• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE GROUP INVESTIGATION.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE GROUP INVESTIGATION."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

NENDEN SUCIYATI SARTIKA 1101686

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF

TIPE GROUP INVESTIGATION

(2)

Oleh

Nenden Suciyati Sartika S.Pd. UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Nenden Suciyati Sartika, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF

(3)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis Dengan Judul

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Yaya S. Kusumah, M.Sc, Ph.D NIP 195909221983031003

Pembimbing II

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes NIP 19680511191011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Turmudi, M.Sc., M.Ed., Ph.D.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF

(4)
(5)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

ABSTRAK

Nenden Suciyati Sartika (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa MTS melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation. Penelitian ini mengkaji masalah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran kolaboratif tipe group Investigation dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen dan sampel diambil secara purposive. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP/MTs di Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2012/2013, sedangkan sampel penelitiannya adalah Siswa Kelas VIII MTs Malnu Kadukaung-Saketi Kabupaten Pandeglang. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t, uji t', uji Mann-Whitney U. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui sikap siswa setelah mendapatkan model pembelajaran Kolaboratif tipe group investigation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Kemampuan pemahaman matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (2) Kemampuan penalaran matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (3) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (4) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe Group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (5) Secara umum, siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika, soal-soal pemahaman dan penalaran matematis serta terhadap pembelajaran kolaboratif tipe group investigation.

Kata kunci: model pembelajaran kolaboratif group investigation,

(6)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 10

B. Kemampuan Penalaran Matematis ... 12

C. Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation ... 13

D. Kaitan Antara Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran ... 16

E. Teori Belajar yang Mendukung... 17

F. Penelitian yang Relevan ... 18

G. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Desain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Instrumen Penelitian ... 21

1. Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 22

2. Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 23

D. Teknis Analisis Instrumen ... 24

1. Analisis Validitas ... 22

2. Analisis Reliabilitas ... 27

3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 29

4. Analisis Daya Pembeda ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Pengolahan Data ... 32

1. Analisis Data Kualitatif ... 32

2. Analisis Data Kuantitatif ... 33

G. Waktu dan Tahap Penelitian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

(7)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

1. Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 38

a. Analisis Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis 41 (1) Uji Normalitas ... 41

(2) Uji Homogenitas ... 42

(3) Uji Kesamaan Rataan Pretes ... 43

b. Analisis Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis 44 (1) Uji Normalitas ... 44

(2) Uji Perbedaan Rataan Postes ... 45

c. Analisis Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 46

(1) Uji Normalitas ... 47

(2) Uji Homogenitas ... 48

(3) Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Pemahaman Berdasarkan Pembelajaran ... 48

d. Analisis Hasil Pretes Kemampuan Penalaran Matematis .. 50

(1) Uji Normalitas ... 50

(2) Uji Kesamaan Rataan Pretes ... 50

e. Analisis Hasil Postes Kemampuan Penalaran Matematis .. 51

(1) Uji Normalitas ... 51

(2) Uji Perbedaan Rataaan Postes ... 52

f. Analisis Hasil Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis ... 53

(1) Uji Normalitas ... 55

(2) Uji Homogenitas ... 55

(3) Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Pemahaman Berdasarkan Pembelajaran ... 56

2. Sikap Siswa ... 57

(1) Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 57

(2) Sikap Siswa Terhadap Soal Pemahaman dan Penalaran Matematis ... 58

(3) Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Kolaboratif ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

1. Model Pembelajaran ... 60

2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 64

3. Peningkatan Kemampuan penalaran Matematis ... 65

4. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation ... 66

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 67

A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 68

C. Rekomendasi ... 68

(8)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Pembelajaran Kolaboratif dan Kooperatif ... 14

3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 22

3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 23

3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 25

3.4 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pemahaman ... 26

3.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pemahaman ... 27

3.6 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... 28

3.7 Reliabilitas Tes ... 29

3.8 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 29

3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal Pemahaman Matematis ... 30

3.10 Tingkat Kesukaran Butir Soal Penalaran Matematis ... 30

3.11 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... 31

3.12 Daya Pembeda Soal Pemahaman ... 31

3.13 Daya Pembeda Soal Penalaran ... 31

3.14 Penskoran Jawaban Pernyataan ... 32

3.15 Kriteria Klasifikasi Skala Sikap ... 33

3.16 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 34

4.1 Rerata Simpangan Baku Kemampuan Pemahaman Matematis ... 39

4.2 Rerata Simpangan Baku Kemampuan Penalaran Matematis ... 40

4.3 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 42

(9)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

4.5 Uji Kesamaan Rataan Skor Pretes ... 44

4.6 Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 44

4.7 Uji Mann Whitney U Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 46

4.8 Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis... 46

4.9 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 48

4.10 Uji Homogenitas Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis .... 48

4.11 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 49

4.12 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Penalaran Matematis ... 50

4.13 Uji Kesamaan Rataan Skor Pretes... 51

4.14 Uji Nornalitas Data Postes Kemampuan Penalaran matematis... 52

4.15 Uji Mann Whitney U Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 53

4.16 Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 54

4.17 Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 55

4.18 Uji Homogenitas Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis... 55

4.19 Uji Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Penalaran Matematis 57

4.20 Sikap Siswa Kelas Kolaboratif terhadap Pembelajaran Matematika ... 58

4.21 Sikap Siswa Kelas Kolaboratif terhadap soal pemahaman dan Penalaran Matematis ... 58

(10)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Pembelajaran Group Investigation ... 16 3.1 Diagram Analisis Statistik... 35

3.2 Diagram Alur Penelitian ... 37 4.1 Perbandingan Rataan Skor N-gain

(11)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Instrumen Penelitian ... 73

B. Analisis Hasil Uji Coba ... 123

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 131

D. Data Skala Sikap Matematis ... 152

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan semakin maju, Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan penalaran yang logis, sistematis, kritis, cermat, dan kreatif dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan sebagainya (Depdiknas, 2006:6). Secara rinci kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(13)

2

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

tanpa pemahaman, siswa tidak bisa mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun proses. Sumarmo (2003) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis penting dimiliki siswa karena diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam disiplin ilmu yang lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan visi pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini.

Matematika akan dimengerti dan dipahami bila siswa dalam belajarnya terjadi kaitan antara informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Kemampuan memahami memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hapalan. Namun lebih dari itu siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Damayanti (2010) mengenai matematika “dalam klasifikasi bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan pemahaman dan penalaran daripada hapalan”.

Tinggih (Tim MKPBM, 2003: 16) yang menyebutkan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Secara hakiki, aktivitas matematis menuntut siswa untuk berpikir dan bernalar, artinya bahwa proses matematisasi dan pencapaian yang bermakna dapat diperoleh oleh setiap individu yang mempelajarinya ketika ia memberdayakan dan memfungsikan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan permasalahan dalam matematika. Hal ini sejalan dengan tujuan umum pembelajaran matematika National Council of Teachers Mathematics (NCTM, 2000) yang merumuskan bahwa tujuan umum

pembelajaran matematika adalah belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk mengaitkan ide, dan pembentukan sikap positif terhadap matematis maka sudah seharusnyalah pembelajaran matematika yang diberikan pada siswa sekolah menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan penalaran matematis.

(14)

3

belum sepenuhnya berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sumarmo (Sukirwan, 2008: 4) yang menyatakan bahwa skor kemampuan siswa dalam pemahaman dan penalaran masih rendah. Hal ini juga dapat dilihat pada prestasi belajar siswa Indonesia dalam matematika yang dihasilkan dari survei lembaga yang konsen terhadap perkembangan prestasi belajar.

Hasil laporan survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang merupakan program organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan dunia (OECD) menunjukkan bahwa pada tahun 2009, prestasi siswa Indonesia berada pada posisi 68 dari 74 negara yang disurvei. Skor rata-rata kemampuan matematis siswa Indonesia yaitu 371 dibawah skor rata-rata kemampuan matematis siswa di negara lainnya yaitu 496. Hal ini sangat memprihatinkan kalau dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Singapura (peringkat ke-2), China (peringkat ke-3), Korea (peringkat ke-4) dan Jepang (peringkat ke-9), masing-masing dengan skor rata-rata kemampuan matematisnya di atas 500. Selain itu, PISA juga menunjukkan rendahnya kemampuan matematis siswa Indonesia jika dibandingkan negara-negara lain di dunia.

