• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang bebas dari riba (usury/interest), gharar (uncertainty), dan maysir (speculative/judi), serta kebathilan atau yang sering disingkat dengan MAGRIB.1 Bunga atau riba merupakan hal yang dilarang sehingga

diharamkan. Berdasarkan beberapa ayat dalam Al-Quran, terdapat konsensus diantara para ahli hukum dan ahli theologi muslim bahwa riba dilarang oleh Islam. Istilah riba disebutkan dalam Al-Quran, yaitu Surah Al-Baqarah ayat 275-280, Surah Ali ‘Imran ayat 130, Surah An-Nissa’ ayat 161, dan Surah Ar-Ruum ayat 39.2 Surah-surah dalam Al-Quran tersebut masing-masing

menentukan mengenai larangan riba, antara lain QS. Al-Baqarah ayat 275 yang berarti:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhanya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusanya (terserah) kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang-orang itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.”

1Abdul Ghofur Anshori, 2007,Perbankan Syariah Di Indonesia,Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, hlm.9

2 Sutan Remy Sjahdeini, 2005, Perbankan Islam Dan Kedudukanya dalam Tata Hukum

(2)

Sistem ekonomi syariah mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Berdirinya lembaga keuangan bank yang beroperasi menggunakan sistem syariah, disusul dengan asuransi syariah, dan selanjutnya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) tumbuh dengan subur. BMT lahir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan memberikan solusi pendanaan yang mudah dan cepat, terhindar dari jerat rentenir, dan mengacu pada prinsip syariah. Gerakanya yang gesit, dikelola dengan tenaga-tenaga muda yang progresif dan inovatif, serta pelayananya yang berorientasi kepada pelanggan membuat BMT cepat populer. Keberadaan BMT begitu mudah diterima oleh masyarakat karena sifatnya yang mikro, sesuai syariah, dan kearifan, dalam menyelesaikan masalah.

BMT menghapus jarak antara pelaku usaha kecil dan mikro dalam memperoleh pembiayaan khususnya dari lembaga keuangan bank. BMT memiliki prinsip kerja, sama dengan koperasi tetapi sistem yang digunakan disesuaikan dengan syariah Islam. Kegiatanya memfokuskan anggota pada sektor keuangan, yaitu penghimpunan dan pendayagunaanya. Kebijakan pengelolaan keuangan BMT idealnya sebagai Koperasi Simpan Pinjam Syariah/ atau Koperasi Serba Usaha Syariah akan tetapi, BMT secara legalitas masih belum kuat. Koperasi Jasa Keuangan Syariah legalitasnya telah kuat karena didukung Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dikeluarkanya Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91

(3)

Tahun 2004 tersebut, BMT sebagai lembaga keuangan mikro yang belum berbadan hukum dikonversi menjadi berbadan hukum koperasi. BMT oleh Kementerian Koperasi kemudian disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Keputusan tersebut dikeluarkan sebagai dasar hukum, mengakomodasi serta memberi pedoman pelaksanaan KJKS. KJKS yang menjadi program Kementerian Negara Koperasi dan UKM merupakan solusi bagi kebutuhan legalitas serta konversi BMT menjadi KJKS. BMT menginduk kepada peraturan KJKS sehingga, BMT yang telah ada merupakan unit usaha sebuah koperasi.3 Peraturan lainya yang menjadi dasar pelaksanaan usaha

KJKS yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.06/2005 tentang Pendanaan Pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil.

Bank beroperasi berpegang asas bankable dalam memutuskan penyaluran pembiayaan. Persoalan teknis semacam ini menjadi kendala rakyat kecil untuk memperoleh pembiayaan. Rakyat kecil sulit dijangkau karena dinilai tidak bankable. Pelayanan pembiayaanyapun terkesan diperuntukan hanya untuk kalangan masyarakat menengah keatas. Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam meningkatkan fasilitas perekonomiannya melalui perbankan terkendala oleh persyaratan-persyaratan yang secara sistemik sangat sulit dipenuhi misalnya dengan penyediaan jaminan yang nilainya sangat tinggi ataupun dengan rekening koran yang notabene tidak dimiliki.

Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang seharusnya diberdayakan oleh pemerintah melalui perbankan tidak menyentuh sasaran sehingga solusi 3Profil Pinbuk Pusat,http://www.2lisan.com/readmore/PROFIL+PINBUK+PUSAT, diakses pada

(4)

untuk pembiayaan yang mereka butuhkan adalah koperasi. Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai unit koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) menawarkan solusi masyarakat kelas bawah (grass root) yang sulit terjangkau layanan perbankan.

KJKS pada dasarnya beroperasi berlandaskan peraturan hukum formal yang tertulis dalam Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91 Tahun 2004. Tujuan pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syariah, mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya, meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.4 KJKS keberadaanya memberikan upaya-upaya fasilitatif kepada

Anggota/ atau Nasabah umumnya kepada masyarakat dan khususnya kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.

KJKS memberikan bantuan pembiayaan modal kerja kepada masyarakat dan pengusaha mikro, kecil dan menengah yang tujuannya meningkatkan kekuatan ekonomi dan posisi tawar pengusaha kecil bawah dengan pelaku ekonomi yang lain. Meski demikian hal yang perlu digaris bawahi adalah pelaksanaan isi akad KJKS itu sendiri, baik itu mengenai runtutan tata-tata cara ataupun unsur-unsur yang seharusnya ada sesuai dengan ketentuan yang 4Lihat Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91/Kep./M.KUKM/IX/2004 tentang

(5)

berlaku dan menciptakan keselarasan antara regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dengan pelaku ekonomi syariah khususnya dalam lingkup KJKS sehingga Anggota/ atau Nasabah penerima pembiayaan baik pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam memperoleh pembiayaan segala hak dan kepentingan yang berkaitan dengan akad dapat terlindungi dan terrealisasi sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan.

undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris memberikan wewenang kepada Notaris sebagai Pejabat Umum untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainnya. Ketentuan pasal tersebut disebutkan bahwa Notaris adalah Pejabat Umum yang berwewenang membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainya sesuai undang-undang. Akta dibuat oleh seorang Notaris sebagai alat bukti informasi tertentu terkait dengan suatu peristiwa hukum. Akta dibuat oleh seorang Notaris berlaku formal berfungsi memberikan jaminan hukum, serta melindungi kepentingan dari kedua belah pihak yang berkepentingan termasuk para ahliwaris dan pihak ke 3 (tiga) yang berkepentingan. Sebuah akad pembiayaan yang berprinsip syariah pada dasarnya dibuat berorientasi dan memenuhi syariat Islam. Untuk memperkuat sebuah akad pembiayaan maka agunan diperlukan sebagai jaminan dengan menggunakan akta Jaminan Fidusia serta Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dikeluarkan sebagai dokumen diperuntukan sebagai salah satu syarat kelengkapan prosedur pembiayaan dan memperoleh legalitas dari

(6)

perbuatan hukum yang telah dilakukannya antara pihak KJKS dengan Anggota/ atau Nasabah.

Pengusaha mikro, kecil dan menengah khususnya di Kecamatan Kartasura Sukoharjo sangat banyak. Mereka membutuhkan suntikan dana segar bagi keberlangsungan dan kemajuan usaha. KJKS BMT Amanah Ummah sebagai lembaga keuangan yang berada di Kartasura, telah berperan aktif memberikan layanan pembiayaan bagi pengembangan usaha skala mikro, kecil, dan menengah akan tetapi dalam pelaksanaan akad Pembiayaan Mudharabah belum terdapat klausula yang sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep./M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, sehingga perlu dikaji ulang dan/ atau disesuaikan. Akad Piutang Murabahah yang digunakan KJKS BMT Amanah Ummah terdapat klausula yang bermakna ganda/ atau tidak jelas sehingga perlu diperjelas agar sesuai dengan Peraturan Menteri Kopreasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 91/Kep./M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

KJKS BMT Amanah Ummah dalam hubunganya dengan penyaluran pembiayaan (landing finace) memerlukan keberadaan akta autentik perikatan jaminan sebagai pembuktian legal. KJKS BMT Amanah Ummah menggunakan akad pembiayaan baku dan dibuat dibawah tangan kemudian akad dicatatkan (waarmerked) oleh Notaris untuk memperkuat adanya pernyataan perbuatan hukum. Notaris membuat akta perikatan tersebut dan

(7)

dikeluarkan sebagai dokumen diperuntukan sebagai salah satu syarat kelengkapan prosedural pembiayaan KJKS BMT Amanah Ummah. Notaris dibutuhkan oleh KJKS BMT Amanah Ummah untuk membuat akta autentik sesuai dengan kewenangnya dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Notaris membuat akta Jaminan Fidusia dan Akta Pemberian Hak Tanggungan berdasarkan pada akad pokok (pembiayaan) yang menyertainya. Akta perikatan oleh KJKS BMT Amanah Ummah dipergunakan memperoleh legalitas yang cukup dan dipakai sebagai alat pembuktian kuat dan sempurna.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin meneliti tentang layanan pembiayaan KJKS BMT bagi pengembangan usaha mikro dan kecil. Maka penulis ingin menyusun penelitian ini dengan judul:

“PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PIUTANG MURABAHAH PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH

BMT AMANAH UMMAH DI KARTASURA SUKOHARJO”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

(8)

1. Apakah pelaksanaan akad pembiayaan mudharabah dan piutang murabahah pada KJKS BMT Amanah Ummah di Kartasura Sukoharjo sesuai dengan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 91 Tahun 2004?

2. Bagaimana peranan Notaris dalam menentukan akad pembiayaan mudharabah dan piutang murabahah pada KJKS BMT Amanah Ummah Kartasura Sukoharjo?

C. Keaslian Penelitian

Setelah menelusuri perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tesis mengenai KJKS BMT pernah ditulis oleh orang lain maka untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang sama, serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, penulis paparkan penelitian yang membahas tentang KJKS BMT.

