PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK
PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK
HARGA DAN CITA RASA PRODUK
Studi kasus : Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh:
Anastasia Widiyanti
011334063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Maret 2008
Penulis
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Anastasia Widiyanti Nomor Mahasiswa : 011334063
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK, HARGA DAN CITA RASA PRODUK
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 22 April 2008
Yang menyatakan
vi
MOT T O dan P ER SEMB A H A N
Tetapi carilah dulu K erajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu
(Matius 6:33)
B ersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam
doa.
(R oma 12:12)
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus
(1 Tesalonika 5:18)
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Ø Yesus K ristus Juru Selamatku
Ø B apak dan I buku tercinta
Ø K akak – kakakku
Ø K eluarga besarku
Ø Sahabat – sahabatku
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan penyertaannya dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi
yang berjudul “PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK
PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK, HARGA DAN
CITA RASA PRODUK”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperole h gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu
penulis dengan kerendahan hati dalam kesempatan ini menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.pd., M.Si. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Akuntansi,
viii
4. Ibu E. Catur Rismiyati, S.Pd., M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah
berkenan menyediakan waktu memberikan bimbingan, masukan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. atas segala masukan yang
diberikan kepada penulis dan selaku dosen penguji skripsi.
6. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji skripsi.
7. Bapak Kades Desa Sengon, yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian dan memberikan data-data yang diperlukan
bagi penulis.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang
telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas
Sanata Dharma.
9. Kedua orangtuaku Bapak Suwito dan Ibu C. Suryanti yang tidak pernah
berhenti mendoakan dan membimbingku serta memberikan dukungan baik
secara moral dan material ( maaf Mi, kalau membuatmu kecewa ).
10.Kakak-kakakku mas Widi, mas Un dan BuYen, mbak Tutik dan Lius yang
telah memberikan dukungan padaku selama ini, buat ponakan kecilku
Rachel (dik Kae l jangan nakal ya!!!).
11.Buat sahabatku Wahyu Meita Widiarti, terimakasaih untuk persahabatan
kita, selamat jalan Dhok doaku mengiringi kepergianmu.
12.Buat temen-temenku Endah, Sulis, Nila, Jatu, Silvi, Duwek, Alan makasih
supportnya (akhirnya aku lulus juga ooi !!!), Ida ma Soeshi ayo
ix
13.Buat Jetty ma Popo, makasih ya komputernya sorry ngrepotin. Jetty ayo
semangat !!!
14.Buat mas Agung maturnuwun untuk nasihat-nasihatnya, buat Su (makasih
ya infonya!!!).
15.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu di sini,
terimakasih atas semua dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 5 Maret 2008
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
ABSTRAK... xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 3
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Persepsi... 6
B. Perilaku Konsumen ... 11
C. Merek ... 15
xi
E. Bauran Pemasaran... 17
F. Kerangka Berpikir ... 22
G. Hipotesis ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24
A. Jenis Penelitian... 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 24
D. Populasi dan Sampel ... 24
E. Variabel Penelitian ... 25
F. Teknik Pengumpulan Data ... 26
G. Teknik Pengujian Instrumen... 27
H. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 34
A. Batas-batas Wilayah... 34
B. Kondisi Geografis ... 34
C. Kependudukan... 35
BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 38
A. Analisis Diskriptip ... 38
B. Hasil Pengujian Chi Square ... 46
C. Pembahasan... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76
A. Kesimpulan ... 76
xii
C. Saran... 78
DAFTAR PUSTAKA
xii
ABSTRAK
Perbedaan Persepsi Konsumen pada Produk Pasta Gigi Pepsodent ditinjau dari Segi Merek, Harga dan Citarasa Produk
Anastasia Widiyanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek, harga dan citarasa produk berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatannya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan lokasi Desa Sengon, kecamatan Prambanan, kabupaten Klate n pada bulan Juni 2006.
Populasi penelitian adalah semua pengguna pasta gigi pepsodent di wilayah desa Sengon, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seratus orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode “purvosive random sampling” yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil orang terpilih menurut ciri khusus yangtelah menggunakan pasta gigi pepsodent selama lebih dari satu tahun.Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dan analisis data menggunakan Uji Chi Square.
Dari analisa data dapat diperoleh hasil sebagai berikut : (1) ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia (x2hit =14,2017 > x2tab =3,841); (2) ada perbedaan persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan (x2hit=23,8049 > x2tab=3,841); (3) tidak ada perbedaan persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapa tan (x2hit=3,6414 < x2tab=3,841); (4) tidak ada perbedaan persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia (x2hit=0,9986 < x2tab=3,841); (5) ada perbedaan persepsi konsumen pada
produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendidikan (x2hit=4,1604 > x2tab=3,841); (6) tidak ada perbedaan persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan (x2hit=2,4809 < x2tab=3,841); (7) ada perbeda an persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan usia (x2hit=4,1667 > x2tab=3,841); (8) tidak ada perbedaan persepsi
konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendidikan (x2hit=0,8736 < x2tab=3,841); (9) tidak ada
xiii
ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF CONSUMERS’ PERCEPTION IN TOOTH PASTE PRODUCT OF “PEPSODENT” V IEWED FROM PRODUCT TRADEMARK,
PRICE AND TASTE.
Anastasia Widiyanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The aim of this research was to know the differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product trademark, price and taste based on consumers’ age, level of education and income level. This research was a case study conducted at Sengon Village, Prambanan District, Klaten Regency on June 2006.
The population of research was the consumers’ of “pepsodent” tooth paste at Sengon Village , Prambanan District, the sample which was used in the research was one hundred respondents and they were taken by the purposive random sampling method, that is the sample technique method using some people who have consumed “pepsodent” tooth paste for more than one year. The data collecting techniques used were interviews and questionnaire. The data were analyzed by the use of Chi Square Test.
From the data analysis, it could be concluded as follows: (1) there was differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product trademark based on consumers’ age (x2count =14,2017 >
x2table =3,841); (2) there was differences of consumers’ perception in tooth paste
product of “pepsodent” viewed from product trademark based on consumers’ level of education(x2count=23,8049 > x2table=3,841); (3) there was no differences of
consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent ” viewed from product trademark based on consumers’ income level (x2count=3,6414 < x2tablr=3,841); (4)
there was no difference s of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product price based on consumers’ age (x2count=0,9986
< x2table=3,841) ; (5) there was differences of consumers’ perception in tooth paste
product of “pepsodent” viewed from product price based on consumers’ level of education (x2count=4,1604 > x2table=3,841); (6) there was no differences of
consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent ” viewed from product price based on consumers’ income level (x2count=2,4809 < x2table=3,841); (7) there
was differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product taste based on consumers age(x2count=4,1667 > x2table=3,841)
; (8) there was no differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product taste based on consumers’ level of education (x2count=0,8736 < x2table=3,841) ; (9) there was no differences of consumers’
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah
diikuti pula oleh berbagai kebutuhan konsumen. Salah satu kebutuhan yang
diperlukan adalah produk pasta gigi. Pada saat ini banyak muncul produk
pasta gigi dengan berbagai merek dan kemasan yang ditawarkan oleh lebih
dari satu perusahaan. Dan karena banyaknya merk pasta gigi yang ada dalam
pasaran maka, perusahaan harus bersaing dengan perusahaan lain yang juga
memproduksi pasta gigi. Untuk dapat bertahan dalam persaingan tersebut
maka, perusahaan harus bisa membuat konsumen yakin dengan produknya
dan konsumen dapat setia dengan produk tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan harus memberi merek pada produknya sehingga masyarakat dapat
mengenali dengan mudah dan merk tersebut akrab di telinga masyarakat.
Salah satu merek pasta gigi yang akrab di telinga masyarakat dan
sudah lama dikenal oleh masyrakat adalah pasta gigi Pepsodent. Pasta gigi
pepsodent bukan hanya dikenal bahkan telah memasyarakat dan pasta gigi
pepsodent mudah ditemukan di took-toko besar maupun kecil. Selain mudah
ditemukan pasta gigi pepsodent juga dikemas dalam berbagai ukuran yang
bervariasi agar sesuai dengan tingkat perekonomian yang berbeda-beda,
Dan dari beberapa warung dan toko yang saya kunjungi, para
pemiliknya mengatakan bahwa pasta gigi pepsodent lebih banyak dicari
daripada produk pasta gigi merek lain. Hal ini menunjukkan bahwa produk
pasta gigi pepsodent lebih diminati oleh masyarakat. Para pemilik toko pun
selalu mempunyai persediaan pasta gigi pepsodent lebih banyak dibanding
persediaan pasta gigi merek lain. Oleh karena itu maka, saya menggunakan
produk pasta gigi pepsodent sebagai obyek produk dalam penelit ian ini,
karena kebanakan masyarakat cenderung lebih banyak menggunakan pasta
gigi pepsodent daripada merek lain.
Kecenderungan masyarakat dalam memilih suatu produk ini
berdasarkan pada persepsi orang itu terhadap suatu produk, karena pada
dasarnya setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi
adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Dengan persepsi individu bisa
menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Kunci
untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi. Persepsi merupakan suatu proses
diterimanya stimulus oleh indra yang kemudian di teruskan ke otak sebagai
di interpretasikan sehingga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
menentukan pilihan untuk memilih produk tertentu.
Dalam proses penyeleksian, pengorganisasian dan penginterpretasian
stimulus yang diterima oleh alat indra setiap individu akan berbeda-beda,
tergantung pada pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan setiap
individu. Oleh karena pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan
dari setiap individu tidak sama maka, hal tersebut akan menghasilkan persepsi
berbeda-beda me skipun stimulus yang diterima sama. Demikian juga dengan
persepsi setiap individu terhadap merek pasta gigi pepsodent, meskipun setiap
orang telah mengetahui merek pasta gigi pepsodent tetapi setiap orang akan
mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Setiap individu akan menentukan
pilihan terhadap pemakaian produk pasta gigi pepsodent tersebut berdasar
pada persepsi yang berbeda -beda tergantung dari segi apa mereka menentukan
pilihan tersebut, diantaranya dilihat dari usia, tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatannya.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan memilih judul “PERBEDAAN PERSEPSI
KONSUMEN PADA PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU
DARI SEGI MEREK, HARGA DAN CITARASA PRODUK”.
B. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah, maka dalam penelitian ini perlu
1. Konsumen yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah dengan
karakteristik konsumen yang menggunakan pasta gigi Pepsodent.
2. Obyek pasta gigi yang digunakan adalah harga dan merek.
3. Yang diteliti adalah persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta
gigi Pepsodent.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia?
2. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapatan?
4. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia?
5. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari se gi harga berdasarkan tingkat pendidikan?
6. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan?
7. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat usia?
8. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
9. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendapatan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi
Pepsodent.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, yaitu dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama studi di
Universitas Sanata Dharma dan dapat mengetahui persepsi konsumen
terhadap merek dan harga pasta gigi Pepsodent.
2. Bagi perusahaan, yaitu dapat menyumbangkan gagasan yang bermanfaat
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan-kebijakan perusahaan.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
yang dapat menambah wawasan mengenai persepsi konsumen terhadap
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan
yaitu, merupakan suatu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat syaraf dan
terjadi proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat,
didengar dan disitulah individu mengalami persepsi. Persepsi adalah proses
pemahaman yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan
dan penciuman (Miftah Thoha, 1983:14). Proses persepsi tidak dapat lepas
dari proses engindraan dan proses pengindraan merupakan proses yang
mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat yaitu
pada waktu individu menerima stimulus ysng mengenai dirinya sendiri
melalui alat indra. Alat indra merupakan perhubungan antara individu dengan
dunia luarnya.
Menurut Jalaluddin Rahmat (1986: 64)
Dengan persepsi idividu bisa menyadari dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan sekitarnya, juga tentang keadaan dirinya sendidri. Dalam
persepsi stimulus yang mengenai individu akan di organisasikan, di
interpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang di indranya itu.
Dalam persepsi stimulus yang diterima oleh individu dapat datang dari luar
tetapi juga bisa datang dari dalam diri individu yang bersangkutan.Berdasar
pada hal tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun
stimulusnya sama tetepi karena pengalaman, kemampuan berpikir dan
kerangka acuan setiap orang berbeda maka, ada kemungkinan hasil persepsi
antara individu satu dengan individu lainnya juga tidak sama. Keadaan ini
memberikan gambaran bahwa persepsi bersifat individu.
Setiap individu mempunyai kecenderungan dalam melihat obyek yang
sama dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu setiap orang memberikan arti
kepada suatu stimulus dengan cara yang berbeda pula. Pesepsi berkaitan
dengan cara mendapatkan pengetahuan tentang obyek atau kejadian pada saat
tertentu, itu sebabnya persepsi dapat terjadi kapan saja. Persepsi sendiri
meliputi kognisi yang mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut
pengalaman yang bersangkutan.
