• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA KOTA SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA KOTA SOLOK"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM RPJMN

rahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, berisikan arahan pembangunan

berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra

Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

1. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;

2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan;

3. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

4. Meningkatkan kualitas hidup manusia;

5. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

6. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik;

7. Melakukan revolusi karakter bangsa

8. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia;

Secara sederhana ketrkaitan Amanat RPJMN 3 (2015-2019 ) dan Nawacita dapat dilihat

pada ilustrasi gambar berikut

ARAHAN KEBIJAKAN &

RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG

(2)

Dari ilustrasi gambar tersebut dapat dilihat sasaran Sasaran Pembangunan

Infrastruktur Cipta Karya Dalam RPJMN 2015 - 2019

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui

penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan

keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan

khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan

bangunan hijau; dan (iii) menciptakan building codes.

3. Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan

tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan

maupun di perdesaan.

4. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,

sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar

melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan,

(3)

A. “Visi dan Misi RPJMN 2015-2019”

Kerangka Visi Indonesia 2019 adalah:

“Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Dengan penjelasan sebagai berikut:

Indonesia yang Berdaulat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan

sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini

dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mandiri. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi

manusia.

Berkepribadian berlandaskan Gotong – royong . Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat

(4)

3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.2.1 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen

perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid,

diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka

perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011

sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan

Penjelasan umum koridor ekonomi :

1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra Produksi

dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah kelapa sawit, batu

bara, karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu

pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat

sunda.

2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong Industri dan

Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi,

perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.

3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl

Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu

Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata,

peternakan, dan perikanan.

5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan

(5)

6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat

Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah

pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

3.1.2.2 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).

Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim

di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi

rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan

pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas

pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi

dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata

kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan

kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di

Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,

transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,

pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi

(6)

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

 Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun

2014;

 Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI

KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA

PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,

termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

 Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

 Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

 Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal

coverage;

 Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

 Penguatan sustainable livelihood.

TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

(7)

 Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

3.1.2.3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas

tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan

untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi

di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan

untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi

nasional.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan

peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan

geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan

kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan

sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi,

antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan

(8)

Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, fungsi

KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa,

industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan

telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas

satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri,

pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan

untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan

lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan

KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan

di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta

mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas

Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan

Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan,

pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan

oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih

diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa

perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas

nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan

ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di

dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3.1.2.4 Direktif Presiden

Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program

Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara, Gubernur dan Kepala

Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan

(9)

program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam

Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program :

1. Pro rakyat;

2. Keadilan untuk semua (justice for all);

3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals -

MDG’s).

Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:

1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan

kecil;

2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

a. Program keadilan bagi anak;

b. Program keadilan bagi perempuan;

c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:

a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d. Program penurunan angka kematian anak;

e. Program kesehatan ibu;

f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

Arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kota

dapat disimpulkan bahwa Kota Solok tidak merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN),

(10)

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS

Dalam arahan wilayah pengembangan strategis, untuk Sumatera Barat berada di kota

Padang , Lubuk Alung (Kab Padang pariaman) dan Kota Pariaman atau PALAPA.

Namun dalam RTRW Kota Solok Arahan pengembangan Wilayah Kota Solok dapat

dilihat pada uraian berikut.

3.1.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Tujuan penataan ruang Kota Solok adalah :

“Mewujudkan Kota Solok sebagai Kota Perdagangan, Jasa dan Pendidikan berbasis

Agribisnis Melalui Optimasi Penyediaan Prasarana dan Sarana Perkotaan dengan Tetap Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan”

Adapun penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Solok tersebut adalah:

1) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota perdagangan dan jasa yang

modern;

2) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota pendidikan;

3) Mewujudkan pengembangan sektor perdagangan dan jasa yang berbasis

pertanian;

4) Mewujudkan optimasi penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang serasi dan

seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung

wilayah;

5) Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Solok yang mampu mengakomodir

kebutuhan pengembangan wilayah sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di

Provinsi Sumatera Barat.

Kebijakan pengembangan Struktur Ruang di Kota Solok, meliputi :

1) Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhirarki, dengan strategi sebagai berikut :

a) Mengoptimalkan fungsi pusat pelayanan kota untuk mendukung pusat

pengembangan perdagangan dan jasa yang modern;

(11)

c) Mengembangkan sub pusat pelayanan pada kawasan Laing dan kawasan

Tanah Garam sesuai daya dukung lahannya;

d) Meningkatkan keterkaitan antara pusat pelayanan dengan sub pusat

pelayanan dan pusat lingkungan;

2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi,

telekomunikasi, energi/listrik, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kota, dengan strategi sebagai berikut :

a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan transportasi dan mewujudkan

keterpaduan pelayanan transportasi regional dan lokal serta keterpaduan

antar moda;

b) Mengoptimalkan jaringan telekomunikasi telepon jaringan kabel dan

memfasilitasi pengembangan infrastruktur telekomunikasi nirkabel

c) Meningkatkan jaringan listrik dan mengembangkan alternatif sumber

pembangkit listrik lainnya

d) Meningkatkan kualitas prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem

jaringan sumber daya air

e) Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan yang

meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan, jalur pejalan kaki

(pedestrian) dan jalur evakuasi bencana.

3) Pengembangan dan peningkatan kualitas pusat-pusat kegiatan perdagangan dan

jasa. Strategi yang akan dikembangkan adalah:

a) meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat perdagangan dan jasa

yang sudah ada;

b) mengembangkan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa terutama yang

dapat mendukung kegiatan agribisnis meliputi distribusi serta pemasaran hasil

produksi pertanian wilayah Kota Solok dan wilayah sekitarnya; dan

c) mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung bagi

pengembangan kegiatan perdagangan, dan jasa.

4) Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan. Strategi yang akan dikembangkan adalah:

a) Meningkatkan kualitas pusat-pusat pendidikan yang sudah ada;

(12)

c) Mewujudkan pengembangan pendidikan terpadu dan sekolah berasrama

(boarding school).

Kebijakan pengembangan Pola Ruang di Kota Solok, meliputi :

A. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung :

1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut :

a) Menetapkan kawasan lindung dan kawasan penyangga (buffer zone) pada

hutan lindung sesuai ketentuan yang berlaku;

b) Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi

ekosistemnya;

c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah

menurun kualitasnya.

