• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

Rubini

SMA Negeri 1 Bambanglipuro Bantul Yogyakarta E-mail: rubiniputri@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas melalui layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Alat pengumpulan data yang digunakan angket dan pedoman observasi. Pada Siklus I, siswa yang kemandirian belajarnya sangat tinggi ada 17 anak, siswa yang kemandirian belajarnya tinggi ada 8 anak, siswa yang kemandirian belajarnya cukup ada 7 anak, sedang siswa yang kemandirian belajarnya kurang dan rendah tidak ada. Pada Siklus I ditemukan ada dua, indikator yang hasilnya masih di bawah kriteria keberhasilan yaitu indikator percaya diri 79.04% dan indikator berinisiatf sendiri/mau berbuat sendiri 73.83%. Pada Siklus II terjadi peningkatan, siswa yang kemandirian belajarnya sangat tinggi ada 27 anak dan siswa yang kemandirian belajarnya tinggi ada 5 anak. Siswa yang kemandirian belajarnya cukup, kurang dan rendah tidak ada. Hasil analisis kuantitatif per indikator kemandirian belajar pada Siklus I dibandingkan Siklus II maka hasilnya lebih baik karena telah mencapai 80%.

Kata kunci: kemandirian belajar, bimbingan kelompok, siswa kelas X Abstract

This study aims to improve students' learning independence in the learning process in the classroom through group guidance services. This research is a Classroom Action Research. Data collection tools used in the questionnaire and observation guidelines. In Cycle I, students who have very high learning independence have 17 children, students who have high learning independence there are 8 children, students self-sufficiency learning there are 7 children, while students who lack of learning independence and low absent. In Cycle I found there are two, the indicator that the results are still below the success criteria are self-confident indicator 79.04% and indicators berinisiatf own / want to do own 73.83%. In the second cycle there is an increase, the students who study independence is very high there are 27 children and students who have high learning independence there are 5 children. Students whose learning independence is sufficient, lacking and low absent. The result of quantitative analysis per self-learning indicator in Cycle I compared to Cycle II then the result is better because it has reached 80%.

Keywords: learning independence, group guidance, grade X students

Info Artikel

(2)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

PENDAHULUAN

Kemandirian mempunyai beberapa definisi. Kemandirian menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:69) diartikan sebagai tingkat perkembangan seseorang di mana ia mampu berdiri sendiri dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Sedangkan pendapat lain disebutkan bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berkaitan dengan kemandirian siswa belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari obyek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing dari luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar.

Orang yang mempunyai sikap mandiri dalam hal ini terkait dengan masalah kemandirian belajar pada siswa, maka siswa akan mampu menemukan sendiri apa yang harus dilakukan, menentukan dalam memilih kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalahnya, tanpa mengharapkan bantuan orang lain.

Ciri-ciri kemandirian disebutkan oleh Chabib Thoha (1996:123) diantaranya 1) berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan

kedisiplinan, 2) bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dan 3) apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Adapun menurut Sufyarman seperti yang dikutip Sri Khumayatun (2008:14 ) ciri-ciri kemandirian diantaranya 1) progesif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh ketekunan merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya dan 2) Berinisiatif, yang berarti mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif dan 3) Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri. Dari pendapat kedua sumber diatas maka ciri-ciri kemandirian secara umum adalah adanya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang lain, artinya, siswa tersebut dapat berdiri sendiri mewujudkan cita-citanya tanpa ketergantungan. Siswa mampu bersikap inisiatif, aktif, kreatif, responsif dan bertanggung jawab.

Kenyataan yang ada di sekolah banyak dijumpai siswa yang belum bisa mengembangkan potensi unggul yang ada pada dirinya. Kebiasaan kurang baik masih sering terjadi pada saat pembelajaran di kelas. Berdasarkan ditemukan gejala-gejala ketidakmandirian belajar pada siswa antara lain, yaitu: jika pergantian jam pelajaran banyak siswa kurang

mempersiapkan bahan-bahan

pelajaran sesuai jadwal, justru jalan-jalan keluar kelas, PR yang diberikan guru dikerjakan dengan cara mencontoh pekerjaan teman, pada saat

(3)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta ulangan/ujian kelihatan cemas, dan

cenderung minta jawaban dari teman lain baik secara langsung maupun lewat handphone.

Berdasarkan hasil layanan konsultasi yang dilakukan oleh guru diperoleh data siswa yang mempunyai masalah yaitu: mengeluh tidak percaya diri, malas belajar, kurang motivasi, merasa berat mengerjakan tugas-tugas guru, tidak mampu membagi waktu, dan tidak mempunyai keetrampilan belajar.

Kenyataan yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa potensi siswa terutama masalah kemandirian belajar dalam proses pembelajaran di kelas belum tampak terbentuk sama sekali. Hal tersebut perlu mendapat perhatian serius seluruh stakeholders sekolah terutama guru, karena selain memberikan pengetahuan guru juga berkewajiban mendidik siswa. Salah satu tugas guru dalam mendidik

siswanya adalah berusaha

menanamkam kemandirian terutama kemandirian belajar dalam proses pembelajaran. Apabila proses pembelajaran berjalan optimal , diharapkan kualitas pendidikan akan lebih meningkat.

Berdasarkan fenomena- fenomena yang terjadi di atas, pelaksanaan layanan bimbingan sangat penting untuk dioptimalkan, terutama bimbingan kelompok yang dipandang mampu memegang peranan penting dalam mengembangkan segenap potensi siswa.

Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) “bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat”. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Menurut Mugiarso dkk (2004:66) dalam layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan

mengembangkan bersama

permasalahan yang dibicarakan pada kelompok. Sehingga terjadi komunikasi antara individu dikelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok.

Sedangkan menurut Winkel (2006:543) “bimbingan kelompok mengupayakan perubahan dalam sikap dan perilaku secara tidak langsung,melalui penyajian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri”. Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok, yaitu melalui dinamika kelompok diharapkan akan terjadi suatu pengolahan kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok, sehingga akan terjadi suatu perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya secara tidak langsung. Layanan bimbingan kelompok

(4)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta diselenggarakan melalui dinamika

kelompok yang intensif membahas topik-topik permasalahan untuk pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang terwujudnya tingkah laku yang efektif Sukiman (2011:98).

Bimbingan kelompok

diharapkan menjadi sebuah langkah yang sekaligus dapat membenahi kualitas guru dalam proses pembelajaran di kelas. Seperti pernyataan di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah serta masa depan karier peserta didik yang menjadi tumpuan para orangtuanya.

Berangkat dari kenyataan yang ada di atas, sebagai guru pembimbing di SMA Negeri 1 Bambanglipuro, terketuk hati untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan selama ini pelaksanaan bimbingan kelompok belum terlaksana dengan optimal.

Gambar 1 Bagan Siklus I

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bambanglipuro, Bantul pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.5. Jumlah siswanya 32 orang,laki-laki 14 orang dan perempuan 18 orang.

Peneliti melakukan wawancara awal untuk mengetahui gambaran seberapa banyak siswa yang mempunyai kemnadirian belajar yang rendah atau tinggi. Dari hasil wawancara awal dengan siswa diperoleh data memang banyak siswa yang kemandirian belajarnya kurang, malas-malasan dalam mengikuti pelajaran, sering mencuri waktu untuk ngobrol sendiri dan bermain HP. Karena kondisi umum semua siswa sama, maka subyek penelitian ini diambil seluruh siswa kelas X.5 yang secara sukarela bersedia mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah: 1. Kemandirian belajar siswa dalam

pembelajaran di kelas.

2. Pelaksanaan bimbingan kelompok

Tehnik dan Instrumen

Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan lembar observasi. Angket merupakan instrument untuk mengumpulkan data

(5)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta kemandirian belajar siswa, sedangkan

observasi digunakan untuk mengumpulkan data pelaksanaan bimbingan kelompok serta catatan lapangan

Analisis Data

Selama empat kali pertemuan dalam dua siklus, guru peneliti telah banyak mendapatkan data baik data partisipasi siswa, maupun data proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Data tersebut diperoleh dari hasil analisis angket kemandirian belajar siswa, hasil observasi kelas, hasil amatan proses layanan, hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa. Data tersebut berbentuk data kualitatif dan kuantitatif yang akan dianalisis dengan pendekatan metode analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

1. Data hasil pengukuran

kemandirian belajar dianalisis sesuai prosedur berikut ini:

a. Hasil pengukuran kemandirian belajar tiap siswa berupa skor yang diperoleh dari angket pengukuran kemandirian belajar.

b. Total skor yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima

c. Kriteria kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini diacu seperti tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Tabel Kriteria Kemandirian

d. Perolehan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat rata-rata kelas, persentase tiap kriteria, dan sebagainya.

2. Data hasil observasi pelaksanaan bimbingan kelompok Hasil observasi pelaksanaan bimbingan kelompok dianalisis secara diskriptif sebagai bahan dalam melakukan kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil observasi, dapat dilihat persentase kesesuaian pelaksanaan bimbingan kelompok dengan rencana yang telah dibuat. Selain itu lembar observasi yang telah dibuat, analisis juga dilakukan berdasarkan catatan lapangan hasil observasi oleh kolaborator.

Kriteria Refleksi/ Keberhasilan

Penentuan kriteria keberhasilan ini ditentukan melalui FGD (Forum Grade Discation). Adapun batasan

Interval Kriteria X > 125 Sangat tinggi 120 < X ≤ 125 Tinggi 100 < X ≤ 120 Cukup 75 < X ≤ 100 Kurang X ≤ 75 Rendah

(6)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta kriteria tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Apabila 80 % siswa tidak tergantung pada orang lain

2. Apabila 80 % siswa meningkat percaya dirinya

3. Apabila 80 % siswa disiplin

4. Apabila 80 % siswa menunjukkan tanggung jawabnya

5. Apabila 80 % siswa menunjukkan bisa berinisiatif sendiri/mau berbuat sendiri

6. Apabila 80 % siswa bisa mengonturol diri

7. Apabila 80 % siswa ingin berprestasi tinggi

8. Apabila 80 % siswa selalu mempunyai gagasan baru

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Secara umum bimbingan kelompok mempunyai tujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan Menurut Amti (1994: 108) bahwa.

Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan ketrampilan dan perilaku baru yang lebih efektif dan produktif yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Sukiman, 2011: 111).

Pelaksanaan Tindakan pada siklus I dan II meliputi Perancanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi Hasil Amatan.

Pelaksanaan Tindakan pada siklus I

Pelaksanaan siklus I terdiri dari 2 (dua ) kali pertemuan dengan materi layanan gaya belajar dan semangat belajar. Pada bagian pelaksanaan Siklus I terdiri dari tahap awal, tahap peralihan, tahap inti dan tahap pengakhiran.

Pertemuan I

Untuk menghemat uraian makan peneliti hanya akan memaparkan Tahap inti pada pertemuan I. Pada Tahap inti dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pembimbing menjelaskan materi tentang gaya belajar

2. Pembimbing memotivasi siswa dalam keterlibatan pembahasan masalah, memberikan usul atau pendapat, dan komentar

3. Pembimbing memotivasi

kemampuan siswa dalam

menghormati dan menerima pendapat dan dalam pemilihan pemecahan masalah

Hasil pengamatan oleh kolaborator pada pertemuan I adalah : 1. Pada pemberian layanan oleh

peneliti diperoleh bahwa tahap awal bimbingan kelompok pelaksanaannya belum optimal. Pembentukan kelompok masih perlu dimantapkan, karena pembimbing belum menjelaskan

(7)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta tugas masing-masing anggota

kelompok. Pembahasan materi bimbingan kelompok perlu dipertajam, dengan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat tentang topik yang dibahas. Pembimbing perlu menanyakan kepada siswa tentang kejelasan topik yang dibahas, sehingga siswa benar-benar paham. Pada tahap pengakhiran pembimbing perlu memberikan follow up atau umpan balik. Peneliti perlu menanyakan rencana dan kesanggupan siswa guna palaksanaan layanan bimbingan kelompok tahap selanjutnya.

2. Partisipasi siswa dalam layanan bimbingan kelompok diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Siswa belum fokus untuk

mengikuti bimbingan

kelompok sehingga umpan balik dari siswa belum optimal karena partisipasi siswa belum menunjukkan ke arah optimal. b. Diskusi kelompok, Presentasi

kelompok dan Komitmen siswa masih perlu penguatan, karena belum semua anggota berperan aktif dan kreatif

untuk menyumbangkan

pendapatnya.

Hasil pengamatan yang dibuat kriteria bobot kepantasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti layanan bimbingan kelompok mencapai nilai rata-rata 2,06. Ini menunjukkan bahwa

kemandirian belajar siswa selama mengikuti layanan berada pada level cukup.

Kesimpulan hasil pengamatan adalah bahwa partisipasi siswa sangat perlu dioptimalkan agar pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Refleksi hasil amatan pada siklus I ini adalah peneliti perlu meningkatkan manajemen kelas, agar layanan bimbingan kelompok dapat berjalan optimal. Peneliti berpendapat perlu dikembangkan metode “KUIS” supaya semua siswa menyimak materi bimbingan kelompok.

Refleksi hasil amatan ini digunakan sebagai tolok ukur dalam merencanakan layanan bimbingan kelompok pertemuan yang ke 2.

Pertemuan II

Tahap Inti pada pertemuan II meliputi aktivitas:

1. Pembahasan masalah, pembimbing menjelaskan materi menumbuhkan semangat belajar

2. Pembimbing memotivasi siswa dalam keterlibatan pembahasan masalah, kemampuan siswa dalam memberikan usul atau pendapat,

memberikan komentar,

menghormati dan menerima pendapat dan dalam pemilihan pemecahan masalah

Hasil pengamatan oleh kolaborator pada pertemuan II adalah: 1. Pemberian layanan oleh peneliti

Tahap awal bimbingan kelompok, peneliti terlalu cepat

(8)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta menyampaikan instruksi, sehingga

siswa sulit mencerna materi yamg

disampaikan.Pada tahap

pengakhiran berjalan cukup baik, namun perlu penegasan kembali terhadap materi yang disampaikan. Penggunaan metode pembelajaran sudah cukup baik.

2. Partisipasi siswa dalam layanan bimbingan kelompok diperoleh hasil pengamatan pada tahap peralihan siswa masih terfokus untuk bicara sendiri, belum masuk dalam kelompok dan siswa belum bisa mencerna materi dengan baik.

Dari hasil pengamatan, apabila dibandingkan dengan pertemuan ke 1 kriteria bobot kepantasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti layanan bimbingan kelompok nilainya sudah ada peningkatan, yaitu 2,32 yang sebelumnya hanya 2,06. Walaupun begitu kemandirian belajar siswa masih perlu ditingkatkan untuk mencapai level baik atau sangat baik. Kesimpulan hasil pengamatan adalah bahwa kesiapan siswa menerima layanan harus dikondisikan, manejemen kelas perlu dioptimalkan, walaupun sebenarnya penggunaan metode pembelajaran sudah cukup baik.

Refleksi hasil amatan adalah 1) perlu dilakukan stimulasi psikologis kepada siswa berkaitan dengan moyivasi siswa yang belum optimal., 2) guru peneliti perlu melakukan ”BRAINSTORMING” terhadap topik yang akan dibahas, sehingga mampu

mengeksplor pemahaman siswa dan 3) Penggunaan tehnik untuk manajemen kelas perlu dibuat bervariasi, sehingga kelas akan lebih terfokus.

