ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
NIM. 151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
NIM. 151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
PERFUSI MIOKARD TIDAK EFEKTIF
(Studi Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep.) pada Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
151210002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, 1 Aguatus 1997 dari ayah yang bernama Gunarto
dan ibu yang bernama Suyati, penulis merupakan anak tunggal.
Tahun 2009 penulis lulus dari SDN Balerejo 01, tahun 2012 penulis lulus dari
MTsN Kedungjati, tahun 2015 penulis lulus dari SMAN 1 NGLAMES MADIUN.
Dan pada tahun 2015 lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang. Penulis memilih program studi Diploma III Keperawatan dari lima
pilihan program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, April 2018
viii
Jadikan kesulitan menjadi jembatan kemudahan dan buat bangga dirimu dan orang disekitarmu.
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya
Sujud syukur kepadamu Tuhan Yang Maha agung, Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang, atas kasih sayang dan karunia-MU yang telah memberikanku kekuatan dan ketabahan serta membekaliku dengan ilmu dan akal serta kesabaran
dalam menjalani kehidupan ini, atas rahmat-Mu akhirnya proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhmmad SAW yang kita nanti – nantikan syafaatnya
di yaumul kiyamah kelak. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang - orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Untuk kamu teman dekatku yang selalu sabar, mendoakan dan menemani saya dari awal tugas ini saya buat hingga sekarang menuju gerbang ujian. Untuk sahabat seperjuanganku terimakasih untuk semangat kalian dan doa kalian yang
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan Klien Gagal
Jantung Dengan Masalah Keperawatan Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif” ini
dapat selesai tepat pada waktunya
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan proposal karya
tulis ilmiyah ini penulis banyak mendapat bimbinag dan arahan dari berbagai
pihak, untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada H. Imam Fatoni, SKM.,
MM selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang yang telah memberikan sarana prasarana. Nita Arisanti
Yulanda.,S.Kep.Ns.,M. Kep, selaku Kaprodi D III Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Nita Arisanti Yulanda
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi
pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan proposal ini. Inayatur
Rosyidah S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing anggota yang telah banyak
memberi motivasi, pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini. Beserta seluruh civitas akadmik program studi D3 Keperawatan. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tuaku yang selalu memberi
do'a, dukungan dan semangat tiada henti dan selalu memberi dukungan baik moral
x
maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya, mudah - mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
Jombang, April 2018
xi ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PERFUSI MIOKARD TIDAK
EFEKTIF DI RUANG HCU KEMUNING RSUD JOMBANG
Oleh :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
Gagal jantung sudah menjadi salah satu penyebab kematian utama pada orang dewasa dengan adanya kegagalan fungsi pompa yang sering terjadi akibat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan dan mengakibatkan penurunan perfusi miokard. Tujuan umum penelitian ini adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif. Penelitian ini dilakukan di ruang HCU Kemuning RSUD Jombang pada tanggal 25-28 April 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian yang diambil dari RSUD Jombang sebanyak 2 klien dengan masalah resiko perfusi miokard tidak efektif. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian diketahui bahwa Tn. M.S mengeluhkan sesak, nafas menggos-menggos yang didukung dengan data obyektif pernafasan cuping hidung, irama nafas tidak teratur, denyut nadi takikardi, RR 28 x/menit sedangkan Tn. S mengatakan sesak, nafas menggos-menggos dan nyeri dada kiri didukung dengan data obyektif adanya suara nafas ronchi, pengunaan otot bantu nafas, denyut nadi takikardi, RR: 33 x/menit. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah resiko perfusi miokard tidak efektif disusun berdasarkan kriteria NOC: perfusi jaringan kardiak dan NIC: yang meliputi Monitor Tanda-Tanda Vital dan Terapi Oksigen. Implementasi kepada klien Tn. M.S dan Tn. S dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 hari terakhir.
Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir pada Tn. M.S dan Tn. S masalah teratasi sebagian. Jadi pada Tn. M.S dan Tn. S masih memerlukan implementasi lanjutan karena masalahnya belum teratasi seluruhnya.
xii
NURSING MIOCARD IS NOT EFFECTIVE RISK IN THE HCU KEMUNING ROOM RSUD JOMBANG
By :
ARDHIA INTAN PRAMESTY
Heart failure has been one of the leading causes of death in adults in the absence of frequent pump failure due to inadequate oxygen circulation levels and blood stagnation in the tissues and resulted in decreased myocardial perfusion. The general purpose of this study is to implement Nursing Care At Heart Failure Client With Risk Issues of Ineffective Miocard Perfusion. This research was conducted in HCU Kemuning Hospital of Jombang on 25-28 April 2018.
The research design used is case study. Research taken from RSUD Jombang as many as 2 clients with problem of myocardial perfusion risk is not effective. Data collected from interviews, observation, documentation.
The results of this study are summarized as follows based on assessment data known that Tn. M.S complained of shortness of breath, gossiping-breath supported by objective data of nasal lobe breathing, irregular breathing rhythm, pulse tachycardia, RR 28 x / min whereas Tn. S said shortness, breathless gossip and left chest pain supported by objective data of ronchi breath sound, auxiliary muscle use, pulse tachycardia, RR: 33 x / min. The prescribed nursing diagnosis is the risk of inferior myocardial perfusion based on NOC criteria: cardiac tissue perfusion and NIC: which includes Vital Signs Monitor and Oxygen Therapy. Implementation to clients Recommend to your friends Company Contact Name: M.S and Mr. S was developed from the results of the intervention study conducted in the last 3 days.
After the implementation for 3 days then the final evaluation on the Tn. M.S and Mr. S problem is partially resolved. So at Tn. M.S and Mr. S still requires further implementation because the problem is not resolved entirely.
xiii
Daftar Lambang Dan Singkatan ... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gagal jantung ... 5
2.1.1 Definsi Gagal Jantung ... 5
2.1.2 Etiologi ... 5
2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung ... 7
2.1.4 Manifestasi Klinis ... 8
2.1.5 Pathofisiologi ... 8
2.1.6 WOC ... 9
2.1.7 Komplikasi Gagal Jantung ... 10
2.1.8 Penatalaksanaan Gagal Jantung ... 10
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ... 12
2.2 Konsep Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Jantung ... 13
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ... 14
2.3.1 Pengkajian ... 14
2.3.2 Pemeriksaan Fisik ... 16
2.3.3 Diagnosa Keperawatan ... 21
2.3.4 Intervensi Keperawatan ... 22
2.3.5 Implementasi Keperawatan ... 22
xiv
3.2 Batasan Batasan Istilah ... 25
3.3 Partisipan ... 26
3.4 Lokasi Penelitian Waktu Penelitian ... 26
3.5 Pengumpulan data ... 27
3.6 Uji Keabsahan data ... 29
3.7 Analisis Data ... 29
3.8 Etik Penelitian ... 31
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ... 32
4.1.1Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data ... 33
4.1.2 Pengkajian ... 34
4.1.3 Terapi Obat ... 37
4.1.4 Analisa Data ... 38
4.1.5 Diagnosa Keperawatan ... 39
4.1.6 Intervensi Keperawatan ... 39
4.1.7 Implementasi Asuhan Keperawatan ... 41
4.1.8 Evaluasi Asuhan Keperawatan ... 45
4.2 Pembahasan ... 47
4.2.1 Pengkajian ... 47
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 48
4.2.3 Intervensi Keperawatan ... 49
4.2.4 Implementasi Keperawatan ... 50
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ... 51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
Tabel 2.2 Intervensi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif ... 22
Tabel 4.1 Identitas Klien ... 33
Tabel 4.2 Riwayat penyakit ... 34
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan ... 34
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ... 35
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ... 36
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium ... 37
Tabel 4.7 Pemberian Terapi ... 37
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 ... 38
Tabel 4.9 Analisa Data Klien 2 ... 38
Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan... 39
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Klien 1 & 2 ... 43
Tabel 4.17 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 1 ... 45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus ... 55
Lampiran2 Permohonan Menjadi responden ... 56
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Ikut Penelitian ... 57
Lampiran 4 Form Pengkajian Keperawatan ... 59
Lampiran 5 Surat ijin penelitian ... 68
Lampiran 6 Lembar konsultasi pembimbing 1 ... 69
Lampiran 7 Lembar konsultasi pembimbing 2 ... 70
Lampiran 8 Surat balasan keterangan BAKORDIKLAT RSUD JOMBANG ... 71
xviii ASA = Asam Asetilsalisilat BNP = B-type natriuretic peptide
CT-scan = Computerized Tomography Scanner
Depkes RI = Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Dinkes Kab = Dinas Kesehatan Kabupaten
EKG = Elektro Kardiogram
HCU = High Care Unit
ISDN = Isosorbid Dinitrat
MK = Masalah Keperawatan
NIC = Nursing Intervention Classification
NOC = Nursing Outcome Classification
NPA = Nasopharyngeal Airway
NYHA = New York Heart Association
OPA = Oropharyngeal
PJK = Penyakit Jantung Koroner RAA = Renin Angiotensin Aldosteron Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI = Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
TTV = Tanda Tanda Vital
WHO = World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Kardiovaskuler sudah menjadi salah satu penyebab kematian utama pada orang dewasa (Sargowo, 2003). Kegagalan fungsi pompa selalu dihubungkan dengan gagal jantung, yang sering terjadi akibat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan dan mengakibatkan penurunan perfusi miokard (Tambayong, 2000). Dengan demikian perlu adanya intervensi keperawatan pada pasien gagal jantung yaitu dengan memperbaiki perfusi miokard tidak efektif (Smeltzer & Bare, 2002). Penurunan perfusi jaringan pada pasien gagal jantung adalah sebagai akibat dari tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan perifer. Dan juga akibat dari ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen jaringan akan mengakibatkan penurunan perfusi miokard (Sani, A., 2007). Dengan melakukan latihan harian ringan sesuai yang dapat ditoleransi pasien dapat memperbaiki perfusi miokard (Myers, 2008)
Estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung sebanyak (0,19%) 54.826 orang pada usia lebih dari 15 tahun dan akan meningkat setiap tahunnya.
