1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Atas banyak mengalami kesulitan. Salah satunya dapat disebabkan oleh karakteristik materi yang terdapat pada mata pelajaran biologi tersebut. Banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami biologi terutama untuk memahami konsep-konsep fisiologis yang abstrak (Lazarowitz, 1992). Menurut Michael (2007) terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan materi fisiologis dianggap sulit, yaitu karakteristik materi biologi yang akan dipelajari, cara mengajarkan materi, dan modal awal siswa yang akan mempelajari materi tersebut.
Prinsip-prinsip inti fisiologis dalam biologi yang dianggap penting menurut Michael et al. (2009), yaitu: evolusi, ekosistem dan lingkungan, mekanisme sebab akibat, sel, hubungan antara struktur dan fungsi, tingkat organisasi, aliran informasi, transfer energi dan transformasi, dan homeostatis. Prinsip inti tersebut merupakan prinsip penting yang harus dikuasai oleh siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran.
saraf mempunyai empat prinsip penting yaitu: mekanisme sebab akibat, hubungan antara struktur dan fungsi, aliran informasi dan homeostatis.
Ibayati (2002) dan Salmiyati (2007) mengungkapkan bahwa materi sistem saraf termasuk salah satu materi yang sulit dipahami karena sifat materinya yang abstrak (Kurniati, 2001). Pada pembelajaran materi sistem saraf, siswa harus sudah pada tahap berpikir operasi formal (Lazarowitz & Penso, 1992). Mekanisme sebab akibat yang menjadi salah satu prinsip pada materi sistem saraf yang menyebabkan kesulitan dalam memahami materi sistem saraf karena erat kaitannya dengan mekanisme fisiologis pembentukan dan penghantaran impuls saraf. Materi sistem saraf merupakan salah satu materi penting untuk dapat memahami konsep-konsep selanjutnya terutama dalam fisiologi hewan. Pada kenyataannya karena tingkat kesulitan tersebut, maka pembelajaran materi sistem saraf di SMA seringkali tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
3
Dari permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah media pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu dalam pembelajaran materi sistem saraf di sekolah. Media pembelajaran diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi khususnya untuk materi yang abstrak.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini secara tidak langsung dapat menjadi alternatif dalam membantu mengatasi permasalahan tersebut. Komputer yang merupakan salah satu produk dari teknologi yang dapat menyajikan informasi dalam banyak media sebagai produk elektronik dalam bentuk tampilan teks, grafik, gambar, animasi, suara, dan video atau yang saat ini kita kenal sebagai teknologi multimedia (Carin, 1997; Munir, 2008).
Teknologi multimedia dalam bentuk tutorial maupun simulasi komputer dalam pembelajaran merupakan media yang sangat kuat untuk meningkatkan belajar dengan memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengembangkan keterampilan di dalam mengidentifikasi masalah, mencari, mengorganisasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi (Akpan, 2001 dalam Lee et al., 2002). Selain itu, dengan menggunakan multimedia interaktif maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kompleks (McLaughlin and Arbeider, 2008).
kata lain dari mempelajari sains menjadi berpikir melalui sains (Liliasari, 2007). Hal tersebut senada dengan laporan yang ditulis oleh Lee et al. (2002) bahwa tujuan pembelajaran seharusnya dapat meningkatkan kemampuan dasar pengetahuan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Keterampilan generik merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang siswa, sama halnya dengan keterampilan proses yang biasa diterapkan untuk jenjang pendididikan dasar dan menengah (Rustaman, 2007). Ada beberapa keterampilan generik sains yang dikembangkan merupakan kegiatan berpikir yang merupakan ciri khas dari belajar sains. Keterampilan generik memiliki beberapa aspek (Brotosiswoyo, 2000; Liliasari, 2007) di antaranya, yaitu: (1) pengamatan langsung dan tak langsung; (2) kesadaran tentang skala besaran (sense of scale); (3) bahasa simbolik; (4) kerangka logika taat-asas (logical self-consistency) dari hukum alam; (5) inferensi logika; (6) hukum sebab akibat (causality); (7) pemodelan matematik; dan (8) membangun konsep.
5
menyimpulkan (inference), 4) membuat penjelasan lanjut (anvanced clarification), dan 5) mengatur strategi dan taktik (stategy and tactic).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memandang perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai “Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan konsep, Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah peranan pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi dalam meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis?”.
Untuk lebih memperjelas permasalahan di atas, penulis menjabarkan rumusan masalah tersebut ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran sistem saraf yang
menggunakan teknologi informasi?
2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep melalui pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi?
3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains melalui pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi?
5. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan pembelajaran sistem saraf yang berbasis teknologi informasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran sistem saraf yang berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Siswa, dapat memberikan pengalaman baru melalui pembelajaran sistem saraf yang berbasis teknologi informasi untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Guru, dapat memberikan informasi baru mengenai pembelajaran sistem saraf yang berbasis teknologi informasi sehingga dapat digunakan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
3. Peneliti lain, dapat memberikan informasi baru sebagai bahan pertimbangan di dalam mengembangkan teknologi informasi dalam bentuk teknologi multimedia pada materi biologi yang lain.
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk Quasi experimental design dengan desain
Randomized Control-Groups Pretest-Posttest Design (Isaac & Michael, 1982) untuk mengetahui adanya peningkatan penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Perlakuan T1 X T2
Kontrol T1 . T2
Keterangan:
T1 : kemampuan awal sebelum pembelajaran (diukur dengan tes awal) T2 : kemampuan akhir setelah pembelajaran (diukur dengan tes akhir) X : perlakuan pembelajaran dengan teknologi informasi.
Kelompok kontrol dalam penelitian ini tidak mendapat perlakuan khusus dalam pembelajarannya, dan tetap menjalankan pembelajaran secara konvensional.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri yang ada di wilayah kota Garut, Jawa Barat. Pemilihan sekolah ini berdasarkan pertimbangan bahwa sekolah ini telah dilengkapi dengan fasilitas ruangan multimedia yang memadai untuk pelaksanaan penelitian.
XI IPA sebanyak empat kelas dari populasi sebanyak sembilan kelas yang dipilih secara cluster random sampling. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada waktu pembagian kelas sekolah telah membagi siswa dengan dasar pembagian yang sama dan dianggap homogen.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi adalah bentuk pembelajaran sistem saraf yang memanfaatkan teknologi multimedia dalam bentuk tutorial komputer.
2. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam menguasai konsep yang diperoleh dari pembelajaran sistem saraf dengan menggunakan program teknologi informasi. Penguasaan konsep dijaring melalui tes dalam bentuk pilihan ganda.
3. Keterampilan generik sains adalah kemampuan dasar atau keterampilan kunci mengenai kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains (Liliasari, 2007) yang dapat dikembangkan pada siswa selama menjalani proses pembelajaran biologi yang dapat dijadikan bekal untuk masa depannya. Keterampilan generik sains dijaring melalui tes dalam bentuk pilihan ganda.
30
keterampilan dasar (basic support), 3) menyimpulkan (inference), 4) membuat penjelasan lanjut (advanced clarification), dan 5) mengatur strategi dan taktik (stategy and tactic). Keterampilan berpikir kritis dijaring melalui tes dalam bentuk pilihan ganda.
D. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Program pembelajaran materi sistem saraf pada manusia.
2) Instrumen tes penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis bentuk tes obyektif/pilihan ganda.
3) Lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran.
4) Angket pendapat atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran sistem saraf.
5) Pedoman wawancara dengan guru untuk menggali tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran sistem saraf.
2. Uji Instrumen
a) Uji Validitas
Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas kriteria (criteria related validity).
Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen yang memiliki keahlian di bidang materi biologi, untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada di dalam instrumen tes. Sedangkan uji validitas kriteria dihitung dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal ANATES. Penafsiran nilai korelasi dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut (Arikunto, 2005).
