• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Provinsi"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA STRUKTUR

RUANG WILAYAH

PROVINSI JAWA TIMUR

Rencana struktur ruang wilayah menggambarkan sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi yang mengintegrasikan wilayah provinsi serta melayani kegiatan provinsi yang akan dituju sampai akhir tahun perencanaan (tahun 2031).

Sistem pusat pelayanan terdiri atas rencana sistem perkotaan disertai dengan penetapan fungsi wilayah pengembangannya dan sistem perdesaan. Sistem pusat pelayanan dibentuk secara berhirarki berdasarkan penilaian kondisi saat ini dan rencana pengembangan dimasa yang akan datang di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur sehingga terjadi pemerataan pelayanan dan mendorong pertumbuhan wilayah di perkotaan dan perdesaan.

3.1.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN

Perkotaan di Provinsi Jawa Timur menunjukkan gejala adanya ketidakseimbangan perkembangan dalam jangka panjang. Secara umum perkembangan SMA (Surabaya Metropolitan Area) sebagai bagian dari metropolitan Gerbangkertosusila dan Malang Raya menunjukkan perkembangan yang lebih besar dari konsep semula, sedangkan perkotaan lain relatif jauh tertinggal. Oleh karena itu pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Jawa Timur diarahkan untuk keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah yang lebih merata, melalui 2 (dua) sasaran, yaitu:

1. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang berkembang dengan pesat; dan

2. Mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan-kawasan yang belum berkembang sesuai dengan fungsi yang diharapkan sekaligus mengurangi kesenjangan yang ada.

Sistem perkotaan di wilayah Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai berikut:

1. PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Jawa Timur adalah Kawasan Perkotaan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang.

2. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW di Provinsi Jawa Timur adalah Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan.

Selain itu, terdapat pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKW Promosi (PKWp). Kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk berfungsi sebagai PKWp di Provinsi Jawa Timur adalah Pasuruan dan Batu.

3. PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Jawa Timur yakni Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil.

Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLp oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Peta 3.1 Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Jawa Timur.

3.1 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN

• Rencana Sistem Pusat Pelayanan

• Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Provinsi

(2)

3.1.2 RENCANA SISTEM DAN FUNGSI PERWILAYAHAN Perwilayahan di Provinsi Jawa Timur direncanakan dalam Wilayah Pengembangan (WP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan. Hal ini merupakan upaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Jawa Timur dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penataan satuan wilayah pengembangan dengan kedalaman hingga penataan struktur pusat permukiman perkotaan, khususnya perkotaan di Wilayah Pengembangan yang berada di luar WP Germakertosusila Plus dan WP Malang Raya, adalah upaya untuk mendorong perkembangan perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal dan berkelanjutan.

Wilayah Pengembangan (WP) memiliki fungsi:

1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.

2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterland-nya, diharapkan mampu sebagai motor penggerak pembangunan.

3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.

4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.

Wilayah Pengembangan (WP) diharapkan dapat berperan secara efektif untuk:

1. Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhierarki dari tingkat pelayanan lokal, regional, dan nasional. 2. Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan

wilayah Jawa Timur.

3. Mendukung rencana struktur ruang wilayah Jawa Timur yang tidak terpisahkan dari struktur tata ruang wilayah nasional dan struktur tata ruang kabupaten/kota.

Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 8 Wilayah Pengembangan (WP), yaitu:

1. WP Germakertosusila Plus, meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,

(3)

2. WP Malang Raya, meliputi: Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, dengan pusat pelayanan di Kota Malang.

3. WP Madiun dan sekitarnya, meliputi: Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi, dengan pusat pelayanan di Kota Madiun.

4. WP Kediri dan sekitarnya, meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri.

5. WP Probolinggo–Lumajang, meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang, dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.

6. WP Blitar, meliputi: Kota Blitar, Kabupaten Blitar, dengan pusat pelayanan di Kota Blitar.

7. WP Jember dan sekitarnya, meliputi: Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Jember.

Penetapan WP dapat dilihat pada Peta 3.2. Rencana Sistem Perwilayahan.

PENGEMBANGAN SISTEM PERWILAYAHAN

Perwilayahan di Provinsi Jawa Timur direncanakan dengan fungsi di masing-masing WP dan pusat pengembangannya. Pusat Pengembangan WP merupakan pusat permukiman kota atau perkotaan. Sesuai dengan potensi pusat pengembangan atau pusat permukiman perkotaan di setiap WP, maka perlu ditetapkan fungsi pusat permukiman perkotaan tersebut. Struktur pusat permukiman perkotaan di setiap WP dibagi lagi menjadi beberapa satuan wilayah yang lebih kecil, untuk mengendalikan perkembangan kawasan permukiman perkotaan dalam skala besar yang berpotensi tidak terkendali. Beberapa satuan wilayah yang berpotensi berkembang lebih besar dari konsep yang diarahkan, dibagi lagi menjadi beberapa cluster, dimana setiap cluster terdiri atas beberapa kawasan perkotaan dengan fungsi pengembangan dan spesifikasi kegiatan masing-masing. Fungsi masing-masing WP serta fungsi pusat permukiman perkotaan dijabarkan sebagai berikut:

(4)

b. Fungsi WP Germakertosusila Plus adalah: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri.

c. Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah: pusat pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan prasarana wisata.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

GERMAKERTOSUSILA PLUS

Struktur Pusat Permukiman Perkotaan WP Germakertosusila Plus dibagi menjadi 6 (enam) satuan wilayah yang lebih kecil, dan setiap satuan wilayah tersebut dibagi dalam beberapa cluster dengan fungsi dan spesifikasi kegiatan sebagai berikut:

a. Wilayah Inti Germakertosusila Plus adalah Surabaya, sebagian Kabupaten Gresik, sebagian Kabupaten Sidoarjo, dan sebagian Kabupaten Bangkalan. Wilayah inti didominasi kegiatan industri, perdagangan dan jasa, serta kegiatan pelayanan pemerintahan Regional Jawa Timur. Wilayah SMA dibagi dalam cluster Gresik, cluster Bangkalan, cluster Sidoarjo dan cluster Surabaya. Cluster Surabaya dibagi dalam sub-cluster Surabaya barat, selatan, timur dan utara.

b. Wilayah Tuban–Lamongan, dibagi dalam 2 cluster yaitu cluster Tuban dan cluster Lamongan. Cluster Tuban menyangkut wilayah perkotaan di Pantura, Rengel dan Kerek. Cluster Tuban diarahkan berpusat di Perkotaan Tuban. Cluster Lamongan menyangkut sebagian Gresik. Cluster Lamongan dibagi dalam 2 sub-cluster yaitu sub-cluster Lamongan Utara dan Lamongan Tengah. Sub cluster Lamongan Utara berorientasi pada wilayah perkembangan kawasan Lamongan Integrated Shorebase (LIS) dan sekitar pelabuhan, kawasan industri, dan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Sedangkan sub-cluster Lamongan Tengah berorientasi pada wilayah perkembangan linier Perkotaan Lamongan, Perkotaan Pucuk dan Perkotaan Babat.

c. Wilayah Bojonegoro merupakan wilayah yang berkembang disebabkan adanya embrio kegiatan perekonomian, yang memungkinkan adanya konurbasi/penyatuan antarwilayah dan akan berdampak pada kawasan perkotaan Padangan, Ngasem hingga Sooko. Perkembangan perkotaan ini cenderung didominasi kegiatan industri, tambang, dan perdagangan. Sedangkan pusat perkembangan wilayah cluster ini adalah Perkotaan Bojonegoro. d. Wilayah Mojokerto–Jombang, adalah wilayah perkembangan

industri dari Kota Mojokerto sampai dengan Perkotaan Mojoagung Kabupaten Jombang. Perkembangan di wilayah ini cenderung didominasi perkembangan industri Kota Mojokerto

ini adalah Kota Mojokerto.

e. Wilayah Pasuruan, meliputi wilayah perkotaan akibat penyatuan kawasan Ngoro–Porong–Jabon, wilayah Perkotaan Gempol, Perkotaan Bangil, Perkotaan Rembang, Kota Pasuruan, wilayah Perkotaan Pandaan hingga Perkotaan Sukorejo. Karena pusat pelayanan regional setara kabupaten berada di Kota Pasuruan maka pusat wilayah ini adalah Kota Pasuruan.

f. Wilayah Madura, meliputi wilayah Perkotaan Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Pusat perkembangan wilayah ini adalah Perkotaan Pamekasan. Perkembangan di wilayah ini cenderung distimulasi/dipacu dengan keberadaan Jembatan Suramadu yang diprediksi akan menjadi prime over perkembangan Madura secara keseluruhan (Sampang–Pamekasan–Sumenep).