2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut :

a) Mencegah tindakan yang secara langsung dapat mengakibatkan

terganggunya fungsi kawasan lindung;

d) Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat memberi nilai tambah

bagi masyarakat tanpa mengurangi fungsi kawasan lindung.

B. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya :

1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya, dengan strategi sebagai berikut :

a) Mengembangkan kawasan budidaya yang mendukung kegiatan sektor

perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri dalam rangka mendorong

pengembangan perekonomian kota

b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana

perkotaan untuk mendukung fungsi Kota Solok sebagai Pusat Kegiatan

Wilayah di Provinsi Sumatera Barat.

2) Perwujudan kawasan permukiman yang berbasis mitigasi bencana, dengan strategi sebagai berikut :

a) Menetapkan pengaturan untuk pengembangan pembangunan fisik pada

kawasan rawan gempa sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian

akibat bencana.

b) Mengarahkan pengembangan kawasan perumahan dengan Prasarana

(13)

3) Perwujudan kawasan perdagangan dan jasa yang berdaya saing global, dengan strategi sebagai berikut :

a) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mempunyai

aksesibilitas tinggi;

b) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mendukung

pengembangan kawasan agribisnis;

c) Menyediakan ruang, prasarana dan sarana untuk sektor informal dalam

mendukung usaha kecil dan menengah (UKM);

d) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan

perdagangan dan jasa.

4) Perwujudan kawasan pertanian yang dapat mendukung pengembangan

agribisnis di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut :

a) Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah yang mempunyai

ketersediaan air terjamin;

b) Mengembangkan usaha tani di lahan kering dengan memperhatikan

potensi komoditi dan lahan;

c) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan pertanian.

5) Perwujudan kawasan pariwisata di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut:

a) mengembangkan dan meningkatkan potensi wisata alam dan

sejarah/budaya

b) mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata

yang ada di Kota Solok dan sekitarnya.

6) Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan, dengan strategi sebagai berikut :

a) mengembangkan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan;

b) mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya melalui

mekanisme perizinan dan mekanisme insentif dan disinsentif.

7) Penetapan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ekonomi dan daya dukung lingkungan, dengan strategi sebagai berikut:

a) Menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan strategis perdagangan

dan jasa;

b) Menetapkan dan melestarikan Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kelurahan

(14)

c) Mendorong pengembangan kawasan wisata Pulau Belibis sebagai salah

satu pusat kegiatan di alam terbuka (outbond) di Provinsi Sumatera Barat.

8) Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara

dengan strategi sebagai berikut :

a) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar kawasan

pertahanan dan keamanan;

b) turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/ Tentara

Nasional Indonesia (TNI).

3.1.3.2. Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Cipta Karya) Rencana sistem pusat pelayanan

Rencana sistem pusat pelayanan Kota Solok adalah sebagai berikut :

1) Pusat Pelayanan Kota, yaitu : Kawasan Pusat Kota Solok yang berlokasi di Kelurahan Pasar Pandan Air Mati, Kelurahan Koto Panjang dan Kelurahan Kampung

Jawa dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat

perdagangan dan jasa.

2) Sub Pusat Pelayanan Kota, bertujuanuntuk meningkatkan pelayanan internal yang tersebar di 3 (tiga) kawasan, yaitu :

a. Kawasan Laing yang berlokasi di Kelurahan Laing dengan skala pelayanan

regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perkantoran pemerintah.

b. Kawasan Simpang Rumbio yang berlokasi di Kelurahan Simpang Rumbio

dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat

transportasi regional

c. Kawasan Tanah Garam yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam dengan skala

pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi pertanian.

3) Pusat Lingkungan, bertujuan untuk meningkatkan pelayanan lingkungan yang tersebar pada 6 (enam) kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Jawa, Tanjung Paku,

(15)

G

amb

ar P

e

ta

St

ru

k

tur R

u

ang

Kota S

ol

(16)

G

amb

ar P

e

ta

R

e

n

c

a

na P

ol

a

Ru

ang

Kota

Solo

(17)

Secara lebih jelas mengenai rencana pusat-pusat pelayanan di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 : Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Solok

No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Wilayah

Cakupan

(18)

No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Wilayah Cakupan

Skala Pelayanan

1. Kampung Jawa Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi

Toko dan Jasa Lain

Lingkungan

2. Tanjung Paku Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi

Toko dan Jasa Lain

Lingkungan

3. Aro IV Korong Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi

Toko dan Jasa Lain

Lingkungan

4. IX Korong Perumahan Prasarana sosial dan

ekonomi

Toko dan Jasa Lain

Lingkungan

3. Kampai Tabu Karambia

Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi

Toko dan Jasa Lain

Lingkungan

6. VI Suku Perumahan Prasarana sosial dan

ekonomi

Warung dan Jasa Lain

Lingkungan

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

Rencana Sistem Infrastruktur Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut sebagai SPAM bertujuan untuk

menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan

kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.

Sistem penyediaan air minum yang dikembangkan di Kota Solok adalah melalui dua

sistem pelayanan yaitu Sistem Perpipaan dengan kontribusi pelayanan sebesar 70% dan

Sistem non perpipaan berupa sumur air tanah dengan kontribusi pelayanan sebesar 30%

Berdasarkan standar pelayanan minimal (KepMenkimpraswil No.534/2001), maka

kebutuhan air bersih untuk Wilayah Kota Solok sampai akhir tahun perencanaan (tahun

2031) adalah 3.792.914 ltr/hari. Secara lebih jelas mengenai Rencana Kebutuhan Air

(19)

Tabel 3.2 : Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Solok Sampai Tahun 2031

No Pelanggan Pelayanan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2021 2026 2031

Proy Penduduk 60.661 61.953 63.273 64.621 63.997 67.403 74.893 83.217 92.465

1 Domestik

(100lt/jw/hr) dan 1.819.830 1.858.590 1.898.190 1.938.630 1.979.910 2.022.090 2.246.790 2.496.510 2.773.950

