USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK
MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA
PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT
LIMIJATI BANDUNG
Mega Tristanto
Nrp : 0621037
Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T.
ABSTRAK
Pekerjaan di bidang konstruksi bangunan gedung setiap tahun banyak yang mengalami cedera, penyakit akibat kurangnya kebersihan area proyek, bahkan sampai meninggal. Survei penelitian di R.S. Limijati karena pengerjaan proyek konstruksi telah melaksanakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000(E) dan menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3. Metode pengumpulan dengan melakukan survei, kuesioner, dan wawancara ke proyek. Data kemudian diolah menggunakan metode statistik deskriptif dan dibuat usulan solusi untuk melaksanakan pekerjaan proyek untuk mengantisipasi kecelakaan kerja di proyek.
Proyek R.S. Limijati yang ditangani oleh kontraktor P.T. TATAMULIA sudah mempunyai manajemen K3 secara tertulis. Akan tetapi kurangnya pengawasan dan sosialisasi kepada pekerja menjadikan para pekerja kurang diperhatikan dan bisa berakibat pada kecelakaan kerja.
PROPOSED GUIDELINES FOR SAFETY AND
HEALTH ACCIDENT TO MINIMIZE THE PROJECT
CONSTRUCTION WORK IN HOSPITAL LIMIJATI
BANDUNG
Mega Tristanto Nrp : 0621037
Supervisor : Maksum Tanubrata, Ir., M.T.
ABSTRACT
Jobs in the field of building construction every year a lot of injury, illness due to lack of cleanliness of the project area, even to death. Survey research in R.S. Limijati because of project construction has implemented Quality Management System ISO 9001:2000 (E) and analyze the implementation of K3 construction guidelines and make recommendations K3 guideline implementation.
The purpose of this study was to analyze the implementation of K3 construction guidelines and make recommendations K3 guideline implementation. Collection methods by conducting surveys, questionnaires, and interviews to the project. The data were processed using descriptive statistical methods and the proposed solutions are made to carry out project work in anticipation of occupational accidents in the project.
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Surat Keterangan Tugas Akhir iii
Surat Keterangan Selesai Tugas Akhir iv
Lembar Pengesahan v
Pernyataan Orisinalitas Laporan Tugas Akhir vi
Pernyataan Publikasi Laporan Tugas Akhir vii
Kata Pengantar viii
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan 2
1.4. Sistematika Pembahasan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4
2.2. Kerugian Akibat Kecelakaan 4
2.2.1. Kecelakaan 4
2.2.2. Sakit 5
2.3. Perlindungan Terhadap Pekerja dan Peralatan 6
2.3.1. Peralatan 7
2.3.2. Cairan mudah terbakar 7
2.3.3. Pekerjaan perbaikan 8
2.4. Pembangunan 8
2.4.2. Pembongkaran struktur 9
2.5. Manajemen dan K3 11
2.5.1. Organisasi K3 11
2.5.2. Elemen Sistem Manajemen K3 13
2.5.3. Penyusunan Rencana Kerja 15
2.6. Identifikasi Bahaya dan Resiko 17
2.6.1. Analisis 19
2.6.2. Penilaian Resiko 21
2.6.3. Komponen Rencana Kerja 29
2.6.4.Tugas dan Tanggung Jawab Safety Team 30
2.7. Peraturan yang berlaku mengenai K3 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
3.1. Penjelasan Peraturan K3 P.T. Tatamulia Nusantara 32
3.2. Metodologi Penelitian 39
3.2.1. Metoda Pengumpulan Data 42
3.2.2. Daftar Responden Kuisioner 42
3.2.3. Analisa Data 44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45
4.1. Umum 45
4.1.1. Data Pustaka 45
4.1.2. Data Wawancara dari Responden Supervisor K3 53
4.2. Pengetahuan Responden 55
4.2.1. Data Kuisioner Responden Safety Team 55 4.2.2. Data Kuisioner Responden Tenaga Kerja 71
4.3. Resume Hasil Analisa 73
4.3.1. Data Pustaka 73
4.3.2. Usulan Hasil Analisis 75
BAB V SIMPULAN 81
5.1 Simpulan 81
5.2 Saran 82
Daftar Pustaka 83
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Ketentuan nilai denda bagi pekerja proyek R. S. Limijati Bandung 34
Tabel 3.2. Rambu – rambu yang dipakai pada proyek R. S. Limijati 35
Tabel 3.3. Data Kelompok Safety Team 43
Tabel 3.4. Data Kelompok Tenaga Kerja 43
Tabel 4.1. Data Kelompok Responden Kelompok Safety Team 46
Tabel 4.2. Data Kelompok Responden Kelompok Tenaga Kerja 47
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Kuisioner 47
Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Kuisioner 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. FlowchartProses Analisis Keselamatan Kerja 27
Gambar 3.1. Kebijakan Mutu dan K3 PT. Tatamulia Nusantara 32 Gambar 3.2. Pernyataan Project Manager pada proyek R. S. Limijati Bandung 33
Gambar 3.3. Denah tempat pelaksanaan K3 proyek R. S. Limijati Bandung 34
Gambar 3.4. Bagan Alir PembuatanTugas Akhir 40
Gambar 4.1. Flowchart Tanggap Darurat Kecelakaan Ringan 67
Gambar 4.2. Flowchart Tanggap Darurat Kebakaran 68
Gambar 4.5. Flowchart Tanggap Darurat Kecelakaan Berat 69
DAFTAR NOTASI
HE = Hazard Effect (Tingkat Keparahan)
ISO = Organisasi Standar Internasional
JAMSOSTEK = Jaminan Sosial Tenaga Kerja
JSA = Job Safety Analysis (Proses Analisis Keselamatan Kerja)
K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MSDS = Material Safety Data Sheet (Data Keselamatan Bahan)
OHSAS = Occupantional Health and Safety Assesment Series (standar internasional untuk penerapan sistem manajemen K3)
P = Probability (Kemungkinan)
P2K3 = Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RAB = Rancangan Anggaran Biaya
UUD = Undang – Undang Dasar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran L1 Daftar Kuesioner 84
Lampiran L2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 88
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
Pimpinan dan pegawai di semua unit kerja departemen pekerjaaan umum bersepakat menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang selamat dan sehat dengan kebijakan sebagai berikut :
Memastikan semua peraturan perundangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak,
Memastikan setiap orang bertanggungjawab atas keselamatan dan kesehatan kerja masing – masing, orang yang terkait dan orang yang berada di sekitarnya,
Memastikan semua potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan baik terkait dengan tempat, alat, maupun proses kerja telah diidentifikasi, dianalisis, dan dikendalikan secara efisien dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Memastikan penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna mengeliminasi, mengurangi, dan menghindari resiko kecelakaan dan sakit akibat kerja,
Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan kesehatan kerja para pejabat dan pegawai sehingga berkompetensi menerapkan SMK3 di lingkungan departemen pekerjaan umum,
Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan mitra kerja departemen Pekerjaan Umum.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini akan selalu dimuktahirkan sehingga tetap relevan.
Jakarta, 12 Februari 2009 MENTERI PEKERJAAN UMUM,
LAMPIRAN 3
UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
BAB I
TENTANG ISTILAH – ISTILAH
Pasal 1
Dalam Undang – undang ini yang dimaksud dengan :
1. “tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber – sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;
Yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian – bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut;
2. “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
3. “pengusaha” ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
4. “direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan undang – undang ini.
5. “pegawai pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
6. “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang – undang ini.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang – undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Ketentuan – ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan, atau pembongkaran rumah, gedung, atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu – batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara; g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, atau gudang;
h. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. Dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi – bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan
BAB III
SYARAT – SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. Mencegah, dan memadamkan kebakaran; c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian – kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat – alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan – pendapatan baru di kemudian hari.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat – syarat tersebut memuat prinsip – prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat – alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda – tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang – barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat – syarat keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang – undang ini diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 6
1. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.
2. Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dam lain – lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang – undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan – ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 8
1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat – sifat pekerjaan yang diberikan padanya. 2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
3. Norma – norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
a. Kondisi – kondisi dan bahaya - bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
c. Alat – alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; d. Cara – cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah
ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat – syarat tersebut diatas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
4. Pengurus wajib memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
BAB IV
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 10
1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat – tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk : a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang – undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat – tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat – tempat yang mudah terlihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
BAB IX
KETENTUAN – KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal – pasal diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.
2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama – lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi – setingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat – tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang – undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang – undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan – ketentuan menurut atau berdasarkan Undang – undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang – undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang – undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang – undang ini.
Pasal 18
Undang – undang ini disebut “UNDANG – UNDANG KESELAMATAN
KERJA” dan mulai berlaku pada hari diundangkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 1970
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEHARTO
Diundang di Jakarta tanggal 12 Januari 1970 Sekretaris Negara Republik Indonesia,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahun banyak pekerja lapangan bidang industri konstruksi
meninggal atau cedera sebagai dampak dari pekerjaannya dan menderita sakit,
seperti misalnya kanker, sakit kulit, ketulian, atau sakit paru – paru. Bahaya –
bahaya tersebut tidak terbatas pada lingkungan kerja saja. Anak – anak dan
anggota masyarakat lainnya juga banyak yang meninggal atau terluka akibat
kegiatan pekerjaan konstruksi yang tidak dikendalikan dengan baik. Pada akhir
dasawarsa ini kondisi industri konstruksi telah berkembang, tetapi angka
kematian, cacat, cedera dan sakit tetap tinggi.
Kematian, cedera dan sakit ini disamping mengakibatkan penderitaan dan
kesusahan, juga kerugian biaya. Pada suatu survei tentang Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan diperoleh data bahwa kerugian akibat
kecelakaan mencapai 8.5 % dari perhitungan biaya proyek konstruksi, walaupun
tidak terjadi kecelakaan yang serius.
Perencana dan pelaksana struktur umumnya hanya fokus supaya hasil yang
dikerjakan dapat memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Dengan demikian,
pada saat berfungsi bangunan tersebut dapat menjamin keselamatan pemakainya.
Sebagian besar presentasi pembelajaran di perguruan tinggi adalah untuk
menghasilkan bangunan yang dapat menjamin keselamatan pemakai dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang kompleks
pada suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
umumnya disebabkan oleh faktor manajemen, disamping faktor manusia dan
teknis. Perlunya pihak pengelola proyek dalam melakukan manajemen
mengupayakan dan melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan sebelum
kejadian suatu kecelakaan dan mengupayakan suatu strategi supaya kecelakaan
yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Strateginya antara lain membicarakan
keselamatan dan kesehatan kerja pada rapat yang rutin dilaksanakan di proyek,
menyediakan peralatan keselamatan kerja dan pelatihan khusus pada periode
tertentu. Dengan strategi tersebut diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang
aman dan nyaman. Dengan demikian para pekerja dapat bekerja dengan selamat
sehingga rencana pekerjaan proyek dapat diselesaikan tepat waktu dengan mutu
hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Disamping itu juga dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas para pekerja. Dalam hal ini penulis
mengambil tempat survei penelitian keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Limijati Bandung yang dikerjakan oleh P.T. Tatamulia. P.T.
Tatamulia dalam pengerjaan proyek konstruksi telah melaksanakan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (E) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sesuai OHSAS 18001:1999. Survei dilakukan untuk mengetahui
dan menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan
pedoman pelaksanaan K3 pada proyek R. S. Limijati Bandung.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa pedoman pelaksanaan K3 pada proyek pembangunan
gedung di Rumah Sakit Limijati Bandung.
2. Mengusulkan pedoman dan pengendalian identifikasi kecelakaan
kerja di proyek berdasarkan peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja yang berlaku.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar permasalahan tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini
dilakukan pembatasan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk konstruksi struktur
2. Melakukan survei untuk mengetahui adanya bentuk pelanggaran atau
kecelakaan kerja di proyek konstruksi bangunan gedung di Rumah Sakit
Limijati Bandung.
3. Membuat usulan pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek R. S. Limijati Bandung.
4. Usulan pedoman mencakup identifikasi pelaksanaan tanggap darurat dan
pencegahan kecelakaan pada saat proyek berlangsung.
1.4. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa bab,
yaitu sebagai berikut:
Bab 1, Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika pembahasan. Bab 2, Tinjauan Pustaka,
berisikan pengertian standar keselamatan dan kesehatan kerja, dan
peraturan/undang – undang berkaitan dengan K3 pada proyek bangunan gedung.
Bab 3, Metodologi Penelitian, berisikan diagram alir penelitian, pembahasan
cara survei dan analisa, dan pengumpulan data. Bab 4, Analisis dan
Pembahasan, memuat analisa statistik dan pembahasan solusi bagi kecelakaan
BAB V
SIMPULAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara data pustaka dengan data
lapangan pada bab sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan mengenai
pedoman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk meminimalkan kecelakaan
kerja pada proyek konstruksi di R.S Limijati Bandung.
Pada proyek R.S. Limijati ini pihak kontraktor sudah mempunyai sistem manajemen K3 secara tertulis dan mengikutsertakan tenaga kerjanya
dalam mengikuti pelatihan K3 di proyek R.S Limijati Bandung.
Responden dalam penelitian tugas akhir ini dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok safety team yang terdiri dari supervisor K3, Engineer, dan
security. Sedangkan kelompok tenaga kerja terdiri dari buruh pekerja dan
mekanik. Pengelompokan didasarkan atas perbedaaan pengetahuan
pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung dan sikap tenaga kerja
dalam menilai pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung
Metode penilaian kuisioner dilakukan dengan cara statistik deskriptif yaitu dengan cara presentase jawaban responden.
Validasi kuisioner telah dilakukan, akan tetapi masih terdapat responden yang kurang memahami maksud dari pertanyaan dalam kuisioner. Namun
hal itu dapat diatasi dengan melakukan wawancara langsung pada
responden.
Berdasarkan sikap kelompok safety team dan tenaga pekerja umumnya memahami adanya pelaksanaan K3. Akan tetapi, safety team kurang jeli
dalam mengawasi para pekerja konstruksi dan tenaga pekerja dapat
dikatakan memiliki intelektual rendah. Hal ini di sebabkan kurangnya
Berdasarkan pemantauan di lokasi proyek pembangunan R.S. Limijati Bandung bahwa pelaksanaan K3 berhasil dilakukan dengan tidak adanya
bentuk pelanggaran maupun kecelakaan kerja.
5.2. Saran
Pada akhir penulisan ini, ada beberapa hal yang disarankan penulis bagi
kemajuan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu :
Untuk pelaksanaan dan pengawasan K3 yang lebih baik, salah satu alternative yang dilakukan oleh pihak kontraktor adalah
memberlakukan track record kinerja pelaksanaan K3 pada setiap
proyek, sehingga diharapkan dapat memotivasi kinerja perusahaan
kontraktor dalam memberlakukan pelaksanaan dan pengawasan K3.
Diperlukan dukungan lainnya dari pemerintah agar pelaksanaan K3 dapat mencapai hasil yang maksimal, seperti tata cara pelaksanaan K3
di proyek dan peraturan – peraturan resmi yang mengatur mengenai
standar pelaksanaan K3.
Diperlukan standarisasi proyek pengerjaan bangunan dari pemerintah bahwa anggaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dicantumkan saat pelelangan jasa konstruksi.
Pengawasan dan pemeriksaan bagi pekerja dan kesehatan yang terjamin dari pihak kontraktor guna meningkatkan kesadaran para pelaku jasa
konstruksi dalam pelaksanaan K3 di Proyek R.S. Limijati.
Untuk penelitian lebih lanjut mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dilakukan studi kasus yang lebih mendalam mengenai
pelaksanaan K3 di lapangan karena pada umumnya pada saat ini
kontraktor sudah mempunyai sistem tertulis K3 yang memadai tetapi
belum berjalan dengan efektif. Jumlah responden yang lebih banyak,
jenis konstruksi yang lebih beragam, serta metode penilaian yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang Kebijakan
Keselamatan dan kesehatan Kerja Tahun 2009.
2. Ervianto, Wulfram I.,2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi publisher,
Indonesia.
3. Levitt, Raymond E., 1975. The effect of middle Management on Safety in
Construction. Technical Reportno. 196, Departement of Civil Enggineering
Stanford University, California.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.02 th 1970 tentang panitia Pembina K3
(P2K3) ditempat kerja.
5. Peraturan Menakertrans No. Per 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
6. Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
7. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum tahun 2008.
8. Rijanto, B. Budi., 2010. Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan (K3L), Mitra Wacana Media, Indonesia.
9. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.