Rencana Struktur Ruang Germakertosusila Plus dapat dilihat pada Gambar 3.1.

A1. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Surabaya Metropolitan Area (SMA)

Dinamika perkembangan wilayah Bangkalan bergerak lambat dibandingkan kabupaten/kota lainnya dalam lingkup Surabaya Metropolitan Area (SMA), meskipun secara geografis dekat dengan Surabaya sebagai wilayah yang paling maju di Jawa Timur. Perkembangan sektor primer sebagai penopang pertumbuhan selama ini, ditambah dengan kelengkapan infrastruktur wilayah yang rendah merupakan faktor utama terjadinya kesenjangan ini. Pembangunan Jembatan Suramadu akan membawa dampak perkembangan wilayah Surabaya Timur dan Madura secara luas. Kaki Jembatan Suramadu pada sisi Surabaya terletak di ujung Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, sedangkan pada sisi Madura berlokasi di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan.

Gambar 3.1

(5)

barang dan orang sehingga dapat memacu atau menciptakan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut dan kemudian memberikan multiplier effect ke kawasan sekitarnya pada lingkup lokal dan regional sehingga tercipta suatu kawasan pusat pertumbuhan baru. Sebagai kawasan pusat pertumbuhan baru akan memiliki kecenderungan berkembang ke sektor perkotaan yang disertai dengan munculnya pusat-pusat kegiatan yang terkoneksi dengan Gerbangkertosusila dan wilayah belakangnya.

Pusat permukiman perkotaan di wilayah SMA diarahkan berdasarkan potensi perkembangan masing-masing perkotaan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah Surabaya Metropolitan Area (SMA). Struktur yang dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Gresik yang

meliputi wilayah Perkotaan Cerme, Perkotaan Gresik, Perkotaan Kebomas, Perkotaan Manyar, Perkotaan Bungah dan Perkotaan Sidayu. Diarahkan mempunyai pusat di Perkotaan Gresik dan Perkotaan Kebomas.

b. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Surabaya dibagi dalam 4 (empat) cluster:

 Cluster Surabaya Utara dan Tengah dengan pusat perkembangan di Tunjungan.

 Cluster Surabaya Timur dengan pusat perkembangan di Sukolilo.

 Cluster Surabaya Selatan meliputi Karang Pilang, Rungkut, Waru, Sedati dan Gedangan Kabupaten Sidoarjo dengan pusat perkembangan Waru–Rungkut.

 Cluster Surabaya Barat Meliputi Benowo, Tandes, Driyorejo dan Menganti Kabupaten Gresik dengan pusat perkembangan Benowo.

c. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Sidoarjo meliputi Sidoarjo, Taman, Tanggulangin, Porong, dan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Wilayah inti diarahkan berpusat di Sidoarjo–Taman dan wilayah ini dibagi dalam 2 cluster yaitu:

 Cluster Sidoarjo berpusat di Perkotaan Sidarjo  Cluster Sidoarjo–Krian berpusat di Krian

d. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Bangkalan meliputi Perkotaan Kamal, Perkotaan Labang, Perkotaan Socah, Perkotaan Burneh, Perkotaan Bangkalan, Perkotaan Arosbaya, Perkotaan Klampis, Perkotaan Sepuluh, dan Perkotaan Tanjungbumi. Wilayah inti diarahkan berpusat di Kaki Jembatan Suramadu, di Desa Sendanglaok Kecamatan Labang.

A2. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Wilayah Tuban – Lamongan

Wilayah Perkotaan Tuban–Lamongan memiliki akses yang tinggi dengan Surabaya sebagai kota inti, dan masing-masing wilayah memiliki spesifikasi pengembangan masing-masing. Kedua wilayah ini memiliki kecenderungan penyatuan yang cukup tinggi sehingga diperlukan pengembangan kawasan penyangga diantara keduanya. Struktur pusat permukiman Perkotaan Tuban–Lamongan dibagi dalam 2 satuan wilayah yang lebih kecil yaitu Cluster Tuban dan Cluster Lamongan. Cluster Tuban berpusat di Perkotaan Tuban dan Perkotaan Jenu, sedangkan Cluster Lamongan di bagi dalam sub-Cluster Lamongan Utara dan Lamongan Tengah. Lamongan Utara akan berpusat di perkotaan baru yang diarahkan di wilayah Paciran. Sedangkan pusat permukiman perkotaan di Sub-cluster Lamongan Tengah diarahkan di Perkotaan Lamongan.

Sub-cluster Lamongan Utara dikembangkan dengan fungsi sebagai pusat perkembangan industri, pariwisata dan transportasi. Pengembangan industri di Lamongan Utara diarahkan dalam bentuk pengembangan kawasan Agroindustri Gelang (Gresik-Lamongan) Utara. Sedangkan di wilayah Lamongan Tengah berfungsi sebagai pusat pelayanan umum dan berperan sebagai pusat kegiatan perkotaan khususnya perdagangan dan jasa.

Keberadaan 2 jalur arteri dan rencana jalan bebas hambatan yang melewati Lamongan berpotensi mendorong perkembangan secara linier dan di sekitar pintu jalan bebas hambatan. Terbentuknya 2 pusat di Cluster Lamongan, akan dapat menarik perkembangan secara kompak di masing-masing sub-cluster. Perkembangan secara terpusat di kedua cluster ini membentuk ruang terbuka diantara dua cluster sehingga membantu mengkonservasi lahan baik sebagai kawasan lindung di sepanjang Sungai Bengawan Solo maupun kawasan lindung lain yang telah ditetapkan yang dapat dilihat Gambar 3.3.

Gambar 3.2

(6)

A3. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Wilayah Bojonegoro

Perkotaan di Kabupaten Bojonegoro cenderung berkembang secara terpisah. Perkembangan Perkotaan Bojonegoro mengarah ke bagian selatan dan timur. Fokus pengembangan di wilayah ini adalah mengembangkan Ibukota Kabupaten Bojonegoro sebagai pusat perdagangan jasa. Eksplorasi minyak di Padangan dan Kasiman berpotensi mendorong pembentukan pusat permukiman perkotaan baru. Pusat permukiman perkotaan di wilayah Bojonegoro yang lain mengarah ke Parangan, Kapas dan Sooko.

Mengingat pusat permukiman Perkotaan Bojonegoro berkembang secara terpisah (dispersal), maka pengembangan aksesibilitas antarkawasan pusat permukiman perkotaan menjadi penting. Kawasan di antara pusat permukiman perkotaan satu dengan yang lain tetap difungsikan sebagai ruang terbuka baik untuk lahan pertanian dan hutan produksi maupun kawasan lindung. Secara keseluruhan perkotaan ini memiliki pusat pelayanan di Perkotaan Bojonegoro yang dapat dilihat Gambar 3.4.

Mojokerto–Jombang merupakan salah satu wilayah yang memiliki akses tinggi terhadap Kota Surabaya. Struktur pusat permukiman Perkotaan Mojokerto–Jombang diarahkan sebagai berikut:

Pusat permukiman perkotaan wilayah Mojokerto dan Jombang meliputi wilayah Perkotaan Dawarblandong, Perkotaan Balungbendo, Perkotaan Mojosari, Perkotaan Sooko, Perkotaan Mojoagung, Perkotaan Gudo dan Perkotaan Ploso. Tetap diarahkan mempunyai wilayah inti sebagai pusat yang diarahkan di wilayah perkotaan pada masing-masing wilayahnya.

