PENGARUH TIGA JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR(Vitis vinifera)VARIETAS JESTRO AG 86
DENGAN APLIKASI NOPKOR DALAM TABULAMPOT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
CICILIA MARIA ETA
NIM : 101434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH TIGA JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR(Vitis vinifera)VARIETAS JESTRO AG 86 DENGAN APLIKASI
NOPKOR DALAM TABULAMPOT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
CICILIA MARIA ETA
NIM : 101434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan buat:
Kedua Orang tuaku Tercinta (Papa Eujenius Saluluni & Mama Yulita),
Kakak-kakakku, dan Adik-adikku tersayank,
Almamaterku
Universitas Sanata Dharma dan Sahabatku P.BIOLOGI 2010 Kenanen Ai Ekeu Kasareunan Oninia Panindogat
Bak Kalipogiake
vii ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR dalam tabulampot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur dengan aplikasi NOPKOR. Varietas tanaman anggur yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Jestro AG 86. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (tanah pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Latosol (tanah Gunung Kidul). Dalam penelitian ini dilakukan tiga kali pengulangan. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan pada tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tinggi tanaman pada perlakuan tanah regosol, aluvial, latosol dan kontrol secara berturut-turut adalah 5,47; 16,18; 12,14; 12,95. Rerata diameter batang pada perlakuan tanah regosol, aluvial, latosol dan kontrol secara berurut-turut adalah 0,040; 0,037; 0,039; 0,037. Sedangkan untuk rerata jumlah daun pada perlakuan tanah regosol, aluvial, latosol dan kontrol secara berturut adalah dan 0,94; 4,23; 2,21; 3,90. Berdasarkan hasil uji Anova jenis tanah menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman anggur varietas Jestro AG 86, tetapi tidak memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Jetro AG 86 adalah tanah aluvial.
viii ABSTRACT
This research was titled The Influence Of Three Kinds Of Soil On The
Growth Of The Vine Variety Jestro AG 86 by Aplication of NOPKOR In
Tabulampot. This research was conducted to determine the influence of soil type
on growth of the vine plant and the application of Nopkor fertilizer. Vine variety
used in this study is Jestro AG 86. Soil types used are Regosol (sand soil from
Samas beach), Alluvial (soil of Paingan), and Latosol (soil of Gunung Kidul).
This research was conducted in three repetitions. Measurement of growth on the
vine was done at the increase of plant growth the number of leaf and stem
diameter of the vine. This research was conducted for 4 months with data
retrieval once a week.
Research’s result shows that the average plant height for media treatment
of regosol, alluvial, latosol and control in fixed order are 5.47; 16.18; 12.14;
12.95. stem’s diameter treatment of regosol, alluvial, latosol and control in fixed
order are 0.040; 0,037; 0,039; 0,037. While the amount of leaves for treatment of
Regosol, Alluvial, Latosol, and control in fixed order are and 0.94; 4.23; 2.21;
3.90. Based on the analysis result of the ANOVA test showed significant effect of
soil type on the growth of plant leaf number AG 86 Jestro grape varieties, but not
a significant effect on the growth of plant height and stem diameter. The type of
soil suitable for the growth of the vine plant variety of Jetro AG 86 is Alluvial soil.
Keywords: regosol soil, latosol soil, alluvial soil, vine plant growth, varieties
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan perlindungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar berkat DOA, bimbingan, dorongan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hari pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi, dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.
2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Biologi dan juga selaku dosen pembimbing dalam penelitian payung yang membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi.
3. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi (Bu Nana, Bu Ika, Bu Luisa, Bu Maslichah, Bu Wiwid, Pak Tardhi, Pak Kristio) dan seluruh staf Program Studi Pendidikan Biologi Sanata Dharma.
4. Kepada kedua orang tuaku yang kucintai papa Eujenius Saluluni dan mama Yulita, kakak-kakakku Fransiska Dewi Saluluni dan F.A Dewanto Saluluni, serta adik-adikku Silvia H.N Saluluni dan D. Bayu Saluluni yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat dalam penyelesaian skripsi dan kuliah.
5. Terimakasih buat yang terkasih Michael Frederick P. yang telah memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada rekan-rekan penelitian payung Dwi Pasinggi, Elias Lamanepa, Yesi Putri, Richardo Hugo, Firdaus, Dionesia Desiwanti, Resi Mandalia, Paula Indimela, Gustari Cahyani, Monica Galuh, dan Esther Juliana yang telah bersama-sama berjuang dalam penelitian ini dan penyelesaian skripsi, terimakasih juga atas suka cita, kerja sama, dukungan dan semangatnya.
x
8. Buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberikan semangat, dorongan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran, kritik dan masukan sangat diharapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak, dan masyarakat.
xi DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan Pembimbing... ii
Halaman Pengesahan... iii
Halaman Persembahan... iv
Pernyataan Keaslian Karya... v
Pernyataan Persetujuan Publikasi... vi
Abstrak... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI... 7
A. Tanah Sebagai Media Tumbuh ... 7
B. Tanaman Anggur ... 9
1. Sejarah Tanaman Anggur ... 10
xii
3. Morfologis Tanaman Anggur ... 12
4. Syarat Tumbuh Tanaman Anggur ... 15
C. Anggur Jestro AG 86Varietas ... 17
D. Budidaya Anggur dalam Media Pot ... 17
E. Hama dan Penyakit Tanaman Anggur ... 20
F. Pupuk ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30
A. Jenis dan Variabel Penelitian ... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
C. Desain Penelitian ... 30
D. Alat dan Bahan Penelitian... 30
E. Prosedur Kerja ... 32
F. Pengambilan Data ... 38
G. Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42
A. Hasil ... 42
B. Pembahasan ... 49
a. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anngur Varietas Jestro AG 85 ... 50
b. Aplikasi Penelitian dalam Proses Pembelajaran ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.I. Alat dan Bahan Penelitian ... 31
Tabel 3.II. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman ... 38
Tabel 3.III. Hasil Pengukuran Jumlah Daun ... 39
Tabel 3.IV. Hasil Pengukuran Diameter Batang ... 39
Tabel 3. V. Pengelompokkan Data berdasarkan Perlakuan ... 40
Tabel 4.VI. Rata-rata Hasil Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86 Selama 17 Minggu ... 42
Tabel 4.VII. Rata-rata Hasil Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 88 Selama 17 Minggu ... 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Denah Penelitian ... 31
Gambar 4.2. Grafik Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur
Jestro AG 86 dengan Aplikasi NOPKOR
Setiap Minggu ... 42
Gambar 4.3. Grafik Laju Pertambahan Diameter Batang Tanaman
Anggur Jestro AG 86 dengan Aplikasi
Nopkor Setiap Minggu ... 45
Gambar 4.4. Grafik Laju Pertumbuhan Jumlah Daun
Tanaman Anggur Jestro AG 86 dengan Aplikasi
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Mentah Hasil Pengukuran Pertumbuhan
Tinggi Tanaman Anggur ... 59
Lampiran 2. Selisih Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tinggi Tanaman Anggur Tiap Minggu ... 60
Lampiran 3. Data Mentah Hasil Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur ... 61
Lampiran 4. Selisih Hasil Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur Tiap Minggu ... 62
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Pengukuran Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur Tiap Minggu ... 63
Lampiran 6. Selisih Hasil Pengukuran Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur Tiap Minggu ... 64
Lampiran 7. Uji Statistik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Anggur ... 65
Lampiran 8. Uji Statistik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Anggur ... 66
Lampiran 9. Uji Lanjut ANOVA ... 67
Lampiran 10. Uji Statistik Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur ... 68
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Kelembaban dan pH Tanah ... 69
Lampiran 12. Silabus ... 72
1 BAB I PANDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah terutama pada jenis
tanaman pangan lokal umbi-umbian dan tanaman buah tropis, namun sampai saat
ini pemanfaatannya belum optimal. Agar kecukupan pangan saat ini bisa
terpenuhi maka upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas
budidaya pangan dengan pemanfaatan teknologi. Indonesia juga mempunyai
kondisi wilayah geografis yang cukup baik untuk pertumbuhan suatu tanaman,
khususnya untuk tanaman buah tropis. Untuk itu Indonesia memiliki berbagai
macam produk hortikultura hasil pertanian, diantaranya adalah tanaman buah
tropis, sayuran, rempah-rempah, dan bunga.
Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang sangat disukai konsumen
baik itu dalam bentuk yang masih segar maupun yang sudah diolah. Anggur
merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura yang sesuai di daerah beriklim
kering. Tanaman anggur ini memiliki prospek yang cukup baik. Ditinjau dari segi
kemampuan produksi, tanaman ini dapat dipanen tiga kali dalam setahun. Tetapi
produktivitas buah anggur di kawasan tropis lebih rendah dibandingkan dengan
kawasan subtropis. Namun demikian Indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan permintaan anggur dari konsumen sehingga masih mengimpor dari luar
Selain itu Anggur memiliki prospek nilai ekonomi yang tinggi. Meskipun
Indonesia bukan merupakan produsen yang begitu terkenal di dunia, namun
Indonesia juga tetap bisa menciptakan pasar yang baik bukan hanya tingkat lokal,
namun juga di level regional maupun internasional. Sebab sampai saat ini
kebutuhan anggur di berbagai negara masih belum mencukupi. Ini bisa
dimanfaatkan untuk menciptakan pasar baru bagi anggur hasil budidaya sendiri
(Bardos, 2012)
Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur (Kediri, Probolinggo,
Pasuruan, Situbondo), Bali, dan Kupang (NTT). Indonesia sebenarnya juga
mempunyai koleksi puluhan jenis anggur, baik untuk buah segar, wine maupun
kismis, yang berlokasi di Kebun Percobaan Banjarsari, Pasuruan. Jadi
pengembangan buah ini sebenarnya sangat strategis, sumber bibitnya ada,
agroklimatnya mendukung, pasar juga ada. Dibandingkan dengan kawasan
subtropis, Indonesia sebagai negeri tropis sebenarnya juga punya beberapa
keunggulan, disamping beberapa kelemahannya. Produktivitas anggur di kawasan
subtropis hasil optimal anggur bisa mencapai 20 ton perhektar pertahun, maka di
Indonesia hanya separohnya. Tetapi panen anggur di kawasan subtropis hanya
bisa setahun sekali dalam setahun. Dan di Indonesia bisa hampir tiga kali, dan saat
panennya bisa di atur sepanjang tahun (Budiyati, 2008).
Kawasan yang berpotensi untuk tanaman anggur adalah Flores, dan Timor
Barat, kawasan Bali Utara (sekitar Singaraja) dan Pasuruan serta Probolinggo
yang selama ini dikenal sebagai sentra anggur. Yang juga memiliki udara kering
dan suhu yang panas, sinar matahari di kawasan Probolinggo relatif cukup. Beda
musim hujan dan 10,5 jam di musim kemarau. Musim penghujan di NTT hanya
sekitar 3 bulan. Panas matahari ini sangat penting dalam proses fotosintesis
tanaman anggur (Budiyati, 2008).
Dalam pembudidayaan tanaman anggur yang perlu diperhatikan adalah
kondisi iklim dan kondisi tanah. Untuk budidaya anggur curah hujan rata-rata 800
mm/ tahun, dengan suhu rata-rata maksimal disiang hari 31 C dan malam hari
23C serta kelembaban udara 75% - 80%. Tanaman anggur dapat tumbuh dengan
baik pada dataran rendah (Cahyono, 2010).
Kondisi tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggur.
Keadaan tanah yang baik akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman yang baik
pula. Sehingga dalam penelitian ini perlu memperhatikan kondisi tanah untuk
penanaman tanaman anggur yang cocok. Penelitian payung ini menggunakan
media tanah yang berbeda. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga
jenis tanah yaitu tanah Regosol (tanah pasir/pantai Samas), tanah Aluvial (tanah
paingan), dan tanah Latosol (tanah Gunung Kidul). Pemilihan tiga jenis tanah
sebagai media tanam tanaman anggur bertujuan untuk mengetahui jenis tanah
mana yang cocok dan baik untuk pertumbuhan tanaman anggur. Untuk memenuhi
pertumbuhan tanaman anggur ketiga jenis tanah tersebut dicampur dengan pasir,
pupuk kompos, dan pupuk kascing.
Penelitian payung ini dilakukan oleh 12 peneliti, dan peneliti lain
melakukan hal yang sama hanya beda pada penggunaan jenis tanaman anggur.
Penelitian payung ini menggunakan enam varietas tanaman anggur yaitu varietas
dan Probolinggo Super. Dalam penelitian ini tanaman anggur yang digunakan
adalah varietas Jestro AG 86, dengan aplikasi NOPKOR. Sedangkan rekan
peneliti yaitu Esther Juliana Rehulina menggunakan varietas tanaman anggur
yang sama tetapi tanpa aplikasi NOPKOR. NOPKOR itu sendiri singkatan dari
(Nitrogen Phosphat Kalium Organisme Recovery).Manfaat dari NOPKOR adalah
mempercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman, mempercepat
pertumbuhan biota, jasad renik tanah, dan keberadaan hara tanah, penyubur tanah,
serta mencegah timbulnya serangan jamur dang fungi (Murwono, 2012).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman
anggur varietas jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR ?
2. Dari tiga jenis tanah (tanah Regosol, Aluvial, Latosol), tanah manakah
yang cocok dan baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro
C. Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang) tanaman anggur varietas Jestro AG 86 dengan aplikasi
NOPKOR.
2. Tanah (latosol, regosol, aluvial) yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
anggur varietas Jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan
tanaman anggur varietas Jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR
2. Untuk mengetahui jenis tanah (tanah Regosol, Aluvial, Latosol) manakah
yang cocok dan baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro
AG 86 dengan aplikasi NOPKOR.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan yang
yang ideal untuk pertumbuhan tanaman anggur khususnya tanaman
anggur varietas Jestro AG 86.
2. Bagi Dunia Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi dunia pendidikan adalah pengembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia pertanian untuk budidaya tanaman anggur, serta
implementasi dalam Pembelajaran di SMA mengenai materi pertumbuhan
dan perkembangan.
3. Bagi Petani
a. Memperluas pengetahuan para petani dalam pengembangan budidaya
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tanah Sebagai Media Tumbuh
Fungsi utama tanah adalah sebagai medi tumbuh. Tanah merupakan media
pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya membutuhkan unsur hara yang
cukup serta seimbang. Tetapi juga memerlukan lingkungan fisik, kimia dan
biologi tanah yang sesuai. Supaya akar tanaman dapat berkembang dengan bebas
dalam proses fisiologinya (Hanfiah, 2004).
Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan
unsur hara dalam jumlah yang cukup banyak bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini
dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik dan kemampuan
menahan air yang baik serta mempunyai ruang untuk perakaran yang cukup.
Berbagai media tanam dapat digunakan, tetapi pada prinsipnya penggunaan media
tanam yaitu mampu menyediakan nutrisi, air dan oksigen bagi tanaman.
Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi
tanaman (Fahmi, 2011).
1. Tanah Regosol
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang masih berkembang. Tanah
regosol memiliki tekstur kasar dengan kandungan pasir yang tinggi serta
dengan demikian kemampuan menyimpan air dan unsur hara sangat rendah
(Darmawijaya, 1990).
Bahan penyusun tanah regosol berupa bahan inorganik yang kasar.
Kemampuan menyimpan air sangat rendah, aerasinya sangat baik, drainasenya
cepat tergantung tingkat kekasarannya. Pada umumnya tanah regosol belum
banyak unsur hara yang tersedia. Tanah regosol terdapat di sepanjang pantai di
banyak pulau di Indonesia (Supriyo, dkk. 2009)
2. Tanah Aluvial
Tanah aluvial berasal dari endapan baru, berlapis-lapis (bukan hasil
perkembangan tanah), bahan organik yang terdapat di dalamnya jumlahnya
berubah-ubah dan tidak teratur dengan kedalamannya. Tanah aluvial selalu
diperbaharui, maka tanah ini dianggap mmasih muda, karena tanah ini terbentuk
karena banjir di musim penghujan, maka sifat bahan-bahannya juga tergantung
pada kekuatan banjir dan asal serta macam bahan yang diangkut, sehingga secara
morfologis terlihat berlapis-lapis. Sifat tanah aluvial dipengaruhi langsung oleh
sumber bahan asal, sehingga kesuburannya ditentukan oleh bahan asalnya.
Kebanyakan tanah aluvial terdapat di sepanjang aliran sungai besar, yang
merupakan campuran material yang banyak mengandung unsur-unsur hara bagi
tanaman. Secara pedogenesis, tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim dan
vegetasi, tetapi yang paling nampak pengeruhnya pada ciri dan sifat tanahnya
3. Tanah Latosol
Tanah latosol terletak di daerah tropika dengan suhu dan kelembaban yang
selalu tinggi sepanjang tahun. Ciri-ciri tanah latosol adalah:
a. Mempunyai kadar lempung > 15 %
b. Bertekstur lempung, struktur gumpal dengan stabilitas agregat tinggi,
permeabilitas baik, aerasi dan drainase baik, tahan terhadap erosi
c. Tanah berwarna merah (Supriyo, dkk. 2009).
Berdasarkan warnanya, tanah latosol dapat dibedakan menjadi : 1).
Latosol Merah, 2). Latosol Merah Kekuningan, 3). Latosol Cokelat Kemerahan,
4). Latosol Cokelat dan 5). Latosol Merah Ungu. Biasanya Latosol Merah
Kekuningan berasal dari induk yang asam. Latosol Merah dan Cokelat
Kemerahan berasal dari bahan induk basa. Latosol Cokelat umumnya berasal dari
abu vulkanik/ batuan vulkanik basa. Latosol Cokelat Ungu, diduga berasal dari
B. Tanaman Anggur
1. Sejarah Tanaman Anggur
Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak jaman
Meocene dan Tertiary. Dugaan ini berdasarkan temuan fosil daun, potongan
cabang, serta biji buahnya di derah Eropa dan Amerika Utara. Selain ditemukan
juga fosil biji buah di sebuah danau di Eropa Tengah-Selatan. Hasil temuan ini
menunjukkan, manusia mengenal tanaman anggur sejak jaman perunggu. Dari
semua temuan inilah kemudian terlacak bahwa pada masa lalu sebagian besar
tanaman anggur lebih banyak tumbuh di daratan Eropa, Amerika Utara, dan
Islandia, daerah dingin dekat Kutub Utara dan Greenland (Setiadi, 2007).
Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di
Indonesia sejak tahun 1880. Banyak pakar biologi dan pertanian berusaha
menguak asal-usul tanaman anggur. Konon, sumber genetik asli tanaman anggur
terdapat di daerah Armenia (Rusia) dekat laut Kaspi. Anggur yang mula-mula
dikenal oleh manusia adalah jenis anggur liar yang tumbuh di sekitar pegunungan
Kaukasus bagian Tenggara, kemudian menyebar di Asia kecil, Yunani dan Mesir.
Dari Yunani menyebar ke daratan Eropa, Afrika, Australia, Asia, dan Amerika.
Orang mulai mengenal anggur pada abad ke-2 sesudah masehi (Cahyono B.,
2010)
Budidaya tanaman anggur mulai di kenal di Timur Tengah pada tahun
4.000 SM, namun teknologi pengolahan anggur menjadi minuman (wine) baru
ditemukan oleh orang mesir pada tahun 2.500 SM. Teknologi budidaya dan
laut hitam sampai Spanyol, bahkan berkembang pesat di Jerman, Prancis, dan
Austria setelah kerajaan Romawi jatuh. Colombus membawa tanaman anggur ke
Meksiko, Asia Selatan, Afrika Selatan, Australia, dan Kalifornia. Dalam
perkembangan selanjutnya, teknologi pembuatan wine menjadi terkenal di dunia.
Anggur jenis V.viniferadikenal dengan sebutan anggur eropa (Rukmana, 1999)
2. Klasifikasi Tanaman Anggur
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman anggur diklasifikasikan sebagai berikut:
Sumber :http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/209.html
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Rhamnales
Famili :Vitaceae
Genus :Vitis
Dari famili Vitaceae, anggur yang dikenal jumlahnya lebih dari 60 jenis.
Namun, jenis Vitis vinifera atau yang lebih dikenal dengan anggu Eropa adalah
jenis yang paling banyak (lebih dari 95%) ditanam oleh masyarakat di berbagai
negara. Hal ini dikarenakan anggur jenis ini memiliki rasa enak, manis, lezat, dan
menyegarkan sehingga lebih disukai oleh masyarakat (Untung, 2008).
3. Morfologis Tanaman Anggur
Tanaman anggur tumbuh tahunan, berbentuk perdu, dan memanjat. Tubuh
tanaman anggur terdiri atas akar, batang, daun,s ulur, bunga, dan buah.
Karakteristik morfologi tanaman anggur adalah sebagai berikut:
a. Akar(Radix)
Tanaman anggur merupakan tanaman yang berkeping dua (dikotil),
tanaman anggur mempunyai akar tunggang, dan akar cabang. Sistem perakaran
menyebar keseluruh arah pada bagian lapisan tanah atas sedalam 1,5-3,0 m.
Akar berperan dalam pengisapan makanan. Akar tanaman anggur mudah
mengalami kerusakan akibat lingkungan yang tidak cocok. Misalnya, karena
aerasi yang jelek, kurang kadar air dalam tanah dan tinggi angka keasaman
tanah. Akar tanaman anggur tidak (peka) terhadap genangan air. Oleh karena
itu, tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik (Rukmana,
1999).
Akar tanaman berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman dan
yang gembur sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karena penyerapan air
dan zat-zat hara dapat berjalan dengan baik (Cahyono, 2010).
b. Batang(Caulis)
Batang merupakan bagian dari tubuh tanaman yang amat penting sebagai
alat pembentuk dan pembawa daun. Batang tanaman Anggur beruas-ruas,
berbuku-buku serta berkayu. Spesifikasi batang tanaman anggur tumbuh
memanjat atau menjalar. Struktur batang dan percabangannya terdiri atas
batang utama, cabang primer, cabang sekunder, dan cabang tersier yang akan
menghasilkan cabang bunga dan buah. Setiap buku batang mempunyai mata
tunas. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau, tetapi setelah
tua berubah menjadi hijau kecokelat-cokelatan atau cokelat. Cabang bermata
tunas dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif
(Rukmana,1999).
c. Daun(Folium)
Tanaman anggur mempunyai daun tunggal, artinya terdiri atas satu helai
daun pada satu tangkai daun, dan sepasang daun menumpu. Daun berbentuk
bulat sampai jorong dengan bagian tepinya berlekuk, dan biasanya mempunyai
lima lekukan. Helaian daun dibedakan atas lima bentuk, yaitu bentuk penjepit,
kodat, pentagonal, lingkaran, dan kidnai. Daun tanaman anggur merupakan
bagian dari organ tubuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses
asimilasi yang menghasilkan zat-zat yang diperlukan tanaman untuk
d. Sulur (Sirrus)
Fungsi sulur (Sirrus) adalah sebagai alat pemanjat. Sulur pada tanaman
anggur letaknya berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat
terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing
bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Rukmana, 1999)
e. Bunga(Flos)
Bunga tanaman anggur tersusun dalam tangkai, artinya pada setiap tangkai
bunga terdapat banyak kuntum bunga atau disebut bunga majemuk. Tiap
kuntum bunga mempunyai lima helai daun kelopak, lima helai daun mahkota,
di bagian atasnya bersatu membentuk suatu tudung, lima benangsari dan
sebuah putik. Anggur bersifat penyerbukan silang. Penyerbukan bunga
berlangsung dengan bantuan angin, serangga dan manusia (Rukmana, 1999).
