• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Susilawati., B.S. Purwoko, H. Aswidinnoor dan E. Santosa. 2012. Tingkat Produksi Ratun berdasarkan Tinggi Pemotongan Batang Padi Sawah Saat Panen. J. Agron.

Indonesia (Indonesian Journal Of

Agronomy). Vol : 40(1).

Susilawati., B.S. Purwoko, H.

Aswidinnoor dan E. Santosa. 2012. Peran Hara N, P dan K pada

Pertumbuhan dan Perkembangan Ratun Lima Genotipe Padi. J. Agron.

Indonesia (Indonesian Journal Of

Agronomy). Vol : 40(3).

Suprihatno B, et al. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Padi. Sukamandi.

TEKNOLOGI SPESIFIK

LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT

DI KALIMANTAN TENGAH

Suriansyah dan Susilawati ABSTRAK

Kalimantan Tengah berpotensi besar menjadi salah satu pemasok beras nasional karena mempunyai potensi lahan yang luas untuk budidaya padi. Strategi pemanfaatan potensi sumberdaya lahan di Kalimantan Tengah untuk pe- ngembangan padi secara lebih operasional adalah melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Salah satu bentuk pengawalan adalah berupa display varietas dan demfarm padi varietas unggul. Pada lahan rawa pasang surut/rawa lebak melalui pengawalan ini telah diadopsi beberapa varietas unggul baru, yaitu: Inpara 1, 2, 3, 4, 5 Inpari 1, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, Situbagendit dan Limboto. Hasil panen demfarm di sawah rawa pasang surut di

desa Kumai Seberang Kabupaten

Kotawaringin Barat, varietas Inpara 2 menghasilkan 6,2 t/ha dan Inpara 3 menghasilkan 5,0 t/ha GKG. Varietas Limboto di Balanti Siam Kabupaten Kapuas menghasilkan 6,7 ton/ha. Demfarm pada sawah irigasi di Desa Garunggung Kabupaten Barito Timur varietas Inpari 10 menghasilkan 5,5 t/ha dan Inpari 13 menghasilkan 5,3 t/ha GKG.

Kata kunci: teknologi, padi, SL-PTT,

Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN

Padi merupakan komoditas strategis karena sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan

utama dan sebagian lainnya

memanfaatkannya sebagai bahan olahan. Keberhasilan meningkatkan produksi padi secara nasional akan memberikan arti penting bagi ketahanan pangan nasional. Diharapkan keberhasilan tersebut juga akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Kalimantan Tengah berpotensi besar menjadi salah satu pemasok beras nasional karena mempunyai potensi lahan yang luas untuk budidaya padi. Potensi lahan pertanian di Kalimantan Tengah seluas 4.857.471 ha yang terdiri dari lahan rawa pasang surut/lebak, lahan sawah irigasi dan lahan kering, yang eksis saat ini lahan sawah baru 130.000 – 200.000 ha, lahan kering/ladang 75.000 – 150.000 ha dan lahan hortikultura 55.000 – 125.000 ha.

Permasalahan yang dapat

mengganggu pencapaian peningkatan

produksi beras nasional di kalimantan Tengah seperti laju alih fungsi lahan pertanian potensial, pelandaian produksi padi, rendahnya minat taruna tani dan gangguan produksi padi akibat pengaruh

(2)

LITKAJIBANGRAP BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

perubahan iklim dan kebakaran lahan. Permasalahan tersebut setidak-tidaknya dapat diatasi melalui pemanfaatan potensi sumberdaya lahan secara optimal dan efisien. Potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengamankan hajat nasional tersebut adalah lahan irigasi, pasang surut, lebak dan lahan tadah hujan yang tersedia di Kalimantan Tengah. Strategi pemanfaatan potensi sumberdaya

lahan di Kalimantan Tengah untuk

pengembangan padi secara lebih

operasional adalah melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Luas pengembangan SL-PTT pada tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Tengah seluas 69.100 ha (2.776 unit) pada 13 kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2013 seluas 74.000 ha yang terdiri dari kawasan pertumbuhan 26.000 ha, kawasan pengembangan 7.000 ha dan kawasan pemantapan seluas 41.000 ha.

METODOLOGI

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT) padi adalah suatu pendekatan

ekoregional yang ditempuh untuk

meningkatkan produktivitas tanaman padi

dengan memperhatikan kaidah-kaidah

efisiensi. Dengan pendekatan ini diharapkan selain produktivitas padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara

sehingga sehingga berdampak

berkelanjutan.

Komponen Teknologi

Komponen teknologi yang

diterapkan dalam PTT dikelompokkan kedalam teknologi dasar dan pilihan.

Komponen teknologi dasar sangat

dianjurkan untuk diterapkan disemua areal pertanaman padi. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi , kemauan, dan kemampuan petani setempat.

Komponen teknologi dasar adalah :

➢ Varietas unggul baru

➢ Benih bermutu dan berlabel

➢ Pemberian bahan organik

➢ Pengaturan populasi tanaman

secara optimum

➢ Pemupukan berdasarkan kebutuhan

tanaman dan status hara tanah

➢ Pengendalian OPT dengan

pendekatan PHT

Komponen teknologi pilihan adalah :

➢ Pengolahan tanah sesuai musim

dan pola tanam

➢ Penggunaan bibit muda (< 21 hari)

➢ Tanam bibit 1-3 batang per rumpun

➢ Penyiangan dengan landak atau

gasrok

➢ Panen tepat waktu dan gabah

segera dirontok

➢ Pengairan secara efektif dan efisien

Teknologi Budidaya Padi di Lahan Pasang Surut Kalimantan Tengah

Pada lahan pasang surut akan dilakukan penggolongan tanah berdasarkan tipe luapan air, yaitu tipe A, tipe B, tipe C dan D. Beberapa pola tanam padi yang dapat digunakan adalah :

Tipe A : padi sawah – padi sawah – bera Tipe B : padi sawah–padi sawah – palawija Tipe C dan D : padi – palawija

Komponen teknologi yang dapat

diintroduksikan dalam pengembangan

usahatani padi melalui pendekatan PTT padi dilahan pasang surut terdiri dari :

1. Varietas unggul baru yang sesuai

dengan karakteristik lahan,

lingkungan, bentuk gabah maupun rasa nasi yang diinginkan oleh petani setempat (Inpara 1, 2, 3, 4, dan 5, inpari 1, 2, 3, 7, 10, 13, situ bagendit dan limboto.

2. Benih bermutu (kemurnian dan

(3)

3. Jumlah bibit 1-3 batang perlubang dan ditanam dengan sistem jajar legowo 2:1,4:1 dan lainnya dengan populasi 250.000 rumpun/ha atau tanam dengan system tabela.

4. Pengelolaan tata air mikro dengan

sistem tata air satu arah dengan saluran keliling dan kemalir pintu- pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta stoplg. Saluran kemalir dibuat dengan interval 6-8 m yang disertai caren-caren.

5. Mengaplikasikan pupuk Urea tablet

maupun pril dengan dosis 200 kg/ha

6. Pemberian P da K didasarkan pada

status hara tanah dengan pemakaian

Perangkat Uji Tanah Rawa

(PUTR).

7. Amelorasi lahan dengan

mengaplikasikan 0,5 – 1 ton Kaptan atau dolomite.

8. Pengendalian gulma secara terpadu.

9. Pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu (PHT).

10.Panen berkelompok dan pasca

panen menggunakan alat. Teknologi Budidaya Padi di Lahan Lebak Kalimantan Tengah

Lahan rawa lebak adalah lahan yang pada periode tertentu (minimal satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya.

Berdasarkan tinggi dan lama

genangan airnya, lahan rawa lebak

dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

➢ Lebak dangkal, yaitu lahan lebak

yang tinggi genangan airnya kurang dari 50 cm selama kurun waktu kurang dari tiga bulan.

➢ Lebak tengahan, yaitu lahan lebak

yang tinggi genangan airnya 50- 100 cm selama 3-6 bulan.

➢ Lebak dalam, yaitu lahan lebak

yang tinggi genangan airnya lebih

dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan.

Komponen teknologi yang dapat

diintroduksikan dalam pengembangan

usahatani padi melalui pendekatan PTT padi di lahan rawa lebak terdiri dari :

1. Varietas unggul baru, potensi hasil

tinggi, tahan rendaman (cepat memanjang, berkecambah dalam kondisi tergenang), tahan hama penyakit, tahan kekeringan atau berumur genjah, serta disukai petani.

2. Menggunakan benih unggul dan

berkualitas tinggi.

3. Pengelolaan hara spesifik lokasi.

Pemberian N dalam bentuk pupuk urea tablet atau pril dengan dosis 150-200 kg/ha, pemberian P dan K berdasarkan status hara tanah atau

berdasarkan Uji tanah dengan

PUTR.

4. Pengelolaan air. Air harus dikelola

secara benar agar tidak tergenang lama bila hujan dating, tetapi tidak kekeringan bila musim kemarau. Sarana dan prasarana pendukung seperti pintu-pintu air, saluran kemalir, dan tabat-tabat perlu dibuat dan dirawat denga baik.

5. Cara tanam. Padi dapat ditanam

dengan sistem tanam tegel, atau tanam system jajar legowo 2:1, 4:1, namun penggunaan bibit muda sangat riskan dengan rendaman .

6. Pengendalian gulma. Gulma harus

dikendalikan terutama di lahan rawa lebak dangkal.

7. Pengendalian hama dan penyakit

terpadu.

8. Penerapan pasca panen.

Penggunaan alat perontok gabah. Teknologi Budidaya Padi di Lahan Irigasi Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah memiliki lahan irigasi (91.091 ha) terdiri dari irgasi teknis

(4)

LITKAJIBANGRAP BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

(20.511 ha), setengah teknis 3,401 ha), irigasi sederhana (38.262 ha) dan irigasi desa (28.877 ha). Kondisi lahan irigasi secara optimal dapat ditanami 2-3 kali setahun.

Komponen teknologi yang

diintroduksikan dalam pengembangan

usahatani melalui pendekatan PTT padi di lahan irigasi terdiri dari :

1. Varietas unggul baru yang sesuai

dengan karateistik lahan,

lingkungan dan keinginan petani setempat, (Inpari 1,3,8,9,10,12 dan 13).

2. Benih bermutu (kemurnian dan

daya kecambah tinggi).

3. Bibit muda ( < 21 hari).

4. Jumlah bibit 1-3 batang per lubang

sistem tegel maupun jajar legowo 2:1, 4:1.

5. Pemupukan berdasarkan bagan

warna daun dengan dosis 200-250 kg/kg Urea.

6. Pemupukan P dan Ka berdasarkan

ststatus hara tanah (PUTS) dengan dosis SP36 75-125 kg/ha dan KCl 50-125 kg/ha.

7. Bahan organik mengembalikan

jerami padi.

8. Pengendalian gulma secara terpadu.

9. Pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu (PHT).

10.Panen dan pasca panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendampingan SL-PTT Padi di Kalimantan Tengah

Program peningkatan produksi padi melalui penerapan SL-PTT dilakukan sejak tahun 2008 secara nasional telah mampu meningkatkan produksi padi sebesar 5,46%. Di Kalimantan Tengah sejak tahun 2010 Badan litbang dalam hal ini BPTP

mandat 60% dari kawasan SL-PTT

Provinsi. Maka dengan demikian kawasan SL-PTT yang dikawal oleh BPTP sebanyak 13 kabupaten, dengan

agroekositem lahan irigasi, lahan rawa pasang surut/rawa lebak dan lahan kering.

BPTP Kalimantan Tengah selaku

kelembagaan penelitian dan

pengembangan di daerah, mempunyai tugas : a. Menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi sesuai usulan Dinas Teknis yang membidangi tanaman pangan, b. Menyediakan kalender dan pola tanam menurut lokasi sentra produksi padi, c. Menyediakan informasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim, d. Merancang dan menyediakan benih untuk display dan uji adaptasi

varietas serta merekomendasikan

penggunaan varietas unggul spesifik lokasi, e. Menempatkan peneliti di

kabupaten/kota untuk mengawalan

penerapan teknologi rekomendasi spesifik lokasi, f. Menyediakan publikasi dan menyampaikan teknologi tepat guna

kepada Sekretariat Bakorluh/Bapeluh

sebagai bahan materi penyuluhan (Kemtan, 2011).

Salah satu bentuk pengawalan

adalah berupa display varietas dan demfarm padi varietas unggul, melalui kegiatan ini telah banyak teknologi varietas maupun teknologi budidaya lainnya yang didiseminasikan, sebagian besar telah diadopsi dan diterapkan petani. Pada lahan rawa pasang surut/rawa lebak melalui pengawalan ini telah diadopsi beberapa varietas unggul baru yaitu, Inpara 1, 2, 3, 4, 5, Inpari 1, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, Situbagendit dan Limboto . Hasil panen demfarm di sawah rawa pasang surut di desa Kumai Seberang Kab. Kotawaringin Barat varietas inpara 2 mengasilkan 6,2 t/ha GKG dan inpara 3 menghasilkan 5,0 t/ha GKG system tanam yang dilakukan jajar legowo 6 : 1 dan 8 : 1 karena ini berdasarkan pengalaman petani sistem ini lebih mudah dibandingkan jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1, penggunaan benih dalam 1 hektar hanya 12,5 kg dengan 1 tanaman per lubang.

(5)

Adopsi Jarwo di tingkat petani

Demikian pula varietas Limboto yang ditanam di lahan rawa pasang surut tipe C di desa Balanti Siam Kabupaten Pulang Pisau menghasilkan 6,7 t/ha GKG, dan Inpari 1 menghasilkan 6,33 t/ha GKG serta Inpari 2 menghasilkan 6,7 t/ha GKG. Pada beberapa wilayah lahan rawa pasang surut umumnya kekurangan tenaga kerja dan kepemilikan lahan lebih dari 1 hektar, seperti di Desa Balanti Siam, Katingan Kuala maupun desa Dadahup maka system tanam yang dilakukan adalah sistem tabela dengan menggunakan benih 60 – 70 kg benih /ha, saat ini telah dikembangkan alat tanam benih tebar lanngsung (atabela) sederhana ternyata mampu mengurangi jumlah benih per hektar, yang tadinya 60 – 70 kg/ha maka dengan menggunakan atabela sederhana ini benih yang digunakan hanya 30-40 kg/ha dengan waktu keja selama 2-4 jam/ha, oleh karena itu alat ini sudah mulai diadopsi oleh petani.

Inpari 10

Sawah irigasi di desa Garunggung Kabupaten Barito Timur varietas yang disukai petani adalah varietas inpari 10 dan inpari 13, hasil demplot dan demfarm inpari 10 menghasilkan 5,5 t/ha GKG dan inpari 13 menghasilkan 5,3 t/ha GKG, system tanam yang dilakukan jajar legowo 2 : 1 dan jajar legowo 4 : 1.

Jarwo 2 : 1 KESIMPULAN

1. Penerapan teknologi melalui pendekatan

SL-PTT dapat meningkatkan

produktivitas hasil padi .

2. Pelaksanaan demfarm berupa display

varietas memberikan dampak positif kepada petani pelaksana SL-PTT dan

(6)

LITKAJIBANGRAP BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

non SL-PTT dan dapat memberikan alternatif pilihan varietas yang dapat digunakan untuk pergiliran varietas.

3. Pada lahan rawa pasang surut/rawa

lebak melalui pengawalan ini telah diadopsi beberapa varietas unggul baru yaitu, Inpara 1, 2, 3, 4, 5, Inpari 1, 2, 3, 4, 7, 9, 11, 13, Situbagendit dan Limboto. Sedangkan pada sawah irigasi di desa varietas yang disukai petani adalah varietas Inpari 10 dan Inpari 13.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian Seta

Program Informasi, Komunikasi dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian No.20/2008 tentang Pedoman Umum Penyusunan Proposal

Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Jakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. 2011. Laporan Pendampingan SL-PTT Padi, Jagung

dan Kedelai. BPTP Kalimantan

Tengah. Palangka Raya.

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER

DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN

DI KALIMANTAN TENGAH

Suparman ABSTRAK

Rendahnya penggunaan benih padi berkualitas di tingkat petani di Kalimantan Tengah antara lain disebabkan oleh ketersediaan benih di tingkat lapang terbatas baik dari segi jenis varietas dan

volume, serta ketersediaannya pun

terkadang tidak tepat waktu. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Kalimantan Tengah dibentuk dengan

tujuan mengakomodasikan perubahan

lingkungan strategis perbenihan dan

mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis hasil penelitian Badan Litbang Pertanian di Kalimantan Tengah. Sub sistem perbenihan padi di Kalimantan Tengah meliputi : a. Sub sistem pelepasan varietas, b. Sub sistem produksi benih, c. Sub sistem pengendalian mutu, dan d.Sub sistem penunjang. Untuk memperkuat sistem perbenihan di Kalimantan Tengah

UPBS diharapkan memiliki sistem

informasi tentang perbenihan padi berbasis

web. Untuk memenuhi kebutuhan benih

sumber di Kalimantan Tengah, UPBS

BPTP Kalimantan Tengah memiliki mandat menghasilkan benih FS (benih dasar). Perlu peningkatan peran Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU) dan kelompok penangkar dalam upaya produksi dan penyediaan benih padi berkualitas.

Kata kunci: benih, padi, UPBS,

Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN

Unit Pengelola Benih Sumber

(UPBS) BPTP Kalimantan Tengah dibentuk dalam rangka melaksanakan salah satu fokus program aksi perbenihan

lingkup Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), disamping fokus pemantapan produksi benih sumber dan pemantapan UPBS lingkup Puslitbang komoditas.

UPBS BPTP Kalimantan Tengah

merupakan salah satu kelembagaan internal yang dibentuk dalam rangka mengakomodasikan perubahan lingkungan strategis perbenihan dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian adalah observasional dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif analitik dan pendekatan waktu untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh pergantian manajemen, opini audit,

Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Eksperimentasi pengajaran matematika dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan kubus dan

3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh

Kegiatan adalah sesuatu yang abstrak dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan memanfaatkan Sumber Daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu sesuai

Pada kasus MFR dari PWR standar dengan MFR 2 serta reaktor CANDU dengan MFR bernilai 20, kondisi breeding untuk pendingin air berat sistem bahan bakar Th- 233 U didapatkan

Tekanan-tekanan saat krisis covid-19 ini membuat masyarakat melakukan perubahan perilaku dalam pemenuhan kebutuhan belanja dari yang siatnya konsumtif ke basic need,

Dengan nilai indeks sebesar 99,94 maka dapat dikatakan bahwa secara rata-rata, konusmen di DKI Jakarta merasakan bahwa pendapatan mereka pada periode triwulan pertama