Hasil perhitungan angket skala kemandirian belajar setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok siklus I pertemuan ke 2 pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2

Skala Kemandirian Belajar

No Interval Presentase Jum lah % Kriteria 1 X > 125 17 53.13 Sangat Tinggi 2 120 < X < 125 8 25 Tinggi 3 100 < X <120 7 21.88 Cukup 4 75 < X < 100 0 0 Kurang 5 X < 75 0 0 Rendah

Dari tabel persentase hasil perhitungan skala kemandirian belajar di atas dapat diketahui bahwa dari 32 siswa kelas X.5, siswa yang kemandirian belajarnya sangat tinggi ada 17 anak, siswa yang kemandirian belajarnya tinggi ada 8 anak, siswa yang kemandirian belajarnya cukup ada 7 anak, sedang siswa yang kemandirian belajarnya kurang dan rendah tidak ada. Apabila dilihat dari hasil analisis kuantitatif per indikator kemandirian belajar masih ada dua (2) indikator yang hasilnya di bawah kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang ditetapkan adalah bahwa siswa dapat dikatakan meningkat kemandirian belajarnya apabila telah

(9)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta mencapai 80% atau lebih nilai per

indikatornya. Berikut ini adalah hasil perhitungan skala kemandirian belajar per indikator pada Tabel 3 yaitu:

Tabel 3

Tabel Hasil Angket Kemandirian Belajar per- indikator N o Indikator Jumla h (%) keteranga n 1 Tidak tergantung pada orang lain 80.47 Memenuhi

2 Percaya diri 79.04 Belum

memenuhi 3 Disiplin 81.51 Memenuhi 4 Bertanggun g jawab 80.47 Memenuhi 5 Berinisiatif sendiri/mau berbuat sendiri 73.83 Belum memenuhi

6 Kontrol diri 83.79 Memenuhi

7 Ingin berprestasi tinggi 83.99 Memenuhi 8 Selalu mempunyai gagasan baru 81.45 Memenuhi

Berdasarkan kondisi awal yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa kelas X.5 rendah, dan setelah dilakukan pemberian layanan bimbingan kelompok siklus I telah menunjukkan peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum meliputi seluruh indikator. Ada dua (2) indikator yang hasilnya masih di

bawah kriteria keberhasilan yaitu indikator percaya diri 79.04% dan indikator berinisiatf sendiri/mau berbuat sendiri 73.83%. Berdasarkan hasil analisis tersebut peneliti bersama kolaborator merefleksi hasil siklus I dan berusaha untuk meningkatkan persentase indikator kemandirian belajar siswa melalui pemberian layanan bimbingan kelompok siklus II sebanyak dua (2) kali pertemuan.

Pelaksanaan Tindakan pada siklus II

Pelaksanaan siklus II terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Berdasarkan refleksi siklus I dan hasil analisis angket kemandirian belajar siswa yang menunjukkan ada dua indikator masih di bawah kriteria keberhasilan , maka materi layanan bimbingan kelompok yang diberikan adalah percaya diri dan inisiatif.

Pertemuan I

Untuk menghemat uraian makan peneliti hanya akan memaparkan Tahap inti pada pertemuan I Siklus II. Pada Tahap inti dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pembahasan masalah, pembimbing menjelaskan materi tentang percaya diri

2. Peneliti memotivasi siswa dalam keterlibatan pembahasan masalah, memberikan usul dan pendapat,

memberikan komentar,

menghormati dan menerima pendapat dan kemampuan dalam pemilihan pemecahan masalah

(10)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Hasil pengamatan oleh

kolaborator pada pertemuan I Siklus II adalah :