f. Buah(Fructus)
Penyerbukan dan pembuahan menghasilkan buah. Buah anggur bentuknya
bervariasi, yaitu bulat atau bundar, jorong ke samping, jorong, bulat telur
sungsang, jorong memanjang dan bulat telur. Buah anggur tersusun dalam
tandan. Bentuk malai bunga bermacam-macam, antara lain berbentuk kerucut
pendek, kerucut panjang, kerucut berpundak, silinder, silinder bersayap, dan
bermalai ganda. Buah terdiri atas kulit buah, daging buah dan biji. Warna kulit
buah anggur bervariasi, ada yang merah, hijau, putih atau bening, kuning, atau
merah kehitam-hitaman, tergantung pada jenis atau verietasnya (Rukmana,
4. Syarat Tumbuh Tanaman Anggur
a. Keadaan Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
Anggur meliputi ketinggian tempat (elevasi) yang berkaitan dengan suhu dan
kelembapan udara, curah hujan, serta sinar matahari. Di Indonesia pada
umumnya tanaman Anggur dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim
kering. Keadaan iklim yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi
Anggur pada ketinggian 0 – 300 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan
suhu udara antara 25º - 30ºC, kelembaban udara (rH) 40% - 80 %, intensitas
sinar matahari/ penyinaran 50% - 80%, mempunyai 3-4 bulan kering, dan
curah hujan 800 mm/tahun (Rukamana, 1999).
Berdasarkan keadaan iklim dan tempat tumbuhnya, tanaman anggur yang
dibudidayakan di Indonesia dapat dibedakan atas dua tipe sebagai berikut :
1) Jenis anggur V. vinifera, seperti jenis Probolinggo Biru, Alphonso
Lavalle, Probolinggo Putih, Situbondo Kuning, Gros Colman,
Delaware, tumbuh baik di daratan rendah pada ketinggian 0 – 300 m
dpl dengan iklim kering (musim kering lebih dari 3 bulan)
2) Jenis anggur V. labrusca, seperti varietas isabella, Briliant, Beacon,
White Malaga dan Curmen, tumbuh baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) pada ketinggian 1.000 m dpl dengan tipe
iklim agak basah (musim kering kurang dari 3 bulan) (Rukmana,
Jenis atau varietas Anggur dataran rendah yang ditanam di dataran tinggi
menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas buah, buah menjadi keci-kecil
dan rasanya masam. Tanaman Anggur membutuhkan banyak air, tetapi tidak
tahan terhadap hujan lebat. Pembungaan pada musim hujan atau daerah
bercurah hujan tinggi dapat menyebabkan bunga berguguran hingga rusak
terserang penyakit cendawan, seperti embun umpas. Untuk menjamin
pertumbuhan Anggur yang prima dibutuhkan keadaan iklim yang kering,
yaitu minimal 3 bulan musim kemarau dan pemangkasan yang tepat
(Rukmana, 1999).
b. Keadaan Tanah
Kondisi tanah yang sesuai untuk tanaman anggur adalah tekstur dan
struktur tanah lempung berpasir dengan kandungan lempung 30-50%, pasir
30-50%, dan liat 7-12%. Tanah pasir cocok untuk tanaman anggur karena
pasir mudah ditembus oleh akar tanaman anggur. Tanah memilki drainase dan
aerasi baik, pH5,5-7,3, kandungan C-organik≥ 2%, ketersediaan hara makro
dan mikro yang cukup dan terdistribusi merata secara vertikal ke arah
perakaran. Jika pH tanah di bawah 5, tanah perlu ditambah kapur untuk
C. Anggur Varietas Jestro AG 86
Beberapa varietas tanaman anggur yang masuk di Indonesia diantaranya
anggur Bali, Probolinggo biru, Probolinggo putih, Probolinggo super, Caroline,
Prabu bestari, Kediri kuning (anggur belgi), anggur Jestro. Anggur vairietas Jestro
AG 86 mirip dengan anggur Kediri kuning. Namun anggur ini memiliki
keunggulan diantaranya adalah daya adaptasi lebih luas, kemasakan buah dalam
tandan lebih merata, ukuran buah lebih besar, dan aroma buah lebih tajam.
Anggur ini dapat berproduksi antara 9-16 kg/pohon baik pada musim hujan dan
kemarau (Andriani dan Mudiarti, 2009)
Anggur varietas Jestro AG 86 ini cocok sekali bila dikembangkan oleh
pelaku industri pertanian karena buah anggur ini cukup diminati publik. Varietas
ini juga potensial dikembangkan pada tanah dengan porositas tinggi dan juga di
daerah dataran rendah dengan curah hujan dan kelembapan rendah (Andriani dan
Mudiarti, 2009).
D. Budidaya Anggur Dalam Media Pot
1. Pemilihan Pot
Langkah awal setelah adanya bibit, menentukan pot yang akan digunakan.
Pot yang bagus dan baik, seperti pot semen, pot plastic, dan pot tanah. Diameter
permukaan harus lebih besar daripada permukaan bawah atau sama besarnya. Dari
berbagai macam jenis bahan pot, yang paling baik untuk tanaman anggur adalah
karena pot dari bahan dasar tanah memiliki pori-pori pada bagian dasarnya yang
dapat menyerap air. Sehingga akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila
lambat menyiram dan tidak akan lembab apabila terlalu banyak air (Anwar, 2013)
2. Media Tanam
Media tanaman yang digunakan untuk tanaman anggur di dalam pot harus
sesuai dengan karakteristik tanaman. Media tanam yang cocok untuk anggur
adalah pasir dan pupuk kandang. Pasir mudah untuk ditembus oleh akar tanaman
anggur. Sebelum dimasukkan ke dalam pot, pasir dan pupuk kandang diaduk
terlebih dahulu. Untuk lebih bagusnya lagi sepertiga bagian bawah pot diisi oleh
tanah gembur, supaya menghambat keluar air dari pot (Anwar, 2013)
3. Cara Menanam Ke Dalam Pot
Masukkan pecahan batu bata atau genting pada dasar pot, kemudian
masukkan media tanam yang sudah dicampur rata, isi pot sampai hampir penuh.
Kemudian buat lubang tanam ditengahnya lebih besar sedikit dari bolybag yang
pakai bibit. Selanjutnya polybag dilepas dan masukkan bibit tersebut pada lubang
yang telah disediakan, atur posisi tanaman agar kelihatan tegak, selanjutnya tutup
permukaan media tanam lagi. Kemudian siram tanaman tersebut, ketika selesai
penyiraman maka permukaan tanah akan menurun hingga 5 cm dari bibir pot, hal
ini terjadi karena pemadatan media tanam. Selanjutnya simpan tanaman tersebut
4. Perawatan Tanaman
Perawatan yang dilakukan pada tanaman anggur yang ada di dalam pot sama
halnya seperti perawatan anggur yang di kebun. Namun, perawatan tidak sesulit
yang dilakukan di kebun. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam merawat
tanaman anggur dalam pot antara lain:
a. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman membutuhkan air dalam jumlah
yang cukup banyak. Karenanya, tanaman hendaknya disiram rutin 2 kali
sehari. Setelah tanaman berumur lebih dari 2 bulan, frekuensi penyiraman
sebaiknya dikurangi menjadi 2 hari sekali. Tabulampot memiliki medi tanam
yang terbatas, sehingga unsur hara yang tersedia juga terbatas (Alex, 2013)
b. Pemberian Ajir
Ajir adalah tiang rambatan untuk menyangga batang tanaman anggur.
Fungsi ajir pada tanaman anggur sangat penting. Agar bibit anggur tumbuh
lurus. Ajir bisa berupa kayu atau bilah bambu setebal 1,5 cm dengan panjang
1 m. Ajir ini hanya berfungsi sebagai penyangga bibit sampai tiba waktu
pemangkasan pertama. Pada awal penanaman, bibir anggur diikat longgar
dengan ajir. Dalam pertumbuhannya, tanaman Anggur dengan sendirinya
akan tumbuh memanjat dengan bantuan sulur. Untuk memperoleh cabang
yang menarik, pohon Anggur harus diberi penopang yang berfungsi sebagai
panjatan. Panjatan ini ditanam di dalam pot, berupa bilah bambu setebal 2 cm
c. Pemupukan
Tanaman anggur yang baru ditanam dalam pot dapat diberi pupuk urea,
dosis yang diberi cukup satu sendok makan. Pupuk tersebut diberikan setiap
dua minggu sekali sampai tanaman berumur tiga bulan. Setelah berumur tiga
bulan, pupuk yang diberikan diperbanyak menjadi dua sendok makan. Pupuk
diberikan sebulan sekali (Anwar, 2013).
5. Supaya Tanaman Cepat Berbuah
Hal yang terpenting supaya tanaman cepat berbuah yaitu pemangkasan pada
tanaman anggur. Pemangkasan untuk pembuahan dilakukan dengan cara
pengundulan daun tanaman anggur. Dua minggu setelah pemangkasan, biasanya
akan bermunculan tunas-tunas baru yang bersulur. Dari tunas baru inilah bunga
dan buah akan muncul (Alex, 2013).
E. Hama dan Penyakit Tanaman Anggur
1. Hama
Hama penting yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai
berikut:
a. Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae)
Kutu phylloxera menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan akar dan
daun tanaman anggur. Bagian tanaman anggur yang dihuni kutu ini akan
dengan bentolan phylloxera akan tumbuh kerdil, layu, dan buahnya sedikit.
Pengendalian kutu Phylloxera dapat dilakukan dengan cara menggunakan bibit
tanaman anggur okulasi batang bawahnya tahan terhadap hama tersebut, seperti
anggur liar. Pencegahan penularan hama dapat dilkukan dengan penyemprotan
insektisida pada bibit tanaman anggur sebelum tanam (Rukmana, 1999).
b. Tungau Merah
Tungau merah menyerang dengan cara mengisap cairan daun. Gejala
serangan ditandai dengan bercak-bercak kuning pada daun tanaman anggur yang
kemudian berubah menjadi hitam. Pengendalian tungau merah dapat dilakukan
dengan cara memotong bagian tanaman anggur. Yang terserang berat dengan
menyemprotkan insektisida, seperti Mitac200 EC dengan konsentrasi yang
dianjurkan (Rukmana, 1999).
c. Ulat Kantung
Larva muda ulat kantung memakan bagian atas permukaan daun. Ciri khas
serangan ulat kantung ditandai dengan lubang-lubang kecil pada daun.
Pengendalian ulat kantung dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian daun
yang terserang penyakit dan menyemprotkan insektisida sistematik dengan
konsentrasi yang dianjurkan (Rukmana, 1999).
d. Kumbang Daun
Kumbang ini berwarna hitam atau cokelat yang aktif pada senja dan malam
hari sampai menjelang fajar. Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam
kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun. Serangan berat
menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan tanaman
kerdil. Pengendalian kumbang daun dapat dilakukan dengan cara memaang
perangkap lampu penerang pada malam hari (Rukmana, 1999).
2. Penyakit
Penyakit penting yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai
berikut:
a. Tepung Palsu
Gejala serangan penyakit tepung palsu mula-mula tampak pada sisi daun
yang menimbulkan bercak-bercak berwarna kuning kehijau-hijauan, kemudian
bercak meluas dan bersatu derta berubah warna menjadi cokelat berlapis tepung.
Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok. Pengendalian penyakit
tepung palsu dapat dilakukan dengan cara mengurangi kelembaban kebun,
memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit berat, melindungi
tanaman dengan naungan plastik, dan aplikasi fungisida (Rukmana, 1999).
b. Cendawan Tepung
Gejala serangan dapat diamati pada daun dan batang. Daun-daun yang
terinfeksi menggulung keatas dan berubah bentuk, ditutupi tepung (spora)
berwarna kelabu sampai agak gelap. Batang yang sakit menjadi warna cokelat.
tanaman yang sakit berat untuk dibakar, menjaga kebersihan kebun, dan aplikasi
fungisida untuk pengendalian penyakit tepung palsu (Anonim, 2012).
c. Bercak daun Cercospora
Gejala serangannya adalah mula-mula pada daun dan tunas muda terjadi
bercak-bercak berwarna cokelat tua yang tersudut, kemudian timbul bintik-bintik
hitam pada bercak. Serangan berat menyebabkan tunas muda mengering (mati).
Pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kelembapan kebun, menjaga kebersihan kebun, memangkas bagian tanaman
yang sakit berat untuk dimusnakan, dan penggunaan fungisida (Semangun,
2008).
d. Karat Daun
Gejala yang spesifik dapat diamati dari sisi atas daun, yakni adanya
bercak-bercak berwarna hijau kekuningan dan seluruh permukaan daun tertutup lapisan
tepung (spora). Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok.
Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan cara memangkas daun
yang sakit berat dan penggunaan fungisida (Rukmana, 1999).
e. Busuk Hitam
Gejala serangannya adalah mula-mula terjadi bercak-bercak cokelat yang
dikelilingi oleh tepi hitam pada daun, kemudian di kelilingi bercak terbentuk
daerah yang berwarna cokelat gelap sampai hitam. Pada sisi bercak terdapat
bintik-bintik hitam kecil secara teratur dalam satu lingkaran. Tunas muda yang
agak melekuk. Penegendalian penyakit busuk hitam dapat dilakukan dengan cara
memotong buah, pemangkasan, mengurangi kelembaban kebun, dan penggunaan
fungisida berbahan aktif tembaga, misalnya Kocide 77 WP (Rukmana, 1999).
f. Kudis (Scap)
Penyebab penyakit kudis adalah cendawan Elsinoe ampelina Shear. Semua
bagian tanaman dapat terinfeksi kudis. Daun yang diserang ditandai dengan
bercak-bercak kecil, bentuknya tidak teratur, dan berwarna cokelat tua. Pusat
bercak berubah warna menjadi kelabu dan terdapat lubang. Tunas dan sulur yang
terinfeksi menampakkan bercak-bercak kecil terpisah-pisah berwarna cokelat
muda, dan sekeliling bercak dibatasi oleh tepi yang berwarna cokelat tua.
Pengendalian penyakit kudis dapat dilakukan dengan cara memangkas bagian
yang sakit berat, sanitasi kebun, dan penggunaan fungisida yang mangkus
seperti Kocide 80 AS (Semangun, 2008).
g. Daun Kipas
Penyebab penyakit daun kipas anggur adalah Virus Grapevine Fanleaf atau
disebut virus daun kipas anggur. Gejala serangan kipas anggur adalah terjadi
abnormalitas daun-daun muda, yaitu daun mengecil, bentuknya mirip daun kipas
setengah menutup, posisi daun tegak, dan permukaannya tampak tidak rata.
Batang dan cabang tanaman anggur berkelok-kelok, ruas-ruasnya pendek, dan
tumbuh tunas-tunas samping secara berlebihan. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara aplikasi Nemagon untuk membunuh nematoda tanah,
(pembongkaran) tanaman yang diremajakan kembali dengan bibit yang bebas
virus (Rukmana, 1999).
F. Pupuk
Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik
tanah,kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Dalam pengertian khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung
satu atau lebih hara tanaman. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang
berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang
diharapkan (Adriani, 2011).
1. Pupuk Kompos
Kompos secara alami terbentuk dari sampah organik yang terurai oleh
berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jemur. Proses
terurai ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.
Waktu pembentukan kompos rata-rata dalam 4-6 minggu. Dengan suhu optimal
untuk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C. Bahan baku
pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan
nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan
limbah industri pertanian (Alex, 2010).
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Selain itu, aktivitas mikroba
tanah juga dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit serta
tanaman memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman
yang dipupuk dengan bahan kimia (Alex, 2010).
2. Pupuk Kascing
Pupuk kascing adalah pupuk organik yang menggunakan cacing tanah dalam
dekomposisinya. Kehadiran cacing memperlancar proses dekomposisi, karena
bahan yang akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh
cacing, dan hasil akhirnya disebut kascing. Kascing merupakan salah satu pupuk
organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik lainnya. Salah satunya
adalah unsur haranya dapat langsung tersedia. Kascing mengandung unsur hara,
baik mikro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Penggunaan pupuk kascing dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi
tanaman (Lun, 2005).
3. Lyphotril
Lyphotril atau pupuk mikro sistemik daun merupakan campuran berbagai
unsur bahan pupuk anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat
sistem penyerapan permukaan stomata atau seluruh bagian daun, batang dan
buah. Lyphotril mengandung 17,40% unsur Nitrogen, 24,85% unsur P, 18,25%
unsur K, 1, 78% Mg dan CaO, serta 3,68% vitamin dan mineral (Boron, Cu, Zn,
Dilihat dari kandungan yang terdapat pada Lyphotril, Lyphotril memiliki
fungsi bagi tanaman, yakni:
a. Percepatan pertumbuhan pucuk daun dan penguatan ketahanan daun,
berhadapan dengan tingginya paparan sinar UV Matahari
b. Mempercepat proses pertumbuhan bunga pada tanaman, dan ketahanan bunga
sampai terjadi proses pembuahannya, serta ketahanan bakal buah pada
kondisi klimat ekstrim
c. Memperbesar kemungkinan keberhasilan budidaya, dengan pencegahan
terjadinya kerontokan bunga, buah dan daunnya, serta percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
d. Dapat berfungsi pada berbagai jenis tanaman, dan akan meningkatkan
produktivitasnya, akan berfungsi sebagai faktor pengatur tumbuh bagi
tanaman, proses aklimatisasinya (Murwono, 2013).
4. NOPKOR
NOPKOR adalah Nitrogen Phosphat Kalium Organisme Recovery yang
fungsi utamanya adalah sebagai penggembur dan penyubur tanah. Dengan
pemakaian NOPKOR, tanah menjadi kaya akan unsur hara mikro dan makro
yang bermanfaat bagi tanaman dan dapat bermanfaat bagi tanaman dan dapat
Manfaat NOPKOR itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Penggembur dan penyubur tanah
2. Mempercepat pertumbuhan biota, jasad renik tanah, dan keberadaan hara
tanah
3. Mempercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman
4. Dapat berfungsi sebagai pupuk dasar sistemik tanah
5. Membantu proses pembusukan sisa akar tanaman setelah pemanenan, kotoran
hewan,sampah organik, dan bahan organik lainnya
6. Mencegah timbulnya penyakit busuk akar karena rendahnya pH tanah
7. Mencegah timbulnya serangan jamur dan fungi
8. Meningkatkan penyerapan air permukaan tanah dan mencegah banjir serta
G. Hipotesa
1. Ada pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas
Jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR
2. Jenis tanah yang cocok dan baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis dan variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis penelitian : Eksperimental
2. Variabel bebas : Jenis tanah (regosol, aluvial, latosol)
3. Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang) tanaman anggur.
4. Variabel kontrol : Air, pupuk organik, kelembaban tanah, umur bibit,
pemeliharaan, penyiraman, dan NOPKOR
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian bertempat di kebun Anggur Sanata Dharma Desa Paingan,
Maguwoharjo Yogyakarta. Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan. Dimulai
pada bulan November 2013-Februari 2014.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini mempergunakan desain Completely Randomized Design
tanah regosol dan tanah aluvial. Masing-masing perlakuan dengan tiga kali
pengulangan. Denah penelitian seperti pada gambar berikut :
Gambar 3.1 Denah Penelitian
A1 L2 K3 R2
A2 R3 K1 L3
R1 L1 A3 K2
Keterangan: A1,A2,A3= Tanah Aluvial
R1,R2,R3=Tanah Regosol
L1,L2,L3=Tanah Latosol K1,K2,K3=Kontrol D. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang
terdapat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. I : Alat dan Bahan Penelitian
8. Tali rafia
9. Pulpen/ pensil
10. Alat penyiram
11. Jangka sorong
12. Meteran
13. Tiang penyangga tanaman
8. Lyphotril
9. Pestisida (merek lanet)
E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Lahan
Penelitian ini menggunakan lahan percobaan Pendidikan Sanata Dharma
Yogyakarta. Lahan yang akan digunakan untuk tanaman anggur terlebih dahulu
dibersihkan dari tanaman lain yang mungkin menghambat pertumbuhan tanaman
anggur.
2. Persiapan Sarana Tanam
a. Peryiapan Pot
Pot yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan tanah. Hal ini
cukup baik pengaruhnya bagi tanaman, karena pot yang terbuat dari tanah
memiliki pori-pori pada bagian dasarnya yang dapat menyerap air sehingga
akar tanaman tidak mudah kekeringan. Dalam penelitian ini menggunakan
pot sebanyak 12 pot dengan ukuran yang sama yaitu berdiameter 40 cm
b. Peryiapan Media Tanam
Media tanah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari campuran
tanah, pasir dan pupuk. Pupuk terdiri dari pupuk kompos dan pupuk kascing.
Ada tiga jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah regosol
(tanah berpasir dari pantai samas), tanah aluvial (tanah didaerah paingan),
serta tanah latosol (tanah Gunung Kidul).
1) Persiapan Pupuk
• Menyiapkan pupuk kompos serta pupuk kascing dengan perbandingan
1 : 1
• Mencampurkan dengan menggunakan sekop
• Pupuk campuran antara kompos dan kascing siap digunakan
2) Tanah Regosol
• Menyiapkan tanah regosol, pasir dan pupuk campuran dengan
perbandingan 2 : 1 : 1
• Setelah pencampuran antara tanah regosol, pasir dan pupuk campuran
3) Tanah Aluvial
• Menyiapkan tanah aluvial, pasir dan pupuk campuran dengan
perbandingan 2 : 1 : 1
• Setelah pencampuran antara tanah aluvial, pasir dan pupuk campuran
kemudian media tersebut dimasukkan ke dalam pot
4) Tanah Latosol
• Menyiapkan tanah latosol pasir dan pupuk campuran dengan
perbandingan 2 : 1 : 1
• Setelah pencampuran antara tanah regosol, pasir dan pupuk campuran
kemudian media tersebut dimasukkan ke dalam pot
5) Kontrol
• Menyiapkan pasir dan pupuk campuran dengan perbandingan 1 : 1
• Campur pasir dengan pupuk campuran dengan menggunakan sekop
• Setelah dicampurkan media dimasukkan ke dalam pot
c. Penyiapan Bibit Anggur
Bibit tanaman anggur yang digunakan dibeli dari penangkar benih di
Probolinggo yang berupa stek di polibag. Bibit telah berumur 56 hari dan
d. Persiapan Tempat Rambatan Tanaman
Tempat rambatan tanaman yang digunakan adalah model pagar. Tiang
pagar yang digunakan terbuat dari kayu. Jarak antar tiang adalah 2 m dan
ketinggian 2,3 m. Kemudian dihubungkan dengan kawat mendatar sebanyak
4 jajar.
3. Penanaman Tanaman Anggur
Penanaman Anggur dilakukan sore hari, tata cara penanaman Anggur sebagai
berikut :
a. Bibit Anggur dikeluarkan dari polybag, dengan cara merobek bagian sisi
polybag
b. Membuat lubang kecil pada pot yang telah berisi media tanam
c. Lalu menanam bibit anggur tepat di tengah-tengah lubang dengan posisi
bibit tegak.
d. Kemudian menimbun bidang perakaran dan pangkal batang bibit anggur
dengan lapisan tanah atas sambil dipadatkan pelan-pelan
e. Lalu menyirami tanah di sekitar perakaran dn pangkal bibit tanaman
Anggur hingga basah/lembab terutama bila tanah kering
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Tanaman Anggur membutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak. Rutin
tanaman Anggur disiram 2 hari sekali. Kecuali ketika di musim hujan.
b. Pengecekan pH dan Kelembaban tanah
Selain penyiraman pada tanaman Anggur dilakukan pengecekan pH dan
kelembaban pada tanah sebagai media tanam tanaman Anggur. Pengecekan pH
dan kembaban rutin dilakukan 2 hari sekali, jika hujan terus-menerus
pengecekan dilakukan setiap hari.
c. Pemupukan
Pemupukan tanaman dilakukan setelah dua puluh hari penanaman. Dalam
penelitian ini menggunakan NOPKOR sebagai penggembur dan penyubur tanah
dan membantu tanaman menyerap unsur hara dalam tanah. Sebelum digunakan
NOPKOR diencerkan terlebih dahulu dengan mengunakan 1 liter air. Pada hari
ke-7 dan ke-14 dilakukan pemupukan dengan 200 ml formula NOPKOR.
Selanjutnya pemberian formula NOPKOR diulangi setiap 7 hari sekali selama 2
bulan. Setelah 2 bulan penggunaan NOPKOR setiap 15 hari sekali dengan dosis
250-350 ml per pot.
Daun dan batang tanaman anggur dipupuk menggunakan pupuk Lyphotril
terlebih dahulu dengan menggunakan air, setiap 18 ml Lyphotril dicampurkan
dengan 1 liter air.
d. Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah:
1) Sebelum batang primer mencapai pagar (± 50 cm) dilakukan pemangkasan
tunas anggur yang tumbuh di ketiak daun dengan menggunakan jari atau
gunting agar tunas primer tumbuh maksimal
2) Setelah tinggi tanaman anggur mencapai 50 cm dilakukan pemotongan
ujung batang primer kemudian dipilih 2 tunas yang paling sehat untuk
membentuk batang sekunder. Pada masa ini tidak dilakukan lagi
pemangkasan tunas diketiak daun agar tanaman anggur dapat memenuhi
pagar
3) Untuk pembentukan batang tersier, setelah batang sekunder mencapai ± 20
cm dilakukan pemotongan ujung batang agar batang tersier terbentuk
e. Perambatan Cabang
Tunas-tunas baru atau cabang yang ada dirambatkan pada tempat rambatan
sambil ditarik atau diatur agar jarak antar cabang seimbang. Tiap ujung cabang
sebaiknya diikat dengan tali rafia agar cabang yang satu tidak mudah tertumbuh
dengan cabang yang lainnya. Setelah mencapai 50 cm tanaman dirambatkan
f. Pengecekan Hama dan Penyakit Tanaman
Dalam masa perawatan tanaman Anggur, dilakukan pengecekan penyakit dan
hama yang menyerang tanaman Anggur. Hama dan penyakit apa yang
menyerang tanaman Anggur.
F. Pengambilan Data
Pengambilan data dari pertumbuhan tanaman anggur dilakukan seminggu
sekali. Data yang diambil setiap minggunya adalah tinggi tanaman, jumlah daun
dan diameter batang tanaman anggur varietas Jestro AG 86.
1. Tinggi Tanaman Anggur
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran atau mistar. Pengukuan
dilakukan setiap minggu sekali. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang
primer hingga pucuk. Jika sudah tumbuh cabang, pengukuran cabang dan batang
primer dijumlahkan.
Tabel 3.II : Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman
No Hari/
Tanggal
Tanah Regosol Tanah Aluvial Tanah Latosol Kontrol
2. Jumlah Daun
Pertambahan jumlah daun diukur dengan menghitung jumlah daun yang
tumbuh pada tanaman anggur varietas Jestro AG 86. Pengukuran dilakukan
seminggu sekali.
Tabel 3.III : Hasil Pengukuran Jumlah Daun
No Hari/
Tanggal
Tanah Regosol Tanah Aluvial Tanah Latosol Kontrol
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
3. Diameter Batang
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran
dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan pada bagian batang
yang paling besar dengan menggunakan jangka sorong.
Tabel 3. IV : Hasil Pengukuran Diameter Batang
No Hari/
Tanggal
Tanah Regosol Tanah Aluvial Tanah Latosol Kontrol
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS.
Untuk mendapatkan data awal maka dilakukan uji normalitas dan uji hmogenitas.
“ Uji normalitas untuk mengetahui normalitas distribusi data, jika jumlah data
cukup banyak dan penyebarannya tidak 100% normal, maka kesimpulan yang
ditarik kemungkinan salah ” (Irianto, 2014 : 273). Uji homogenitas adalah
perbandingan data yang sejenis.
Untuk mengetahui adanya pengaruh secara signifikan antara tiga jenis tanah
terhadap perumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman
anggur makan harus dilakukan uji Anova.
1. Data sampel dikumpul dan dikelompokkan menurut perlakuan
Kemudian hitung total perlakuan, rerata perlakuan, seperti tabel berikut ini:
Tabel 3.V: Pengelompokkan Data Berdasarkan Perlakuan
2. Sebelum melakukan perhitungan uji ANOVA dengan SPSS, dilakukan
pengujian sebagai prasyarat analisis. Prasyarat distribusi data yang digunakan
adalah uji Normalitas dan uji Homogenitas. Kemudian setelah prasyarat
distribusi normal data terpenuhi barulah melakukan perhitungan uji ANOVA.
3. Uji ANOVA dengan SPSS, data rerata terlebih dahulu dimasukkan dalam
tabel SPSS. Kemudian pilih Analyze, Compare Means, lalu pilih dan klik
One Way ANOVA. Masukkan variabel A ke Dependent List dan variabel B
ke Faktor. Klik kiri Option, aktifkan Descriptives, klik Continue tekan OK.
Apabila nilai Sig > 0,05 maka perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan
tidak signifikan. Tetapi apabila nilai Sig < 0,05 maka perbedaan di antara
rerata perlakuan dikatakan signifikan.
4. Apabila rerata perlakuan signifikan, maka dilakukan uji lanjut One Way
ANOVA (Post Hoc Test). Uji lanjut One Way ANOVA berguna untuk
mengetahui lebih rinci mengenai pasangan kelompok sampel yang saling
berbeda signifikan dan pasangan kelompok sampel yang tidak berbeda.
5. Membuat kesimpulan mengenai jenis tanah mana yang paling cocok untuk
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil penelitian menyangkut tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan
tanaman anggur varietas Jestro AG 86 terdiri dari tiga parameter yang meliputi
pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang dengan aplikasi
NOPKOR dianalisis menggunakan ANOVA.
1. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pengamatan pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Jestro AG 86
dilakukan seminggu sekali sampai tanaman berumur 17 minggu. Berikut ini
adalah rata-rata hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman anggur pada tiap
jenis tanah :
Tabel 4.VI : Rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Jestro AG 86 selama 17 minggu (lampiran 2 )
Perlakuan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
1 2 3 Rata-rata
Regosol
8,10 5,24 3,87 5,74 Aluvial
17,93 16,19 14,42 16,18 Latosol
12,43 17,09 6,91 12,14 Kontrol
Pada tabel 4.V dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan tinggi tanaman
anggur varietas Jestro AG 86 pada tiap jenis tanah dengan aplikasi NOPKOR
yang paling tinggi adalah tanaman anggur yang menggunakan jenis tanah aluvial
yaitu 16,18 cm. Diikuti tanaman yang menggunakan jenis tanah kontrol dengan
rata 12,95 cm, dan tanah latosol dengan rata 12,14 cm. Sedangkan
rata-rata paling rendah terdapat pada tanaman dengan jenis tanah regosol yaitu 5,74
cm.
Untuk mempermudah mengamati hasil penelitian mengenai parameter
petambahan tinggi tanaman anggur varietas Jestro AG 86 dengan aplikasi
NOPKOR per-minggu dibuat grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2 : Grafik laju pertambahan tinggi tanaman anggur Jestro ag 86 dengan aplikasi NOPKOR setiap minggu
Gambar 4.2 menunjukkan laju pertambahan tinggi tanaman tiap perlakuan
belum menunjukkan adanya perbedaan pertambahan tinggi tanaman yang
mencolok pada masing-masing jenis tanah. Memasuki minggu ke-4 setelah
penanaman perbedaan pertambahan tinggi tanaman mulai terlihat. Tanaman
pada tanah aluvial mengalami kecepatan pertambahan tinggi tanaman yang lebih
pesat dibandingkan dengan tanaman pada jenis tanah lainnya. Sedangkan
kecepatan pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang
paling rendah adalah adalah tanaman dengan jenis tanah regosol.
Hasil rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggur setiap pengulangan
dipergunakan dalam perhitungan ANOVA. Dari hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa nilai P (P-value) pada kolom Sig. = 0,080 > dari nilai α = 0,05 (5%).
Sehingga dapat dinyatakan bahwa jenis tanah tidak berpengaruh pada
pertumbuhan parameter pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Jestro AG
86 dengan aplikasi NOPKOR.
2. Diameter Batang
Pengamatan pertumbuhan diameter batang tanaman anggur varietas Jestro
AG 86 dilakukan seminggu sekali sampai tanaman berumur 17 minggu. Berikut
ini adalah rata-rata hasil pengamatan pertumbuhan diameter batang tanaman
Tabel 4.VII : Rata-rata hasil pertumbuhan diameter batang tanaman anggur Varietas Jestro AG 86 selama 17 minggu (lampiran4)
Perlakuan Pertumbuhan Diameter Batang (cm)
1 2 3 Rata-rata
Regosol
0,046 0,034 0,041 0,040 Aluvial
0,04 0,036 0,027 0,037 Latosol
0,044 0,039 0,035 0,039 Kontrol
0,032 0,03 0,05 0,037
Pada tabel 4.VI menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter
batang terbesar terdapat pada tanaman yang menggunakan jenis tanah regosol
dengan rata-rata 0,040 cm. Sedangkan rata-rata diameter batang terkecil terdapat
pada tanaman yang menggunakan jenis tanah kontrol dengan rata-rata 0,037 cm.
Untuk mempermudah mengamati hasil penelitian mengenai parameter
pertumbuhan diameter batang tanaman anggur varietas Jestro AG 86 dengan
aplikasi NOPKOR per-minggu dibuat grafik sebagai berikut :
Grafik 4.3 laju pertumbuhan parameter diameter batang menunjukkan
bahwa tanaman yang menggunakan jenis tanah aluvial mempunyai laju
pertumbuhan yang lebih menonjol dibandingkan dengan tanaman anggur yang
menggunakan jenis tanah lainnya. Sedangkan untuk pertumbuhan diameter yang
paling kecil terdapat pada tanaman yang menggunakan tanah kontrol.
Hasil rata-rata diameter batang tanaman anggur varietas Jestro AG 86 pada
tiap jenis tanah dipergunakan dalam perhitungan ANOVA. Dari hasil uji
ANOVA menunjukkan bahwa nilaiP (P-value)pada kolom Sig. = 0,772> dari
nilai α = 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahwa jenis tanah tidak berpengaruh
pada pertumbuhan parameter diameter batang tanaman anggur varietas Jestro
AG 86 dengan aplikasi NOPKOR.
3. Jumlah Daun
Pengamatan pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Jestro AG
86 dilakukan seminggu sekali sampai tanaman berumur 17 minggu. Berikut ini
adalah rata-rata hasil pengamatan pertambahan jumlah daun tanaman anggur
Tabel 4.VIII : Rata-rata hasil pertumbuhan jumlah daun tanaman anggur Varietas Jestro AG 86 selama 17 minggu (lampiran6)
Perlakuan Pertumbuhan Diameter Batang (cm)
1 2 3 Rata-rata
Regosol
1,31 0,44 1,06 0,94 Aluvial
6,38 3,63 2,69 4,23 Latosol
2,25 2,69 1,69 2,21 Kontrol
2,31 4,06 5,31 3,90
Tabel 4.VII menunjukkan bahwa rata-rata hasil pertumbuhan jumlah daun
tertinggi terdapat pada tanaman yang menggunakan media tanah jenis aluvial
dengan rata-rata 4,23 helai daun. Sedangkan rata-rata hasil pertumbuhan jumlah
daun terendah terdapat pada tanaman yang menggunakan tanah jenis regosol
dengan rata-rata 0,94 helai daun.
Untuk mempermudah mengamati hasil pengamatan pertumbuhan jumlah
daun pada tanaman anggur varietas Jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR
Gambar 4.4 : Grafik Laju Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86 dengan Nopkor Setiap Minggu.
Grafik laju pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Jestro AG 86
setiap minggunya hingga diminggu ke-17 menunjukkan bahwa kecepatan
pertumbuhan jumlah daun terdapat pada tanaman yang menggunakan jenis tanah
aluvial dan laju pertumbuhan yang lambat terdapat pada tanaman anggur yang
menggunakan jenis tanah regosol. Minggu pertama hingga minggu ke-4
pertumbuhan jumlah daun yang paling menonjol terdapat pada tanaman dengan
jenis tanah latosol. Mulai minggu ke-5 laju pertumbuhan jumlah daun menurun.
Hasil rata-rata jumlah daun setiap pengulangan dipergunakan dalam
perhitungan ANOVA. Dari hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai P (P-value) pada kolom Sig. = 0,041 < dari nilai α = 0,05 (5%). Sehingga dapat
dinyatakan bahwa tiga jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun
pada tanaman anggur Jestro AG 86 dengan aplikasi NOPKOR. Oleh karena itu
yang menunjukkan pengaruh berbeda secara significant. Dari tabel Post Hoc
Test menunjukkan bahwa pada uji Turkey HDS antara media tanam tanah
aluvial dan regosol pada kolom mean difference diperoleh perbedaan rata-rata
3.29667*. Sehingga kelompok yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan
rata-rata pertambahan tinggi tanaman adalah tanah aluvial dan tanah regosol.,
sedangkan tanah latosol dan kontrol tidak menunjukkan perbedaan rata-rata
terhadap kontrol.
B. PEMBAHASAN
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang disebabkan oleh
pembelahan sel tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Faktor lingkungan yang penting bagi pertumbuhan tanaman
adalah media tanam, yaitu tanah. Kondisi tanah yang baik akan memberikan
media tumbuh yang baik bagi tanaman, sehingga tanaman akan tumbuh secara
optimal (Sitompul dan Guritno, 2010).
Jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah aluvial,
regosol dan latosol, dengan mengaplikasikan NOPKOR. Penambahan NOPKOR
pada tanaman anggur varietas Jestro AG 86 diharapkan agar pertumbuhan
tanaman anggur maksimal. Manfaat pemberian NOPKOR pada tanaman anggur
supaya dapat membantu tanaman menyerap nutrisi dalam tanah.
Kelembaban tanah dan pH tanah mempengaruhi pertumbuhan suatu