UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA
NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Ardianto Pandapotan Siregar NIM 409111014
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa dengan Menggunakan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pokok
Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran
2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
M. Panjaitan, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Prof.Dr. P.Siagian, M.Pd
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh
Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED
yang sudah membantu penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Perbaungan Bapak Drs. Suhairi, M.Pd dan seluruh Bapak/ Ibu
guru beserta Staf Pegawai SMA Negeri 1 Perbaungan yang telah membantu
penulis selama melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada abang dan kakak serta
seluruh keluargaku yang tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis. Terima kasih juga buat sahabat penulis teman-teman Toring yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga terima
kasih kepada teman-teman seperjuangan di kelas matematika dik b’09 dan di kos
Densus 88 Pardamean yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Juli 2013 Penulis
vi
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 8
1.3.Batasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 9
1.5.Tujuan Penelitian 9
1.6.Manfaat Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Kerangka Teoritis 11
2.1.1. Pengertian Belajar 11
2.1.2. Pengertian Belajar Matematika 12
2.1.3. Aktivitas Belajar 13
2.1.4. Hasil Belajar 14
2.1.5. Pembelajaran Kontruktivisme 15
2.1.6. Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 16
2.1.7. Dimensi Tiga 23
2.1.8. Terapan Learning Cycle Pada Subtopik Dimensi Tiga 41
2.1.9. LAS Untuk Terapan Learning Cycle 45
2.2. Penelitian Yang Relevan 49
2.3. Kerangka Konseptual 50
2.4. Hipotesis Tindakan 51
BAB III METODE PENELITIAN 52
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52
3.1.1. Lokasi Penelitian 52
3.1.2. Waktu Penelitian 52
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 52
3.2.1. Subjek Penelitian 52
3.2.2. Objek Penenlitian 52
3.3. Jenis Penelitian 52
3.4. Prosedur Penelitian 53
3.5. Alat Pengumpul Data 57
3.6. Teknik Analisis Data 60
3.6.1. Reduksi Data 60
3.6.3. Menarik Kesimpulan 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 65
4.1. Hasil Penelitian 65
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I 65
4.1.2. Alternatif Pemecahan I 67
4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 67
4.1.4. Analisis Data I 70
4.1.4.1. Hasil Observasi I 70
4.1.4.2. Hasil Tes Belajar I 72
4.1.4.3. Refleksi I 76
4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 77
4.1.6. Alternatif Pemecahan II 78
4.1.7. Pelaksanaan Tindakan II 79
4.1.8. Analisis Data II 82
4.1.8.1. Hasil Observasi II 82
4.1.8.2. Hasil Tes Belajar II 83
4.1.8.3. Refleksi II 88
4.2. Temuan Penelitian 88
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92
5.1. Kesimpulan 92
5.2. Saran 93
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kegiatan proses pembelajaran dengan learning cycle 20
Tabel 2.2. Terapan learning cycle pada subtopik Dimensi Tiga 41
Tabel 3.1. Pedoman skala observasi aktivitas belajar siswa 57
Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 61
Table 3.3. Tingkat penguasaan siswa 62
Tabel 4.1. Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 65
Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 71
Tabel 4.3. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 71
Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 73
Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 74
Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 82
Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 83
Tabel 4.8. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 84
Tabel 4.9. Paparan nilai tes hasil belajar II 85
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan
manusia yang berkualitas bagi pembangunan negara. Keberhasilan membangun di
sektor pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembangunan
di sektor lain. Di samping itu, pendidikan merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari, sikap, dan perilaku yang positif terhadap lingkungan
sosial maupun lingkungan alam sekitarnya.
Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara
tersebut. Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat paling rendah di
dunia. Berdasarkan tabel liga global yang di terbitkan oleh firma pendidikan
pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko
dan Brazil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan,
sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes
internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir
Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat
disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada
guru dan memiliki "budaya" pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia
pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan
pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem
pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat
universitas.
http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/27/15112050/Sistem.Pendidikan.Indones
ia.Terendah.di.Dunia (05-02-2013). Penyebab rendahnya mutu pendidikan di
2
pengajaran. Hal ini masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada
umumnya.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem
mutu pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang
merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni
pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna sebagai pemberdayaan
kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik. Tanpa guru
yang profesional, mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil
sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu, prasyarat utama yang harus dipenuhi
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) yang menjamin optimalisasi
hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang
mampu memenuhi tuntutan tugasnya.
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Proses
belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik
dalam peristiwa belajar-mengajar tidak sekedar hubungan antara guru dengan
siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Melalui proses
kegiatan belajar-mengajar yang optimal diharapkan tujuan pendidikan nasional
dapat tercapai.
Menurut Sanjaya (2008:1): “salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran”. Dalam proses
Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya ketika anak
didik lulus dari sekolah siswa pintar secara teoritik tetapi miskin secara aplikasi.
Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat
penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada
bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep
dalam proses belajar-mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan
cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang
bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik.
Trianto (2009:89) menyatakan: “kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal
konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah
dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki”.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas
masih rendah. Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas
guru artinya kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam
kelas yaitu dengan mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru
sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Dan kebanyakan siswa
masih banyak yang tidak mengerti tujuan belajar matematika, siswa cenderung
mengatakan matematika itu hanya sekedar perhitungan dan rumus-rumus.
Siswa dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima informasi
yang disampaikan oleh guru. Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
berlangsung aktivitas siswa cenderung pada aktivitas pasif yaitu siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru dan menulis penjelasan guru dari papan tulis.
Aktivitas Membaca buku, berdiskusi pada teman, bertanya pada guru tidak
4
menjelaskan pelajaran dan memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika masih berpusat pada
guru.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku.
Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2011:95). Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar-mengajar. Nurwati (2010:195) menyatakan bahwa: “ salah satu faktor yang
mendukung terjadinya pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya keaktifan
siswa”.
Menurut Slameto (2010:36) menyatakan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa masalah
pembelajaran matematika adalah rendahnya aktivitas belajar siswa khususnya
pelajaran matematika. Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang
diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan
pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu seperti :
• Siswa jarang untuk bertanya
• Jika guru bertanya secara lisan hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru tersebut
• Siswa tidak aktif untuk mengemukakan pendapat mereka
Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti tentang hasil belajar siswa dengan Ibu T. Sipahutar, salah
seorang guru matematika di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan mengemukakan
bahwa:
Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas X masih rendah, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 6,5. Hal ini diakibatkan karena kurangnya minat dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil nilai rapot dimana
rata-rata hasil belajar matematika siswa di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan,
dari 38 orang siswa dalam satu kelas sekitar 10 orang atau 26% siswa
mendapatkan rata-rata siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan nilai 65 ke atas, selebihnya siswa yang harus mengikuti remedial
dengan rata-rata nilai 50.
Hal tersebut dapat didukung oleh tes yang diberikan oleh peneliti dengan
memberikan 3 buah soal, dari soal tersebut tak satu siswa pun yang dapat
menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Salah satu soal yang diberikan oleh
peneliti adalah:
Tentukan volume kubus jika diketahui panjang diagonal sisinya adalah
. 2
2 cm Dari soal tersebut siswa sebagian besar tidak bisa menjawabnya. Hal itu
dikarenakan siswa kesulitan untuk memahami soal, siswa tidak dapat menentukan
strategi penyelesaian soal, dan siswa cenderung hanya menghafal rumus tanpa
memahami rumus tersebut. Dari hasil tersebut siswa masih susah dalam
memahami materi Dimensi Tiga. Hal ini juga didukung dari pernyataan Ibu T.
Sipahutar yang menyatakan bahwa siswa di sekolah tersebut susah dalam
rumus-6
rumus dan gambar-gambar yang menurut siswa tersebut tidak perlu untuk
dipelajari.
Bahkan sampai saat ini, matematika masih menjadi momok yang
menakutkan bagi sebagian besar siswa, terutama ketika menghadapi Ujian Akhir
Nasional (UAN). Kenyataan menerangkan banyak siswa yang tidak lulus UAN
karena nilai matematika yang tidak memenuhi standar kelulusan. Suharyanto
(2008) (http://smu-net.com) mengatakan bahwa: “mata pelajaran matematika
masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua
peserta yang tidak lulus sebanyak 24,4% akibat jatuh dalam pelajaran matematika,
sebanyak 7,69% akibat pelajaran bahasa inggris, dan 0,46% akibat mata pelajaran
bahasa Indonesia”.
Untuk mengatasi masalah tersebut, program pendidikan harus
diselenggarakan dengan baik dan faktor yang paling penting untuk mendukung
keberhasilan program tersebut adalah tenaga pendidik yaitu guru. Guru harus
melakukan perbaikan-perbaikan dalam upaya menyampaikan materi pelajaran,
khusunya pelajaran matematika. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dimana para siswa dapat
mengembangkan aktivitas belajar secara optimal, sesuai dengan kemampuannya.
Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah
dengan menggunakan model pembelajaran siklus (Learning Cycle).
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle (05-02-2013).
Model pembelajaran kontruktivisme membantu siswa mentransformasi
informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang
selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Sebagaimana diungkapkan
Dasna (2009), model pembelajaran siklus (Learning Cycle) adalah suatu cara
untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengetahuan lama. Model siklus
belajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Karena
dalam pembelajaran siklus peran guru dalam kelas tidak lagi sebagai satu-satunya
memotivasi siswa serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses
belajar.
Sebagaimana dikatakan dalam Wena (2011:170), pembelajaran siklus
merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada teori
kontruktivisme yang terdapat 5 tahap yaitu: 1) Tahap pembangkitan minat
(Engagement), pada tahap ini siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru
secara lisan. 2) Tahap eksplorasi (Exploration), pada tahap ini siswa diberikan
berdiskusi dan bertanya antar siswa , bertanya pada guru dalam mengerjakan LAS
dan membaca buku. 3) Tahap menjelaskan (Explanation), pada tahap ini siswa
menjelaskan hasil diskusi di depan kelas, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru/teman, menulis penjelasan guru dan temannya yang dipandang
siswa perlu serta membuat ringkasan atau simpulan dari penjelasan guru atau
temannya. 4) Tahap penerapan konsep (Elaboration), dalam tahap ini siswa
menyelesaikan masalah secara individu atau bersama-sama dengan temannya
dalam kelompok pada situasi yang berbeda. 5) Tahap evaluasi (Evaluation), pada
tahap ini siswa mengerjakan soal secara individu atau bertanya pada guru tentang
materi pelajaran.
Dari semua tahapan yang ada pada model pembelajaran siklus (Learning
Cycle) menunjukkan aktivitas siswa sangat dibutuhkan dan diharapkan dengan
menggunakan model ini aktivitas belajar siswa dapat meningkat.
Model siklus belajar (Learning Cycle) ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan mengaitkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam model ini, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan baru dari
pengetahuan lama, sehingga guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mampu memotivasi siswa. Siswa
juga belajar secara aktif dan bermakna dengan mengkonstruksi pengetahuan dari
pengalaman siswa.
Dari uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang diberi judul : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
8
BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Masih banyaknya anggapan dari siswa yang menyatakan bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cenderung merupakan
pelajaran tentang rumus-rumus.
2. Aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar didalam
kelas masih tergolong rendah karena pembelajaran matematika masih
banyak bertumpu pada aktivitas guru.
3. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMA Negeri 1 Perbaungan.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru lebih sering menggunakan
model pembelajaran ceramah yang hanya berpusat pada guru.
5. Materi Dimensi Tiga merupakan salah satu materi pelajaran yang masih
sulit dipahami oleh siswa di Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang telah teridentifikasi dan
keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Upaya
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model
Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X
1.4. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan seperti yang telah dikemukakan dalam
batasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana strategi penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA
Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model
siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA
Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model siklus
belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA Negeri
1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan diteliti secara umum, maka adapun yang
menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model siklus belajar dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi Dimensi Tiga di
kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan
model siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X
SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan
model siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X
10
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi guru
Sebagai bahan informasi guru untuk melakukan penerapan model siklus
belajar sebagai salah satu alternatif pembelajaran suatu materi pokok,
khususnya pada materi Dimensi Tiga.
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam perbaikan pengajaran matematika di SMA Negeri 1 Perbaungan.
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Strategi penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan memberikan
pertanyaan tentang materi dimensi tiga dan berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari guna menambah semangat belajar siswa, dan
di dalam pembentukan kelompok, anggota kelompok dibentuk secara
heterogen sementara penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan
tahapan-tahapan yang terdapat di dalam model siklus belajar, dan
ditambah dengan penggunaan alat peraga guna mempermudah siswa
di dalam pemahaman dimensi tiga. Strategi ini berhasil diterapkan
dan terlihat dari peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I
ke siklus II.
2) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditinjau dari pertambahaan
persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori
aktif yaitu sebesar 20% dari 57,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada
siklus II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang
aktif ada 15 orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak
ada, untuk siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 2 orang
dan pada siklus II ada 9 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I
ada 23 orang dan pada siklus II ada 26 orang, untuk siswa yang
sangat aktif pada siklus I tidak ada dan pada siklus II ada 5 orang.
3) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model siklus
belajar (Learning Cycle) secara klasikal sebesar 32,5% dari 55%
pada siklus I menjadi 87,5%. Hal ini dapat dilihat pada siklus I
93
pada siklus II ada sebanyak 35 orang. Sementara itu rata-rata nilai
siswa pada siklus I adalah 63,5 dan meningkat pada siklus II dengan
rata-rata nilai siswa adalah 71,625. Untuk nilai terendah pada siklus I
adalah 37 sebanyak 1 orang dan pada siklus II nilai terendah adalah
49 sebanyak 1 orang, dan nilai tertinggi pada siklus II adalah 91
orang sementara pada siklus II nilai tertinggi adalah 92 sebanyak 1
orang.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Guru dapat menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) sebagai
alternatif dalam proses pembelajaran matematika, agar pembelajaran
tersebut lebih bervariasi.
2. Guru juga dapat menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle)
sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa.
3. Kedepannya di dalam mengajarkan materi dimensi dimensi tiga dengan
menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) dapat dilakukan
dengan menggunakan IT dan ICT supaya dalam pembelajaran lebih
menyenangkan.
4. Hendaknya guru mampu mengontrol waktu sehingga pembelajaran sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Anchoto. 2009. Karakterisik Matematika.
(http://anchoto.sman1ampekangkek.com/2009/09/26/defenisi-karakteristik-matematika) (05-02-2013)
Arikunto, S; Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Cici. 2003. penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan bangun ruang di kelas IX SMP_ULUM Medan. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan
Daryanto.2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya
Deborah dan Michele. 2007. Using a Learning Cycle Approach to Teac hing the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of
Missouri-Columbia
Dasna, I. W . 2009. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). http://lubisgrafura.wordpress.com/2013/02/05/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/
Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2007. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Hudojo, H. Mengajar Belajar Matematika. (Jakarta : Rineka Cipta, 1988), hlm,3. http://belajarmatematika.com/read/2013/02/05/20092036/Mau.Dibawa.Ke mana.Matematika.Kita
Johanes; Kastolan dan Sulasim. 2006. Kompetensi Matematika, Jakarta: Yudhistira
Kompas. 2013. Peringkat Pendidikan Indonesia Turun.
95
Lumban Siantar, R. 2011. Penerapan Strategi TTW (Think_Talk_Write) dengan menggunakan LAS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa pada pokok Bahasan Persamaan Kuadrat di kelas X SMASwasta HKBP Sidorame Medan T.A 2010/2011. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan
Lubisgrafura. 2007. Pembelajaran dengan model siklus belajar.
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle (05-02-2013)
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Noormandiri. 2007. Matematika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Nurwati, T. 2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Pemasaran dengan Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas XI Pemasaran SMK Negeri 02 Purworejo Semester Genap Tahun 2010/2011. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 8 nomor 2, November 2010
Purwanto, N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Siregar, A.A. 2011. Penggunaan Model Siklus Belajar dan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di MTsS
Baharuddin Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan
Simbolon, H. 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Siklus pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di Kelas X SMA Abdi Sejati Perdagangan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan
Suharyanto. 2008. Standar Kelulusan Siswa. (http://smu-net.com) (05-02-2013)
Posing Pada Siswa Kelas V SDN No. 064034 Medan. Tesis Pasca Sarjana Unimed, Medan
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara