• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM c9a289813b BAB III3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS BIDANG CK REVISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM c9a289813b BAB III3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS BIDANG CK REVISI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 1 3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. RPJM Nasional 2015-2019 (Perpres No. 02 Tahun 2015)

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Arahan RPJPN untuk RPJMN 3 bidang infrastruktur adalah sebagai berikut :

1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih

2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota tanpa permukiman kumuh

3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi

5. Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air

6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

Sasaran umum RPJMN 3 tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut :

1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%

2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100% 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain :

1. Pemenuhan program lanjutan

a) Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa)

b) Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI

2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang

3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)

a) Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada RTRW yang sudah ditetapkan

(3)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 2 c) Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya

4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya

a) Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM

b) Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun 2015

5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan)

6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format Konreg yang telah ditetapkan

7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga

8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)

B. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 1. Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan sasaran kegiatan dan indikator yaitu:

a) Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman selama 60 bulan;

b) Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator tersusunnya 10 NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman;

c) Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan permukiman di 507 kab/kota;

d) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator meningkatnya kualitas permukiman di 38.431 Ha daerah perkotaan;

(4)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 3 f) Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dengan indikator meningkatnya

kualitas permukiman di 3.099 Ha kawasan khusus;

g) Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat dengan indikator terselenggaranya pendampingan masyarakat di 11.607 kelurahan;

h) Fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan;

i) Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan inkubasi di 10 kota baru.

Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Permukiman

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perkotaan

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perdesaan

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kawasan Khusus

Fasilitasi Pemda

Provinsi/Kabupaten/Kota

Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan Permukiman Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman

Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman

Perintisan Inkubasi Kota Baru

Memberdayakan Masyarakat Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat

2. Rencana Strategis Bina Penataan Bangunan

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pembinaan Penataan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Penataan Bangunan. Adapun sasaran kinerja dan indikatornya yaitu:

a) Layanan Perkantoran dengan indikator jumlah bulan layanan pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan bina penataan bangunan yang terselenggara selama 60 bulan;

b) Terwujudnya 744 kawasan tematik perkotaan, yang terdiri dari: • Terwujudnya 537 kawasan Ruang Terbuka Hijau

(5)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 4 • Terwujudnya 150 penataan Kawasan Strategis

c) Tersusunnya 250 RTBL sebagai dokumen induk penataan kawasan permukiman; d) Terwujudnya 32 Bangunan Gedung Negara yang berstatus Bangunan Gedung Hijau; e) Tersedianya 10 NSPK terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan selama periode

2015-2019;

f) Tercapainya seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki Peraturan Daerah Bangunan Gedung;

g) Tercapainya 60% Bangunan Gedung yang telah memiliki IMB;

h) Terwujudnya fasilitasi ruang terbuka publik di 1200 kecamatan untuk menonton Film Bertema Revolusi Mental di seluruh Indonesia.

Adapun pengelompokan kegiatan Bina Penataan Bangunan berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Permukiman Penyelenggaraan Bangunan Gedung Penyelenggaraan Penataan Bangunan

Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota

Fasilitasi pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau dan Kota Cerdas Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan Pembinaan dan pengawasan bangunan gedung di kota/kab

Memberdayakan Masyarakat Ruang Terbuka Publik Percontohan

3. Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:

a) Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan Perkotaan dengan indikator terbangunnya SPAM Regional dan pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan berkapasitas 27.479 L/d dan 2.729.750 SR;

(6)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 5 c) Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator

terbangunnya SPAM di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan, SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar, serta SPAM di kawasan strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;

d) Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan;

e) Fasilitasi SPAM di kawasan perdesaan melalui bantuan program dan pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan;

f) Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 473 kawasan.

g) Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum dengan indikator terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di 507 Kabupaten/Kota.

Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan SPAM berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem Permukiman

Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional Pembangunan Infrastruktur SPAM IKK Pembangunan SPAM Ibu Kota

Pemekaran/Perluasan

Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Kumuh Perkotaan

Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Nelayan

Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Rawan Air/ Perbatasan/Pulau Terluar

Pengembangan jaringan perpipaan air minum

Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten Kota

Fasilitasi PDAM

Fasilitasi UPTD/Non-PDAM

Penyelenggaraan, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di Kab/Kota

Memberdayakan Masyarakat Pembangunan Infrastruktur SPAM Berbasis Masyarakat

(7)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 6 dengan memproyeksikan pencapaian pengembangan SPAM tanpa memperhitungkan sumber dana lain diluar APBN.

4. Rencana Strategis Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (air limbah dan drainase) serta Pengembangan Persampahan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat yang terdiri dari pelayanan air limbah, pelayanan persampahan, dan pelayanan drainase. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:

a) Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dengan indikator terselenggaranya 15 NSPK peraturan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman;

b) Pembinaan, Fasilitasi, Pengawasan dan Kampanye serta Advokasi dengan indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman di 507 kabupaten/kota;

c) Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota, Kawasan dan Komunal dengan indikator jumlah kabupaten/ kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota sebanyak 12 kabupaten/kota, jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal sebanyak 4.694 kawasan di 438 kabupaten/kota, dan jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kawasan sebanyak 200 kawasan di 150 kabupaten/kota;

d) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan indikator terbangunnya IPLT di 222 kabupaten/kota;

e) Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya TPA di 163 kabupaten/kota;

f) Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R dengan indikator terbangunnya TPST/3R di 850 kawasan di 334 kabupaten/kota;

g) Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah dengan indikator terbangunnya FPAS di 41 kabupaten/kota;

h) Infrastruktur Drainase dengan indikator luas genangan yang tertangani seluas 4.500 Ha di 192 kabupaten/kota.