Di depan telah dikemukakan bahwa apa yang ada pada diri individu
akan mempengaruhi indiviud dalam melakukan persepsi dan ini disebut faktor
inter nal. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi proses persepsi yaitu faktor
stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan di mana persepsi itu berlagsung dan
mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan
dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Jika
sistem psikologisnya terganggu hal tersebut akan berpengaruh terhadap
persepsi seseorang. Segi psikologis tersebut antara lain pengalaman, perasaan,
kemampuan berpikir, kerangka acuan dan motivasi, hal inilah yang akan
berpengaruh dalam mengadakan persepsi.
Dengan semua yang telah dipaparkan di atas, tidak berarti persepsi
antara satu orang dengan yang lainnya tidak bisa sama. Bila faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan persepsi dapat dikelola dengan baik, akan
terbentuklah persepsi yang diinginkan. Dengan kata lain, persepsi yang
diinginkan akan terbentuk bila dapat dilakukan pengkondisian yang kuat
terhadap suatu obyek, kualitas hubungan antargejala, kondisi maupun
peristiwa.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi
Pembentukan persepsi (Irwanto, et al. 1996 : 96) dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya, meskipun ia tidak harus menanggapi
semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu individu memusatkan
perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian
obyek-obyek atau gejala -gejala lain tid ak akan tampil ke muka sebagai
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara
yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas
rangsangnya paling kuat.
c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman. Penelitian
juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah
melihat koin (mata uang logam) lebih besar dibanding anak-anak
orang kaya.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi seseorang
mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru,
tetpi lain halnya dengan mereka yang berada di pedalaman.
Proses terbentuknya persepsi terdiri dari lima langkah, yang menurut buku
Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut :
1. Proses pengumpulan informasi (process of gathering information).
2. Proses sele ksi (selecting), yaitu apa yang harus dicatat dari suatu
informasi.
3. Mengawinkan, yaitu proses mengkombinasikan informasi yang telah
4. Proses mengorganisir ke pola-pola tertentu.
5. Proses menginterpretasikan informasi yang telah terpola ke dalam suatu
yang bermakna.
Sedangkan hal-hal lain yang dianggap dapat mempengaruhi persepsi
adalah kemampuan dasar (ability), kemauan (wants), kebutuhan-kebutuhan
(needs), harapan-harapan (expectatios), dan latihan (train).
Ketepatan persepsi dipengaruhi oleh situasi di mana persepsi tersebut
terbentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini, antara lain, tempat,
waktu, suasana (sedih, gembira, takut, dan lain-lain).
3. Variabel-variabel yang Membentuk Persepsi
Variabel-variabel persepsi terdiri atas :
a. Perhatian (atten tion)
Yaitu sapai dimana konsumen bersifatsensitif terhadap informasi.
Perhatian dipengaruhi oleh :
-stimulus ambiquitas
-sikap
b. Stimuli Ambiquity
Yaitu ketidakpastian tentang yang diamati dan tidak adanya makna dari
informasi yang diterima.
c. Penyimpangan Pengamatan (perceptual bias)
d. Penelusuran Nyata (over search)
Yaitu penelusuran informasi scara aktif. Aktifitas ini meliputi kecepatan
dan keluasan dalam menimbulkan kembali informasi yang ada pada
memori dan pengalaman mengenai masalah.
B. Perilaku Konsumen.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi produk dan jasa
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan.
Keberhasilan pemasaran tergantung pada pemahaman perilaku konsumen
yang berupa keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi. Disinilah
pemasaran dituntut memahami dan mengamati sikap dan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomis
termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan tersebut. (James F Engel, Roger Vlackwell, Miniard, Paul W
(1994:3) )
Menurut Basu Swastha dan T Hani Handoko (1997:10) perilaku
konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk di
dalamnya proses pengembalian keputusan pada persiapan dan penentuan
Definisi lain perilaku konsumen adalah menurut Leon G Schifman dan
Lesli Lazar Kanuk. Perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen membuat
keputusan untuk menghabiskan sumber mereka yang berharga (waktu, uang,
usaha) atas barang yang akan dikonsumsi (1994:7)
Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan guna mendapat barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.
Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi konsumen
membeli produk tertentu sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginannya. Faktor -faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen
menurut Philip Kottler (1986:164) antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kebudayaan
Kebudayaan sifatnya sangat luas dan menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan
perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makluk yang lebih rendah
perilakunya sebagian diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian
adalah dipelajari.
2. Kelas Sosial
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pandangan dan tingkah laku
pembeli yaitu kelas sosial. Pada dasarnya masyarakat dapat
dikelompokkan dalam golongan yaitu, golongan atas, menengah dan
dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah tangga, aktivitas
waktu senggang dan sebagainya.
3. Kelompok Referensi Kecil
Kelompok referensi kecil juga mempengaruhi perilaku seseorang
dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam
bertingkah laku.
4. Keluarga
Para anggota keluarga dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembelian.
5. Pengalaman
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam
bertingkah laku. Pengalaman diperoleh dari perbuatannya di masa lalu dan
dapat pula dipelajari sebab dengan belajar sesorang mendapat pengalaman.
6. Kepribadian
Kepribadian merupakan pola sifat individu yang dapat menentukan
tanggapan untuk bertingkah laku. Namun para ahli percaya bahwa
kepribadian juga mempengaruhi perilaku pembelian seseorang. Adapun
variabel yang mencerminkan perilaku pembelian seseorang adalah
aktivitas, motivasi dan opini. Dengan variabel tersebut kita dapat
7. Sikap dan Kepercayaan
Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi
pandangan dan perilaku pembelian seseorang. Sikap itu sendiri
mempengaruhi kepercayaan dan kepercayaan mempengaruhi sikap.
8. Konsep Diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya
sendiri dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri dan
orang lain.
9. Pengamatan
Pengamatan merupakan proses yang mana pembeli menyadari dan
menginterpretasikan aspek lingkungannya. Seseorang akan mempunyai
sesuatu pandangan terhadap suatu produk jika ia mengetahui bahwa
produk tersebut ditawarkan.
10. Proses Belajar
Proses belajar dapat terjadi jika konsumen ingin menanggapi dan
memperoleh suatu keputusan atau sebaliknya terjadi jika merasa
dikecewakan oleh produk yang kurang baik.
