• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKNIK PERMAINAN “GRAND SOLO OP.14” KARYA FERNANDO SOR PADA GITAR KLASIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TEKNIK PERMAINAN “GRAND SOLO OP.14” KARYA FERNANDO SOR PADA GITAR KLASIK."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

Di

JU UN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Bahrudin Alim Filasya 11208244018

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI NIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Dengan kerendahan hati, karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua tercinta.

(6)

vi

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu

kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada

pada diri mereka sendiri

(QS. AR RA’D :11)

Nilai adalah hari ini, sedangkan kesuksesan adalah

masa depan..

(Albert Einstein)

Selalu anggap dirimu itu pemula..

(7)

vii

lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan innayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Analisis Teknik Permainan Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada:

1. Drs. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd selaku pembimbing I, yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan di sela-sela kesibukannya;

2. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan di sela-sela kesibukannya;

3. Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A, Bakti Setyaji, S.Pd dan Danar Gayuh Utama, S.Pd, selaku narasumber yang sudah membantu memberikan informasi dalam penelitian ini; dan

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya.

Yogyakarta, 2 Desember2015 Saya,

(8)
(9)

ix

BAB IV ANALISIS TEKNIK PERMAINAN “GRAND SOLO OP.14”

KARYA FERNANDO SOR ... 34

A. Struktur Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor ... 34

B. Deskripsi Penggunaan Teknik Permainan Gitar Klasik Pada Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor ... 45

C. Beberapa Faktor yang Mendukung Teknik Permainan ... 57

D. Pembahasan ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Pedoman wawancara ... 28

Tabel 2 : Introduction pada lagu Grand Solo Op.14 ... 35

Tabel 3 : Eksposisi pada lagu Grand Solo Op.14 ... 36

Tabel 4 : Development pada lagu Grand Solo Op.14 ... 41

Tabel 5 : Rekapitulasi pada lagu Grand Solo Op.14 ... 44

(11)

xi

Gambar 1 : Sikap duduk dalam bermain gitar klasik ... 10

Gambar 2 : Sikap duduk dalam bermain gitar klasik ... 10

Gambar 3 : Posisi tangan kanan dalam bermain gitar klasik ... 11

Gambar 4 : Posisi tangan kiri dalam bermain gitar klasik ... 12

(12)

xii

Gambar 28 : Birama 26 ... 65

Gambar 29 : Birama 74 ... 67

Gambar 30 : Birama 94 ... 68

(13)

xiii Oleh :

Bahrudin Alim Filasya 11208244018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor 2) bagian tersulit pada Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor dan 3) faktor-faktor pendukung teknik-teknik permainan gitar klasik dalam memainkan Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah partitur Grand Solo Op.14 second version, sementara objek pada penelitian ini adalah teknik permainan gitar klasik dalam lagu Grand Solo Op.14. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Keabsahan data pada penelitian ini digunakan triangulasi teknik. Data dianalisis dengan menggunakan model interaktif yang terdiri atas mendisplay data, mereduksi data, dan verification (kesimpulan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14yakni; Apoyando, Tirando, Tremolo, Damper, Slur, dan Barre. Slur adalah teknik yang dominan digunakan dalam Grand Solo dan menjadi ciri khas dari karya tersebut; 2) bagian tersulit pada Grand Solo Op.14 terdapat pada birama 74, 94, 216; 3) faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam memainkan Grand Solo Op.14 berkaitan dengan teknik-teknik permainan gitar klasik yaitu; speed, power, tone colour, economic movement, kesehatan fisik.

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indah, menenangkan pikiran, memberikan semangat dan membuat gelisah, itulah berbagai anggapan manusia tentang musik. Di setiap sudut belahan dunia di setiap detiknya selalu ada musik, baik dalam bentuk pertunjukkan musik, musik sebagai ilustrasi dalam film, musik sebagai nada sambung alat komunikasi.Musik adalah bunyi yang sebenarnya, suatu peristiwa yang dialami dalam dimensi ruang dan waktu (Prier, 2011:123). Musik dapat dimainkan dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat musik. Ada beragam jenis alat musik di dunia dan telah berkembang mengikuti perkembangan zaman, salah satunya adalah gitar.

(15)

tembaga pada posisi senar ke 1, 2 dan 3, sedangkan pada keduanya di posisi senar ke 4, 5, dan 6 sama-sama menggunakan senar dengan lilitan tembaga.

Bermain gitar tidaklah mudah, dibutuhkan kemauan, usaha, kerja keras, dan kedisiplinan seseorang dalam berlatih untuk dapat bermain gitar dengan baik dan benar. Pada prosesnya seseorang yang sedang belajar memainkan gitar sudah pasti akan menemui kendala-kendala, salah satunya berupa kesulitan secara teknik yang biasanya cenderung akan menurunkan semangat seseorang dalam berlatih dan jika tidak ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Dalam sebuah pertunjukan musik khususnya pertunjukan musik barat, banyak sekali repertoar yang dimainkan dan membuat kagum penonton yang menyaksikan. Dari sekian banyak repertoar yang ada, beberapa diantaranya dibuat untuk instrumen gitar klasik. Ada banyak komposer yang membuat karya musik untuk instrumen gitar klasik. Di antaranya yakni Fernando Sor, Mauro Giuliani, Dionisio Aguado, Mateo Carcassi, Fernando Carulli, Francesco Tarrega, Agustin Barrios, Miguel Llobet, dan Morreno Torroba.

(16)

3

Karya Sor untuk gitar bervariasi dari berbagai pieces untuk pemain gitar pemula hingga pemain gitar yang sudah mahir seperti Grand Solo Op.14. Sor dianggap sebagai gitaris terbaik pada era nya, dan karya-karya untuk gitar telah banyak dimainkan dan dicetak ulang sejak kematiannya. Setelah karya Sor diterbitkan di berbagai negara, namanya dirubah ke dalam berbagai bahasa sehingga menyebabkan variasi dalam ejaan penulisan nama yakni, Joseph Fernando Sors, Fernando Sor, Ferran Sor, Ferdinand Sor, dan Ferdinando Sor. Karya-karya master piece nya seperti Fantasia Elegiaque, Grand Sonata Op.22, Grand Solo Op.14, Divertimento Op.1, Divertimento Op.2, Divertimento Op.8, Fantasy Variation On Scotch Air Op.40, Introduction And Variation Theme of Mozart, Les Adieux Op.21, Les Folies Despagne Op.15, dan Fantasy Villageoise Op.15. Beliau juga membuat buku-buku metode latihan untuk berlatih gitar, seperti: Twenty Studies For Guitar, Six Studio For The Spanish Guitar, Studio For The Spanish Guitar, Douze Etude Pour La Guitare (Jeffery, 1994:16).

Dari sekian banyak karya ciptaannya, Grand Solo Op.14 adalah salah satu karyanya yang sering dimainkan oleh beberapa musisi gitar klasik di konser-konser. Lagu tersebut sangat menarik untuk dimainkan, akan tetapi memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk dapat dimainkan dengan baik.

(17)

Banyak beredar buku-buku dan video tutorial yang mengajarkan tentang cara melatih teknik yang benar dalam bermain gitar, namun tidak selalu metode yang diajarkan efektif bagi pembaca. Menurut Tennant (1995:5), tiap lagu memiliki tingkat kesulitan yang beragam dan penggunaan teknik yang beragam sesuai dengan tingkat kesulitan sebuah lagu. Dari uraian tersebut telah dijelaskan bahwa setiap lagu perlu dipelajari dan dianalisis secara cermat sesuai dengan tingkat kesulitan lagu khususnya pendekatan secara teknik, tidak cukup menggunakan teknik secara “umum” untuk memainkan Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

Melihat dari permasalahan tersebut, menarik untuk dikaji terkait teknik permainan Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor agar dapat membantu memberikan solusi mangatasi kesulitan teknis dalam bermain gitar khususnya bagi musisi-musisi gitar pemula.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

C. Rumusan Masalah

(18)

5

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan bagian-bagian sulit yang terdapat dalam Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

3. Mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor pendukung teknik permainan gitar klasik dalam memainkan Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan referensi dalam hal pendalaman materi khususnya dalam memainkan sebuah lagu.

b. Bagi pecinta gitar klasik dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan mengenai riwayat hidup dan karya-karya Fernando Sor. 2. Manfaat Praktis

(19)

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan pengertian, dalam penelitian ini digunakan batasan istilah sebagai berikut:

1) Analisis

Menurut Wiradi (2009:2), “analisis adalah serangkaian perbuatan meneliti, mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan serta dikelompokkan berdasarkan keterkaitan serta penafsiran makna dari setiap kriteria.” Di lain bagian, Komaruddin (2001:53) menyatakan bahwa, “analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.”

2) Teknik Permainan

(20)

7

3) Grand Solo Op.14

(21)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Analisis Teknik Permainan 1. Analisis

Ada beberapa pendapat mengenai analisis yang dikemukakan oleh para peneliti terdahulu di dalam penelitiannya. Menurut Chaplin (2000:25), analisis ialah proses mengurangi kompleksitas suatu gejala rumit sampai pada pembahasan bagian-bagian paling elementer atau bagian-bagian paling sederhana. Keraf (1981:60) menyatakan bahwa, “analisis adalah suatu cara membagi-bagi objek penelitian ke dalam komponen-komponen yang membentuk satu bagian ke satu bagian yang utuh, sehingga dapat dipaparkan dengan jelas.” Dilain bagian, Wiradi (2009:20) menyatakan bahwa, “analisis adalah serangkaian perbuatan meneliti, mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan serta dikelompokkan berdasarkan keterkaitan serta penafsiran makna dari setiap kriteria.” Sementara itu Komarudin (2005:53), berpendapat bahwa “analisis adalah kegiatan mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.”

(22)

9

2. Teknik Permainan

Menurut Raporot (2002:23), teknik adalah suatu kumpulan dan perangkat hubungan satu sama lain. Pendapat lain, Banoe (2003:409) menyatakan bahwa, teknik adalah cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk notasinya, seperti: legato, staccato, tenuto, accel, vibrato dan sebagainya. Tennant menyatakan bahwa dalam memainkan gitar klasik terdapat bermacam-macam teknik, yaituapoyando, tirando, tremolo, slur, barre, harmonic (1995:13), sedangkan menurut Oakes (2003:3) selain apoyando, tirando, slur, barre, dan harmonic, teknik permainan juga mencakup sikap duduk dalam bermain gitar, posisi tangan kanan dan tangan kiri. Sementara Parkening menyatakan bahwa apoyando, tirando, dan harmonic termasuk ke dalam teknik produksi nada (1997:14).

a. Sikap Duduk

(23)

akan membuat pemain lebih leluasa dalam bermain gitar terutama jika memainkan nada-nada tinggi pada fingerboard (Oakes, 2003:3).

Gambar 1. Sikap duduk dalam bermain gitar klasik (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

(24)

11

b. Posisi Tangan Kanan

Dalam bermain gitar klasik posisi tangan kanan yang benar sangat penting, karena tangan kanan digunakan untuk memproduksi nada. Posisi tangan kanan yang benar adalah menempatkan tangan di atas senar dengan posisi tangan mengepal dan sedikit terbuka, lengan bagian bawah bersandar di tepi gitar, posisi jari melengkung dengan meletakkan ibu jari pada senar bass (senar 4, 5, 6) dan jari lainnya pada senar 1, 2, dan 3 (Oakes, 2000:5).

Gambar 3. Posisi tangan kanan dalam bermain gitar klasik (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

c. Posisi Tangan Kiri

(25)

senar dengan posisi jari agak cembung, posisi ibu jari sejajar dengan jari tengah dan posisi ibujari tidak menggantung di atas neck (2000:5).

Gambar 4. Posisi tangan kiri dalam bermain gitar klasik (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

d. Teknik Produksi Nada 1) Apoyando

Apoyando adalah petikan bersandar, teknik ini adalah teknik yang dimainkan dengan tangan kanan. Setelah memetik senar jari langsung bersandar pada senar yang ada di atas atau di bawah senar yang telah dipetik sehingga memberikan karakter suara yang lebih kuat (Tennant, 1995:35).

(26)

13

2) Tirando

Tirandoatau petikan bebas. Setelah memetik senar jari tidak bersandar

pada senar yang ada di atas atau di bawah senar yang telah dipetik. Teknik petikan ini biasanya digunakan untuk memainkan akor atau arpeggio, arpeggio adalah akor yang dimainkan secara acak, sedangkan tirando merupakan teknik pada tangan kanan (Tennant, 1995:36).

a) Arpeggio

Arpeggio adalah teknik permainan musik dimana nada-nada dibunyikan tidak serentak tetapi satu per satu dengan tempo cepat, seperti harpa. Arpeggio dapat dimainan dari senar atas ke senar bawah, dari senar bawah ke senar atas, maupun dari senar atas ke senar bawah kemudia kembali lagi ke senar atas, begitu juga sebaliknya (Prier, 2011:11).

b) Akor

Akor adalah kumpulan nada yang dibunyikan bersama, yang baru mempunyai arti sama saat berhubungan dengan akor lainnya (sebelum dan sesudahnya). Ada macam 4 akor, yaitu akor mayor, akor minor, akor augmented, dan akor diminished (Prier, 2011:7).

(27)

Sul ponticello adalah teknik memetik senar yang posisinya berdekatan dengan bridge sehingga menghasilkan warna suara yang kering dan lebih nyaring (Tennant, 1995:30).

Sul tasto adalah teknik memetik senar yang posisinya berdekatan dengan sound hole sehingga menghasilkan warna suara yang lembut dan tebal (Tennant, 1995:30).

3) Tremolo

Tremolo merupakan teknik memainkan nada yang sama dengan cepat dan berulang-ulang menggunakan jari a, m, i secara bergantian untuk menciptakan efek nada yang seolah memiliki sustainpanjang (Tennant, 1995:56).

4) Harmonic

Harmonic adalah salah satu teknik yang dimainkan dalam permainan gitar. Terdapat dua tipe teknik harmonic, yaitu natural harmonic dan artificial harmonic (Vai, 1990:14).

a) Natural harmonic

Natural harmonic adalah harmonik asli dan merupakan teknik harmonik yang mudah dimainkan pada open string.

Suara yang jernih pada teknik ini umumnya dihasilkan pada fret ke 5, 7, 9, 12 dan 19.Cara memainkan teknik ini adalah dengan tidak terlalu keras menyentuh senar yang akan dibunyikan (Vai, 1990:14).

(28)

15

harmonik asli, jari tangan kiri yang digunakan untuk menekan nada pada kolom-kolom tersebut tidaklah terlalu keras dalam menekan senar karena jika terlalu keras menekan senar teknik ini tidak akan berhasil untuk dimainkan.

b) Artificial harmonic

Artificial harmonic adalah teknik harmonik buatan. Menurut Vai, cara memainkan teknik ini adalah dengan:

Jari tangan kiri menekan nada yang ingin dimainkan sementara kedua jari tangan kanan membunyikan nada yang sama secara bersamaan dengan interval satu oktaf lebih tinggi dari nada yang ditekan oleh jari kiri (Vai, 1990:14).

Berbeda dengan natural harmonic, pada artifical harmonic nada-nada yang dapat dimainkan dengan menggunakan teknik ini tidak tersedia secara otomatis di fretboard sehingga untuk memainkannya jari tangan kiri harus menekan nada yang diingikan pada fretboard bersamaan dengan jari tangan kiri memetik nada yang sama pada oktaf yang lebih tinggi.

(29)

Gambar 7. Sul ponticello (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

Gambar 8. Sul tasto (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

(30)

17

Gambar 10. Artificial harmonic (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).

e. Slur

Slur adalah teknik memainkan nada secara bersambung. Ada dua macam teknik slur, yaitu slur naik (hammer on) atau disebut juga dengan pola slur ascending dan slur turun atau disebut juga dengan pola slur descending. Slur adalah teknik untuk tangan kiri (Tennant, 1995:13).

f. Barre

Barre adalah teknik menekan beberapa senar menggunakan satu jari yang dipipihkan, biasanya untuk memainkan akor. Barre adalah teknik untuk tangan kiri (Tennant, 1995:22).

3. Struktur dan Bentuk Grand Solo Op.14

(31)

Kedua adalah bagian Allegro, bagian ini merupakan modulasi dari tangga nada yang digunakan pada Introduction yaitu tangga nada D minor yang pada bagian Allegro bermodulasi menjadi tangga nada D mayor. Selain perubahan tangga nada tonika, pada bagian ini pun terjadi perubahan yang signifikan dari bagian sebelumnya yaitu perubahan tempo menjadi Allegro (cepat) dan perubahan tanda sukat menjadi sukat 4/4. Bagian Allegro dibagi menjadi 3 sub-bagian, yaitu eksposisi, development, dan rekapitulasi.

Pada eksposisi terdapat 3 tema (tema I, tema kontras, tema II). Tema I dimainkan dalam tangga nada tonika, sementara tema kontras dan tema II dimainkan dalam tangga nada dominan. Development atau pengembangan tema yang bermodulasi ke tangga nada yang jauh dengan mengkonfrontasi ke dua tema (tema I dan II). Rekapitulasi atau disebut juga dengan kesimpulan dari bagian-bagian sebelumnya. Pada rekapitulasi, tema I dan tema II kembali muncul, akan tetapi keduanya dimainkan dalam tangga nada tonika. Karya ini diakhiri dengan kadens autentic sempurna.

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Grand Solo Op.14 merupakan karya Fernando Sor yang menggunakan bentuk musik sonata klasik yang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian Introduction dan bagian Allegro.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah:

(32)

19

kemudian dilanjut dengan rondo. Rondo dalam komposisi tersebut merupakan tipe rondo rantai/rondo perancis dengan bentuk A-B-A-C-A. Teknik yang digunakan dalam memainkan Rondo in A minor karya Dionisio Aguado diantaranya (1) teknik interval, arpeggiodan slur dalam memainkan speed (2) teknik petikan tirando dan apoyando dalam membedakan tone colour serta pembagian power antara melodi utama dan suara iringan.

(33)

dalam memainkannya, serta tidak menyebabkan tubuh dan tangan menjadi tegang sehingga menyebabkan cedera.

Dari kedua penelitian tersebut relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai teknik permainan pada instrumen gitar klasik, sedangkan perbedaannya terdapat pada fokus masalah yang diteliti. Berdasarkan pernyataan tersebut maka penelitian mengenai analisis teknik Grand Solo Op.14 dianggap layak untuk dilakukan, karena hal ini sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil pra-penelitian dan tinjauan pustaka maka, terdapat beberapa pertanyaan menyangkut penelitian ini yakni :

1. Teknik permainan gitar klasik apa sajakah yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor?

2. Mana sajakah bagian-bagian tersulit pada Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor?

(34)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang mendeskripsikan mengenai “Analisis Teknik Permainan Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor Pada Gitar Klasik.” Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Menurut Creswell (2003:258), prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian akademik dibandingkan dengan metode kuantitaif. Penelitian kualitatif juga memiliki asumsi-asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah yang unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi penelitian yang berbeda-beda.

B. Setting Penelitian

(35)

Penelitian ini juga melibatkan narasumber dalam pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara.

C. Tahapan Penelitian

Menurut Moleong (2003:09) tahap penelitian meliputi; (1) Tahap Pra- Penelitian (2) Tahap Penelitian dan (3) Tahap Pasca Penelitian. Sesuai dengan teori tersebut maka peneliti membagi penelitian ini ke dalam 3 tahap, adapun penjelasan dari masing-masing tahapan yang peneliti rencanakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Penelitian

Pada tahap ini dipersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persiapan yang dilakukan yaitu mencari buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sumber penelitian, membuat rancangan penelitian, menentukan expert yang berkompeten di bidangnya. Sebelum penelitian, sudah dilakukan proses pendataan data dari subjek yang telah ditentukan yaitu partitur Grand Solo Op.14. Proses pendataan data yang dilakukan yaitu dengan cara memainkan langsung lagu Grand Solo Op.14, sehingga dapat mencari bagian-bagian tersulit pada lagu tersebut dan teknik permainan apa saja yang digunakan dalam memainkan lagu tersebut.

2. Tahap Penelitian

(36)

23

Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A, Bakti Setyaji, S.Pd, dan Danar GayuhUtama, S.Pd ketiganya adalah gitaris, dosen dan dosen luar biasa gitar di ISI Yogyakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Tahap Pasca Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian penelitian setelah melewati tahap pra-penelitian dan tahap penelitian. Pada tahap ini data yang telah diperoleh kemudian diolah. Untuk menambah keabsahan data, dilakukan pengecekan dari sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu dengan metode triangulasi teknik. Setelah mendapatkan informasi dari proses pengolahan data kemudian data dideskripsikan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian menurut Arikunto (2007:152), merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditata sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data. Adapun subjek penelitian dapat berupa hal, benda, atau orang. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah partitur lagu Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor second version.

(37)

E. Data Penelitian

Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan sumber perolehan data ke dalam 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari sumber data yaitu partitur lagu Grand Solo Op.14 second version yang menjadi subjek penelitian. Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara memainkan lagu dari partitur tersebut kemudian mencari bagian-bagian tersulit yang sulit dimainkan dan teknik permainan yang digunakan pada lagu tersebut sesuai yang ada pada partitur.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari wawancara kepada expert yang telah dipilih yang berkompeten pada bidang yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Rahmat Raharjo, Bakti Setyaji, dan Danar Gayuh Utama. Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan pada proses wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada expert mengenai teknik permainan, latihan, dan interpretasi pada lagu Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor.

F. Instrumen Penelitian

(38)

25

langsung ke lokasi penelitian. Sebagai instrumen penelitian, sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan berbagai langkah penelitian yaitu membuat perencanaan penelitian dan tahap-tahap penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian meliputi: penentuan lokasi penelitian, penentuan fokus penelitian, penentuan metode penelitian, penentuan sumber informasi, penentuan teknik pengumpulan data, dan penentuan metode analisis.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif dan sumber data yang ada, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi, dan wawancara sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan baik. Menurut Sugiyono (2009:225), pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan trianggulasi. Berdasarkan uraian tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara kepada ahli (expert), dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau objek lain yang diselidiki. Ada beberapa jenis observasi, diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.

(39)

partisipan adalah suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut andil dalam kegiatan pengambilan data (Affifudin dan Saebani, 2009:23). Observasi ini dilakukan dengan cara memainkan dan menganalisis langsung lagu Grand Solo Op.14 karya Fernando Sor agar dapat memperoleh data secara langsung. 2. Wawancara

Pada proses pengumpulan data akan dilakukan wawancara kepada expert. Menurut Sulistyo (2006:173), “wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi.” Dari pernyataan tersebut maka tujuan wawancara adalah memperoleh data yang akan diolah dalam penelitian. Wawancara yang akan dilakukan bersifat semi terstruktur, maksudnya wawancara tidak terlalu resmi dan tidak terlalu santai akan tetapi meskipun bersifat demikian, selama proses wawancara berlangsung harus tetap terjaga agar komunikasi dengan expert tetap terfokus pada pertanyaan yang diajukan.

(40)

27

Bakti Setyaji, S.Pd adalah gitaris dan komposer yang telah mengenyam pendidikan musik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Surakarta). Selain aktif sebagai gitaris beliau juga aktif membuat komposisi, diantaranya adalah Fantasia Indonesia (Spirit of the Trance). Beliau juga mengajar sebagai dosen gitar di UNY.

Danar Gayuh Utama, S.Pd adalah gitaris klasik yang mengenyam pendidikan musik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Beliau merupakan anggota kwartet gitar Sforzando dan telah beberapa kali mendapat gelar juara pada kompetisi gitar klasik bertaraf nasional dan internasional bersama kwartetnya tersebut. Beliau adalah dosen luar biasa di UNY yang mengajar gitar di almamaternya tersebut.

(41)

Tabel 1. Pedoman wawancara

No Aspek Pertanyaan

1. Teknik • Teknik permainan apa saja yang digunakan pada Grand Solo Op.14?

• Mana saja bagian-bagian yang sulit dimainkan pada lagu Grand Solo Op.14?

• Etude apa saja yang dapat digunakan untuk menunjang teknik permainan dalam lagu tersebut?

2. Latihan • Latihan teknik seperti apa saja yang digunakan untuk menunjang teknik permainan gitar dalam memainkan Grand Solo Op.14?

• Berapa lama latihan teknik yang sebaiknya dilakukan untuk membantu mengatasi bagian-bagian tersulit pada lagu tersebut?

• Berapa banyak teknik yang sebaiknya dilatih untuk menunjang kemampuan dalam memainkan bagian-bagian tersulit pada lagu tersebut?

(42)

29

3. Interpretasi • Bagaimana interpretasi yang digunakan pada lagu tersebut?

• Apakah ada perbedaan interpretasi antara bagian Introduction dan Allegro? Jika ada, maka apa saja perbedaannya?

• Apakah tingkat kesulitan teknik pada bagian tertentu dalam lagu ini

mempengaruhi interpretasi pada bagian-bagian tersebut?

3. Dokumentasi

(43)

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menguraikan hasil observasi dan studi dokumentasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan diuraikan dalam bentuk teks naratif.

Menurut Affifudin dan Saebani (2009:145), analisis data adalah “proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar.” Di bagian lain, Taylor (dalam Affifudin dan Saebani, 2009:145) menyatakan bahwa, “analisis data sebagai proses merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.” Dari kedua definisi tersebut memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya kedudukan analisis data dalam sebuah penelitian, karena dalam penelitian kualitatif prinsip pokok penelitian adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data dibagi dua tahap, yaitu analisis data sebelum penelitian dan analisis data saat penelitian.

1) Analisis Data Sebelum Penelitian

(44)

31

atau video (video master class) yang membahas mengenai cara bermain dan mengatasi kendala teknis dalam karya tersebut.

2) Analisis Data Saat Penelitian

Analisis data saat penelitian dilakukan ketika penelitian sedang berlangsung. Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap teknik permainan yang digunakan pada lagu Grand Solo Op.14. adapun kegiatan pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan tersebut kemudian dianalisis dengan mendisplay data, mereduksi data, dan verification (kesimpulan).

a. Display Data

Display data adalah pendeskripsian informasi-informasi tersusun yang dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian dapat berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, bagan dan sebagainya. Berdasarkan pendekatan kualitatif, maka pada penelitian ini penyajian data dideskripsikan dalam bentuk teks naratif.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

(45)

caramemilah data-datayang telah diperoleh melalui observasi, studi dokumentasi dan wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian.

c. Verification (Kesimpulan)

Merupakan kegiatan akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna dari data yang disajikan.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang didapat dari lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya melalui metode observasi, wawancara, trianggulasi yang didukung dengan studi dokumentasi.

I. Keabsahan Data

(46)

33

penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Adapun tahap yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil observasi dan studi dokumentasi dengan hasil wawancara. Melalui teknik ini validitas data akan lebih terjamin.

Trianggulasi teknik dapat ditunjukkan pada gambar 11.

Wawancara

Studi Dokumentasi Observasi Partisipan

(47)

34 BAB IV

ANALISIS TEKNIK PERMAINAN “GRAND SOLO OP.14” KARYA FERNANDO SOR

A. StrukturGrand Solo Op.14 Karya Fernando Sor

Struktur dari sebuah karya musik penting untuk diketahui seorang pemain musik. Hal ini dibutuhkan dalam menerapkan interpretasi serta untuk memberikan warna suara yang berbeda dari setiap bagian. Penerapan interpretasi serta perbedaan warna suara diperlukan untuk membantu menyampaikan pesan dari seorang komponis kepada pendengar. Selain itu, penerapan interpretasi serta perbedaan warna suara bertujuan untuk menunjukkan kepiawaian pemain solo dalam memainkan alat musiknya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bakti Setyaji, S.Pd dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015 sebagai berikut;

“Cari tau frase tanya jawabnya itu dimana aja, nanti dari situ jadi lebih mudah buat garap lagu sama nganalisis teknik permainannya.”

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam memainkan sebuah karya musik, seorang pemain gitar perlu mengetahui struktur musik dari karya yang akan dimainkan agar lebih mudah dalam mengindentifikasi teknik permainan dan mengolah interpretasi lagu yang akan dimainkan. Demikian halnya dalam memainkan Grand Solo Op.14.

(48)

35

birama. Karya ini memiliki dua bagian, yaitu bagian Introductiondan Allegro. Bagian Introductionberjumlah 25 biramadan bagianAllegro berjumlah 249 birama. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai struktur Grand Solo Op.14: 1. Introduction/intro

Bagian intro dalam karya ini berjumlah 25 birama, dimainkan dalam tangga nada D minor. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian intro dalam lagu Grand Solo Op.14:

Tabel 2. Introduction pada lagu Grand Solo Op.14.

No. Bagian Birama Keterangan

1. Introduction 1-25 25 Birama.

Dimainkan dalam tangga nada D minor sebagai pembuka sebelum tema I muncul.

Introduction merupakan bagian pertama sebagai pengantar sebelum masuk dalam tema I pada bagian Allegro dalam Grand Solo Op.14 yang. Bagian ini dimainkan dalam tempo sedang.

2. Allegro

(49)

a. Eksposisi

Bagian eksposisi dalam lagu ini berjumlah 97 birama yang dimulai dari birama 26 hingga birama 122. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian eksposisi dalam lagu Grand Solo Op.14:

Tabel 3. Eksposisipada lagu Grand Solo Op.14.

No. Bagian Birama Keterangan

1. Eksposisi

Dimainkan dalam tangga nada D mayor. Pada tema I terdapat r merupakan transisi modulasi

(50)

37 mayor (tonika) ke tema II yang dimainkan dalam tangga nada A mayor (dominan).

Dimainkan dalam tangga nada A mayor. Pada tema kontras terdapat 2 motif baru yang baru muncul pada tema ini, yakni motif: t, u.

Motif t adalah frase antisiden. Motif u adalah frase konsekuen dari motif t.

(51)

29

33

37

41

(52)

39

b) Motif q, r & s

Birama 46

50

54

Pada birama 46 sampai 49 (dalam kotak merah) terdapat motif q sebagai frase antiseden. Pada birama 50 sampai 53 (dalam kotak biru) terdapat motif r yang merupakan lanjutan frase antiseden dari motif q. Sementara itu pada 54 sampai 58 terdapat motif s (lingkaran hijau) yang menjadi frase konsekuen dari motif q dan motif r. Motif s merupakan transisi modulasi dari tema I yang dimainkan dalam tangga nada D mayor (tonika) ke tema kontras dan tema II yang dimainkan dalam tangga nada A mayor (dominan).

2) Tema Kontras a) Motif t & motif u

(53)

63

66

70

Tema kontras dimainkan dalam tangga nada A mayor. Pada tema ini terdapat 2 motif baru yang baru muncul pada tema ini, yakni motif t dan motif u. Motif t terdapat di birama 59 sampai 62 dan birama 67 sampai 70 (dalam kotak merah), motif ini adalah frase antiseden. Sementara itu motif u terdapat di birama 63 sampai 66 dan birama 71 sampai 73 (dalam kotak biru), motif t adalah frase konsekuen dari motif t.

3) Tema II

a) Motif v & motif w

Birama 99

(54)

41

118

Tema II dimainkan dalam tangga nada A mayor (dominan). Sama seperti tema kontras, pada tema II terdapat 2 motif baru yang baru muncul pada tema ini yaitu motif v dan motif w. Motif v adalah frase antiseden. Motif v terdapat di birama 111 sampai 114 (dalam kotak merah). Sedangkan motif w adalah frase konsekuen dari motif v, motif ini terdapat di birama 115 sampai 122 (dalam kotak biru). b. Development/pengembangan

Bagian development/pengembangan dalam lagu ini berjumlah 48 birama, yaitu birama 123 hingga birama 170. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian development dalam lagu Grand Solo Op.14:

Tabel 4. Development pada lagu Grand Solo Op.14.

No. Bagian Birama Keterangan

(55)

1) Birama 123-124

123 124

Modulasi ke tangga nada F mayor, terlihat dari penggunaan tanda accidental (lingkaran merah).

2) Birama 125-138 123

129

132

135

138

(56)

43

3) Birama 139-148

138

141

144

147

Modulasi ke tangga nada D mayor, terlihat dari penggunaan tanda mulanya (lingkaran merah).

4) Birama 149-158 Birama 147

151

(57)

Modulasi ke tangga nada D minor, terlihat dari nada F nya yang

Bagian rekapitulasi dalam lagu ini berjumlah 74 birama, yaitu birama 171 hingga birama 244. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian rekapitulasi dalam lagu Grand Solo Op.14:

(58)

45

d. Coda

Bagian coda pada lagu ini berjumlah 30 birama, dimulai dari birama 245 hingga birama 274. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagian coda pada lagu Grand Solo Op.14:

Tabel 6. Coda pada lagu Grand Solo Op.14.

No. Bagian Birama Keterangan

1. Coda 245-274 30 Birama.

Dimainkan dalam tangga nada D mayor

B. Deskripsi Penggunaan Teknik Permainan Gitar Klasik Pada Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor

Teknik permainan merupakan komponen utama dari serangkaian komponen pembentuk lagu lainnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya pada gitar klasik terdapat beraneka macam teknik permainan dan telah banyak mengalami perkembangan. Sementara itu, Grand Solo Op.14 Sor menerapkan teknik permainan gitar klasik yang standar seperti teknik Apoyando, Tirando,Tremolo, Damper, Slur, dan Barre namun meskipun demikian Sor sangat pandai dalam mengolah teknik-teknik tersebut sehingga sulit untuk dimainkan dengan baik.Hal ini diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015;

(59)

“Kalau saya ditanya teknik apa saja yang digunakan disitu ya seperti yang kamu bilang (slur, tremolo, apoyando, tirando, barre) yang jelas kalau tangan kanan ya ada permainan arpeggio, arpeggio ada macam-macam, ada yang model tremolo, ada yang model interval, ada yang model scale ya sedikit. Kalau tangan kiri ada barre terus ada damper juga, hmm kurang lebih begitu.”

Adapun teknik permainan gitar klasik yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah : (1)Apoyando, (2)Tirando,(3)Tremolo, (4)Damper, (5)Slur,dan (6)Barre.

Dalam bermain gitar klasik untuk memproduksi nada terdapat beberapa cara dengan menggunakan teknik petikan, salah satunya adalah menggunakan teknik Apoyando. Teknik Apoyando biasanya digunakan untuk memainkan melodi-melodi tunggal tanpa iringan akor maupun harmoni.Adapun cara memainkan teknik ini adalah dengan menyandarkan jari yang telah digunakan untuk memetik senar pada senar yang ada di atas maupun di bawahnya. Dalam karya ini teknik Apoyando terbilang jarang digunakan karena sebagian besar melodinya terdapat diantara pola permainan akor, sehingga apabila dimainkan menggunakan teknik ini akan mematikan bunyi akor sebagai pengiring dari melodi.

Birama 26 27 28

Gambar 12. Birama 26, 27, dan 28

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

(60)

47

pada bagian Allegro. Teknik inisecara otomatis digunakan ketika memainkan nada pertama pada birama ini (lingkaran biru) karena dimainkan secara bersamaan di dua senar berbeda yang berdekatan jaraknya (double stroke) yaitu di senar 6 dan senar 5. Walaupun terdapat satu nada sebagai iringan, melodi tersebut dapat dimainkan dengan teknik Apoyando tanpa mematikan sustain dari nada pengiringnya, karena melodi terdapat disenar ke 5 sementara pengiringnya terdapat pada senar ke 6. Jari yang digunakan untuk memainkan teknik ini adalah ibu jari dengan gerakan mengarah ke arah bawah, dengan kata lain ibu jari digerakkan dari senar 6 ke arah senar 5 sehingga tidak akan mematikan sustain dari senar 6 yang lebih dahulu dibunyikan.

Bagian ini merupakan pembuka pada bagian Allegro, menurut Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 April 2015 sebagai berikut;

“Nah misalkan yang ini, karena ini kan bagian pembuka dari bagian yang baru, dimainkannya beda dari bagian sebelumnya, salah satu caranya ya misal tone colournya dibuat beda, misal lebih ke ponticello biar kerasa megah juga.”

Dari ungkapan tersebut bagian iniakan lebih baik apabila dimainkan pada posisi sul ponticelloyaitu memetik senar pada posisi dekat dengan bridge untuk memberikan karakter bunyi bass yang lebih keras dan memberikan kesan megah pada frase antiseden pembuka pada bagian Allegro tersebut.

(61)

Birama 129 130 131

132

135

Gambar 13. Birama 129-137

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Sama seperti padabirama 26,di birama-birama tersebut teknik Apoyando yang digunakan bersifat double stroke (lingkaran berwarna merah),akan tetapi pada bagian ini setelah memainkan teknik Apoyandolangsung disusul dengan pola permainan Arpeggiosehingga sulit untuk menjaga artikulasi nada ketika dimainkan dalam tempo cepat.Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 menyatakan bahwa;

“Apoyando itu kan berat gitu ya kalau dimainin, sementara arpeggio dimainin pake tirando yang gerakannya ringan, ada kombinasi teknik dibagian ini jadi kalau untuk melatihnya ya pelan dulu pake metronome biar bersih dan artikulasi nadanya jelas.”

(62)

49

bunyi yang dihasilkan mempunya clarity yang baik, terutama pada nada yang dimainkan menggunakan teknik Apoyando.

Teknik petikan lain yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Tirando.Cara memainkan teknik ini adalah dengan tidak menyentuhkan jari yang

digunakan untuk memetik pada senar yang ada di atasnya. Dengan kata lain setelah digunakan untuk memetik senar jari tersebut tidak menyentuh pada senar berikutnya. Dalam memainkan Grand Solo Op.14 dapat dikatakan teknik ini sangat sering digunakan untuk bermain Akor dan Arpeggio.

Birama 123

Gambar 14. Birama 123-128

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada birama 123 hingga birama 128 (lingkaran merah), teknik Tirando digunakan untuk memainkan akor-akor pada bagian Development tersebut. Sementara itu masih pada bagian yang sama, di birama 131

dan 132 (lingkaran merah)teknik Tirando digunakan untuk memainkan pola permainanArpeggioseperti yang terlihat pada gambar 15.

Birama 129

(63)

Gambar 15. Birama 129-134

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Selain Apoyando dan Tirando masih terdapat satu teknik petikan lagi yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 yakni teknik Tremolo. Teknik Tremolo merupakan pengembangan dari Tirando yang dimainkan secara berulang-ulang dalam tempo cepat di senar yang sama.Tremolodapat dikatakan juga teknik ilusi untuk menghasilkan nadabersustain panjang, dikarenakan gitar klasik merupakan instrumen yang memiliki sustain bunyi yang pendek sehingga untuk memproduksi bunyi yang seolah memiliki sustain bunyi yang panjang maka digunakanlah teknik Tremolo. Tremolo dimainkan dengan menggunakan jari a, m, i yang dipetik dengan cepat dan berulang-ulang menggunakan Tirandosehingga nada yang dimainkan seolah memiliki sustain panjang.

Birama 50

Gambar 16. Birama 50-53

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

(64)

51

Kemudian teknik permainan gitar klasik lainnya yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 ialah teknik Damper.Damperadalah teknik mematikan nada atau muting yang digunakan untuk memainkan tanda diam dan tanda hias seperti staccato. Damperdapat dikatakan teknik yang fleksibel karena teknik inidapat

dimainkan menggunakan tangan kanan maupun tangan kiri sesuai dengan kebutuhan dalam memainkan lagu. Dalam Grand Solo Op.14 teknik ini sering digunakan. Seperti yang terlihat pada birama 142 dan 143, teknik Damper digunakan untuk memainkan tanda diam.

Birama 141

Gambar 17. Birama 141-143

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisiopen string (lingkaran merah), untuk dapat memainkannya maka digunakanlah teknik Damper. Adapun cara mematikan bunyi nada bass tersebut adalah dengan menggunakan jari 4 (jari kelingking pada tangan kiri). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A dalam wawancara pada tanggal 24 April 2015;

“Hmmm sebentar-sebentar kalo yang sebelah sini bisa pake tangan kiri nih, manfaatin jari tangan kiri yang gak dipake buat mencet, nah ini lebih efisien ...”

(65)

Masih pada bagian yang sama namun pada birama selanjutnya yakni birama 144 hingga birama 148, teknik Damper masih digunakan untuk memainkan tanda diam. Sama seperti birama sebelumnya tanda diam terdapat pada nada bass dalam posisi open string.

Birama 144

147

Gambar 18. Birama 144-148

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 18,terdapat tanda diam pada ketukan pertama di birama 144 hingga 148 (lingkaran merah),kemudian pada ketukan ke empat di birama-birama tersebutterdapat pola permainan Arpeggio(lingkaran biru). Dengan kata lain setiap berpindah birama bunyi nada bass harus dimatikan,karena pada ketukan pertama adalah awal dimainkannya pola Arpeggio. Pada birama-birama ini teknik Damper dimainkan menggunakan ibu jari tangan kanan.

(66)

53

terlebih dahulu agar ibu jari dapat memainkan teknik Damper dengan akurat, kemudian naikkan temponya secara bertahap.

Selain digunakan untuk memainkan tanda diam, dalam Grand Solo Op.14 teknik Damper juga digunakan untuk memainkan staccato. Nada-nada dengan staccato harus dimainkan pendek, dalam Grand Solo Op.14 nada-nada tersebut terdapat di birama 13 hingga birama 15 pada bagian Introduction dan untuk dapat memainkannya digunakanlah teknik Damper.

Birama 12

15

Gambar 19. Birama 12-17

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Seperti yang terlihat pada gambar 19, nada dengan tanda staccato terdapat pada birama 13 hingga birama 15 (lingkaran merah). Pada birama-birama tersebut teknik Damper dimainkan dengan tangan kanan, adapun jari yang digunakan untuk memetik senar yakni jari m, i dan p.Nada E yang sebelumnya telah dibunyikan menggunakan jari m kemudian nada tersebut dimatikan menggunakan jari i, sementara untuk nada D dimainkan dan dimatikan menggunakan jarip.

(67)

memainkan nada secara bersambung dengan satu kali petikan. Ada tiga macam jenis Sluryang masing-masing memiliki cara berbeda dalam memainkannya.

Pertama adalah Hammer on/ascending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi secara bersambung dengan cara mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yg akan dimainkan), jenis Slur ini terdapat pada birama 7.Birama 5

Gambar 20. Hammer on (sumber partitur Grand Solo Op.14 second version).

Hammer on/ascending slur terdapat pada birama 7 yakni terlihat dari penggunaan busurlegato pada nada hias acciacatura (lingkaran merah). Nada pertama dari acciacatura tersebut adalah nada yang lebih rendah dari nada berikutnya maka bagian tersebut harus dimainkan menggunakan hammer on/ascending slur.

Kemudian jenisSlur yang kedua adalah pull of/descending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada tinggi ke nada yang lebih rendah secara bersambung dengan cara menarik jari yang sedang digunakan untuk menekan senar ke arah bawah). Pull of/descending slur terdapat pada birama 1 dan 3.

Birama 1

Gambar 21. Birama 1-4

(68)

55

Seperti yang terlihat pada gambar 21, terdapat nada dengan acciacatura yang dimulai dari nada yang lebih rendah (lingkaran merah), sehingga nada tersebut harus dimainkan menggunakan pull of/descending slur.

Jenis Slur yang ketiga adalah hammer on and pull of/ascending-descending slur (memainkan nada yang dimulai dari nada rendah yang kemudian

disambung dengan mengetukkan jari yang sedang tidak digunakan untuk menekan senar ke arah nada yang lebih tinggi dan setelah menekan senar jari tersebut langsung ditarik ke arah bawah tanpa memetik senar kembali).

Birama 37

41

Gambar 22. Birama 37-45

(sumber partitur Grand Solo Op.14 second version).

(69)

Kemudian teknik permainan gitar klasik yang terakhir yang digunakan dalam Grand Solo Op.14 adalah teknik Barre. Barremerupakan teknik yang dimainkan menggunakan tangan kiri. Cara memainkan teknik ini adalah dengan menggunakan jari telunjuk untuk menekan lebih dari satu nada pada senar berbeda secara vertikal pada saat yang bersamaan. Terdapat dua jenisBarre, yakni half barre (jari telunjuk digunakan untuk menekan beberapa senar) dan full barre (jari telunjuk digunakan untuk menekan seluruh senar).Teknik Barre sering digunakan untuk bermain akor, baik dalam posisi full barre maupun half barre,tak terkecuali dalam Grand Solo Op.14. Seperti yang terlihat pada gambar 23, teknik Barre digunakan di birama 13 sampai dengan birama 17.

Birama 12

15

Gambar 23. Birama 12-17

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

(70)

57

dalam posisi full barre (lingkaran merah) dan pada birama 16 dan birama 17 terdapat akor A Mayor dan akor Bes Mayor dalam posisi half barre.

C. Beberapa Faktor yang Mendukung Teknik Permainan

Pada pembahasan sebelumnya mengenai teknik permainan gitar klasik dalam lagu Grand Solo Op.14 sudah dijelaskan bahwa teknik permainan yang digunakan yakni Apoyando, Tirando, Tremolo, Damper, Slur, dan Barre. Teknik Slur menjadi ciri khas pada karya ini karena polanya yang unik.Di luar teknik permainan yang telah dijelaskan pada subbab pembahasan sebelumnya terdapat pula faktor-faktor yang menjadi pendukung teknik permainan gitar klasik yang mana hal ini sangat perlu diperhatikan oleh gitaris klasik.Adapun faktor-faktor pendukung tersebut yakni; (1) speed, (2) power, (3) tone colour, (4) economic movement, (5) kesehatan dan ketahanan fisik.Seorang gitaris klasik perlu memperhatikan ke 5 hal tersebut karena sangat erat kaitannya dengan teknik permainan gitar klasik.

Pada Grand Solo Op.14 banyak ditemui beberapa bagian yang menggunakan speed, karena Grand Solo Op.14 termasuk ke dalam jenis lagu yang bertempo cepat. Terdapat dua bagian dalam Grand Solo Op.14 yakni bagian Introduction yang dimainkan dalam tempo sedang dan bagian Allegro yang dimainkan dalam tempo cepat. Bagian Allegro memiliki jumlah birama yang lebih banyak dari bagian sebelumnya sehingga Grand Solo lebih dominan dimainkan dalam tempo cepat.

(71)

digunakan sebagai perubah tempo pada bagian Allegro,sehingga terjadi perubahan tempo yang signifikan dari bagian sebelumnya. Selain sebagai perubah tempo, pada bagian Allegro speed juga digunakan pada pola permainan Slur dan Arpeggio dengan harga not seperenambelas.

Speed digunakan dalam pola permainan Slur. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam Grand Solo Op.14 Sor banyak menerapkan pola permainan Sluryang sebagian besar dengan harga not seperenambelasan dan tanda hias acciacatura dengan harga not serupa.

Birama 29

33

Gambar 24. Birama 29-36

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

(72)

59

Pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A menyatakan bahwa;

“Dalam memainkan bagian sulit yang membutuhkan speed, yang terpenting itu pertama kita harus tahu dulu, perhatikan apakah pengoperasian jari yang digunakan itu sudah tepat belum, karena kalau jarinya aja gak tepat itu bisa menghambat permainan.”

Menurut pendapat Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.Adalam memainkan bagian yang membutuhkan speed, hal pertama yang perlu diperhatikanadalah pengoperasian jari yang digunakan untuk bermain ataufingeringnya.Jika dilihat pada partitur yang digunakan, tidak ditemukan adanya petunjuk untukfingering, dengan kata lain gitaris bebas untuk menentukan fingering.Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn,

L.Mus.A dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 April 2015 sebagai berikut;

“Hmm karena disini (partitur Grand Solo) tidak ada fingeringnya, jadi kamu harus mengolah sendiri. Nah sekarang fingering yang memungkinkan untuk disini itu gimana? Ada banyak cara ...”

(73)

nada E-Dis, Fis-E, G-Fis, dan A-G dimainkan dengan jari yang telah digunakan untuk menekan nada-nada sebelumnyadengan urutan fingering yakni jari 2, 4, 2, dan 4.

Terdapat nada E dalam posisi open string pada senar pertama (lingkaran hijau), nada Cis yang ditekan dengan jari ke 4, nada B yang ditekan dengan jari ke 2, dan nada A yang ditekan dengan jari 1 (lingkaran kuning) dipetik dengan Tirando menggunakan jari a, m, a, kemudian nada G ditekan dengan jari ke 3 dan

nada Fis ditekan dengan jari ke 2 dimainkan pada senar 2 (lingkaran ungu) dipetik dengan Tirando menggunakan jari i dan nada E pada pertama dalam posisi open string (lingkaran coklat) dipetik dengan Tirando menggunakan jari m.

Slur terdapat diantara nada Cis-B dan G-Fis yang dimainkan menggunakan jari 4 dan 3. Posisi ini memanfaatkan nada E senar pertama dalam posisi open string sebagai manuver pada jari ketika bermain speed sehingga akan lebih mudah untuk pindah pada posisi berikutnya.Sementara itu pada birama 33 Slur digunakan sebagai nada hias acciacaturapada nada D di senar ke dua yang

dimainkan menggunakan jari 2, 4, 2, 1, 2.

Untuk melatih bagian tersebut mulailah bermain dengan tempo yang lambat dengan memperhatikan pengoperasian jarinya. Apabila sudah tidak ada kendala pada fingering, kemudian tambahkan temponya secara perlahan.

(74)

61

89

Gambar 25. Birama 85-90

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Speeddalam pola permainan Slur juga terdapat padabirama 88 hingga birama 91(lingkaran merah). Berbeda dengan birama 32 dan 33, pada bagian ini teknikSlurdimainkan dengan pola descending ke arah open string (lingkaran berwarna biru).

Adapun fingering yang digunakan untuk memainkan bagian ini yakni, pada birama 88 diketukan kedua dan ketukan ketiga, jari ke 1 digunakan untuk menekan nada Fis di senar 1, jari 3 digunakan untuk menekan nada Dis di senar 2, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 1 digunakan untuk menekan nada Gis pada senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1, jari 4 digunakan untuk menekan nada B di senar 1, jari 1 kembali digunakan untuk menekan nada Gis di senar 1, posisi open string pada nada E di senar 1 dipetik menggunakan teknik Tirando dengan urutan jari i, i, m, i, m, i.