1 SR/kk 3.640 3.717 3.796 3.877 3.960 4.044 4.494 4.993 3.548

2 Non Domestik (10%)

dari Domestik 1.213 1.239 1.265 1.292 1.320 1.348 1.498 1.664 1.849

3 Hidran Umum /Kran

umum (30lt/jw/hr)

dan

543.949 557.577 569.457 581.589 593.973 606.627 674.037 748.953 832.185

1 HU/50 org 121.322 123.906 126.546 129.242 131.994 134.806 149.786 166.434 184.930

Total 2.488.314 2.541.312 2.593.458 2.650.753 2.707.197 2.764.871 3.072.111 3.413.561 3.792.914

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

Rencana Pengembangan Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan di Kota Solok

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Pincuran Gadang dengan

kapasitas debit air 8,01 liter perdetik;

b. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Tabek Puyuh dengan kapasitas

debit air 25,22 liter perdetik;

c. peningkatan kapasitas produksi sumber air Tabit dengan kapasitas debit air

18,27 liter perdetik;

d. peningkatan kapasitas unit produksi IPA KTK dengan kapasitas debit air 80 liter

perdetik;

e. peningkatan kapasitas produksi sumber air Sungai Guntung dengan kapasitas debit

air 36,27 liter perdetik;

f. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Sumani dengan kapasitas debit

air 100 liter per detik;

g. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Lembang dengan kapasitas

debit air 200 liter per detik;

h. peningkatan kapasitas produksi sumber air Payo dengan kapasitas debit air 50 liter

(20)

i. pengembangan Jaringan pipa primer berlokasi pada pinggiran jalan Arteri dan

Kolektor yang berhubungan langsung dengan sumber air bersih.

j. Pengembangan jaringan pipa sekunder berlokasi pada sepanjang pinggiran jalan

Kolektor sekunder dan jalan lokal.

k. Selain itu dalam menjaga kuantitas dan kualitas sumber air bersih maka perlu

dilakukan pengamanan dan pengawasan serta penindakan terhadap kegiatan yang

merusak sumber air bersih

Sistem Pengelolaan Air Limbah

Sistem Pengelolaan Air limbah bertujuan di Kota Solok bertujuan untuk pengurangan,

pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman,

perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang

berlaku.

Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kota Solok, meliputi :

a. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) dilakukan pada kawasan

perumahan kepadatan tinggi di Kelurahan Koto Panjang; kawasan perdagangan dan

jasa di Kelurahan PPA, dan kawasan industri di Kelurahan Simpang Rumbio dan

Kelurahan Tanah Garam;

b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terletak di Kelurahan Kampung Jawa

c. sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) dilakukan secara individual

melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan

yang belum memiliki sistem terpusat; dan

d. lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis,

lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona

penyangga, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa.

Fasilitas penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja berupa truk tinja yang diolah di

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Kampung Jawa

bersebelahan dengan TPA eksisting.

Sistem Persampahan

Sistem persampahan di Kota Solok bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Sistem persampahan yang dikembangkan di Kota Solok, meliputi :

a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem lahan urug saniter (Sanitary Landfill)

(21)

b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berlokasi pada kawasan di luar pusat

kota;

c. Kontainer berlokasi pada kawasan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan

kota; dan

d. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) dengan konsep 3R (reduce, reuse,

dan recycle) berlokasi pada koridor jalan-jalan utama yang padat kawasan

terbangun.

Hasil proyeksi dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkimpraswil

No. 534/2001), maka jumlah timbulan sampah di Kota Solok pada akhir tahun

perencanaan (2031) adalah sebesar 184,93 m3/hari. Secara lebih jelas mengenai Prediksi

timbulan sampah pada akhir tahun perencanaan (tahun 2031) dapat dilihat pada Tabel

berikut ini :

Tabel 3.3

Prediksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kota Solok Sampai Tahun 2031

Tong

Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2011

No Tahun Proy.Penduduk (jiwa)

Rata-rata Timbulan Sampah (2lt/jw/hr)

Kebutuhan Sarana Persampahan

Rencana sistem persampahan di Kota Solok mengacu pada ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

1) Rencana pengembangan jumlah dan kepadatan penduduk

2) Rencana Struktur Tata Ruang dan Jaringan Jalan

3) Potensi dan masalah pengembangan persampahan

4) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

(22)

1. Penyusunan rencana induk persampahan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas sarana dan prasarana persampahan;

2. peningkatan pelayanan prasarana persampahan di area Non Komersial pada tahun

2031 meliputi :

a. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah akan diangkut langsung ke

TPA; dan

b. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah dikelola melalui metode 3R.

3. peningkatan sistem penanganan sampah berupa pengolahan sampah, daur ulang,

penggunaan kembali (reuse) dan pemanfaatan lainnya; dan

4. pembentukan badan atau lembaga yang mengelola persampahan pada area

komersial berupa kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta kawasan

strategis.

Sistem Drainase

Sistem jaringan drainase ditetapkan dalam rangka mengurangi banjir dan genangan air

untuk kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan dan

jalan, yang terdiri dari jaringan drainase primer, jaringan drainase sekunder, dan jaringan

drainase tersier. Pengembangan sistem jaringan drainase diatur lebih detail dan teknis

dalam rencana induk sistem jaringan drainase.

Sistem pembuangan air hujan (drainase) di Kota Solok pada dasarnya menggunakan

sungai sebagai saluran alamiah. Dalam perencanaan dan pengelolaan saluran

pembuangan air hujan, wilayah Kota Solok dibagi atas 4 sistem drainase atau sesuai

dengan jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) eksisting. Pola penyaluran air hujan

dilakukan dengan pola acak (random), dengan memanfaatkan saluran-saluran alamiah

terdekat sebagai badan penerima. Sistem pengaliran menggunakan sistem gravitasi

(tanpa pemompaan), sehingga zona pengalirannya terbagi-bagi sesuai dengan kondisi

topografi wilayah. Rencana arahan pengembangan saluran pembuangan air hujan di

Kota Solok ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1) Sistem aliran limpasan merupakan sistem yang kontinyu dan mengikuti kontur

permukaan wilayah;

2) Kontruksi teknis saluran pembuangan dirancang berdasarkan besarnya limpasan

(23)