11. Sikap
Sikap dilakukan berdasarkan pandangan kita terhadap produk dan
proses belajar, baik dari pengalaman atau yang lain. Ada kecenderungan
yang menganggap bahwa sikap merupakan faktor yang tepat untuk
meramalkan perilaku yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap
C. M e rek
Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk-produk
individual, penjual atau produsen harus menghadapi keputusan pemberian
merek. Merek akan menjadi daya tarik untuk memperoleh kesetiaan
pelanggan.
American Marketing Association mendefinisikan Merek sebagai
berikut:
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
Jadi merek mengidentifikasikan penjual atau produsen. Merek
sebenarnya merupakan janji penjual atau produsen untuk secara konsisten
memberikan tampilan, manfaat dan jasa pada pembeli. Merek terbaik
memberikan jaminan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Merek
dapat memilki enam tingkat pengertian, yaitu :
a. Atribut yaitu bahwa merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
b. Manfaat yaitu mer ek bukan hanya serangkaian atribut saja karena
pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat.
c. Nilai yaitu bahwa merek juga menyatakan nilai produsen. Pemasar merek
harus dapat mengetahui kelompok pembeli mana yang mencari nilai-nilai
itu.
d. Budaya yaitu bahwa merek juga mewakili budaya tertentu.
f. Pemakai yaitu bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli
atau menggunakan produk tersebut.
Semua itu menunjukkan bahwa merek merupakan simbol yang
kompleks. Tantangan dalam pemberian merek adalah untuk mengembangkan
pengertian yang mendalam atas merek tersebut. Merek disebut merek yang
mendalam jika orang-orang dapat melihat keenam dimensi dari suatu merek.
Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya dipasar. Ada
merek yang tidak diketahui oleh sebagian besar pembeli, tetapi ada pula merek
yang atas merek tersebut pembeli memiliki tingkat kesadaran merek yang
tinggi dimana pelanggan tidak akan menolak untuk membelinya.
Selain memudahkan para pelanggan untuk mengingat suatu produk,
merek juga memberikan beberapa manfaat pada penjual. Manfaat merek bagi
para penjual adalah sebagai berikut :
a. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menulusuri masalah
yang ada.
b. Merek dan tanda dagang penjual memberikan perlindungan hukum atas
tampilan produk yang unik yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh
pesaingnya.
c. Merek memberikan kesempatan pada penjual untuk menarik pelanggan
yang setia dan menguntungkan.
d. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
D. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu cara berpikir tentang bagaimana perusahaan
dapat mengembangkan perubahan yang menguntungkan dengan para
pelanggan yang ingin memenuhi kebutuhannya. Tujuan pemasaran adalah
untuk membantu perusahaan memutuskan apa yang mula -mula di buatnya,
pemasaran di mulai jauh sebelum perusahaan menghasilkan suatu produk dan
terus dilaksanakan meskipun produk tersebut telah laku terjual. Pemasaran
adalah proses memilih pasar yang akan dimasuki, menetapkan produk yang
akan ditawarkan, harga yang akan dipasang, distributor yang akan digunakan
sampai pada promosi yang akan digunakan.
Beberapa Pakar mengemukakan definisi pemasaran yang me mpunyai
pandangan yang sama hanya penyampaiannya saja berbeda.
Basu Swasta (1987 : 5) mendifinisikan pemasaran sebagai berikut :
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan, mempromos ikan dan mendistribusikan barang dan jasa agar dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.
Philip Kottler (1988 : 3) mendifinisikan pemasaran sebagai berikut :
Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating and exchanging product and value with others.
E. Bauran Pemasaran
Proses pemasaran adalah proses tentang bagaimana perusahaan dapat
mempengaruhi para konsumen menjadi tahu, senang sehingga membeli
pelanggan. Untuk hal tersebut maka pengusaha dapat melaksanakan empat
tindakan yang disebut sebagai pemasaran atau marketing mix.
Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur
harga, kegiatan promosi dan distribusi.
Kegiatan marketing mix perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat
melakukan tugas perusahaan secara efektif. Jadi perusahaan tidak hanya
memiliki kombinasi terbaik, tetapi harus mengkoordinir berbagai macam alat
marketing mix untuk melaksanakan program marketing mix secara efektif.
Alat marketing mix yang paling mendasar adalah :
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen
untuk diperhatikan, dicari, diminta, digunakan atau dikonsumsikan pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang mencangkup
kualitas, rencana, bentuk, merk dan kemasan.
Dalam tinjauan yang lebih dalam, sebenarnya barang tidak hanya
meliputi fisik saja, tetapi juga mencangkup sifat-sifat non fisik seperti
harga, nama penjual. Secara umum penertian produk atau barang adalah
suatu sifat yang kompleks baik dapat di raba maupun tidak dapat diraba
termasuk pembungkus, warna, harga, prestise dari perusahaan dan
Philip Kottler (1988 : 445) mendifinisikan produk sebagai berikut :
Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan yang meliputi benda fisik, jasa, tempat, organisasi dan gugusan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk merupakan
pemahaman yang subyektif dari produsen atas sesuatu sebagi usaha untuk
memenuhi keinginan konsumen melalui hasil produknya.
b. Harga
Secara tradisional harga berperan sebagai penentu utama pilihan
pembeli meskipun faktor non harga telah menjadi semakin penting. Dalam
perilaku pembelian selama beberapa dasawarsa ini harga masih tetap
merupakan salah satu unsur penting menemukan pangsa pasar dan
profitabilitas perusahaan. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedang elemen yang lain
menimbulkan biaya. Harga merupakan elemen yang fleksibel karena harga
dapat berubah dengan cepat tidak seperti feature produk dan perjanjian
distribusi. Pada saat yang sama penetapan harga juga merupakan masalah
yang banyak dihadapi para manajer pemasaran.
Dalam menetapkan kebijakan harga perusahaan harus
mempertimbangkan banyak faktor dan harus mengetahui langkah-langkah
dalam menetapkan harga. Langkah-langkah dalam menetapkan harga
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memilih tujuan penetapan harga
3. Memperkirakan biaya
4. Menganalisis biaya , harga dan penawaran barang
5. Memilih metode penetapan harga
6. Memilih harga akhir
Perusahaan biasanya tidak menetapkan harga tunggal melainkan
suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan permintaan dan biaya
secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat
pemesanan dan faktor-faktor lain. Untuk itu disini akan dibahas beberapa
strategi adaptasi harga, yaitu :
1. Penetapan Harga Geografis
Penetapan harga geografis mengharuskan perusahaan memutuskan
bagaiman menetapkan lokasi dan negara.
2. Diskon dan Potongan Harga
Perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk
menghargai tindakan pelanggan seperti pembayaran awal, volume
pembelian dan pembelian diluar musim. Penjelasan atas penyelesaian
harga ini disebut diskon dan potongan harga yang akan diberikan.
3. Penetapan Harga Musiman
Perusahaan menggunakan berbagai teknik penetapan harga untuk
mendorong pembelian awal dengan berbagai teknik seperti : Harga
pemimpin rugi, Harga peristiwa khusus, Pembiayaan berbunga rendah,
syarat pembayaran lebih lama, Garansi dan kontrak jasa serta Diskon
4. Penetapan harga Dikriminasi
Penetapan harga diskrimanasi juga disebut diskriminasi harga terjadi
jika perusahaan menjual suatu produk atau jasa pada dua harga atau
lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional.
Penetapan harga diskriminasi ini ada beberapa bentuk yaitu :
Penetapan harga segmen pelanggan, Penetapan harga bentuk produk,
Penetapan harga citra, Penetapan harga waktu.
5. Penetapan Harga Bauran Produk
Penetapan harga bauran produk ini diantaranya adalah penetapan harga
produk, penetapan harga feature, penetapan harga produk pelengkap.
c. Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang
digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasar.
Promosi di pandang sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang di
buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Definisi tersebut menitik
beratkan pada pertukaran itu sendiri akan terjadi karena adanya permintaan
F. Kerangka Berfikir
Dari landasan teori yang telah dikemukakan di atas, mak dapat disusun
kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar II.1 kerangka pebelitian persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi pepsodent.
Dari kerangka berfikir tersebut terlihat bahwa jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap
persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi pepsodent. Dapat
juga dikatakan bahwa persepsi konsumen terhadap pasta gigi pepsodent
berbeda -beda berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan.
Jenis kelamin
Usia
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
G. Hipotesis
1. Ada perbedaan persepsi konsumen te rhadap merek pasta gigi Pepsodent
di tinjau dari jenis kelamin.
2. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari jenis kelamin.
3. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari tingkat us ia.
4. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari tingkat usia.
5. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari tingkat pendidikan.
6. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari tingkat pendidikan.
7. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di
tinjau dari tingkat pendapatan.
8. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu, penelitian
dengan mengambil satu jenis produk tertentu, untuk daerah penelitian tertentu
dengan kesimpulan hanya berlaku untuk produk dan daerah penelitian saja.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2006. Adapun tempat
penelitian di Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, sebagai subyek penelitian adalah para konsumen
yang menggunakan pasta gigi Pepsodent dan obyek penelitiannya adalah
produk pasta gigi Pepsodent.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi dari obyek dan subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2001:72). Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua konsumen pasta gigi
pepsodent di wilayah desa Sengon, Kecamatan Prambanan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
biaya dan tenaga, maka tidak semua populasi diambil tetapi peneliti hanya
akan mengambil 100 responden sebagai sampel penelitian. Teknik
pengambila n sampelnya adalah dengan metode purposive random sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil orang terpilih menurut
ciri khusus yang telah menggunakan pasta gigi pepsodent selama lebih dari
satu tahun.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependent Variables)
Yang menjadi variabel terikat adalah persepsi yaitu proses
pemahaman yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman (MIftah Thoha, 1983:14).
2. Variabel Bebas (Independent Variables)
Yang menjadi variabel bebas dari penelitian ini adalah:
a. Merek, yaitu nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau
kombinasi dari hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing.
b. Harga, yaitu sejumlah uang yang harus dikeluarkan pembeli untuk
mendapatkan produk.
c. Citarasa, yaitu perpduan kekhasan rasa (pedas, mint, manis dsb) dari
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian
lapangan dengan teknik wawancara yaitu, dengan mengajukan pertanyaan
yang terkait dengan permasalahan secara langsung pada responden dan
melalui kuesioner yaitu, berupa daftar pertanyaan yang menyangkut penelitian
yang kemudian disebarkan pada responden dengan scoring menggunakan
skala Likert sebagai berikut:
Pendapat Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1. Sangat Setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak Setuju 2 3
4. Sangat Tidak Setuju 1 4
Berikut kisi-kisi kuesioner yang akan disebarkan pada responden:
Variabel Indikator
Butir
2. Merek Mudah diingat
Pendek, sederhana,
mudah dibaca, dieja dan
didengar
Menimbulkan kesan
positif
Tepat untuk promosi
Belum pernah digunakan
oleh perusahaan lain
8
9, 10, 11, 18, 19
12, 13
14, 15, 16
3. Citrasa Rasa produk 20, 21, 22, 23,
24, 25
4. Persepsi Perhatian yang selektif
Rangsang
Nilai dan kebutuhan
individu
Pengalaman terdahulu
28, 30
27, 31
29, 32
26
G. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, maka
untuk mengukur kevalidan dan keandalannya, dilakukan pengujian terlebih
dahulu.
Adapun alat pengujian tersebut meliputi:
1. Analisis Validitas
Untuk mengukur kevalidan kuesioner yang dibagikan kepada
responden digunakan teknik Korelasi Product Moment dari Karl Pearson
(Sutrisno Hadi, 1991:14) yaitu:
rxy =
( )( )
rxy = koefisien korelasi setiap item
X = nilai dari setiap item
Y = nilai total semua item
Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan
taraf signifikan (α) = 5%. Jika rxy lebih besar dari rtabel maka kuesioner
yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.
Hasil pengujian validitas dengan korelasi produk moment
menghasilkan koefesien korelasi lebih besar dari nilai r_tabel sebesar
0.135 (df=98, α=5%) pada semua butir pertanyaan, berarti pertanyaan
dalam kuesioner berhasil mengukur pendapat subjek sesuai dengan
indikator yang ditanyakan atau valid (Sutrisno Hadi, 2002).