(75)

Pada birama 88 Slur terdapat diantara nada Fis-E, Gis-E, B-Gis. Pada nada Fis-E Slurdimainkan dengan jari 1 yang ditarik ke bawah setelah digunakan untuk menekan nada Fis sehingga Slur digunakan untuk memainkan nada E pada posisi open string.Pada nada Gis-E fingering untuk memainkan Slur sama dengan nada

sebelumnya akan tetapi pada nada Gis-E jari 1 digunakan untuk menekan nada Gis pada senar 1. Sementar itu pada nada B-Gis Slur digunakan untuk memainkan nada Gis di senar 1. Slur dimainkan dengan jari 4 yang ditarik ke bawah setelah jari tersebut digunakan untuk menekan nada B di senar 1.

Lalu pada birama 89 Slur terdapat diantara nada Fis-E, A-E, Cis-A. Pada nada Fis-E dan nada A-Efingeringyang digunakan untuk memainkan Slur sama dengan yang digunakan pada nada Fis-E dan nada Gis-E di birama 88. Pada nada Cis-A fingering yang digunakan untuk memainkan Slur pun sama dengan yang digunakan pada nada B-Gis di birama 88. Sementara itu birama 90-91 merupakan pengulangan dari birama-birama sebelumnya.

Untuk melatih bagian ini, mainkanlah dalam tempo lambat terlebih dahulu agar bunyi yang dihasilkan jelas terutama pada bagian Slurke arah senar terbuka. Mainkanlah bagian tersebut denganberulang-ulang untuk membiasakan pergerakan jari tangan kiri dalam melakukan perpindahan posisi serta sinkronasi antara pergerakan jari tangan kiri dan tangan kanan dalam memainkan bagian ini kemudian tambahkan temponya secara bertahap.

(76)

63

seperenambelasanyang harus dimainkan dengan cepat. Seperti pada gambar 26 pola permainan Arpeggio terdapat di birama 141 sampai 148 (lingkaran merah).

Birama 141

144

147

Gambar 26. Birama 141-148

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Di birama 141 sampai 148 terdapat progresi akor yang terdiri dari akor A Mayor, G diminished, D minor dalam posisi pembalikan kedua, dan E dimished yang dimainkan dalam pola permainan Arpeggio dengan nilai not seperenambelas (lingkaran merah). Dibagian ini kemampuan tangan kanan dalam bermain speed sangat dibutuhkan, karena jari tangan kanan digunakan dalam memainkan pola Arpeggio sementara jari tangan kiri yang digunakan untuk memainkan akor.

(77)

Sama seperti bagian-bagian yang membutuhkan speed lainnya, untuk melatih bagian inimulailah bermain dengan tempo lambat terlebih dahulu agar tangan kanan dapat memainkan Arpeggio dengan bersih dan intonasi yang jelas dan melatih jari tangan kiri dalam berpindah akor, kemudian naikkan temponya secara bertahap.

Faktor berikutnya yang mempengaruhi teknik permainan gitar klasik ialah power. Power adalah besar kecilnya kekuatan yang digunakan dalam bermain

musik, sehingga dapat menghasilkan variasi padavolume sesuai dengan besar kecilnya power yang digunakan. Biasanya pada sebuah lagu,power identik dengan penggunaan tanda ekspresi dan dinamik seperti piano, forte, cressendo, decressendo, sforzando, rinforzando, molto, grazioso dan sebagainya.Seorang gitaris klasik sangat perlu memiliki kemampuan dalam mengontrol power dengan baik karena dengan memiliki kemampuan tersebut seorang gitaris dapat memainkan sebuah lagu dengan baik pula. Padawawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2015 Rahmat Raharjo, S.Sn., M.Sn, L.Mus.A menyatakan bahwa;

“Dalam memainkan bagian sulit tiap gitaris punya caranya masing-masing ...”

(78)

65

Birama 1

5

Gambar 27. Birama 1-7

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

Penggunaanpower sudah terlihat sejak di awal lagu yakni pada bagian Introduction. Seperti yang terlihat pada gambar di atas yakni di birama 1 sampai

dengan ketukkan pertama di birama 2 dan di birama 3 sampai dengan birama 5 merupakan frase antiseden yang berupa rangkaian chord melody yang harus dimainkan dengan lembut karena terdapat tanda ekspresi piano pada birama-birama tersebut. Sedangkan pada birama-birama 2 dan 6 (lingkaran merah) merupakan frase konsekuen dari frase antiseden pada birama-birama sebelumnya yang harus dimainkan dengan keras karena terdapat tanda ekspresi forte.

Birama 26

Gambar 28. Birama 26

(sumber: partitur Grand Solo Op.14 second version).

(79)

birama 26 yang merupakan frase antiseden pertama pada bagianAllegro yang harus dimainkan keras (forte). Bagian ini hanya dimainkan pada dua senar yakni senar ke 5 dan senar ke 6, yang mana bagian melodi terdapat pada senar 5 (lingkaran merah) dan senar 6 (lingkaran biru) sebagai iringannya. Kesan megah terasa ketika memainkan bagian ini, karena merupakan pembuka pada bagian Allegro yang bernuansa kontras dari bagian sebelumnyayang bertempo sedang dan dimainkan dalam tangga nada minor.

Adapun cara memainkan bagian ini adalah menggunakan teknik petikan Apoyando dengan jari p (ibu jari tangan kanan) agar bunyi yang dihasilkan lebih keras dan jelas. Namun, seorang gitaris sebaiknya tetap mengontrol power yang digunakan untuk menghindari buzzing pada senar 6dalam posisi open stringdengan tuningdrop D.

Kemudian faktor pendukung teknik permainan berikutnya ialah tone colour. Tone colourmerupakan cara untuk memberikan karakter bunyi yang

(80)

67

Pada Grand Solo Op.14 tone colour lebih sering digunakan untuk memberikan perbedaan dalam memainkan bagian sama yang diulang dan sebagai pembeda antar frase.Tone color sering dimainkan dengan cara penggunaan teknik petikan yang berbeda dan merubah posisi tangan kanan pada posisi sulponticelo (memetik senar yang berada dekat dengan bridge) maupun sul tasto (memetik senar yang letaknya berada dekat dengan lubang resonansi)dalam memetik senar pada bagian sama yang diulang.

Faktor pendukung teknik permainan lainnya ialah economic movement. Mengingat Grand Solo Op.14 tergolong lagu yang memiliki tingkat kesulitan yang terbilang tinggi sehingga sulit untuk dapat memainkannya dengan baik. Terdapat beberapa bagian yang dianggap memiliki posisi lebih sulit dari bagian lainnya dan menjadi titik rawan dalam memainkan karya ini, sehingga pada bagian-bagian tersebut perlu perhatian khusus dalam latihan.

Economic movement tidak selalu merupakan bagian dengan jumlah birama

yang banyak, terkadang hanya terdapat pada beberapa birama bahkan beberapa ada saja dalam satu birama. Hal yang membuat menjadi sulit biasanya karena adanya kombinasi teknik permainan, perubahan posisi penjarian yang ekstrim, perpindahan posisi dengan jarak yang jauh dari posisi sebelumnya.

Birama 74

Gambar 29. Birama 74

Gambar

Gambar 1. Sikap duduk dalam bermain gitar klasik
Gambar 3. Posisi tangan kanan dalam bermain gitar klasik  (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015)
Gambar 4. Posisi tangan kiri dalam bermain gitar klasik  (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015)
Gambar 6. Tirando (sumber: dokumentasi Bahrudin 2015).
+7

Referensi

Dokumen terkait