3.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM RPJMN
rahan Pembangunan Bidang Cipta Karya, berisikan arahan pembangunan
berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra
Ditjen Cipta Karya 2015-2019.
1. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
2. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan;
3. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
4. Meningkatkan kualitas hidup manusia;
5. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
6. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik;
7. Melakukan revolusi karakter bangsa
8. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia;
Secara sederhana ketrkaitan Amanat RPJMN 3 (2015-2019 ) dan Nawacita dapat dilihat
pada ilustrasi gambar berikut
ARAHAN KEBIJAKAN &
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG
Dari ilustrasi gambar tersebut dapat dilihat sasaran Sasaran Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya Dalam RPJMN 2015 - 2019
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui
penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan
keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan
khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan
bangunan hijau; dan (iii) menciptakan building codes.
3. Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan
tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan
maupun di perdesaan.
4. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik,
sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar
melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan,
A. “Visi dan Misi RPJMN 2015-2019”
Kerangka Visi Indonesia 2019 adalah:
“Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Indonesia yang Berdaulat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini
dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mandiri. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi
manusia.
Berkepribadian berlandaskan Gotong – royong . Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat
3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.2.1 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen
perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid,
diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011
sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan
Penjelasan umum koridor ekonomi :
1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra Produksi
dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah kelapa sawit, batu
bara, karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu
pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat
sunda.
2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong Industri dan
Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi,
perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.
3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl
Tambang dan Lumbung Energi Nasional.
4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu
Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata,
peternakan, dan perikanan.
5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan
6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat
Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah
pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.
3.1.2.2 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim
di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi
dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata
kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di
Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua,
transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood,
pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun
2014;
Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI
KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA
PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,
termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
Penguatan sustainable livelihood.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
3.1.2.3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi
di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan
untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi
nasional.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan
sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi,
antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan
Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, fungsi
KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa,
industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan
telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas
satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri,
pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan
untuk ekspor dan untuk dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan
lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan
KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan
di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta
mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas
Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan
Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan,
pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan
oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih
diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa
perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas
nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan
ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di
dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3.1.2.4 Direktif Presiden
Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program
Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara, Gubernur dan Kepala
Daerah (Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan
program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam
Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi program :
1. Pro rakyat;
2. Keadilan untuk semua (justice for all);
3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals -
MDG’s).
Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;
b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;
c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan
kecil;
2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a. Program keadilan bagi anak;
b. Program keadilan bagi perempuan;
c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;
d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;
e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;
f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.
3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:
a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;
b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Program penurunan angka kematian anak;
e. Program kesehatan ibu;
f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;
g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;
Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.
Arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kota
dapat disimpulkan bahwa Kota Solok tidak merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS
Dalam arahan wilayah pengembangan strategis, untuk Sumatera Barat berada di kota
Padang , Lubuk Alung (Kab Padang pariaman) dan Kota Pariaman atau PALAPA.
Namun dalam RTRW Kota Solok Arahan pengembangan Wilayah Kota Solok dapat
dilihat pada uraian berikut.
3.1.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang Kota Solok adalah :
“Mewujudkan Kota Solok sebagai Kota Perdagangan, Jasa dan Pendidikan berbasis
Agribisnis Melalui Optimasi Penyediaan Prasarana dan Sarana Perkotaan dengan Tetap Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan”
Adapun penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Solok tersebut adalah:
1) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota perdagangan dan jasa yang
modern;
2) Menyediakan ruang yang berkualitas sebagai kota pendidikan;
3) Mewujudkan pengembangan sektor perdagangan dan jasa yang berbasis
pertanian;
4) Mewujudkan optimasi penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang serasi dan
seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung
wilayah;
5) Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Solok yang mampu mengakomodir
kebutuhan pengembangan wilayah sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di
Provinsi Sumatera Barat.
Kebijakan pengembangan Struktur Ruang di Kota Solok, meliputi :
1) Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhirarki, dengan strategi sebagai berikut :
a) Mengoptimalkan fungsi pusat pelayanan kota untuk mendukung pusat
pengembangan perdagangan dan jasa yang modern;
c) Mengembangkan sub pusat pelayanan pada kawasan Laing dan kawasan
Tanah Garam sesuai daya dukung lahannya;
d) Meningkatkan keterkaitan antara pusat pelayanan dengan sub pusat
pelayanan dan pusat lingkungan;
2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi,
telekomunikasi, energi/listrik, sumber daya air, serta prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kota, dengan strategi sebagai berikut :
a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan transportasi dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi regional dan lokal serta keterpaduan
antar moda;
b) Mengoptimalkan jaringan telekomunikasi telepon jaringan kabel dan
memfasilitasi pengembangan infrastruktur telekomunikasi nirkabel
c) Meningkatkan jaringan listrik dan mengembangkan alternatif sumber
pembangkit listrik lainnya
d) Meningkatkan kualitas prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air
e) Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan yang
meliputi air minum, air limbah, drainase, persampahan, jalur pejalan kaki
(pedestrian) dan jalur evakuasi bencana.
3) Pengembangan dan peningkatan kualitas pusat-pusat kegiatan perdagangan dan
jasa. Strategi yang akan dikembangkan adalah:
a) meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat perdagangan dan jasa
yang sudah ada;
b) mengembangkan pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa terutama yang
dapat mendukung kegiatan agribisnis meliputi distribusi serta pemasaran hasil
produksi pertanian wilayah Kota Solok dan wilayah sekitarnya; dan
c) mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung bagi
pengembangan kegiatan perdagangan, dan jasa.
4) Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan. Strategi yang akan dikembangkan adalah:
a) Meningkatkan kualitas pusat-pusat pendidikan yang sudah ada;
c) Mewujudkan pengembangan pendidikan terpadu dan sekolah berasrama
(boarding school).