Pusat permukiman Perkotaan Mojokerto terdiri dari perkembangan permukiman perkotaan akibat perkembangan industri di Jetis, Perkotaan Krian, Perkotaan Mojokerto, perkembangan Perkotaan Mojosari, permukiman Perkotaan Sooko dan perkembangan permukiman perkotaan Dawarblandong. Perkotaan Mojokerto direncanakan merupakan pusat permukiman perkotaan di cluster Perkotaan Mojokerto.

Struktur ruang kawasan Perkotaan Jombang dipengaruhi oleh aglomerasi kawasan terbangun. Struktur pusat permukiman Perkotaan Jombang diarahkan mencakup perkembangan perkotaan hingga Perkotaan Ploso dan permukiman Perkotaan Gudo. Perkembangan permukiman perkotaan di Perkotaan Jombang tetap diarahkan dalam pola yang menyebar. Kawasan pertanian yang ada di kawasan perkotaan tetap dipertahankan di beberapa lokasi sebagai kawasan yang mendukung ruang terbuka. Pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Jombang tetap diarahkan di Perkotaan Jombang. Pusat permukiman Perkotaan Jombang diarahkan dalam satu cluster yang dapat dilihat Gambar 3.5.

Gambar 3.3

Rencana Struktur Ruang TubanLamongan

(7)

Struktur Pusat Permukiman perkotaan Pasuruan diarahkan berpusat di Kota Pasuruan sebagai pusat utama bagi wilayah perkotaan di Kota/Kabupaten Pasuruan, dan struktur ruangnya menunjukan pola linier yakni Gempol–Bangil–Rembang. Sedangkan perkotaan lain yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah: a. Sukorejo sebagai wilayah hinterland Gempol.

b. Kejayan dan Rejoso merupakan hinterland Kota Pasuruan dari bagian selatan dan timur.

Rencana Struktur Ruang Perkotaan Pasuruan disajikan pada Gambar 3.6.

A6. Struktur Pusat Permukiman Perkotaan Wilayah Madura Pusat Permukiman Perkotaan di wilayah Madura dan Kepulauan berkembang memusat disekitar Ibukota Sampang, Ibukota Pamekasan dan Ibukota Sumenep. Sistem pusat permukiman perkotaan di wilayah Madura dan Kepulauan diarahkan bersinergi antara pusat permukiman perkotaan satu dengan yang lain, sehingga dapat mendorong perkembangan Madura dan Kepulauan secara bersama-sama. Dengan sistem tersebut maka secara struktural pusat permukiman perkotaan di wilayah Madura dan Kepulauan diarahkan dalam satu pengelolaan.

Keberadaan Jembatan Suramadu diprediksi akan menjadi prime over perkembangan Madura secara keseluruhan. Kaki Jembatan Suramadu pada kedua sisinya yaitu sisi Surabaya terletak di ujung Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, sedangkan pada sisi Madura berlokasi di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, secara otomatis akan menjadi pintu gerbang

memberikan multiplier effect ke kawasan sekitarnya pada lingkup lokal dan regional sehingga tercipta suatu kawasan pusat pertumbuhan baru. Jadi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu sisi Madura menjadi pusat pertumbuhan yang terkoneksi dengan Gerbangkertosusila dan wilayah dibelakangnya diantaranya yaitu kawasan industri (EJIIZ) di Kecamatan Tragah dan Burneh, Kawasan Bangkalan Utara yang memiliki fasilitas regional yaitu Pelabuhan Tanjung Bulupandan, dan sebagai penarik investasi menuju kawasan Madura Timur (Sampang– Pamekasan–Sumenep). Rencana Struktur Ruang Wilayah Madura dan Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 3.7.

B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Sistem kegiatan perkotaan WP Germakertosusila Plus diarahkan sebagai berikut:

B1. Surabaya Metropolitan Area (SMA)

Wilayah Surabaya Metropolitan Area meliputi: Kota Surabaya, Perkotaan Sidoarjo, Perkotaan Gresik dan Perkotaan Bangkalan. Wlayah SMA ini tidak hanya berperan sebagai pusat wilayah Germakertosusila Plus namun juga untuk wilayah Jawa Timur, sehingga baik fasilitas maupun sarana dan prasarana yang menyangkut kegiatan ekonomi regional harus tersedia di wilayah ini. Kegiatan perkotaan dan regional yang harus dikembangkan wilayah SMA meliputi:

a. Kota Surabaya

• Kegiatan pemerintahan, jasa, perdagangan, industri, pendidikan, perbankan dan pusat informasi.

• Optimalisasi sarana prasarana perhubungan akan mendorong penyebaran berbagai komoditas, hasil-hasil pertanian dan bahan baku industri, serta meningkatkan mobilitas manusia. Gambar 3.6

Rencana Struktur Ruang Perkotaan Pasuruan

Gambar 3.7

(8)

Penyebaran kegiatan perekonomian kota dan regional tersebut di atas harus tersebar secara serasi di seluruh wilayah Kota Surabaya. b. Perkotaan Sidoarjo

Sebagian wilayah Perkotaan Sidoarjo mempunyai kecenderungan kegiatannya berkembang ke arah sektor perdagangan/jasa dan industri yang berkembang berkelompok di kawasan perkotaan. Kecenderungan perkembangan ini diperkuat juga dengan adanya kereta komuter, sehingga pada wilayah ini perlu dibangun pusat pertumbuhan baru (pusat kota baru) untuk mendorong pertumbuhan di wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan di kota baru yang harus disediakan antara lain meliputi perdagangan, perniagaan, permodalan dan penerangan serta perumahan dengan fasilitas rekreasinya.

Sedangkan pada wilayah Sidoarjo diluar kawasan perkotaan berfungsi sebagai daerah penyangga, kegiatan ikutan/semi perkotaan perlu dikembangkan seperti industri pengolahan, pertanian, perikanan dan industri pertanian serta perumahan.

c. Perkotaan Gresik

Sebagian wilayah Perkotaan Gresik mempunyai kecenderungan berkembang ke arah sektor industri, dan pemanfaatan lahan ikutan, seperti permukiman, perdagangan, pergudangan yang cenderung terkonsentrasi memusat di sepanjang jalan arteri. Pengendalian kegiatan industri polutif dengan mempertahankan kawasan hijau dan menciptakan barrier permukiman dan kawasan industri. Mengingat kebijakan kawasan industri yang berorientasi ke jalan arteri dan jalan bebas hambatan, maka kawasan permukiman di arahkan mengkluster dengan konsep kota mandiri. Kawasan permukiman di arahkan mempunyai akses tersendiri yang terhubung dengan jalan bebas hambatan. Pengembangan kegiatan di kawasan perkotaan meliputi: perikanan, industri, dan perdagangan/jasa.

d. Perkotaan Bangkalan

Sebagian wilayah Perkotaan Bangkalan (Kamal) mempunyai kecenderungan kegiatannya berkembang kearah sektor perkotaan. Kecenderungan perkembangan ini diperkuat juga dengan adanya Jembatan Suramadu, sehingga pada wilayah ini perlu dibangun pusat pertumbuhan baru (pusat kota baru) untuk mendorong pertumbuhan di wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan di kota baru yang harus disediakan antara lain meliputi perdagangan, perniagaan, serta perumahan dengan fasilitas rekreasinya.

