• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA

NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

Ardianto Pandapotan Siregar NIM 409111014

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis

sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa dengan Menggunakan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pokok

Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran

2012/2013”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.

M. Panjaitan, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana

penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Prof.Dr. P.Siagian, M.Pd

Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh

Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED

yang sudah membantu penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah

SMA Negeri 1 Perbaungan Bapak Drs. Suhairi, M.Pd dan seluruh Bapak/ Ibu

guru beserta Staf Pegawai SMA Negeri 1 Perbaungan yang telah membantu

penulis selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis

yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan

(4)

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada abang dan kakak serta

seluruh keluargaku yang tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis. Terima kasih juga buat sahabat penulis teman-teman Toring yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga terima

kasih kepada teman-teman seperjuangan di kelas matematika dik b’09 dan di kos

Densus 88 Pardamean yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari

segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis

berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2013 Penulis

(5)

vi

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan Masalah 9

1.5.Tujuan Penelitian 9

1.6.Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar 11

2.1.2. Pengertian Belajar Matematika 12

2.1.3. Aktivitas Belajar 13

2.1.4. Hasil Belajar 14

2.1.5. Pembelajaran Kontruktivisme 15

2.1.6. Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 16

2.1.7. Dimensi Tiga 23

2.1.8. Terapan Learning Cycle Pada Subtopik Dimensi Tiga 41

2.1.9. LAS Untuk Terapan Learning Cycle 45

2.2. Penelitian Yang Relevan 49

2.3. Kerangka Konseptual 50

2.4. Hipotesis Tindakan 51

BAB III METODE PENELITIAN 52

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 52

3.1.1. Lokasi Penelitian 52

3.1.2. Waktu Penelitian 52

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 52

3.2.1. Subjek Penelitian 52

3.2.2. Objek Penenlitian 52

3.3. Jenis Penelitian 52

3.4. Prosedur Penelitian 53

3.5. Alat Pengumpul Data 57

3.6. Teknik Analisis Data 60

3.6.1. Reduksi Data 60

(6)

3.6.3. Menarik Kesimpulan 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 65

4.1. Hasil Penelitian 65

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian Siklus I 65

4.1.2. Alternatif Pemecahan I 67

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 67

4.1.4. Analisis Data I 70

4.1.4.1. Hasil Observasi I 70

4.1.4.2. Hasil Tes Belajar I 72

4.1.4.3. Refleksi I 76

4.1.5. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus II 77

4.1.6. Alternatif Pemecahan II 78

4.1.7. Pelaksanaan Tindakan II 79

4.1.8. Analisis Data II 82

4.1.8.1. Hasil Observasi II 82

4.1.8.2. Hasil Tes Belajar II 83

4.1.8.3. Refleksi II 88

4.2. Temuan Penelitian 88

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92

5.1. Kesimpulan 92

5.2. Saran 93

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kegiatan proses pembelajaran dengan learning cycle 20

Tabel 2.2. Terapan learning cycle pada subtopik Dimensi Tiga 41

Tabel 3.1. Pedoman skala observasi aktivitas belajar siswa 57

Tabel 3.2. Kriteria hasil observasi pembelajaran 61

Table 3.3. Tingkat penguasaan siswa 62

Tabel 4.1. Deskripsi hasil tes awal yang diberikan kepada siswa 65

Tabel 4.2. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran I 71

Tabel 4.3. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 71

Tabel 4.4. Deskripsi tes hasil belajar siswa I 73

Tabel 4.5. Paparan nilai tes hasil belajar I 74

Tabel 4.6. Hasil observasi terhadap proses pembelajaran II 82

Tabel 4.7. Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa 83

Tabel 4.8. Deskripsi tes hasil belajar siswa II 84

Tabel 4.9. Paparan nilai tes hasil belajar II 85

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan

manusia yang berkualitas bagi pembangunan negara. Keberhasilan membangun di

sektor pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembangunan

di sektor lain. Di samping itu, pendidikan merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan sumber daya manusia yang memiliki karakteristik tertentu seperti

wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari, sikap, dan perilaku yang positif terhadap lingkungan

sosial maupun lingkungan alam sekitarnya.

Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

tersebut. Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat paling rendah di

dunia. Berdasarkan tabel liga global yang di terbitkan oleh firma pendidikan

pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko

dan Brazil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan,

sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes

internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir

Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat

disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada

guru dan memiliki "budaya" pendidikan. Perbandingan internasional dalam dunia

pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan

pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem

pendidikan, seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat

universitas.

http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/27/15112050/Sistem.Pendidikan.Indones

ia.Terendah.di.Dunia (05-02-2013). Penyebab rendahnya mutu pendidikan di

(9)

2

pengajaran. Hal ini masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada

umumnya.

Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan

menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem

mutu pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatan mutu

pendidikan adalah faktor guru. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang

merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni

pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna sebagai pemberdayaan

kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik. Tanpa guru

yang profesional, mustahil suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil

sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu, prasyarat utama yang harus dipenuhi

bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM) yang menjamin optimalisasi

hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang

mampu memenuhi tuntutan tugasnya.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka proses kegiatan belajar

mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Proses

belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik

dalam peristiwa belajar-mengajar tidak sekedar hubungan antara guru dengan

siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif

dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru

dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Melalui proses

kegiatan belajar-mengajar yang optimal diharapkan tujuan pendidikan nasional

dapat tercapai.

Menurut Sanjaya (2008:1): “salah satu masalah yang dihadapi dunia

pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran”. Dalam proses

(10)

Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk

menghapal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun

berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya

untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya ketika anak

didik lulus dari sekolah siswa pintar secara teoritik tetapi miskin secara aplikasi.

Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat

penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada

bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep

dalam proses belajar-mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan

cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang

bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik.

Trianto (2009:89) menyatakan: “kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal

konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah

dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki”.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas

masih rendah. Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas

guru artinya kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam

kelas yaitu dengan mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan

oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru

sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar. Dan kebanyakan siswa

masih banyak yang tidak mengerti tujuan belajar matematika, siswa cenderung

mengatakan matematika itu hanya sekedar perhitungan dan rumus-rumus.

Siswa dipandang sebagai individu yang hanya siap menerima informasi

yang disampaikan oleh guru. Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

berlangsung aktivitas siswa cenderung pada aktivitas pasif yaitu siswa hanya

mendengarkan penjelasan guru dan menulis penjelasan guru dari papan tulis.

Aktivitas Membaca buku, berdiskusi pada teman, bertanya pada guru tidak

(11)

4

menjelaskan pelajaran dan memberikan soal untuk dikerjakan oleh siswa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika masih berpusat pada

guru.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku.

Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2011:95). Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi

belajar-mengajar. Nurwati (2010:195) menyatakan bahwa: “ salah satu faktor yang

mendukung terjadinya pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya keaktifan

siswa”.

Menurut Slameto (2010:36) menyatakan bahwa:

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa masalah

pembelajaran matematika adalah rendahnya aktivitas belajar siswa khususnya

pelajaran matematika. Siswa sekedar mengikuti pelajaran matematika yang

diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan ceramah dan

mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan

pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar

mengajar yaitu seperti :

• Siswa jarang untuk bertanya

• Jika guru bertanya secara lisan hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru tersebut

(12)

• Siswa tidak aktif untuk mengemukakan pendapat mereka

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan oleh peneliti tentang hasil belajar siswa dengan Ibu T. Sipahutar, salah

seorang guru matematika di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan mengemukakan

bahwa:

Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas X masih rendah, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 6,5. Hal ini diakibatkan karena kurangnya minat dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil nilai rapot dimana

rata-rata hasil belajar matematika siswa di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan,

dari 38 orang siswa dalam satu kelas sekitar 10 orang atau 26% siswa

mendapatkan rata-rata siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) dengan nilai 65 ke atas, selebihnya siswa yang harus mengikuti remedial

dengan rata-rata nilai 50.

Hal tersebut dapat didukung oleh tes yang diberikan oleh peneliti dengan

memberikan 3 buah soal, dari soal tersebut tak satu siswa pun yang dapat

menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Salah satu soal yang diberikan oleh

peneliti adalah:

Tentukan volume kubus jika diketahui panjang diagonal sisinya adalah

. 2

2 cm Dari soal tersebut siswa sebagian besar tidak bisa menjawabnya. Hal itu

dikarenakan siswa kesulitan untuk memahami soal, siswa tidak dapat menentukan

strategi penyelesaian soal, dan siswa cenderung hanya menghafal rumus tanpa

memahami rumus tersebut. Dari hasil tersebut siswa masih susah dalam

memahami materi Dimensi Tiga. Hal ini juga didukung dari pernyataan Ibu T.

Sipahutar yang menyatakan bahwa siswa di sekolah tersebut susah dalam

(13)

rumus-6

rumus dan gambar-gambar yang menurut siswa tersebut tidak perlu untuk

dipelajari.

Bahkan sampai saat ini, matematika masih menjadi momok yang

menakutkan bagi sebagian besar siswa, terutama ketika menghadapi Ujian Akhir

Nasional (UAN). Kenyataan menerangkan banyak siswa yang tidak lulus UAN

karena nilai matematika yang tidak memenuhi standar kelulusan. Suharyanto

(2008) (http://smu-net.com) mengatakan bahwa: “mata pelajaran matematika

masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua

peserta yang tidak lulus sebanyak 24,4% akibat jatuh dalam pelajaran matematika,

sebanyak 7,69% akibat pelajaran bahasa inggris, dan 0,46% akibat mata pelajaran

bahasa Indonesia”.

Untuk mengatasi masalah tersebut, program pendidikan harus

diselenggarakan dengan baik dan faktor yang paling penting untuk mendukung

keberhasilan program tersebut adalah tenaga pendidik yaitu guru. Guru harus

melakukan perbaikan-perbaikan dalam upaya menyampaikan materi pelajaran,

khusunya pelajaran matematika. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru

untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dimana para siswa dapat

mengembangkan aktivitas belajar secara optimal, sesuai dengan kemampuannya.

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah

dengan menggunakan model pembelajaran siklus (Learning Cycle).

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle (05-02-2013).

Model pembelajaran kontruktivisme membantu siswa mentransformasi

informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang

selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Sebagaimana diungkapkan

Dasna (2009), model pembelajaran siklus (Learning Cycle) adalah suatu cara

untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengetahuan lama. Model siklus

belajar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Karena

dalam pembelajaran siklus peran guru dalam kelas tidak lagi sebagai satu-satunya

(14)

memotivasi siswa serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses

belajar.

Sebagaimana dikatakan dalam Wena (2011:170), pembelajaran siklus

merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada teori

kontruktivisme yang terdapat 5 tahap yaitu: 1) Tahap pembangkitan minat

(Engagement), pada tahap ini siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan guru

secara lisan. 2) Tahap eksplorasi (Exploration), pada tahap ini siswa diberikan

berdiskusi dan bertanya antar siswa , bertanya pada guru dalam mengerjakan LAS

dan membaca buku. 3) Tahap menjelaskan (Explanation), pada tahap ini siswa

menjelaskan hasil diskusi di depan kelas, mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru/teman, menulis penjelasan guru dan temannya yang dipandang

siswa perlu serta membuat ringkasan atau simpulan dari penjelasan guru atau

temannya. 4) Tahap penerapan konsep (Elaboration), dalam tahap ini siswa

menyelesaikan masalah secara individu atau bersama-sama dengan temannya

dalam kelompok pada situasi yang berbeda. 5) Tahap evaluasi (Evaluation), pada

tahap ini siswa mengerjakan soal secara individu atau bertanya pada guru tentang

materi pelajaran.

Dari semua tahapan yang ada pada model pembelajaran siklus (Learning

Cycle) menunjukkan aktivitas siswa sangat dibutuhkan dan diharapkan dengan

menggunakan model ini aktivitas belajar siswa dapat meningkat.

Model siklus belajar (Learning Cycle) ini menggabungkan kegiatan

membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan mengaitkan dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam model ini, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan baru dari

pengetahuan lama, sehingga guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber

informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mampu memotivasi siswa. Siswa

juga belajar secara aktif dan bermakna dengan mengkonstruksi pengetahuan dari

pengalaman siswa.

Dari uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang diberi judul : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

(15)

8

BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Masih banyaknya anggapan dari siswa yang menyatakan bahwa

matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cenderung merupakan

pelajaran tentang rumus-rumus.

2. Aktivitas belajar matematika siswa dalam proses belajar mengajar didalam

kelas masih tergolong rendah karena pembelajaran matematika masih

banyak bertumpu pada aktivitas guru.

3. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMA Negeri 1 Perbaungan.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru lebih sering menggunakan

model pembelajaran ceramah yang hanya berpusat pada guru.

5. Materi Dimensi Tiga merupakan salah satu materi pelajaran yang masih

sulit dipahami oleh siswa di Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang telah teridentifikasi dan

keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Upaya

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model

Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga di Kelas X

(16)

1.4. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan seperti yang telah dikemukakan dalam

batasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana strategi penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA

Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model

siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA

Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model siklus

belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X SMA Negeri

1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan diteliti secara umum, maka adapun yang

menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model siklus belajar dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi Dimensi Tiga di

kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan

model siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X

SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan

model siklus belajar (learning cycle) pada materi Dimensi Tiga di kelas X

(17)

10

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru

Sebagai bahan informasi guru untuk melakukan penerapan model siklus

belajar sebagai salah satu alternatif pembelajaran suatu materi pokok,

khususnya pada materi Dimensi Tiga.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah

dalam perbaikan pengajaran matematika di SMA Negeri 1 Perbaungan.

3. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak dalam rangka

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Strategi penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan memberikan

pertanyaan tentang materi dimensi tiga dan berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari guna menambah semangat belajar siswa, dan

di dalam pembentukan kelompok, anggota kelompok dibentuk secara

heterogen sementara penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan

tahapan-tahapan yang terdapat di dalam model siklus belajar, dan

ditambah dengan penggunaan alat peraga guna mempermudah siswa

di dalam pemahaman dimensi tiga. Strategi ini berhasil diterapkan

dan terlihat dari peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I

ke siklus II.

2) Peningkatan aktivitas belajar siswa yang ditinjau dari pertambahaan

persentase siswa yang sekurang-kurangnya berada pada kategori

aktif yaitu sebesar 20% dari 57,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada

siklus II. Hal ini dapat dilihat pada siklus I jumlah siswa yang kurang

aktif ada 15 orang dan siklus II jumlah siswa yang kurang aktif tidak

ada, untuk siswa yang cukup aktif pada siklus I ada sebanyak 2 orang

dan pada siklus II ada 9 orang, untuk siswa yang aktif pada siklus I

ada 23 orang dan pada siklus II ada 26 orang, untuk siswa yang

sangat aktif pada siklus I tidak ada dan pada siklus II ada 5 orang.

3) Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model siklus

belajar (Learning Cycle) secara klasikal sebesar 32,5% dari 55%

pada siklus I menjadi 87,5%. Hal ini dapat dilihat pada siklus I

(19)

93

pada siklus II ada sebanyak 35 orang. Sementara itu rata-rata nilai

siswa pada siklus I adalah 63,5 dan meningkat pada siklus II dengan

rata-rata nilai siswa adalah 71,625. Untuk nilai terendah pada siklus I

adalah 37 sebanyak 1 orang dan pada siklus II nilai terendah adalah

49 sebanyak 1 orang, dan nilai tertinggi pada siklus II adalah 91

orang sementara pada siklus II nilai tertinggi adalah 92 sebanyak 1

orang.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Guru dapat menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) sebagai

alternatif dalam proses pembelajaran matematika, agar pembelajaran

tersebut lebih bervariasi.

2. Guru juga dapat menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle)

sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

matematika siswa.

3. Kedepannya di dalam mengajarkan materi dimensi dimensi tiga dengan

menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) dapat dilakukan

dengan menggunakan IT dan ICT supaya dalam pembelajaran lebih

menyenangkan.

4. Hendaknya guru mampu mengontrol waktu sehingga pembelajaran sesuai

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Anchoto. 2009. Karakterisik Matematika.

(http://anchoto.sman1ampekangkek.com/2009/09/26/defenisi-karakteristik-matematika) (05-02-2013)

Arikunto, S; Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Cici. 2003. penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan bangun ruang di kelas IX SMP_ULUM Medan. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan

Daryanto.2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Deborah dan Michele. 2007. Using a Learning Cycle Approach to Teac hing the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of

Missouri-Columbia

Dasna, I. W . 2009. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). http://lubisgrafura.wordpress.com/2013/02/05/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/

Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2007. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hudojo, H. Mengajar Belajar Matematika. (Jakarta : Rineka Cipta, 1988), hlm,3. http://belajarmatematika.com/read/2013/02/05/20092036/Mau.Dibawa.Ke mana.Matematika.Kita

Johanes; Kastolan dan Sulasim. 2006. Kompetensi Matematika, Jakarta: Yudhistira

Kompas. 2013. Peringkat Pendidikan Indonesia Turun.

(21)

95

Lumban Siantar, R. 2011. Penerapan Strategi TTW (Think_Talk_Write) dengan menggunakan LAS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa pada pokok Bahasan Persamaan Kuadrat di kelas X SMASwasta HKBP Sidorame Medan T.A 2010/2011. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan

Lubisgrafura. 2007. Pembelajaran dengan model siklus belajar.

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle (05-02-2013)

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Noormandiri. 2007. Matematika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Nurwati, T. 2010. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Diklat Produktif Pemasaran dengan Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas XI Pemasaran SMK Negeri 02 Purworejo Semester Genap Tahun 2010/2011. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 8 nomor 2, November 2010

Purwanto, N. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Siregar, A.A. 2011. Penggunaan Model Siklus Belajar dan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di MTsS

Baharuddin Tapanuli Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan

Simbolon, H. 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Siklus pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) di Kelas X SMA Abdi Sejati Perdagangan Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi FMIPA, Unimed, Medan

Suharyanto. 2008. Standar Kelulusan Siswa. (http://smu-net.com) (05-02-2013)

(22)

Posing Pada Siswa Kelas V SDN No. 064034 Medan. Tesis Pasca Sarjana Unimed, Medan

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 50 orang dengan kriteria subyek yang tergabung dalam salah satu band yang memiliki kontrak kerja dengan pihak Cafe.. Pengumpulan

 Pengembangan bertahap dan berulang dibutuhkan untuk fokus pada solusi bisnis yang akurat.  Semua perubahan selaman pengembangan

sahat muse hamu tu Jakarta (xβas a dependent temporal enhancement clause).. nugga sempat karejo hamu nadua di si (αas an

Sebelum membuat laporan mingguan proyek maka terlebih dahulu dibuat laporan harian proyek yang merupakan laporan per hari mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan, dari 7

Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia antara lain berkurangnya kondisi fisik mereka, mencari teman untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal dunia,

Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing.. Bandung:

2013 pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Bima nomor 6 tahun 2011 tentang Pengelolaan Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM). Perda AMPL Berdampak Luas Bagi