Kebijakan pengembangan Pola Ruang di Kota Solok, meliputi :
A. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung :
1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut :
a) Menetapkan kawasan lindung dan kawasan penyangga (buffer zone) pada
hutan lindung sesuai ketentuan yang berlaku;
b) Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi
ekosistemnya;
c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun kualitasnya.
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung, dengan strategi sebagai berikut :
a) Mencegah tindakan yang secara langsung dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi kawasan lindung;
d) Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat memberi nilai tambah
bagi masyarakat tanpa mengurangi fungsi kawasan lindung.
B. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya :
1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya, dengan strategi sebagai berikut :
a) Mengembangkan kawasan budidaya yang mendukung kegiatan sektor
perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri dalam rangka mendorong
pengembangan perekonomian kota
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana dan sarana
perkotaan untuk mendukung fungsi Kota Solok sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah di Provinsi Sumatera Barat.
2) Perwujudan kawasan permukiman yang berbasis mitigasi bencana, dengan strategi sebagai berikut :
a) Menetapkan pengaturan untuk pengembangan pembangunan fisik pada
kawasan rawan gempa sehingga dapat meminimalkan potensi kerugian
akibat bencana.
b) Mengarahkan pengembangan kawasan perumahan dengan Prasarana
3) Perwujudan kawasan perdagangan dan jasa yang berdaya saing global, dengan strategi sebagai berikut :
a) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mempunyai
aksesibilitas tinggi;
b) Mewujudkan kawasan perdagangan dan jasa yang mendukung
pengembangan kawasan agribisnis;
c) Menyediakan ruang, prasarana dan sarana untuk sektor informal dalam
mendukung usaha kecil dan menengah (UKM);
d) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan
perdagangan dan jasa.
4) Perwujudan kawasan pertanian yang dapat mendukung pengembangan
agribisnis di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut :
a) Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah yang mempunyai
ketersediaan air terjamin;
b) Mengembangkan usaha tani di lahan kering dengan memperhatikan
potensi komoditi dan lahan;
c) Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan pertanian.
5) Perwujudan kawasan pariwisata di Kota Solok, dengan strategi sebagai berikut:
a) mengembangkan dan meningkatkan potensi wisata alam dan
sejarah/budaya
b) mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata
yang ada di Kota Solok dan sekitarnya.
6) Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan, dengan strategi sebagai berikut :
a) mengembangkan kawasan budidaya yang berbasis lingkungan;
b) mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya melalui
mekanisme perizinan dan mekanisme insentif dan disinsentif.
7) Penetapan kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ekonomi dan daya dukung lingkungan, dengan strategi sebagai berikut:
a) Menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan strategis perdagangan
dan jasa;
b) Menetapkan dan melestarikan Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kelurahan
c) Mendorong pengembangan kawasan wisata Pulau Belibis sebagai salah
satu pusat kegiatan di alam terbuka (outbond) di Provinsi Sumatera Barat.
8) Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara
dengan strategi sebagai berikut :
a) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan;
b) turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/ Tentara
Nasional Indonesia (TNI).
3.1.3.2. Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Cipta Karya) Rencana sistem pusat pelayanan
Rencana sistem pusat pelayanan Kota Solok adalah sebagai berikut :
1) Pusat Pelayanan Kota, yaitu : Kawasan Pusat Kota Solok yang berlokasi di Kelurahan Pasar Pandan Air Mati, Kelurahan Koto Panjang dan Kelurahan Kampung
Jawa dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
perdagangan dan jasa.
2) Sub Pusat Pelayanan Kota, bertujuanuntuk meningkatkan pelayanan internal yang tersebar di 3 (tiga) kawasan, yaitu :
a. Kawasan Laing yang berlokasi di Kelurahan Laing dengan skala pelayanan
regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perkantoran pemerintah.
b. Kawasan Simpang Rumbio yang berlokasi di Kelurahan Simpang Rumbio
dengan skala pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
transportasi regional
c. Kawasan Tanah Garam yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam dengan skala
pelayanan regional dan kota yang memiliki fungsi pertanian.
3) Pusat Lingkungan, bertujuan untuk meningkatkan pelayanan lingkungan yang tersebar pada 6 (enam) kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Jawa, Tanjung Paku,
G
amb
ar P
e
ta
St
ru
k
tur R
u
ang
Kota S
ol
G
amb
ar P
e
ta
R
e
n
c
a
na P
ol
a
Ru
ang
Kota
Solo
Secara lebih jelas mengenai rencana pusat-pusat pelayanan di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 : Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Solok
No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Wilayah
Cakupan
No. Pusat Pelayanan Fungsi Arahan Pengembangan Wilayah Cakupan
Skala Pelayanan
1. Kampung Jawa Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi
Toko dan Jasa Lain
Lingkungan
2. Tanjung Paku Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi
Toko dan Jasa Lain
Lingkungan
3. Aro IV Korong Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi
Toko dan Jasa Lain
Lingkungan
4. IX Korong Perumahan Prasarana sosial dan
ekonomi
Toko dan Jasa Lain
Lingkungan
3. Kampai Tabu Karambia
Perumahan Prasarana sosial dan ekonomi
Toko dan Jasa Lain
Lingkungan
6. VI Suku Perumahan Prasarana sosial dan
ekonomi
Warung dan Jasa Lain
Lingkungan
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
Rencana Sistem Infrastruktur Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum
Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut sebagai SPAM bertujuan untuk
menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan
kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.
Sistem penyediaan air minum yang dikembangkan di Kota Solok adalah melalui dua
sistem pelayanan yaitu Sistem Perpipaan dengan kontribusi pelayanan sebesar 70% dan
Sistem non perpipaan berupa sumur air tanah dengan kontribusi pelayanan sebesar 30%
Berdasarkan standar pelayanan minimal (KepMenkimpraswil No.534/2001), maka
kebutuhan air bersih untuk Wilayah Kota Solok sampai akhir tahun perencanaan (tahun
2031) adalah 3.792.914 ltr/hari. Secara lebih jelas mengenai Rencana Kebutuhan Air
Tabel 3.2 : Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Solok Sampai Tahun 2031
No Pelanggan Pelayanan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2021 2026 2031
Proy Penduduk 60.661 61.953 63.273 64.621 63.997 67.403 74.893 83.217 92.465
1 Domestik
(100lt/jw/hr) dan 1.819.830 1.858.590 1.898.190 1.938.630 1.979.910 2.022.090 2.246.790 2.496.510 2.773.950
1 SR/kk 3.640 3.717 3.796 3.877 3.960 4.044 4.494 4.993 3.548
2 Non Domestik (10%)
dari Domestik 1.213 1.239 1.265 1.292 1.320 1.348 1.498 1.664 1.849
3 Hidran Umum /Kran
umum (30lt/jw/hr)
dan
543.949 557.577 569.457 581.589 593.973 606.627 674.037 748.953 832.185
1 HU/50 org 121.322 123.906 126.546 129.242 131.994 134.806 149.786 166.434 184.930
Total 2.488.314 2.541.312 2.593.458 2.650.753 2.707.197 2.764.871 3.072.111 3.413.561 3.792.914
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
Rencana Pengembangan Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan di Kota Solok
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Pincuran Gadang dengan
kapasitas debit air 8,01 liter perdetik;
b. peningkatan kapasitas produksi sumber mata air Tabek Puyuh dengan kapasitas
debit air 25,22 liter perdetik;
c. peningkatan kapasitas produksi sumber air Tabit dengan kapasitas debit air
18,27 liter perdetik;
d. peningkatan kapasitas unit produksi IPA KTK dengan kapasitas debit air 80 liter
perdetik;
e. peningkatan kapasitas produksi sumber air Sungai Guntung dengan kapasitas debit
air 36,27 liter perdetik;
f. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Sumani dengan kapasitas debit
air 100 liter per detik;
g. peningkatan kapasitas produksi sumber air Batang Lembang dengan kapasitas
debit air 200 liter per detik;
h. peningkatan kapasitas produksi sumber air Payo dengan kapasitas debit air 50 liter
i. pengembangan Jaringan pipa primer berlokasi pada pinggiran jalan Arteri dan
Kolektor yang berhubungan langsung dengan sumber air bersih.
j. Pengembangan jaringan pipa sekunder berlokasi pada sepanjang pinggiran jalan
Kolektor sekunder dan jalan lokal.
k. Selain itu dalam menjaga kuantitas dan kualitas sumber air bersih maka perlu
dilakukan pengamanan dan pengawasan serta penindakan terhadap kegiatan yang
merusak sumber air bersih
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem Pengelolaan Air limbah bertujuan di Kota Solok bertujuan untuk pengurangan,
pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman,
perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang
berlaku.
Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah di Kota Solok, meliputi :
a. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) dilakukan pada kawasan
perumahan kepadatan tinggi di Kelurahan Koto Panjang; kawasan perdagangan dan
jasa di Kelurahan PPA, dan kawasan industri di Kelurahan Simpang Rumbio dan
Kelurahan Tanah Garam;
b. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terletak di Kelurahan Kampung Jawa
c. sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) dilakukan secara individual
melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan
yang belum memiliki sistem terpusat; dan
d. lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona
penyangga, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa.
Fasilitas penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja berupa truk tinja yang diolah di
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Kampung Jawa
bersebelahan dengan TPA eksisting.
Sistem Persampahan
Sistem persampahan di Kota Solok bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Sistem persampahan yang dikembangkan di Kota Solok, meliputi :
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem lahan urug saniter (Sanitary Landfill)
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berlokasi pada kawasan di luar pusat
kota;
c. Kontainer berlokasi pada kawasan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan
kota; dan
d. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) dengan konsep 3R (reduce, reuse,
dan recycle) berlokasi pada koridor jalan-jalan utama yang padat kawasan
terbangun.
Hasil proyeksi dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkimpraswil
No. 534/2001), maka jumlah timbulan sampah di Kota Solok pada akhir tahun
perencanaan (2031) adalah sebesar 184,93 m3/hari. Secara lebih jelas mengenai Prediksi
timbulan sampah pada akhir tahun perencanaan (tahun 2031) dapat dilihat pada Tabel
berikut ini :
Tabel 3.3
Prediksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Persampahan di Kota Solok Sampai Tahun 2031
Tong
Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2011
No Tahun Proy.Penduduk (jiwa)
Rata-rata Timbulan Sampah (2lt/jw/hr)
Kebutuhan Sarana Persampahan
Rencana sistem persampahan di Kota Solok mengacu pada ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1) Rencana pengembangan jumlah dan kepadatan penduduk
2) Rencana Struktur Tata Ruang dan Jaringan Jalan
3) Potensi dan masalah pengembangan persampahan
4) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
1. Penyusunan rencana induk persampahan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana persampahan;
2. peningkatan pelayanan prasarana persampahan di area Non Komersial pada tahun
2031 meliputi :
a. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah akan diangkut langsung ke
TPA; dan
b. sebesar 50% sampah dari jumlah timbulan sampah dikelola melalui metode 3R.
3. peningkatan sistem penanganan sampah berupa pengolahan sampah, daur ulang,
penggunaan kembali (reuse) dan pemanfaatan lainnya; dan
4. pembentukan badan atau lembaga yang mengelola persampahan pada area
komersial berupa kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran serta kawasan
strategis.
Sistem Drainase
Sistem jaringan drainase ditetapkan dalam rangka mengurangi banjir dan genangan air
untuk kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan dan
jalan, yang terdiri dari jaringan drainase primer, jaringan drainase sekunder, dan jaringan
drainase tersier. Pengembangan sistem jaringan drainase diatur lebih detail dan teknis
dalam rencana induk sistem jaringan drainase.
Sistem pembuangan air hujan (drainase) di Kota Solok pada dasarnya menggunakan
sungai sebagai saluran alamiah. Dalam perencanaan dan pengelolaan saluran
pembuangan air hujan, wilayah Kota Solok dibagi atas 4 sistem drainase atau sesuai
dengan jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) eksisting. Pola penyaluran air hujan
dilakukan dengan pola acak (random), dengan memanfaatkan saluran-saluran alamiah
terdekat sebagai badan penerima. Sistem pengaliran menggunakan sistem gravitasi
(tanpa pemompaan), sehingga zona pengalirannya terbagi-bagi sesuai dengan kondisi
topografi wilayah. Rencana arahan pengembangan saluran pembuangan air hujan di
Kota Solok ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1) Sistem aliran limpasan merupakan sistem yang kontinyu dan mengikuti kontur
permukaan wilayah;
2) Kontruksi teknis saluran pembuangan dirancang berdasarkan besarnya limpasan
Pengembangan drainase diarahkan pada peningkatan dan perbaikan jaringan saluran
untuk setiap Daerah Perencanaan Drainase (DPD) dan normalisasi aliran sungai / saluran
makro untuk memperlancar aliran limpasan. Pembuatan saluran pembuangan baru
diarahkan pada lokasi yang rawan genangan air hujan. Pemeliharaan kebersihan saluran
diprioritaskan pada saluran pembuangan tertutup yang terdapat di bawah jalur pejalan
kaki di kawasan komersial. Adanya sampah pada saluran mengakibatkan terjadinya
genangan dan endapan lumpur pada saluran yang menghambat aliran. Dalam kondisi
ekstrim, aliran yang terhambat dapat meluap menggenangi kawasan sekitarnya,
sehingga mengganggu kebersihan, sanitasi dan estetika lingkungan. Khusus untuk
saluran tertutup, perlu diperhatikan kelengkapan kontruksi pendukungnya, seperti
street inlet dan manhole.
Secara umum Rencana pengembangan saluran pembuangan air hujan (drainase) di
Wilayah Kota Solok meliputi :
1) Rencana saluran Drainase Primer (Badan air penerima) berupa sungai Batang
Lembang, Batang Gawan dan Batang Bingung.
2) Rencana saluran Drainase Sekunder mengikuti kondisi alam (kontur eksisting) dan
sebagian mengikuti Pola Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor.
3) Rencana saluran Drainase tersier yang berlokasi pada seluruh jaringan jalan yang
akan ditetapkan secara lebih detail dalam rencana induk sistem drainase.
Sesuai dengan rencana, potensi dan masalah eksisting drainase di Kota Solok, maka
dalam jangka pendek perlu dilakukan tindaklanjut sebagai berikut :
Penyusunan rencana induk sistem drainase Kota Solok;
Peningkatan atau perbaikan saluran drainase Pada Jalan Arteri dan Kolektor
menjadi saluran permanen;
Peningkatan berupa perbaikan dan pembangunan saluran drainase baru pada Jalan
lokal menjadi saluran permanen;
Pembangunan saluran drainase pada kawasan perumahan yang berlokasi di pusat
kota.
Jalur Evakuasi Bencana
Dalam rangka mengurangi korban jiwa dan dampak kerusakan dari gejala alam
diperlukan sebuah kajian mitigasi bencana yang diwujudkan ke dalam pemetaan rawan
bencana, rencana jalur penyelamatan/evakuasi (escape road), dan rencana lokasi
penyelamatan darurat (shelter). Dengan demikian diharapkan dampak dari bencana
Jalur evakuasi bencana bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan
sebagai tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana.
Terkait dengan penentuan jalur evakuasi bencana, maka terdapat beberapa kriteria
dasar yang diperlukan dalam penentuan jalur evakuasi bencana di Kota Solok, yaitu :
1) Jalur evakuasi bencana adalah jalur penyelamatan menuju ke tempat lebih aman.
2) Jalur evakuasi merupakan jalur-jalur dirancang untuk memudahkan penduduk
menuju lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi ruang evakuasi bencana.
3) Jalur evakuasi ini adalah terdiri dari jalan-jalan formal dengan rumija yang besar
untuk mengantisipasi terjadinya pergerakan penduduk dalam jumlah yang besar.
4) Lebar jalur evakuasi harus cukup baik, mudah dilewati dan lebar, yaitu lebarnya
dapat dilewati oleh 2 (dua) kendaraan atau lebih.
5) Jalur evakuasi harus menjauh dari sumber bencana dan dampak lanjutan dari
bencana.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jalur evakuasi bencana di Kota Solok meliputi
rencana jalur penyelamatan atau evakuasi (escape road) dan rencana lokasi
penyelamatan darurat (shelter) baik dalam skala kota, kawasan, maupun lingkungan.
Rencana jalur evakuasi bencana di Kota Solok, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Jalur evakuasi bencana gempa bumi diutamakan menggunakan jaringan jalan arteri
dan kolektor di Kota Solok yang meliputi :
a. ruas Jalan Imam Bonjol;
b. ruas Jalan KH. Dewantoro;
c. ruas Jalan A. Yani;
d. ruas Jalan Diponegoro;
e. ruas Jalan Lubuk Sikarah;
f. ruas Jalan Proklamasi;
g. ruas Jalan M. Hatta;
h. ruas Jalan Ahmad Dahlan; dan
i. ruas Jalan Nasir ST Pamuncak.
2) Jalur evakuasi bencana banjir diutamakan menggunakan ruas jalan Masjid Agung
Aro dan jalan Bypass KTK.
3) Jalur evakuasi bencana longsor menggunakan jalur jalan Lingkar Utara dan jalan
3.1.3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah
Kawasan lindung di Kota Solok adalah sebagai berikut:
1) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai
status dan fungsi hutan, maka luas hutan lindung yang ada di Kota Solok adalah
seluas + 343 Ha, kawasan hutan lindung ini tersebar di Kelurahan Tanah Garam
seluas + 188 Ha dan di Kelurahan Laing seluas + 155 Ha.
2) Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Pelestarian Alam bertujuan untuk menjaga
kelestarian hutan, melindungi keanekaragaman hayati dan perlindungan
keseimbangan tata guna air yang diintegrasikan dengan kegiatan wisata
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 304/Menhut-II/2011 mengenai
status dan fungsi hutan, maka luas Kawasan Suaka Alam (KSA) di Kota Solok adalah
770 Ha. KSA ini berada di ujung bagian barat Kota Solok, yakni di Kelurahan Tanah
Garam.
3) Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk memelihara kelestarian kawasan
lindung itu sendiri, terdiri dari :
a. Kawasan Sempadan Sungai
Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Kawasan
sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan,
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai.
Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan
perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya
yang ada pada sungai termasuk danau dan awaduk dapat dilaksanakan sesuai
Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh
aktifitas yang berkembang di sekitarnya;
Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber
daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
menjada fungsi sungai;
Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Mengacu kepada Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai, maka kriteria penetapan garis sempadan sungai di Kota Solok
terdiri dari :
Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
didasarkan pada kriteria :
Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15
(lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Adapun total rencana luas kawasan sempadan sungai di Kota Solok adalah
seluas ± 11,44 ha, yang berlokasi pada sungai-sungai sebagai berikut :
Sungai Batang Lembang;
Sungai Batang Bingung; dan
Sungai Batang Gawan;
b. Kawasan Sempadan Mata Air yang berfungsi untuk menjaga kualitas dan
kuantitas mata air dengan luas + 4 ha yang berlokasi pada 2 (dua) tempat, yaitu :
Sempadan Mata air Kawasan Pulau Belibis di Kelurahan Kampung Jawa; dan
c. Kawasan Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah 50 meter (kiri
dan kanan) dari tengah jaringan SUTT. Kawasan sempadan SUTT terdapat di
Kelurahan Kampung Jawa, VI Suku, dan Tanah Garam dengan total luas lahan
± 48,80 Ha.
d. Kawasan Sempadan Rel Kereta Api adalah 11 (sebelas) meter dari tengah rel
kereta api (Ketentuan UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian). Kawasan ini
membentang dari arah utara menuju ke pusat Kota Solok selanjutnya ke arah
timur menuju ke Sawahlunto, melalui Kelurahan Tanah Garam, VI Suku,
Kampung Jawa, Nan Balimo, Tanjung paku, Pasar Pandan Air Mati dengan total
luas lahan ± 13,15 Ha.
4) Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana berfungsi untuk meminimalisasi dampak bencana alam
sekaligus berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Kawasan bencana alam di Kota
Solok adalah kawasan rawan longsor dan kawasan dan rawan gempa bumi yang
umumnya berlokasi pada daerah dengan kemiringan lahan > 40% dengan total luas
± 106,46 Ha. Lokasi kawasan ini berlokasi tersebar di Kelurahan Tanah Garam dan
Laing. Umumnya, lokasi tersebut merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan
yang memang diperuntukan sebagai kawasan konservasi. Kawasan rawan bencana
alam dengan kerentanan sangat tinggi di Kota Solok berlokasi di Kelurahan Sinapa
Piliang, IX Korong dan Kampung Jawa
5) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas kota,
yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan, maka kawasan
yang dapat dimasukkan/terkategorikan sebagai kawasan RTH Publik di Kota Solok
adalah : Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan Sempadan Mata Air, Kawasan
Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (SUTT), Kawasan Sempadan Rel Kereta
Api, Taman, jalur hijau jalan, kuburan, lapangan olahraga non perkerasan dan Hutan
tersebut, maka total luas kawasan RTH di Kota Solok adalah + 1.457,62 Ha (25,29%).
Untuk RTH privat diperkirakan mencapai + 580,99 Ha atau 10,08% dari total luas
kota. Lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan RTH Publik di Kota Solok
dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Rencana Pengembangan Kawasan Ruang Terbuka Hijau (Publik) di Kota Solok Tahun 2031
Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan, RTRW
Pola ruang kawasan budidaya adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Peruntukan Perumahan; berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang berlokasi tersebar pada setiap
Kelurahan dengan arahan kepadatan sesuai dengan arahan kepadatan penduduk,
yaitu sebagai berikut :
a. Perumahan kepadatan tinggi pada kawasan sekitar pusat kota (Pusat Pelayanan
Kota), yang sebagian besar berlokasi di Kelurahan Koto Panjang, Pasar Pandan
Air Mati ,Tanjung Paku, Nan Balimo dan Kampung Jawa dengan luas + 352,02 Ha.
b. Perumahan kepadatan sedang pada kawasan yang berdekatan dengan pusat
pelayanan kota yang berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa, Nan Balimo dan
Simpang Rumbio dengan luas + 97,99 Ha.
Kec. Lubuk Sikarah Kec. Tanjung Harapan Kota (Ha) Luas (%)
I RTH PUBLIK
TOTAL RTH 1155.62 271.08 1426.70
LUAS WILAYAH (HA) 3500.00 2264.00 5764.00
% RTH 33.02 11.97 24.75
TOTAL RTH 264.67 315.93 580.60
LUAS WILAYAH (HA) 3500.00 2264.00 5764.00
c. Perumahan kepadatan rendah berlokasi pada kawasan yang tidak termasuk
kawasan sekitar pusat pelayanan kota, yaitu dikembangkan ke arah utara, Barat,
dan selatan Kota Solok. Perumahan kepadatan rendah ini mencapai luas yang
dominan, yaitu 1.320,06 Ha.
2. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi melalui lapangan usaha perdagangan, pasar
tradisonal, pusat perbelanjaan dan toko modern serta sektor jasa dengan lahan
seluas ± 265,74 Ha berlokasi pada kawasan sebagai berikut :
a. Kawasan Pusat Pelayanan kota
b. Kawasan Sub Pusat Simpang Rumbio
c. Kawasan Sub Pusat Tanah Garam
d. Kawasan Sub Pusat Laing
e. Seluruh kawasan koridor Jalan kolektor yaitu Jl. Nasir Sutan Pamuncak yang
melewati Terminal Bareh Solok;
f. Kawasan Koridor Jl. Soekarno – Jl. M Hatta (Jalan Arteri Primer).
3. Kawasan Peruntukan Perkantoran; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi kegiatan perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta dengan luas lahan ±
23,53 Ha, yang berlokasi di Kelurahan Laiang, Kampung Jawa, Nan Balimo, Pasar
Pandan Air Mati, Aro IV Korong, Simpang Rumbio, dan Kampai Tabu Kerambia.
4. Kawasan Peruntukkan Industri; berfungsi untuk menyediakan ruang bagi kegiatan industri meliputi lahan seluas 7,89 Ha, terdiri dari :
a. Kawasan peruntukan Industri Kecil dan Mikro berupa industri rumah tangga
berlokasi tersebar pada setiap Kelurahan.
b. Kawasan peruntukan Industri Menengah berupa industri pengolahan hasil
pertanian dan alat-alat pertanian diarahkan pengembangannya di Kawasan
Simpang Rumbio dan Tanah Garam.
5. Kawasan Peruntukan Pariwisata; berfungsi untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan pariwisata, usaha sarana pariwisata dan
usaha lain yang terkait dengan sektor pariwisata. Kawasan peruntukan pariwisata
di Kota Solok terbagi atas 2 jenis obyek wisata berupa jenis obyek wisata alam serta
jenis obyek wisata sejarah dan budaya, dengan arahan pengembangan sebagai
a. Kawasan pariwisata alam, berupa Wisata Alam Air Terjun Sarasa Batimpo Indah
berlokasi di Kelurahan Laing, Taman Rekreasi Pulau Belibis berlokasi di
Kelurahan Kampung Jawa, Panorama Puncak Payo berlokasi di Kelurahan Tanah
Garam;
b. Kawasan pariwisata budaya, yaitu Makam Syeh Sialahan (Kelurahan KTK), Surau
Latiah (Kelurahan KTK), Lesung Batu Inyiak Gulambai ( Kelurahan Aro IV
Korong), Lesung Batu Baiduang (Kelurahan KTK), Batu Laweh Tempat Sujud
Syeh Maulana (Kelurahan Tanjung Paku), Gedung SMPN 1 / Bekas HIS (Kelurahan
Kampung Jawa), Rumah Gadang Gajah Maaram (Kelurahan KTK), Arena Pacuan
Kuda Ampang Kualo (Kelurahan Kampung Jawa), Medan Nan Bapaneh
(Kelurahan IX Korong), serta Stasiun KA (Kelurahan Kampung Jawa).
6. Kawasan Peruntukan Pertanian; berfungsi untuk menjaga keberlangsungan ketersediaan pangan dan lahan pertanian di Kota Solok, meliputi ;
a. kawasan budidaya tanaman pangan pertanian berupa sawah (seluas 490,06
ha); yang lokasinya tersebar di Kelurahan VI Suku, Tanjung Paku, Sinapa Piliang,
IX Korong, Kampai Tabu Kerambil, Aro IV Korong, dan Tanah Garam
b. kawasan budidaya hortikultura (seluas 1.171,64 ha), yang lokasinya tersebar
Kelurahan Tanah Garam, Laiang, Tanjung Paku, Nan Balimo, Kampung Jawa,
VI Suku
c. kawasan budidaya peternakan (seluas 10,07 ha), yang lokasinya berada di
Kelurahan Tanah Garam dan Kelurahan Kampung Jawa.
7. Kawasan peruntukan lainnya; berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada kawasan-kawasan yang tidak termasuk dalam kawasan perumahan, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan Perkantoran, kawasan industri dan kawasan
pariwisata, yang terdiri dari :
a. Kawasan TPA sampah dan IPLT dengan luas masing-masing + 8,40 Ha dan
0,36 Ha, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa
b. Kawasan Pendidikan berlokasi tersebar pada setiap kelurahan dengan luas lahan
± 35,43 Ha;
c. Kawasan Peribadatan berlokasi tersebar pada setiap Kelurahan dengan luas
d. Kawasan Kesehatan berlokasi di kawasan pusat kota dengan luas lahan +
3,56 Ha;
e. Kawasan Prasara Olahraga utama di Kawasan Laiang dan didukung oleh
kawasan lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Kota Solok;
f. Kawasan Stasiun berlokasi di Kampung Jawa, dengan luas lahan ± 0,53 Ha;
g. Kawasan Terminal dengan luas lahan ± 3,36 Ha berlokasi di Simpang Rumbio,
kawasan pusat kota dan kawasan Laing;
h. Kawasan Militer/Hankam berlokasi pada kawasan pusat kota dengan luas lahan
± 1,08 Ha;
i. Kawasan TPU berlokasi di Kampung Jawa dengan luas lahan ± 1,12 Ha;
Tabel 3.5
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Solok Tahun 2031
No. Peruntukan Ruang Luas Ha %
j. Terminal 3,36 0,06
k. Stasiun KA 0,53 0,01
Kota Solok 3.764,00 100,00
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011 Keterangan :
- * RTH di atas adalah RTH murni yang terdapat di Kota Solok meliputi Hutan Kota 313,74 ha (5,44%), taman 117,66 ha (2,04%), dan pemakaman 1,12 ha (0,02%);
** Namun untuk memenuhi capaian minimum 20% RTH publik, maka kawasan yang terkategorikan sebagai RTH berdasarkan permen pu 05/2008, yang dapat dimasukkan sebagai RTH publik, terdiri dari KSA /KPA 772,12 ha (13,40%), Buffer Hutan Lindung 121,08 ha (2,10%), Sempadan KA 12,65 ha (0,22%), Sempadan Sungai 11,16 ha (0,19%), Sempadan SUTT 46,19 ha (0,80%).
