• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Hipnotik Ekstrak Etanol Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt.) Pada Mencit Swiss Webster Jantan Yang Diinduksi Fenobarbital.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Hipnotik Ekstrak Etanol Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt.) Pada Mencit Swiss Webster Jantan Yang Diinduksi Fenobarbital."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK HIPNOTIK EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH PALA

(Myristica fragrans Houtt.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER

JANTAN YANG DIINDUKSI FENOBARBITAL

Jessica Santoso, 2011, Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II : Jo Suherman, dr., MS, AIF

Tidur merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia. Gangguan tidur sering diatasi antara lain menggunakan obat hipnotik yang dapat menimbulkan efek samping. Salah satu tanaman alternatif adalah daging buah pala. Tujuan penelitian adalah untuk menilai efek hipnotik ekstrak etanol daging buah pala (EEDBP)pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan komparatif. Tiga puluh ekor mencit Swiss Webster jantan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan (n=6), masing-masing diberi EEDBP 1: 626,5 mg/kgBB, EEDBP 2: 1253 mg/kgBB, EEDBP 3: 2506 mg/kgBB, Diazepam, dan CMC 1%. Data yang diukur mula tidur dan durasi tidur dengan metode induksi fenobarbital dalam menit. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSDdengan α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan mula tidur kelompok EEDBP 1, 2, dan 3 dalam menit (24, 20, 18,3) berbeda sangat bermakna dibandingkan kelompok CMC

(39,5) masing-masing dengan p=0,000. Durasi tidur kelompok EEDBP 3 (240,5) berbeda sangat bermakna dibandingkan kelompok CMC (139,7) dengan p=0,000.

Simpulan penelitian adalah ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki efek hipnotik dengan mempercepat mula tidur pada dosis 626,5 mg/kgBB, 1253 mg/kgBB, dan 2506 mg/kgBB dan memperlama durasi tidur pada dosis 2506 mg/kgBB pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

(2)

v

ABSTRACT

THE HYPNOTIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT FROM

NUTMEG FRUIT (Myristica fragrans Houtt.) IN MALE SWISS

WEBSTER MICE INDUCED BY PHENOBARBITAL

Jessica Santoso, 2011, 1st Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes.

2nd Tutor : Jo Suherman, dr., MS, AIF

Sleep is essential to human life. Sleep disorder is often treated by hypnotic drugs which can cause many side effects. One of herbs which can be used as an alternative therapy is nutmeg fruit. The aim of this study is to assess the hypnotic effect of ethanol extract of nutmeg fruit (EEDBP) on male Swiss Webster mice induced by phenobarbital.

This research was based on real experimental using Randomized Complete Design with comparative characteristic. Thirty male Swiss Webster mice were divided randomly into 5 groups (n=6), each group was given EEDBP 1: 626,5 mg/kgBW, EEDBP 2: 1253 mg/kgBW, EEDBP 3: 2506 mg/kgBW, Diazepam, and CMC 1%. The measured data were sleep onset and sleep duration in minutes induced by phenobarbital. Data analyzed by One-Way ANOVA followed by Tukey

HSD test with α=0.05.

The results showed sleep onset of EEDBP groups 1, 2, and 3 in minutes (24, 20, 18.3) were differed very significantly compared to CMC group (39.5) with p=0.000. The sleep duration of EEDBP 3 (240.5) was differed very significantly compared to CMC group (139.7) with p=0.000.

The conclusion is the ethanol extract of nutmeg fruit (Myristica fragrans Houtt) has a hypnotic effect by reducing sleep onset at doses of 626.5 mg/kgBW, 1253 mg/kgBW, and 2506 mg/kgBW and prolonging sleep duration at a dose of 2506 mg/kgBW in male Swiss Webster mice induced by phenobarbital.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 3

1.3 Maksud dan Tujuan... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis... 4

1.6 Metodologi Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Otak... 6

2.2 Formasio Retikularis... 8

2.3 Siklus Keadaan Tidur dan Keadaan Terjaga... 9

2.4 Tidur... 10

2.4.1 Teori Dasar Tidur... 11

(4)

ix

2.4.3 Stadium Tidur... 13

2.4.3.1 Tidur Gelombang Lambat atau Tidur NREM... 14

2.4.3.2 Tidur Paradoksikal atau Tidur REM... 15

2.4.3.3 Distribusi Stadium Tidur... 16

2.4.4 Efek Fisiologis Tidur, Hormon, dan Transmitter yang

2.5.4 Sleep Apnea Syndromes... 21

2.6 Pala (Myristicafragrans Houtt.)... 22

2.6.1 Jenis-jenis tanaman pala... 23

2.6.2 Taksonomi... 24

2.6.3 Kandungan Kimiawi... 24

2.6.4 Khasiat dan Kegunaan... 26

2.6.5 Mekanisme Kerja... 27

2.7 Sedatif-Hipnotik... 28

2.8 Benzodiazepin... 28

2.8.1 Struktur Kimia Benzodiazepin... 28

2.8.2 Klasifikasi Benzodiazepin... 29

2.8.3 Mekanisme Kerja Benzodiazepin... 29

2.8.4 Farmakokinetik Benzodiazepin... 30

2.8.5 Farmakodinamik Benzodiazepin... 31

2.8.6 Efek Samping Benzodiazepin... 31

2.8.7 Bentuk Sediaan Obat dan Dosis Diazepam... 32

2.9 Barbiturat... 32

2.9.1 Struktur Kimia Barbiturat... 32

2.9.2 Klasifikasi Barbiturat... 33

2.9.3 Mekanisme Kerja Barbiturat... 33

(5)

x

2.9.5 Farmakodinamik Barbiturat... 34

2.9.6 Efek Samping Barbiturat... 35

2.9.7 Bentuk Sediaan Obat dan Dosis Fenobarbital... BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 35 3.1 Bahan, Subjek, dan Waktu Penelitian... 36

3.1.1 Bahan Penelitian... 36

3.1.2 Alat Penelitian... 36

3.1.3 Subjek Penelitian... 37

3.1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian... 37

3.2 Metode Penelitian... 37

3.2.1 Desain Penelitian... 37

3.2.2 Variabel Penelitian... 37

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 37

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 38

3.2.3 Besar Sampel Penelitian... 39

3.3 Prosedur Kerja... 39

3.3.1 Pesiapan Bahan Uji... 39

3.3.2 Persiapan Hewan Coba... 39

3.3.3 Prosedur Penelitian... 40

3.3.4 Metode Analisis... 40

3.4 Aspek Etik Penelitian... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Berat Badan Mencit... 42

4.2 Mula Tidur... 43

4.3 Durasi Tidur... 46

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian... 50

(6)

xi

5.2 Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

LAMPIRAN... 56

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Berat Badan Mencit (gram)... 42 Tabel 4.2 Mula Tidur dalam menit pada Kelompok EEDBP, CMC, dan

Diazepam... 43 Tabel 4.3 Uji Tukey HSD Mula Tidur Kelompok EEDBP 1, 2, 3, CMC,

dan Diazepam... 45 Tabel 4.4 Durasi Tidur dalam menit pada Kelompok EEDBP, CMC, dan

Diazepam... 46 Tabel 4.5 Uji Tukey HSD Durasi Tidur Kelompok EEDBP 1, 2, 3, CMC,

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Otak Potongan Sagital... 7

Gambar 2.2 Formasio Retikularis... 9

Gambar 2.3 Gelombang Otak... 13

Gambar 2.4 Stadium Tidur... 16

Gambar 2.5 Distribusi Stadium Tidur... 17

Gambar 2.6 Buah Pala... 22

Gambar 2.7 Morfologi Pala... 23

Gambar 2.8 Kandungan Minyak Atsiri Daging Buah Pala... 25

Gambar 2.9 Bagan Mekanisme Kerja Daging Buah Pala... 27

Gambar 2.10 Struktur Kimia Diazepam... 29

Gambar 2.11 Mekanisme Kerja Benzodiazepin... 30

Gambar 2.12 Struktur Kimia Fenobarbital... 33

Gambar 4.1 Diagram Batang Rata-Rata Mula Tidur... 44

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Konversi Dosis... 56

Lampiran 2 Surat Keputusan... 58

Lampiran 3 Prosedur Pembuatan Ekstrak Etanol Daging Buah Pala... 59

Lampiran 4 Data Pengukuran Berat Badan Mencit... 60

Lampiran 5 Uji Anava Berat Badan Mencit Sebelum Pemberian Perlakuan. 61 Lampiran 6 Analisis Statistik Mula Tidur... 62

Lampiran 7 Analisis Statistik Durasi Tidur... 65

(10)

56

LAMPIRAN 1

KONVERSI DOSIS Diazepam

Dosis Diazepam = 10 mg/manusia (70 kg) (MIMS Indonesia, 2007). Konversi untuk mencit dengan BB 20 g = 10 x 0,0026 mg

= 0,026 mg

= 1000/20 x 0,026 mg/kgBB = 1,3 mg/kgBB

Konversi untuk mencit dengan BB 25 g = 25/20 x 0,026 mg = 0,0325 mg/ 0,5 ml

Fenobarbital

Dosis fenobarbital = 300 mg/manusia (70 kg) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979).

Konversi untuk mencit dengan BB 20 g = 300 x 0,0026 mg = 0,78 mg

= 1000/20 x 0,78 mg/kgBB = 39 mg/kgBB

Konversi untuk mencit dengan BB 25 g = 25/20 x 0,78 mg = 0,975 mg/ 0,5 ml

Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt.)

Pembuatan ekstrak etanol daging buah pala :

Dari 2683 gram daging buah pala, diperoleh 129,32 gram ekstrak etanol daging buah pala.

Dosis sedatif fenobarbital adalah 30 mg, sedangkan dosis hipnotiknya adalah 100 mg-200 mg (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

(11)

57

Dosis daging buah pala untuk hipnotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 gram/manusia (70 kg).

Konversi untuk mencit dengan BB 20 g = 100 x 0,0026 g

= 0,26 g daging buah pala Dosis ekstrak etanol daging buah pala untuk mencit dengan BB 20 g = 0,26 x 129,32/2683 g = 0,01253 g = 12,53 mg

= 1000/20 x 12,53 mg/kgBB = 626,5 mg/kgBB

(12)

58

(13)

59

LAMPIRAN 3

PROSEDUR PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH PALA

Buah pala dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara ditiriskan. Setelah kering, buah pala dikupas dan daging buah pala dipisahkan dari biji dan fulinya. Daging buah pala kemudian ditimbang dan diperoleh sebanyak 2683 gram, setelah itu dihaluskan dengan blender lalu dimasukkan dalam wadah simplisia. Daging buah pala yang telah halus direndam dengan etanol 95% dengan perbandingan 1 : 5 w/v pada suhu 50⁰ C. Proses dilakukan secara kontinyu hingga semua senyawa dalam simplisia telah terekstraksi sempurna selama 4 jam. Campuran kemudian diperas dan diperoleh ekstrak etanol cair daging buah pala.

Ekstrak cair tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam lemari pengering selama 40 jam dengan suhu 50⁰ C hingga diperoleh ekstrak yang kental, karena ekstrak daging buah pala tetap masih berminyak, sebanyak 129,32 gram.

Ekstrak daging buah pala dosis 626,5 mg/kgBB, 1253 mg/kgBB, dan 2506 mg/kgBB dibuat suspensi dengan menambahkan pelarut yang mengandung CMC

(14)

60

LAMPIRAN 4

Data Pengukuran Berat Badan Mencit

No. Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok IV

Kelompok V

1 28,0 28,0 27,0 26,0 30,0

2 26,0 28,0 28,0 28,0 27,0

3 29,0 28,0 27,0 26,0 29,0

4 29,0 27,0 30,0 28,0 28,0

5 27,0 29,0 29,0 27,0 27,0

6 28,0 26,0 30,0 27,0 27,0

(15)

61

LAMPIRAN 5

Uji Anava Berat Badan Mencit Sebelum Pemberian Perlakuan Oneway

De scriptiv es

Berat Badan Mencit dalam gram

6 27,833 1,1690 ,4773 26,606 29,060 26,0 29,0 6 27,667 1,0328 ,4216 26,583 28,751 26,0 29,0 6 28,500 1,3784 ,5627 27,053 29,947 27,0 30,0 6 27,000 ,8944 ,3651 26,061 27,939 26,0 28,0

6 28,000 1,2649 ,5164 26,673 29,327 27,0 30,0 30 27,800 1,1861 ,2166 27,357 28,243 26,0 30,0 Pala Dosis 626.5

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Te st of Homogene ity of Variance s

Berat Badan Mencit dalam gram

,667 4 25 ,621

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Berat Badan Mencit dalam gram

7,133 4 1,783 1,324 ,288

33,667 25 1,347

(16)

62

LAMPIRAN 6

Analisis Statistik Mula Tidur Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Onset of Action (Mula Tidur) dalam menit

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1,532 4 25 ,223

ANOVA

Onset of Action (Mula Tidur) dalam menit

Onset of Action (Mula Tidur) dalam menit

6 24,000 3,7947 1,5492 20,018 27,982 17,0 28,0 6 20,000 3,2863 1,3416 16,551 23,449 17,0 26,0 6 18,333 5,6095 2,2901 12,447 24,220 12,0 28,0 6 39,500 7,2595 2,9637 31,882 47,118 31,0 51,0

6 24,167 5,6362 2,3010 18,252 30,081 18,0 32,0 30 25,200 9,0835 1,6584 21,808 28,592 12,0 51,0 Pala Dosis 626.5

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

(17)

63

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Onset of Action (Mula Tidur) dalam menit Tukey HSD

4,0000 3,0674 ,691 -5,009 13,009 5,6667 3,0674 ,370 -3,342 14,675

-15,5000* 3,0674 ,000 -24,509 -6,491

-,1667 3,0674 1,000 -9,175 8,842

-4,0000 3,0674 ,691 -13,009 5,009

1,6667 3,0674 ,982 -7,342 10,675

-19,5000* 3,0674 ,000 -28,509 -10,491

-4,1667 3,0674 ,659 -13,175 4,842

-5,6667 3,0674 ,370 -14,675 3,342

-1,6667 3,0674 ,982 -10,675 7,342

-21,1667* 3,0674 ,000 -30,175 -12,158

-5,8333 3,0674 ,342 -14,842 3,175

15,5000* 3,0674 ,000 6,491 24,509

19,5000* 3,0674 ,000 10,491 28,509 21,1667* 3,0674 ,000 12,158 30,175

15,3333* 3,0674 ,000 6,325 24,342

,1667 3,0674 1,000 -8,842 9,175

4,1667 3,0674 ,659 -4,842 13,175 5,8333 3,0674 ,342 -3,175 14,842

-15,3333* 3,0674 ,000 -24,342 -6,325 (J) Pemberian Pala Dosis

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(18)

64

Homogeneous Subsets

Onset of Action (Mula Tidur) dalam menit

Tukey HSDa

6 18,333

6 20,000

6 24,000

6 24,167

6 39,500

,342 1,000 Pemberian Pala Dosis 1,

2, 3, CMC, dan Diazepam Pala Dosis 2506 mg/kgBB Pala Dosis 1253 mg/kgBB

Pala Dosis 626.5 mg/kgBB

Diazepam Dosis 1.3 mg/kgBB

CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

(19)

65

LAMPIRAN 7

Analisis Statistik Durasi Tidur Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Duration of Action (Lama Tidur) dalam menit

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1,050 4 25 ,401

ANOVA

Duration of Action (Lama Tidur) dalam menit

Duration of Action (Lama Tidur) dalam menit

6 172,167 33,7189 13,7657 136,781 207,553 111,0 203,0 6 174,500 14,7614 6,0263 159,009 189,991 165,0 204,0 6 240,500 43,3070 17,6800 195,052 285,948 159,0 287,0 6 139,667 28,9805 11,8312 109,254 170,080 106,0 175,0

6 224,833 41,3058 16,8630 181,486 268,181 183,0 291,0 30 190,333 49,1341 8,9706 171,986 208,680 106,0 291,0 Pala Dosis 626.5

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

(20)

66

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Duration of Action (Lama Tidur) dalam menit Tukey HSD

-2,3333 19,6238 1,000 -59,966 55,299 -68,3333* 19,6238 ,014 -125,966 -10,701

32,5000 19,6238 ,478 -25,133 90,133

-52,6667 19,6238 ,085 -110,299 4,966

2,3333 19,6238 1,000 -55,299 59,966

-66,0000* 19,6238 ,019 -123,633 -8,367

34,8333 19,6238 ,409 -22,799 92,466

-50,3333 19,6238 ,108 -107,966 7,299

68,3333* 19,6238 ,014 10,701 125,966

66,0000* 19,6238 ,019 8,367 123,633

100,8333* 19,6238 ,000 43,201 158,466

15,6667 19,6238 ,929 -41,966 73,299

-32,5000 19,6238 ,478 -90,133 25,133

-34,8333 19,6238 ,409 -92,466 22,799 -100,8333* 19,6238 ,000 -158,466 -43,201

-85,1667* 19,6238 ,002 -142,799 -27,534

52,6667 19,6238 ,085 -4,966 110,299

50,3333 19,6238 ,108 -7,299 107,966 -15,6667 19,6238 ,929 -73,299 41,966

85,1667* 19,6238 ,002 27,534 142,799 (J) Pemberian Pala Dosis

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

(21)

67

Homogeneous Subsets

Duration of Action (Lama Tidur) dalam me nit

Tukey HSDa

6 139,667

6 172,167 172,167

6 174,500 174,500

6 224,833 224,833

6 240,500

,409 ,085 ,929

Pemberian Pala Dosis 1, 2, 3, CMC, dan Diazepam CMC (Carboxy Methyl Cellulose)

Pala Dosis 626.5 mg/kgBB

Pala Dosis 1253 mg/kgBB Diazepam Dosis 1.3 mg/kgBB

Pala Dosis 2506 mg/kgBB

Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

(22)

68

LAMPIRAN 8

Foto-foto Penelitian

Proses pemberian perlakuan secara oral dan induksi fenobarbital secara IP

Pengukuran berat daging buah pala Evaporator untuk menguapkan pelarut

(23)

69

Mencit tidur setelah diberi perlakuan dan diinduksi fenobarbital

(24)

70

RIWAYAT HIDUP

Nama : Jessica Santoso

NRP : 0810027

Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 18 Juni 1990

Alamat : Jl. Jend. Sutoyo 45, Purwokerto 53131 Riwayat Pendidikan :

TK Santa Maria Purwokerto, 1996 SD Santa Maria Purwokerto, 2002 SMP Susteran Purwokerto, 2005 SMA Negeri 1 Purwokerto, 2008

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan manusia yang esensial, karena tidur dapat mengendalikan irama kehidupan manusia sehari-hari. Proses tidur mengikuti irama sirkadian atau “biologic clocks” yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam (Eyzaguirre and Fidone, 1977). Hampir sepertiga waktu kehidupan manusia digunakan untuk tidur. Namun, apabila kebutuhan tidur sulit terpenuhi, dapat terjadi keadaan yang dikenal dengan gangguan tidur atau insomnia (Rejeki Andayani Rahayu, 2006).

Prevalensi insomnia masih sulit ditentukan karena identifikasi serta diagnosis insomnia umumnya sulit ditegakkan dan bersifat ambigu. Gejala insomnia dapat berbeda-beda pada setiap individu. Berdasarkan survei di US, ditemukan sepertiga dari jumlah populasi dewasa memiliki masalah tidur. Di dalam grup ini, kesulitan mempertahankan tidur dilaporkan lebih banyak daripada kesulitan memulai tidur. Survei internasional menunjukkan 73% pasien mengalami kesulitan mempertahankan tidur, 61% kesulitan memulai tidur, dan 48% memiliki kualitas tidur yang buruk. Pada tahun 2009, dari survei National Sleep Foundation

didapatkan 64% penduduk Amerika pernah mengalami insomnia dan hanya 15% yang terdiagnosis karena berobat ke dokter. Faktor risiko insomnia lebih tinggi pada perempuan, usia lanjut, shift-workers, dan riwayat insomnia pada keluarga (Rosekind and Gregory, 2010).

(26)

2

perbaikan pola tidur, maka sebagian individu mengatasi insomnia dengan menggunakan berbagai macam obat yang memiliki efek mempercepat mula tidur dan memperlama durasi tidur (obat hipnotik), terutama golongan benzodiazepin. Penggunaan jangka panjang obat-obat ini tidaklah bijaksana karena terjadi penurunan produktivitas kerja siang hari dan dapat menimbulkan ketagihan (Ganong, 1999). Ditinjau dari aspek medis, efektivitas dan keamanan obat yang digunakan perlu diperhatikan. Sedangkan dari aspek nonmedis yang perlu diperhatikan adalah timbulnya penyalahgunaan obat yang kini meluas di masyarakat. Melihat dari kejadian tersebut di atas, diperlukan adanya obat alternatif seperti obat tradisional yang efektif, aman, murah, dan mudah didapat untuk mengurangi masalah tersebut (Iskandar Japardi, 2002).

Penelitian menggunakan tanaman obat tradisional dapat dilakukan pada hewan coba yang umumnya diiinduksi terlebih dahulu dengan pemberian obat-obat hipnotik standar secara intraperitoneal, seperti fenobarbital, agar mula tidur terjadi lebih cepat (Midian Sirait, 1993). Tanaman obat tradisional yang berpotensi menimbulkan efek hipnotik adalah pala, kangkung (Hembing Wijaya Kusuma, 2002), putri malu, asam jawa, bunga pagoda (Arief Hariana, 2005).

(27)

3

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah : Apakah ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt.) memiliki efek hipnotik dengan mempercepat mula tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

Apakah ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt.) memilikiefek hipnotik dengan memperlama durasi tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh salah satu buah-buahan terhadap proses tidur.

Tujuan penelitian adalah untuk menilai efek hipnotik ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt.) dengan parameter mula tidur dan durasi tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt.) memiliki efek hipnotik.

Manfaat praktis penelitian ini adalah memperkenalkan daging buah pala kepada masyarakat sebagai obat alternatif untuk mengatasi insomnia.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

(28)

4

yang terdiri atas pusat inhibisi dan pusat eksitasi (Duss, 1996). Jika pusat eksitasi terangsang maka kewaspadaan akan meningkat. Jika pusat inhibisi terangsang maka kewaspadaan akan menurun sehingga akan terjadi kantuk dan tidur (Ganong, 1999).

Teori lama tentang mekanisme tidur menyatakan pusat eksitasi ARAS

mengalami kelelahan setelah seharian terjaga sehingga menjadi inaktif. Teori ini disebut juga teori pasif. Teori baru menyatakan bahwa tidur disebabkan oleh perangsangan pada pusat inhibisi formasio retikularis(Ganong, 1999). Bagian lain di otak yang dapat menimbulkan tidur adalah nuklei rafe yang mensekresi serotonin yang dianggap merupakan bahan transmitter utama berkaitan dengan timbulnya tidur (Guyton and Hall, 1997).

Induksi fenobarbital menyebabkan tidur dengan berikatan pada reseptor

gamma amino butiric acidA(GABAA) pada sisi pikrotoksin yang dimanifestasikan dalam mula tidur dan durasi tidur yang tercermin dalam hilangnya refleks pemulihan posisi tubuh (Jacob, 1996; Turner, 1965). Buah pala mengandung senyawa yang terdiri atas hidrokarbon terpenoid seperti sabinene, alfa pinene,

beta pinene, limonene, gamma terpinene (Bruneton, 1999). Senyawa terpenoid bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor GABAA yang merupakan neurotransmitter penghambat utama pada sistem saraf pusat (Aoshima & Hamamoto, 1999). Peningkatan aktifitas reseptor GABAA menyebabkan saluran klorida terbuka, klorida masuk ke dalam sel dan hiperpolarisasi membran neuron yang mengakibatkan sel sukar tereksitasi, sehingga terjadi efek hipnotik (Trevor

and Way, 2002). Jadi, pemberian ekstrak etanol daging buah pala berefek hipnotik dengan memperkuat hambatan refleks pemulihan posisi tubuh pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

1.5.2 Hipotesis

(29)

5

Ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt.)memiliki efek hipnotik dengan memperlama durasi tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur mula tidur dan durasi tidur dalam menit dengan metode induksi fenobarbital.

(30)

51

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki efek hipnotik dengan mempercepat mula tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital pada dosis 626,5 mg/kgBB, 1253 mg/kgBB, dan 2506 mg/kgBB.

Ekstrak etanol daging buah pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki efek hipnotik dengan memperlama durasi tidur pada mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi fenobarbital pada dosis 2506 mg/kgBB.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan :

variasi dosis ekstrak etanol daging buah pala yang lebih luas.

jenis sediaan daging buah pala yang lain, seperti infusa, ekstrak n-heksan, etilasetat, manisan buah pala.

(31)

52

DAFTAR PUSTAKA

Andria Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB. h.73.

Anugrahwati. 2009. Kaitan antara Hormon Serotonin terhadap Istirahat dan Tidur. http://www.scribd.com/doc/38038432/Kaitan-Hormon-Serotonin-Terhadap-Tidur. 12 Juli 2011.

Aoshima H, Hamamoto K. 1999. Terpenoid and Steroid. http://www.soc.nii.ac.jp/jsbba/bbb630-4e.html. 8 Januari 2011.

Arief Hariana. 2005. 812 Resep untuk Mengobari 236 Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Brunetton J. 1999. Pharmacognosy : Phytochemistry Medical Plants. 2nd ed. Paris: Intercept Ltd. p.567-8.

Budi Sutomo. 2007. Buah Pala, Mengobati Gangguan Insomnia, Mual dan Masuk Angin. http://budiboga.com/2006/05/buah-pala-mengobati-gangguan-insomnia. html. 20 Agustus 2011.

Charney DS, Mihic SJ, and Harris RA. 2001. Hypnotics and Sedatives. In Pathophysiologic Approach. 5th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc. p.1323-4.

Czeisler CA, Richardson GS, and Martin JB. 2008. Sleep Disorders. In Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al eds:

Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.

Daniel Wibowo. 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang : Bayumedia Publishing. h. 27, 57-75, 103-6, 133-4.

(32)

53

Duus P. 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta: EGC.

Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. 2005. Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia: Elsevier Inc. p.788.

Eyzaguirre C, Fidone S. 1977. Sleep, Wakefulness and the EEG. In Eyzaguirre C, Fidone S : Physiology of the Nervous System. 2nd ed. Chicago: Year Book Medical Publishers Inc. p.343-71.

FAO Corporate Document Repository, 2004. Nutmeg and Derivatives.

Description of Components of Nutmeg.

http://www.fav.org/dorcep/v4084e04.htm. 24 Juli 2011.

Ganong WF. 1999. Mekanisme Sadar, Tidur, & Aktivitas Listrik Otak. Dalam Ganong WF: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC. h.187-97.

Guyton AC and Hall JE. 1997. Aktivitas Otak-Tidur; Gelombang Otak; Epilepsi; Psikosis. Dalam Guyton AC and Hall JE: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. h.945-56.

Healthy-Ojas. 2011. Sleep Stages. http://healthy-ojas.com/sleep/sleep-stages.html. 23 Agustus 2011.

Hembing Wijaya Kusuma. 1999. Penyembuhan dengan Tanaman Obat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. h.66-7.

Hutapea JR, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia ( III ). Jakarta: Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. h.159-60.

Iskandar Japardi. 2002. Gangguan tidur.

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf. 3 September 2010.

Jacob LS. 1996. Agents Acting on the Central Nervous System. In Jacob LS:

Pharmacology. 4th ed. Philadelphia: Williams & Wilkins. p.49-53.

(33)

54

Lamberg L. 1997. World Health Organization Targets Insomnia. JAMA

278(20):1652.

Leon C. 1997. Myristica fragrans Houtt.

http://www.inchem.org/documents/pims/plant/pim335.htm. 27 Desember 2010. Mdidea. 2007. Nutmeg is known by many names, such Myristica fragrans, mace, magic, muscdier, muskatbaum, myristica, noz moscada, nuez moscada, and nux moschata. http://www.mdidea. Com/products/proper/proper074.html. 24 Apri 2011.

Metta Sinta Sari Wiria. 2008. Hipnotik-Sedatif dan Alkohol. Dalam Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. h.139-52.

Midian Sirait. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Phyto Medika. h.57-8.

MIMS Indonesia. 2007. Sistem Neuro-Muskular, Ansiolitik. Jakarta: PT Info Master. h.172.

MIMS Indonesia. 2008. Ansiolitik. Jakarta: PT Info Master. h.96.

Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.

Edisi 2. Jakarta: Widya Medika. h.89-95.

Nanan Nurdjannah. 2007. Teknologi Pengolahan Pala.

http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/assets/media/publikasi/juknis_pala.pdf. 9 Juli 2010.

Perrini C. 2008. L-Theanine: How a Unique Anxiety Reducer and Mood Enhancer Increases Alpha Waves and Alertness. http://web-us.com/l-theanine_anxiety_reducer.htm. 20 Januari 2011.

Plantamor. 2008. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan, Informasi Spesies-Pala. http://www.plantamor.com/index.php?plant=883. 27 Agustus 2011.

Purseglove JW, Brown EG, Green SL, and Robbins SRJ. 1995. Spices. New York: Longmans. p.175-228.

(34)

55

Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Cetakan kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rosekind MR, Gregory KB. 2010. Insomnia Risks and Costs: Health, Safety and Quality of Life. Am J Manag Care 16(8):617-26.

Saper CB, Chou TC, Scammell TE. 2001. The sleep switch: hypothalamic control of sleep and wakefulness. TRENDS in Neurosciences 24:726-30.

Suderawati. 2003. Efek Hipnotik Biji Pala (Myristica fragrans Houtt.) terhadap Mencit Jantan Galur DDY : Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Fakultas Kedokteran Maranatha. h. 27.

Sufitni, Ahmad Effendi. 2010. Formatio Reticularis & Sistem Limbik.

http://www.scribd.com/doc/28997410/1-Formatio-Reticularis-Sistem-Limbik. 2 Mei 2011.

Tnalaspurwo. 2010. Pala (Myristica fragrans Houtt.).

http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_pala_(myristica_fragrans).pdf. 27 Desember 2010.

Trevor AJ, Way WL. 2002. Obat Sedatif-Hipnotik. Dalam Katzung BG: Basic & Clinical Pharmacology. 8th ed. Terjemahan Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika. h.25-53.

Turner RA. 1965. Depressants of the Central Nervous System. In Turner RA:

Screening Methods in Pharmacology. New York: Academic Press. p.69-70. Vander, A.J. Sherman J.H.; Luciano D.S. 1990. Conciousness and Behaviour. In:

Human Physiology. The Mechanism of Body Function. 5th edition. P.707-709. New York: McGraw Hill Publishing Company.

WHO. 1993. Insomnia Behavioural and Cognitive Interventions. WHO_MNH_PSF_93.2H.pdf. 27 Desember 2010.

Wikipedia. 2009. Nutmeg. http://en.wikipedia.org/wiki/Nutmeg. 3 Maret 2011. W.P. Winarto, Tim Karyasari. 2004. Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk

Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, pendidikan Islam adalah pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai- nilainya, agar menjadi way

Cara kerja dari alat ini adalah dengan mengubah tegangan yang masuk rangkaian menjadi gelombang ultrasonic yang terlebih dulu dikuatkan oleh IC bertype LM 380. IC tersebut

tercapai pada 70 kg/s, dilakukan perubahan input yang sangat tinggi yaitu dari 20 ke 40 kg/s, akhirnya menuju 70 kg/s tampak bahwa kontribusi dari flow yang masuk

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development yang terdiri atas, (a) meneliti hasil penelitian

Pada rangkaian AVR ini ADC berfungsi mengubah output tegangan sensor yang telah dikuatkan dan dikalibrasi oleh rangkaian differensial amplifier dan non inverting

Penelitian ini pada intinya bertujuan (1) menggambarkan ketimpangan wilayah di Pulau Jawa; (2) menguji konvergensi wilayah kabupaten/kota dan membandingkan fenomena konvergensi

Pada pembelajaran siswa diarahkan untuk mengisi “kagepe” ke dalam tabung yang memiliki diameter dan tinggi yang sama dengan kerucut, kemudian diisi kembali ke