(15)

4

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Rendahnya kemampuan siswa SMP dalam memahami dan memaknai matematika sudah dirasakan sebagai masalah yang cukup pelik dalam pengajaran matematika di sekolah. Permasalahan ini muncul sudah cukup lama dan agak terabaikan karena kebanyakan guru matematika dalam kegiatan pembelajaran berkonsentrasi mengejar skor Ujian Akhir Nasional (UAN) setinggi mungkin (Herman, 2007), oleh karena itu kegiatan pembelajaran biasanya difokuskan untuk melatih siswa terampil menjawab soal matematika, sehingga penguasaan dan pemahaman matematika siswa terabaikan. Selain itu, pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam penalaran matematis, sehingga kemampuan berpikir matematisnya belum berkembang optimal. Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis dengan menggunakan pembelajaran yang sesuai sehingga dapat membuat siswa terlibat aktif dalam proses berfikir matematis yang bermanfaat dan bermakna.

Persoalannya adalah bagaimana kita dapat menanamkan konsep sebaik-baiknya kepada siswa. Persoalan tersebut selalu relevan bagi semua pelaku pendidikan dalam menemukan sebuah strategi, model atau pendekatan pembelajaran. Pendekatan yang bukan semata-mata menyangkut kegiatan guru mengajar akan tetapi menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa, membantu siswa jika ada kesulitan atau membimbingnya untuk memperoleh suatu kesimpulan yang benar. Model pembelajaran dipilih dengan harapan dapat berguna bagi usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran matematika guna meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa khususnya dan umumnya prestasi belajar matematika siswa.

(16)

5

terbiasa bekerjasama, saling tergantung satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan, maka siswa akan berkembang menjadi siswa-siswa kolaboratif.

Dasar dari model kolaboratif adalah teori interaksional yang memandang belajar sebagai suatu proses membangun makna melalui interaksi sosial. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: (1) realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata; (2) menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna (Suyatno, 2008).

Model pembelajaran tipe group investigation (GI) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kolaboratif yang merupakan aktivitas belajar yang berorientasi pada siswa (student oriented). Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam model pembelajaran GI, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri yang diawali dengan keterlibatan dalam pemilihan topik yang dipelajari maupun kebebasan dalam menentukan bagaimana jalannya investigasi yang akan dilakukan. Pada pembelajaran ini siswa diarahkan untuk menemukan konsep dan menyelesaikan masalah secara berkelompok kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Slavin, 2010). Karena murid secara bersama-sama menemukan konsep atau prinsip, diharapkan konsep tersebut tertanam dengan baik pada diri siswa yang pada akhirnya siswa menguasai konsep atau prinsip yang baik pula. Dengan menguasai konsep dan prinsip yang baik serta terbiasa dihadapkan pada penalaran dalam pembelajarannya, diharapkan siswa memiliki kemampuan pemahaman dan penalaran yang baik.

(17)

6

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Bantuan guru sangat dibutuhkan agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.

Menurut Tamalene (2010) dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru sering menemui hambatan dalam memberikan motivasi kepada siswa tentang pelajaran matematika karena siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Akibat dari anggapan tersebut muncul rasa tidak percaya diri siswa dalam belajar matematika ditambah lagi dengan gaya belajar guru yang membuat siswa menjadi takut untuk mengungkapkan pendapat. Akibatnya siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan penalaran dan komunikasi matematis.

Pada saat proses pembelajaran sikap terhadap pelajaran matematika juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar matematika. Sikap ini merujuk kepada status mental seseorang yang dapat bersifat positif maupun negatif. Menurut Ruseffendi (2006) siswa yang mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh menyelesaikan tugas dengan baik, berpartispasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai pada waktunya, dan merespon dengan baik tantangan dari bidang studi menunjukkan bahwa siswa itu berjiwa atau bersikap positif.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

(18)

7

2. Apakah kemampuan penalaran matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional.

3. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

4. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional

5. Bagaimana sikap siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membandingkan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation dan yang mendapat pembelajaran konvensional

2. Membandingkan pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran matematis antara siswa MTs yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional

(19)

8

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation dapat memberikan informasi dan masukan untuk memperbaiki pembelajaran serta dapat dijadikan model dalam pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam matematika.

2. Bagi siwa, melalui model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation akan terbina sikap belajar yang kreatif dan tidak mudah

menyerah dalam menghadapi permasalahan matematika yang akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pemahaman dan penalaran matematis khususnya dan umumnya prestasi belajar siswa dalam matematika

3. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk pengembangan bahan ajar, model atau pendekatan pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa MTs.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pemahaman matematis adalah kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti: menafsirkan, membedakan, menjelaskan, atau meringkas sesuatu, serta menyimpulkan. Kemampuan semacam ini lebih tinggi dari pada mengetahui. Dalam penelitian ini pemahaman matematis meliputi kemampuan mendefinisikan konsep, memberikan contoh dan bukan contoh, kemampuan membedakan beberapa konsep yang berbeda, serta menggunakan konsep dalam menyelesaikan suatu masalah.

(20)

9

3. Model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation adalah suatu pembelajaran kolaboratif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa melalui keterlibatan siswa sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi terhadap topik yang telah ditentukan, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

(21)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen yang melibatkan paling tidak dua kelompok dan subyek yang tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 2005: 53). Desain tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini.

Kelas Eksperimen : O X O Kelas kontrol : O O Keterangan:

O : Pretes dan postes kemampuan pemahaman dan penalaran X : Pembelajaran kolaboratif tipe group investigation

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

B. Populasi dan Sampel

(22)

21

Nenden Suciyati Sartika, 2013

sama maka kelas manapun dapat dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 siswa dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol sebanyak 30 siswa.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes dan non tes, yaitu soal tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis dan skala sikap setelah memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model kolaboratif tipe group investigation. Tes ini terdiri dari soal-soal uraian, dengan tujuan agar dapat melihat proses berpikir pada siswa, Instrumen tes digunakan untuk melihat nilai pretes dan postes siswa pada kemampuan pemahaman dan penalaran matematis, sedangkan untuk pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis menggunakan penskoran holistik.

1). Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

(23)

22

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis

Indikator Respon/Jawaban Siswa Skor

Kemampuan mendefinisikan konsep

Tidak menjawab 0

Salah mengintepretasikan 1 Benar menginterpretasikan tetapi tidak

lengkap

2

Benar menginterpretasikan dan lengkap 3 Memberikan contoh

dan bukan contoh

Tidak menjawab 0

Salah memberikan contoh atau bukan contoh

1

Benar memberikan contoh tetapi salah memberikan bukan contoh atau sebaliknya

2

Benar memberikan contoh dan benar memberikan bukan contoh

3

Kemampuan membedakan beberapa konsep yang

berbeda

Tidak menjawab 0

Salah dalam membedakan konsep 1 Kurang tepat dalam membedakan beberapa

konsep

2

Dapat membedakan konsep secara benar 3 Menggunakan konsep

dalam menyelesaikan suatu masalah.

Tidak menjawab 0

Salah dalam menggunakan konsep dalam penyelesaian masalah

1

Menggunakan konsep yang tepat tetapi hasilnya salah

2

Benar menggunakan konsep dan benar hasil jawaban akhir

3

2). Tes Kemampuan Penalaran Matematis

(24)

23

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis

Indikator Respon Skor

Membuat analogi dan generalisasi

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Memberikan penjelasan dengan menggunakan model

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Menggunakan pola dan hubungan untuk

menganalisis situasi matematika

Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

3

Menarik Kesimpulan Logis Berdasarkan Aturan

Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar

0

Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari

pertanyaan

2

Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar

(25)

24

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

D. Teknik Analisis Instrumen

Untuk mendapatkan data yang baik maka diperlukan instrumen yang baik pula. Instrumen terlebih dahulu divalidasi dan diujicobakan agar dapat diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Analisis Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan dua uji validitas (Suherman, 2001: 130-133) yaitu:

a. Validitas teoritik

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan penalaran atau logika (Arikunto, 2006: 65). Pada validitas teoritik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, artinya apakah materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, apakah rumusan butir tes sesuai dengan indikator; (2) keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan penafsiran lain. Untuk menguji validitas ini, digunakan pendapat dari ahli (judgment). Uji coba validitas isi dan validitas muka untuk soal tes kemampuan Pemahaman dan penalaran matematis dilakukan oleh 3 orang penimbang. Untuk mengukur validitas isi, pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal dengan kriteria aspek-aspek pengetahuan awal matematika siswa dan kesesuaian soal dengan materi ajar matematika SMP kelas VIII, dan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi.

(26)

25

Nenden Suciyati Sartika, 2013

diujicobakan kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian yang telah menerima materi yang diteskan. Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah butir-butir soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Hasil uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua soal tes dipahami dengan baik. Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis tersebut, selengkapnya ada pada Lampiran A.

b. Validitas empiris

Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui validitas empiris, maka dihitung koefisien korelasi (rxy). Koefisien korelasi (rxy) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2003: 72) sebagai berikut:

r xy ∑ ∑ ∑

√ ∑ –(∑ } ∑ ∑

Keterangan :

rxy : Koefisien validitas X : Skor tiap butir soal Y : Skor total

N : Jumlah subyek

Kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) menurut Guilford, Suherman (2003: 112-113) dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Validitas Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 ≤ rxy < 0,90 Tinggi (baik)

(27)

26

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan membandingkan dengan nilai kritis (nilai tabel). Tiap item tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi didapat .

Untuk pengujian signifikansi koefisien korelasi pada penelitian ini digunakan uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna hubungan variabel X terhadap Y dengan rumus:

Keterangan :

t : Nilai thitung

rxy : Koefisien korelasi product moment pearson

n : Jumlah responden

Kriteria pengujiannya adalah dikatakan signifikan jika thitung > ttabel dan tidak signifikan jika thitung < ttabel. Hargattabel diperoleh dari tabel distribusi t dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2).

Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan validitas muka, kemudian soal tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis tersebut dujicobakan secara empiris, tujuan uji coba empiris ini adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes. Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil validitas butir soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Butir Soal Pemahaman

Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi

1 0,582 Tinggi Signifikan

2 0,802 Sangat tinggi Sangat Signifikan

3 0,760 Tinggi Sangat Signifikan

5 0,672 Tinggi Signifikan

(28)

27

Nenden Suciyati Sartika, 2013

soal (soal nomor 1,3 dan 5) yang mempunyai validitas tinggi, dan satu soal sisanya mempunyai validitas sangat tinggi. Artinya, tidak semua soal mempunyai validitas yang baik. Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada tabel di atas terlihat ada dua soal yaitu soal nomor 1 dan 5 yang signifikan, sedangkan dua soal lainnya sangat signifikan.

Untuk tes pemahaman matematis diperoleh nilai korelasi xy sebesar 0,57. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford, maka secara keseluruhan tes penalaran matematis memiliki validitas yang cukup.

Selanjutnya melalui uji validitas dengan Anates 4.0, yang hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B diperoleh hasil uji validitas tes penalaran matematis yang dapat dinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Tes Penalaran Matematis

Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi

4 0,619 Tinggi Signifikan

6 0,597 Cukup Signifikan

7 0,585 Cukup Signifikan

8 0,636 Tinggi Signifikan

9 0,523 Cukup Signifikan

Dari lima butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan penalaran matematis tersebut berdasarkan kriteria validitas tes, diperoleh bahwa ketiga butir soal tersebut yaitu soal no 6, 7, dan 9 mempunyai validitas cukup dan soal nomor 4 dan 8 mempunyai validitas yang tinggi. Artinya, soal tersebut mempunyai validitas yang baik. Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada tabel di atas terlihat bahwa semua butir soal signifikan.

Secara keseluruhan tes penalaran matematis mempunyai nilai korelasi xy sebesar 0,45. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford, maka secara keseluruhan tes penalaran matematis memiliki validitas yang cukup.

(29)

28

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut reliabel jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut juga konsisten dan ajeg. Untuk mengestimasi reliabilitas suatu tes evaluasi, ada beberapa cara.

Reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2003: 109).sebagai berikut.

[ ]

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

∑ i2 = jumlah varians skor tiap–tiap item t2 = varians total

n = banyaknya soal

Kriteria penafsiran mengenai tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford, Suherman (2001: 156) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas

Besarnya r11 Interpretasi

0,80 < r11≤ 1,00 0,60 < r11≤ 0,80 0,40 < r11≤ 0,60 0,20 < r11≤ 0,40 r11≤ 0,20

reliabilitas sangat tinggi reliabilitas tinggi

reliabilitas sedang reliabilitas rendah

reliabilitas sangat rendah

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha-Croncbach dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung≤ rtabel maka soal tidak reliabel.

(30)

29

Nenden Suciyati Sartika, 2013

[image:30.595.110.515.168.728.2]

perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran B. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas.

Tabel 3.7 Reliabilitas Tes

Kemampuan rhitung rtabel Kriteria Kategori Pemahaman 0,72 0,361 Reliabel Tinggi

Penalaran 0,62 0,361 Reliabel Tinggi

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.

3). Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Safari, 2005: 23).

Tingkat kesukaran menyatakan derajat atau tingkat kesukaran suatu butir soal. Sebuah soal tidak boleh terlalu sulit untuk kemampuan siswa ataupun tidak boleh terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit akan diganti setelah dilakukan pengujian. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran ialah sebagai berikut:

IK SMI

Xi

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

i

X = Rata- rata skor

SMI = Skor Maksimal ideal butir soal

Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) sebagai berikut: Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

[image:30.595.201.425.647.739.2]
(31)

30

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Anates Versi 4.0. diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal tes pemahaman dan penalaran matematis yang terangkum dalam Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Soal Pemahaman Matematis Nomor Soal Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

1 43,75 Sedang

2 41,67 Sedang

3 37,50 Sedang

[image:31.595.118.509.209.553.2]

5 37,50 Sedang

Tabel 3.10

Tingkat Kesukaran Butir Soal Penalaran Matematis Nomor Soal Tingkat Kesukaran (%) Interpretasi

4 41,67 Sedang

6 37,50 Sedang

7 37,50 Sedang

8 39,58 Sedang

9 22,92 Sukar

Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk soal tes pemahaman matematis yang terdiri dari empat butir soal, terdapat empat soal tes dengan tingkat kesukaran sedang. Untuk soal tes penalaran matematis terdapat 4 butir soal yang tingkat kesukarannya sedang, yaitu soal nomor 4, 6, 7, dan 8, sedangkan soal nomor 9 tingkat kesukarannya sukar.

Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 8 soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang, hal ini berarti sebagian siswa kelompok atas maupun bawah dapat menjawab benar butir-butir soal tersebut dan 1 soal dengan tingkat kesukaran sukar.

4). Analisis Daya Pembeda

(32)

31

Nenden Suciyati Sartika, 2013

bawah sedangkan 46% kelompok tengah dipisahkan, selanjutnya untuk mencari indeks daya pembeda soal uraian, menggunakan persamaan berikut (Surapranata, 2006: 32).

Keterangan:

D : indeks daya pembeda

: proporsi menjawab benar pada kelompok atas : proporsi menjawab benar pada kelompok atas

Tabel 3.11

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP = 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Sumber: Suherman (2003: 161)

[image:32.595.114.510.214.700.2]

Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk daya pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows dapat dilihat pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.12

Daya Pembeda Soal Pemahaman

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda (%) Interpretasi

1 20,83 Cukup

2 41,67 Baik

3 41,67 Baik

5 33,33 Cukup

Tabel 3.13

Daya Pembeda Soal Penalaran

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda (%) Interpretasi

4 41,67 Baik

6 41,67 Baik

7 33,33 Baik

8 29,17 Cukup

(33)

32

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk soal tes pemahaman

matematis yang terdiri dari empat butir soal, terdapat dua butir soal yang daya pembedanya baik yaitu soal nomor, 2 dan 3, sedangkan soal nomor 1 dan 4 daya pembedanya cukup. Untuk soal tes penalaran matematis terdapat tiga butir soal yang daya pembedanya baik yaitu soal nomor 4, 6 dan 7, sedangkan soal nomor 8, dan 9 daya pembedanya sangat cukup.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis melalui pretes dan postes. Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif tipe GI dikumpulkan melalui angket skala sikap siswa.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis Data Kualitatif

[image:33.595.110.514.188.674.2]

Analisis data kualitatif meliputi analisis skala sikap melalui angket yang diberikan pada siswa. Angket untuk siswa dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kolaboratif tipe group investigation. Skala sikap ini diberikan setelah postes diakhir pertemuan. Penskoran yang digunakan untuk setiap jawaban dari pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.14 di bawah ini.