(8)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 7 Tabel 3.4. Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Strategi Pendekatan Sasaran Kegiatan

Membangun Sistem

Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kota

Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Kawasan

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir

Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Akhir Sampah Infrastruktur Drainase

Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota

Peraturan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Memberdayakan Masyarakat

Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat Skala Komunal

Infrastruktur TPST/3R

5. Dukungan Manajemen

Dalam rangka menunjang upaya keterpaduan pembangunan bidang permukiman yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya, maka diperlukan dukungan manajemen yang dilakukan melalui tiga kegiatan utama yaitu:

1. Pelayanan Manajemen dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

a) Perencanaan, Pengelolaan, Pembinaan, Penatausahaan, dan jabatan Fungsional dengan indikator tersusunnya 87 Dokumen Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian/Ortala;

b) Tersusunnya dokumen laporan keuangan, tata usaha dan rumah tangga sebanyak 75 laporan;

c) Tersusunnya dokumen anggaran tahunan, pembinaan perbendaharaan, pembinaan PNBP, verivikasi dan LHP dengan indikator 59 laporan administrasi keuangan dan akuntansi;

d) Tersusunnya Peraturan Perundang-undangan, advokasi bantuan hukum, pengelolaan dokumen dan arsip dengan indikator 99 laporan penyelenggaraan kegiatan bantuan hukum dalam rangka penanganan perkara;

e) Pengelolaan tata persuratan, pengelolaan prasarana kantor dan gedung, serta pembinaan aset dan barang milik negara (BMN) dengan indikator 59 dokumen sistem akuntansi barang milik negara;

f) Penyediaan prasarana dan sarana kantor serta inventaris dengan indikator 45 unit prasarana dan sarana gedung kantor dan peralatannya;

(9)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 8 h) Pengelolaan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan

Bangunan (PIP2B) dengan indikator 60 bulan layanan publik (PNBP); i) Pembinaan teknis bidang Cipta Karya di 369 angkatan;

j) Pengelolaan gaji/tunjangan, lembur, dan honorarium serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran selama 60 bulan;

k) Penyelenggaraan pengembangan informasi permukiman dan perkotaan dengan indikator 73 laporan.

2. Penyelenggaraan Keterpaduan Perencaaan dan Kemitraan, Keterpaduan Pembiayaan, Keterpaduan Pelaksanaan, Pengolahan Data dan Sistem Informasi, serta Pemantauan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Bidang Permukiman dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

a) Penyelenggaraan Keterpaduan Perencanaan dan Fasilitasi Kemitraan Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 32 laporan;

b) Penyelenggaraan Keterpaduan Pembiayaan Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;

c) Penyelenggaraan Keterpaduan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;

d) Penyelenggaraan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Bidang permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 40 laporan;

e) Penyelenggaraan Pengolahan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Bidang Permukiman dengan indikator penyusunan laporan sebanyak 35 laporan;

f) Terselenggaranya Perencanaan dan Pengendalian Program Bidang Permukiman sebanyak 320 laporan.

3. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi, dan Persampahan dengan sasaran kinerja yang diukur melalui indikator:

a) Peraturan Pengembangan SPAM, Sanitasi, dan Persampahan dengan indikator penyusunan 25 konsep standar/pedoman/kriteria;

b) Pemantauan dan Pembinaan Penyelenggaraan SPAM dengan indikator 22 laporan pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM dan Sanitasi; c) Fasilitasi Pengembangan Sumber Pembiayaan, Pola Investasi Penyelenggara

(10)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 9 3.1.2. Arahan Penataan Ruang

3.2.1.1. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional 1) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

a) Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan b) Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

c) Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

d) Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia e) Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kbupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

f) Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

g) Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah h) Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor

i) Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional RTRWN menjadi pedoman untuk :

a) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional b) Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

c) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional d) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi f) Penataan ruang kawasan strategis nasional

g) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

2) Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional, meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :

• Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki

(11)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 10 Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :

• Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya • Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani

oleh pusat pertumbuhan

• Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai

• Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya 2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :

• Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung

 Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup  Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

• Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya

 Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya

 Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

• Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional

 Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Strategi :

• Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung

• Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

• Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan

• Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya

• Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun

• Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

(12)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 11 • Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan

• Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah

• Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat

• Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan

• Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi (A) sistem perkotaan nasional, (B) sistem jaringan transportasi nasional, (C) sistem jaringan energi nasional, (D) sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan (E) sistem jaringan sumber daya air. Namun dalam pembahasan yang terkait dengan Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karrya adalah sistem perkotaan nasional.

Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN),Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang dapat berupa :

1. kawasan megapolitan; 2. kawasan metropolitan; 3. kawasan perkotaan besar; 4. kawasan perkotaan sedang; atau 5. kawasan perkotaan kecil.