Penyebab gagal jantung dikarenakan peningkatan volume intravaskuler. Ventrikel kanan dan kiri mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel yang terjadi (Kasron, 2012). Gagal jantung juga diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi miokard atau adanya abnormalitas dari otot jantung seperti pada kasus kardiomiopati atau viral karditis (Kasper, 2004). Gagal jantung karena disfungsi miokard mengakibatkan kegagalan sirkulasi untuk mensuplai kebutuhan metabolisme jaringan. Hal ini biasanya diikuti kerusakan miokard bila mekanisme kompensasi gagal. Penyebab kerusakan pada miokard antara lain infark miokard, stress kardiovaskular (hipertensi, penyakit katub), toksin (konsumsi alkohol), infeksi atau pada beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya (Crawford, 2002). Penyebab lain adalah arteroskerosis pada koroner, congenital, kelainan katub, hipertensi atau pada kondisi jantung normal dan terjadi peningkatan beban melebihi kapasitas, seperti pada krisis hipertensi, ruptur katub aorta dan pada endokarditis dengan masif emboli pada paru. Dapat pula terjadi dengan fungsi sistolik yang normal, biasanya pada kondisi kronik, misal mitral stenosis tanpa disertai kelainan miokard (Kasper, 2004).
3
mengatur keterpaduan tindakan keperawatan, diagnostic dan terapeutik sehingga terjalin pelayanan yang efektif dan efisien, (therapeutic Role) sebagai pelaksana pelimpahan tugas dari dokter untuk tindakan diagnostic dan therapeutik (Akatsuki, 2011). Peran perawat yang pertama kali yang bisa dilakukan pada pasien gagal jantung dengan masalah penurunan perfusi yaitu dengan menganjurkan posisi tirah baring serta pembatasan aktivitas dapat mengurangi beban kerja jantung sehingga dapat membantu jantung untuk tidak bekerja dengan berat dan suplai oksigen dapat dihantarkan keseluruh sel, termasuk dalam sel jantung itu sendiri (Muttaqin, 2012).
1.2Batasan Masalah
Peneliti hanya membatasi kasus klien masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di RSUD Jombang
1.3Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di RSUD Jombang?
1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di RSUD Jombang 1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah :
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gagal jantung di ruang HCU Kemuning RSUD Jombang
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gagal jantung di ruang HCU kemuning RSUD Jombang
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gagal jantung di ruang HCU Kemuning RSUD Jombang
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien gagal jantung di ruang HCU Kemuning RSUD Jombang
1.5Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi referensi untuk peneliti lain yang serupa pada klien gagal jantung dengan masalah resiko perfusi miokard tidak efektif
1.5.2 Manfaat Praktis
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Gagal Jantung
2.1.1. Definsi Gagal Jantung
Gagal jantung kongesif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk megantarkan darah yang kaya
oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi, 2013). Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrient dan oksigen jaringan. Mekanisme gagal jantung meliputi kerusakan sifat kontraktil dari jantung yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal, aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Beberapa faktor sistemik yang dapat memperparah gagal jantung meliputi peningkatan laju metabolik (misalnya demam, koma, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia yang membutuhkan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Sani, A., 2007).
2.1.2. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013), secara umum gagal jantung dapat disebabkan
oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi:
1. Disfungsi Myocard
a. Iskemia otot jantung: merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan aliran darah yang berlangsung progresif sehingga suplai darah yang ke
b. Infark myocard: adalah kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner yang menyebabkan kekurangan oksigen dan menyebabkan
kematian sel – sel otot jantung.
c. Myocarditis: adalah kondisi dimana otot jantung mengalami peradangan atau inflamasi.
d. Kardiomiopati: merupakan penyakit jantung yang melemahkan dan memperbesar otot jantung.
2. Beban tekanan berlebih pada sistolik (sistolik overload)
a. Stenosis aorta: kondisi dimana terjadi penyempitan pada katup aorta b. Hipertensi: merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah pada dinding
arteri meningkat atau berada diatas rentang normal.
c. Koartasio aorta: adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada aorta yang membelok ke bawah (decending aorta)
3. Beban volume berlebih pada diastolic (diastolik overload)
a. Insufisiensi katup mitral dan trikuspid: adalah kebocoran aliran balik melalui katup mitral maupun tricuspid pada saat ventrikel berkontraksi
yang diakibatkan tidak menutupnya katup secara sempurna.
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
a. Anemia: adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin didalam darah
5. Beri – beri
Beri – beri merupakan suatu penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin
7
6. Gangguan pengisian ventrikel a. Primer (gagal distensi sistolik)
1) Perikarditis retriktif
Suatu bentuk kelainan jantung dimana dinding jantung mengalami
kekakuan, dan jantung mengalami restriksi untuk mengembang dan
melakukan pengisian darah dengan semestinya.
2) Tamponade jantung
Merupakan tipe akut dari efusi perikard dimana cairan terakumulasi
di dalam pericardium.
b. Sekunder
Gangguan pengisian ventrikel sekunder antara lain adalah stenosis katup
jantung baik katup mitral maupun katup trikuspid, stenosis katup
merupakan penyempitan lubang katup yang menakibatkan peningkatan
tahanan aliran darah dari atrium ke ventrikel.
2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung
New York Heart Assosiation (NYHA) mengklasifikasikan gagal jantung
dalam Manik (2016) yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan gejala klien
Kelas Gejala
I
Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik pada penderita. Aktivitas fisik
biasa tidak menimbulkan keluhan fatique/kelelahan,
dyspnea/kelelahan, dan palpitasi/ berdebar
II
Sedikit keterbatasan aktivitas fisik, merasa nyaman bila istirahat, tetapi aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan fatique, dyspnea, atau palpitasi.
III
Keterbatasan yang nyata pada aktivitas fisik, merasa nyaman saat istirahat namun gejala akan muncul saat melakukan aktivitas fisik yang lebih ringan dari yang biasa.
