• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Aksesabilititas Ke Pelayanan Kesehatan Gigi Dengan Status Karies Pada Anank TK Islam Nurul Halim Kecamatan Nanggalo Padang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Aksesabilititas Ke Pelayanan Kesehatan Gigi Dengan Status Karies Pada Anank TK Islam Nurul Halim Kecamatan Nanggalo Padang."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas Padang Skripsi, April 2014

AMITYA ASTUTI, 0810342043

Hubungan Antara Aksesabilititas Ke Pelayanan Kesehatan Gigi Dengan Status Karies Pada Anank TK Islam Nurul Halim Kecamatan Nanggalo Padang

vii + 57 Halaman + 1 Gambar + 10 Tabel + 4 Diagram + 5 Lampiran

ABSTRAK

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Anak merupakan kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup besar dan memiliki prevalensi karies yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Riskesdas, prevalensi karies pada anak umur 1-4 tahun di Indonesia sebesar 6,9%, sedangkan pada anak umur 5-9 tahun sebesar 21,6%. Menurut penelitian sebelumnya, kemudahan mencapai pusat pelayanan kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap upaya preventif dan promotif kesehatan gigi masyarakat. Aksesabilitas ini terdiri dari jarak tempuh, waktu tempuh dan kemudahan alat transportasi.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua anak TK Islam Nurul Halim Kecamatan Nanggalo Padang. 60 anak terpilih sebagai sampel penelitian melalui random sampling. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada orang tua anak dan melakukan pemeriksaan rongga mulut.

Analisa statistik dilakukan dengan chi-square. Hasil uji analisa statistik menunjukkan bahwa 36,7% anak memiliki status karies rendah, 18,3% memiliki status karies sedang dan 45% memiliki status karies tinggi. Dari hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh, waktu tempuh dan kemudahan alat transportasi dengan status karies.

Untuk mencegah resiko terjadinya karies pada gigi sulung, perlu diadakan upaya preventif dengan cara meningkatan kebersihan gigi, pengetahuan orang tua dengan cara melakukan pemeriksaan rongga muluyt secara rutin oleh tenaga kesehatan.

Daftar Bacaan : 25 (1992 – 2011)

(3)

Andalas University Padang Script, April 2014

Faculty of Dentistry

AMITYA ASTUTI, 0810342043

The Relation Between Accesability To Health Center And Dental Caries Status Of Children in TK Islam Nurul Halim Nanggalo Padang

vii + 57 Pages + 1 Images + 10 Tables + 1 Diagram + 5 Attachment Files

ABSTRACT

Oral and dental health is a part of general health that must be concerned by society. Oral dental problems that usually happened is caries. Children are the part of society that have a high risk prevalence caries. Based on Riskesdas’s data on 2007caries prevalence at 1-4 years old children in Indonesia is 6,9 %, while 5-9 years old children is 21,6%. Based on past survey the preventive and promotive action of oral health are significantly influenced by the accesability to reach health center. The accesability are consisted of the distance, travel time and the accesability to get transportation to health center.

The experiment used cross sectional design. The population of this experiment were children of TK Islam Nurul Halim Nanggalo Padang. 60 children were selected as samples trough random sampling method. Primer data was obtained by interviewing the parents and exploring the mouth cavity.

Statistical analysis was performed with chi squere test. The statistical analysis result showed that 36,7% of children have a low rate caries status, 18,3% have moderate rate caries status and 45% have hight rate caries status. The result of bivariate analysis showed that there are not a significantly relayionship between the distance, travel time and the accesability to get transportation to health center with caries status.

To prevent the risk of caries in deciduies teeth, the increase of oral hygiene, parents knowledge and awareness of earlier caries prevention trough elucidation and routine examination of oral cavity by professional health care is needed.

References : 25 (1992 – 2011)

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

mulut merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu diperhatikan oleh

masyarakat. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi adalah karies. Karies

merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang

disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan (Radiah,

2013).

Tingginya angka karies pada masyarakat di Indonesia masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang penting karena prevalensi karies dan penyakit periodontal

mencapai 80% dari jumlah penduduk. Keadaan ini disebabkan oleh sikap dan perilaku

masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi yang masih rendah(Budiharto, 2000).