Untuk Provinsi Jawa Timur PKN ditentukan di Kawasan Perkotaan Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) serta di Malang. Sedangkan PKW di Provinsi Jawa Timur diarahkan pada wilayah Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan. Berikut arahan pengembangan perkotaan di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 3.5. Sistem Perkotaan Nasional dan Arahan Pengembangannya di Provinsi Jawa Timur

No Sistem

Perkotaan Wilayah Arahan

1 PKN Gerbangkertasusila Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

Malang Termasuk dalam tahapan

pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

2 PKW Probolinggo Termasuk dalam tahapan

(13)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 12 No Sistem

Perkotaan Wilayah Arahan

kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

Tuban Termasuk dalam tahapan

pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

Kediri Termasuk dalam tahapan

pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

Madiun Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

Banyuwangi Termasuk dalam tahapan

pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

Jember Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

Blitar Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

Pamekasan Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

Bojonegoro Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

Pacitan Termasuk dalam tahapan

pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

C. Rencana Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: a. Pertahanan dan keamanan;

(14)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 13 d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau

e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.6. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jawa Timur

No Kawasan Strategis

Nasional Kota/Kabupaten Sudut Kepentingan 1 Kawasan Perkotaan Gresik

– Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan

(Gerbangkertosusila)

Kab. Gresik, Kab.

Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,

Kab. Lamongan

Ekonomi

2 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

3 Kawasan Perbatasan Negara Pulau Barung

Kabupaten Jember Pertahanan dan Keamanan

4 Kawasan Perbatasan Negara Pulau Sekel dan Panehan

Kabupaten Trenggalek Pertahanan dan Keamanan

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

3.2.1.2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011—2031

A. Visi dan Misi Penataan Ruang Provinsi

Visi Penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”.

Misi penataan ruang adalah mewujudkan:

1) keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayahdan pertumbuhan ekonomi; 2) pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah

dalam kancah Asia;

3) penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai tambah tinggi;

4) pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;

5) optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam persaingan global;

6) keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan; dan

(15)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 14 B. Arahan Penataan Ruang Wilayah Provinsi

Arahan Pengembangan Struktur Ruang

• Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:

a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;

b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;

c. PKWP : Pasuruan dan Batu;

d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

e. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7. Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur

No Wilayah

Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi 1 Gerbangkertasusila

Plus

Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan,

kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri

2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang

Kota Malang Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri

(16)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 15 No Wilayah

Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Sekitarnya Kabupaten Madiun,

Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi

perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri

Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri

5 Probolinggo–

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan

6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar

Kota Blitar Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi

Perkotaan Banyuwangi

Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031

Arahan Pengembangan Infrastruktur Bidang Cipta Karya • Sistem jaringan sumber daya air meliputi:

a. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;

b. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(17)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 16 d. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah

provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.

Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:

1. Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;

2. Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan Badegan di Kabupaten Ponorogo;

3. Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;

4. Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi;

5. Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun; 6. Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;

7. Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di Kabupaten Lamongan; dan

8. Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan; b. Wilayah Sungai Brantas meliputi:

1. Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;

2. Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;

3. Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang; 4. Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di

Kabupaten Nganjuk;

5. Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan 6. Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung; c. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi:

1. Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan

2. Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo;

d. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:

1. Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan 2. Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan

(18)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 17 e. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk

Kedawang, Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi;

f. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten Jember;

g. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi: 1. Waduk Nipah di Kabupaten Sampang; 2. Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;

3. Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan 4. Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.

Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:

a. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;

b. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan c. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.

Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : a. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;

b. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah; c. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan d. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

Selain rencana pengembangan air baku, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu: a. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;

b. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan

c. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi: 1. WS Welang–Rejoso;

2. WS Pekalen–Sampean; 3. WS Baru–Bajulmati;

4. WS Bondoyudo–Bedadung; dan 5. WS Kepulauan Madura.

• Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :

Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:

a. Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan

b. Sistem drainase perkotaan.

c. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:

 Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik;

(19)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 18  Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;  Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;

 Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;  Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;

 Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan  Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

Arahan Pengembangan Pola Ruang 1. Kawasan Lindung

Rencana kawasan lindung Provinsi Jawa Timur terdiri atas: a) Kawasan hutan lindung;

Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha meliputi :

• Kabupaten Bangkalan; • Kabupaten

Banyuwangi; • Kabupaten Blitar; • Kabupaten Bojonegoro; • Kabupaten Bondowoso; • Kabupaten Jember; • Kabupaten Jombang; • Kabupaten Kediri; • Kabupaten Lamongan; • Kabupaten Lumajang; • Kabupaten Madiun; • Kabupaten Magetan; • Kabupaten Malang; • Kabupaten Mojokerto;

• Kabupaten Nganjuk; • Kabupaten Ngawi; • Kabupaten Pacitan; • Kabupaten Pamekasan; • Kabupaten Pasuruan; • Kabupaten Ponorogo; • Kabupaten Probolinggo; • Kabupaten Situbondo; • Kabupaten Sumenep; • Kabupaten Trenggalek; • Kabupaten Tuban; • Kabupaten Tulungagung; • Kota Batu; dan

• Kota Kediri

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi:

• Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung;

• Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung; • Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

• Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;

(20)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 19 • Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa

memiliki terhadap alam; dan

• Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

b) Kawasan perlindungan setempat;

Kawasan perlindungan setempat meliputi: • Sempadan pantai, meliputi :

 Wilayah pesisir kepulauan Jawa Timur;  Sempadan pantai utara Jawa Timur;  Sempadan pantai timur Jawa Timur; dan  Sempadan pantai selatan Jawa Timur.