Tabel 3.2. Kriteria Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Keterangan 0,00 - 0,20 Sangat rendah 0,21 - 0,40 Rendah 0,41 - 0,60 Cukup 0,61 - 0,80 Tinggi 0,81 - 1,00 Sangat tinggi
b) Uji Reliabilitas
32
Tabel 3.3. Kriteria Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Keterangan
Kurang dari 0,20 Hampir tidak ada
0,20 – 0,40 Derajat keterandalan rendah 0,40 – 0,70 Derajat keterandalan sedang 0,70 – 0,90 Derajat keterandalan tinggi 0,90 – 0,100 Derajat keterandalan sangat tinggi
c) Uji Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah, dihitung dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal ANATES. Kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto (2005) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
P Kriteria
0,00-0,30 Sukar 0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah
d) Uji Daya Pembeda Soal
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Soal ID Klasifikasi 0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup 0,41-0,70 Baik 0,71-1,00 Baik sekali Negatif Tidak baik, harus
dibuang 3. Uji Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap soal penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis siswa, maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.6 Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa
No Koefisien
Korelasi Kriteria
Daya
Pembeda Kriteria
Tingkat
Kesukaran Kriteria
1 0.421 cukup 0.63 baik 0.65 sedang
2 0.481 cukup 0.75 baik sekali 0.67 sedang
3 0.452 cukup 0.59 baik 0.55 sedang
4 0.437 cukup 0.44 baik 0.60 sedang
5 0.404 cukup 0.44 baik 0.48 sedang
6 0.448 cukup 0.47 baik 0.60 sedang
7 0.471 cukup 0.35 baik 0.44 sedang
8 0.416 cukup 0.53 baik 0.36 sedang
9 0.434 cukup 0.50 baik 0.43 sedang
10 0.671 tinggi 0.65 baik 0.29 sukar
11 0.558 cukup 0.59 baik 0.32 sedang
12 0.410 cukup 0.41 baik 0.24 sukar
13 0.401 cukup 0.50 baik 0.58 sedang
14 0.488 cukup 0.47 baik 0.29 sedang
15 0.438 cukup 0.71 baik sekali 0.58 sedang
16 0.409 cukup 0.63 baik 0.47 sedang
17 0.474 cukup 0.47 baik 0.48 sedang
18 0.447 cukup 0.44 baik 0.42 sedang
19 0.468 cukup 0.59 baik 0.39 sedang
20 0.440 cukup 0.47 baik 0.39 sedang
34
No Koefisien
Korelasi Kriteria
Daya
Pembeda Kriteria
Tingkat
Kesukaran Kriteria
22 0.469 cukup 0.53 baik 0.34 sedang
23 0.446 cukup 0.59 baik 0.47 sedang
24 0.419 cukup 0.56 baik 0.55 sedang
25 0.452 cukup 0.63 baik 0.37 sedang
26 0.409 cukup 0.50 baik 0.45 sedang
27 0.409 cukup 0.56 baik 0.42 sedang
28 0.426 cukup 0.50 baik 0.58 sedang
29 0.403 cukup 0.50 baik 0.45 sedang
30 0.435 cukup 0.56 baik 0.42 sedang
Reliabilitas = 0,78 artinya derajat keterandalan tinggi E. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, maka ada beberapa tahapan prosedur yang harus ditempuh. Berikut ini akan ditampilkan alur penelitian yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Ada tiga tahapan di dalam prosedur penelitian ini, yaitu: a. Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, yaitu : peneliti melakukan studi pendahuluan menganalisis materi, keterampilan generik sains, keterampilan berpikir kritis, dan studi tutorial komputer. Kemudian menentukan indikator-indikator yang akan menjadi fokus penelitian Selanjutnya peneliti melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, dan mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melaksanakan penenlitian sekaligus membuat instrumen.
Tabel 3.6 Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Keterampilan
Pembuatan Media Tutorial untuk Pembelajaran Sistem Saraf Pembuatan Soal, Lembar Observasi,
Angket, dan Pedoman Wawancara
Perumusan Model Pembelajaran
Tes Awal Judgment
Tes Akhir Validasi Instrumen
Analisis Materi Sistem Saraf
Kesimpulan
Analisis Data
Kelas Eksperimen
Studi Bahan Kajian Studi Tutorial
Komputer Studi Keterampilan
Generik Sains
Analis Indikator Keterampilan Generik
Sains
Kelas Kontrol Angket, Lembar Observasi
dan Pedoman Wawancara Soal Test
Gambar 3.1 Alur Penelitian Implementasi Pembelajaran
Berbasis TI
Studi Keterampilan Berpikir Kritis
Analisis Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Observasi, Wawancara, dan Angket
36
b. Tahap pelaksanaan
Peneliti melakukan penelitian ini di tempat yang telah ditentukan, untuk selanjutnya melakukan pengumpulan data dari kelas kontrol dan kelas eksperimen yang akan digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi tersebut.
c. Tahap analisis data dan penyusunan laporan
Setelah pelaksanaan pembelajaran sistem saraf berbasis teknologi informasi selesai dan data yang diperlukan terkumpul, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian dan sekaligus menyusun laporan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Data Jenis Data
Teknik Pengumpulan
Data Instrumen
Siswa Penguasaan konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kritis
Tes awal dan tes akhir Penguasaan konsep, keterampilan generik
sains, dan
keterampilan berpikir kritis
Butir soal objektif Penguasaan konsep, keterampilan generik
sains, dan
keterampilan berpikir kritis Guru
dan Siswa
Aktivitas selama pembelajaran
Observasi Lembar observasi
Siswa Tanggapan terhadap pembelajaran
Pengisian angket Angket tanggapan siswa
Guru Tanggapan terhadap pembelajaran
G. Analisis Data Penelitian
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji perbedaan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis dari skor hasil tes ketiga variabel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil penguasaan konsep untuk masing-masing kelompok berdasarkan perhitungan dengan menggunakan gain skor ternormalisasi. Perhitungan ini dilakukan untuk menghindari kesalahan interpretasi terhadap selisih skor tes awal-tes akhir masing-masing kelompok penelitian. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi (Meltzer, 2002) digunakan rumus:
pre maks
pre post
S S
S S
Gain N
− − =
− ,
dengan kriteria nilai N-Gain:
Tabel 3.8. Klasifikasi N-Gain
Kategori Perolehan N-Gain Keterangan N-gain > 0,70 tinggi
0,30 ≤ N −gain ≤0,70 sedang N-gain < 0,30 rendah
38
dengan membandingkan dua rata-rata tes awal, kemudian dilanjutkan dengan membandingkan rata-rata tes akhir. Hal ini dilakukan karena berdasarkan uji statistik terhadap tes awal ketiga variabel tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil tes akibat perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok penelitian, dilakukan uji prasyarat analisis statistik, yaitu uji normalitas dengan bantuan program analisis statistik SPSS 14 for Windows, menggunakan uji Chi-Square. Oleh karena, uji prasyarat tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan dengan uji non-parametrik Mann-Whitney U test.
71 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran sistem saraf dengan menggunakan teknologi informasi untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa SMA pada dapat disimpulkan bahwa :
Peningkatan penguasaan konsep sistem saraf siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis teknologi informasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi bentuk tutorial lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep.
Peningkatan keterampilan generik sains siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis teknologi informasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi bentuk tutorial lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan generik sains.
72
daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi bentuk tutorial. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi mempermudah guru dalam mengajarkan materi sistem saraf yang bersifat abstrak dalam meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam bentuk tutorial untuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan berpikir kritis siswa SMA pada sistem saraf peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Perlunya dilakukan penelitian yang dapat mengembangkan indikator-indikator keterampilan generik sains dan berpikir kritis dengan teknologi informasi pada materi sistem saraf yang belum diteliti dalam penelitian ini. 2. Perlu dikembangkan lagi bentuk teknologi informasi untuk materi sistem
saraf.
3. Peranan guru di dalam kelas selama pembelajaran tetap diperlukan agar memberikan bimbingan pada siswa selama pembelajaran berlangsung.
4. Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran agar mendapatkan perhatian yang lebih khusus.
i DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL……… xi
DAFTAR GAMBAR……… xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………... ... 7
A. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 7
B. Teknologi Informasi dan implikasinya dalam Pembelajaran IPA .... 10
C. Keterampilan Generik Sains ... 17
D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 19
E. Kajian Pembelajaran tentang Materi Sistem Saraf ... 22
F. Penelitian yang Relevan………. 26
BAB III. METODE PENELITIAN... 28
A. Metode dan Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel………. 28
C. Definisi Operasional ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Prosedur Penelitian………. 34
F. Teknik Pengumpulan Data………. 36
G. Analisis Data Penelitian ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
1. Peningkatan Penguasaan Konsep Sistem Saraf Manusia ... 39
a. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep ... 39
b. Pengujian Statistik Peningkatan Penguasaan Konsep ... 40
2. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 41
a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 41
b. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Generik Sains .. 44
ii
a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 44
b. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis . 47 4. Deskripsi Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi ... 48
5. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis teknologi Informasi ... 50
6. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis teknologi Informasi ... 51
B. Pembahasan ... 55
1. Karakteristik Model Pembelajaran Sistem Saraf Manusia Berbasis Teknologi Informasi ... 55
2. Peningkatan Penguasaan Konsep Materi Sistem Saraf Manusia .. 58
3. Keterampilan Generik Sains ... 63
4. Keterampilan Berpikir Kritis ... 66
5. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis teknologi Informasi ... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
iii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ………... 20
Tabel 3.1 Desain Penelitian ……… 28
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi ……….. 31
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi ………. 32
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ……… 32
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ……… 33
Tabel 3.6 Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains, dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ………... 33
Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data ……….. 36
Tabel 3.8 Klasifikasi N-Gain ……….. 37
iv DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 A Dual Coding Model ………. 9 Gambar 3.1 Alur Penelitian ………... 35 Gambar 4.1 Perbandingan rata-rata nilai tes awal dan tes akhir
penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol ………. 39
Gambar 4.2 Perbandingan N-Gain penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ………. 40 Gambar 4.3 Perbandingan rata-rata nilai tes awal dan tes akhir
Keterampilan Generik Sains (KGS) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ………... 41 Gambar 4.4 Perbandingan N-Gain Keterampilan Generik Sains (KGS)
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ……….… 42 Gambar 4.5 Perbandingan rata-rata N-Gain tiap indikator Keterampilan
Generik Sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43 Gambar 4.6 Perbandingan rata-rata nilai tes awal, tes akhir Keterampilan
Berpikir Kritis (KBK) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol …...………... 45 Gambar 4.7 Perbandingan rata-rata N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis
(KBK) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45 Gambar 4.8 Perbandingan rata-rata N-Gain tiap indikator Keterampilan
Berpikir Kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ………... 46 Gambar 4.9 Bagian opening screen dari program pembelajaran sistem
saraf ………. 56
Gambar 4.10 Bagian pendahuluan yang berisi petunjuk penggunaan
program ………... 56
Gambar 4.11 Bagian pokok materi sistem saraf yang diawali dengan apersepsi dan gambaran umum tentang sistem saraf manusia
………. 57
v DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 77
Lampiran 2: Kisi-kisi Soal ………... 81
Lampiran 3: Soal Tes ………... 102
Lampiran 4: Pengolahan Data ………... 115
Lampiran 5: Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ….…….. 187
Lampiran 6: Angket Siswa ………... 191
Lampiran 7: Pedoman Wawancara terhadap Guru …………... 195
Lampiran 8: Storyboard ………... 197
Lampiran 9: Dokumentasi Penelitian ………. 208
73 DAFTAR PUSTAKA
Akpan, J. P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation of Dissection or a Traditional Laboratory Practical Method of Dissection”. Electronic Journal of Science Education, Vol. 6, No. 4.
Anwar, M. dan Fatah, H., (2004). Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Kimia melalui Tugas Info-Kuis. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA-11 September 2004. Bandung: Program Pascasarjana UPI.
Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Balta, E. L. (2006). “Using Literature and Innovative Assessments to Ignite
Interest and Cultivate Critical Thinking Skill in an Undergraduate Neuroscience Course”. CBE-Life Sciences Education, Vol. 5, 167-174. Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan
Tinggi. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdiknas.
Carin, A.A. 1997. Teaching Science Through Discovery 8th ed. New Jersey: Prentice-Hall, inc.
Campbell, N.A. & Reece, J.B. (2005). Biology, 7th ed. San Fransisco: Pearson-Benyamin Cummings.
Chiel, H. J. (1996). “Critical Thinking in a Neurobiology Course”. Bioscene. Volume 22(1): April 1996.