Sedangkan pada wilayah Bangkalan di luar kawasan perkotaan berfungsi sebagai daerah penyangga, kegiatan ikutan perlu dikembangkan seperti industri pengolahan, pertanian dan industri pertanian serta perumahan.

bagian utara sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan potensi wilayah sehingga kegiatan yang didorong untuk dikembangkan meliputi:

 Pelabuhan ikan terutama di wilayah Kecamatan Brondong – Paciran;

 Sistem irigasi untuk mendukung kegiatan pertanian;

 Pengembangan industri yang berbasis hasil pertanian, industri ekstraktif dan industri manufaktur yang berupa kawasan-kawasan industri (Shorebase Industri Estate);

 Peningkatan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian (agroindustri); dan

 Pengembangan industri kecil/kerajinan tangan.

Wilayah Tuban diarahkan sebagai pusat aktivitas jasa dan perdagangan, sehingga perlu dikembangkan kegiatan pendukung meliputi:

 Industri kecil;

 Industri pengolahan; dan  Pertambangan.

B3. Pengembangan Bojonegoro

Letak Perkotaan Bojonegoro yang berada di selatan Bengawan Solo menyebabkan perlunya pengendalian kegiatan industri yang berlokasi di bantaran sungai Bengawan Solo. Hal ini untuk menghindari berbagai efek negatif dari aktivitas industri, termasuk dari industri pengolahan berbasis kerajinan ke area DAS Bengawan Solo, terutama ke bagian hilir DAS.

Adapun Perkotaan Bojonegoro diarahkan pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan produksi pertanian. Selain itu juga diarahkan pengembangan industri pengolahan minyak bumi.

B4. Pengembangan Mojokerto–Jombang

Wilayah Perkotaan Mojokerto merupakan daerah potensi pertanian tinggi, oleh karena itu peningkatan produksi pertanian, perlu didorong dan dikembangkan dengan peningkatan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian (industri pengolahan) dan industri kecil/ kerajinan dan pembatasan kawasan industri. Adanya kecenderungan wilayah Jombang ke arah Mojokerto mengakibatkan terjadinya konurbasi kawasan Perkotaan Jombang dan Perkotaan Mojokerto, kegiatan perkotaan yang perlu dikembangkan adalah industri kecil/ kerajinan, peningkatan produksi pertanian, serta daerah pertanian dan perkebunan.

(9)

kegiatannya berkembang kearah sektor perkotaan. Kecenderungan perkembangan ini diperkuat juga dengan adanya kereta komuter, sehingga pada wilayah ini perlu dibangun pusat pertumbuhan baru (pusat kota baru) untuk mendorong pertumbuhan di wilayah sekitarnya. Jenis kegiatan di kota baru mandiri yang harus disediakan antara lain meliputi perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan serta perumahan dengan fasilitas penunjangnya.

Sedangkan pada wilayah Pasuruan diluar kawasan perkotaan berfungsi sebagai daerah penyangga, kegiatan ikutan perlu dikembangkan seperti industri pengolahan, pertanian dan industri pertanian serta perumahan.

B6. Pengembangan Madura

Sesuai dengan kondisi dan potensi sumber daya, pengembangan wilayah Madura dan Kepulauan diprioritaskan pada sektor pertanian, perikanan, industri dan tambak garam.

Pengembangan sektor pertanian terutama adalah pada kegiatan tanaman pangan, peternakan, dan sektor perkebunan di wilayah Kabupaten Sumenep, wilayah Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sampang. Kegiatan pariwisata terutama wisata pantai di Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang. Kegiatan industri dikembangkan pada Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sampang. Kegiatan perikanan dan tambak garam diarahkan pada Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Perkotaan Sumenep diarahkan bagi pengembangan kegiatan transportasi seperti bandara lokal.

Untuk mendukung kegiatan pembangunan pada Wilayah Madura dan Kepulauan ini, maka dikembangkan fasilitas umum dan jaringan infrastruktur, baik pada perkotaan kabupaten maupun perkotaan kecil lainnya. Sedangkan untuk wilayah kepulauan perlu dilakukan peningkatan sistem jaringan transportasi laut dan penerbangan/landasan udara lokal dan khusus serta pengembangan infrastruktur dimana kegiatan yang diarahkan adalah kegiatan perikanan, perdagangan, dan minyak bumi.

Secara skematis fungsi wilayah Germakertosusila Plus dapat dilihat pada Gambar 3.8.

a. Pusat WP: Kota Malang

b. Fungsi WP Malang Raya adalah: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri.

Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Perkembangan Kota Malang meluas hingga melewati batas administrasi. Secara tidak langsung, wilayah-wilayah di sekitarnya ikut terpengaruh oleh perkembangan Kota Malang sehingga terjadi keterkaitan yang kuat antara Kota Malang dengan wilayah-wilayah di sekitarnya. Perkembangan tersebut membawa perubahan struktur ruang Kota Malang menjadi Perkotaan Malang dan sekitarnya atau disebut dengan istilah Malang Raya.

Struktur pusat permukiman perkotaan dalam WP Malang Raya diarahkan dalam 3 cluster, yaitu cluster Kota Malang, Kota Batu, dan Perkotaan Kepanjen. Setiap cluster diarahkan dalam satu pusat permukiman perkotaan, dengan beberapa hinterland.

Gambar 3.8

Rencana Struktur Kegiatan WP Germakertosusila Plus

Gambar 3.9

(10)

perkembangan perkotaan yang menyatu secara tidak terkendali, yang melebihi daya dukung lingkungan dan berpotensi terjadi ketidakseimbangan antara kawasan terbangun dan tidak terbangun. Pengendalian perkembangan perkotaan juga untuk mencegah dominasi kawasan perkotaan Malang Raya sebagai perkotaan inti terhadap kawasan hinterland.

Struktur pusat permukiman perkotaan Cluster Malang, meliputi pusat permukiman Perkotaan Lawang, Singosari, Dau, Karangploso, Wagir, Pakisaji, Bululawang, dan Tajinan.

Struktur pusat permukiman Perkotaan Kepanjen meliputi pusat permukiman Perkotaan Gondanglegi, Turen dan perkotaan sekitar Kepanjen. Sedangkan struktur permukiman Kota Batu meliputi seluruh permukiman di Kota Batu. Rencana Struktur Ruang Malang Raya dapat dilihat pada Gambar 3.9.

B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Perkembangan Kota Malang yang cepat ini diharapkan mampu menarik wilayah sekitarnya dalam pemerataan pembangunan. Kota Malang tidak saja berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa serta kegiatan industri serta jasa. Rencana Struktur Kegiatan Malang Raya dapat dilihat pada Gambar 3.10.

KABUPATEN MAGETAN, KABUPATEN PACITAN, DAN KABUPATEN NGAWI

a. Pusat WP: Kota Madiun.

b. Fungsi WP Madiun dan sekitarnya adalah: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri. c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pelayanan

pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan.

Fungsi dan peran Kota Madiun bagi kota-kota lain di sekitarnya, membawa dampak terhadap peningkatan perkembangan kota, tidak hanya bagi Kota Madiun, tapi juga bagi wilayah sekitarnya melampaui batas wilayah administrasi. Kecenderungan perluasan perkembangan kota adalah pola linier. Hal ini disebabkan karena tumbuhnya kegiatan di sepanjang jalur transportasi regional.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Struktur pusat permukiman perkotaan Madiun diarahkan hingga ke permukiman Perkotaan Maospati, Dolopo, Perkotaan Wungu, hingga perkotaan Sawahan. Struktur pusat permukiman dikembangkan dalam satu cluster pusat permukiman perkotaan. Kota Madiun merupakan pusat dari struktur permukiman Perkotaan Madiun.

Perkotaan Mejayan ditetapkan sebagai Ibu Kota Kabupaten (IKK) Madiun yang baru. Oleh karena itu, untuk pemantapan fungsi

Gambar 3.10

Rencana Struktur Kegiatan WP Malang Raya

Gambar 3.11

(11)

budaya/religius di Kabupaten Madiun, serta di Kabupaten Ponorogo. Aktivitas ekonomi lainnya adalah pengembangan hutan produksi di Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Magetan.

Pengembangan sistem kota baik hierarki kota maupun fungsinya harus dibina dengan Kota Madiun sebagai pusat WP; Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan sebagai sub-pusatnya; serta kota-kota kecil lainnya sebagai pendukung pengembangan wilayah sekitarnya.