Tabel. 1
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Item r-xy r-tabel
5 0.7467 0.135 Valid
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dan keandalan alat ukur
dalam mengukur gejala. Tujuan analisis reliabilitas adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relatif
tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama
atau dengan kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara
sesuatu yang diukur dan jenis alat pengukur yang dipakai. Pengukuran ini
menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Sutrisno
Hadi, 1991:44):
rxy = koefisien korelasi setiap item
X = nilai dari setiap item
Y = nilai total semua item
Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan bernomor
genap di dapat maka untuk menilai reliabilitas digunakan rumus Spearman
Brown. (Sutrisno Hadi, 1991:44).
rxx =
rxy = koefisien reliabilitas
rxy = koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dengan item
bernomor genap
Dengan taraf signifikan (α) = 5%, apabila rxx lebih besar dari rtabel
maka kuesioner sebagai alat ukur dapat dikatakan memenuhi syarat
reliabilitas.
Hasil pengujian reliabilitas dengan alpha cronbach menghasilkan
koefesien alpha lebih dari r_tabel sebesar 0.135 (df=98, α=5%) pada
semua dimensi kualitas pelayanan dan kepuasan, berarti kuesioner
memiliki konsistensi (keandalan) maksud yang baik. Berdasarkan
kemampuan ini kuesioner dinyatakan reliabel, (Suharsimi, 2002).
H. Teknik Analisis Data
Alat yang digunakan untuk menguji hipotesa adalah “Chi Square
Test”. Chi Square Test yaitu untuk mengetahui uji proporsi maka variabilitas
datanya pun bersifat diskrit. Manfaat yang diperoleh dari uji Chi Square
adalah untuk melihat ada tidaknya kesesuaian antara frekuensi yang diperoleh
berdasar nilai harapannya.
Alasan memilih uji Chi Square adalah karena sangat relevan dengan
kasus yang diteliti untuk menguji apakah ada perbedaan persepsi konsumen
dalam penilaian terhadap merk, harga dan citarasa pada produk pasta gigi
pepsodent. Dengan uji Chi Square dapat dilihat apakah ada perbedaan yang
signifikan antara frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang
diharapkan penelitian (fh).dan untuk mengetahui seberapa besar korelasi
antara fo dan fh digunakan kriteria atau interpretasi terhadap koefisien
kontingensi di bawah ini :
Tabel. 3 :Kriteria Koefisien Kontingensi
Koefisien kontingensi kategori
0,81 s.d 1,00
0,61 s.d 0,80
0,41 s.d 0,60
0,21 s.d 0,40
0,00 s.d 0,20
Sangat tinggi
tinggi
cukup
rendah
sangat rendah
Dalam pengujian ini tingkat signifikansi (x) yang digunakan adalah
5% dan dengan derajat kebebasan (df) yang dapat dirumuskan dengan:
df = (I – 1)(j – 1)
dimana:
df = derajat kebebasan
i = jumlah baris
fo = frekuensi observasi
fh = frekuensi harapan
Untuk mencari fh dengan rumus
fh =
Langkah-langkah dalam menguji hip otesa adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesa yang akan diuji diterima atau ditolak
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap merk dan harga
produk pasta gigi pepsodent.
Ha = Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap merk dan harga produk
2. Menilai level of signifikan tertentu dengan derajat kebebasan
df = (I – 1)(j – 1)
3. Sebelumnya menghitung χ2, maka Σfh dan (fo – fh) = 0
4. Perhitungan tes statistik dengan rumus
χ2 =
∑
(
−)
fh fh fo 2
5. Membuat keputusan
Ho = diterima jika χ2hit< χ2tabel
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Batas-batas Wilayah
Kabupaten Klaten terletak diantara pemerintah daerah tingkat II dengan
batas-batas :
Sebelah Utara : Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Kabupaten Sleman
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman
Sebelah Timur : Kabupaten Boyolali
Daerah penelitian yang dilaksanakan di Desa Sengon, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Cucukan, kecamatan Prambanan
Sebelah Selatan : Desa Sambirejo, kecamatan Prambanan
Sebelah Barat : Desa Kotesan, kecamatan Prambanan
Sebelah Timur : Desa Sawit, kecamatan Gantiwarno
B. Kondisi Geografis
Secara umum kondisi geografis desa Sengon kecamatan Prambanan
kabupaten Klaten yang dijadikan daerah penelitia n merupakan dataran rendah
yang mempunyai orbitan (jarak dari pusat pemerintahan/desa) sebagai berikut:
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan :4,5 Km
Jarak dari Ibukota provinsi : 171 Km
Jarak dari Ibukota negara : 719 Km
Desa Sengon mempunyai luas wilayah 233 Ha mempunyai status
pertanahan sebagai berikut :
Sertifikat Hak Milik : 1.787 buah 187,7865 Ha
Tanah Kas Desa : 48 buah 26,5485 Ha
-Tanah Bengkok : 16,1570 Ha
-Tanah Desa lainnya : 10,3915 Ha
Tanah bersertifikat : 1.787 buah 187,7865 Ha
Tanah bersertifikat melalui PRONA : 566 buah 114,5945 Ha
Tanah yang belum bersertifikat : 48 buah 26,5485 Ha
C. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk menurut :
a. Jenis kelamin :
1). Laki-laki : 1. 940 orang
2). Perempuan : 1.988 orang
Jumlah : 3.928 orang
b. Kepala Keluarga : 925 orang
c. Kewarganegaraan :
1). WNI
Laki-laki : 1.940 orang
Perempuan : 1.988 orang
2). WNA
Laki-laki : -
Perempuan : -
Jumlah : -
2. Jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan :
a. Islam : 3.589 orang
b. Kristen : 20 orang
c. Katolik : 237 orang
d. Hindu : 82 orang
e. Budha : -
3. Jumlah Penduduk menurut usia :
a. Kelompok Pendidikan :
1). 00 – 03 tahun : 262 orang
2). 04 – 06 tahun : 334 orang
3). 07 – 12 tahun : 631 orang
4). 13 – 15 tahun : 352 orang
5). 16 – 18 tahun : 323 orang
6). 19 tahun keatas : 2.060 orang
b. Kelompok Tenaga Kerja :
1). 10 – 14 tahun : 59 orang
2). 15 – 19 tahun : 402 orang
3). 20 – 26 tahun : 528 orang
5). 41 – 56 tahun : 331 orang
6). 57 tahun keatas : 533 orang
4. Jumlah Panduduk menurut tingkat Pendidikan :
a. Taman Kanak-kanak : 58 orang
b. Sekolah Dasar : 779 orang
c. SMP/SLTP : 473 orang
d. SMA/SLTA : 551 orang
e. Akademi (D1 – D3) : 53 orang
f. Sarjana (S1 – S3) : 81 orang
5. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian :
a. Karyawan 1).PNS : 172 orang
2). TNI/POLRI : 10 orang
3). Swasta : 37 orang
b. Wiraswasta : 112 orang
c. Pertukangan : 52 orang
d. Pensiunan : 42 orang
e. Tani : 321 orang
f. Buruh Tani : 248 orang
38
BAB V
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi konsumen terhadap merek,
harga, dan citarasa pada produk pasta gigi Pepsodent. Untuk mencapai tujuan
tersebut, peneliti telah melaksanakan penjaringan data-data dan melakukan
pengujian statistik untuk menganalisisnya sesuai motodologi yang telah dijelaskan
pada bab III.
Hasil selengkapnya dari pengujian-pengujian statistik dapat dilihat pada
lampiran-lampiran, pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil tersebut, meliputi
deskrips i data, pengujian instrumen, pengujian chi square, dan pembahasannnya.
A. Analisis Deskriptif
1. Deskripsi Profil Responden
Responden yang menjadi sampel mewakili warga desa Sengon
kecamatan Prambanan, Klaten. Gambaran karakteristik mereka diketahui
dari hasil analisis deskripsi persentase. Tiga profil yang diungkapkan
persentasenya adalah ; Usia, Pendapatan dan Pendidikan.
a. Usia
Usia diklasifikasikan kedalam empat kelompok, pertama
berusia kurang dari 20th, kedua 20th – 29th, ketiga 30th – 39th, dan
keempat lebih dari 39th. Hasil perhitungan persentase menemukan
sebagian besar konsumen Pepsoden di desa Sengon kecamatan
Prambanan, Klaten adalah remaja dan dewasa.
Tabel. 4
Distribusi Frekuensi usia
Usia (thn) Frekuensi Persentase < 20 Thn 4 4.0
Pendapatan diklasifikasikan menjadi empat kelompok,
pertama berpendapatan kurang dari 250 ribu Rupiah, kedua antara
250 sampai 499 ribu Rupiah, ketiga lebih dari 500 sampai 750 ribu
Rupiah, dan keempat lebih dari 750 ribu Rupiah. Hasil perhitungan
persentase menemukan sebanyak 47% memiliki penghasilan antara
250 sampai 499 ribu Rupiah, dan sisanya tersebar pada kelompok
lain masing-masing 18% dan 17%. Dominasi tersebut menjelaskan
sebagian besar konsumen Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan, Klaten berpendapatan rendah.
Tabel. 5
Distribusi Frekuensi pendapatan
c. Pendidikan
Pendidikan diklasifikasikan keda lam empat kelompok,
yaitu SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi atau PT. Hasil
perhitungan persentase menemukan sebanyak 72% berlatar
belakang pendidikan SMU, dan sisanya tersebar pada tingkat
pendidikan lannya dengan jumlah dibawah 15 % pada tiap
kelompoknya. Hasil ini menjelaskan sebagian besar konsumen
Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan, Klaten memiliki
tingkat pendidikan menengah.
Tabel. 6
Distribusi Frekuensi pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 6 6.0
SMP 13 13.0
SMU 72 72.0
PT 9 9. 0
Total 100 100.0 Sumber : Hasil pengujian data primer, 2006.
2. Deskripsi Persepsi Konsumen
Persepsi konsumen Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan - Klaten dapat dilihat melalui deskripsi data yang telah
terjaring. Deskripsi dilakukan dengan mengklasifikasikan data menjadi
empat kelompok, yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, sangat tinggi.
Kelompok sangat tinggi untuk menampung jawaban konsumen yang
dominan memilih sangat setuju terhadap variabel harga, merek, dan
jawaban konsumen yang dominan memilih sangat tidak setuju
terhadap variabel merek, harga dan cita rasa.
a. Variabel Harga
Variabel harga mengungkapkan tanggapan konsumen
terhadap sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli
pasta gigi Pepsodent. Variabel ini dijaring menggunakan tujuh
butir pertanyaan dengan skala jawaban 1 (sangat tidak setuju)
sampai 4 (sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor
harapan tertinggi sebesar 7 x 4 = 28, dan terendah sebesar 7 x 1 =
7.
Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen
memberikan jawaban setuju terhadap variabel harga, jumlahnya
mencapai 53.6% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang
ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jum lah 26.9%, tidak
setuju 16.3% dan sisanya sebanyak 3.3% memberikan jawaban
sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar
konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan – Klaten merasa cocok dengan harga yang ditetapkan.
Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut
sebesar 21.28 berada pada klasifikasi tinggi, berarti konsumen
memiliki tanggapan baik terhadap variabel harga. Dari 100
konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui sebanyak 55%
kelompok tinggi, dan 36% pada klasifikasi sangat tinggi,
akumulasi keduanya mencapai 91.1%. Berarti hampir seluruh
konsumen memiliki tanggapan positif terhadap harga pasta gigi
Pepsodent.
Tabel. 7
Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Harga Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
7 – 12.3 0 0 Sangat Rendah 12.4– 17.5 9 9.0 Rendah 17.6 – 22.8 55 55.0 Tinggi 22.9 – 28.0 36 36.0 Sangat Tinggi Jumlah 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006
b. Variabel Merek
Variabel merek mengungkapkan tanggapan konsumen
terhadap nama, atau simbol, atau tanda, dan atau kominasinya yang
melekat pada produk opasta gigi Pepsodent. Variabel ini dijaring
menggunakan duabelas butir pertanyaan dengan skala jawaban 1
(sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju), sehingga bila
diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar 12 x 4 = 48,
dan terendah sebesar 12 x 1 = 12.
Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen
memberikan jawaban setuju terhadap variabel merek, jumlahnya
mencapai 51.1% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang
ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jumlah 20.4%, tidak
sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar
konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan – Klaten merasa cocok dengan merek Pepsodent.
Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut
sebesar 36.61 berada pada klasifikasi tinggi, berarti konsume n
memiliki tanggapan baik terhadap variabel merek. Dari 100
konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui sebanyak 74%
memiliki tanggapan terhadap merek pasta gigi Pepsodent pada
kelompok tinggi, dan 11% pada klasifikasi sangat tinggi,
akumulasi keduanya mencapai 85%. Berarti lebih dari ¾ jumlah
konsumen memiliki tanggapan baik atau positif terhadap merek
pasta gigi Pepsodent.
