• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Generatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Generatif."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Hipotesis Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Definisi Operasional... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Konsep ... 15

2.2 Penalaran Induktif ... 16

2.3 Sikap Siswa terhadap Matematika ... 21

2.4 Pendekatan Generatif dalam Pembelajaran Matematika ... 22

2.5 Pembelajaran Konvensional ... 27

2.6 Teori yang Mendukung terhadap Pembelajaran Generatif ... 27

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

(2)

3.3 Variabel Penelitian ... 33

3.4 Materi atau Bahan Ajar ... 33

3.5 Instrumen Penelitian ... 34

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 42

3.7 Teknik Analisis data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59

4.1.2 Kemampuan Penalaran Induktif ... 66

4.1.3 Korelasi Antara Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif Siswa ... 74

4.1.4 Sikap Siswa ... 76

4.2 Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN: LAMPIRAN A ... 110

LAMPIRAN B ... 192

LAMPIRAN C ... 207

LAMPIRAN D ... 212

LAMPIRAN E ……….. 226

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Pemahaman Konsep ... 35

Tabel 3.2 Kriteia Penilaian Penalaran ... 35

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 37

Tabel 3.4 Klasifikasi Derajat Reliabilitas ... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi daya Pembeda ... 39

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks kesukaran ... 40

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba tes Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif ………. 40

Tabel 3.8 Jadual Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Eksperimen ... 44

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain ... 48

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep ... 56

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Penalaran Induktif …… ………. 57

Tabel 4.3 Uji Normalitas Rata-rata Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 60

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 61

Tabel 4.5 Uji Normalitas Rata-rata Skor N_Gain Kemampuan Pemahaman Konsep ... 62

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Varians Skor N_Gain Kemampuan Pemahaman Konsep ………. 63

Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata N_Gain Kemampuan Pemahaman Konsep ... 65

Tabel 4.8 Klasifikasi Skor N_Gain Pemahaman Konsep ……….. 66

(4)

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kemampuan

Penalaran Induktif ... 69 Tabel 4.11 Uji Normalitas Rata-rata Skor N_Gain Kemampuan Penalaran

Induktif ... 70 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Varians Skor N_Gain Kemampuan Penalaran

Induktif ……….. 71 Tabel 4.13 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata N_Gain Kemampuan Penalaran

Induktif ... 72 Tabel 4.14 Klasifikasi Skor N_Gain Penalaran Induktif ..……….. 73 Tabel 4.15 Korelasi Antara Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan

Penalaran Induktif Siswa ... 75 Tabel 4.16 Sikap Siswa terhadap Matematika Menggunakan Pendekatan

Generatif ... 77 Tabel 4.17 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika ... 78 Tabel 4.18 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Generatif .. 80 Tabel 4.19 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Generatif

Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep …………. 83 Tabel 4.20 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Generatif

Dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif ……… 85 Tabel 4.21 Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Dengan Pendekatan Generatif ……….. 87 Tabel 4.22 Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

(5)

DAFTAR DIAGRAM

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Aktivitas Siswa pada Tahap Eksplorasi ... 91

Gambar 4.2 Aktivitas Siswa pada Tahap Memfokuskan ... 92

Gambar 4.3. Aktivitas Siswa pada Tahap Tantangan ... 93

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan. Matematika dapat memberikan kontribusi mulai dari hal yang sederhana seperti perhitungan dasar dalam kehidupan sehari-hari sampai hal yang kompleks dan abstrak seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan sebagainya. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan pemikir-pemikir yang kompeten, yang mampu menguasai dunia ilmu pengetahuan dan mampu berpikir tingkat tinggi. Pemikir yang mampu mengkomunikasikan pemikirannya, mampu mengkoneksikan ide-ide dalam keilmuannya sendiri ataupun dengan bidang lain, serta mampu bernalar dengan baik untuk menarik kesimpulan yang tepat dalam menyelesaikan persoalan. Kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan dalam memecahkan masalah yang dihadapi di dalam kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, sehingga mereka mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar.

(9)

berbagai aspek keilmuan maupun kehidupan sehari-hari, sehingga belajar matematika membutuhkan pemahaman terhadap konsep dasar matematik secara benar walaupun sulit untuk mencapainya.

Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of Teacher Mathematics (2000) yaitu : belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk mengaitkan ide, pembentukan sikap positif terhadap matematika. Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

Adapun tujuan umum pendidikan matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(10)

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas, 2006).

Menurut Sumarmo (2002) pendidikan matematika pada hakekatnya memiliki dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa datang. Untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah kepada pemahaman matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Untuk kebutuhan di masa yang akan datang mempunyai arti lebih luas yaitu memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta menghadapi masa depan yang selalu berubah. Sehingga diharapkan dengan keterampilan yang dimilikinya, siswa mampu memberikan kemampuan penalaran yang sangat diperlukan di masyarakat.

(11)

Menurut Sumarmo (2000), untuk mendukung proses pembelajaran matematika, diperlukan perubahan pandangan, yaitu: (1) dari pandangan kelas sebagai kumpulan individu ke arah kelas sebagai masyarakat belajar, (2) dari pandangan pencapaian jawaban yang benar saja ke arah logika dan peristiwa matematika sebagai verifikasi, (3) dari pandangan guru/dosen sebagai pengajar ke arah guru/dosen sebagai pendidik, motivator, fasilitator, dan manajer belajar, (4) dari penekanan pada mengingat prosedur penyelesaian ke arah pemahaman dan penalaran matematika melalui penemuan kembali (reinvention), (5) dari memandang dan memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terisolasi ke arah hubungan antar konsep, ide matematika, dan aplikasinya baik dalam matematika sendiri, bidang ilmu lainnya maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut hasil survey IMSTEP-JICA (Ulya, 2007), satu di antara penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika karena pembelajaran matematika hanya berfokus pada hal-hal yang sesuai dengan contoh-contoh yang dikerjakan oleh guru. Penelitian lain menyatakan bahwa peserta Indonesia memperoleh skor yang rendah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (pemecahan masalah atau masalah matematik yang membutuhkan penalaran) yaitu hanya sekitar 25%. Namun mereka relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur (Mullis, et al. 2000).

(12)

proses belajarnya. Menurut Sabandar (2007) soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang itu akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberdayakan segala kemampuan yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Baroody (Dahlan, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa keuntungan apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran, karena dapat secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa. Keuntungan tersebut adalah jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan bernalarnya dalam melakukan pendugaan-pendugaan berdasarkan pengalamannya sendiri, maka siswa akan lebih mudah memahami konsep. Misalnya siswa diberikan permasalahan dengan menggunakan benda-benda nyata, melihat pola, mereformulasikan dugaan tentang pola yang sudah diketahui dan mengevaluasinya, sehingga hasil yang diperoleh lebih informatif. Hal ini akan lebih membantu siswa dalam memahami proses yag telah disiapkan dengan cara doing mathematics dan eksplorasi matematika.

(13)

Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Mengacu pada pandangan konstruktivisme yang memandang bahwa pembelajaran merupakan suatu proses, situasi dan upaya yang dirancang guru sehingga membuat siswa dapat belajar. Guru harus berperan sebagai fasilitator, motivator dan manager di kelas.

Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika umumnya masih berlangsung secara tradisional dengan karakteristik berpusat pada guru, menggunakan pendekatan yang bersifat ekspositori sehingga guru lebih mendominasi proses aktivitas kelas sedangkan siswa pasif, selain itu latihan yang diberikan lebih banyak soal-soal yang bersifat rutin sehingga kurang melatih daya nalar, dan kemampuan berpikir siswa hanya pada tingkat rendah (Hutagalung, 2009). Pembelajaran yang dikembangkan guru selama ini kurang mendukung berkembangnya kemampuan bernalar siswa, pembelajaran bersifat satu arah, anak tidak terlibat secara aktif dalam menggali konsep-konsep atau ide-ide matematik secara mendalam dan bermakna, sehingga siswa menerima pengetahuan dalam bentuk yang sudah jadi dan lebih bersifat hafalan.

(14)

rendah” (Turmudi, 2008). Pembelajaran seperti ini sering dilakukan oleh banyak guru dalam keseharian sehingga memungkinkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa tidak tergali dan tidak berkembang secara maksimal disamping menimbulkan kebosanan dan merusak minat siswa. Akhirnya, anak tidak terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang menantang yang penyelesaiannya membutuhkan dan melibatkan kemampuan pemahaman konsep, penalaran induktif, berpikir kritis, sistematik, logis dan kreatif.

Terdapat beberapa alasan bahwa kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa perlu dikembangkan dalam dalam pembelajaran matematika, karena sesuai dengan tujuan instruksional dan pandangan bahwa matematika adalah produk dan proses. Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika perlu diperhatikan karena melalui pemahaman konsep, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berfikir matematikanya, yang akhirnya dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Penalaran perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru karena melalui penalaran yang benar akan diperoleh pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

(15)

digunakan sangat menentukan jenis interaksi pembelajaran bagi siswa sekaligus keberhasilan pengajaran matematika. Hal ini senada dengan pendapat Wahyudin (2003:6) bahwa salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran matematika adalah jika para guru menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik dan mampu memilih strategi atau metode pembelajaran dengan tepat dalam setiap proses pembelajaran.

Selain pemahaman konsep dan penalaran induktif, faktor lain yang harus diperhatikan adalah sikap positif siswa terhadap matematika. Sikap siswa terhadap matematika erat kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika, siswa yang berminat terhadap matematika maka ia akan suka mengerjakan tugas matematika, ini menandakan bahwa siswa tersebut bersikap positif terhadap matematika. Menyadari pentingnya sikap positif siswa terhadap matematika maka guru memiliki peranan penting untuk dapat menumbuhkan sikap tersebut dalam diri siswa, salah satunya adalah melalui pembelajaran yang dikembangkan dalam kelas. Pemilihan strategi atau pendekatan yang tepat akan dapat menumbuhkembangkan sikap positif siswa terhadap matematika. Sejalan dengan hal tersebut, maka aspek sikap dalam penelitian ini menjadi perhatian peneliti sehubungan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan pendekatan generatif.

(16)

peranan penting untuk dapat menumbuhkan kemampuan tersebut, salah satunya adalah melalui pembelajaran yang dikembangkan dalam kelas. Pemilihan strategi atau pendekatan yang tepat akan dapat menumbuhkembangkan sikap positif siswa terhadap matematika (Wena, 2008). Dari pernyataan tersebut, timbul pertanyaan : pendekatan pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut ?

Salah satu alternatif yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran dalam hal ini penalaran induktif yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran generatif. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam strategi pembelajaran generatif dapat membuat siswa untuk belajar menjadi aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Disamping itu melalui pembelajaran generatif tercipta suatu iklim belajar, siswa mendapatkan kebebasan dalam mengajukan ide-ide, pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah sehingga belajar matematika lebih efektif dan bermakna (Chairhany, 2007).

(17)

Guru sebagai fasilitator, organisator, dan motivator pelaksana proses pembelajaran matematika, harus dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteritik matematika sehingga memungkinkan tumbuhnya kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran induktif siswa. Sebagai fasilitator, guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menemukan sendiri konsep, prinsip, dan prosedur melalui serangkaian aktifitas pembelajaran. Sebagai organisator, guru harus mampu mengelola jalannya proses pembelajaran termasuk cara-cara mengintervensi untuk mengarahkan siswa dalam memahami konsep, prinsip, dan prosedur. Sebagai motivator, guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif di dalam proses pembelajaran, dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi aktif.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Generatif”.

1.2Rumusan Masalah

(18)

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ?

2. Apakah peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ?

3. Adakah korelasi antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa ?

4. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika sehubungan dengan pembelajaran melalui pendekatan generatif ?

5. Aspek apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran induktif ?

1.3Tujuan Penelitian

(19)

terhadap pembelajaran dengan pendekatan generatif. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menelaah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Menelaah peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Mendeskripsikan korelasi antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa.

4. Mendeskripsikan sikap siswa terhadap matematika sehubungan dengan pembelajaran melalui pendekatan generatif.

5. Mendeskripsikan aspek yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif untuk meningkatkan kemampuan pemahamn konsep dan kemampuan penalaran induktif.

1.4 Hipotesis Penelitian

(20)

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Terdapat korelasi yang positif antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi semua pihak, terutama bagi guru, siswa dan para peneliti selanjutnya yang bekaitan dengan penelitian ini. Secara rinci manfaat penelitian ini ialah:

1. Bagi peneliti, memberikan gambaran/informasi tentang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran induktif siswa SMP melalui pembelajaran dengan pendekatan generatif.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menikmati proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan generatif guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif.

(21)

4. Bagi semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya

1.6 Definisi Operasional

1. Pendekatan generatif

Pendekatan generatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, yang terdiri atas 4 tahap yaitu tahap eksplorasi, tahap memfokuskan, tahap tantangan, dan tahap aplikasi.

2. Pemahaman konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan menerapkan konsep matematika pada situasi yang cocok disertai alasan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep yaitu : (a) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), (b) Memberi contoh dan non contoh dari konsep, (c) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, (d) Mengaplikasikan konsep pemecahan masalah.

3. Penalaran induktif

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa? Pengukuran kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif ini dilakukan terhadap kelompok siswa yang diberi perlakuan (eksperimen) dan kelompok siswa sebagai pembanding (kontrol).

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan bentuk desain kelompok kontrol pretes – postes. Desain penelitian yang dilakukan adalah The Randomized Pre-test Pos-test Control Group Design. Dipilih dua sampel kelas

yang homogen secara acak, dan kepada mereka disajikan pembelajaran yang berbeda.

A : O X O O O

Keterangan :

A : Acak

O : Observasi pretes / postes

X : Pembelajaran dengan pendekatan generatif

(23)

pembelajaran yang dirancang baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol langsung dilaksanakan oleh peneliti di kelas. Hal ini dilakukan agar tindakan pembelajaran yang telah rencanakan oleh peneliti dapat dilaksanakan dengan maksimal.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Baroody (dalam Dahlan, 2004), bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan penalaran harus sudah diberikan sejak dini. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan penelitian terhadap siswa Sekolah Menengah Pertama.

Penelitian ini adalah studi eksperimen yang dilaksanakan di SMPN 3 Cianjur dengan populasi keseluruhan siswa SMP Negeri 3 Cugenang-Cianjur tahun pelajaran 2009/2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Randomized Cluster Sampling. Pemilihan dilakukan dengan cara mengundi ketiga

(24)

3.3Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel pada penelitian ini yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel

yang dapat dimodifikasi sehingga dapat mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah hasil yang diharapkan setelah terjadi modifikasi pada variabel bebas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan generatif sebagai variabel bebasnya, dan variabel terikatnya adalah kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan penalaran induktif.

Dalam setiap pelaksanaan penelitian tidak menutup kemungkinan akan muncul variabel-variabel luar yang akan mempengaruhi variabel terikat yang disebut variabel extraneous, misalnya guru, waktu belajar dan lain sebagainya. Variabel luar yang terjadi dalam penelitian ini diasumsikan tidak mempengaruhi secara signifikan (berarti) terhadap variabel terikat yaitu peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran induktif siswa.

3.4 Materi atau Bahan Ajar

(25)

kelompok atau antar kelompok. Materi atau bahan ajar penelitian ini ialah pada pokok bahasan segitiga dan segiempat.

Bahan ajar untuk kelompok eksperimen dikembangkan dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) untuk 9 pertemuan. LKS ini berisi ringkasan materi, bahan kerja kelompok, dan tugas individu. Sedangkan bahan ajar untuk kelompok kontrol menggunakan bahan ajar sebagaimana yang telah dipersiapkan oleh guru seperti biasanya.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dikembangkan instrumen penelitian yang terdiri dalam dua jenis yaitu tes dan non-tes. Instrumen jenis tes merupakan tes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang berhubungan dengan pemahaman konsep dan penalaran induktif. Sedangkan instrumen non-tes terdiri dari skala sikap siswa yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan generatif, pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk guru (observer).

3.5.1 Tes Kemampuan Pemahaman Konsep dan Tes Penalaran Induktif

(26)

memberikan skor terhadap jawaban dari tes, berikut ini adalah skor rubrik untuk kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran induktif yang diadopsi oleh Holistic scoring rubrics (Cai, Lane dan Jacabcsin, 1996) sebagai

Memahami konsep dengan lengkap, menerapkannya secara tepat, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep dengan tepat. Memahami konsep hampir lengkap, menerapkannya secara tepat, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep hampir lengkap. Memahami konsep kurang lengkap, menerapkannya secara tepat, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep kurang lengkap Salah memahami dan menerapkan konsep

Tidak ada jawaban

Dapat menjawab semua aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar dan jelas/ lengkap

Dapat menjawab hampir semua aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar

Dapat menjawab hanya sebagian aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar

Menjawab tidak sesuai atas aspek pertanyaan tentang penalaran atau menarik kesimpulan salah

Tidak ada jawaban

Untuk kepentingan penelitian ini, penyusunan tes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal yang berisi sub pokok bahasan, indikator, soal, nomor soal, serta kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif yang diukur

(27)

c. Menilai validasi isi soal yang berkaitan dengan kesesuaian antara indikator dengan soal, validasi konstruk, dan kebenaran kunci jawaban oleh dosen pembimbing dan rekan mahasiswa S-2

d. Mempertimbangkan keterbacaan soal yang dilakukan oleh rekan S-2, untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut dapat dipahami dengan baik atau tidak e. Mengujicobakan tes dan dilanjutkan dengan menghitung validasi tes, validasi

item, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran

Instrumen.

Setelah instrumen jadi, kemudian dilakukan ujicoba untuk mengecek keterbacaan soal dan untuk mengetahui derajat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen. Ujicoba dilakukan pada siswa kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Cianjur.

a. Analisis Validitas Tes

Validitas merupakan salah hal yang penting dalam menentukan instrumen penelitian. Menurut Ruseffendi (1994) suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya diukur.

(28)



Untuk mengukur validitas muka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti mencobakan instrumen kepada siswa lain yang tidak menjadi sampel dalam penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat difahami dengan benar oleh siswa dan tidak menimbulkan salah pengertian.

Penentuan tingkat validitas isi soal dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang digunakan dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan memiliki validitas yang tinggi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas adalah:

dengan: rxy = koefisien validitas

Validitas sangat tinggi (sangat baik) Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup) Validitas rendah (jelek)

(29)



Ada dua langkah yang dilakukan dalam perhitungan validitas soal, yaitu menghitung validitas soal secara keseluruhan dan menghitung validitas item soal. Selanjutnya untuk menentukan validitas item, maka digunakan perhitungan korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total.

b. Analisis Reliabilitas Tes

Selain validitas, reliabilitas juga mempengaruhi terhadap pemilihan instrumen. Reliabilitas suatu instrumen menunjukkan keajegan suatu instrument yang digunakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Suherman (1990), suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas yaitu rumus Alpha:

dengan: n = banyaknya soal

2

(30)

SMI x x DP= ab

SMI x IK = c. Daya Pembeda

Menurut Suherman (1990) Daya Pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dan siswa yang tidak dapat menjawab soal.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah:

dengan xa = rata-rata skor kelompok atas,

xb = rata-rata skor kelompok bawah

SMI = skor maksimal ideal

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda (dalam Suherman, 1990)

Besarnya DP Interpretasi DP ≤ 0,00

0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek Jelek

Cukup Baik

Sangat baik

d. Indeks Kesukaran

Menurut Suherman (1990), indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran yaitu :

(31)

Tabel 3.6

Dari hasil pengujian instrumen yang dilakukan oleh peneliti, dengan memperhatikan nilai validitas soal, nilai reliabilitas soal, daya pembeda dan indeks kesukaran, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang dibuat cukup baik untuk digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba tes pemahaman konsep dan penalaran induktif dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pengolahan data bisa dilihat di Lampiran C.

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Tes Kemampun Pemahaman Konsep dan Penalaran Induktif

No

(32)



melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai isi dari angket sehingga angket yang dibuat sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan, dan akan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Untuk menentukan validitas muka, peneliti meminta kepada 5 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Cugenang untuk membaca dan memberikan masukan mengenai penulisan pernyataan-pernyataannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah angket yang dibuat dapat difahami oleh siswa serta kalimatnya tidak membingungkan siswa. Sedangkan untuk menentukan validitas item angket menggunakan rumus :

Keterangan : rxy = koefisien validitas, xi = skor item

yi = skor total item, dan n = banyaknya item

Dengan kriterianya: apabila nilai korelasinya lebih dari 0,3 maka item angket dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya kurang dari 0,3 maka item angket dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2001).

Untuk menentukan reliabilitas angket menggunakan rumus:

b

Keterangan : ri = relibilitas internal angket

(33)

3.5.3 Lembar Observasi

Maulana (Putri, 2006) menyatakan, ”Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menginventarisasikan data tentang sikap siswa dalam belajarnya, sikap guru, serta interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung”. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap kelas eksperimen untuk melihat aktivitas siswa dan guru, interaksi antara siswa dan guru, dan interaksi antar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif. Data yang diperoleh dari observasi tersebut diharapkan dapat menemukan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung.

3.5.4 Lembar Wawancara untuk Guru (Observer)

Lembar wawancara yang diberikan kepada guru (observer) setelah postes digunakan untuk mendapatkan informasi tentang aspek-aspek kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran dengan pendekatan generatif.

3.6 Posedur Pelaksanaan Penelitian

Secara rinci tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian

(34)

Universitas Pendidikan Indonesia, dan menemui Kepala SMP Negeri 3 Cugenang yang beralamat di jalan Raya Rancagoong, Ds padaluyu kec. Cugenang kab. Cianjur untuk meminta ijin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah mendapat ijin penelitian dari Kepala SMP Negeri 3 Cugenang, selanjutnya peneliti memilih sampel penelitian. Terdapat 6 kelas siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Cugenang. Dari keenam kelas dipilih secara acak sebanyak dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya dari kedua kelas tersebut dipilih secara acak untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Seluruh siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian, yaitu siswa yang ada dikedua kelas tersebut diberi tes awal, tujuannya untuk mengukur kemampuan awal siswa pada kedua kelompok tersebut.

(35)

pendekatan generatif. Jadual pelaksanaan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.8

Jadual Pelaksanaan Penelitian pada Kelas Eksperimen

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan

1 Jumat/

16 April 2010 07.30 – 09.00 Pretes

2 Sabtu/

17 April 2010 07.30 – 09.30

Pembelajaran I : Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi-sisinya dan besar sudutnya

Pembelajaran III : Membuat kesimpulan dari setiap langkah-langkah dalam melukis garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu suatu segitiga

5 Rabu/

30 April 2010 07.30 – 09.00

Pembelajaran IV: Membuat kesimpulan dari setiap langkah-langkah dalam melukis segitiga yang diketahui tiga sisinya, dua sisi satu sudut apitnya atau satu sisi dan dua sudut

6 Sabtu/

01 Mei 2010 07.30 – 09.00

Pembelajaran V :

• Menemukan rumus keliling dan luas segitiga

• Menyelesaikan masalah yang melibatkan penerapan luas dan keliling segitiga.

7 Jumat/

07 Mei 2010 07.30 – 09.00

Pembelajaran VI : Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, dan jajargenjang

8 Sabtu/

08Mei 2010 07.30 – 09.00

Pembelajaran VII : Mengidentifikasi sifat-sifat trapesium, belah ketupat, dan layang-layang

9 Jumat/

14 Mei 2010 07.30 – 09.00

Pembelajaran VIII :

• Menemukan rumus keliling dan luas dari persegi panjang, persegi, dan jajargenjang

• Menentukan keliling dan luas dari persegi trapesium, belah ketupat, dan layang-layang

• Menentukan keliling dan luas dari trapesium,

(36)

3.6.2.1Pembelajaran dengan Pendekatan Generatif pada Kelas Eksperimen

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasilnya diperiksa untuk mengetahui kemampuan awal mereka dalam pemahaman konsep dan penalarn induktif. Selanjutnya kepada siswa kelas eksperimen, peneliti menginformasikan bahwa pertemuan berikutnya mereka akan mengikuti pembelajaran dengan pendekatan generatif.

Sebanyak 35 siswa dalam kelas eksperimen dikelompokkan menjadi sembilan kelompok belajar. delapan kelompok masing-masing terdiri dari empat siswa dan satu kelompok terdiri dari tiga siswa. Pengelompokan siswa dilakukan dengan melihat hasil ulangan harian sebelumnya dan hasil pretes yang baru dilaksanakan. Pengelompokan diupayakan memenuhi syarat heterogen baik kemampuan maupun jenis kelamin. Setelah pretes dilaksanakan, peneliti menginformasikan nama-nama anggota kelompok, setiap kelompok diberi kebebasan menentukan nama kelompoknya dengan tema para ahli matematika.

Dalam penilitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang menyajikan pembelajaran dengan pendekatan generatif di kelas eksperimen. Selama pembelajaran di kelas eksperimen, peneliti didampingi oleh guru lain yang bertindak sebagai observer yang melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan generatif. Setiap pertemuan dilaksanakan pembelajaran pendekatan generatif dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: I. Tahap Pendahuluan :

(37)

pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut, mengelompokkan siswa secara heterogen, dan membagikan LKS.

II. Kegiatan inti :

Pada Tahap eksplorasi berlangsung 60 menit yang terdiri dari empat tahap. Tahap pertama yaitu orientasi, dalam waktu 10 menit siswa diberikan kesempatan untuk mengenali topik yang akan dibahas, memberikan ide gagasan tentang topik tersebut, selanjutnya guru menilai dan mengkasifikasi gagasan dari siswa sebagai titik tolak pembelajaran.

Tahap kedua yaitu memfokuskan, selama 10 menit siswa diarahkan untuk mengkonstrusi konsep yang akan dipelajari melalui pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali informasi, kemudian siswa melakukan kegiatan untuk lebih mengenal materi-materi yang digunakan untuk mengajukan pertanyaan terhadap konsep tersebut sehingga menjadi luas.

Tahap ketiga yaitu tantangan, selama 30 menit siswa diberikan kesempatan untuk melakukan sharing idea antar siswa sehingga siswa dapat membandingkan gagasannya dengan siswa lainnya.

Tahap keempat yaitu aplikasi, selama 10 menit siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

III. Penutup

(38)

3.6.2.2Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Kelas ini mempelajari materi yang sama yaitu segitiga dan segiempat, dan kelas ini diperlakukan sebagai pembanding. Keseluruhan rangkaian kegiatan penelitian mulai dari awal hingga akhir disajikan pada bagan 3.1 berikut.

Diagram 3.1 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan

data

Analisis data

Laporan dan Kesimpulan Kelas kontrol

Identifikasi masalah Studi pendahuluan

Kelas Eksperimen

Postes

Penyusunan modul, penyusunan instrumen, validasi, uji coba instrumen

& perbaikan instrumen

Penentuan sampel & pretes

Pembelajaran dengan pendekatan generatif Pembelajaran

konvensional

(39)

3.7 Teknik Analisa Data

Setelah penelitian dilaksanakan, maka diperoleh data sebagai berikut : a. Data nilai pretes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Data nilai postes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

c. Data skala sikap kelas eksperimen

d. Data hasil observasi pembelajaran dengan pendekatan generatif e. Data hasil wawancara dengan guru.

Skor yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan generatif, dianalisis dengan cara membandingkan skor siswa yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Besarnya peningkatan sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer. 2002 sebagai berikut:

Gain ternormalisasi (g) =

pretes skor ideal skor

pretes skor postes skor

− −

Dengan kriteria indeks gain seperti tabel 3. 8 di bawah ini : Tabel 3.9

Kriteria Indeks Gain

(40)

Untuk mengetahui benar tidaknya kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif kelompok eksperimen lebih menyebar dibanding kelompok kontrol perlu diuji secara statistik. Pengolahan dan analisis data hasil tes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif menggunakan SPSS 17,0 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

3.7.1 Uji Normalitas

Menguji normalitas distribusi skor tes awal, tes akhir dan N_Gain dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk. menggunakan SPSS 17,0 for Windows pada taraf signifikansi 0,05. Hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal Kriteria pengujian ialah: Tolak H0 jika nilai Signifikansi <

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis yang akan diuji, H0 : skor tes kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif kedua kelas berasal dari populasi yang

berdistribusi normal

2. Menentukan nilai α (ditentukan α = 0,05)

3. Mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17,0 4. Output hasil SPSS 17,0 sebagai berikut :

Kelas Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

……. ………... ………

……… ………

……… ………

(41)

3.7.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas variansi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok sama atau berbeda. Uji statistiknya menggunakan Levene’s test dengan menggunakan SPSS 17,0 pada taraf signifikansi 0,05.

Hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah:

H0 : Varians populasi skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen

H1 : Varians populasi skor kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak homogen

Dengan = Varians populasi kelompok eksperimen = Varians populasi kelompok kontrol

Kriteria pengujian ialah: Tolak H0 jika nilai Signifikansi < .

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis yang akan diuji, H0 : Variansi kedua kelas sama 5. Menentukan nilai α (ditentukan α = 0,05)

2. Mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17,0 3. Output hasil SPSS 17,0 sebagai berikut :

Levene

(42)

3.7.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara dua rata-rata data, yaitu antara data kelas eksperimen dan data kelas kontrol. Jika populasi kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan menggunakan SPSS 17,0 for Windows yaitu independent-sampel T Test. Uji kesamaan dua rata-rata skor postes dan N-Gain

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji satu pihak (pihak kanan) untuk menguji rumusan hipotesis kerja:

H0 : H1 :

Ho : Skor rata-rata siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif sama dengan skor siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

H1 : Skor rata-rata siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif lebih baik dari pada skor siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

Dengan kriteria pengujian satu arah yaitu: tolak H0 jika nilai signifikansi < . 3.7.4 Uji Korelasi Antara Kemampuan Pemahaman Konsep dan

Kemampuan Penalaran Induktif Siswa

(43)

Langkah-langkah uji korelasi: 1. Menentukan hipotesis

Hipotesis yang digunakan yaitu :

H0 : Tidak terdapat hubungan antara kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif

H1 : Terdapat hubungan antara kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif

Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : ρ =0

H1 : ρ ≠0

2. Menentukan nilai α

Pada penelitian ini ditentukan nilai α sebesar 0,05 dengan kriteria uji tolak H0 jika nilai signifikansi < α. Statistik uji yang digunakan yaitu statistik uji korelasi product momen Pearson dengan menggunakan SPSS 17,0 for windows

3. Perhatikan nilai Person Correlation

Nilai Person Correlation menunjukkan korelasi antara kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa.

3.7.5 Pengolahan Data Skala Sikap

(44)

dengan berpedoman kepada model skala Likert, mencari skor netral butir skala sikap, membandingkan skor sikap siswa untuk setiap item, indikator dan klasifikasi skala sikap dengan sikap netralnya, untuk melihat kecenderungan sikap siswa. Sikap siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari sikap netralnya, sebaliknya disebut negatif jika skor sikap siswa lebih kecil dari skor netralnya.

3.7.6 Hasil Observasi

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada setiap pertemuan di kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan generatif, observasi dilakukan oleh guru matematika. Kegiatan pengamatan ini berpedoman pada lembar observasi dan tidak mengganggu atau mempengaruhi aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran. Data hasil observasi dinyatakan dengan skor 4, 3, 2, 1, dan 0 untuk setiap aspek yang diobservasi, skor tertinggi menunjukkan aktivitas yang sering terjadi dan skor terendah menunjukkan aktivitas yang tidak pernah terjadi. Skor hasil observasi ini dianalisis dengan cara mencari rata-ratanya kemudian dibandingkan dengan skor netralnya.

3.7.6 Hasil Wawancara dengan Guru (Observer)

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengaruh pendekatan generatif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa kelas VII-F di SMP Negeri 3 Cugenang-Cianjur tahun pelajaran 2009-2010 sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan generatif generatif lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Terdapat korelasi yang positif antara peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa

4. Siswa menunjukkan sikap positif terhadap matematika sehubungan dengan pembelajaran melalui pendekatan generatif

(46)

dan penalaran induktif yaitu pada tahap tantangan dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikan permasalahan/soal yang diberikan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa. Kesimpulan tersebut dapat pula digeneralisasi untuk populasi yang memiliki karakteristik seperti siswa kelas VII-F di SMP Negeri 3 Cugenang-Cianjur tahun pelajaran 2009-2010.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pendekatan generatif, maka ada beberapa rekomendasi yang penulis kemukakan sehubungan dengan penelitian ini:

1. Bagi guru direkomendasikan agar menerapkan pendekatan generatif sebagai alternatif pembelajaran matematika di kelas, karena dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran induktif siswa

2. Kemungkinan adanya kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan generatif, pada awal pembelajaran perlu diantisipasi oleh guru. Siswa tidak terbiasa dengan belajar mengeluarkan pendapat/ide, memecahkan soal-soal penalaran yang dianggap siswa sebagai soal yang rumit, dan berdiskusi, hal itu bisa menjadi hambatan dalam keberhasilan proses pembelajaran.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. (2002). Suatu Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Analogi Matematika. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Chairhany, S. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Logis Matematis Siswa MA Melalui Model Pembelajaran Generatif. Tesis Master Pendidikan PPs-UPI: tidak dipublikasikan.

Dahar, W. R, (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dahlan, J.A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Pertama Melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Depdiknas. Kurikulum SMP/MTs 2006. [Online].

http://www.puskur.net/produkpuskur/kurikulum/Matematika.pdf. [20 Mei 2008].

Fahinu. (2007). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis danKemandirian Belajar Matematika pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Holil, A. (2008). Pembelajaran Generatif (MPG). [Online]. Tersedia: http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-generatif-mpg.html[28 Januari 2009]

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Hutagalung. J.B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan komunikasi matematis Siswa Sekolah menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw. Tesis pada PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

(48)

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic Pretest Scores. [Online], Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gai n.[28 November 2008]

Mullis, et all. (2000). TIMMS 1999: International Mathematics Report. Boston: the International Study center, boston College, lynch School of Education.

National council of Teacher of mathematics (NCTM), (2000). Principles and Standards for School mathematics. USA : NCTM.

Priatna, N. (2002) Jurnal Matematika atau Pembelajarannya “Analisis Kemampuan Penalaran Induktif dan Deduktif dalam Matematika pada Siswa Kelas 3 SLTP Assalam Kota Bandung. Edisi khusus Juli 2002.

……….. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Putri, E. H. (2006). Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan koneksi Matematik Siswa SMP. Tesis Magister Pada SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbalik. Tesis pada PPS UPI. Bandung : tidak dipublikasikan.

Ruseffendi, E.T., (1991). Pengantar Kepada membantu Guru Mengembangkan kompetrensinya dalam Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

………. (1998). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

……… (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. IKIP Bandung Press

Sabandar, J. (2007). Berfikir Reflektif. Makalah pada seminar Nasional Matematika 2007. Bandung; Tidak dipublikasikan.

(49)

Soekadijo, G. R. (1999). Logika Dasar Tradisional, Sombolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia.

Somatanaya, A. A. G. (2005). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SLTP melalui Pembelajaran dengan Metode Inkuiri. Tesis pada PPs UPI. Bandung : tidak dipublikasikan.

Suherman, E. (1990) Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E; Turmudi; dkk. (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pengajaran Matematika. Bandung; UPI Sudjana. (1996). Metoda Statistik. Bandung : Tarsito

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Sumarmo, U. (1988). Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap. Makalah pada Seminar Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Bandung pada hari Rabu, 14 Desember 1988. Tidak diterbitkan.

……….. (2000). Kecenderungan Pembelajaran matematika pada Abad 21. Makalah pada Seminar di UNSWAGATI Tanggal 10 September 2000. Cirebon.

……….. (2002) Jurnal Matematika atau Pembelajarannya: “Pembelajaran Berfikir Tingkat Tinggi Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar”. Edisi khusus Juli 2002.

... (2003). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada pelatihan guru matematika di STKIP Siliwangi Cimahi. Bandung: tidak dipublikasikan. Suriadi (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan

(50)

Suriasumantri, P. (1998). Filsafat Ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta : Sinar Harapan.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran matematika. Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: lauser Cita Pustaka. Ulya, N. (2007). Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan komunikasi

Siswa SMP/MTs Melalui pembelajaran Kooperatif tipe team-games-Tournamentsn (TGT). Tesis magister pada SPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Wahyudin, (1999). Kemampuan guru matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi. UPI Bandung : tidak dipublikasikan.

Wena, M (2008). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Whidiarso, W. (2007). Uji Hipotesis Komparatif. [online] Tersedia:

Gambar

Gambar 4.2  Aktivitas Siswa pada Tahap Memfokuskan ....................................
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Pemahaman Konsep
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Tabel 3.4 Klasifikasi Derajat Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar peserta didik.. metode yang digunakan dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme , digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya

KONTRIBUSI MUSCLE STRENGTH DAN MUSCLE ENDURANCE TERHADAP KECEPATAN PEMANJATAN PADA OLAHRAGA PANJAT TEBING.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlu diketahui pengaruh polaritas yang berbeda dari kedua elektroda, dan pengaruh temperatur, serta jarak elektroda diatas terhadap tegangan tembus dari kedua

Kepula Badan Intelijen Ncgara kepada Tinr perrilai Akhir sebelum sidang Tim Penilai Akhir r-rntr-rk cigunakan scbagai berlran pertimb€Lnsan d,alarn mernbahas us.,jian

muncul/nampak dalam observasi.. Data yang diperoleh dari skor test peserta didik, kemudian ditetapkan kriterianya. Dalam hal ini kriteria kategori skor peserta didik bisa dilihat

[r]