IV
2.1.4 Manifestasi klinis 1. Dispnea
Dispnea dikarakteristikkan sebagai pernapasan cepat, dangkal, dan
keadaan yang menunjukkan pasien sulit mendapatkan udara yang cukup. Terkadang pasien mengeluh adanya insomnia, gelisah, kelemahan yang disebabkan dispnea.
2. Ortopnea
Ortopnea merupakan ketidakmampuan berbaring datar karena dispnea.
Pasien hanya dapat berbaring dengan posisi kepala jauh lebih tinggi. 3. Dispnea nokturnal paroksimal (DNP)
Keluhan ini yaitu terbangun di tengah malam karena mengalami napas pendek yang hebat.
4. Batuk
Gejala ini sering tidak menjadi perhatian pada dari kongesti vaskular pulmonal, namun dapat menjadi gejala dominan. Batuk pada kongesti vaskular pulmonal dapat produktif tetapi biasanya kering dan pendek. 2.1.5 Patofisiologi
9
Beberapa mekanisme kompensasi alamiah akan terjadi pada pasien gagal jantung sebagai respon terhadap menurunnya curah jantung serta membantu mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan perfusi organ yang cukup (Diah Y, 2009).
2.1.6 WOC (Web of Caution) Gagal jantung
Gambar 2.1 WOC Gagal jantung (Muttaqin, 2009) Gagal Jantung
Penurunan suplai oksigen ke jaringan
Curah jantung menurun
Resiko perfusi miokard tidak efektif
Kardiomiopati kongesif Kardiomiopati hipertrofi Kardiomiopati restriktif
Gangguan ejeksi ventrikel kiri
Stasis darah dalam ventrikel dan di atrium
2.1.7 Komplikasi
Menurut Kasron (2012) Komplikasi pada pasien gagal jantung yaitu : 1. Syok kardiogenilk
2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah
3. Efusi dan tamponade pericardium
4. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
2.1.8 Menurut Sani (2007) Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
1. Farmakologi
a. Diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
b. Penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung.
c. Penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung da menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
d. Digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung
e. Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard f. Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
11
g. Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik.
h. Sedatif: Pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien. 2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan tujuan : a. Menurunkan kerja jantung
b. Meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard c. Menurunkan retensi garam dan air.
3. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah
4. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
5. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
2.1.9 Menurut Sani (2007) Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang gagal jantung yaitu:
1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
4. Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
5. Scan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
13
2.2 Konsep Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Menurut SDKI (2016) beresiko mengalami penurunan sirkulasi arteri coroner yang dapat mengganggu metabolism miokard.
Faktor Resiko 1. Hipertensi 2. Hiperlipidemia 3. Hiperglikemia 4. Hipoksemia 5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan 7. Pembedahan jantung 8. Penyalahgunaan zat 9. Spasme arteri coroner
10.Peningkatan protein C-reaktif 11.Tamponade jantung
12.Efek agen farmakologis
13.Riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga
14.Kurang terpapar informasi tentang faktor resiko yang dapat diubah (mis, merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
2.2.1 Perfusi Miokard
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung
2.3.1 Pengkajian 1. Identitas Klien
a. Usia: Usia penderita gagal jantung terbagi menjadi 2 yakni 46-65 tahun dan ≥65 tahun dengan porsi masing-masing sebesar 50%. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada penderita gagal jantung yang menderita penyakit gagal jantung pada usia dewasa, karena rentang pada usia lansia hingga manula. Usia memang merupakan faktor resiko dari penyakit gagal jantung. Akan tetapi, peranan faktor resiko usia harus ditinjau dari faktor jenis kelamin.
b. Jenis kelamin: Jenis kelamin rentanan terhadap penyakit gagal jantung dipengaruhi oleh peranan hormon perempuan yaitu estrogen yang bersifat memproteksi perempuan dari berbagai penyakit kardiovaskuler. Oleh karenanya laki-laki rentan terhadap penyakit gagal jantung pada usia 50 tahun sedangkan perempuan pada usia 65 tahun atau setelah menopause (Soeharto, 2006).
15
2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas. b. Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST. Biasanya pasien akan mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada terasa berat, dan berdebar – debar.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien gagal jantung biasanya sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Dan juga memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu 4. Riwayat kesehatan keluarga
2.3.2 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum
Pada gagal jantung ringan atau sedang pasien bisa tampak tidak memiliki keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datat selama lebih dari beberapa menit. Pada pasien dengan gagal jantung yang lebih berat, pasien bisa memiliki upaya bernafas yang berat da bisa kesulitan untuk menyelesaikan kata-kata akibat sesak (Williams & Wilkins, 2007).
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada umumnya menurun. Tekanan nadi bisa berkurang, dikarenakan berkurangnya stroke volume, dan tekanan diastolic arteri bisa meningkat sebagai akibat vasokonstriksi siskemik (Williams & Wilkins, 2007).
3. Kesadaran
a.Kompos mentis: Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.
b.Apatis: Keadaan pasien dimana tampak acuh tak acuh dan segan terhadap lingkungannya.
c.Delirium: Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik serta siklus tidur bangun yang terganggu.
d.Somnolen: Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang, tapi jika rangsangan itu berhenti pasien akan tidur kembali.
17
f.Semi-koma (koma ringan): keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons rangsang terhadap rangsang verbal, serta tidak mampu untuk di bangunkan sama sekali, tapi respons terhadap nyeri tidak adekuat serta reflek (pupil & kornea) masih baik.
g.Koma: keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak terdapat respons pada rangsang nyeri serta tidak ada gerakan spontan (Gordon, 2015)
4. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal (Aziza, 2010)
5. Sistem penglihatan, pada klien gagal jantung mata mengalami pandangan kabur (Gordon, 2015)
6. Sistem pendengaran, pada klien gagal jantung pada sistem pendengaran telinga tidak mengalami gangguan (Gordon, 2015)
7. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati (Gordon, 2015)
9. Sistem kardiovaskuler a. Inspeksi
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada terdapat penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di antara sternum dan apeks codis. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.
b. Palpasi
Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya terasa sebagai denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2 cm. Telapak tangan mula- mula digunakan untuk mengetahui ukuran dan kualitasnya.
c. Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta. Untuk menentukan batas kiri jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
d. Auskultasi 1) Bunyi Jantung
19
2) Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhythmia cordis. Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia. 10.Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi
auskultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi) (Aziza, 2010).
11.Sistem muskuluskeletal, pada klien gagal jantung adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan (Aziza, 2010).
12.Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah (Aziza, 2010).
13.Sistem Integumen, pada klien PJK (penyakit jantung coroner) akral terasa hangat, turgor baik (Gordon, 2015).
15.Pola kebiasaan sehari – hari (Smeltzer & Bare, 2013) a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
2) Tanda: Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
b. Eliminasi
Gejala : Bising usus mungkin meningkat atau juga normal. c. Makanan/ cairan
1) Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
2) Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
d. Higiene
1) Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
2) Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal. e. Neurosensori
1) Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
21
1) Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
2) Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit dan perilaku melindungi diri.
g. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/ tonus otot.
h. Interaksi social
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
2.3.3 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman & Kamitsuru, 2015). Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi aktual, potensial, risiko dan kemungkinan
1. Aktual: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik yang harus di validasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh jalan nafas tidak efektif karena adanya akumulasi sekret.
3. Risiko: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih rentan mengalami masalah. Contoh risiko infeksi berhubungan dengan efek pembedahan.
4. Kemungkinan: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung yang lebih adekuat. Jadi yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu secara aktual, potensial, risiko atau kemungkinan.
Contoh diagnosa keperawatan gagal jantung yang muncul a. Resiko perfusi miokard tidak efektif
2.3.4 Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
DIAGNOSA NOC NIC
Definisi Resiko beresiko mengalami penurunan sirkulasi arteri koroner yang dapat mengganggu metabolism
miokard.
Faktor Resiko 1. Hipertensi 2. Hiperlipidemia 3. Hiperglikemia 4. Hipoksemia
Perfusi jaringan: kardiak Indikator
a. Denyut jantung apical b. Denyut nadi radial c. Tekanan darah sistolik d. Tekanan drah diastolic e. Nilai rata-rata tekanan
darah f. Ejeksi fraksi
g. Tekanan baji pulmonal h. Enzim jantung
i. Hasil angiogram koroner j. Hasil tes latihan stress k. Hasil pindaian thallium l. Angina
m. Aritmia n. Takikardia o. Bradikardia
p. Banyak berkeringat q. Mual muntah
1. Monitor tanda-tanda vital a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat. b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat jika memungkinkan c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat d. Monitor irama dan tekanan
jantung 2. Terapi oksigen
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Monitor aliran oksigen c. Monitor efektifitas terapi
oksigen (misalnya, tekanan oksimetri, ABGs) dengan tepat
23 tentang faktor resiko yang
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal 3. Deviasi sedang dari
kisaran normal 4. Deviasi ringan dari
kisaran normal 5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
e. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaa oksigen tambahan selama kegiatan dan/atau tidur
3. Managemen pengobatan a. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola menurut resep dan atau protocol
b. Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai.
c. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
d. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
e. Monitor efek samping obat f. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan cara yang tepat g. Tentukan dampak
penggunaan obat pada gaya hidup pasien
h. Berikan alternatif mengenai jangka waktu dan cara pengobatan
mandiri untuk
meminimalkan efek gaya hidup
2.3.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yabg diharapkan.
Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008)
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di RSUD Jombang. 3.2. Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, dalam penelitian inisebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial. 2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Klien dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan yang sama.
3. Menurut J. Charles Reeves et al dalam Wijaya & Putri (2013) gagal jantung adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan – keperluan tubuh
4. Perfusi miokard tidak efektif pada pasien gagal jantung adalah sebagai akibat dari tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnansi darah di jaringan perifer (Myers, 2008)
3.3. Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan dan peran serta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah klien yang dikaji dan ditemui pada saat penelitian sebanyak 2 klien dan dengan diagnose medis gagal jantung dengan masalah resiko perfusi miokard tidak efektif di RSUD Jombang. Klien yang dipilih adalah klien yang di rawat di Rumah Sakit yang telah melalui fase 3 hari. 3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Kemuning RSUD Jombang yang beralamat di JL.KH Wahid Hasyim No.52 Kec.Jombang, Kab.Jombang.
1.4.2 Waktu Penelitian
27
1.5. Pengumpulan data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut adalah :
1. Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari pengajuan surat pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan kemudian diproses ke BAAK (Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan), setelah surat permohonan ijin penelitian telah selesai diproses, maka surat tersebut akan langsung disampaikan ke BAKORDIK RSUD Jombang, dimana peneliti akan mendapatkan surat balasan yang menyertakan data serta pembagian tempat atau ruangan yang sesuai dengan responden yang akan dilakukan penelitian oleh peneliti.
2. Persetujuan menjadi responden (informed consent), dimana subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
4. Observasi dan pemeriksaan Fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia dan mengevaluasi. Pemeriksaan fisik pada kasus ini menggunakan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh klien.
5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Suryono, 2013).
29
3.6Uji Keabsahan data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/ informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data
Menurut Tri (2015) analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
1. Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk catatan.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi
2. Mereduksi data.
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk studi laporan asuhan keperawatan. Data obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.
4. Kesimpulan.
31
3.8Etik Penelitian
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain :
1. Persetujuan menjadi responden (Informed Consent), dimana subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responsden.
Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Tanpa nama (anonimity), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (anonymity)
32 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data
RSUD Kabupaten Jombang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Jombang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan Kesejahteraan Sosial No. 238/MenKes-Kesos/SK/2001 RSUD Jombang menjadi RSUD Type B Non Pendidikan dan pada Tahun 2015 RSUD Jombang telah terakreditasi versi 2012 dengan predikat Tingkat PARIPURNA Tahun 2015-2018. Lokasi RSUD Jombang berada di jalan KH. Wakhid Hasyim 52 Jombang. RSUD Jombang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan non spesialis. Rumah sakit ini mampu menampung rujukan dari rumah sakit swasta dan puskesmas yang berada di sekitar wilayah Jombang.
Kapasitas RSUD Jombang terdiri atas 486 tempat tidur rawat inap, 2 tempat tidur suite room, 52 tempat tidur di kelas VIP/VVIP, 50 tempat tidur di kelas I, 65 tempat tidur di kelas II, 184 tempat tidur dikelas III, 28 tempat tidur di ICU dan 105 tempat tidur di HCU. RSUD Jombang memiliki pelayanan rawat jalan sebanyak 22 poliklinik yang terdiri dari 18 poli spesialis dan 4 poli non spesialis serta 8 instalasi rawat inap yang saat ini sudah berbentuk SMF.
33
Pngkajian dilakukan Ruang HCU Kemuning, dengan kapasitas 1 ruangan dengan 6 tempat tidur dan 6 klien yang rawat inap disertai ventilasi dan ruangan yang bersih
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Tn. M.S Tn. S
Umur 60 Tahun 45Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan MI SLTP
Pekerjaan Buruh tani Karyawan swasta
Status Perkawinan Sudah menikah Duda
Alamat Diwek, jombang Bareng, Jombang
Suku/bangsa Jawa/WNI Jawa/WNI
Tanggal MRS
Jam Masuk
24 April 2018
17.44 WIB
24 April 2018
22.41 WIB
Tanggal Pengkajian 25 April 2018 25 April 2018
Jam pengkajian 08.00 WIB 10.00 WIB
No. RM 390XXX 401XXX
Diagnosa Masuk HF (Heart failure) dengan
Dyspnea + AF
HF (Heart failure)
2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat penyakit klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan Utama Klien mengatakan sesak,
nafas menggos-menggos
Klien mengatakan sesak,
nafas menggos-menggos
nyeri dada sebelah kiri Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan datang ke
RSUD Jombang dengan
keluhan sesak nafas, batuk,
menggos-menggos secara
tiba-tiba tanpa adanya aktivitas. Kemudian klien
dibawa ke IGD RSUD Jombang dengan keadaan sesak nafas, menggos-menggos dan kaki sebelah kanan bengkak sudah 2 minggu, kemudian klien dibawa ke IGD dan MRS pada jam 22.41 WIB diruang HCU Kemuning
Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat
hipertensi dan DM. Tetapi klien mengatakan pernah MRS di ruang Kemuning RSUD Jombang pada bulan Februari dengan penyakit jantung koroner dan dirawat selama 4 hari.
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi dan DM. Keluarga klien mengatan klien belum pernah dirawat di rumah sakit
Riwayat Keluarga Klien mengatakan ada
keluarga yang mempunyai riwayat sakit jantung yaitu ayah klien
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat pemyakit jantung pada keluarga
Riwayat Alergi Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi Sumber : Data Primer (2018)
3. Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon)
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
No Pola Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit
Klien 1 Klien 2 Klien 1 Klien 2
35
2
3
4
5
Istirahat / tidur
Eliminasi
Sumber : Data Primer (2018)
4. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Observasi Klien 1 Klien 2
Inspeksi : klien tampak sesak, bentuk dada simetris, irama nafas cepat dan teratur, terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen nasal 4 lpm
Palpasi : vokal fremitus bergetar.
Auskulasi : bunyi nafas normal
Perkusi : bunyi redup.
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis, konjungtiva tidak anemis, tidak ada tanda
36,60 C
Inspeksi : klien tampak sesak, , bentuk dada simetris, irama nafas cepat dan teratur, terdapat pernafasan cuping hidung Terpasang O2 nasal 4 lpm Palpasi : vokal fremitus bergetar.
Auskultasi : bunyi nafas vesikular.
Perkusi : bunyi redup.
B3 Brain
B4 Bladder
B5 Bowel
B6 Bone
sianosis. Bentuk dada asimetris
Palpasi : CRT < 2 detik, denyut nadi takikardi Auskultasi: denyut jantung apikal, tekanan darah systole diastole dalam rentan rendah
Inspeksi : kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, pupil isokor, reflek cahaya +/+.