Pengembangan drainase diarahkan pada peningkatan dan perbaikan jaringan saluran

untuk setiap Daerah Perencanaan Drainase (DPD) dan normalisasi aliran sungai / saluran

makro untuk memperlancar aliran limpasan. Pembuatan saluran pembuangan baru

diarahkan pada lokasi yang rawan genangan air hujan. Pemeliharaan kebersihan saluran

diprioritaskan pada saluran pembuangan tertutup yang terdapat di bawah jalur pejalan

kaki di kawasan komersial. Adanya sampah pada saluran mengakibatkan terjadinya

genangan dan endapan lumpur pada saluran yang menghambat aliran. Dalam kondisi

ekstrim, aliran yang terhambat dapat meluap menggenangi kawasan sekitarnya,

sehingga mengganggu kebersihan, sanitasi dan estetika lingkungan. Khusus untuk

saluran tertutup, perlu diperhatikan kelengkapan kontruksi pendukungnya, seperti

street inlet dan manhole.

Secara umum Rencana pengembangan saluran pembuangan air hujan (drainase) di

Wilayah Kota Solok meliputi :

1) Rencana saluran Drainase Primer (Badan air penerima) berupa sungai Batang

Lembang, Batang Gawan dan Batang Bingung.

2) Rencana saluran Drainase Sekunder mengikuti kondisi alam (kontur eksisting) dan

sebagian mengikuti Pola Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor.

3) Rencana saluran Drainase tersier yang berlokasi pada seluruh jaringan jalan yang

akan ditetapkan secara lebih detail dalam rencana induk sistem drainase.

Sesuai dengan rencana, potensi dan masalah eksisting drainase di Kota Solok, maka

dalam jangka pendek perlu dilakukan tindaklanjut sebagai berikut :

 Penyusunan rencana induk sistem drainase Kota Solok;

 Peningkatan atau perbaikan saluran drainase Pada Jalan Arteri dan Kolektor

menjadi saluran permanen;

 Peningkatan berupa perbaikan dan pembangunan saluran drainase baru pada Jalan

lokal menjadi saluran permanen;

 Pembangunan saluran drainase pada kawasan perumahan yang berlokasi di pusat

kota.

Jalur Evakuasi Bencana

Dalam rangka mengurangi korban jiwa dan dampak kerusakan dari gejala alam

diperlukan sebuah kajian mitigasi bencana yang diwujudkan ke dalam pemetaan rawan

bencana, rencana jalur penyelamatan/evakuasi (escape road), dan rencana lokasi

penyelamatan darurat (shelter). Dengan demikian diharapkan dampak dari bencana

(24)

Jalur evakuasi bencana bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan

sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana.

Terkait dengan penentuan jalur evakuasi bencana, maka terdapat beberapa kriteria

dasar yang diperlukan dalam penentuan jalur evakuasi bencana di Kota Solok, yaitu :

1) Jalur evakuasi bencana adalah jalur penyelamatan menuju ke tempat lebih aman.

2) Jalur evakuasi merupakan jalur-jalur dirancang untuk memudahkan penduduk

menuju lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi ruang evakuasi bencana.

3) Jalur evakuasi ini adalah terdiri dari jalan-jalan formal dengan rumija yang besar

untuk mengantisipasi terjadinya pergerakan penduduk dalam jumlah yang besar.

4) Lebar jalur evakuasi harus cukup baik, mudah dilewati dan lebar, yaitu lebarnya

dapat dilewati oleh 2 (dua) kendaraan atau lebih.

5) Jalur evakuasi harus menjauh dari sumber bencana dan dampak lanjutan dari

bencana.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jalur evakuasi bencana di Kota Solok meliputi

rencana jalur penyelamatan atau evakuasi (escape road) dan rencana lokasi

penyelamatan darurat (shelter) baik dalam skala kota, kawasan, maupun lingkungan.

Rencana jalur evakuasi bencana di Kota Solok, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Jalur evakuasi bencana gempa bumi diutamakan menggunakan jaringan jalan arteri

dan kolektor di Kota Solok yang meliputi :

a. ruas Jalan Imam Bonjol;

b. ruas Jalan KH. Dewantoro;

c. ruas Jalan A. Yani;

d. ruas Jalan Diponegoro;

e. ruas Jalan Lubuk Sikarah;

f. ruas Jalan Proklamasi;

g. ruas Jalan M. Hatta;

h. ruas Jalan Ahmad Dahlan; dan

i. ruas Jalan Nasir ST Pamuncak.

2) Jalur evakuasi bencana banjir diutamakan menggunakan ruas jalan Masjid Agung

Aro dan jalan Bypass KTK.

3) Jalur evakuasi bencana longsor menggunakan jalur jalan Lingkar Utara dan jalan

(25)

3.1.3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah

Kawasan lindung di Kota Solok adalah sebagai berikut:

1) Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai

status dan fungsi hutan, maka luas hutan lindung yang ada di Kota Solok adalah

seluas + 343 Ha, kawasan hutan lindung ini tersebar di Kelurahan Tanah Garam

seluas + 188 Ha dan di Kelurahan Laing seluas + 155 Ha.

2) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Pelestarian Alam bertujuan untuk menjaga

kelestarian hutan, melindungi keanekaragaman hayati dan perlindungan

keseimbangan tata guna air yang diintegrasikan dengan kegiatan wisata

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai

status dan fungsi hutan, maka luas Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kota Solok adalah

770 Ha. KSA ini berada di ujung bagian barat Kota Solok, yakni di Kelurahan Tanah

Garam.

3) Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk memelihara kelestarian kawasan

lindung itu sendiri, terdiri dari :

a. Kawasan Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Kawasan

sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan,

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

sungai.

Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan

perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya

yang ada pada sungai termasuk danau dan awaduk dapat dilaksanakan sesuai

(26)

 Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh

aktifitas yang berkembang di sekitarnya;

 Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber

daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus

menjada fungsi sungai;

 Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.

Mengacu kepada Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis

Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan

Bekas Sungai, maka kriteria penetapan garis sempadan sungai di Kota Solok

terdiri dari :

 Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;

 Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.

Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan

sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

didasarkan pada kriteria :

 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan

20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15

(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)

meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter

dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Adapun total rencana luas kawasan sempadan sungai di Kota Solok adalah

seluas ± 11,44 ha, yang berlokasi pada sungai-sungai sebagai berikut :

 Sungai Batang Lembang;

 Sungai Batang Bingung; dan

 Sungai Batang Gawan;

b. Kawasan Sempadan Mata Air yang berfungsi untuk menjaga kualitas dan

kuantitas mata air dengan luas + 4 ha yang berlokasi pada 2 (dua) tempat, yaitu :

 Sempadan Mata air Kawasan Pulau Belibis di Kelurahan Kampung Jawa; dan

(27)

c. Kawasan Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah 50 meter (kiri

dan kanan) dari tengah jaringan SUTT. Kawasan sempadan SUTT terdapat di

Kelurahan Kampung Jawa, VI Suku, dan Tanah Garam dengan total luas lahan

± 48,80 Ha.

d. Kawasan Sempadan Rel Kereta Api adalah 11 (sebelas) meter dari tengah rel

kereta api (Ketentuan UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian). Kawasan ini

membentang dari arah utara menuju ke pusat Kota Solok selanjutnya ke arah

timur menuju ke Sawahlunto, melalui Kelurahan Tanah Garam, VI Suku,

Kampung Jawa, Nan Balimo, Tanjung paku, Pasar Pandan Air Mati dengan total

luas lahan ± 13,15 Ha.

4) Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana berfungsi untuk meminimalisasi dampak bencana alam

sekaligus berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Kawasan bencana alam di Kota

Solok adalah kawasan rawan longsor dan kawasan dan rawan gempa bumi yang

umumnya berlokasi pada daerah dengan kemiringan lahan > 40% dengan total luas

± 106,46 Ha. Lokasi kawasan ini berlokasi tersebar di Kelurahan Tanah Garam dan

Laing. Umumnya, lokasi tersebut merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan

yang memang diperuntukan sebagai kawasan konservasi. Kawasan rawan bencana

alam dengan kerentanan sangat tinggi di Kota Solok berlokasi di Kelurahan Sinapa

Piliang, IX Korong dan Kampung Jawa

5) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas kota,

yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Berdasarkan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan, maka kawasan

yang dapat dimasukkan/terkategorikan sebagai kawasan RTH Publik di Kota Solok

adalah : Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan Sempadan Mata Air, Kawasan

Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (SUTT), Kawasan Sempadan Rel Kereta

Api, Taman, jalur hijau jalan, kuburan, lapangan olahraga non perkerasan dan Hutan

(28)

tersebut, maka total luas kawasan RTH di Kota Solok adalah + 1.457,62 Ha (25,29%).

Untuk RTH privat diperkirakan mencapai + 580,99 Ha atau 10,08% dari total luas

kota. Lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan RTH Publik di Kota Solok

dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Rencana Pengembangan Kawasan Ruang Terbuka Hijau (Publik) di Kota Solok Tahun 2031

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan, RTRW

Pola ruang kawasan budidaya adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Peruntukan Perumahan; berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang berlokasi tersebar pada setiap

Kelurahan dengan arahan kepadatan sesuai dengan arahan kepadatan penduduk,

yaitu sebagai berikut :

a. Perumahan kepadatan tinggi pada kawasan sekitar pusat kota (Pusat Pelayanan

Kota), yang sebagian besar berlokasi di Kelurahan Koto Panjang, Pasar Pandan

Air Mati ,Tanjung Paku, Nan Balimo dan Kampung Jawa dengan luas + 352,02 Ha.

b. Perumahan kepadatan sedang pada kawasan yang berdekatan dengan pusat

pelayanan kota yang berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa, Nan Balimo dan

Simpang Rumbio dengan luas + 97,99 Ha.

Kec. Lubuk Sikarah Kec. Tanjung Harapan Kota (Ha) Luas (%)

I RTH PUBLIK

TOTAL RTH 1155.62 271.08 1426.70

LUAS WILAYAH (HA) 3500.00 2264.00 5764.00

% RTH 33.02 11.97 24.75

TOTAL RTH 264.67 315.93 580.60

LUAS WILAYAH (HA) 3500.00 2264.00 5764.00

(29)

c. Perumahan kepadatan rendah berlokasi pada kawasan yang tidak termasuk

kawasan sekitar pusat pelayanan kota, yaitu dikembangkan ke arah utara, Barat,

dan selatan Kota Solok. Perumahan kepadatan rendah ini mencapai luas yang

dominan, yaitu 1.320,06 Ha.

2. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi melalui lapangan usaha perdagangan, pasar

tradisonal, pusat perbelanjaan dan toko modern serta sektor jasa dengan lahan

seluas ± 265,74 Ha berlokasi pada kawasan sebagai berikut :

a. Kawasan Pusat Pelayanan kota

b. Kawasan Sub Pusat Simpang Rumbio

c. Kawasan Sub Pusat Tanah Garam

d. Kawasan Sub Pusat Laing

e. Seluruh kawasan koridor Jalan kolektor yaitu Jl. Nasir Sutan Pamuncak yang

melewati Terminal Bareh Solok;

f. Kawasan Koridor Jl. Soekarno – Jl. M Hatta (Jalan Arteri Primer).

3. Kawasan Peruntukan Perkantoran; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi kegiatan perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta dengan luas lahan ±

23,53 Ha, yang berlokasi di Kelurahan Laiang, Kampung Jawa, Nan Balimo, Pasar

Pandan Air Mati, Aro IV Korong, Simpang Rumbio, dan Kampai Tabu Kerambia.

4. Kawasan Peruntukkan Industri; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi kegiatan industri meliputi lahan seluas 7,89 Ha, terdiri dari :

a. Kawasan peruntukan Industri Kecil dan Mikro berupa industri rumah tangga

berlokasi tersebar pada setiap Kelurahan.

b. Kawasan peruntukan Industri Menengah berupa industri pengolahan hasil

pertanian dan alat-alat pertanian diarahkan pengembangannya di Kawasan

Simpang Rumbio dan Tanah Garam.