Arahan pengelolaan kawasan sempadan pantai meliputi:

 Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi dan dilarang melakukan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai;

 Perlindungan sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria dari kerusakan;

 Pengaturan reorientasi pembangunan di kawasan permukiman, baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan dengan menjadikan pantai dan laut sebagai bagian dari latar depan;

 Penanaman bakau di kawasan yang potensial untuk menambah luasan area bakau;

 Pemanfaatan kawasan sepanjang pantai di dalam kawasan lindung disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan pesisir;

 Penyediaan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya bencana;

 Pemantapan fungsi lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai;

 Mengarahkan lokasi bangunan di luar sempadan pantai, kecuali bangunan yang harus ada di sempadan pantai; dan

 Penetapan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian.

• Sempadan sungai, meliputi :

Sempadan sungai terletak di sepanjang aliran sungai di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:

(21)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 20  Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk

bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;

 Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan

 Penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing.

• Kawasan sekitar danau atau waduk, meliputi :

Kawasan terletak di sekitar danau atau waduk di Jawa Timur Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk meliputi :

 Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

 Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;

 Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya lainnya di sekitar lokasi danau atau waduk diizinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air; dan

 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.

• Kawasan sekitar mata air

Kawasan sekitar mata air yang terletak di seluruh kawasan sekitar mata air di Jawa Timur.

Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air meliputi:

 Penetapan perlindungan pada sekitar mata air minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman;

 Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

 Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;

 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;

 Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air; dan

 Perlindungan sekitar mata air yang terletak pada kawasan lindung tidak dilakukan secara khusus sebab kawasan lindung tersebut sekaligus berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan dan air.

• Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.

(22)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 21  Kawasan permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro;  Kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;

 Kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi; dan

 Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.

Arahan pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi:  Pelestarian kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang masih

terdapat di berbagai wilayah kabupaten/kota;

 Pembatasan dan pelarangan perubahan keaslian kawasan dengan pemodernan ke bentuk lain; dan

 Perlindungan terhadap kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal ditetapkan dalam peraturan yang terdapat pada rencana tata ruang kabupaten/kota.

c) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : • Suaka margasatwa

Suaka margasatwa ditetapkan seluas kurang lebih 18.009 ha yang merupakan kawasan lindung nasional meliputi :

 Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak di Kecamatan Krucil, Sumber Malang, Panti, dan Sukorambi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Jember ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 14.177 ha.

 Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 3.832 ha.

Arahan pengelolaan kawasan suaka margasatwa meliputi :  Pelestarian ekosistem yang masih berkembang;

 Pemerketatan patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi merambahnya kawasan budi daya ke kawasan lindung; dan

 Penerapan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut, terutama dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya lahan kawasan lindung.

• Cagar alam

(23)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 22  Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas

sekurang-kurangnya 7 ha;

 Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;

 Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 19 ha;

 Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;

 Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 17 ha;

 Gunung Abang di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 50 ha;

 Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 28 ha;

 Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 190,50 ha;

 Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban dengan luas sekurang-kurangnya 3 ha;

 Kawah Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 2.468 ha;  Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas

sekurang-kurangnya 12 ha;

 Nusa Barong di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 6.100 ha;

 Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 9 ha;

 Pulau Bawean di Kabupaten Gresik dengan luas sekurang-kurangnya 725 ha;

 Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik dengan luas sekurang-kurangnya 15 ha;

 Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep dengan luas sekurang-kurangnya 430 ha;

 Pulau Sempu di Kabupaten Malang dengan luas sekurang-kurangnya 877 ha; dan

 Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha.

Arahan pengelolaan kawasan cagar alam meliputi:

 Rehabilitasi tanah rusak/kawasan kritis terutama pada kelerengan 40%;  Pengelolaan cagar alam;

(24)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 23  Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan karakteristik

kawasan dengan mengedepankan fungsi lindung kawasan. • Kawasan pantai berhutan bakau

Kawasan pantai berhutan tersebar di sepanjang pantai utara, pantai timur, dan pantai selatan Jawa Timur serta wilayah pesisir kepulauan.

Arahan pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau meliputi :

 Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau yang dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai; dan

 Pengembangan pariwisata berwawasan edukasi tanpa mengubah rona alam di kawasan pantai berhutan bakau.

• Taman nasional

Taman Nasional ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 180.202 ha yang terdiri atas :

 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan luas sekurang-kurangnya 50.276 ha;

 Taman Nasional Baluran dengan luas sekurang-kurangnya 25.000 ha;  Taman Nasional Meru Betiri dengan luas sekurang-kurangnya 58.000

ha;

 Taman Nasional Alas Purwo dengan luas sekurang-kurangnya 43.420 ha; dan

 Taman Nasional Perairan Baluran dengan luas sekurang-kurangnya 3.506 ha.

Arahan pengelolaan Taman Nasional meliputi:

 Pengembalian fungsi konservasi pada kawasan taman nasional; dan  Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan karakteristik

kawasan dengan mengedepankan fungsi lindung kawasan. • Taman hutan raya

Taman Hutan Raya (Tahura) yaitu Tahura R. Soeryo ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 27.868,30 ha, terletak di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu.

Arahan pengelolaan Tahura meliputi:

 Pelestarian alam, yaitu flora, fauna, dan ekosistemnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 Pengelolaan tahura partisipatif dengan masyarakat desa penyangga;  Reboisasi dengan melakukan penanaman pohon endemik/konservatif

yang dapat digunakan sebagai perlindungan; dan

(25)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 24 • Taman wisata alam

Taman Wisata Alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 298 ha yang terdiri atas :

 Taman Wisata Alam Tretes di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 10 ha;

 Taman Wisata Gunung Baung di Kabupaten Pasuruan dengan luas sekurang-kurangnya 195 ha; dan

 Taman Wisata Alam Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 92 ha.

Arahan pengelolaan Taman Wisata Alam meliputi:

 Pemerketatan/pengendalian izin mendirikan bangunan pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi atau sesuai kriteria kawasan lindung;

 Pengembalian fungsi lindung pada wilayah yang telah dibuka dengan reboisasi sesuai dengan jenis tumbuhan dengan tegakan yang dapat memberikan fungsi lindung; dan

 Pengembangan kegiatan pariwisata alam. • Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdiri atas:  Lingkungan nonbangunan;

 Lingkungan bangunan non-gedung;

 Lingkungan bangunan gedung dan halamannya; dan  Kebun raya.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan nonbangunan terdiri atas:

 Monumen keganasan PKI di Kabupaten Madiun;  Monumen Trisula di Kabupaten Blitar;

 Petilasan Gunung Kawi di Kabupaten Malang;  Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kabupaten Kediri; dan  Situs Purbakala Trinil di Kabupaten Ngawi.

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan nonbangunan meliputi:

 Pelestarian kawasan sekitar dan pemberian gambaran berupa relief atau sejarah yang menerangkan objek/situs tersebut

 Pembinaan masyarakat sekitar dan ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah;

(26)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 25 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan bangunan non-gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

 Arca Totok Kerot di Kabupaten Kediri;

 Candi Cungkup, Makam Gayatri, dan Candi Dadi di Kabupaten Tulungagung;

 Candi Jawi di Kabupaten Pasuruan;  Candi Jolotundo di Kabupaten Mojokerto;

 Candi Penataran dan Candi Simping di Kabupaten Blitar;

 Candi Singosari, Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Badut di Kabupaten Malang;

 Kawasan Trowulan di Kabupaten Mojokerto;

 Kompleks Makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wachid Hasyim, Gus Dur, dan Sayyid Sulaiman di Kabupaten Jombang;

 Makam Asta Tinggi di KabupatenSumenep;  Makam Batoro Katong di Kabupaten Ponorogo;  Makam Batu Ampar di Kabupaten Pameksan;

 Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri (Giri Kedaton), Makam Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh, dan Kawasan Gunung Surowiti di Kabupaten Gresik;

 Makam Sunan Bonang di Kabupaten Tuban;  Makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan;

 Makam Syaikona Kholil dan Pesarean Aer Mata Ebu di Kabupaten Bangkalan;

 Recolanang di Kabupaten Mojokerto;

 Situs Sarchopagus dan Megalith di Kabupaten Bondowoso; dan  Makam Sunan Ampel dan Mbah Bungkul di Kota Surabaya.

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan bangunan non-gedung meliputi:

 Peningkatan pelestarian situs, candi, dan artefak lain yang merupakan peninggalan sejarah;

 Pengembangan pencarian situs bersejarah, terutama di kawasan Jolotundo, Trowulan di Kabupaten Mojokerto serta di wilayah lainnya;  Pendirian museum purbakala sebagai sarana penelitian dan pendidikan

bagi masyarakat; dan

 Pengembangan kawasan sebagai objek daya tarik wisata sejarah.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan bangunan gedung dan halamannya terdiri atas :

(27)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 26  Pelestarian bangunan pabrik gula di Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten

Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Malang;

 Makam Proklamator, Museum Bung Karno, Istana Gebang, Petilasan Aryo Blitar, dan Monumen PETA (Soeprijadi) di Kota Blitar; dan  Bangunan bersejarah dan cagar budaya di Kota Surabaya.

Arahan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa lingkungan bangunan gedung dan halamannya meliputi:

 Pelestarian bangunan kuno;  Penjagaan keaslian bangunan;

 Pemfungsian bangunan tersebut sehingga dapat terkontrol dan terawat kelestariannya; dan

 Pelindungan bangunan peninggalan sejarah.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berupa kebun raya d, yaitu Kebun Raya Purwodadi di Kabupaten Pasuruan seluas kurang lebih 85 ha. d) Kawasan rawan bencana alam;

Kawasan rawan bencana alam meliputi :

• Kawasan rawan tanah longsor, yang tersebar di beberapa wilayah sebagai berikut :

 Kab. Banyuwangi;  Kab. Blitar;  Kab. Bojonegoro;  Kab. Bondowoso;  Kab. Jember;  Kab. Probolinggo;  Kab. Situbondo;  Kab. Trenggalek;  Kab. Tuban;

 Kab. Tulungagung; dan  Kota Batu.