Ruang Terbuka Non Hijau adalah berupa :
Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa
badan air. Rencana pengembangan ruang terbuka non hijau di Kota Solok adalah
sebagai berikut:
a. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau berupa perkerasan yang
berbentuk koridor sebagai ruang pejalan kaki akan dikembangkan di sepanjang
jalur jalan arteri dan jalan kolektor serta pada kawasan-kawasan yang
diidentifikasi akan menimbulkan bangkitan pergerakan pejalan kaki;
b. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai ruang terbuka publik
berbentuk plaza akan dikembangkan di Kawasan Pusat Kota dan beberapa
kawasan yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan perdagangan dan
jasa;
c. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai lapangan olahraga yang
diperkeras berlokasi sesuai dengan kondisi yang sudah ada saat ini dan juga
dikembangkan pada setiap pusat lingkungan.
d. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai sarana parkir yang
diperkeras berlokasi pada setiap bangunan non rumah tinggal sesuai dengan
ketentuan standar parkir yang akan diatur lebih lanjut dengan Paraturan
Walikota.
e. Rencana penyediaan ruang terbuka non hijau sebagai ruang terbuka biru
9. Kawasan Peruntukan Ruang bagi Kegiatan Sektor Informal
Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal di Kota Solok
diintegrasikan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.
Rencana pengembangan ruang bagi kegiatan sektor informal di Kota Solok adalah
sebagai berikut :
a. pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima dengan model pembagian
waktu (time sharing) dapat dilakukan pada tempat-tempat tertentu dengan
komoditas yang memiliki ciri tertentu sehingga dapat membentuk image ruang
melalui pengembangan kegiatan yang spesifik. Pada ruang yang sama dapat
dikembangkan 2 fungsi yang berbeda dengan pengaturan waktu yang berbeda
(multi layer space);
b. penertiban pedagang kaki lima yang menguasai ruang-ruang publik sehingga
menyebabkan berkurangnya fungsi ruang tersebut atau mengganggu
kelancaran lalu-lintas; dan
c. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang akan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota pada rencana yang lebih rinci.
10. Ruang Evakuasi Bencana
Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang lainnya
yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana terjadi. Potensi
bencana di Kota Solok adalah berupa gempa bumi, banjir dan longsor serta
kebakaran (kawasan pusat kota). Sehingga diperlukan adanya ruang-ruang yang
dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bencana bagi penduduk Kota Solok.
Adapun beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penentuan ruang
evakuasi bencana tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ruangan-ruangan yang bersifat publik seperti lapangan-lapangan terbuka,
kawasan parkir, tegalan ataupun area pertanian kering
b. Terletak tidak lebih dari 1 km dari konsentrasi penduduk yang harus
diselamatkan
c. Tidak terletak pada daerah permukiman padat ataupun kawasan terbangun
d. Terletak pada jaringan jalan yang aksesibel/mudah dicapai dari semua arah
dengan berlari/berjalan kaki
e. Tidak terletak pada daerah yang termasuk zona kerentanan gempa tinggi dan
longsor
f. Diperkirakan setiap orang akan membutuhkan ruang minimum 2 m², sehingga
daya tampung ruang penyelamatan dapat dihitung.
g. Lokasi untuk evakuasi bencana dapat dikembangkan sebagai multi layer space,
dimana pada waktu terjadi bencana alam dapat berfungsi sebagai ruang
evakuasi dan pada waktu tidak terjadi bencana berfungsi sebagai ruang terbuka
publik (baik berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau).
Berdasarkan hal tesebut, maka rencana lokasi ruang evakuasi bencana di Kota
Solok adalah sebagai berikut :
a. Taman Lapangan Merdeka
b. Taman Pramuka
c. Lapangan Olahraga yang berlokasi pada kawasan pendidikan
d. Lapangan parkir terminal Bareh Solok
e. Lapangan parkir terminal Pusat Kota
f. Lapangan parkir yang berlokasi pada kawasan perkantoran
g. Seluruh Ruang Terbuka Hijau Publik yang berlokasi diluar zona kerentanan
G
amb
ar P
e
ta
R
e
n
c
a
na E
va
k
uas
i Be
nc
ana
Kota S
ol
11. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan; berfungsi untuk mendukung upaya pertahanan dan keamanan negara dan turut serta untuk memelihara dan
menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan Negara.
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di Kota Solok meliputi Kecamatan
Tanjung Harapan dan Kecamatan Lubuk Sikarah dengan luas lebih kurang 1,09 Ha.
3.1.3.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis.
Kawasan strategis kota berfungsi :
1) Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kota
2) Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota bersangkutan
3) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang
4) Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota
5) Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.
Rencana kawasan strategis di Kota Solok terdiri dari :
Kawasan Strategis dari sudut kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan ekonomi;
kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi merupakan
kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi
kota dan merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki potensi
ekonomi cepat tumbuh, sektor unggulan, dukungan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi.
Rencana Kawasan strategis di Kota Solok dari sudut kepentingan ekonomi meliputi:
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh
b. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi sangat
memadai
2) Kawasan Wisata Pulau Belibis, berlokasi di Kelurahan Kampung Jawa dengan pertimbangan :
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh
b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
c. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memadai
3) Kawasan Terminal Bareh Solok, berlokasi di Kelurahan Simpang Rumbio dengan pertimbangan :
d. Potensi ekonomi cepat tumbuh
e. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
f. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memadai
4) Kawasan Agribisnis, yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam, dengan pertimbangan :
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh
b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
c. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang yang memada
Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan sudut
kepentingan lingkungan hidup.
Rencana kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup di Kota Solok adalah kawasan Suaka Alam (KSA)/Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
dengan kawasan penyangganya yang berlokasi di Kelurahan Tanah Garam, dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati
b. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian
G
amb
ar P
e
ta
R
e
n
c
a
na
K
aw
as
an St
rat
e
gi
s
Kota S
o
lo
3.1.4 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SOLOK TAHUN 2016-2021.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Solok
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Solok Tahun 2016-2021. RPJMD
ini antara lain memuat visi, misi, tujuan sasaran, program, serta arah kebijakan
pembangunan.
A. Visi Pembangunan Tahun 2016-2021
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, visi dan misi
pembangunan jangka menengah daerah adalah visi dan misi kepala daerah yang terpilih
dalam Pemilhan Kepala Daerah (Pilkada). Visi dan misi kepala daerah ini selanjutnya
dijadikan dasar utama untuk penyusunan strategi dan kebijakan umum pembangunan
daerah dalam RPJMD ini. Alasannya karena visi dan misi sudah disetujui oleh mayoritas
masyarakat Kota Solok yang dibuktikan oleh hasil pemungutan suara dalam Pilkada
tahun 2015 yang lalu. Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip pembangunan dalam era
demokratisasi dan otonomi yaitu seluruh kebijakan pembangunan daerah harus sesuai
dengan keinginan dan aspirasi masyarakat daerah bersangkutan secara keseluruhan.
Sedangkan visi pembangunan jangka menengah daerah pada dasarnya adalah kondisi
masyarakat yang diharapkan dapat diwujudkan melalui kegiatan pembangunan dalam
periode 5 tahun mendatang. Visi tersebut harus ditetapkan secara realistis dengan
memperhatikan kondisi masyarakat dewasa ini serta kemampuan daerah untuk
mewujudkan visi tersebut dimasa mendatang. Karena itu, visi haruslah bersifat kongkrit,
realistis dan tidak muluk-muluk sesuai dengan kondisi dan kemampuan warga kota dan
pemerintah daerah setempat.
Visi Walikota dan Wakil Walikota Solok terpilih dalam pemilihan kepala daerah
(PILKADA) yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015 yang lalu adalah sebagai
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA SOLOK YANG BERIMAN, BERTAQWA DAN
SEJAHTERA MENUJU KOTA PERDAGANGAN, JASA SERTA PENDIDIKAN YANG MAJU DAN MODERN”
Dari visi tersebut terlihat bahwa terdapat 4 ciri pokok yang masa depan kondisi
masyarakat kota Solok yang diharapkan dapat diwujudkan dalam periode 5 tahun
mendatang. yaitu:
1. Masyarakat yang beriman dan bertaqwa adalah masyarakat yang berlandaskan
pada tuntunan agama Islam. Ini berarti bahwa warga kota yang diharapkan adalah
yang taat menjalankan syariat Islam dalam seluruh segi kehidupan masyarakat. Tata
kehidupan masyarakat yang demikian ditandai oleh moral dan akhlak yang baik
berdasarkan ketentuan agama, peduli sosial dan hidup rukun dengan seluruh
warga masyarakat termasuk yang beragama non Islam. Dengan kata lain warga
kota yang diharapkan dimasa mendatang adalah masyarakat selalu menjaga
keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan dan dengan masyarakat secara
keseluruhan;
2. kehidupan, yaitu berpenghasilan cukup, berbadan sehat dan terdidik. Pada
masyarakat yang berpenghasilan Masyarakat yang sejahtera adalah warga kota
yang memenuhi paling kurang tiga unsur penting dalam cukup akan ditandai oleh
terus berkurangnya jumlah penduduk miskin dalam masyarakat. Berbadan sehat
ditandai oleh derajat kesehatan masyarakat yang semakin tinggi dan terus
menurunnya jumlah penderita sakit. Sedangkan masyarakat terdidik ditandai oleh
terlaksananya wajib belajar 12 tahun dan meningkatnya kualitas pendidikan
masyarakat secara menyeluruh;
3. Menuju kota perdagangan dan jasa berarti bahwa masa depan kegiatan ekonomi
kota yang diharapkan adalah menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan
perdagangan dan jasa. Ini berarti bahwa orientasi kehidupan ekonomi kota adalah
pada kegiatan bisnis dan yang efisien dan mampu bersaing dalam era globalisasi
dan persaingan bebas dewasa ini;
4. Pendidikan yang maju dan modern berarti bahwa kharakteristik sumberdaya kota
yang diharapkan terwujud di Kota Solok ke depan adalah yang berpendidikan tinggi
maju tersebut ditandai oleh terdistribusinya kegiatan pendidikan secara merata
keseluruh lapisan warga kota dengan kualitas yang cukup tinggi.
B. Misi
Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas. Rumusan misi merupakan
penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus
dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran
serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh
Untuk mencapai visi tersebut, Walikota Solok menyusun misi sebagai berikut:
Tabel 3.6 Keterkaitan Visi dan Misi Daerah
C. Tujuan dan Sasaran
- Pada dasarnya tujuan mengandung makna sebagai penjabaran/implementasi dari
pernyataan misi. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis
daerah dan permasalahan pembangunan daerah. Sedangkan sasaran megandung
makna sebagai penjabaran dari tujuan, merupakan hasil yang diharapkan dari suatu
tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk
dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Berikut ini adalah
penjabaran tujuan dan sasaran dari masing-masing misi.
Visi Misi
Terwujudnya
Masyarakat Kota
Solok Yang Beriman,
Bertaqwa Dan
Sejahtera Menuju
Kota
Perdagangan,Jasa,
Serta Pendidikan
Yang Maju dan
Modern
1. Mewujudkan Kehidupan masyarakat yang berlandaskan ABS-SBK “ Syara’
Mangato Adaik Mamakai”.
2. Mewujudkan Penyelenggaraan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Bersih Serta Reformasi Birokrasi
3. Mewujudkan Pendidikan dan Kesehatan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Sumberdaya
manusia dan generasi muda yang Beriman, sehat, cerdas, kreatif,
tangguh dan Berdaya Saing
4. Menjadikan Kota Solok Sebagai Pusat Perdagangan Hasil-Hasil Pertanian, Perkebunan dan Ekonomi Kerakyatan yang Tangguh Berbasis Potensi
Unggulan Daerah Melalui Perdagangan, Pariwisata dan Jasa Lainnya Serta
Menciptakan Iklim Investasi yang Kondusif
5. Menekan Angka Kemiskinan dan Mengurangi Permasalahan Sosial lainnya