1. Hirna Yanti HS (2009)5

Judul tesis Pelaksanaan Ijarah Pada BMT Di Makasar. Rumusan masalahnya adalah bagaimana implementasi bisnis tazkiyah pada BMT di Makasar dan bagaimana penerapan prinsip perjanjian Islam pada pelaksanaan ijarah pada BMT Makasar.

2. Andri Muladi (2009)6

Judul tesis Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Musyarakah BMT Projo Artha Sejahtera di Bantul. Rumusan masalahnya 5Hirna Yanti SH., 2009,Pelaksanaan Ijarah Pada BMT Di Makasar, Tesis, Yogyakarta

6Andri Mulyadi,2009,Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Dalam Pembiayaan Musyarakah BMT

(9)

adalah bagaimana tanggung jawab BMT terhadap pihak ketiga yang ikut menyertakan modal dalam pembiayaan musyarakah, bagaimana tanggung jawab nasabah apabila terjadi kerugian dalam usahanya yang dibiayai dari pembiayaan BMT dan bagaimana peran Notaris dalam pelaksanaan akad musyarakah pada BMT.

3. Dina Aprilia Dewi (2007)7

Judul tesis Praktik Pembiayaan Mudharabah Pada Bank BTN Syariah Di Yogyakarta. Rumusan masalahnya adalah apakah penerapan pembiayaan mudharabah pada Bank BTN Yogyakarta sudah sesuai dengan dengan syariah Islam.

4. Angling Nugroho Kemenangan (2009)8

Judul tesis Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta. Rumusan masalahnya adalah bagaimana operasional pelaksanaan pembiayaan Murabahah, serta apa saja manfaat yang didapat dari pembiayaan murabahah dan juga untuk mengetahui resiko-resiko yang dihadapi.

Tema yang penulis angkat adalah Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah dan Piutang Murabahah Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Amanah Ummah di Kartasura Sukoharjo. Dalam penulisan tesis ini penulis lebih menekankan pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai tolak ukur akad yang menjadi syarat utama Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT 7Dina Aprilia Dewi, 2007,Praktik Pembiayaan Mudharabah Pada Bank BTN Syariah Di

Yogyakarta, Tesis, Yogyakarta

8Angling Nugroho Kemenangan, 2009,Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri

(10)

Amanah Ummah sehingga memberikan pembiayaan bagi para pengusaha mikro, kecil dan menengah serta bagaimana Notaris dalam pembuatan produk hukum yang dikeluarkan dalam bentuk akta Jaminan Fidusia dan Akta Pemberian Hak Tanggungan bagi para pihak. Untuk itu maka penelitian ini merupakan hasil pemikiran sendiri dan diteliti lebih lanjut oleh peneliti sendiri sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dari penelitian-penelitian terhadap tema yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini asli berbeda dengan penelitian sebelumya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum kenotariatan, khususnya hukum Islam dibidang ekonomi syariah yang terus dikembangkan di Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Mudharabah dan pembiayaan dengan prinsip jual-beli Murabahah, baik kepada masyarakat umum atau para pelaku ekonomi syariah dan pihak-pihak terkait salah satunya adalah Notaris.

E. Tujuan Penelitian

(11)

1. Tujuan Subjektif

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme pelaksanaan pembiayaan mudharabah dan piutang murabahah yang diterapkan pada KJKS BMT Amanah Ummah Kartasura Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis peran seorang Notaris dalam menentukan akad pembiayaan mudharabah dan piutang murabahah pada KJKS BMT Amanah Ummah Kartasura Sukoharjo.

Referensi

Dokumen terkait

Uji viabilitas mikroba dilakukan terhadap isolat-isolat koleksi tahun 2001 de- ngan cara menumbuhkan baik isolat mikroba yang disimpan dalam ampul mau- pun dalam akuades steril

Dalam pelaksanaan pengalihan BPHTB di Kota Gunungsitoli mengalami banyak kendala yang meliputi:(1) gedung kantor yang belum layak untuk ditempati dan difungsikan sebagai

4 Pada proses asuhan sayang ibu saat persalinan yang dilakukan bidan, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP 5 Asuhan sayang ibu pada persalinan belum..

Kepadatan Kandang adalah banyaknya ternak burung puyuh yang secara nyaman dapat dimasukkan dalam kandang per satuan luas lantainya (floor space). Kawasan Usaha adalah suatu

Sistem Regulasi Sistem Saraf Sistem saraf pusat Sistem saraf tepi Otak Sumsum tulang belakang Sistem saraf tubuh (somatik) Sistem saraf otonom 31 pasang di sumsum tulang belakang

Kita dapat menggunakan strategi metode ini pada saat menjelaskan materi – materi atu rumusan konsep yang bersifat umum kemuadianyang bersifat khusus yang

yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga. 24 Hal ini bisa terjadi jika orangtua kurang memberikan bekal pendidikan agama yang kuat terhadap anaknya sehingga anak

Sistem starter kapal untuk mesin penggerak kapal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara manual.. Semua pogram PLC tersebut kami tulis atau buat menggunakan software