Adapun arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor dapat dilakukan melalui penataan ruang dan rekayasa teknologi.

Arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor melalui penataan ruang meliputi :

 Pengidentifikasian lokasi rawan longsor;

 Pengarahan pembangunan pada tanah yang stabil;

 Pemanfaatan wilayah rentan longsor tinggi sebagai ruang terbuka hijau;  Pengendalian daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman

(28)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 27  Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan

jarak tanamnya tepat.

Arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor melalui rekayasa teknologi meliputi :

 Perbaikan drainase tanah;

 Pembangunan berbagai pekerjaan struktur;

 Pembangunan terasering dengan sistem drainase yang tepat;  Pembuatan tanggul penahan, khusus untuk runtuhan batu; dan

 Peningkatan dan pemeliharaan drainase, baik air permukaan maupun air tanah.

• Kawasan rawan gelombang pasang

Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan pada kawasan pesisir sepanjang pantai adalah kawasan yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura, Samudera Hindia, atau dengan kawasan kepulauan. Arahan pengelolaan kawasan rawan gelombang pasang meliputi:

 Reklamasi pantai

 Pembangunan pemecah ombak  Penataan bangunan di sekitar pantai;  Pengembangan kawasan hutan bakau; dan  Pembangunan tembok penahan ombak • Kawasan rawan banjir

Kawasan rawan banjir meliputi :  Kab. Bangkalan;

 Kab. Banyuwangi;  Kab. Blitar;  Kab. Bojonegoro;  Kab. Bondowoso;  Kab. Gresik;  Kab. Mojokerto;  Kab. Nganjuk;

(29)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 28 Adapun arahan pengelolaan kawasan rawan banjir dapat dilakukan melalui penataan ruang dan mitigasi struktural. Arahan pengelolaan kawasan rawan banjir melalui penataan ruang meliputi :

 Identifikasi wilayah rawan banjir;

 Pengarahan pembangunan untuk menghindari daerah rawan banjir yang dilanjutkan dengan kontrol penggunaan lahan;

 Revitalisasi fungsi resapan tanah;

 Pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi sarana dan prasarana;

 Penyuluhan kepada masyarakat mengenai mitigasi dan respon terhadap kejadian bencana banjir; dan

 Peningkatan koordinasi antarpemangku kepentingan.

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dengan upaya mitigasi struktural meliputi:

 Pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai serta tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami;

 Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir; dan

 Pengerukan sungai dan pembuatan sudetan sungai, baik saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan.

• Kawasan rawan bencana kebakaran hutan

Kawasan rawan bencana kebakaran hutan di Jawa Timur meliputi :  Kawasan di Gunung Arjuno;

 Kawasan di Gunung Kawi;  Kawasan di Gunung Welirang;  Kawasan di Gunung Kelud; dan  Kawasan Tahura R. Soeryo

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana kebakaran hutan meliputi :  Pelaksanaan kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian

kebakaran lahan dan hutan;  Peningkatan penegakan hukum;

 Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran, khususnya untuk penanggulangan kebakaran secara dini;

 Pengembangan sumber air untuk pemadaman api;

 Pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian, dan hutan;

 Pencegahan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;

(30)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 29  Penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang

heterogen;

 Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya;  Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar; dan  Pembentukan kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran lahan

dan hutan. 

• Kawasan rawan angin kencang dan puting beliung.

Kawasan rawan bencana angin kencang dan puting beliung meliputi seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana angin kencang dan puting beliung meliputi:

 Pengembangan tanaman tahunan tegakan tinggi yang rapat di sekitar permukiman;

 Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin; dan

 Pengembangan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap gaya angin.

e) Kawasan lindung geologi; dan Kawasan lindung geologi meliputi: • Kawasan cagar alam geologi

Kawasan cagar alam geologi terdiri atas :  Kawasan keunikan bentang alam;  Kawasan keunikan batuan dan fosil; dan  Kawasan keunikan proses geologi

Kawasan keunikan bentang alam, berupa kawasan karst lindung meliputi :  Kab. Bangkalan;

 Kab. Blitar;  Kab. Lamongan;  Kab. Malang  Kab. Pacitan;  Kab. Pamekasan;

 Kab. Ponorogo;  Kab. Sampang;  Kab. Sumenep;  Kab. Trenggalek;  Kab. Tuban; dan  Kab. Tulungagung Arahan pengelolaan kawasan karst lindung meliputi :

 Penetapan lahan sebagai kawasan konservasi dan tidak diizinkan untuk alih fungsi lahan serta mutlak tidak boleh dieksploitasi;

 Percepatan reboisasi lahan yang rusak agar sifat peresapannya masih tetap berfungsi; dan

(31)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 30 Kawasan keunikan batuan dan fosil meliputi :

 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trowulan di Kabupaten Mojokerto;

 Pantai Watu Ulo di Kabupaten Jember;  Kabuh di Kabupaten Jombang;

 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Perning di Kabupaten Mojokerto;

 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Wringanom di Kabupaten Gresik;

 Situs geologi–arkeologi (geoarkeologi) Trinil di Kabupaten Ngawi;  Formasi kujung Kecamatan Panceng di Kabupaten Gresik;