5. Kawasan Peruntukan Pariwisata; berfungsi untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan pariwisata, usaha sarana pariwisata dan

usaha lain yang terkait dengan sektor pariwisata. Kawasan peruntukan pariwisata

di Kota Solok terbagi atas 2 jenis obyek wisata berupa jenis obyek wisata alam serta

jenis obyek wisata sejarah dan budaya, dengan arahan pengembangan sebagai

(30)

a. Kawasan pariwisata alam, berupa Wisata Alam Air Terjun Sarasa Batimpo Indah

berlokasi di Kelurahan Laing, Taman Rekreasi Pulau Belibis berlokasi di

Kelurahan Kampung Jawa, Panorama Puncak Payo berlokasi di Kelurahan Tanah

Garam;

b. Kawasan pariwisata budaya, yaitu Makam Syeh Sialahan (Kelurahan KTK), Surau

Latiah (Kelurahan KTK), Lesung Batu Inyiak Gulambai ( Kelurahan Aro IV

Korong), Lesung Batu Baiduang (Kelurahan KTK), Batu Laweh Tempat Sujud

Syeh Maulana (Kelurahan Tanjung Paku), Gedung SMPN 1 / Bekas HIS (Kelurahan

Kampung Jawa), Rumah Gadang Gajah Maaram (Kelurahan KTK), Arena Pacuan

Kuda Ampang Kualo (Kelurahan Kampung Jawa), Medan Nan Bapaneh

(Kelurahan IX Korong), serta Stasiun KA (Kelurahan Kampung Jawa).

6. Kawasan Peruntukan Pertanian; berfungsi untuk menjaga keberlangsungan ketersediaan pangan dan lahan pertanian di Kota Solok, meliputi ;

a. kawasan budidaya tanaman pangan pertanian berupa sawah (seluas 490,06

ha); yang lokasinya tersebar di Kelurahan VI Suku, Tanjung Paku, Sinapa Piliang,

IX Korong, Kampai Tabu Kerambil, Aro IV Korong, dan Tanah Garam

b. kawasan budidaya hortikultura (seluas 1.171,64 ha), yang lokasinya tersebar

Kelurahan Tanah Garam, Laiang, Tanjung Paku, Nan Balimo, Kampung Jawa,

VI Suku

c. kawasan budidaya peternakan (seluas 10,07 ha), yang lokasinya berada di

Kelurahan Tanah Garam dan Kelurahan Kampung Jawa.

7. Kawasan peruntukan lainnya; berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada kawasan-kawasan yang tidak termasuk dalam kawasan perumahan, kawasan

perdagangan dan jasa, kawasan Perkantoran, kawasan industri dan kawasan

pariwisata, yang terdiri dari :

a. Kawasan TPA sampah dan IPLT dengan luas masing-masing + 8,40 Ha dan

0,36 Ha, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa

b. Kawasan Pendidikan berlokasi tersebar pada setiap kelurahan dengan luas lahan

± 35,43 Ha;

c. Kawasan Peribadatan berlokasi tersebar pada setiap Kelurahan dengan luas

(31)

d. Kawasan Kesehatan berlokasi di kawasan pusat kota dengan luas lahan +

3,56 Ha;

e. Kawasan Prasara Olahraga utama di Kawasan Laiang dan didukung oleh

kawasan lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Kota Solok;

f. Kawasan Stasiun berlokasi di Kampung Jawa, dengan luas lahan ± 0,53 Ha;

g. Kawasan Terminal dengan luas lahan ± 3,36 Ha berlokasi di Simpang Rumbio,

kawasan pusat kota dan kawasan Laing;

h. Kawasan Militer/Hankam berlokasi pada kawasan pusat kota dengan luas lahan

± 1,08 Ha;

i. Kawasan TPU berlokasi di Kampung Jawa dengan luas lahan ± 1,12 Ha;

Tabel 3.5

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Solok Tahun 2031

(32)

No. Peruntukan Ruang Luas Ha %

j. Terminal 3,36 0,06

k. Stasiun KA 0,53 0,01

Kota Solok 3.764,00 100,00

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 Keterangan :

- * RTH di atas adalah RTH murni yang terdapat di Kota Solok meliputi Hutan Kota 313,74 ha (5,44%), taman 117,66 ha (2,04%), dan pemakaman 1,12 ha (0,02%);

** Namun untuk memenuhi capaian minimum 20% RTH publik, maka kawasan yang terkategorikan sebagai RTH berdasarkan permen pu 05/2008, yang dapat dimasukkan sebagai RTH publik, terdiri dari KSA /KPA 772,12 ha (13,40%), Buffer Hutan Lindung 121,08 ha (2,10%), Sempadan KA 12,65 ha (0,22%), Sempadan Sungai 11,16 ha (0,19%), Sempadan SUTT 46,19 ha (0,80%).

Ruang Terbuka Non Hijau adalah berupa :

Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak

termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa

badan air. Rencana pengembangan ruang terbuka non hijau di Kota Solok adalah

sebagai berikut:

a. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau berupa perkerasan yang

berbentuk koridor sebagai ruang pejalan kaki akan dikembangkan di sepanjang

jalur jalan arteri dan jalan kolektor serta pada kawasan-kawasan yang

diidentifikasi akan menimbulkan bangkitan pergerakan pejalan kaki;

b. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai ruang terbuka publik

berbentuk plaza akan dikembangkan di Kawasan Pusat Kota dan beberapa

kawasan yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan perdagangan dan

jasa;

c. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai lapangan olahraga yang

diperkeras berlokasi sesuai dengan kondisi yang sudah ada saat ini dan juga

dikembangkan pada setiap pusat lingkungan.

d. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai sarana parkir yang

diperkeras berlokasi pada setiap bangunan non rumah tinggal sesuai dengan

ketentuan standar parkir yang akan diatur lebih lanjut dengan Paraturan

Walikota.

e. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai ruang terbuka biru

(33)

9. Kawasan Peruntukan Ruang bagi Kegiatan Sektor Informal

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal di Kota Solok

diintegrasikan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.