Kesehatan gigi dan mulut anak di Indonesia masih sangat memprihatinkan, sehingga perlu

mendapatkan perhatian yang serius dari tenaga kesehatan. Karies pada gigi sulung adalah

suatu penyakit kronis pada anak yang paling umum menggambarkan masalah kesehatan

masyarakat yang mempengaruhi anak-anak prasekolah di seluruh dunia (Asrianti, 2012).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies

gigi pada anak 60-90% (Adiwiryono, 2011). Anak merupakan kelompok masyarakat yang

jumlahnya cukup besar dan memiliki prevalensi karies yang cukup tinggi. Masalah

kesehatan gigi anak menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat di pedesaaan

maupun perkotaan. Di wilayah perkotaan, prevalensi karies meningkat dari 72% menjadi

(5)

hendratini, 2001). Di Indonesia, kejadian karies pada anak usia prasekolah yaitu usia 4-5

tahun sebesar 90,5% terdapat di perkotaan dan 95,9% di pedesaan (Fitriani, 2007).

Baik gigi sulung maupun gigi permanen mempunyai resiko terkena karies, namun

proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dari gigi

permanen. Hal tersebut terjadi karena perbedaan struktur email gigi, dimana gigi sulung

mempunyai struktur email yang kurang padat dan lebih tipis, morfologinya lebih tidak

beraturan dan kontak antara gigi merupakan kontak bidang pada gigi sulung (Suwelo,

1992).

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan

masyarakat Indonesia (Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT, 2001) dan menempati

peringkat keempat dalam penyakit termahal dalam pengobatan (The World Oral Health

Report, 2003). Di Negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun, sedangkan di

negara - negara berkembang seperti Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data dari

Riskesdas, prevalensi karies pada anak umur 1-4 tahun di Indonesia sebesar 6,9%,

sedangkan pada anak umur 5-9 tahun sebesar 21,6% (Riskesdas, 2007). Provinsi Sumatera

Barat memiliki indeks karies DMF-T 5,25 dan menduduki posisi ke 6 tertinggi diantara 32

provinsi di Indonesia. Sedangkan prevalensi karies di Kota Padang adalah 58,4%

(Riskesdas, 2007).

Untuk tahun 2010, WHO (World Health Organization) telah menargetkan indeks

DMF-T (Decayed, Missing, Filled-Tooth) adalah 1,0 sedangkan negara berkembang

menetapkan indeks karies adalah 1,2. Berbagai indikator telah ditentukan WHO, antara

lain pada anak umur 5 tahun 90% harus bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai

(6)

dan penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%

(Riskesdas, 2007).

Tingkat kemudahan mencapai fasilitas pelayanan kesehatan berpengaruh secara

signifikan terhadap upaya preventif dan promotif kesehatan gigi masyarakat. Terdapat

hubungan yang bermakna antara faktor jarak dan waktu tempuh ke pusat pelayanan

kesehatan gigi terhadap perilaku menyikat gigi, dimana semakin dekat jarak dan waktu

tempuh ke pusat pelayanan kesehatan gigi semakin besar persentase perilaku menyikat gigi

dan begitu juga sebaliknya, semakin jauh jarak dan waktu tempuh ke pusat pelayanan

kesehatan gigi semakin besar perilaku tidak menyikat gigi pada masyarakat(Pratiwi dkk,

2010).

Dari hasil penelitian tersebut, persentase perilaku menyikat gigi pada responden

yang berada pada jarak < 1 km ke pelayanan kesehatan gigi adalah 93,5%, pada jarak 1-5

km 91,5% dan pada jarak > 5 km 86,8%. Persentase perilaku menyikat gigi menurut waktu

tempuh ke pelayanan kesehatan gigi 93,5% pada waktu tempuh < 15 menit, 91,1% pada

waktu tempuh 16-30 menit, 85,9% pada waktu tempuh 31-60 menit dan 79,3% pada waktu

tempuh > 60 menit. Jarak dan waktu tempuh yang singkat terhadap pusat pelayanan

kesehatan gigi merupakanfaktor pendukung yang akan mempengaruhi faktor predisposisi

sebagai faktor pendorong sebagai bentuk kemudahan dalam memperoleh akses

pengetahuan tentang kesehatan gigi (Pratiwi dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan Pratiwi dkk, 2010, menunjukkan bahwa adanya

hubungan antara faktor jarak dan waktu tempuh ke pusat pelayanan kesehatan terhadap

perilaku menggosok gigi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang hubungan aksesabilitas ke pelayanan kesehatan gigi dengan status karies pada anak

(7)

angka karies pada anak usia prasekolah, khususnya anak TK yang rata-rata berusia 4

sampai 5 tahun. Maka dari itu, TK yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah TK Islam

Nurul Halim di Kecamatan Nanggalo Padang.

Pemilihan lokasi penelitian ini dilihat dari jarak tempuhnya ke Puskesmas

Nanggalo sebagai sarana pelayanan kesehatan gigi terdekat. Dimana TK Islam Nurul

Halim berjarak ±700 m dari Puskesmas Nanggalo. TK ini berada di lingkungan perumahan

warga. Untuk alat transportasi umum, di wilayah ini terdapat angkutan kota dan ojek.

Walaupun terletak di tengah-tengah perumahan, TK ini juga menggunakan jasa antar

jemput bagi sebagian muridnya. Hal ini juga menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian

bagi peneliti, karena sebagian murid bertempat tinggal tidak dekat dari TK atau pun

Puskesmas Nanggalo. TK ini sebelumnya juga belum pernah mengadakan kerjasama

dengan tenaga kesehatan gigi.Berdasarkan hal inilah peneliti ingin menganalisa apakah

terdapat hubungan aksesabilitas ke pelayanan kesehatan gigi dengan status karies pada

anak TK Islam Nurul Halim di Kecamatan Nanggalo Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “Apakah ada hubungan aksesabilitas ke pelayanan kesehatan gigi dengan status

karies pada anak TK Islam Nurul Halim di Kecamatan Nanggalo Padang?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis adanya hubungan aksesabilitas ke pelayanan kesehatan gigi

(8)

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui status karies pada anak TK Islam Nurul Halim.

2. Untuk mengetahui hubungan jarak tempuh ke pusat pelayanan kesehatan gigi

pada anak TK Islam Nurul Halim terhadap status karies.

3. Untuk mengetahui hubungan waktu tempuh ke pusat pelayanan kesehatan gigi

pada anak TK Islam Nurul Halim terhadap status karies.

4. Untuk mengetahui hubungan kemudahanalat transportasi ke pusat pelayanan

kesehatan gigi pada anak TK Islam Nurul Halim terhadap status karies.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan

1. Diharapkan dapat membantu puskesmas Nanggalo untuk dapat

mengembangkanupaya preventif kesehatan gigi dan mulut pada anak TK,

sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya.

2. Sebagai informasi mengenai gambaran kesehatan gigi dan mulut anak TK

pada wilayah kerja puskesmas Nanggalo.

1.4.2 Bagi Institusi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan kerja

samaoleh pihak sekolah mengenai kesehatan gigi anak-anak.

1.4.3 Bagi Populasi Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan

(9)

1.4.4 Bagi Peneliti

1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian,

khususnya mengenai hubungan aksesabilitas ke pelayanan kesehatan gigi

terhadap status karies.

2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi dan data

tambahan dalam penelitian kesehatan gigi dan bisa dikembangkan lagi oleh

peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dan dilakukan di TK Islam

Referensi

Dokumen terkait

Model komunikasi posmodern yang sangat dibentuk oleh teknologi media komunikasi (telepon, televisi, internet, teleconference )—yang paradigma operasionalnya adalah

[r]

Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia, khususnya kepada pimpinan perusahaan dan mengambil strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan

Menurut Dimyati dalam Ngilawajan, seseorang dengan gaya kognitif field independent akan lebih mudah menguraikan hal-hal yang kompleks dan memecahkan persoalan,

Menurut teori ini, pada saat bumi terbentuk merupakan batuan yang sangat panas dan karena bersentuhan dengan udara yang suhunya lebih rendah, maka batuan tersebut mendingin dan

Teorema apa saja yang berlaku pada fungsi midkonveks di ruang

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada 25 orang karyawan BPR Restu Artha Makmur dan 5 orang nasabah serta memberikan kuesioner

Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggung jawab dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh madrasah dan rencana penggunaan dana