AM/KS.SDN PS1)

AM/KS.SDN PS1 menjelaskan bahwa kepala sekolah itu manager sehingga dapat memanag guru, siswa serta seluruh anggota sekolah, mampu memanag peralatan yang terdapat disekolah, dapat mengajar karena tugas utama seorang guru adalah mengajar, kepala sekolah itu hanya tugas tambahan, mampu supervisi kepada guru-guru lain, serta dapat melakukan tindak lanjut dari supervise tersebut dan mengkomunikasikan hasil supervisinya dengan sebenar-benarnya. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Hal sependapat juga disampaikan oleh PAU/KS.SDN PB:

“Seorang guru yang merangkap menjabat sebagai kepala sekolah dan menjalankan tugas-tugasnya senantiasa sesuai dengan tupoksinya.”

(PAU/KS.SDN PB)

(26)

sekolah profesional yaitu yang mampu melaksanakan 12 langkah kepemimpinan dengan baik. 12 langkah kepemimpinan itu adalah tahu tugas pokoknya sendiri, tahu jumlah pembantunya, tahu nama-nama pembantunya, tahu tugas masing-masing pembantunya, memperhatikan keadaan pembantunya, memperhatikan peralatan pembantunya, menilai pembantunya, mengambil tindakan-tindakan, memperhatikan karir pembantunya, memperhatikan kesejahteraan, menciptakan suasana kekeluargaan, memberikan laporan kepada atasannya. KS.SDM C juga sependapat dengan KS.SDN PS1:

“Mencapai 8 standar nasional pendidikan, tidak hanya dipelajari saja tetapi juga dilaksanakan. Kemudian ada 5 kriteria untuk menjadi leader mulai dari kemampuan pribadi, kemampuan managerial, kemampuan sosial, kemampuan akademik serta kemapuan non akademik.”

(RN/KS.SDM C)

(27)

memiliki integritas pribadi, memiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga yang dipimpin, tenang dalam manajemen organisasi, tegas dalam mengambil kepurtusan dan kebijakan.

Dari penjelasan guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan diharapkan dengan adanya seleksi kepala sekolah dapat memperoleh kepala sekolah yang berkepmimpinan pendidikan visioner yang berkualitas menurut John Adair dalam Komariah (2010: 82)

“Kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang bisa menjadi leadership, pekerjaan yang berhubungan dengan akreditasi sekolah juga

cara memimpin anak buahnya.” (YYA/G.SDN PS1)

YYA/G.SDN PS1 menemukakan bahwa kepala sekolah merupakan kepemimpinan pendidikan artinya yaitu seorang pemimpin yang harus benar-benar menjadi leadership, serta memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan akreditasi sekolah dan juga cara-cara yang digunakan untuk memimpin anak buahnya (guru, karyawan serta siswa). Berdasarkan teori yang sudah ada dari Wahjosumidjo (2005: 104) bahawa seorang pemimpin tidak berdiri disamping melainkan memberi dorongan serta inspirasi dalam mencapai tujuan. SW memiliki pemikiran yang sama seperti YYA bahwa :

“….tugasnya diantara lain administrasi sekolah, memimpin guru-guru lain serta dapat memberikan contoh yang baik bagi siswa, guru, dan masyarakat sekitar sekolah, dan masih banyak lagi tugas yang lain dari

kepala sekolah.” (SW/G.SDN PS1)

(28)

dapat memberikan contoh yang baik bagi siswanya, teman-teman guru dan masyarakat sekitar sekolah, serta masih banyak lagi tugasnya yang lain. Berdasarkan teori dari Danim, S (2010: 6) adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberikan arahan untuk mencapai tujuan. Berbeda dengan SW, SA/G.SDM C mengatakan bahwa :

“…..yang mengatur seluruh struktur sekolah.” (SA/G.SDM C)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya produk olahan dari kacang tanah berupa kacang oven ini Dengan adanya produk olahan dari kacang tanah berupa kacang oven ini diharapkan dapat menjadi

Kadar Pb pada daging kerang yang direndam dengan menggunakan Aquadest dan air perasan jeruk nipis selama 30 menit dan 60 menit mengala- mi penurunan dari kadar Pb

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERMUKIMAN DENGAN BENTUK ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP ROB DI PESISIR KOTA SEMARANG.. 10/17/2019

Balok: rusuk yang sejajar sama panjang, semua sisi berbentuk persegipanjang, diagonal bidang ukurannya tidak sama panjang.. 2 Tuliskan berapa jumlah masing-masing unsur

Linear Programming adalah suatu teknis matematika yang di rancang untuk membantu manajer dalam merencanakan dan membuat keputusan dalam mengalokasikan sumber daya

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PERBANDINGAN DAN PREDIKSI PENDAPATAN PAJAK DAERAH, Studi kasus pada Pemerintah Kabupaten

relatif tinggi, sehingga tetap diperJukan pendinginan dalam penyimpanannya. Dalam kurun waktu 10 tahun, fasilitas ini akan menampung 640 perangkat bahan bakar bekas

Oleh karena itu untuk memperbaiki kualitas dari minyak goreng bekas yang telah diolah atau dari minyak nabati lain, diperlukan bioaditif agar dapat digunakan sebagai