 Pantai Popoh di Kabupaten Tulungagung;  Teluk Grajagan di Kabupaten Banyuwangi;

 Desa Trinil di Kabupaten Mojokerto, lokasi penemuan pertama fosil manusia homo erectus;

 Sepanjang Bengawan Solo di sekitar Ngandong, lokasi penemuan homo ngandongensis; dan

 Kedungbrubus di timur laut Ngawi, lokasi penemuan fosil vertebrata. Arahan pengelolaan kawasan keunikan batuan dan fosil meliputi:

 Penetapan kawasan sebagai kawasan konservasi dan tidak diizinkan untuk melakukan kegiatan pertambangan dan membangun bendungan di atasnya;

 Pembuatan papan nama yang menunjukkan pentingnya kawasan tersebut; dan

 Pembuatan papan narasi geologi di kawasan-kawasan tersebut dan brosur sebagai media sosialisasi ke masyarakat dan pelajar/mahasiswa. Kawasan keunikan proses geologi meliputi:

 Mud Vulcano desa Katol Barat kecamatan Geger di Kabupaten Bangkalan, Gununganyar di Kota Surabaya, dan Kalanganyar di Kabupaten Sidoarjo; dan

 Semburan Lumpur Sidoarjo di Kabupaten Sidoarjo.

Arahan pengelolaan kawasan keunikan proses geologi meliputi :

 Penetapan kawasan sebagai kawasan konservasi dan tidak diizinkan untuk melakukan kegiatan pertambangan dan membangun bendungan di atasnya;

 Pembuatan papan nama yang menunjukkan pentingnya kawasan tersebut; dan

(32)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 31 • Kawasan rawan bencana alam geologi

Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi :  Kawasan rawan letusan gunung api;

 Kawasan rawan gempa bumi  Kawasan rawan tsunami; dan  Kawasan rawan luapan lumpur.

Kawasan rawan letusan gunung api meliputi:  Kawasan sekitar Gunung Ijen;

 Kawasan sekitar Gunung Semeru;  Kawasan sekitar Gunung Bromo;  Kawasan sekitar Gunung Lamongan;  Kawasan sekitar Gunung Arjuno-Welirang;  Kawasan sekitar Gunung Kelud; dan  Kawasan sekitar Gunung Raung.

Arahan pengelolaan kawasan rawan letusan gunung api meliputi:  Identifikasi daerah bahaya letusan gunung api;

 Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting jauh atau di luar dari kawasan rawan bencana letusan gunung api;

 Penghindaran kegiatan budi daya di kawasan risiko bencana letusan gunung api;

 Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api;

 Pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana;

 Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengenalan risiko bermukim di kawasan sekitar gunung api, mitigasi bencana, dan tindakan dalam menghadapi bencana gunung api; dan

 Peningkatan kesiapan dan koordinasi segenap pemangku kepentingan dalam mengantisipasi dan menghadapi kejadian bencana gunung api. Kawasan rawan gempa bumi meliputi:

 Kab. Banyuwangi;  Kab. Blitar;  Kab. Bondowoso;  Kab. Jember;  Kab. Jombang;  Kab. Kediri;  Kab. Lumajang;  Kab. Madiun;  Kab. Magetan;

(33)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 32  Kab. Trenggalek;  Kab. Tulungagung.

Arahan pengelolaan kawasan rawan gempa bumi dapat dilakukan melalui penataan ruang dan rekayasa teknologi. Arahan pengelolaan kawasan rawan gempa bumi melalui penataan ruang meliputi:

 Identifikasi lokasi dan tingkat risiko gempa bumi;

 Penempatan bangunan perumahan dan fasilitas umum yang vital di wilayah yang aman dari gempa bumi;

 Pengarahan struktur bangunan sesuai dengan karakteristik risiko gempa bumi;

 Pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi sarana dan prasarana;

 Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengenalan upaya dalam menghadapi kejadian gempa; dan

 Peningkatan kesiapan dan koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam mengantisipasi dan menghadapi kejadian bencana gempa bumi. Arahan pengelolaan kawasan rawan gempa bumi melalui rekayasa teknologi meliputi:

 Pengembangan teknik konstruksi tahan gempa; dan

 Verifikasi kapabilitas bangunan dan pekerjaan rekayasa untuk menahan kekuatan gempa, terutama bendungan.

Kawasan rawan tsunami meliputi:  Kabupaten Banyuwangi;  Kabupaten Jember;  Kabupaten Pacitan;  Kabupaten Trenggalek;

 Kabupaten Malang (bagian selatan);  Kabupaten Blitar (bagian selatan);  Kabupaten Lumajang; dan

 Kabupaten Tulungagung.

Arahan pengelolaan kawasan rawan tsunami dapat dilakukan melalui penataan ruang dan rekayasa teknologi. Arahan pengelolaan kawasan rawan tsunami melalui penataan ruang meliputi:

 Pembatasan pembangunan fasilitas umum di zona rawan bencana tsunami;

 Penyediaan zona penyangga untuk mengurangi energi tsunami; dan  Pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi sarana dan

(34)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 33 Arahan pengelolaan kawasan rawan tsunami melalui rekayasa teknologi meliputi:

 Pelengkapan sistem peringatan dini;

 Pemerkuatan bangunan agar tahan terhadap tekanan gelombang dan arus kuat;

 Pemodifikasian sistem transportasi untuk dapat memfasilitasi evakuasi massal secara cepat

 Penggunaan struktur penahan gelombang laut untuk menahan atau mengurangi tekanan tsunami.

Kawasan luapan lumpur meliputi area terdampak dari bahaya luapan lumpur, polusi gas beracun, dan penurunan permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Arahan pengelolaan kawasan luapan lumpur meliputi:

 Penanganan luapan lumpur;

 Penanganan infrastruktur sekitar semburan lumpur;  Pengamanan Kali Porong; dan

 Penanganan dampak sosial masyarakat akibat luapan lumpur.

Arahan pengelolaan kawasan luapan lumpur dengan penanganan luapan lumpur meliputi:

 Peningkatan kapasitas tampungan kolam lumpur yang dilaksanakan secara bertahap dan dapat berfungsi melindungi permukiman dan infrastruktur vital; dan

 Pemanfaatan debit Kali Porong yang cukup besar di musim hujan untuk melancarkan aliran endapan lumpur dengan pengerukan di muara sungai, pengerukan dasar laut di muara, membangun dermaga (jetty) untuk mengendalikan aliran lumpur, dan memanfaatkan sebagian lumpur untuk mereklamasikan daerah pantai.

Arahan pengelolaan kawasan luapan lumpur dengan penanganan infrastruktur sekitar semburan lumpur meliputi:

 Penanganan sistem drainase dengan memperbaiki atau membuat saluran drainase baru agar dapat mengalirkan air hujan/drainase lingkungan;

 Normalisasi saluran drainase utama (Kali Ketapang dan Afvour Jatianom);

 Perbaikan jalan lingkungan untuk mengurangi beban lalu lintas di jalan arteri Porong dengan memanfaatkan jalan lingkungan

 Perbaikan sebagian ruas jalan arteri Porong;

(35)

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 34  Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan bebas hambatan Surabaya–

Gempol (segmen Porong–Gempol), relokasi jalur kereta api Sidoarjo– Gunung Gangsir, relokasi saluran udara tegangan tinggi (SUTET), dan konstruksi relokasi pipa air baku PDAM Kota Surabaya.

Arahan pengelolaan kawasan luapan lumpur dengan pengamanan Kali Porong meliputi:

 Penjagaan kapasitas pengaliran Kali Porong; dan

 Penjagaan keamanan tanggul dan tebing sungai dengan memasang perlindungan tebing sungai/tanggul.

Arahan pengelolaan kawasan luapan lumpur dengan penanganan dampak sosial masyarakat akibat luapan lumpur meliputi:

 Pemberian bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena dampak luapan lumpur maupun penurunan tanah;

 Perlindungan sosial terhadap hak-hak masyarakat atas harta benda miliknya yang hilang atau berkurang karena dampak luapan lumpur; dan

 Pemulihan sosial masyarakat yang terkena dampak luapan lumpur • Kawasan imbuhan air tanah.

Kawasan imbuhan air tanah, yaitu kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah (CAT), meliputi:

 CAT Lintas Provinsi yaitu CAT Lasem, CAT Randublatung, dan CAT Ngawi-Ponorogo

 CAT Lintas Kabupaten/Kota yaitu CAT Surabaya-Lamongan, CAT Tuban, CAT Panceng, CAT Brantas, CAT Bulukawang, CAT Pasuruan, CAT Probolinggo, CAT Jember-Lumajang, CAT Besuki, CAT Bondowoso-Situbondo, CAT Wonorejo, CAT Ketapang, CAT Sampang-Pamekasan, dan CAT Sumenep.

 CAT Kabupaten yaitu CAT Sumberbening, CAT Banyuwangi, CAT Blambangan, CAT Bangkalan, dan CAT Toranggo.

Arahan pengelolaan kawasan imbuhan air tanah meliputi:  Pemertahanan kemampuan imbuhan air tanah;

 Pelarangan kegiatan pengeboran, penggalian atau kegiatan lain dalam radius 200 (dua ratus) meter dari lokasi pemunculan mata air; dan  Pembatasan penggunaan air tanah, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari. f) Kawasan lindung lainnya

Gambar

Tabel 3.1. Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman
Tabel 3.2. Sasaran Kegiatan Pembinaan Penataan Bangunan
Tabel 3.3. Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum
Tabel 3.4. Sasaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pusat permukiman baru yang dipromosikan dalam Kabupaten Bireuen adalah Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), antaralain: a. Kawasan ini akan merujuk kepada pengembangan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan

Arah Kebijakan dalam M elaksanakan Strategi ”Pengembangan Infrastruktur”. Mewujudkan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sumber daya air, pelayanan air minum dan

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; ditetapkan secara nasional.

kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur) untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata. Bahwa pengembangan pusat

Oleh karena itu, rencana sistem pelayanan SPAM Perkotaan difokuskan pada pengembangan sistem eksisting, terutama untuk jaringan perpipaan wilayah Kabupaten Jepara..

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang

7.12 Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten Alor Tahun 2011 – 2015 7.13 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Kabupaten Alor 7.14 Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan