• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Diagnostik Pemeriksaan Imunoserologi IgM Anti Salmonella Metode IMBI dan Rapid Test Terhadap Baku Emas Kultur Salmonella typhi Pada Penderita Tersangka Demam Tifoid.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Diagnostik Pemeriksaan Imunoserologi IgM Anti Salmonella Metode IMBI dan Rapid Test Terhadap Baku Emas Kultur Salmonella typhi Pada Penderita Tersangka Demam Tifoid."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM

ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA

DEMAM TIFOID

Gabby Ardani L, 2010. Pembimbing I : Indahwaty, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Manifestasi klinik demam tifoid tidak spesifik sehingga diagnosis demam tifoid berdasarkan gejala klinik sulit, maka dibutuhkan sarana penunjang diagnosis yang cepat dan tepat. Beberapa pemeriksaan serologis yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis demam tifoid antara lain tes Widal, IgM anti Salmonella metode IMBI, dan rapid test. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi nilai diagnostik IgM anti Salmonella metode IMBI dan rapid test sebagai pemeriksaan laboratorium penunjang diagnostik demam tifoid.

Penelitian ini bersifat retrospektif dengan metode deskriptif analitik dan rancangan cross sectional terhadap data sekunder hasil pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI, IgM anti Salmonella typhi Rapid Test dan kultur darah sebagai baku emas pada pasien tersangka demam tifoid di R.S Immanuel Bandung periode Februari-Juli 2010. Analisis data menggunakan chi-square McNemar.

Sensitivitas dan spesifisitas IgM anti Salmonella metode IMBI sebesar 100% dan 53,7%(p=0,000). Sedangkan IgM anti Salmonella metode rapid test memiliki sensitivitas sebesar 72,7% dan spesifisitas sebesar 65,9%(p=0,013).

IgM anti Salmonella metode IMBI lebih sensitif daripada rapid test. Sedangkan spesifisitas kedua pemeriksaan tidak jauh berbeda.

(2)

ABSTRACT

DIAGNOSTIC TEST OF IgM ANTI SALMONELLA IMMUNOSEROLOGY BY IGM ANTI SALMONELLA IN IMBI METHOD AND RAPID TEST METHOD

TOWARDS GOLD STANDARD Salmonella typhi CULTURE FROM SUSPECTED-TYPHOID FEVER PATIENT

Gabby Ardani L, 2010. 1st Supervisor : Indahwaty, dr., Sp.PK, M.Kes

. 2nd Supervisor: Penny S M, dr., Sp.PK, M.Kes

Typhoid fever remains a global health issue especially in developing countries. Clinical manifestation of typhoid fever are not specific. Due to the lack of spesific symptomps, the clinical diagnosis is dificult. Therefore it needs a fast laboratory testing to diagnosed typhoid fever. Some serologic examination is Widal, IgM anti Salmonella in IMBI and rapid test method. The aim of the study is to evaluate IgM anti Salmonella in IgM anti Salmonella in IMBI and rapid test method.

Thisis retrospective study with descriptive analitic method and cross sectional design to the result of IgM anti Salmonella in IMBI, rapid test, and blood culture examination as a gold standard from typhoid fever-suspected patient. Observation was on Immanuel Hospital on February-Juli 2010 period. Data analitic using chi-square McNemar.

The analitic result showing IgM anti Salmonella in IMBI method has 100% in sensitivity and 53,7% in spesificity(p=0,000). IgM anti Selmonella in rapid test method has 72,7% in sensitivity and 65,9% in specificity(p=0,013).

We can conclude that IgM anti Salmonella in IMBI method is more sensitive than IgM anti Salmonella in rapid test method, but both of their specificity are not much different.

(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Hipotesis Penelitian ... 5

1.7 Metode Penelitian ... 5

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella typhi ... 7

2.1.1 Karakteristik ... 7

2.1.2 Taksonomi ... 8

2.1.2 Tata Nama... 9

2.2 Demam Tifoid ... 9

(4)

2.2.1.1 Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin ... 11

2.2.2 Cara Penularan ... 11

2.2.3 Patofisiologi ... 12

2.2.4 Gejala Klinik ... 15

2.2.5 Komplikasi ... 15

2.3 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ... 16

2.3.1 Pemeriksaan Laboratorium ... 16

2.3.1.1 Hematologi ... 16

2.3.1.2 Urinalisis ... 17

2.3.1.3 Kimia Klinik ... 17

2.3.1.4 Imunoserologi ... 17

2.3.1.4.1 Widal ... 17

2.3.1.4.2 IgM Anti Salmonella Metode IMBI ... 18

2.3.1.4.3 IgM anti Salmonella Metode Rapid Test ... 20

2.3.1.5 Mikrobiologi ... 22

2.3.1.5 Biologi Molekuler... 25

2.4 Evaluasi Tes ... 25

2.4.1 Sensitivitas ... 26

2.4.2 Spesifisitas ... 26

2.4.3 Nilai Prediksi ... 26

2.4.4 Validitas ... 27

2.4.5 Titik Potong (cut-off) ... 27

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 28

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 28

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 28

3.4 Metode Penelitian ... 29

(5)

x

3.4.2 Definisi Operasional ... 29

3.5 Ukuran Sampel ... 30

3.6 Metode Analisis Data ... 30

3.7 Hipotesis Penelitian ... 31

3.8 Alur Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 32

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur ... 33

4.1.3 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test ... 33

4.1.4 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode IMBI ... 34

4.1.5 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan Kultur Darah .... 35

4.2 Hasil Uji Diagnostik Serologis Demam Typhoid ... 36

4.2.1 Uji Diagnostik IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test Terhadap Pemeriksaan Baku Emas (Kultur Darah) ... 36

4.2.2 Uji Diagnostik IgM Anti Salmonella Metode IMBI Terhadap Pemeriksaan Baku Emas (Kultur Darah) ... 37

4.2.3 Sensitivitas, Spesifisitas, NPP, dan NPN Pemeriksaan Serologis Terhadap Pasien Tersangka Demam Tifoid ... 38

4.3 Uji Hipotesis ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 46

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interpretasi Hasil IgM anti Salmonella Metode IMBI ... 20 Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur ... 33 Tabel 4.2 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan IgM Anti

Salmonella Rapid Test ... 33 Tabel 4.3 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan IgM anti

Salmonella Metode IMBI ... 34 Tabel 4.4 Hubungan Lama Demam dengan Hasil Pemeriksaan Kultur ... 35 Tabel 4.5 Tabel 2x2 Uji Diagnostik IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test

Terhadap Pemeriksaan Baku Emas ... 36 Tabel 4.6 Uji Diagnostik IgM Anti Salmonella Metode IMBI Terhadap

Pemeriksaan Baku Emas ... 37 Tabel 4.7 Hasil Sensitivitas, Spesifisitas, NPP, dan NPN Pemeriksaan

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Sel Enterobacteriaceae ... 7

Gambar 2.2 Salmonella ... 8

Gambar 2.3 Prevalensi Demam Tifoid di Seluruh Dunia ... 11

Gambar 2.5 Patogenesis dan Patofisiologi Demam Tifoid ... 14

Gambar 2.6 Dalf Salmonella Antigen Set ... 21

Gambar 2.7 Bactec ... 23

Gambar 2.8 Cara Kerja Bactec ... 24

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 31

(8)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Tabel Kontingensi 2x2 ... 46

Lampiran 2 Hasil Pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI Terhadap Kultur... 47

Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test Terhadap Kultur ... 48

Lampiran 4 Prosedur Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test ... 49

Lampiran 5 Prosedur Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode IMBI ... 50

Lampiran 6 Prosedur Pemeriksaan Kultur Bactec Salmonella Typhi ... 51

Lampiran 7 Surat Ijin Pengambilan Data ... 51

(9)

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Tabel Kontingensi 2x2

Tabel 2x2

Variabel 1

Variabel 2 Positif Negatif Jumlah

Positif a b a+b

Negatif c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sensitivitas = a/(a+c) Spesifisitas = d/(b+d)

(10)

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI Terhadap Kultur

IMBI * kultur Crosstabulation

Count

kultur Total

"P" "N" "P"

IMBI "P" 11 19 30

"N" 0 22 22

Total 11 41 52

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10,231(b) 1 ,001

Continuity

Correction(a) 8,151 1 ,004

Likelihood Ratio 14,233 1 ,000

Fisher's Exact Test ,001 ,001

Linear-by-Linear

Association 10,034 1 ,002

McNemar Test ,000(c)

N of Valid Cases 52

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,65.

(11)

48

Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test Terhadap Kultur

rapid* kultur Crosstabulation

Count

kultur Total

P N P

rapid P 9 14 23

N 2 27 29

Total 11 41 52

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,991(b) 1 ,005

Continuity

Correction(a) 6,175 1 ,013

Likelihood Ratio 8,318 1 ,004

Fisher's Exact Test ,007 ,006

Linear-by-Linear

Association 7,837 1 ,005

McNemar Test ,004(c)

N of Valid Cases 52

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,87.

(12)

Lampiran 4. Prosedur Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode Rapid Test

Prinsip:

Imunokromatografi

Reagen IgM anti Salmonella DALF

Test device yang terdiri dari membran nitroselulose yang dilapisi oleh konjugat koloidal anti IgM manusia, konjugat koloidal IgG kelinci, antigen LPS Salmonella typhi dan anti sera kelinci

Buffer Sampel loop

Prosedur kerja:

1. Kemasan DALF dibuka dan diberi identitas subjek penelitian

2. Diteteskan 5 μl serum ke dalam port A

3. Diteteskan 5 tetes buffer ke dalam port B, lalu didiamkan selama 15 menit 4. Hasil dibaca pada port hasil

Interpretasi Hasil:

Positif : bila tampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan tes (T) Negatif : bila garis merah hanya terlihat pada garis C

(13)

50

Lampiran 5. Prosedur Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Metode TUBEX TF (IMBI)

Prinsip: Imunokromatografi

Reagen IgM anti Salmonella Metode IMBI Tabung reaksi berbentuk V

Penyangga magnetic

Reagen A berwarna coklat, berisi partikel magnet yang dilapisi antigen LPS Salmonella typhi

Reagen B berwarna biru, berisi partikel berwarna biru yang dilapisi antbodi monoklonal spesifik terhadap antigen O9 Salmonella typhi

Prosedur kerja:

Pada tabung reaksi pertama, 1 tetes reagen A ditambah 1 tetes (25μl) serum

dicampur selama 2 menit mengunakan pipet

Lalu ditambahkan reagen B, tabung reaksi ditutup dengan selotip, campuran dikocok/ dibolak-balik menggunakan tangan/rotator selama 2 menit

Tabung reaksi diletakkan pada penyangga magnetik selama 1 menit Hasil dibaca berdasarkan perubahan warna

Interpretasi Hasil:

Perubahan warna disesuaikan dengan warna pada penyangga magnetik, yang terdiri dari 0 (merah muda) -10 (biru)

<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi Demam Tifoid aktif.

3 Borderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Pengujian diulangi, bila masih meragukan, dilakukan sampling ulang beberapa hari kemudian.

(14)

Lampiran 6. Prosedur Pemeriksaan Kultur Bactec Salmonella typhi Alat dan Bahan:

5 ml darah vena steril BD Bactec Peds Plus Agar darah

Agar Mc Conkay

Antisera Salmonella typhi O dan H, paratyphi A,B,C Ose steril

Lampu bunsen

Inkubator Bactec dan inkubator Memmert

Prosedur kerja:

5 ml darah vena steril dimasukkan secara aseptic ke dalam botol Bactec

Botol berisi darah vena diinkubasi ke dalam inkubator Bactec sampai bunyi positif

1-2 tetes cairan dari BACTEC diinokulasi ke agar darah dan Mc Conkay Agar darah & Mc Conkay diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 1-3 hari

Bila ada pertumbuhan koloni, koloni diambil dan dilakukan identifikasi dengan antisera Salmonella typhi O dan H, paratyphi A,B,C

Interpretasi Hasil:

Positif : bila terjadi aglutinasi pada koloni yang ditetes dengan antisera Salmonella typhi O dan H, atau paratyphi A,B,C

Negatif : Bila tidak terjadi aglutinasi pada koloni yang ditetes dengan antisera Salmonella typhi O dan H, atau paratyphi A,B,C

(15)
(16)