Inspeksi : terpasang folley cateter dengan produksi urine ±1000 cc dalam 24 jam Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi : tidak terpasang NGT.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Asukultasi : bising usus (+).
Inspeksi : pergerakan sendi bebas, tidak terjadi fraktur, tidak ada luka.
Palpasi : akral hangat, turgor kulit < 2 detik. 5 5 Kekuatan otot
5 5
anemis, tidak ada tanda sianosis. Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada kiri, CRT < 2 detik, denyut nadi dalam rentan normal
Auskultasi: denyut jantung apikal, tekanan darah systole diastole dalam rentan tinggi, terdapat murmur pada ICS 2 3
Inspeksi : kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, pupil isokor, reflek cahaya +/+.
Inspeksi : terpasang folley cateter dengan produksi urine ±2000 cc dalam 24 jam Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi : tidak terpasang NGT. Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Auskultasi : bising usus (+).
Inspeksi : pergerakan sendi bebas, tidak terjadi fraktur, tidak ada luka, terdapat odem pada kedua kaki.
Palpasi : akral hangat, turgor kulit < 2 detik. . 5 5 Kekuatan otot
5 5
Sumber : Data Primer (2018) 5. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Pemeriksaan Diagnostik pada Tn.M.S Pemeriksaan Diagnostik pada Tn. S Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25
April 2018
Kesimpulan: RBBB, VF
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 26 April 2018
Kesimpulan: AF, RBBB
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 27 April 2018
Kesimpulan: AF, RBBB
Foto thorax AP tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: cardiomegaly dengan lung edema, tug fug baik
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal, LH Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 26 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal
Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 27 April 2018
37
6. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Pemeriksaan Klien 1
Tgl 25 April 2018 RSUD Jombang, 2018.
Klien 1 Tanggal 25 April 2018
Klien 2 Tanggal 25 April 2018 RL 500cc/24 jam
Injeksi : Lasix 1x20 mg Syringe Pump :
Dobutamin 5 mcg/(bb)kg/menit Per Oral :
ISDN 3x5mg Bisoprolol 1x½mg ASA 0-0-80mg Nasal Kanul 4 lpm
RL 500cc/24 jam Drip kcl 25mEq/24 jam Injeksi :
Lasix 1x20 mg Per Oral : ISDN 3x5mg
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 Klien Dengan Gagal jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang, 2018
Tabel 4.9 Analisa Data Klien 2 Dengan Gagal JantungDengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang.
Sumber : Data Primer (2018)
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Klien 1
Data Subyektif :Klien mengatakan sesak, nafas menggos-menggos Data Obyektif : Kesadaran: composmentis
Keadaan umum: lemah Suhu: 36,7°C
Nadi:94x/menit
Tekanan Darah: 100/70 mmHg Respirasi Rate: 28x/menit CRT < 2 detik, denyut jantung, takikardi, denyut nadiapical Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: RBBB, VF
Resiko perfusi miokard
tidak efektif Resiko perfusi miokard tidak efektif
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Klien 2
Data Subyektif :Klien mengatakan sesak, nafas menggos-menggos Data Obyektif : Kesadaran: composmentis
Keadaan umum: lemah Suhu: 36,7°C
Nadi:94x/menit
Tekanan Darah: 170/120 mmHg Respirasi Rate: 28x/menit CRT < 2 detik, denyut nadi 109x/menit
denyut jantung takikardi Pemeriksaan EKG 12 lead pada tanggal 25 April 2018
Kesimpulan: OMI Anteroseptal, LH
Resiko perfusi miokard tidak efektif
39
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Klien 1: Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan suplai darah ke otot jantung
Klien 2: Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan suplai darah ke otot jantung
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.10 Intervensi KeperawatanKlienDengan Gagal JantungDengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di Ruang HCU Kemuning RSUD Jombang.
DIAGNOSA Klien 1
NOC NIC
Definisi Resiko beresiko mengalami penurunan sirkulasi arteri koroner yang dapat
mengganggu metabolism
miokard.
Faktor Resiko 1. Hipertensi 2. Hiperlipidemia 3. Hiperglikemia 4. Hipoksemia 5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan 7. Pembedahan jantung 8. Penyalahgunaan zat 9. Spasme arteri coroner 10.Peningkatan protein
C-reaktif
11.Tamponade jantung 12.Efek agen farmakologis 13.Riwayat penyakit
kardiovaskuler pada keluarga 14.Kurang terpapar informasi
tentang faktor resiko yang dapat diubah (mis, merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
Perfusi jaringan: kardiak Indikator :
a. Denyut jantung apical
b. Denyut nadi radial c. Tekanan darah
sistolik d. Tekanan drah
diastolic e. Nilai rata-rata
tekanan darah f. Ejeksi fraksi g. Tekanan baji
pulmonal h. Enzim jantung i. Hasil angiogram
koroner
j. Hasil tes latihan stress
k. Hasil pindaian thallium l. Angina m. Aritmia n. Takikardia o. Bradikardia
p. Banyak berkeringat q. Mual muntah
Skala:
1. Deviasi berat dari kisaran normal 2. Deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
Monitor tanda-tanda vital
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat. b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat jika memungkinkan c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat d. Monitor irama dan tekanan
jantung
Terapi oksigen
e. Pertahankan kepatenan jalan nafas
f. Monitor aliran oksigen g. Amati tanda-tanda
hipovontilasi induksi oksigen
h. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaa oksigen tambahan selama kegiatan dan/atau tidur
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 5. Tidak ada deviasi
dari kisaran normal
c. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
d. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
e. Monitor efek samping obat f. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
Klien 2:
Definisi Resiko beresiko
mengalami penurunan
sirkulasi arteri koroner yang
dapat mengganggu
metabolism miokard.
Faktor Resiko 1. Hipertensi 2. Hiperlipidemia 3. Hiperglikemia 4. Hipoksemia 5. Hipoksia
6. Kekurangan volume cairan
7. Pembedahan jantung 8. Penyalahgunaan zat 9. Spasme arteri coroner 10. Peningkatan
protein C-reaktif 11. Tamponade jantung 12. Efek agen
farmakologis
13. Riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga
14. Kurang terpapar informasi tentang faktor resiko yang dapat diubah (mis, merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas)
Perfusi jaringan: kardiak Indikator
a. Denyut jantung apical
b. Denyut nadi radial c. Tekanan darah
sistolik d. Tekanan drah
diastolic e. Nilai rata-rata
tekanan darah f. Ejeksi fraksi g. Tekanan baji
pulmonal h. Enzim jantung i. Hasil angiogram
koroner j.
k. Hasil tes latihan stress
l. Hasil pindaian thallium
1. Deviasi berat dari kisaran normal 2. Deviasi yang
cukup besar dari kisaran normal 3. Deviasi sedang
dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 5. Tidak ada deviasi
Monitor tanda-tanda vital
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat. b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum obat jika memungkinkan c. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat
d. Monitor irama dan tekanan jantung
Terapi oksigen
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Monitor aliran oksigen c. Amati tanda-tanda
hipovontilasi induksi oksigen
d. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaa oksigen tambahan selama kegiatan dan/atau tidur
Managemen pengobatan
a. Tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola menurut resep dan atau protocol
Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai.
b. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
c. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
41
Sumber : Bullechek (2013)
4.1.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Dengan Masalah Keperawatan Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif Di Ruang Hcu Kemuning RSUD Jombang
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Rabu, 25
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 100/70 mmHg, N 94x/ menit, S 36,7°C, RR 28x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat bisoprolol bisa mengakibatkan klien susah tidur.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg, bisoprolol 1x½, dan ASA 0-0-1 Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam.
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan menghitung urine yang keluar dengan cairan yang masuk.
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 170/120 mmHg, N 109x/ menit, S 37°C, RR 33x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi
dari kisaran normal
e. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat f. Tentukan dampak
15:15
jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat ISDN yang mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x 25 mg dan ASA 0-0-1.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
Mengobservasi input output klien dengan menghitung urine yang keluar dengan cairan yang masuk.
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 90/p mmHg, N 130x/ menit, S 36,4°C, RR 28x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat bisoprolol bisa mengakibatkan klien susah tidur dan spironolactone yang mengakibatkan klien sesak.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg, bisoprolol 1x½, dan ASA 0-0-1, spironolactone 1x25 mg dan digoxin 1x1.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam.
43
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 160/100 mmHg, N 94x/ menit, S 37,3°C, RR 30x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat ISDN yang mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x25 mg dan ASA 0-0-1
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam dan drip KCL 25 mEq dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam Mengobservasi input output klien dengan menghitung urine yang keluar dengan cairan yang masuk.
Jumat, 27
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 100/70 mmHg, N 88x/ menit, S 36,3°C, RR 24x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat ISDN yang mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x25 mg, ASA 0-0-1, digoxin 1x1 dan bisoprolol 1x ½.
Jumat, 27
Melakukan observasi tanda-tanda vital dengan TD 170/110 mmHg, N 100x/ menit, S 37°C, RR 30x/ menit
Melakukan observasi irama jantung dengan auskultasi pada bagian dada dan terdapat bunyi jantung cepat atau takikardi
Melakukan monitoring aliran oksigen klien dengan tetap memberi oksigen nasal 4 lpm
Menentukan obat apa saja yang diperlukan sesuai dengan resep dokter
Memberi penjelasan kepada klien tentang efek samping dari obat seperti obat ISDN yang mengakibatkan dada berdebar dan ASA yang menyebabkan klien susah bernafas.
Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai penyesuaian gaya hidup yang diperlukan sesuai dengan pemakaian obat yang tepat
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat injeksi lasix 1x20 mg, obat oral seperti ISDN 3x5 mg, spironolactone 1x25 mg dan ASA 0-0-1
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan Ringer Laktat 500 cc dalam 24 jam dan drip KCL 25 mEq dalam 24 jam
Mengobservasi adanya kelebihan cairan klien dengan tetap memberi batasan minum 600 cc dalam 24 jam
45
4.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.17 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien 1 Gagal Jantung Dengan Masalah Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 1 Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
S : klien mengatakan sesak, nafas menggos menggos
CRT < 2 detik, terdapat pernapasan cuping hidung, denyut nadi takikardi
klien memakai oksigen nasal kanul 4 lpm. A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1. Monitor
tanda-tanda vital 2. Monitor
pernafasan 3. Beri oksigen
nasal 4 lpm 4. Monitor input
output 5. Kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian obat
S: Klien mengatakan masih merasa sesak O : k/u cukup, cuping hidung, denyut nadi takikardi, denyut jantung apikal
klien memakai oksigen nasal kanul 4 lpm. 3. Beri oksigen
nasal 4 lpm 4. Monitor input
output oksigen nasal kanul 4 lpm.
A : masalah teratasi sebagian