Tabel 3.14

Penskoran Jawaban Pernyataan

Sikap Pernyataan (+) Pernyataan (-)

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

(34)

33

Nenden Suciyati Sartika, 2013

kondisi yang diberikan, dan untuk mendeskripsikan hasil angket siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor peritem jawaban siswa.

b. Menentukan persentase tiap item pertanyaan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus :

kormentah

skorideal 100%

Keterangan: N = Nilai Akhir

Tabel 3.15

Kriteria Klasifikasi Persentase Skala Sikap Kriteria (%) Klasifikasi 0  N  20 Sangat lemah 20 < N  40 Lemah 40 < N  60 Cukup 60 < N  80 Tinggi 80 < N  100 Sangat tinggi ( Riduwan dan Akdon (2005)

b. Analisis Data Kuantitatif

Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes, postes, gain siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda serta derajat

kesulitan soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, dan gain diolah dengan software SPSS Versi 17 for Windows.

Hasil tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis digunakan untuk menelaah kemampuan dan peningkatan pemahaman dan penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran kolaboratif tipe Group Investigation dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematisdiolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

(35)

34

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.16

Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya Gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

2. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes dan gain kemampuan pemahaman dan penalaran matematis. Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p - value) < α (α =0,05), maka ditolak

Menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

: Data berdistribusi normal : Data tidak berdistribusi normal

3. Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan gain kemampuan pemahaman dan penalaran matematis.

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka diterima. Menggunakan uji Homogeneity of Variance (Levene Statistic). Adapun rumusan hipotesisnya adalah:

[image:35.595.118.510.237.701.2]
(36)

35

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan rataan skor pretes, skor postes dan uji perbedaan rataan skor gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample T-Test. Jika variansi kedua kelompok data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal variances assumed”. Jika variansi kedua kelompok data tidak homogen, maka nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal variances not assumed”, sedangkan jika terdapat minimal satu data tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney U.

Dibawah ini di sajikan diagram analisis statistik:

Uji Mann-Whitney Gain

Uji Normalitas

Gain

Postes Pretes

Postes Pretes

Data Data

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Normal Tidak Normal

Tidak Homogen Homogen

Uji Parametrik (Uji t)

(37)

36

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Gambar 3.1

Diagram Analisis Statistik

G. WAKTU DAN TAHAP PENELITIAN

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 tahun ajaran 2012/2013. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen dan perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen, implementasi pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation, serta tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

[image:37.595.118.513.238.625.2]
(38)

37

Nenden Suciyati Sartika, 2013 b. Tahap Penelitian

2.

3.

4. 5. Seminar

Perbaikan Proposal

Penyusunan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Pengolahan Hasil Uji Coba Instrumen

Pretes

Postes

Penulisan Laporan

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran

Kolaboratif tipe GI

Skala Sikap

(39)

38

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

6.

(40)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diuraikan pada bab sebelumnya

maka diperoleh kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian tersebut.

A. Kesimpulan

1. Kemampuan pemahaman matematis siswa setelah mendapatkan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation mengalami peningkatan kualitas, dari kualitas rendah menjadi sedang. Hal ini terlihat dari skor yang dicapai siswa pada pretes masih sangat rendah, selanjutnya mengalami peningkatan pada postes.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Kemampuan penalaran matematis siswa setelah mendapatkan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation mengalami peningkatan kualitas, dari kualitas rendah menjadi sedang. Hal ini terlihat dari skor yang dicapai siswa pada pretes masih sangat rendah, selanjutnya mengalami peningkatan pada postes.

4. Peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

(41)

68

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini.

1. Penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation dapat

dijadikan sebagai model pembelajaran di jenjang MTs/SMP dalam upaya mengembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa.

2. Penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation direspon dengan baik, oleh sebab itu, model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mereformasi pengelolaan

pembelajaran yang lebih berkualitas dan dipandang berpotensi untuk mengubah cara pandang siswa bahwa belajar matematika bukan belajar

tentang rumus tetapi belajar memahami matematika dari masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

3. Penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation yang

dikelola dengan baik oleh guru, memberikan nuansa pedagogik yang sangat kondusif khususnya bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan

matematis dan nilai-nilai afektif.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa rekomendasi berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:

(42)

69

Nenden Suciyati Sartika, 2013

2. Untuk menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan

perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran Investigasi dapat diterapkan pada semua kategori pengetahuan awal matematis siswa.

3. Penelitian ini hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran sehingga Perlu dilakukan penelitian lanjutan, untuk melihat penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe group investigation pada

(43)

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara.

Asmida. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

Bani, A. (2011) Meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemahaman matematika sekolah menengah pertama melalui pembelajaran penemuan terbimbing. Tesis. Bandung:UPI. Tidak diterbitkan.

Dahar, R. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, S. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.d

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia pada http://www.phsicsIndiana.edu/sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.[13

Desember 2012].

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi Doktor pada PPS UPI.: Tidak Diterbitkan.

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. Blog Edukasi. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematik/. [22 desember 2012].

Hidayat, dkk. (2010). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA. Bandung: FPMIPA UPI.

Hattori, K. (2007). “Teacher Understanding of the Concepyual Strategi for Primary Mathematics Teaching in Tanzania and Japan”.Journal for Research In Mathematics Education. NUI Journal of International Educational Cooperation.

(44)

71

Kunandar , (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kompas. (2012). Indonesia Tertinggal dari Malaysia danPalestina.Kompas (Jumat 14 Desember 2012).

Mauladaniyati, R. (2012). Pembelajaran Kolaboratif Melalui Strategi Writing A Prompt dan Writing Performance Tasks Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Siswa SMP. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

NCTM. (2000). Using The NCTM 2000 Principles And Standards With The Learning From Assessment Materials. http://www.wested.org/lfa/.

[akses: 8 Oktober 2012].

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. http://www.mathcurriculumcenter.org/PDFS/CCM/summaries/standards _summary.pdf. [akses: 8 Oktober 2012].

Ngurah, G. (2008)). Peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah Matematika terbuka Melalui Investigasi Bagi siswa kelas V Sd $ Kaliuntut. Jurnal Penelitian dan pengembangan pendidikan (Eds. 2(1), (h. 60-73). Lembaga Penelitian Undiksha.

Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran Induktif dan Deduktif serta Kaitannya dengan Pemahaman Matematis Siswa Kelas 3 SLTP Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1998). Dasar dasar Penelitian Pendidikan dan Non eksakta Lainnya. Bandung : IKIP Bandung Press.

__________. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito

___________. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengejaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito

Riduwan, (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabetha.

Safari, 2005. Penulisan Butir Soal. Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia.

(45)

72

Nenden Suciyati Sartika, 2013

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation (Kuasi Eksperimen pada Siswa MTs di Kabupaten Pandeglang)

Setiawan. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika. Tersedia pada http://www.pdfqueen.com/html/ aHR0c DovL21lbWJlcnMubXVsdGltYW5pYS5jby51ay9saW5rbWF0ZW1hd GlrYS9tYXRlcmlkaWtsYXQvUFBQX1BlbmRla2F0YW5faW52ZXN 0aWdhc2kucGRm. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disajikan dalam diklat instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika Yogyakarta. Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/29385462/ Modul-Matematika-Pemecahan-Masalah. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. London: Allymand, Bacon.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi PPs UPI: Tidak diterbitkan.

Sumantri, J. S. (1990). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI: Bandung.

Sukirwan. (2008). Kegiatan Pembelajaran Eksploratif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI.: Tidak Diterbitkan.

____________. (2003). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Pada Pelatihan Guru Matematika, Jurusan Matematika ITB Bandung.

(46)

73

___________. (2010). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.

Tim MKPBM. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Tabel  2.1   Perbedaan  Pembelajaran Kolaboratif dan Kooperatif ............................
Gambar   2.1  Alur Pembelajaran
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Leaning Tipe Group Investigation

penelitian menunjukkan bahwa : (1) kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share menggunakan Autograph lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Bidak lebih baik dari pada siswa yang

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) (PTK Pembelajaran Matematika Kelas XI Tata Busana (TB) di SMK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan aktivitas scrambled groups dalam pembelajaran

Tetapi pada kemampuan awal matematis kategori sedang dan rendah, peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

Hasil penelitian adalahl peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP/MTs dan kemampuan pemahaman