Lampiran 8. Data Penderita

No JK

Umur

(th) Febris Gejala klinik Terapi Respon pasien IMBI rapid Kultur Keterangan

1 P 2.25

25/3: 2 mgg yl,

mual, muntah, sariawan, batuk

Ceftriaxon, Norages, Broadced,

Otopain, Salbron,

Becombion

2 P 29

1/4: 4 hr yl, ↑,

mual, muntah, batuk, sakit kepala

Trolit, Lancid, Mucosta, Cravit,

retroorbital, pegal, BAB BAK N,

Kalmetason, Vomceran

Lancid, Mucosta,

Cravit, Trolit

Sistenol, Rantin, Elsazym, Lancid

5/4: pulang, suhu

N, obat: Sistenol, +6 P N

kemerahan

Lancid, Elsazym,

Zypraz, Ciproxin

4 P 39

4/4: 4 hr

yl mual, lemas

Sistenol, Lancid, Elsazym, Cravit,

Vomceran, Cemevit,

Cetinal,

menstruasi hari pertama

Sistenol, lancid, Elsazym,Cravit,

Sumagesic, Dialac, Vomitas,

(17)

54

9 L 16

18/4: 5 hr

yl lemah

Lancid, Elsazym, Sistenol, Hexillon,

mual, sakit kepala, pegal, ↓ nafsu

Esilgan, Braxidin, Cravit, Kalmex,

Sumagesic, Spasmomen,

Neciblok, aPTT ↑

Rantin, Motilex, Kalmetason

Esilgan, Braxidin,

Cravit nyeri ulu hati

Sistenol, Imunos, Sumagesic,

Zagavit, Cravit, Vomceran

Cravit, Sistenol,

Bion 3

meggigil, nyeri ulu hati, batuk 1 hr

Norages, Ceftriaxon, Kalmetason

sakit kepala, mual, muntah 5x, NT

Sistenol, Elsazym, Lancid, Folamil,

Vomitas, Zytromax,

Orotractin

menggigil, sakit

kepala di

belakang,

Elsazym, Lancid, Sistenol

Urdahek, Sistenol,

Vometa Urdahek, Vometa

(18)

Elsazym, Lancid, Sistenol, Hexillon,

10/6: pulang, suhu

extremitas Sumagesic

18/6: pulang, suhu

Imbost, Sumagesic, Vomitas, Cravit,

Ascapect, Gastridin,

Sanmol,

cephalgia, nyeri epigastrium, diare,

Norages, Rantin, Ceftriaxon,

pecah-pecah, Boraxgliserin

Becombion syrup,

Zypraz 2800

menggigil, pegal,

lemas, nyeri

kepala,

Ostarin, Imunos, Dialac, Ambroxol,

Dialac, Ostarin,

Ambroxol

Salmonella typhi +

29 L 28 2 hr yl pusing

Sistenol, Elsazym, Lancid, Cravit

Lancid, Elsazym,

Sistenol,

Lancid, Elsazym,

Sislinal, Cemevit pulang, obat N N N

epistaksis, pusing,

(19)

56

menjelang pagi, nausea,

Sistenol, Elsazym, Lamcid, Zypras, cephalgia, 4 hri

Cermevit, Cravit, Kalmetason

Lancid, Elsazym,

Cravit, Zypras

Cravit, Zegavit, Sumagesic

Cravit, Zypras,

Sistenol

nyeri retroorbita, mulas, BAB, BAK

Tempra, Ferokid, Ceftriaxon,

Vomitas, Proxion, Dialac, Renolyte,

Lancid, Elsazym, Sistenol, Cermevit

batuk berdahak, mual, x muntah,

Magtral, Proxion,

Biodiar, 18/7: pulang, 36 C +8 P N

Intunal, Elsazym, Zypras, Tramal,

19/7: pulang, 36,4

(20)

Trolit, Lansoprazile

Sistenol, Lancid,

Trolit, Elsazym

41 L

22

3 hr yl,

↑↓ badan pegal-pegal, mual, muntah,

Sistenol, Elsazym, Lancid, Rillus,

Cravit, Hexilon, Vomceran, Cermevit

Sumagesic, Sistenol, Elsazym, Lancid,

Sistenol, Hexilon,

Lancid, Elsazym,

Sistenol, Elsazym, Lancid, Neciblok,

Zypras, Trolit, Cermevit

Hepabalance, Elsazym, Lancid,

Trolit,

↑ nyeri epigastrium +, myalgia, mual,

Sistenol, Elsazym, Imunos,

muntah berisi

makanan, BAK

gusi berdarah, BAB, BAK dbn

Sistenol, Elsazym,

Lancid 26/7: pulang, 36 C N N N

menggigil, kejang, 1 mgg SMRSI:

Dialac, Novalgin, Rantin, Valium,

Novalgin, Luminal,

Oxoryl

Norages, Trolit, Ceftriaxon suguh menggigil,

sore

Norages, Prednison

racikan

berkeringat, BAB,

(21)

58

produkstif sejak umur limfadenopati coli sejak

sebelumnya Kalmetason

(22)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Gabby Ardani Loman

NRP : 0710163

Agama : Kristen Protestan

Tempat/ tanggal lahir : Surabaya, 5 Oktober 1989

Alamat : Jalan Dandeur Indah no.6 Bandung

Riwayat pendidikan :

TK Mutiara Ibu, Surabaya (1993-1995)

SD Santa Maria, Banjarmasin (1995-2001)

SMP Santa Maria, Banjarmasin (2001-2004)

SMA Santa Ursula, Jakarta (2004-2007)

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan kepadatan penduduk, urbanisasi, hygiene, dan juga sanitasi lingkungan yang kurang baik. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah (Djoko Widodo, 2006).

World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 16 juta kasus baru yang terjadi setiap tahun di dunia dengan angka kematian sebesar 600.000 jiwa, dan di Indonesia terdapat 900.000 kasus baru setiap tahunnya dengan jumlah kematian lebih dari 20.000 orang (WHO, 2003). Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa insidensi demam tifoid meningkat antara tahun 1990 dan 1994 dari 9,2 menjadi 15,41 per 10.000 penduduk. Pada akhir tahun 2005 tercatat 25.270 kasus demam tifoid (Iskandar Zulkarnain, 2006).

(24)

beberapa faktor antara lain pemakaian antibiotik sebelumnya dan jumlah spesimen darah yang kurang. Biakan dari aspirasi sumsum tulang lebih sensitif, dapat mendeteksi hampir 80-95% kasus tifoid, bahkan pada mereka yang sudah mendapat terapi sebelumnya. Namun cara ini jarang dilakukan karena bersifat invasif (Haryanto Surya dkk., 2000).

Salah satu pemeriksaan untuk mendiagnosis demam tifoid adalah Polymerase Chain Reaction (PCR) berdasarkan penggandaan segmen Deoxyribonucleic Acid (DNA) mikroorganisme. Prihatini (1998) mendapatkan sensitivitas PCR S.typhi sebesar 95% dan spesifisitas 100%. Namun pemeriksaan ini tergolong sulit, karena membutuhkan alat yang canggih, serta analis yang kompeten, dan harganya mahal, sehingga tidak semua laboratorium dapat melakukan pemeriksaan ini.

Pemeriksaan laboratorium lain yang menunjang diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan serologis. Beberapa pemeriksaan serologis antara lain adalah Widal dan IgM anti Salmonella.

Widal adalah pemeriksaan serologis yang masih banyak digunakan sampai saat ini. Hasil pemeriksaan ini dapat diperoleh secara singkat, namun tidak spesifik karena pada infeksi Salmonella non typhi atau pada mereka yang pernah mendapat vaksinasi demam tifoid dapat memberikan hasil positif. Rachman, dkk. (2007) melaporkan hasil sensitivitas Widal sebesar 81,8%, dan spesifisitas sebesar 69,2%. Nilai cut-off uji Widal berbeda-beda di tiap daerah. Nilai ini dipengaruhi oleh derajat endemisitas di masing-masing daerah.

Saat ini ada pemeriksaan serologis yang mulai diperkenalkan, yaitu IgM anti Salmonella. IgM anti Salmonella dikenal memiliki 2 metode pemeriksaan, yaitu metode IMBI (Immunoassay Magnetic Binding Inhibition), atau yang lebih populer dengan nama dagang Tubex TF, dan metode Immunokromatografi (rapid test).

(25)

3

IgM terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) O9 kuman Salmonella typhi yang terdapat dalam serum penderita dengan interpretasi hasil pemeriksaan secara semikuantitatif. Antigen lipopolisakasida (LPS) O9 hanya ditemukan pada Salmonella typhi serogrup D. (Rachman, dkk., 2007).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lim (1998), didapatkan bahwa IgM anti Salmonella metode IMBI memiliki sensitivitas 100% dan spesifitas 100%, sedang pada penelitian yang dilakukan oleh Oracz (2003) didapatkan bahwa sensitifitas IgM anti Salmonella metode IMBI 92,6% dan spesifitas 94,8%.

IgM anti Salmonella metode rapid test adalah pemeriksaan kualitatif terhadap adanya IgM anti Salmonella dengan prinsip pemeriksaannya adalah imunokromatografi menggunakan antigen LPS spesifik Salmonella. Pemeriksaan ini, bila dibandingkan dengan biakan darah, sensitivitasnya 79,3% dan spesifisitasnya 90,2% (Inhouse research of DALF Salmonella IgM Drop Test). Metode IMBI dan rapid test memiliki beberapa perbedaan, antara lain dalam hal prinsip kerja, reagen yang digunakan, dan visualisasi hasil. Belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai pemeriksaan IgM anti Salmonella metode rapid test ini.

Pemeriksaan di atas memiliki keunggulan dan keterbatasannya masing-masing. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan akurasi pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI dan rapid test sebagai penunjang diagnosis demam tifoid.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas adalah: Bagaimana validitas pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid terhadap kultur darah (baku emas)

(26)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana hasil pemeriksaan IgM anti Salmonella Metode IMBI dan rapid test sebagai sarana laboratorium penunjang demam tifoid.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana validitas IgM anti Salmonella metode IMBI sebagai sarana laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid

Untuk mengetahui bagaimana validitas IgM anti Salmonella metode rapid test sebagai sarana laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik dari penelitian ini adalah memberi tambahan wacana kepada masyarakat umum, khususnya para klinisi tentang adanya pemeriksaan serologis penunjang diagnosis demam tifoid yang hasilnya dapat cepat diperoleh. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan tentang pemeriksaam serologis yang dapat membantu menegakkan diagnosis demam tifoid.

1.5 Kerangka Pemikiran

Diagnosis klinik demam tifoid sulit ditegakkan karena gejalanya tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid untuk menegakkan diagnosis demam tifoid (Djoko Widodo, 2006).

(27)

5

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan serologis yang sering diusulkan oleh klinisi. Namun, pemeriksaan Widal memiliki validitas yang kurang memadai (sensitivitas 81,8% dan spesifisitas 69,2%), serta memerlukan nilai cut-off yang sesuai dengan endemisitas masing-masing daerah (Haryanto Surya, dkk., 2000).

Pemeriksaan IgM anti Salmonella dengan metode rapid test merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi demam tifoid/ paratifoid. Metode ini memiliki sensitivitas 79,3% dan spesifisitas 90,2% (Inhouse research of DALF Salmonella IgM Drop Test). Pemeriksaan ini hanya memerlukan waktu yang singkat sehingga hasil pemeriksaan segera dapat diketahui.

Tes IgM anti Salmonella metode IMBI merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas (78%-100%) dan spesifisitas (80,4%-100%) yang lebih baik daripada uji Widal. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal untuk pemeriksaan secara rutin karena memberikan hasil yang cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang (Lim, 1998).

1.6 Hipotesis Penelitian

Validitas pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI sebagai penunjang diagnosis demam tifoid lebih baik dibandingkan dengan IgM anti Salmonella metode rapid test.

1.7 Metode Penelitian

(28)

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

(29)

40 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

Validitas pemeriksaan IgM anti salmonella metode IMBI sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid baik, dan bermakna secara statistik (p<0,05)

Validitas pemeriksaan IgM anti salmonella metode rapid test sebagai sarana penunjang diagnosis demam tifoid cukup baik, dan bermakna secara statistik (p<0,05) yang diuji terhadap baku emas kultur Salmonella typhi

Pada Uji IgM anti Salmonella metode IMBI didapatkan sensitivitas yang lebih baik dari uji anti Salmonella metode rapid test, namun spesifisitas tidak jauh berbeda

3.2 Saran

IgM anti Salmonella metode IMBI dapat digunakan sebagai uji saring dalam menunjang diagnosis demam tifoid

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI dan rapid test di tempat pemeriksaan yang lain dengan jumlah sampel yang lebih besar

Perlu melakukan prosedur pemeriksaan IgM anti Salmonella metode IMBI dan kultur yang lebih baik untuk mengurangi kesalahan pemeriksaan

(30)

41

DAFTAR PUSTAKA

Beeching and Gill N.J.(ed).2004. Typhoid and Parathyphoid Feverin GV. In Lectures Noteson Tropical Medicine 57h ed. USA, Blackwell Publ : 245:51 BD Bactec Peds Plus. 2006. Soybean-casein Digest With Resins. United States :

BD Bactec

Bergey D. And Holt J. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Lippincott Williams & Wilkins Publishing. Hagertown, Maryland. USA Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson DL. 2005.

Typhoid Fever. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York

Brusch JL.2006. Typhoid Fever

www.emedicine.com last up date July 24th 2006 [diakses pada tanggal 16 November 2007]

Christie AB. 1987. Infectious Disease: Epidemiology and Clinical Practice. 4th ed. Edinburgh, Scotland: Churchill Livingstone

Djoko Widodo, 2006. Demam Tifoid. Dalam : Aru Sudibyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, dan Siti Setiadi, Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia, edisi III Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 1752-7 EFSA-ECDC. 2007 EFCA-ECDC report for 2007: Salmonella Remains Most

Common Food-Borne Outbreaks

http://www.efsa.europa.eu/en/press/news/zoonoses090506.htm

(31)

42

Haryanto Surya, Budi Setiawan, Hanzah Shatri, Aru W. Sudoyo, Tony Loho. 2000. Perbandingan Pemeriksaan Uji Tubex TF dengan Uji Widal Dalam Mendiagnosis Demam Tifoid

Hasan R. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Tropik. Jakarta: FK UI

House D, Wain J, Ho Vo A, Diep To S, Chinh NT, Bay PV, et al. 2001. Serology of Typhoid Fever in Area of Endemicity and Its Relevance to Diagnosis. J clin Microbiol; 39:1002-7

Indro Handojo. 2004. Imunoasai Untuk Penyakit Infeksi Bakterial. Dalam : Indro Handojo, Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya : Universitas Airlangga. Halaman 1-23

Inhouse research of DALF Salmonella IgM Drop Test

Iskandar Zulkarnain. 2006. Demam Tifoid: Perkembangan Terbaru dalam Diagnosis dan Terapi. Dalam: Sumaryono, Setiati S, Gustaviani R, Sukrisman L, Sari NK, Lydia A, penyunting. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan. H. 35-43

Jawetz, Melnick, and Adelberg. 2007. Medical Microbiology. 24th ed. Boston: McGraw Hill

Juwono, R. 1996. Demam Tifoid. Dalam: Noer, H.M.S. (Editor), Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I, Edisi Ketiga, Balai FKUI, Jakarta,:435-42

Lemeshow S, Hormer DW, Klar J, Iwaga SK. 1992. Statistical Methods for Sample Size Determination. In: WHO. Adequancy of Sample Size in Health Study. Chichester New York Brisbane Toronto Singapore : John Wiley & Sons

Lentnek AL. 2007. Typhoid Fever. Division of Infection Disease www.medline.com

(32)

Lim PL.1998. One Step 2-Minute Test to Detect Typhoid Specific Antibodies Based on Particle Separation in Tubes. J Clin Microbiol. 36:2271-81

Lim PL, Tam FCH. 2003. The TUBEXTM Typhoid Test Based on Particle-Inhibition Immunoassay Detects IgM But Not IgG Anti-O9 Antibodies. J Immuno Methods. 2003:1-9 [cited 2006 Jun 20] Available from: http://www.elsevier.com/locate/jim

Murray PR, Baron EJ, Pfaller M A, Tennofer FC, Yolken RH. 1999. Manual of Clinical Microbiology. Seventh edition. Washington, DC: American Society for Microbiology Press

Olsen SJ, Pruckler J, Bibb W, Nguyen TMT, Tran MT, Nguyen MT, Sivapalasingam S, Gupta A, Phan TP, Nguyen TC, Nguyen VC, Phung DC, Mintz ED. 2004. Evaluation of Rapid Diagnostic Test for Typhoid Fever. J clin Microbiol 42:1885-1889

Oracz G, Felezko W, Golicka D. 2003. Rapid Diagnosis of Acute Salmonella Gastrointestinal Infection. Clin Infect Dis; 36: 112-5

Prihatini D, Tantular K, Rahman N. 1998. The Sensitivity of PCR screening on S.Typhi examination. Med J Indones. 7:166-7

PT Medilif Multitone. 2010. Dalf Salmonella IgM Drop Test.

PT. Pacific Biotekindo Intralab. 2006. Tubex TF a Magnetic Semi Quantitative Rapid Immunoassay Test For Typhoid Fever Diagnostic. Jakarta: PT. Pacific Biotekindo Lab

(33)

44

Raffatellu M, Chessa D, Wilson RP, Tukel C, Akcelik M, Baumler AJ. 2006. Capsule-Mediated Immune Evasion: A New Hypothesis Explaining Aspects of Typhoid Fever Pathogenesis. Infect Immune; 74 (1): 19-27

Razel K. 2005. Comparative Performance Analysis of Four Serological Test for The Diagnosis of Salmonella typhi among San Lazaro Hospital patients, Phillipines. 6th International conference on typhoid fever and other Salmonelloses, China, Guilin

Razel L. Kawano, Susan A.Leano, Dorothy May A. Agdamag. 2006. Comparison of Serological Test Kit For Diagnosis of Typhoid Fever in the Philipines. J Clin Microbiol p. 246-247

Right Choice Diagnostics, Salmonella typhi IgG/IgM Serum/Plasma/Whole Blood Strip

www.rightchoicediag.com/files/pdf/RRI2050E.pdf

Simanjuntak CH, Paleologo FP, Punjabi NH, et al. 1991. Oral Immunisation Againts Typhoid Fever in Vaccine. Lancet; 338(8774):1055-9

Sudigjo Sostroasmoro. 2002. Pemilihan Subyek Penelitian. dalam: Sudigjo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto. Halaman 67-77

Vandepitte J, K.Engbaek P, Piot and C.C. Heuck. 1991. Basic Laboratory Procedure in clinical Bacteriology. WHO, Geneva, pp:31-35

WHO. 2004. Communicable Disease Surveilance and Response Vaccines and Biological : The Diagnosis, Treatment, and Prevention of Typhoid Fever. Indonesis: WHO

WHO. 2007. Typhoid Fever. Retrieved 2007-08-28 Wikipedia:Salmonella

(34)

Referensi

Dokumen terkait

a) Ketersediaan anggaran pembangunan, walaupun anggaran/pendanaan ditetapkan sebelum dilakukannya perencanaan namun demikian hasil perencanaan yang dilakukan

Gerakan melingkar yang lebar, melibatkan penggunaan seluruh telapak tangan dengan penekanan yang utamanya berasal dari tumit tangan – dengan ditopang oleh

telah diperolehnya serta serta memberikan pemikiran memberikan pemikiran alternatif alternatif pada permasalahan pada permasalahan yang dihadapi yang dihadapi untuk

Dengan sasaran partai politik yang ada di Kabupaten Pelalawan, partai-partai politik yang sepakat untuk berkoalisi, serta pasangan calon bupati dan wakil bupati

Dari uraian ditas dapat disimpulkan bahwa kelima rasio tersebut, yaitu Economic Value Added (EVA), Residual Income (RI), Earnings (earnings per share) , Arus Kas

Kecanggihan media sosial memiliki dampak negatif yakni bisa terjadi tindak kejahatan seperti penggugahan foto atau video melalui media sosial Facebook dan dalam hal ini

Hipotesis penelitian ini adalah (1) model penemuan terbimbing memberikan hasil belajar yang sama dengan model cooperative learning, tetapi lebih baik

kecil Adanya bidang yang memisahkan ruang Adanya ruang lain sebagai perantara Kesimpulan Dapat digunakan pada ruang-ruang yang mempunyai hubungan erat Dapat digunakan pada