1. Pemberian layanan oleh pembimbing

Pada tahap awal guru peneliti sudah mengkondisikan kelas supaya kondusif dengan memantapkan kesiapan kelompok untuk mengikuti kegiatan layanan. Pada tahap inti pembahasan masalah sudah berjalan baik, namun masih perlu penguatan karena ada beberapa siswa yang pasif. Pada tahap akhir, guru peneliti sangat perlu memberikan penguatan simpilan akhir hasil diskusi kelompok para siswa. 2. Partisipasi siswa dalam layanan

bimbingan kelompok

Tahap-tahap dalam

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sudah baik, siswa sudah terfokus untuk mengikuti layanan dari peneliti. Respon siswa dalam layanan bimbingan kelompok sudah positif. Hal yang perlu diperhatikan adalah penguatan dalam proses pelaksanaan diskusi kelompok agar semua siswa aktif terlibat.

Pada siklus II kriteria bobot kepantasan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa selama mengikuti layanan bimbingan kelompok, nilainya semakin menjadi 2,80. Walaupun begitu masih perlu ditingkatkan untuk mencapai level baik atau sangat baik.

Refleksi hasil amatan mengungkapkan bahwa 1) Guru peneliti sudah mengkondisikan siswa untuk dapat mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan baik, 2) respon siswa sudah positif, kelas sudah kondusif, namun masih perlu penguatan karena saat diskusi kelompok belum semua siswa terlibat aktif dan 3) pada siklus II pertemuan ke 2, guru peneliti perlu melakukan brainstorming sebelum melakukan layanan bimbingan kelompok.

Refleksi hasil amatan ini dijadikan sebagai tolok ukur dalam merencanakan layanan bimbingan kelompok pertemuan ke 2.

Pertemuan II

Pada Tahap Inti dilaksanakan tahapan-tahapan sebahai berikut: 1. Sebelum pembahasan peneliti

memberikan Brainstorming sebagai penyemangat dan penarik perhatian berupa pemberian pertanyaan-pertanyaan awal guna mengungkap kemampuan siswa tentang inisiatif.

2. Pembahasan masalah, pembimbing menjelaskan materi tentang inisiatif

3. Peneliti memotivasi siswa dalam keterlibatan pembahasan masalah, memberikan usul dan pendapat, komentar, menghormati dan

menerima pendapat dan

kemampuan dalam pemilihan pemecahan masalah

Selama pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dilakukan

(11)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta pengamatan oleh kolaborator. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian layanan oleh peneliti

Siswa sudah terfokus untuk mengikuti layanan. Pada tahap inti guru peneliti sudah menjelaskan materi secara runtut, interaksi guru-murid sudah sangat baik, inisiatif siswa berkembang dengan baik, banyak siswa yang aktif. 2. Partisipasi siswa dalam layanan

bimbingan kelompok

Tahap-tahap dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sudah sangat baik. Partisipasi siswa sudah sangat baik dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok.

Simpulan hasil amatan adalah bahwa layanan bimbingan kelompok sudah berjalan sesuai dengan rambu-rambu kegiatan bimbingan kelompok. Dari hasil pengamatan, sesuai dengan kriteria bobot kepantasan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa selama, mengikuti layanan bimbingan kelompok, nilainya semakin meningkat. Pada siklus I dari 2,06 menjadi 2,32. Sedangkan pada siklus II pertemuan ke 1 nilainya ada peningkatan menjadi 2,80. Hasil akhir setelah pelaksanaan pertemuan ke 2 hasilnya semakin meningkat yaitu 3,40. Hasil ini hampir mencapai level sangat baik.

Refleksi hasil amatan diperoleh 1) kegiatan layanan bimbingan kelompok sudah berjalan dengan baik sesuai rambu-rambu yang ada, 2) guru peneliti sudah mengarahkan ke perbaikan kemandirian belajar siswa

dan 3) siswa sudah terfokus pada peningkatan kemandirian belajar siswa.

Hasil Analisis Angket Kemandirian Belajar Siklus II

Berikut adalah hasil perhitungan angket skala kemandirian belajar siklus II pertemuan ke 2 pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4

Tabel Hasil Angket Kemandirian Belajar Siklus II

No Interval

Presentase Jumlah % Kriteria 1 X > 125 27 84,37 5 Sangat Tinggi 2 120 < X < 125 5 15,62 5 Tinggi 3 100 < X <120 - - Cukup 4 75 < X < 100 - - Kurang 5 X < 75 - - Rendah

Dari tabel persentase hasil perhitungan skala kemandirian belajar di atas dapat diketahui bahwa dari 32 siswa kelas X.5, siswa yang kemandirian belajarnya sangat tinggi ada 27 anak mencapai 84,375% , siswa yang kemandirian belajarnya tinggi ada 5 anak mencapai 15,625%. Siswa yang kemandirian belajarnya cukup, kurang dan rendah tidak ada. Apabila dibandingkan dengan hasil analisis kuantitatif per indikator

(12)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta kemandirian belajar Siklus I, Siklus

II ini hasilnya lebih baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar siswa telah mengalami peningkatan karena telah mencapai 80% atau lebih nilai per indikatornya. Berikut ini adalah hasil perhitungan skala kemandirian belajar per indikator pada Tabel 5 yaitu:

Tabel 5

Tabel Hasil Angket Kemandirian Belajar per- indikaror Siklus II No Indikator Jumlah (%) Keterangan

1 Tidak tergantung pada orang lain 87.89 Memenuhi

2 Percaya diri 82.68 Memenuhi

3 Disiplin 90.40 Memenuhi 4 Bertanggun g jawab 88.54 Memenuhi 5 Berinisiatif sendiri/mau berbuat sendiri 80.34 Memenuhi

6 Kontrol diri 90.23 Memenuhi

7 Ingin berprestasi tinggi 86.52 Memenuhi 8 Selalu mempunyai gagasan baru 87.30 Memenuhi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan persentase per-indikator, termasuk juga indikator percaya diri dan indikator inisiatif

yang hasilnya sangat baik. Adapun peningkatan untuk kedua indikator tersebut adalah percaya diri yang sebelumnya 79,04% (Siklus I) menjadi 82,68%, indikator inisiatif yang sebelumnya 73,83% (Siklus I) menjadi 80,34%.

Hasil perhitungan angket kemandirian belajar siklus II ini menunjukkan bahwa per- indikator telah memenuhi batas minimal kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 80% atau lebih. Perbandingan hasil perhitungan angket kemandirian belajar siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut:

Grafik 1

Grafik Kemandirian Belajar Siklus I dan Siklus II

Sesuai dengan hasil perhitungan angket kemandirian belajar pada siklus II, bahwa seluruh indikator telah mencapai batas minimal criteria keberhasilan, yaitu 80%. Hal tersebut dapat dijadikan acuan bahwa kemandirian belajar siswa telah terjadi peningkatan secara bertahap. Kemandirian belajar yang masih

(13)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta rendah sebelum diberikan layanan

bimbingan kelompok, ada peningkatan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok siklus I, dan akhirnya

semakin meningkat dengan

diberikannya layanan bimbingan kelompok siklus II.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh layanan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan terhadap kemandirian belajar siswa perlu diadakan tindak lanjut yang berupa pemantauan kegiatan pembelajaran di kelas. Pemantauan dilaksanakan dengan cara wawancara langsung kepada beberapa siswa kelas X.5 dan beberapa guru yang mengajar di kelas X.5. Wawancara dilaksanakan dengan cara menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dalam pedoman wawancara tersebut berisi sepuluh (10) pertanyaan untuk siswa dan sepuluh (10) pertanyaan untuk guru.