Chin, C. (2007). “Multimodality in Teaching and Learning Science”. Makalah kunci Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI Bandung pada tanggal 27 Oktober 2007, Bandung.
Donnelly, R. & McSweeney, F. (2009). Applied E-Learning and E-Teaching in Higher Education. New York: Information Science Reference imprint IGI Global.
Ennis, R. H., (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia:ASDC. Heinich, R., et al. (1985). Instructional Media and the New Technologies of
Instruction, second edition. New York: John Wiley & Son.
Hoagland, B., (1997). “Integrating Information Technology into biology Courses”. Bioscene. Volume 23(1): May 1997.
Keragaman Tingkat organisasi Kehidupan. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ibayati, Y. (2002). Analisis Strategi Mengajar pada Topik Sistem Saraf di SMU. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Sains
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Lazarowitz, R. & Penso, S. (1992). “High School Students’ Difficulties in Learning Biology Concept”. Journal of Biological Education 26 (3), 215-223.
Lee, A. T., et al. (2002). “Using a Computer Simulation to Teach Science Process Skill to College Biology and Elementary Education Majors”.
Bioscene. Volume 28(4) Desember 2002.
Liliasari (2007). “Scientific Concept And Generic Science Skill Relationship In The 21st Century Science Education”. Makalah kunci Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI Bandung pada tanggal 27 Oktober 2007, Bandung.
McLaughlin, J., dan Arbeider, D. A., (2008). “Evaluating Multimedia-Learning Tools based on Authentic Research Data That Teach Biology Concepts and Environmental Stewardship”. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education. 8(1), 45-64.
Meltzer, D. E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: A Possible ‘Hidden variable’ in Diagnostic Pretest Score”. American Journal of Physics [Online]. 70
(12). 1259-1268. Tersedia:
http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain .pdf [01 Juli 2009].
Michael, J. (2007). “What Makes Physiology hard for Students to Learn? Result of a Faculty Survey”. Advances in Physiology Education, Volume 31: 34-40.
Michael, J., et al. (2009). “The “Core Principle” of Physiology: What Should Students Understand?” Advances in Physiology Education, Volume 33: 10-16.
75
Munir (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
O’Day, D. H. (2007). “The value of Animations in Biology Teaching: A Study of Long-Term Memory Retention”. CBE-Life Science Education, Vol. 6, 217-223.
Patty, F., et al., (1982). Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Puspita, G. N. (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik, dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.
Putri, S. U., (2007). Pembelajaran Konsep Bakteriologi dan Virologi Berbasis Teknologi Informasi untuk meningkatkan Keterampilan Generik
mahasiswa. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Russel, A. W., et al. (2004). “Photosynthesis In Silico. Overcoming the Challenges of Photosinthesis Education Using a Multimedia CD-ROM”. Beej. Volume 3: Mei 2004.
Rustaman, N. Y. (2007). “Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya”. Makalah kunci Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI Bandung pada tanggal 27 Oktober 2007, Bandung.
Salmiyati (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Saraf untuk Meningkatkkan Pemahaman dan Retensi Siswa. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sekarwinahyu, M., (2006). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) Interaktif terhadap Pemahaman dan retensi Mahasiswa pada Konsep Substansi Hereditas dan Sintesis Protein. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Stith, B. J. (2004). “Use of Animation in Teaching Cell Biology”. Cell Biology Education, Vol. 3, 181-188.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
... (2001). Teori Perkembangan Kognitif jean Piaget. Yogyakarta: kanisius.
Tapilouw, F. S. (2007). "Analisis Pembelajaran Biologi Berbasis Multimedia Interaktif Pada Berbagai Jenjang Pendidikan". Proceeding Seminar Internasional Pendidikan IPA ke-1 SPS UPI, Bandung.
Travers, R.M.W. (1982). Essential of Learning the New Cognitive Learning for Students of Education. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Trowbridge, L.W., & Bybee, R.W. (1986). Becoming A Secondary School
Science Teacher, 4th ed. Ohio: Merril Publ. Co.
Widhiyanti, T., (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Pada Topic Sifat Koligatif Larutan. Tesis Program Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.