Rencana pengembangan ruang bagi kegiatan sektor informal di Kota Solok adalah

sebagai berikut :

a. pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima dengan model pembagian

waktu (time sharing) dapat dilakukan pada tempat-tempat tertentu dengan

komoditas yang memiliki ciri tertentu sehingga dapat membentuk image ruang

melalui pengembangan kegiatan yang spesifik. Pada ruang yang sama dapat

dikembangkan 2 fungsi yang berbeda dengan pengaturan waktu yang berbeda

(multi layer space);

b. penertiban pedagang kaki lima yang menguasai ruang-ruang publik sehingga

menyebabkan berkurangnya fungsi ruang tersebut atau mengganggu

kelancaran lalu-lintas; dan

c. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang akan diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Walikota pada rencana yang lebih rinci.

10. Ruang Evakuasi Bencana

Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang lainnya

yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi. Potensi

bencana di Kota Solok adalah berupa gempa bumi, banjir dan longsor serta

kebakaran (kawasan pusat kota). Sehingga diperlukan adanya ruang-ruang yang

dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bencana bagi penduduk Kota Solok.

Adapun beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penentuan ruang

evakuasi bencana tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ruangan-ruangan yang bersifat publik seperti lapangan-lapangan terbuka,

kawasan parkir, tegalan ataupun area pertanian kering

b. Terletak tidak lebih dari 1 km dari konsentrasi penduduk yang harus

diselamatkan

c. Tidak terletak pada daerah permukiman padat ataupun kawasan terbangun

(34)

d. Terletak pada jaringan jalan yang aksesibel/mudah dicapai dari semua arah

dengan berlari/berjalan kaki

e. Tidak terletak pada daerah yang termasuk zona kerentanan gempa tinggi dan

longsor

f. Diperkirakan setiap orang akan membutuhkan ruang minimum 2 m², sehingga

daya tampung ruang penyelamatan dapat dihitung.

g. Lokasi untuk evakuasi bencana dapat dikembangkan sebagai multi layer space,

dimana pada waktu terjadi bencana alam dapat berfungsi sebagai ruang

evakuasi dan pada waktu tidak terjadi bencana berfungsi sebagai ruang terbuka

publik (baik berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau).

Berdasarkan hal tesebut, maka rencana lokasi ruang evakuasi bencana di Kota

Solok adalah sebagai berikut :

a. Taman Lapangan Merdeka

b. Taman Pramuka

c. Lapangan Olahraga yang berlokasi pada kawasan pendidikan

d. Lapangan parkir terminal Bareh Solok

e. Lapangan parkir terminal Pusat Kota

f. Lapangan parkir yang berlokasi pada kawasan perkantoran

g. Seluruh Ruang Terbuka Hijau Publik yang berlokasi diluar zona kerentanan

(35)

G

amb

ar P

e

ta

R

e

n

c

a

na E

va

k

uas

i Be

nc

ana

Kota S

ol

(36)

11. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan; berfungsi untuk mendukung upaya pertahanan dan keamanan negara dan turut serta untuk memelihara dan

menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan Negara.

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di Kota Solok meliputi Kecamatan

Tanjung Harapan dan Kecamatan Lubuk Sikarah dengan luas lebih kurang 1,09 Ha.

3.1.3.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis.

Kawasan strategis kota berfungsi :

1) Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan

keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam

mendukung penataan ruang wilayah kota

2) Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan

kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai

pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan

3) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam

rencana struktur dan rencana pola ruang

4) Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota

5) Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.

Rencana kawasan strategis di Kota Solok terdiri dari :

 Kawasan Strategis dari sudut kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut

kepentingan ekonomi;

 kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya

dukung lingkungan hidup.

Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi merupakan

kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi

kota dan merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki potensi

ekonomi cepat tumbuh, sektor unggulan, dukungan jaringan prasarana dan fasilitas

penunjang kegiatan ekonomi.

Rencana Kawasan strategis di Kota Solok dari sudut kepentingan ekonomi meliputi:

(37)

a. Potensi ekonomi cepat tumbuh

b. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi sangat

memadai

2) Kawasan Wisata Pulau Belibis, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa dengan pertimbangan :

a. Potensi ekonomi cepat tumbuh

b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

c. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memadai

3) Kawasan Terminal Bareh Solok, berlokasi di Kelurahan Simpang Rumbio dengan pertimbangan :

d. Potensi ekonomi cepat tumbuh

e. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

f. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memadai

4) Kawasan Agribisnis, yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam, dengan pertimbangan :

a. Potensi ekonomi cepat tumbuh

b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

c. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memada

Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan sudut

kepentingan lingkungan hidup.

Rencana kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan

hidup di Kota Solok adalah kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

dengan kawasan penyangganya yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam, dengan

pertimbangan sebagai berikut :

a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati

b. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap

tahun berpeluang menimbulkan kerugian

(38)

G

amb

ar P

e

ta

R

e

n

c

a

na

K

aw

as

an St

rat

e

gi

s

Kota S

o

lo

(39)

3.1.4 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SOLOK TAHUN 2016-2021.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Solok

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Solok Tahun 2016-2021. RPJMD

ini antara lain memuat visi, misi, tujuan sasaran, program, serta arah kebijakan

pembangunan.

A. Visi Pembangunan Tahun 2016-2021

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, visi dan misi

pembangunan jangka menengah daerah adalah visi dan misi kepala daerah yang terpilih

dalam Pemilhan Kepala Daerah (Pilkada). Visi dan misi kepala daerah ini selanjutnya

dijadikan dasar utama untuk penyusunan strategi dan kebijakan umum pembangunan

daerah dalam RPJMD ini. Alasannya karena visi dan misi sudah disetujui oleh mayoritas

masyarakat Kota Solok yang dibuktikan oleh hasil pemungutan suara dalam Pilkada

tahun 2015 yang lalu. Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip pembangunan dalam era

demokratisasi dan otonomi yaitu seluruh kebijakan pembangunan daerah harus sesuai

dengan keinginan dan aspirasi masyarakat daerah bersangkutan secara keseluruhan.

Sedangkan visi pembangunan jangka menengah daerah pada dasarnya adalah kondisi

masyarakat yang diharapkan dapat diwujudkan melalui kegiatan pembangunan dalam

periode 5 tahun mendatang. Visi tersebut harus ditetapkan secara realistis dengan

memperhatikan kondisi masyarakat dewasa ini serta kemampuan daerah untuk

mewujudkan visi tersebut dimasa mendatang. Karena itu, visi haruslah bersifat kongkrit,

realistis dan tidak muluk-muluk sesuai dengan kondisi dan kemampuan warga kota dan

pemerintah daerah setempat.

Visi Walikota dan Wakil Walikota Solok terpilih dalam pemilihan kepala daerah

(PILKADA) yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015 yang lalu adalah sebagai

(40)

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA SOLOK YANG BERIMAN, BERTAQWA DAN

SEJAHTERA MENUJU KOTA PERDAGANGAN, JASA SERTA PENDIDIKAN YANG MAJU DAN MODERN”

Dari visi tersebut terlihat bahwa terdapat 4 ciri pokok yang masa depan kondisi

masyarakat kota Solok yang diharapkan dapat diwujudkan dalam periode 5 tahun

mendatang. yaitu:

1. Masyarakat yang beriman dan bertaqwa adalah masyarakat yang berlandaskan

pada tuntunan agama Islam. Ini berarti bahwa warga kota yang diharapkan adalah

yang taat menjalankan syariat Islam dalam seluruh segi kehidupan masyarakat. Tata

kehidupan masyarakat yang demikian ditandai oleh moral dan akhlak yang baik

berdasarkan ketentuan agama, peduli sosial dan hidup rukun dengan seluruh

warga masyarakat termasuk yang beragama non Islam. Dengan kata lain warga

kota yang diharapkan dimasa mendatang adalah masyarakat selalu menjaga

keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan dan dengan masyarakat secara

keseluruhan;

2. kehidupan, yaitu berpenghasilan cukup, berbadan sehat dan terdidik. Pada

masyarakat yang berpenghasilan Masyarakat yang sejahtera adalah warga kota

yang memenuhi paling kurang tiga unsur penting dalam cukup akan ditandai oleh

terus berkurangnya jumlah penduduk miskin dalam masyarakat. Berbadan sehat

ditandai oleh derajat kesehatan masyarakat yang semakin tinggi dan terus

menurunnya jumlah penderita sakit. Sedangkan masyarakat terdidik ditandai oleh

terlaksananya wajib belajar 12 tahun dan meningkatnya kualitas pendidikan

masyarakat secara menyeluruh;

3. Menuju kota perdagangan dan jasa berarti bahwa masa depan kegiatan ekonomi

kota yang diharapkan adalah menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan

perdagangan dan jasa. Ini berarti bahwa orientasi kehidupan ekonomi kota adalah

pada kegiatan bisnis dan yang efisien dan mampu bersaing dalam era globalisasi

dan persaingan bebas dewasa ini;

4. Pendidikan yang maju dan modern berarti bahwa kharakteristik sumberdaya kota

yang diharapkan terwujud di Kota Solok ke depan adalah yang berpendidikan tinggi

(41)

maju tersebut ditandai oleh terdistribusinya kegiatan pendidikan secara merata

keseluruh lapisan warga kota dengan kualitas yang cukup tinggi.

B. Misi

Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas. Rumusan misi merupakan

penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus

dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran

serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh

(42)

Untuk mencapai visi tersebut, Walikota Solok menyusun misi sebagai berikut:

Tabel 3.6 Keterkaitan Visi dan Misi Daerah

C. Tujuan dan Sasaran

- Pada dasarnya tujuan mengandung makna sebagai penjabaran/implementasi dari

pernyataan misi. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu

dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis

daerah dan permasalahan pembangunan daerah. Sedangkan sasaran megandung

makna sebagai penjabaran dari tujuan, merupakan hasil yang diharapkan dari suatu

tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk

dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Berikut ini adalah

penjabaran tujuan dan sasaran dari masing-masing misi.

Visi Misi

Terwujudnya

Masyarakat Kota

Solok Yang Beriman,

Bertaqwa Dan

Sejahtera Menuju

Kota

Perdagangan,Jasa,

Serta Pendidikan

Yang Maju dan

Modern

1. Mewujudkan Kehidupan masyarakat yang berlandaskan ABS-SBK “ Syara’

Mangato Adaik Mamakai”.

2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Bersih Serta Reformasi Birokrasi

3. Mewujudkan Pendidikan dan Kesehatan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Sumberdaya

manusia dan generasi muda yang Beriman, sehat, cerdas, kreatif,

tangguh dan Berdaya Saing

4. Menjadikan Kota Solok Sebagai Pusat Perdagangan Hasil-Hasil Pertanian, Perkebunan dan Ekonomi Kerakyatan yang Tangguh Berbasis Potensi

Unggulan Daerah Melalui Perdagangan, Pariwisata dan Jasa Lainnya Serta

Menciptakan Iklim Investasi yang Kondusif

5. Menekan Angka Kemiskinan dan Mengurangi Permasalahan Sosial lainnya

Gambar

Gambar    Peta Struktur Ruang  Kota Solok
Gambar    Peta Rencana  Pola  Ruang  Kota Solok
Tabel 3.2 : Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Solok Sampai Tahun 2031
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas (infrastruktur) untuk mendukung kegiatan pengembangan ekonomi utama pariwisata. Bahwa pengembangan pusat

Kecamatan Peusangan Siblah Krueng berada di Gampong Leung Danun sebagai pengembangan yang berfungsi pada bidang perdagangan, pertanian lahan basah, perkebunan dan

pelarangan alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung; pembatasan pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar kawasan yang ditetapkan

3 Meningkatkan daya dukung infrastruktur dalam skala mantap untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial 3.1 Meningkatnya kualitas infrastruktur Kota Bandar Lampung

Sasaran Program Perbaikan dan Pengembangan Unit Pelayanan Tanjung Langkat  Meningkatkan kinerja bagian sumber sampai dengan pelayanan, khususnya kualitas,. kuantitas dan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) akan meliputi industri, komersial, pusat pelayanan, sub pusat pelayanan, instalasi prasarana dasar, instalasi pengolahan limbah, jalan, parkir,

4) Kelurahan Wajo, Lamangga dan Tanganapada di Kecamatan Murhum. Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota. Baubau berupa pengembangan