Dari sepuluh (10) pertanyaan yang diajukan, siswa memberikan jawaban yang positif. Materi-materi yang diperoleh dalam layanan bimbingan kelompok memberikan banyak manfaat dan perubahan kea rah yang lebih baik dalam hal kemandirian belajar. Peruhbahan yang dirasakan semacam: siswa menjadi tahu gaya belajarnya, lebih bisa menumbuhkan semangat belajar, lebih ercaya diri dalam mengerjakan tugas, lebih bisa mengontrol diri, lebih berinisiatif, berani mengemukaan pendapat, lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya dan bisa lebih

tenggang rasa serta lebih bisa menghargai orang lain.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok mengalami perubahan kea rah positif. Siswa semakin mengarahkan dirinya menuju kemandirian yang lebih baik.

Hasil wawancara dengan guru diperoleh sesuai dengan penuturan guru, perubaha kea rah positif dalam pembelajara banyak terjadi. Perubahan tersebut semisal:

1. Siswa lebih disiplin dalam mengikuti pelajaran dapat dilihat pada saat pergantian jam pelajaran siswa masuk kelas tepat waktu. 2. Tidak keluyuran atau

mondar-mandir di luar kelas.

3. Berani mengajukan usul atau pertanyaan apabila belum jelas. 4. Guru merasa siswa-siswa lebih

terfokus pada saat mengikuti pelajaran, tidak ada yang ramai atau mencuri-curi bermain Hp (Hand Phone).

5. Kadang siswa berinisiatif minta tugas untuk memperbaiki nilai yang kurang.

6. Tanggung jawab siswa lebih kelihatan dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru.

7. Apabila dibentuk kelompok diskusi dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Dari penuturan guru tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan setelah mendapatkan

(14)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta layanan bimbingan kelompok. Siswa

lebih terkondisi untuk berubah ke arah kemandirian yang lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan, maka diperoleh kesimpulan bahwa dengan memberikan layana bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Saran

Berdasarkan penelitian tentang meningkatkan belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan peneliti berikutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya mengenai motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Khasanah, Ayu Zumaroh.2013.Skripsi Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever melalui Layanan BImbingan Kelompok. Khumayatun, Sri.2008. Skripsi Upaya

Meningkatkan Kemandirian belajar Siswa pada Mapel PAI melalui Model Pendampingan Keagamaan. Semarang: IAIN Walisongo.

Prayitno dan Erman

Amti.(1994).Dasar-Dasar

Bimbingan dan

Konseling.Jakarta:Rineka Cipta.

Sukiman.2011.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing. Yogyakarta:Paramitra. Thoha,Chabib.1996.Kapita Selekta pendidikan Islam.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Winkel,WS.2006.Bimbingan Konseling di institusi Pendidikan.Yogyakarta:Media Abadi.

Wibowo, Eddy Mungin. 2005.

Konseling Kelompok

Perkembangan.

Semarang.Universitas Negeri Semarang Press.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk me- nguji apakah dalam evaluasi kinerja mana- jer divisi yang menggunakan BSC, manajer atasan lebih cenderung untuk memper- hatikan

Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut UU No.33 Tahun 2004 adalah ”dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan

$q6t ini Rahu tanggal dua pululr bulan agrrstlts tahun dua ritru empat belas. Dengan ini

 Inflasi terjadi karena semua kelompok pengeluaran yang ada mengalami kenaikan indeks, yakni berturut turut kelompok bahan makanan naik 1,54 persen, kelompok makanan jadi,

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009: (1) terdapat hubungan positif yang

Apabila dibandingkan dengan bentuk afiksasi dan reduplikasi, kompo- situm merupakan penggabungan dua kata atau Iebth yang membentuk suatu kesatuan arti, kurang menonjol pada

Dengan demikian dari dalil ini dapat disimpulkan bahwa untuk ukuran sampel yang besar statistik rata-rata akan menyebar normal apapun kondisi sebaran dari populasi asal di mana

asal istilah keganasan dan perkembangan semasa, kajian ini merujuk keganasan sebagai suatu perbuatan atau ugutan ganas (kaedah) yang dilakukan oleh seseorang,