Tabel. 8
Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Merek Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
12– 21 0 0 Sangat Rendah 22 – 30 15 15.0 Rendah 31 – 39 74 74.0 Tinggi 40 – 48 11 11.0 Sangat Tinggi Jumlah 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006
c. Variabel Citarasa
Variabel Citarasa mengungkapkan tanggapan konsumen
terhadap kekhasan rasa pasta gigi Peps odent, seperti pedas, mint,
manis dan lainnya. Variabel ini dijaring menggunakan enam butir
(sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan
tertinggi sebesar 6 x 4 = 24, dan terendah sebesar 6 x 1 = 6.
Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen
memberikan jawaban setuju terhadap variabel Citarasa, jumlahnya
mencapai 68.7% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang
ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jumlah 21.3%, tidak
setuju 9.3% dan sisanya sebanyak 0.7% memberikan jawaban
sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar
konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan – Klaten merasa cocok dengan Citarasa Pepsodent.
Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut
sebesar 18.64 berada pada klasifikasi tinggi, berarti konsumen
memiliki tanggapan baik atau positif terhadap variabel Citarasa.
Dari 100 konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui
sebanyak 60% memiliki tanggapan terhadap Citarasa pasta gigi
Pepsodent pada kelompok tinggi, dan 30% pada klasifikasi sangat
tinggi, akumulasi keduanya mencapai 90%. Berarti hampir semua
konsumen memiliki tanggapan baik atau positif terhadap Citarasa
pasta gigi Pepsode nt.
Tabel. 9
Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Citarasa Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
6.0 – 10.5 0 0 Sangat Rendah 10.6 – 15.0 10 10.0 Rendah
19.6– 24.0 30 30.0 Sangat Tinggi Jumlah 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006
d. Variabel Persepsi
Variabel Persepsi mengungkapkan pemahaman konsumen
berdasarkan informasi yang dimiliki terhadap pasta gigi Pepsodent.
Variabel ini dijaring menggunakan tujuh butir pertanyaan dengan
skala jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju),
sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar
7 x 4 = 28, dan terendah sebesar 7 x 1 = 7.
Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen
memberikan jawaban setuju terhadap variabel Persepsi, jumlahnya
mencapai 54.4% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang
ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jumlah 40.3%, tidak
setuju 3.4% dan sisanya sebanyak 1.9% memberikan jawaban
sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar
konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan
Prambanan – Klaten memiliki persepsi baik.
Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut sebesar
23.32 berada pada klasifikasi sangat tinggi, berarti konsumen
memiliki persepsi sangat baik atau sangat positif.. Dari 100
konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui sebanyak 64%
klasifikasi tinggi, akumulasi keduanya mencapai 95%. Berarti
hampir semua konsumen memiliki persepsi baik atau positif
terhadap pasta gigi Pepsodent.
Tabel. 10
Tingkat persepsi konsumen terhadap pasta gigi Pepsodent Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
7 – 12.3 0 0 Sangat Rendah 12.4 – 17.5 5 5.0 Rendah
17.6– 22.8 31 31.0 Tinggi 22.9 – 28.0 64 64.0 Sangat Tinggi Jumlah 100 100
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006
B. Hasil Pengujian Chi Square
Uji chi square dapat mengevaluasi keberadaan perbedaan distribusi
frekuensi dari tabulasi silang antara dua buah variabel kategorial atau
ordinal, dalam penelitian ini antara profil responden dengan persepsi
konsumen terhadap harga, merek, dan citarasa.
1. Analisa perbedaan persepsi konsumen produk pasta gigi Pepsodent
ditinjau dari segi merk berdasarkan usia. Langkah-langkah dalam
pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut :
Tabel. 11
Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.
TU
PK < 20 th 20 – 29 th 30-39 th > 40 th
Jumla h
Rendah 2 9 4 0 15
Tinggi 1 23 26 24 74
Sangat tinggi 1 6 2 4 11
Jumlah 4 36 32 28 100
Berdasarkan data tersebut diatas dapat dilihat bahwa
persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari
segi merk berdasarkan usia berada pada renta ng skor tinggi.
Selanjutnya disusun tabel kontingensi dengan tidak ada frekuensi
observasi yang bernilai nol dan tidak lebih dari 20% total nilai
frekuensi harapan dibawah lima, bila kedua syarat tersebut tidak
dipenuhi bisa digabungkan baris atau kolom yang berdekatan
sampai syarat tersebut dipenuhi (Siagian dan Sugiarto, 2002 :314).
Tabel. 12
Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta
gigi P epsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.
TU
b. Menghitung Frekuensi Harapan
Dari tabel 12 dihitung frekuensi harapan dengan cara
5
d. Dari perhitungan Chi Square diatas dapat diketahui bahwa Square
hitung menunjukkan harga Chi Square = 14,2017, sedangkan harga
Chi Square tabel bisa dilihat pada tabel Chi Square dengan tingkat
signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 (derajat kebebsan : [(Jml
Dari tabel di dapat chi Square tabel adala h 3,81 karena Chi Square
hitung (14,2017) > Chi Square tabel (3,84) sehingga Ho ditolak
yang berati ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta
gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.
Untuk mengetahui derajat perbedaan antara faktor perbedaan
persepsi konsumen yang tingkat usia konsumen produk pasta gigi
Pepsodent digunakan koefisien kentingensi (KK) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
2
Agar supaya, harga KK yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai
derajat antar faktor, maka harga KK dibandingkan dengan
kontingendi maksimal (KK maksimsl) yang bisa terjadi. Harga
maksimal dihitung dengan rumus :
Rasio KK terhadap KK maks adalah
0,499 0,707
0,353 maks
KK KK
= =
Menginteraksikan derajat hubungan dengan kriteria sebagai
berikut :
Rasio KK/KK Maksimal Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Berdasarkan tabel interpretasi di atas ternyata rasio KK terhadap
KK maksimal sebesar 0,499 berada pada kriteria cukup.
2. Analisa perbedaan persepsi kosumen pada produk pasta gigi Pepsodent
ditinjau dari segi merek berdasarkan pendidikan :
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai
a. Membuat tabel kontingensi
Tabel. 13
Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi
Pepsodent ditunjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan
TP
Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta
gigi Pepsodent ditinjau dari merek berdasarkan tingkat pendidikan.
Berikut dalam tabel hasil penggabungannya :
TP
b. Menghitung frekuensi harapan
Dari tabel 14 dihitung frekuensi harapan dengan cara :