Perkotaan Mejayan sebagai Ibu Kota Kecamatan (IKK) Madiun yang baru juga direncanakan untuk didorong pengembangan sarana dan prasarana, khususnya ke arah kegiatan perkotaan, seperti: fasilitas umum, perdagangan dan jasa. Rencana Struktur Kegiatan Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.12.

4. WP KEDIRI DAN SEKITARNYA, MELIPUTI KOTA KEDIRI, KABUPATEN KEDIRI, KABUPATEN NGANJUK, KABUPATEN TRENGGALEK, DAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

a. Pusat WP: Kota Kediri

b. Fungsi WP Kediri dan sekitarnya adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan dan industri.

c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan.

di sepanjang jalan raya (pola ribbon development). Dari arah barat, Desa Klitik, Desa Wonoasri sampai Desa Ngepeh, Kecamatan Saradan. Sedangkan yang mengarah ke utara, mulai pertigaan sebelah timur pasar sampai wilayah sekitar RSD. Rencana Struktur Ruang Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.11.

B.PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Kota Madiun merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi Jawa Timur di bagian barat. Oleh karena itu, WP Madiun dan sekitarnya diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi Jawa Timur di wilayah tersebut, dengan fungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan.

Kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memacu perkembangan WP Madiun adalah pertanian, perkebunan, pariwisata, pertambangan golongan C, hutan produksi serta peternakan. Pengembangan pertanian dan perkebunan mencakup Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, serta Kabupaten Pacitan, juga home industry terutama di Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi.

Gambar 3.12

(12)

dengan intensitas yang lebih tinggi adalah ke arah utara, selatan dan timur. Struktur perkotaan diarahkan meliputi: kearah utara Perkotaan Grogol, Perkotaan Gampengrejo dan Perkotaan Banyakan, kearah selatan mengarah ke Perkotaan Kandat dan Perkotaan Ngadiluwih, sedangkan kearah timur mengarah ke Perkotaan Gurah.

Keberadaan industri rokok di wilayah Kediri, mendorong perluasan kawasan perkotaan di wilayah Kediri. Sehingga kawasan di sekitar lokasi industri menjadi bagian dari struktur pusat permukiman di wilayah ini. Dengan demikian kawasan perkotaan pusat WP Kediri lebih besar dari Kota Kediri. Rencana Struktur Ruang Kediri dapat dilihat pada Gambar 3.13.

B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan masih menjadi andalan dan merupakan faktor pendorong bagi pembangunan WP Kediri dan sekitarnya. Kegiatan perkotaan yang diarahkan dapat mendorong perkembangan wilayah adalah industri tembakau. Keterkaitan Kota Kediri sebagai pusat WP dengan Perkotaan Nganjuk, Perkotaan Tulungagung dan Perkotaan Trenggalek sebagai pusat sub WP diharapkan dapat menjadi pendorong satu sama lain sehingga tercipta pengembangan wilayah yang seimbang.

kegiatan perkebunan, pertanian, peternakan, dan pariwisata.

Kegiatan Perkotaan Tulungagung diarahkan meliputi kegiatan pemerintahan, perdagangan jasa, pendidikan sedangkan kegiatan di wilayah hinterland-nya meliputi kegiatan pertanian, pariwisata, dan perkebunan. Sedangkan fungsi Perkotaan Trenggalek diarahkan sebagai kegiatan perkebunan, pertanian, pertambangan, pariwisata pantai dan perikanan.

Pengembangan perkotaan pusat sub WP dan perkotaan kecil diharapkan akan mampu mendorong kegiatan perekonomian wilayah sekitarnya. Rencana Struktur Kegiatan Kediri dapat dilihat pada Gambar 3.14.

5. WP PROBOLINGGO–LUMAJANG, MELIPUTI KOTA PROBOLINGGO, KABUPATEN PROBOLINGGO, DAN KABUPATEN LUMAJANG

a. Pusat WP: Kota Probolinggo

b. Fungsi WP Probolinggo–Lumajang adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan.

c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan, industri, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Struktur Perkotaan Probolinggo sebagai pusat WP, diarahkan bersinergi dengan pusat Perkotaan Besuki. Struktur pusat permukiman Perkotaan Probolinggo, diarahkan dalam dua Cluster, yaitu Cluster Probolinggo dan Cluster Paiton. Pembentukan cluster Perkotaan

Gambar 3.14

Rencana Struktur Kegiatan WP Kediri dan Sekitarnya

Gambar 3.15

(13)

perkembangan di sekitar kawasan industri Paiton dan perkembangan Perkotaan Kraksaan.

Struktur pusat permukiman pusat permukiman Probolinggo berpusat di Kota Probolinggo. Permukiman perkotaan di sistem pusat permukiman Perkotaan Probolinggo, dikendalikan agar perkembangannya tidak terlalu linier. Pusat-pusat permukiman sebagai Ibukota Kecamatan dikembangkan untuk membentuk pusat kegiatan yang mendorong pertumbuhan wilayah. Rencana struktur ruang Probolinggo dapat dilihat pada Gambar 3.15.

B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang seimbang antara wilayah Probolinggo dengan wilayah Lumajang perlu diusahakan agar tidak terjadi ketimpangan kemajuan antara kedua wilayah tersebut. Kota Probolinggo tetap menjadi pusat WP dimana diarahkan pada kegiatan perdagangan/jasa, permukiman, pendidikan dan industri pengolahan. Sedangkan wilayah hinterlandnya diarahkan pada kegiatan agroekowisata, pertanian, perikanan, dan perkebunan.

Perkotaan Kraksaan berfungsi sebagai Ibu Kota Kabupaten sedangkan Perkotaan Tongas, Perkotaan Dringu dan Perkotaan Gending diarahkan berfungsi pada kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, perkebunan dan industri kecil. Industri kecil terutama diarahkan di Perkotaan Kraksaan. Sedangkan Perkotaan Paiton diarahkan kegiatan industri.

Kabupaten Lumajang sebagai wilayah belakang WP Probolinggo diarahkan pada kegiatan kehutanan, perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Secara skematis konsep pengembangan fungsi kegiatan Probolinggo disajikan pada Gambar 3.16.

a. Pusat WP: Kota Blitar

b. Fungsi WP Blitar dan sekitarnya adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan,

perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Perkembangan Perkotaan Blitar berpola memusat dengan Kota Blitar sebagai daya tarik perkembangan. Interaksi dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri tidak cukup kuat menarik perkembangan kawasan perkotaan secara linier menuju ke arah dua kabupaten tersebut. Beberapa kawasan perkotaan yang berinteraksi kuat dengan Kota Blitar antara lain, Perkotaan Wlingi, Perkotaan Srengat, Perkotaan Kademangan, Perkotaan Garum, Perkotaan Sanan Kulon dan Perkotaan Kanigoro. Selama ini ketika pusat pemerintahan masih berada di wilayah Kota Blitar, perkembangannya sangat terbatas sehingga direncanakan pemindahan pusat Ibu Kota Kecamatan (IKK) Blitar dari Kota Blitar ke Perkotaan Kanigoro.

Kawasan permukiman perkotaan Garum, Sanan Kulon dan Kanigoro, merupakan wilayah perluasan perkembangan Kota Blitar (urban sprawl). Sedangkan Perkotaan Wlingi, Srengat, Kademangan, dan Garum merupakan kawasan perkotaan di sekitar Kota Blitar yang berinteraksi secara langsung dengan Kota Blitar.

Gambar 3.16

Rencana Struktur Kegiatan WP Probolinggo dan Sekitarnya

Gambar 3.17

(14)

kawasan Perkotaan Blitar. Sistem pusat permukiman Perkotaan Blitar diarahkan berpusat di Kota Blitar. Perluasan perkotaan di sekitar Kota Blitar dimungkinkan hingga ke perkotaan-perkotaan tersebut di atas. Dengan demikian, pengembangan infrastruktur di sistem pusat permukiman Perkotaan Blitar, dikembangkan untuk mendukung pola pemantapan struktur pemanfaatan ruang di wilayah ini.

Perkembangan kawasan terbangun pada sistem pusat permukiman Perkotaan Blitar perlu dikendalikan. Pengendalian bertujuan agar kawasan tidak terbangun khususnya kawasan pertanian di sekitar kawasan permukiman yang dapat berfungsi sebagai penyangga dapat dipertahankan. Dengan pola pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan tersebut, Perkotaan Blitar dapat merata dan tidak monosentris. Rencana Struktur Ruang Blitar dapat dilihat pada Gambar 3.17.

B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Wilayah Pengembangan Blitar selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga diarahkan sebagai kegiatan industri, perdagangan jasa, dan pendidikan. Antara pusat WP dengan Perkotaan Kanigoro sebagai sub pusatnya diharapkan dapat berkembang secara seimbang dan serasi. Perkotaan Kanigoro sebagai sub pusat WP berfungsi sebagai pusat perkotaan IKK, dimana kegiatan yang diarahkan adalah kegiatan perdagangan, jasa, dan permukiman. Sedangkan wilayah sekitarnya diarahkan sebagai kegiatan perkebunan, pertanian dan penyebaran fasilitas. Pengembangan ekonomi yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Blitar adalah kegiatan pertanian terutama agrobisnis, peternakan khususnya di Srengat dan sekitarnya, kehutanan, dan perikanan. Rencana Struktur Kegiatan Blitar dapat dilihat pada Gambar 3.18.

SITUBONDO a. Pusat WP: Jember

b. Fungsi WP Jember dan sekitarnya adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan,

perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Perkembangan struktur ruang wilayah Perkotaan Jember dipengaruhi oleh kebijakan pengembangan infrastruktur dan kegiatan fungsional lainnya yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Pengembangan permukiman perkotaan Jember adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan permukiman perkotaan di wilayah selatan. Pengembangan perkotaan yang relatif tidak terlalu besar berupa permukiman dan perdagangan skala lokal terjadi di Kecamatan Puger, Tanggul dan Kencong. Pengembangan tersebut dipengaruhi oleh adanya pengembangan Jalan Strategis Nasional. Khusus untuk wilayah Puger selain disebabkan karena faktor tersebut diatas, juga disebabkan oleh adanya pengembangan pelabuhan nelayan nusantara.

b. Pengembangan pusat permukiman di wilayah utara. Pengembangan yang terjadi disebelah utara disebabkan karena adanya kegiatan yang cukup potensial mempengaruhi perkembangan wilayah Jember, meliputi:

 Pengembangan bandar udara di Kecamatan Balungsari. Perkembangan perkotaan yang cenderung terjadi berupa permukiman serta perdagangan dan jasa penunjang

Gambar 3.18

(15)

bandara perintis dengan skala penerbangan yang terbatas.  Pengembangan perkebunan tembakau di Jelbuk, Sukowono

serta Sumberjambe.

Perkembangan perkotaan cenderung berupa permukiman pedesaan yang bersifat mengelompok.

Rencana Struktur Ruang Jember dapat dilihat pada Gambar 3.19. B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

Perkotaan Jember sebagai pusat WP Jember dan sekitarnya dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso sebagai

Wilayah Kabupaten Jember diarahkan sebagai kegiatan perkebunan, konservasi, perdagangan, pariwisata, pertanian, permukiman dan bandar udara perintis. Sedangkan wilayah Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso terutama diarahkan pengembangan kegiatan pertanian, perkebunan, pariwisata, perikanan dan konservasi.

Perkembangan Perkotaan Situbondo dan Bondowoso beserta pelayanan dan infrastrukturnya diharapkan dapat mendukung kegiatan perekonomian wilayah sekitarnya. Keberadaan jalan rencana bebas hambatan di utara dan jalan strategis nasional diharapkan dapat mendorong pengembangan kegiatan WP Jember. Rencana Struktur Kegiatan Jember dapat dilihat pada Gambar 3.20.

8. WP BANYUWANGI a. Pusat WP: Banyuwangi

b. Fungsi WP Banyuwangi adalah: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. c. Fungsi pusat pengembangan adalah: pusat pemerintahan,

perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan pariwisata.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Struktur pusat permukiman Perkotaan Banyuwangi ditata dalam 3 (tiga) sistem Cluster yaitu Cluster Banyuwangi, Cluster Rogojampi dan Cluster Muncar. Struktur pusat Perkotaan Banyuwangi diarahkan berpusat bagi kegiatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Cluster Rogojampi merupakan permukiman perkotaan yang berkembang karena posisi di jalur regional. Sedangkan permukiman perkotaan Muncar berkembang karena kegiatan perikanan di Banyuwangi. Pantai Bomo dikembangkan sebagai kawasan Industri Fisheries Town.

Gambar 3.20

(16)

Rencana Struktur Ruang Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 3.21. B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN

WP Banyuwangi ini tidak hanya berkaitan dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi di Jawa Timur namun juga berkaitan langsung dengan Pulau Bali. Pengembangan Perkotaan Banyuwangi berkaitan dengan sistem transportasi regional karena merupakan ujung timur jalur Pantura dan jalur lintas selatan. Dalam pengembangan Perkotaan Banyuwangi lebih ditekankan/diprioritaskan pada kegiatan permukiman, perdagangan jasa, industri pengolahan, perdagangan serta pariwisata. Adapun pengembangan sektor ini diharapkan mendorong perkembangan sektor ekonomi di wilayah sekitarnya.

Kegiatan ekonomi yang dikembangkan di wilayah sekitarnya adalah kegiatan pertanian, perkebunan, pergudangan industri, perikanan, serta pariwisata. Rencana Struktur Kegiatan Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 3.22.

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN

Setiap pusat pelayanan telah ditetapkan besarannya, sehingga perlu diberikan penjelasan tingkat pelayanan yang mampu diberikan secara eksplisit. Hal ini berupa penyediaan fasilitas perkotaan yang berskala regional atau pelayanan pada masing-masing WP. Agar lebih jelas rencana fungsi wilayah dan fasilitas yang dibutuhkan dijabarkan dalam Tabel 3.1 berikut.

Gambar 3.22

Rencana Struktur Kegiatan WP Banyuwangi

WILAYAH/PERKOTAAN RENCANA FUNGSI

WILAYAH/ PERKOTAAN

RENCANA PENGEMBANGAN FASILITAS YANG DIBUTUHKAN

RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR I. WP Germakertosusila

Plus

ƒ Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri

Cluster Surabaya Metropolitan Area (SMA)

1. Surabaya ƒ Pusat pelayanan

pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Provinsi ƒ Polda

b. Fasilitas perdagangan ƒ Mall/shopping center

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan pusat pertokoan

(grosir) c. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel (bintang 5)

ƒ Perluasan kawasan ekspor import di Tanjung Perak

ƒ Peningkatan jalan arteri

ƒ Pengembangan fasilitas perdagangan, perniagaan, permodalan, perumahan dan fasilitas rekreasi di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu

ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) Tabel 3.1 Fungsi Wilayah dan Perkotaan Jawa Timur

(17)

ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, asuransi, koperasi, pegadaian) ƒ Kondotel (kondominium hotel),

Apartemen ƒ Bioskop d. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan ƒ IPAL e. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe A

ƒ Pengembangan rumah sakit swasta

ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Stadion, sport centre/GOR ƒ Taman hiburan

ƒ Wisata kota (waterpark) ƒ Akomodasi wisata

ƒ Pengembangan dan perluasan sistem angkutan umum bus dengan sistem “bus way”

ƒ Optimalisasi terminal kargo dan peti kemas ƒ Pengembangan jalan sistem drainase yang

memadai disertai dengan busem ƒ keretamonorail

2. Perkotaan Sidoarjo ƒ Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta ƒ Kawasan militer b. Fasilitas perdagangan: ƒ Mall/shopping center

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pasar induk agrobis

c. Fasilitas jasa: ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, asuransi, koperasi, pegadaian) ƒ Bioskop

d. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan ƒ IPAL e. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Rumah sakit tipe A

ƒ Pengembangan rumah sakit swasta

ƒ Jalan lingkar dalam, jalan lingkar barat, jalan lingkar timur dalam, jalan lingkar tengah, peningkatan jalan lingkar barat ƒ Pengembangan runway di Juanda ƒ Pengembangan kawasan industri

Gemopolis

ƒ Pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

(18)

ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Stadion, sport centre/GOR ƒ Taman hiburan

ƒ Wisata kota (waterpark) ƒ Akomodasi wisata 3. Perkotaan Gresik ƒ Perdagangan, jasa, industri

(pergudangan), pendidikan, kesehatan, dan wisata

a. Fasilitas perdagangan: ƒ Mall/shopping center

ƒ Peningkatan pasar tradisional b. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, BPR, asuransi, koperasi, pegadaian) c. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan ƒ IPAL d. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Rumah sakit tipe A f. Fasilitas wisata:

ƒ Akomodasi wisata pilgrim/wisata budaya

ƒ Pengembangan jaringan jalan arteri primer/jalur utara

ƒ Jalan lingkar barat

ƒ Pengembangan bandara di Pulau Bawean ƒ Meningkatkan jaringan angkutan komuter

baik bus atau perkeretaapian

ƒ Pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

4. Perkotaan Bangkalan ƒ Industri,perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, danwisata

a. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ IPAL

ƒ Industri dok kapal ƒ Pergudangan ƒ Home Industri b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pertokoan/Mall/shopping center ƒ Rumah toko (Ruko)

ƒ Peningkatan Pasar tradisional ƒ Pengembangan Pasar Induk c. Fasilitas jasa:

ƒ Penginapan/hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

d. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan

Akademi/Perguruan Tinggi (PT) e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Rumah sakit tipe B ƒ Peningkatan puskesmas ke

puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:

ƒ Pasar seni (craft shop)

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan jalan bebas hambatan

Kamal

ƒ Realisasi Jembatan Suramadu

ƒ Pengembangan fasilitas perdagangan, perniagaan, permodalan, perumahan dan fasilitas rekreasi di kawasan kaki suramadu ƒ Pengembangan terminal kelas A

ƒ Pengembangan pelabuhan di Tanjung Bulupandan sebagai Pelabuhan Internasional

ƒ Pengembangan peti kemas

(19)

ƒ sport centre/GOR

ƒ Akomodasi wisata kota dan wisata bahari

Cluster (Lamongan- Tuban)

1. Perkotaan Lamongan ƒ Perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

a. Fasilitas perdagangan: ƒ Pertokoan

ƒ Peningkatan pasar umum ƒ Pengembangan pasar ikan b. Fasilitas jasa:

ƒ Bank dan Lembaga Perkreditan c. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan (gudang

transit dan dermaga) ƒ IPAL

d. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan

Akademi/Perguruan Tinggi (PT) e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Rumah sakit tipe B

ƒ Peningkatan puskesmas ke puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:

ƒ Akomodasi wisata

ƒ Pembangunan LIS (Lamongan Integrated Shorebase)

ƒ Jalan bebas hambatan

ƒ Pengembangan jaringan jalan arteri ƒ Pengembangan jaringan jalan tembus/jalur

alternatif ƒ Terminal kargo

ƒ Terminal angkutan kelas C dan sub terminal

ƒ Relokasi bandara Juanda di Kabupaten Sidoarjo

ƒ Dermaga penyeberangan antarpulau ƒ Pembangunan Wisata Bahari

Lamongan/Jatim Park ƒ Kawasan industrial estate

ƒ Pengembangan terminal penyeberangan ƒ Pengembangan rel perkeretaapian ganda

(double track) 2. Perkotaan Tuban ƒ Perdagangan, jasa,

industri,pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

a. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan

ƒ Pengembangan pasar ikan b. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

c. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan (gudang

transit dan dermaga) ƒ IPAL

d. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Rumah sakit tipe C ƒ Peningkatan puskesmas ke

puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas obyek wisata

ƒ Pembangunan jalan bebas hambatan ƒ Pengembangan jalan arteri primer

ƒ Pengembangan jaringan jalan tembus/jalur alternatif

ƒ Pengembangan pelabuhan penunjang industri

ƒ Terminal kargo

ƒ Pengembangan terminal

ƒ Pembangunan dan perbaikan waduk serta sungai

(20)

Cluster Bojonegoro ƒ Jasa, perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, dan pariwisata

a. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan c. Fasilitas industri:

ƒ Kawasan eksplorasi migas d. Fasilitas pendidikan:

ƒ SMA/MA/SMK e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe B

ƒ Peningkatan Puskesmas ke Puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan jaringan jalan tembus/jalur alternatif

ƒ Terminal angkutan kelas A ƒ Pengembangan bandara khusus ƒ Pembangunan jalan bebas hambatan ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan jalan kolektor primer ƒ Pengembangan dam/embung

penampungan air

Cluster (Mojokerto - Jombang)

1. Perkotaan Mojokerto ƒ Perdagangan, jasa, industri, pendidikan, pariwisata, dan kesehatan

a. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan b. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

c. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ IPAL ƒ Home industri d. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe B

ƒ Pengembangan rumah sakit swasta

f. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan Surabaya – Jombang – Nganjuk ƒ Pengembangan jaringan jalan arteri primer ƒ Pengembangan terminal kelas A

ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) ƒ Pengembangan jalan tembus potensial

(21)

2. Perkotaan Jombang ƒ Perdagangan, jasa, industri, pendidikan,

pemerintahan,dan kesehatan

a. Fasilitas perdagangan: ƒ Peningkatan pasar umum ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan b. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi) c. Fasilitas industri: ƒ Home industri d. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) ƒ Pondok Pesantren e. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Peningkatan Puskesmas ke

Puskesmas rawat inap

ƒ Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan Surabaya – Jombang – Nganjuk ƒ Pengembangan jalan tembus potensial ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) ƒ Pengembangan prasarana wana wisata

Cluster Pasuruan ƒ Pendidikan, kesehatan, pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, dan pariwisata.

a. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan

Akademi/Perguruan Tinggi (PT) b. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Peningkatan Puskesmas ke

Puskesmas rawat inap c. Fasilitas pemerintahan:

ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

d. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan e. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

f. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ Industri pergudangan ƒ IPAL

ƒ Rencana pengembangan jalan bebas hambatan

ƒ Pengembangan jalan tembus potensial ƒ Pengembangan terminal agribis ƒ Pengembangan terminal kargo ƒ Kerjasama pengembangan distribusi

sumber air umbulan dengan kabupaten/kota lain

(22)

g. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

Cluster Madura dan Kepulauan 1. Kabupaten

Pamekasan

ƒ Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa,

pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar swalayan modern

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan c. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

d. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK e. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe B

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Jaringan jalan

ƒ Pengembangan jaringan jalan arteri ƒ Pelabuhan regional

ƒ Konservasi rel mati

2. Kabupaten Sampang ƒ Pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan kesehatan a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar tradisional ƒ Pengembangan pasar umum c. Fasilitas pendidikan:

ƒ SMA/MA/SMK d. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe C

ƒ Puskesmas rawat inap e. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Peningkatan jalan tembus/alternatif dari utara ke selatan

ƒ Pengembangan terminal kelas A ƒ Meningkatkan sarana prasarana di

kawasan tertinggal ƒ Konservasi rel mati

3. Kabupaten Sumenep ƒ Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Revitalisasi pasar tradisional ƒ Pengembangan pasar ikan

ƒ Pengembangan jaringan jalan regional ƒ Pengembangan bandara udara dengan

jalur non reguler

ƒ Pengembangan pelabuhan laut Kalianget serta mengembangkan pelabuhan laut di Pulau Pagerungan

(23)

c. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi) d. Fasilitas industri: ƒ Home industri ƒ cold storage e. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe C

ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Meningkatkan sarana prasarana di kawasan tertinggal

II. WP Malang Raya ƒ Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa,

pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri 1. Kota Malang ƒ perdagangan, jasa, industri,

pemerintahan,pendidikan, kesehatan, dan prasarana wisata.

a. Fasilitas perdagangan ƒ Mall/shopping center ƒ Pasar tradisional

ƒ Pengembangan pasar induk b. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, asuransi, koperasi, pegadaian) ƒ Bioskop c. Fasilitas industri: ƒ Home industri d. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta e. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe A

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Stadion, sport centre/GOR ƒ Taman hiburan

ƒ Pengembangan jalan lingkar

ƒ Pengembangan jalan bebas hambatan Gempol – Malang

ƒ Pengembangan terminal kargo

ƒ Pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) Surabaya – Malang yang melintasi Kota Malang

ƒ Pengembangan air minum bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang

(24)

ƒ Wisata kota (waterpark) ƒ Akomodasi wisata 2. Kota Batu ƒ perdagangan, jasa,pariwisata,

pendidikan, dan kesehatan

a. Fasilitas perdagangan ƒ Mall/shopping center ƒ Pasar tradisional

ƒ Pengembangan pasar induk b. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, asuransi, koperasi, pegadaian) c. Fasilitas industri:

ƒ Pusat informasi pertanian ƒ Fasilitas penunjang agrobis d. Fasilitas wisata: ƒ Taman hiburan ƒ Akomodasi wisata e. Fasilitas pendidikan: ƒ Pengembangan Akademi/Perguruan Tinggi (PT) f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit pemerintah tipe B

ƒ Puskesmas rawat inap

ƒ Pengembangan jaringan jalan dari Kota Batu ke Kota Malang dan Karangploso ƒ Pengembangan sub terminal agribis ƒ Pengembangan air minum bersama

dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang ƒ Penataan area sekitar Sumber Brantas ƒ Pengembangan jalur tansportasi komuter

3. Perkotaan Kepanjen ƒ Pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan, jasa, pendidikan, wisata, dan pelayanan umum

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas perdagangan

ƒ Pasar tradisional

ƒ Pengembangan ruko dan pertokoan

c. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, asuransi, koperasi, pegadaian) d. Fasilitas pendidikan:

ƒ Pengembangan

Akademi/Perguruan Tinggi (PT) e. Fasilitas wisata:

ƒ Stadion, sport centre/GOR f. Pelayanan umum:

ƒ Puskesmas rawat inap

ƒ Pengembangan terminal agribisnis ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

III. WP Madiun dan sekitarnya

ƒ Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri

1. Kota Madiun ƒ Pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan,dan kesehatan

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan terminal

(25)

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar swalayan modern

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan c. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

d. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustrial estate ƒ IPAL

e. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe B

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan jalan tembus potensial ƒ Pengembangan jaringan irigasi pertanian ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

2. Perkotaan Mejayan ƒ Pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Peningkatan pasar swalayan modern

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan c. Fasilitas jasa:

ƒ Hotel ƒ Restoran

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi) d. Fasilitas industri: ƒ Home industri e. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Puskesmas rawat inap g. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan jalan bebas hambatan ƒ Pengembangan terminal kargo ƒ Pengembangan jalan lingkar

ƒ Pengembangan jaringan jalan tembus potensial

ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

(26)

3. Perkotaan Ponorogo ƒ Pemerintahan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perdagangan,dan jasa a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK c. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap d. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

e. Fasilitas pertanian:

ƒ Pusat informasi pertanian ƒ Fasilitas penunjang agrobis f. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Peningkatan pasar umum g. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

ƒ Pengembangan jalan kolektor primer ƒ Pengembangan jalan lokal primer ƒ Terminal angkutan kelas B

4. Perkotaan Magetan ƒ Pemerintahan, industri, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perdagangan,dan jasa a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas pertanian:

ƒ Pusat informasi pertanian ƒ Fasilitas penunjang agrobis c. Fasilitas pendidikan:

ƒ SMA/MA/SMK d. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap e. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

f. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Peningkatan pasar umum g. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

ƒ Peningkatan jalan tembus potensial ƒ Peningkatan jalan lingkar

ƒ Terminal angkutan kelas A

ƒ Peningkatan sarana dan prasarana air bersih

ƒ Pengembangan irigasi/waduk

5. Perkotaan Ngawi ƒ Pemerintahan, pendidikan, kesehatan pariwisata, perdagangan,dan jasa a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK

ƒ Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan Caruban - Ngawi

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan jalan kolektor primer ƒ Pengembangan terminal kelas A

(27)

c. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap d. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan taman kota sebagai taman aktif

h. Fasilitas pertanian:

ƒ Pusat informasi pertanian ƒ Fasilitas penunjang agrobis e. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Peningkatan pasar umum f. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

ƒ Pengembangan jalan lingkar

ƒ Pengembangan jaringan irigasi/waduk ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track)

6. Perkotaan Pacitan ƒ Pemerintahan, pendidikan, kesehatan pariwisata, perdagangan,dan jasa a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK c. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Rumah sakit swasta ƒ Puskesmas rawat inap d. Fasilitas wisata:

ƒ Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata

ƒ Pengembangan taman kota sebagai taman aktif

e. Fasilitas pertanian:

ƒ Pusat informasi pertanian ƒ Fasilitas penunjang agrobis f. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Peningkatan pasar umum g. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan jalur selatan (jalan

strategis nasional)

ƒ Pengembangan jalan kolektor primer ƒ Pengembangan bandara perintis khusus ƒ Pengembangan terminal kelas B

ƒ Pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tamperan

ƒ Pembangunan jalan lingkar barat dan lingkar timur

ƒ Pelestarian embung/telaga sebagai kantong air

(28)

IV.WP Kediri dan sekitarnya

ƒ Kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, industri, dan pembangkit tenaga air

1. Kota Kediri ƒ Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan, dan kesehatan.

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta

b. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar swalayan modern

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan c. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

d. Fasilitas industri:

ƒ Kawasanindustri estate ƒ IPAL

e. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK f. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe B

ƒ Puskesmas rawat inap

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Pengembangan jaringan jalan tembus

potensial lintas ƒ Terminal kargo

ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) ƒ Pengembangan jaringan jalan didalam kota ƒ Pengembangan sub terminal agrobis

2. Perkotaan Kanigoro ƒ Pusat pelayanan

pemerintahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, jasa, dan pariwisata

a. Fasilitas pemerintahan: ƒ Kantor Kota/Kabupaten ƒ Polres/Polresta b. Fasilitas pendidikan: ƒ SMA/MA/SMK c. Fasilitas kesehatan:

ƒ Pengembangan rumah sakit tipe C

ƒ Puskesmas rawat inap d. Fasilitas perdagangan:

ƒ Pengembangan pasar swalayan modern

ƒ Pengembangan pasar tradisional ƒ Pengembangan ruko dan

pertokoan e. Fasilitas jasa:

ƒ Lembaga keuangan (bank, koperasi)

ƒ Pengembangan jalan arteri primer ƒ Rencana pengembangan jaringan jalan

tembus potensial lintas ƒ Terminal Kargo

ƒ Pengembangan jalur komuter

perkeretaapian dan pengembangan rel perkeretaapian ganda (double track) ƒ Pengembangan jaringan jalan didalam kota ƒ Pengembangan sub terminal agrobis

Gambar

Gambar 3.4 Gambar 3.5
Tabel 3.1 Fungsi Wilayah dan Perkotaan Jawa Timur

Referensi

Dokumen terkait

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui perkembangan wilayah adalah dengan menggunakan teknik skoring. Sebelum melakukan skoring langkah yang paling penting

Analisis disparitas perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 memerlukan data sekunder untuk selanjutnya di analisis. Indikator-indikator