PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
OLEH KEPALA SMA NEGERI DAN PENGAWAS
DI
PERWAKILAN
SIMEULUE
KABUPATEN ACEH BARAT
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
Syarat memperofeh Gelar Magtster Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
O i e h i
Murniati AR 9032195/XXn- 14
PROGRAM PASCASARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
UNTUK UJIAN TAHAP IIProf.DR.H. Achmad Sanusi, SH.MPA.
Pembinbing I
Prof.DR. Otarfg Sutisna,
M.Sc.Ed
-pr*
Pembimbing II.
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
A B S T R A K
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SMA
NEGERI DAN PENGAWAS DI PERWAKILAN SIMEULUE
KABUPATEN ACEH BARAT
Oleh :
Murniati AR
Pendidikan
merupakan
sarana yang
strategis
dalam
pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, sekolah
menengah
atas sebagai salah satu jenjang pendidikan
yang
berfungsi sebagai unit pelaksana teknis pendidikan formal,
hendaknya
dapat
memberikan sumbangan yang
berarti
bagi
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Untuk
mewujudkan tujuan
pendidikan di sekolah
me
nengah, kemampuan profesional guru dalam mengelola
kegiat-an belajar mengajar merupakkegiat-an salah satu faktor ykegiat-ang dapat
mewujudkan
pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Upaya
pembinaan kemampuan profesional guru yang dilakukan kepala
sekolah dan pengawas merupakan faktor utama untuk mewujud
kan kemampuan profesional guru.
Berdasarkan
pemikiran
tersebut,
penulis
tertarik
untuk meneliti bagaimana usaha kepala sekolah dan pengawas
dalam
membina
kemampuan profesional guru SMA
Negeri
di
Perwakilan Simeulue
dan kendala-kendala yang dihadapinya.
Sesuai dengan studi deskriptif, penelitian ini
meng-gunakan
pendekatan
kualitatif dengan
studi
kasus
pada
kepala SMA Negeri di Perwakilan Simeulue dan pengawas yang
dijadikan
sebagai
nara sumber adalah : (1)
kepala
SMA
Negeri di Perwakilan Simeulue; (2) pengawas; dan (3)
guru
SMA Negeri di Perwakilan Seumelue Kabupaten Aceh Barat.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumentasi, yang dilakukan mulai dari
tahap
orientasi
hingga member check
berlangsung
secara
intensif
sejak bulan Agustus sampai Desember
1992.
Alat
yang
digunakan
dalam
pengumpulan
data
adalah
manusia
(human
instrument),
dengan alat
bantu :
buku
catatan,
kamera
foto dan tape recorder. Data
tersebut
dianalisis
dengan mengikuti langkah : analisis informasi data,
inter-prestasi dan elaborasi, katagorisasi dan
unitasi,
triang-gulasi,
member check.
Dari analisis
tersebut ditemukan bahwa
usaha
pem
binaan
kemampuan
profesional guru yang dilakukan
kepala
sekolah dan pengawas, dilakukan sebagian kecil dari
aspek-aspek pembinaan. Aspek hubungan kerja sama dengan
instan-si/lembaga
masih
bersifat umum
dan
temporer,
sehingga
upaya pembinaan
kemampuan
profesional guru
sulit
untuk
diwujudkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
dinasi kelembagaan belum
efektif.
Upaya penyediaan
dana,
fasilitas,
dan pemberian kesempatan kepada guru untuk
mem-peroleh
keterampilan
dan pengetahuan,
seperti
seminar,
penataran,
diskusi
belum dilakukan secara
kontinyu
dan
tidak dapat diikuti seluruh guru.
Dengan demikian
berarti
bahwa
usaha
pembinaan kemampuan profesional
guru
belum
dilakukan secara efektif.
Cara-cara
pembinaan
yang
bervariasi,
baik
yang
dilakukan kepala sekolah maupun pengawas, dapat memberikan
dampak
terhadap peningkatan kemampuan
profesional
guru.
Usaha
pembinaan
kemampuan profesional guru
masih
meng-hadapi beberapa masalah seperti : (a) terbatasnya berbagai
sumber daya pendidikan di sekolah;
(b) pengaruh lingkungan
geografis
daerah; dan (c) keterbatasan
jumlah
pengawas.
Permasalahan tersebut sedikit banyak dapat mengganggu
usaha peningkatan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hal di atas, maka untuk usaha pembinaan
kemampuan profesional guru disarankan perlunya
pengembang-an kegiatpengembang-an koordinasi pengembang-antarinstpengembang-ansi ypengembang-ang terkait,
perlu
nya
pengembangan kegiatan terpadu antara
sekolah
dengan
masyarakat, dan
perlunya
pengawas berdomisili di
daerah
penelitian untuk kegiatan pembinaan yang lebih kontinyu.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B . Permasalahan 11
1. Identifikasi Masalah 11
2 . Rumusan Masalah IV
C . Tujuan Penelitian
21
1. Tujuan Umum
21
2 . Tujuan Khusus
22
D.
Kegunaan Penelitian
23
1. Kegunaan Teoritis
24
2 . Kegunaan Praktis
25
E.
Kerangka Penelitian
26
BAB II
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
30
A.
Beberapa Premis
30
B.
Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia
34
C. Peranan SMA dalam Pengembangan Sumber Da
ya Manusia
-••
37
D. Peranan Kepala
Sekolah
selaku
Adminis
trator,
Supervisor,
dan
Pemimpin
Pen
didikan
39
1. Peranan Kepala Sekolah selaku Adminis
trator 39
2. Peranan Kepala Sekolah selaku Super
visor 48
3. Peranan Kepala Sekolah selaku Pemimpin
Pendidikan 56
E. Peranan Pengawas dalam Supervisi
Pengajar-an 59
F. Teknik-teknik Pembinaan Kemampuan Profe
sional Guru 61
G. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan.... 63 1. Konsep Profesi dalam Pendidikan 64 2. Kode Etik/Etika Profesional 67
H. Pengembangan Personil melalui Pembinaan
Kemampuan Profesional Guru 70
I. Kesimpulan Kajian Teoritik 80
BAB III METODE PENELITIAN 82
A. Lokasi Penelitian 84
B. Subjek Penelitian 88
C. Teknik Pengumpulan Data 90
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 92
1. Tahap Orientasi . . . 92
2 . Tahap Eksplorasi 94
3. Tahap Member check 95
E. Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Pe
nelitian 97
F. Analisa Data. . . . 99
BAB IV HASIL PENELITIAN 102
A. Persepsi Kepala Sekolah dan Pembinaan Ke mampuan Profesional Guru yang
kan oleh Kepala Sekolah, serta Kendala
dan Cara Mengatasinya 102
1. Persepsi Kepala Sekolah dalam Membina
Kemampuan Profesional Guru 103 2. Usaha Kepala Sekolah selaku Adminis
trator dan Supervisor dalam Pembinaan
Kemampuan Profesional Guru 105
3. Kendala dan Cara Mengatasi Pembinaan
Kemampuan Profesional Guru
114
B. Pelaksanaan Tugas Pengawas dalam Membantu
Guru Meningkatkan Kemampuan Profesional.. 124
1.
Kegiatan yang Dilakukan Pengawas
125
2. Cara yang Dilakukan Pengawas dalam Pe
laksanaan Tugas
130
3. Kendala-kendala yang Dihadapi Pengawas
dalam Pelaksanaan Tugas 131
C. Persepsi Guru Terhadap Tugas, Kegiatan Pembinaan yang Diterima dan Hambatan yang
Dihadapi dalam Pelaksanaan Tugasnya
135
1.
Persepsi Guru terhadap Tugas
135
2. Kegiatan-kegiatan yang Diterima Guru
dari Kepala Sekolah dan Pengawas 136 3. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru da
lam Pelaksanaan Tugas 136
BAB V. POKOK-POKOK TEMUAN, PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI
HASIL PENELITIAN 138
A. Pokok Temuan Penelitian 138
1. Persepsi Kepala Sekolah selaku Admi nistrator dan Supervisor Pendidikan di Sekolah, Usaha, Kendala dan Cara
dalam Pembinaan Kemampuan Profesional
Guru 138
2. Pelaksanaan Tugas Pengawas dalam Pem
binaan Kemampuan Profesional Guru.... 145 3. Persepsi Guru terhadap Tugas, Kegiat
an Pembinaan yang Diterima dan Ham batan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
Tugas
147
B. Pembahasan Temuan Penelitian 148
1. Persepsi kepala sekolah, usaha,
dala dan cara dalam pembinaan profe
sional guru 153
2. Pelaksanaan tugas pengawas dalam mem bantu guru meningkatkan kemampuan
profesional
155
3. Persepsi guru terhadap tugas, kegiat an pembinaan yang diterima dan ham-batan yang dihadapi dalam pelaksanaan
tugas
156
C. Implikasi Temuan Penelitian
160
1. Penambahan guru baik kuantitas maupunkualitas 164
2. Tambahan ruang kelas baru 165 3. Tambahan ruang laboratarium 166
4. Tambahan alat peraga dan buku paket..
166
5. Pengembangan kegiatan kerja kelompok
guru
167
6. Pengembangan kegiatan supervisi
167
7. Beberapa pendekatan baru dalam pem
binaan kemampuan profesional guru.... 168
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 177
A.
Kesimpulan
177
B. Rekomendasi 182
DAFTAR KEPUSTAKAAN 187
LAMPIRAN :
1. Lembar Observasi dan Wawancara 192 2. Keadaan Guru SMA Negeri Sinabang dan SMA Ne
geri Kampung Aie
195
3. Riwayat Hidup
197
3. Peta Kabupaten Aceh Barat
199
4. Peta Pulau Simeulue. 200
5. Surat-surat Bukti Penelitian 201
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Jumlah SMA di Perwakilan Simeulue
Kabupaten Aceh Barat
14
1.2 Keadaan SMA Swasta di Perwakilan Simeu
lue Kabupaten Aceh Barat
15
1.3 Keadaan Fisik SMA Negeri Sinabang dan
SMA Negeri Kampung Aie di
Perwakilan
Simeulue Kabupaten Aceh Barat
16
3.1 Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri Per
wakilan Simeulue Kabupaten
Aceh
Barat
87
3.2
Pedoman Pengumpulan Data
96
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1
Kerangka Penelitian
26
1.2
Matriks Administrasi Pendidikan
44
BAB I
PENDAHULHAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
pembukaan
Undang-Undang
1945
secara
jelas
dicantumkan
bahwa salah satu cita-cita
bangsa
Indonesia
adalah
memajukan
kesejahteraan
umum
dan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Untuk mewujudkan
cita-cita
tersebut,
bidang
pendidikan
memegang peranan
penting.
Salah
satu
usaha yang ditempuh dalam
bidang
pen
didikan
melalui Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional adalah :
Pendidikan
nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya
mewujudkan
tujuan nasional (pasal 3).
Salah
satu
konsiderans Undang-undang tersebut dikatakan
:
"Pembangunan
nasional
di
bidang
pendidikan
adalah
upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan masyarakat
warganya
mengembangkan
diri
baik
berkenaan
dengan
aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan
Pancasila
dan Undang-undang 1945".
Makna
yang tekandung dalam tujuan
pendidikan
ter
sebut
adalah ingin mewujudkan misi pendidikan
yang
ber-kaitan
erat
dengan pembinaan sumber
daya
manusia
yang
perwu-judan potensi yang dimiliki, manusia itu memberikan
kons-tribusi bermakna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.
Upaya mewujudkan tujuan tersebut di atas, antara
lain dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan,
meski-pun pada dasarnya masalah pendidikan di Indonesia
mengha-dapi permasalahan. C.E Beebby (1966) mengungkapkan bahwa
kualitas dan kuantitas pendidikan merupakan suatu dilema
yang dihadapi negara berkembang. Kendala dalam meningkat
kan kualitas pendidikan, diantaranya karena masih
terba-tasnya kemampuan guru di seluruh tanah air dalam berbagai
aspek.
Di pihak lain, pembangunan yang terjadi mengalami
perubahan sosial yang semakin cepat, yang proses
perkem-bangannya dipengaruhi oleh norma dan nilai budaya masyara
kat. Soepardjo Adikusomo (1989 : 42) mengatakan bahwa :
"Perubahan sosial di daerah pedesaan memperlihatkan ciri-cirinya yaitu di satu pihak bergerak linier oleh dorongan survival nilai budaya tradisional, di lain
pihak telah dicapai tingkat majunya perkembangan
masyarakat desa dalam pengetahuan yang diperoleh dari usaha pendidikan dan usaha-usaha lain, seperti oleh
media massa dan komunikasi massa".
Dari uraian dan kutipan di atas jelaslah bahwa perlu
adanya pendidikan, dan latihan yang dapat membentuk sikap
untuk mau mengembangkan keterampilan, sehingga dapat mem
kesadaran selalu menggali potensi yang ada, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Upaya peningkatan mutu pendidikan mendapat
priori-tas dalam GBHN 1988 yang menitikberatkan pada peningkatan
mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan. Salah satu
pendidikan dalam jalur pendidikan adalah Sekolah Menengah
Atas (pasal 15).
Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Menengah Atas
mempunyai kaitan dengan mutu pendidikan pada jenjang
selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi. Secara tidak langsung
mempunyai kaitan juga dengan upaya peningkatan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk pembangunan nasional, se
bagai tenaga kerja (menengah). Oleh karena itu, peningkat
an kualitas pengelolaan sekolah menengah harus menjadi
perhatian yang serius, terutama dalam usaha melakukan
pembinaan kemampuan profisional guru.
Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah menduduki
posisi penting dalam menentukan kegiatan-kegiatan sekolah.
Keberhasilan kegiatan pendidikan di sekolah sangat
tergan-tung pada upaya yang dilakukan kepala sekolah. Engkoswara
(1987 : 43) mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam
pengelolaan penyelenggaraan sekolah yaitu Perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan sumber daya,
belajar dan fasilitas.
Ketiga kegiatan di atas merupakan fungsi pokok
administrasi pendidikan, yang satu sama lain tidak dapat
dipisahkan dan harus dilaksanakan, sebagai tanggung jawab
kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan PP 28 Tahun 1990,
sebagai berikut : "Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan ketenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan
serta pemeliharaan sarana dan prasarana."
Kepala sekolah sebagai orang yang menduduki posisi
tertinggi di sekolah, mempunyai tugas mempengaruhi guru
dan personil lainnya dalam menggerakkan organisasi se
kolah. Hal ini dapat dimengerti karena guru merupakan the
man behind the system program dan faktor kunci yang turut
menentukan keberhasilan pendidikan. Sehubungan dengan hal
ini, Oteng Sutisna (1987 :109) mengemukakan bahwa :
Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja pada
konsep-konsep program yang cerdas, tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cakap
dan efektif, program pendidikan yang dibangun di atas
konsep-konsep yang cerdas serta dirancang dengan teliti pun tidak dapat berhasil.
Jadi jelaslah bahwa personil, khususnya guru bagi
kepala sekolah merupakan patner yang tidak dapat
diabai-kan. Oleh karenanya dibutuhkan upaya kepala sekolah,
dalam
melaksanakan
tugasnya.
Dengan
adanya
perhatian
kepada
diri guru, diharapkan pengelolaan
proses
belajar
mengajar
sebagai kunci pelaksanaan pendidikan dapat
ter-laksana dengan baik. Di samping itu, sosok guru yang mampu ;
berperan
sebagai
tokoh yang terpercaya
dapat
dijadikan
teladan dalam masyarakat.
Guru
sebagai
teladan dalam masyarakat,
karena
ia
berperan
sebagai
sosok tubuh yang cukup
ideal,
berpen-didikan khusus,
berwibawa,
berpengetahuan lebih dari
pada
masyarakat,
berdedikasi pengabdian, dan mampu
memberikan
keteladanan (Achmad Sanusi,
1990
: 20).
Dengan demikian,
agar guru dapat melaksanakan
tugas
dan tanggun tanggung jawab penuh dedikasi,
dapat
menyesu-aikan
diri dengan
laju pertumbuhan
ilmu pengetahuan
dan
arus informasi,
dibutuhkan usaha kepala sekolah dan
penga
was untuk pengembangan profesionalnya.
Pengembangan
profesional atau profesionalisasi
te-naga
pengajar
harus merujuk
kepada
proses
peningkatan
kualitas kemampuan.
Oteng Sutisna (1989 : 359)
mengemuka-kan
profesionalisasi ialah suatu proses
perubahan
dalam
status suatu pekerjaan dari yang non profesi atau semu
profesi ke arah profesi yang sungguh". Jadi
profesionali
sasi merupakan suatu proses dinamis yang terus menerus
Adapun ciri utama atau karakteristik suatu profesi berdasarkan hasil studi pengembangan model pendidikan profesional tenaga kependidikan adalah fungsi dan signifikansi sosial, keterampilan atau keahlian, pe-merolehan keterampilan dengan menggunakan metode il-miah, batang tubuh ilmu, masa pendidikan, aplikasi dan sosiolisasi nilai-nilai profesional, kode etik, ke-bebasan untuk memberikan judgement tanggung jawab profesional dan otonomi, pengakuan dan imbalan yang
layak (Achmad Sanusi, 1991 : 20).
Pengembangan kemampuan profesional guru diperlukan
dalam pendidikan, karena guru sebagai manusia pada
ha-kikatnya memiliki potensi dan kebutuhan untuk mengembang
kan dan merealisasikan dirinya. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi guru dituntut untuk melaksanakan
pekerjaan secara profesional. Dengan kemampuan profesi
onal, diharapkan tujuan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas dapat terlaksana secara efektif.
Dengan demikian, agar tujuan Sekolah Menengah Atas
terlaksana secara efektif, maka kepala sekolah sebagai
penanggung jawab tertinggi di
sekolah,
hendaknya mengelola
usaha pembinaan kemampuan profesional guru secara profe
sional. Fakry Gaffar, dkk. (1991) dalam makalah Dampak
Globalisasi Terhadap Pemantapan Penyelenggaraan Pendidikan
Indonesia dalam Bangkajang Kedua menjelaskan, jika pendi
dikan dianggap sebagai suatu investasi nasional untuk masa
depan bangsa, maka perlu ditangani secara profesional.
pendidikan
nasional
memerlukan
dukungan
teknologi
dan
pengelolaan secara profesional.
Dalam melakukan berbagai kegiatan, kepala sekolah
hendaknya
melaksanakan
fungsi-fungsi
administrasi
pen
didikan.
A.O.B Situmorang (1990) menyatakan bahwa,
kepala
sekolah mempunyai lima fungsi.
Empat dari aspek fungsional tersebut berlangsung dalam
lingkungan
organisasi
yang
bersangkutan,
sedangkan
yang kelima itu memerlukan kemampuan untuk mengembang
kan interaksi positif dengan masyarakat sekitar.
Empat
pertama itu sendiri penyediaan ketenagaan (staffing)
dan
pembinaannya (personnel
development),
pelayanan
kesiswaan
atau kemuridan (pupil
personnel
service),
pengembangan
program
dan
pengelolaan
gedung,
juga
meliputi
pembiayaan
dan
pemeliharaannya.
Sedangkan
fungsi ke
lima adalah hubungan sekolah dan
masyarakat.
Demikian pula Castetter (1981 :48) menjelaskan garis
besar
fungsi dan
tanggung jawab kepala
sekolah,
sebagai
berikut :
a. Program
pendidikan;
meliputi struktur tujuan,
pe
layanan
kurikulum,
pengajaran,
pelayanan
murid,
pelayanan staf dan informasi.b. Dukungan logistik,
meliputi
pembiayaan
fasilitas,
keamanan, pelayanan dan informasi.
c. Personil; meliputi perencanaan, rekruitmen,
selek-si,
penilaian,
pembinaan,
kompensasi,
bargaining,
keamanan, kesejahteraan, perawatan dan informasi.
d. Perencanaan;
meliputi
rencana
strategis,
rencana
pengembangan,
rencana pelaksanaan,
rencana
proyek
dan informasi.
e.
Hubungan eksternal;
meliputi
hubungan
dengan
pe-merintah pusat dan daerah,
hubungan masyarakat
dan
informasi.
Bila diperhatikan fungsi kepala sekolah dalam me
8 i
pendidikan Sekolah Menengah Atas, dipengaruhi oleh
berba-gai pengelolaan kegiatan yang dilakukan kepala sekolah
dalam keseluruhan kegiatan. Salah satu keberhasilan proses
pendidikan di sekolah ditentukan oleh sejauh mana kepala
sekolah melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan personil
secara efektif dan efisien.
Selain kepala sekolah, tugas pembinaan kemampuan
profesional guru juga dilakukan oleh pengawas. Pembinaan
kemampuan profesional guru yang diberikan oleh pengawas
hendaknya dapat membantu memecahkan permasalahan yang
dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas. Pembinaan teknis
yang diberikan pengawas merupakan pengendalian kegiatan
operasional pendidikan di sekolah sebagai upaya pening
katan mutu pendidikan dengan cara pemantauan, penilaian
dan perbaikan pelaksanaan dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan profesional guru.
Untuk mewujudkan personil yang benar-benar mampu
beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tek
nologi serta arus globalisasi dalam masyarakat, para
kepala sekolah hendaknya melakukan usaha pembinaan kemam
puan profesional guru secara sistimatis dan terprogram.
Demikian pula pengawas Dikmenum selaku patner kepala
sekolah dalam membantu sekolah mencapai tujuan sekolah,
keter-ampilan maupun dorongan kepada guru dalam melaksanakan
tugas, sehingga guru lebih profesional dalam melaksanakan
tugas, dan mampu menyelesaikan berbagai masalah.
Dalam pelaksanaan tugas guru, tampaknya masih
di-rasakan sejumlah masalah dan hambatan. Hal ini disebabkan
usaha melaksanakan pembinaan kemampuan profesional guru,
menyangkut berbagai aspek yang saling berkaitan dan
kom-pleks. Aspek-aspek tersebut antara lain kompetensi kepala
sekolah dalam hal pembinaan, kompetensi pengawas dalam hal
pembinaan, usaha yang diberikan kepala sekolah dalam hal
dana, kesempatan, fasilitas, kondisi sekolah, kualitas
para guru, motivasi yang dapat meningkatkan semangat, niat
dari para guru, faktor geografis, potensi masyarakat,
sosial budaya, informasi dan keikutsertaan instansi
ter-kait. Kemudian, aspek yang perlu diperhatikan kepala
sekolah selain aspek-aspek yang telah disebutkan di atas
adalah aspek pemahaman tentang kode etik atau etika profe
sional .
Dalam kaitannya dengan permasalahan di atas,
dirasa-kan bahwa usaha pembinaan kemampuan profesional terhadap
diri guru merupakan hal yang penting dilakukan oleh setiap
kepala sekolah. Dengan pembinaan diharapkan guru dapat
melaksanakan tugas dengan baik, dan mampu menyesuaikan
10
yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan sekolah khususnya
dan tujuan nasional umumnya. Oleh karena itu, usaha pembi
naan kemampuan profesional guru harus menjadi perhatian
utama kepala sekolah, pengawas dan pihak-pihak yang
ter-libat dalam bidang pendidikan.
Upaya pembinaan kemampuan profesional guru di Seko
lah Menengah Atas dilakukan melalui usaha kepala sekolah
dan pengawas dalam mengembangkan tenaga pengajar (guru).
Usaha-usaha tersebut antara lain pengadaan, pengalokasian,
dan pemberian dana, kesempatan, fasilitas, dan pemberian
motivasi, sehingga guru mendapat pengetahuan dan keteram
pilan melalui bantuan tersebut dengan ikut sertanya guru
dalam berbagai kegiatan seperti : penataran-penataran,
pertemuan-pertemuan ilmiah, diskusi dan sebagainya.
Untuk mewujudkan usaha di atas, salah satu usaha
yang harus dilakukan kepala sekolah adalah menjalin kerja
sama. Misalnya kerja sama dengan BP3, tokoh-tokoh masya
rakat, dan instansi-instansi yang ada di dalam lingkungan
sekolah. Kerja sama tersebut diharapkan dapat memberikan
partisipasi kepada kepala sekolah dalam usaha mengelola
sekolah umumnya, dan membina kemampuan profesional guru
khususnya. Pengawas sebagai personal yang bertugas mem
bantu sekolah hendaknya dapat membantu kepala sekolah dan
11
motivasi
yang
dapat meningkatkan semangat
kerja,
minat
melakukan berbagai kegiatan, yang dapat mendukung
tercip-tanya kemampuan profesional guru.
Kerja
sama
antara kepala sekolah
dengan
pengawas
dalam hal pembinaan kemampuan profesional guru,
hendaknya
didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan tenaga kepen
didikan yang mampu melaksanakan tugas. Walaupun tugas yang
diemban
oleh
kedua
personil
tersebut
mempunyai
ruang
lingkup tugas yang berbeda, akan tetapi, dalam pelaksanaan
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
mempunyai
tugas
yang
sama yaitu menciptakan
tenaga
kependidikan
yang
profesional.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Beberapa isue permasalahan, sehubungan dengan
usaha
peningkatan
mutu melalui pembinaan kemampuan
profesional
guru
Sekolah Menengah Atas
Negeri di Perwakilan
Simeulue
Kabupaten
Aceh Barat, dikelompokkan atas isu pihak
guru,
kepala
sekolah,
pengawas,
Kakandepdikbud,
Pemerintah
Daerah
dan
tokoh-tokoh
masyarakat.
Masalah
ini
dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Kurangnya kesempatan guru
mengembangkan diri. Hal
ini
12
kemampuannya
dalam
melaksanakan
tugas.
Banyak
guru
mengajar
bidang studi yang tidak sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikannya,
atau
sering
terjadi
tugas
rangkap.
Banyak
guru yang tidak
mendapat
kesempatan
mengikuti
berbagai
penataran dan latihan
yang
dapat
memberikan pengetahuan dan keterampilan.
2) Rendahnya
tingkat
pendidikan
dan
kemampuan
ekonomi
masyarakat.
Hal
ini
dapat
mengurangi
hasrat
atau
kemampuan masyarakat dalam memberikan fasilitas
bela-jar
pada
siswa
dan bantuan
atau
dukungan
terhadap
peningkatan pendidikan di sekolah.3) Kurangnya fasilitas sekolah. Hal ini menyebabkan kepala
sekolah lebih banyak menitikberatkan kegiatan pendidik
an pada pembenahan fisik sekolah dan pelaksanaan
admi
nistrasi sekolah.
4) Faktor geografis, dimana letak sekolah membutuhkan
transportasi dan waktu untuk sampai ke daerah lain,
ke
tingkat II, maupun ke tingkat I. Ditambah lagi hubungan
antara satu kecamatan dengan kecamatan lain lebih
banyak dilalui dengan transportasi laut.
5) Belum adanya pengawas yang berdomisili di ibu kota
kabupaten maupun di ibu kota Perwakilan Simeulue.
Berdasarkan isue-isue yang dikemukakan di atas, maka
13
sekolah,
dan
orang' yang lebih tahu
serta
dekat
dengan
personil
sekolah,
khususnya guru,
perlu
melakukan
usaha
yang
dapat menunjang berkembangnya kemampuan
profesional
guru.
Guru, sebagai manusia menghadapi berbagai
masalah,
baik dari keluarga,
lingkungan,
keadaan siswa, masyarakat,
dan
arus globalisasi.
Semua itu dapat
mengganggu
pelak
sanaan
tugasnya di sekolah.
Pengawas sebagai
orang
yang
bertanggung jawab dalam membantu sekolah, dapat memberikan
semangat, pengetahuan dan keterampilan, yang mengarah
kepada
pemecahan masalah kepala sekolah,
baik
yang
di
hadapi guru maupun personil lainnya sehingga dapat mening
katkan kemampuan
profesionalnya.
Sekolah
yang
menjadi
sasaran penelitian ini adalah SMA Negeri di Perwakilan
Simeulue Kabupaten Aceh Barat.
Pada tahun 1992/1993 di Perwakilan Simeulue
Kabupa
ten Aceh Barat terdapat dua SMA Negeri, yaitu di Kecamatan
Simeulue Timur dan Simeulue Tengah.
Di tiga Kecamatan lagi
terdapat tiga SMA Swasta, yaitu berada di Kecamatan
Simeulue Barat, Kecamatan Simeulue Timur dan Kecamatan
Teupah Selatan, sedangkan di Kecamatan Salang tidak ada
SMA, baik negeri maupun swasata. Data SMA di Perwakilan
Simeulue Kabupaten Aceh Barat dapat digambarkan dalam
Tabel 1.1
Data Jumlah SMA di Perwakilan Simeulue Kabupaten Aceh Barat
No. Kecamatan Negeri Swasta
1. 2. 3. 4. 5. Simeulue Timur Simeulue Barat Simuelue Tengah Salang Teupah Selatan 1 1 1 1 1 14
Sumber : Kantor Depdikbud Kabupaten Aceh
Barat D.I. Aceh.
Tabel
di
atas
menunjukkan
bahwa
jumlah
sekolah
menengah
atas negeri hanya dua buah. Ditinjau dari
letak
geografis kelima kecamatan yang ada di Perwakilan Simeulue
Kabupaten
Aceh Barat, antar kecamatan sangat sukar
untuk
ditempuh
dalam
waktu
yang singkat,
karena
daerah
ini
dihubungkan dengan laut, yang sarana transportasinya masih
kurang
memadai, dan suasana alam yang
kurang
menunjang.
Prasarana transportasi darat masih dalam penggarapan,
angkutan umum di daerah ini baru dapat menempuh sejauh
12
km
dari
pusat kota Perwakilan,
sedangkan
kondisi
jalan
banyak
berlubang
dan
jembatan
sering
terputus
akibat
banjir.
Jika dilihat dari keadaan ekonomi masyarakat yang
umumnya
tergolong
pada ekonomi menengah ke
bawah,
maka
kebutuhan masyarakat akan sekolah menengah sebagai lembaga
15
suatu
hal yang perlu mendapatkan'perhatian
khusus,
agar
masyarakat dapat menyekolahkan anaknya pada SMA sesuai
dengan k'emampuannya.
Keberadaan SMA Negeri yang belum memadai sedangkan
kebutuhan masyarakat akan pendidikan SMA cukup tinggi.
Tingginya hasrat untuk sekolah tersebut dapat dilihat dari
upaya masyarakat untuk menyelenggarakan.sekolah swasta di
daerah ini. Untuk lebih jelasnya mengenai keinginan masya
rakat terhadap keberadaan SMA, dapat dilihat dari jumlah
siswa yang ada di SMA Swasta, seperti tergambar pada tabel
berikut ini.
Tabel 1.2
Keadaan SMA Swasta d i Perwakilan Simeulue
Kabupaten Aceh Barat
No.
Sekolah dan
Kecamatan
Jumlah Siswa Jumlah
Guru
Status
Guru
Status
Gedung
I II III
1.
2.
3.
SMA Teupah Jaya Teupah Selatan SMA Swasta Simeulue Timur SMA Mutiara Simeulue Barat 8 20 10 9 12 13 14 10 12 13 14 GTT GTT
GT & GTT
Menumpang
Menumpang
Menumpang
Sumber : Kantor Depdikbud Kabupaten Aceh Barat
Dari data di atas tergambar bahwa jumlah siswa pada
16
sangat sederhana, dan tidak memiliki berbagai fasilitas.
Siswa-siswa tetap melakukan kegiatan belajar pada tiap
hari.
Apabila kita perhatikan SMA Negeri yang ada di dua
kecamatan, juga masih jauh dari kelengkapan yang dapat
menghasilkan lulusan sekolah yang bermutu baik. Di bawah
ini digambarkan keadaan fisik SMA Negeri sinabang dan
Kampung Aie.
Tabel 1.3
Keadaan fisik SMA Negeri Sinabang dan SMA Negeri Kampung Aie di Perwakilan Simelue
Kabupaten Aceh Barat
S e k o l a h
Jml Ruang Kelas yang dimiliki
Ruang Lab dan Ruang lain yang dimiliki
Baik Rusak Lab IPA Pustaka
SMAN Sinabang
SMAN kampung Aie
7
6
3 1 1
Sumber : Kantor Depdikbud Kabupaten Aceh Barat
Apabila dilihat dari keadaan kelengkapan fisik SMA
Negeri, maka keadaan tersebut masih jauh dari kesempurnaan
dan kurang menunjang terlaksananya kegiatan belajar. Dalam
tabel di atas tergambar bahwa SMA Negeri yang ada di
Perwakilan Simeulue Kabupaten Aceh Barat, hanya satu SMA
17
fisika, dan kimia), serta perpustakaan sekolah. Sedangkan
SMA Negeri lainnya belum memiliki laboratarium IPA dan
perpustakaan.Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa
keber-hasilan penyelenggaraan pendidikan tidak semata-mata
didasarkan pada kelengkapan fasilitas dan keadaan
siswa-nya, tetapi juga bagaimana pengelola proses belajar
menga-jarnya. Sementara itu kunci keberhasilan pengelolaan
sekolah menengah atas, terutama terletak pada kesuksesan
pelaksanaan pembina-pembina sekolah tersebut.
Berdasarkan pemikiran itulah maka penulis terdorong
untuk mengkaji pembinaan kemampuan profesional guru oleh
kepala SMA Negeri dan pengawas di Perwakilan Simeulue
Kabupaten Aceh Barat.
2. Runusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di
atas, maka dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti
berpijak
pada PP
RI No 29 Tahun 1990 Bab I Pasal
1
ayat
(2) menjelaskan pendidikan menengah umum adalah pendidikan
pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
per-luasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa. Bab
II pasal 2 menjelaskan pendidikan menengah, bertujuan :
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk
melanjutkan
pen
18
mengembangkan diri sejalan perkembangan ilmu pengeta
huan, teknologi, dan kesenian.
2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan sambungan timbal balik dengan
ling-kungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.
Sekolah Menengah Atas, yang merupakan salah satu
jenjang
pendidikan yang berfungsi sebagai unit
pelaksana
teknis pendidikan formal, harus dapat memberikan sumbangan
yang
berarti bagi pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepala sekolah sebagai
pengelola
tertinggi dari organisasi sekolah
harus
dapat
mengelola
kegiatan
sekolah
secara
keseluruhan.
Banyak
kegiatan kepala sekolah antara lain pembinaan tenaga
kependidikan yang ada di sekolahnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah Bab VI pasal 14
ayat (1) disebutkan :
Kepala
sekolah dari sekolah menengah
yang
diseleng-garakan
oleh
Pemerintah
bertanggung
jawab
kepada
Menteri atau Menteri lain yang terkait ataspenye-lenggaraan : (1) kegiatan pendidikan; (2) administrasi sekolah; (3) pembinaan tenaga kependidikan lainnya;
dan (4) pendayagunaan sarana dan prasarana.
Dalam pasal 25 ayat (6) disebutkan bahwa :
"Penye-lenggaraan sekolah menengah berkewajiban untuk menilai dan
naungan-19
nya.
Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
salah satu tugas
kepala
sekolah
dan
pengawas
adalah
membina
atau
mengembangkan
kemampuan
profesional
guru. Dalam pedoman penyelenggaraan
adminis
trasi sekolah menengah disebutkan bahwa : "Untuk
meman-faatkan tenaga kerja yang tersedia sehingga menjadi tenaga
yang
dapat
berdaya guna dan berhasil
guna,
maka
harus
diadakan
pembinaan
pegawai baik tenaga
edukatif
maupun
tenaga administrasi."
(Depdikbud,
1989
: 164).
Pembinaan
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
cara
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah serta keadaan
sekolah. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1990 Bab XIII
Pasal
32 ayat (1),(2), dan (3) menyebutkan
sebagai
ber-ikut :
1) Pengembangan
meliputi perbaikan,
perluasan,
penda-laman, dan penyesuaian pendidikan
melalui
pening
katan mutu baik penyelenggaraan kegiatan
pendidik
an maupun pencatatan penunjangnya.
2) Pada
sekolah
menengah dapat
dilakukan
uji
coba
gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pengem bangan pendidikan menengah.
3) Kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat
(1)
dan
ayat (2) dilaksanakan dengan tidak
mengurangi
ke-langsungan penyelenggaraan pendidikan pada
sekolah
menengah yang bersangkutan.
(UUSPN,
1990
: 65).
20
baik selaku administrator,
maupun selaku supervisor.
Oleh
karenanya
dituntut
usaha kepala
sekolah
dan
pengawas
dalam
meningkatkan
kemampuan
profesional
guru.
Dengan
usaha tersebut,
diharapkan guru dapat meningkatkan
kemam
puan profesionalnya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Bab VIII pasal 33 dan Bab XIII
pasal 47 ayat (1) menjelaskan :
1) Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya
pendidikan
dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan/atau ke
luarga peserta didik.
2) Masyarakat sebagai mitra
Pemerintah
berkesempatan
yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. (UUSPN, 1990 :
205-208).
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Sejauh
mana
pembinaan
kemampuan profesional
guru
yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas terhadap
guru-guru
SMA
Negeri di Perwakilan
Simeulue
Kabupaten
Aceh
Barat?
Secara lebih rinci permasalahan tersebut dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1)
Bagaimana persepsi
kepala
sekolah
tentang
tugasnya
sebagai pembina kemampuan profesional guru di sekolah?
2)
Usaha apa yang dilakukan kepala sekolah dalam
21
meningkatkan kemampuan profesional guru?
3)
Kendala apa yang dihadapi kepala
sekolah
dalam
pem
binaan kemampuan profesional guru, dan cara
bagaimana
yang ditempuh kepala sekolah?
4)
Kegiatan pembinaan profesional apa
yang
dilaksanakan
pengawas,
dan
hambatan apa
yang
dihadapinya
dalam
meningkatkan kemampuan profesional guru?
5)
Bagaimana persepsi guru tentang pembinaan
profesional
yang dilaksanakan kepala sekolah dan pengawas?
6)
Apa
kendala
yang
dihadapi
guru
dalam
pelaksanaan
tugasnya,
dan
kegiatan-kegiatan apa
yang
diberikan
kepala sekolah dan pengawas dalam rangka
meningkatkan
kemampuan profesionalnya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Unun
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mendapat-kan gambaran tentang usaha apa yang telah dilakumendapat-kan kepala
SMA Negeri dalam melaksanakan peranannya sebagai
adminis
trator dan supervisor pendidikan yang efektif di
sekolah,
dan
dalam membina kemampuan profesional guru,
dan
usaha
apa yang telah dilakukan pengawas sebagai supervisor dalam
2. Tujuan Khusus
Bertitik tolak pada tujuan umum di atas, maka tujuan
khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan,
menganalisis, dan mencari makna terhadap usaha-usaha yang
dilakukan kepala sekolah sebagai administrator dan super
visor pendidikan, dan usaha pengawas sebagai supervisor
dalam melaksanakan program pembinaan kemampuan profesional
guru
SMA
Negeri di Perwakilan
Simeulue
Kabupaten
Aceh
Barat. Hal-hal yang ingin dideskripsikan dan dianalisis
adalah :
1) Persepsi kepala sekolah tentang tugasnya sebagai
pembina kemampuan profesional guru di sekolah.
2) Usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam peranannya
sebagai pembina kemampuan profesional guru.
3) Kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam pembinaan
guru, dan cara yang ditempuh kepala sekolah.
4) Kegiatan pembinaan profesional yang dilaksanakan oleh
pengawas dan hambatan yang dihadapi pengawas.
5) Persepsi guru tentang pembinaan profesional yang
dilaksanakan kepala sekolah dan pengawas.
6) Kendala yang dihadapi guru untuk melaksanakan tugas
nya, dan kegiatan yang diberikan kepala sekolah serta
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
deskriptif
yang
sasaran utamanya adalah usaha yang dilakukan
kepala
sekolah selaku administrator dan supervisor pendidikan
di
sekolah
terutama
dalam hal
pengadaan
dan
pelaksanaan
program
pembinaan
kemampuan profesional
guru,
sehingga
guru
dapat
menyesuaikan diri
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemudian untuk mengetahui usaha
pengawas
sebagai supervisor dalam meningkatkan
kemampuan
profesional guru.
Masalah
di atas penting untuk diteliti karena
mem
punyai
hubungan yang sangat erat dengan
usaha
pembinaan
profesional
yang
dilakukan
kepala
sekolah
di
satu
pihak
dan
pengawas Kanwil Depdikbud D.I. Aceh
di
pihak
lain, selaku personil yang bertanggung jawab untuk memban
tu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang
efektif.
Melalui usaha pengawas, diharapkan guru dapat
menciptakan
situasi yang kondusif dalam pelaksanaan tugas.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini dapat
meng
ungkapkan
makna-makna baru yang berguna bagi
peningkatan
dan penyempurnaan kegiatan adminitrasi personil dan super
visi pengajaran di sekolah, dalam bentuk pembinaan
profe
sebagai masukan bagi pihak yang berwenang dalam usaha
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam pelak
sanaan tugas. Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari
dua segi, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Dalam penelitian ini dikaji dan dianalisis pengelo
laan SMA Negeri sebagai lembaga pendidikan formal oleh
kepala sekolah. Pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai
administrator dan supervisor pendidikan di sekolah, baik
ditinjau dari segi pengadaan, pelaksanaan, pemberian dan
penjalinan hubungan kerja sama dalam hal dana, kesempatan,
fasilitas, maupun segi teknis pemberian motivasi terhadap
guru, sehingga guru mampu mengembangkan kemampuan
profesi-nya. Selain itu, dapat diketahui pula program yang dilak
sanakan pengawas Kanwil Depdikbud D.I. Aceh dalam memberi
kan pengetahuan dan keterampilan serta dorongan kepada
guru untuk meningkatkan kemampuan profesional. Dengan
demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan masu
kan untuk pengembangan personil tenaga kependidikan,
khususnya sebagai langkah untuk mempersiapkan guru Sekolah
25
2. Kegunaan Praktis
Dipandang dari aspek ini, maka masalah yang diteliti
dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang
usaha
yang
harus
dilakukan dalam usaha pembinaan kemampuan
profesi
onal
guru oleh kepala-kepala sekolah, dalam
kedudukannya
sebagai
administrator
dan supervisor pengajaran
di
se
kolah. Pertama,
bagi kepala sekolah;
hasil penelitian
ini
dapat
menjadi sumbangan terhadap usaha-usaha
yang
harus
dilakukan dalam membina dan membimbing guru,
sehingga guru
memiliki
kemampuan profesional, yang pada
akhirnya
guru
mampu melaksanakan tugasnya dan mampu mengatasi permasala
han yang dapat mengganggu kelancaran tugasnya.
Kedua,
sebagai masukan bagi pengawas Kanwil
Depdik
bud
Propinsi
D.I. Aceh, dalam rangka
penyempurnaan
dan
perbaikan
pelayanan pemberian bantuan,
saran,
bimbingan
kepada guru agar dapat meningkatkan kemampuan
profesional
pada
masa yang akan datang.
Ketiga, sebagai masukan
bagi
pemerintah
(instansi
terkait) sebagai
penanggung
jawab
teknis
administrasi
pengelolaan Sekolah
Menengah
Atas,
seperti
: pemerintah daerah,
kepala bidang Dikmenum Kanwil
Depdikbud
Aceh,
Kakandep Dikbud Kabupaten
dan
Kakandep
Dikbudcam, dalam penyempurnaan pelaksanaan kegiatan
koor-dinasi
yang efektif dan
penyempurnaan
kegiatan-kegiatan
Kedua
segi
kegunaan
tersebut
perlu
dikaji
dan
ditelaah
secara ilmiah dalam
mencapai sasaran
yang
di-harapkan
dapat menunjang terlaksananya
administrasi
dan
supervisi
sekolah.
Administrasi
dan
supervisi
sekolah
merupakan
bagian dari kegiatan administrasi sekolah
yang
dapat
menunjang terlaksananya pembinaan profesional
guru
ke arah yang lebih baik.
E. Kerangka Penelitian
Informasi keadaan Geografis Sosial Ekonomi Budaya/Pendidikan masyarakat. lingkungan siswa Pembinaan Kepala Sekolah Pengadaan, Pe laksanaan, Pem binaan Hubungan kerjasama dalam hal pengadaan & pengalokasian : dana, fasilitas, kesempatan, dan motivasi. Pembinaan Pengawas Semangat kerja, Pengetahuan, dan Keterampilan \ \ \ -J \ \ / / / / / Gambar 1.4 Pendidikan Pelatihan Keterampilan Kemampuan Profesional G u r u
Sarana/Prasa-rana
sekolah-Kegiatan : PKG
MGBS & Sanggar
belajar \ \ \ \ / / / / Kelancaran
T u g a s
27
Kerangka penelitian tersebut merupakan jalan pikiran
yang ditempuh dalam penelitian berdasarkan permasalahan
28
menunjukkan : Pertama, bahwa kemampuan kepala sekolah
dalam mengelola bawahan (guru) merupakan hal yang sangat
penting, karena guru merupakan ujung tombak terlaksananya
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk mening
katkan kemampuan guru, kepala sekolah perlu melakukan
usaha dalam hal pengadaan dana, fasilitas, dan kesempatan.
Untuk itu, kepala sekolah hendaknya menjalin hubungan
kerja sama dengan berbagai pihak. Dengan demikian kepala
sekolah akan dapat memberikan bantuan, pelayanan dan
motivasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah, dalam hal supervisi seperti memberikan motivasi
kepada guru, ia dibantu oleh pengawas Dikmenum.
Kedua, sebagai pengelola personil sekolah, dalam hal
pembinaan kemampuan profesional guru, kepala sekolah
hendaknya dapat mengusahakan dana, memberikan kesempatan,
menyediakan fasilitas, dan menciptakan kondisi sekolah
dengan berbagai cara, sehingga guru dapat menyesuaikan dan
mengembangkan diri. Ketiga, dengan adanya usaha yang
dilakukan kepala sekolah, maka bantuan terhadap kemampuan
profesional guru dapat diberikan. Selain usaha itu, dapat
ditambah pula dengan bantuan yang diberikan pengawas,
sehingga faktor-faktor peningkatan kemampuan profesional
seminar, diskusi, dan kegiatan MGBS. Hal yang paling
penting berkenaan dengan bantuan yang diberikan oleh
kepala sekolah dan pengawas, guru dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh sosial
ekonomi, geografis, kemampuan siswa, dan arus informasi
yang pesat. Terakhir, yang ingin dicapai dalam usaha pem
binaan yang telah dilakukan adalah terciptanya guru yang
memiliki kemampuan dalam mengelola proses belajar
meng-ajar yang baik. Dengan demikian, dapat mencapai tujuan
pendidikan di sekolah dan dapat membina siswa yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Tujuan pokok dari penelitian ini adalah
mendeskrip-sikan
dan
menganalisis
pelaksanaan
kegiatan
pembinaan
kemampuan profesional guru yang dilakukan oleh kepala
SMA
Negeri dan pengawas di Perwakilan Simeulue Kabupaten
Aceh
Barat. Dengan kata lain bertujuan untuk memperoleh
pemaha-man
(verstehen)
dan pengertian
(understanding)
tentang
suatu peristiwa atau perilaku manusia yang berperan
serta
dalam
usaha pembinaan kemampuan profesional
guru.
Untuk
mencapai
tujuan
semacam itu, maka penelitian ini
paling
cocok menggunakan pendekatan kualitatif (lihat Bogdan
dan
Biklen,
1982
: 31).
Penelitian
kualitatif sering disebut dengan
metode
etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalistik.
Pendekatan
atau metode penelitian semacam
ini
mempunyai
karakteristik, antara lain : a) data diambil langsung dari
setting
alami, b) penentuan sampel secara
purposive,
c)
peneliti sebagai instrumen pokok, d) lebih menekankan pada
proses daripada produk sehingga bersifat deskriptif
anali-tik,
e) analisis data secara induktif atau
interprestasi
bersifat
idiografik, dan f) mengutamakan makna
di
balik
data
(Bogdan dan Biklen, Nasution, 1988 : 9-12).
Dengan
83
demikian karakteristik-karakteristik itulah yang dijadikan
acuan bagi seluruh proses penelitian ini.
Pernyataan di atas didukung oleh tulisan Lexy
Muleong (1990), yang menyatakan penelitian kualitatif
berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan
metode kualitatif, dan mengadakan analisis data secara
induktif. Sasaran penelitian diarahkan kepada usaha
menem-ukan teori-teori' dasar. Penelitian bersifat deskriptif
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi
dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memerik-sa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh
kedua pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan pe
neliti mengkonsentrasikan perhatian dalam memahami peri
laku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya berdasarkan
pandangan subjek yang diteliti tersebut. Oleh karena itu,
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak
langsung dengan subjek yang diteliti dengan cara
mendes-kripsikan dasar dan kebijaksanaan usaha pembinaan yang
84
Sesuai dengan uraian di atas, maka dalam bab III ini
akan dibicarakan tentang lokasi penelitian, subyek pene
litian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan
data, tingkat kepercayaan penelitian dan cara analisis
data.
A. Lokasi Penelitian
Seperti dijelaskan pada bab I bahwa penelitian ini
akan meneliti tentang usaha yang dilakukan kepala sekolah
dalam pembinaan kemampuan profesional guru SMA Negeri di
Perwakilan Simeulue Kabupaten Aceh Barat. Karena keadaan
geografisnya yang jauh dari Ibu kota Propinsi, maka
peneliti ingin melihat kecenderungan usaha pengembangan
pembinaan apa yang dilakukan kepala sekolah dalam mening
katkan
kemampuan profesional guru.
Secara singkat
lokasi
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istinewa Aceh Bidang
Dikmenum.
Kantor ini merupakan wadah Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam bidang pen
didikan secara keseluruhan. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 0173/0/1983, maka bidang Dikmenum mempunyai
tugas membina dan mengurus sekolah. Pada bidang Dikmenum
pendidik-85
an, usaha-usaha, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
membina kemampuan profesional guru sekolah menengah.
Kemudian pada pengawas diminta informasi dan data tentang
pelaksanaan tugasnya dalam membantu guru meningkatkan
kemampuan profesionalnya, dan hambatan yang dihadapi
pengawas dalam pelaksanaan tugasnya di
lokasi penelitian.
2. Kantor Depdikbud Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat
Kantor ini merupakan kantor yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas kantor wilayah. Kantor ini
berfungsi
sebagai
koordinator bagi SMA.
Di
kantor
ini
diminta juga informasi dan data tentang kegiatan-kegiatan
yang
telah
dilakukan,
dan
hal-hal apa saja
serta
usaha
bagaimana telah dilakukan dalam kegiatan pembinaan kemam
puan profesional guru, sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Kantor Bupati dan Canat-Canat Wilayah Simeulue
Kantor ini sebagai penanggung jawab kegiatan pem
bangunan secara keseluruhan, termasuk di dalamnya bidang
pendidikan. Peneliti memerlukan data geografi, keadaan
pendidikan, sosial budaya dan ekonomi, dan informasi
tentang usaha-usaha yang telah dilakukan serta hambatan.
Selain tiu, peneliti juga mengadakan diskusi atau tukar
menukar informasi tentang perkembangan pendidikan menengah
86
4. Kantor Depdikbud Kecamatan
Sebagai kantor yang melaksanakan tugas pendidikan
dan koordinator pada tingkat kecamatan, di sini juga
diminta informasi tentang pelakeanaan pendidikan dan usaha
yang telah dilaksanakan serta permasalahan yang dihadapi
dalam bidang pendidikan khususnya yang berkenaan dengan
penelitian ini.
5. Sekolah Menengah Atas
Dalam pasal 14 disebutkan bahwa sekolah menengah
adalah sebagai salah satu sarana untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan,
baik untuk sendiri maupun untuk hidup bermasyarakat.
(UUSPN, 1990). SMA yang dijadikan lokasi penelitian adalah
SMA Negeri Perwakilan Simeulue. Kepala sekolah yang usaha
nya membina kemampuan profesional guru dan guru sebagai
pendukung kegiatan itu diminta informasi tentang kegiatan
yang telah diperolehnya. Dalam peningkatan kemampuan
profesional guru diminta juga informasi tentang hambatan
yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugas.
Sekolah Menengah Atas Negeri yang menjadi lokasi
Tabel 3.1
Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri Perwakilan Simeulue Kabupaten Aceh Barat
87
No. Nama Sekolah Kecamatan
1.
2.
SMA Negeri Sinabang
SMA Negeri Kampung Aie
Simeulue Timur
Simeulue Tengah
6. Tokoh-tokoh Masyarakat
Karena peneliti melihat usaha yang dilakukan kepala
sekolah dalam membina kemampuan profesional guru, maka
yang dapat peneliti pantau dalam masyarakat adalah dampak
outputnya yaitu tentang hubungan yang dibina kepala seko
lah dengan masyarakat. Hubungan itu dapat mendukung usaha
kepala sekolah melakukan kegiatan peningkatan kemampuan
profesional guru, baik dalam bentuk materiel maupun spi
ritual. Keadaan pendidikan masyarakat dan badan-badan
usaha yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sebagai
pendukung informasi dan data. Teknik yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi adalah melalui observasi,
88
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek atau
responden utama ialah kepala sekolah. Sebagai pendukung
data primer tentang usaha pembinaan kemampuan profesional
guru yang telah dilakukan kepala sekolah, infomasi dilacak
dari pihak-pihak yang terkait seperti guru dan kelompok
guru bidang studi. Di samping itu, juga diminta informasi
dan persepsi kepala sekolah tentang usaha kerja samanya
dengan BP3, pengawas, Kandepdikbudcam, tokoh-tokoh masya
rakat, Pemda setempat dan badan-badan usaha. Semua itu
dapat membantu usaha kepala sekolah dalam usaha pembinaan
kemampuan profesional guru, baik dalam bidang dana, sarana
maupun fasilitas, serta pemberian motivasi yang dapat
meningkatkan gairah kerja para guru ke arah yang lebih
profesional. Pengawas sebagai penanggung jawab terhadap
peningkatan kemampuan guru dijadikan pendukung sampel.
Kepada pengawas diminta informasi tentang usaha yang
dilakukan, terhadap peningkatan kemampuan guru dari faktor
pemberian motivasi. Hal ini dapat berfungsi untuk
pemecah-an masalah yang dapat meningkatkan pengetahuan, keteram
pilan dan sikap yang dapat membantu guru dalam penyesuaian
diri dengan perkembangan yang terjadi, sehingga dapat
89
Untuk
mengetahui
latar belakang,
dasar dan
urgensi
dari
usaha
pembinaan
kemampuan
profesional
guru
yang
dilakukan kepala sekolah, dimintakan penjelasan dari
kepala Kandepdikbud Kabupaten,
kepala bidang Dikmenum
dan
Kepala bidang Dikgu pada Kanwil Propinsi Daerah Istimewa
Aceh.
Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak
ditentukan sebelumnya, yang penting dimulai dengan asumsi
bahwa konteks lebih penting dari pada jumlah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Subino Hadisubroto (1988 :12) "...
penelitian kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung
atau memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian meng
hitung proporsi sampelnya sehingga dipandang sebagai yang
telah representatif. Sedangkan S. Nasution (1988 : 32-33)
menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi tertentu,
sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf
"redu-dancy," ketuntasan atau kejemukan, artinya bahwa dengan
menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak
lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
Dari kedua pendapat di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa ketentuan besarnya sampel bergantung dari informasi
yang diberikan responden.
Apabila informasi sudah dianggap
cukup memadai, respondennya tidak lagi perlu diperbesar.
fasili-tator yang dipilih sebagai subjek penelitian yaitu mereka
yang dianggap dapat memberikan data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data peneli
tian ini adalah pengamatan (observasi), wawancara dan
studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan dengan
harapan dapat saling melengkapi untuk memperoleh data yang
diperlukan. Sedangkan sumber data yang diperlukan
diklasi-fikasi menjadi data primer dan data sekunder.
Data primer bersumber dari wawancara dan observasi
dengan kepala sekolah, pengawas dan kelompok bidang studi
serta guru yang menerima pembinaan. Data primer ini
di-dukung oleh informasi dari berbagai pihak yang terkait,
baik langsung maupun tidak langsung melalui pelaksanaan
usaha pembinaan profesional guru. Adapun data sekunder
diambil dari berbagai dokumen, seperti jumlah guru, jumlah
guru yang mendapat kesempatan pehataran, program-program
kegiatan sekolah dan sebagainya yang berhubungan dengan
materi penelitian yang mendukung data primer.
1. Observasi (Pengamatan)
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung
91
kehadiran
personil,
fasilitas sekolah,
penataan,
keber
hasilan,
sarana dan
prasarana olah raga,
kegiatan
ekstra
kurikuler,
ruang perpustakaan,
ruang
UKS,
Laboratarium,
dan kafetaria.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh
data atau informasi yan£ lebih mendalam yang relevan
dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan
kepala sekolah, guru, kelcmpok guru bidang studi, Kepala
Kandepdikbudcam,
Kepala Kandepdikbud Kabupaten,
Pengawas,
Kepala Bidang Dikmenum, dan Kepala Bidang Dikgu kanwil
Propinsi
Daerah
Istimewa
Aceh.
Teknik
wawancara
pada
dasarnya dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu, Wawancara
berstruktur dan wawancara tak berstruktur. (S. Nasution,
1988 : 72).
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang pelaksanaan tugas kepala sekolah dalam
usahanya melaksanakan pembinaan kemampuan profesional guru
seperti program kerja, dan kegiatan-kegiatan yang dilaku
kan. Kerja sama dirintis dalam usaha pembinaan profesional
guru. Begitu pula seperti peraturan dan kegiatan dari
92
Depdikbud Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Penelitian yang peneliti lakukan selama lima
bulan,
sejak Agustus 1992 sampai dengan akhir Desember 1992. Pada
dasarnya penelitian telah diizinkan ke lapangan akhir
April 1992, tetapi penulis belum ke lapangan karena penu
lis perlu mengadakan konsultasi dan meminta pengalaman
dari kepala SMA PGRI IKIP Bandung dalam usaha pembinaan
kemampuan profesional guru.
Dalam pengumpulan informasi dan data di lapangan,
penulis melebihi waktu yang telah ditentukan dalam surat
izin penelitian. Hal ini sengaja penulis lakukan di la
pangan untuk menciptakan suasana kekeluargaan, sehingga
kehadiran peneliti di lokasi penelitian tidak menimbulkan
keresahan atau gangguan bagi para subjek penelitian. Dalam
pelaksanaan pengumpulan data, peneliti berpedoman pada
prosedur yang dikemukakan oleh S. Nasution (1988 : 33-34)
yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member
check.
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, langkah pertama yang penulis lakukan
pe-93
ningkatan mutu pendidikan melalui usaha pembinaan kemam
puan profesional guru. Peneliti mengadakan konsultasi
dengan tokoh-tokoh pendidikan tentang keadaan pendidikan
dan permasalahannya, khususnya di daerah yang menjadi
lokasi penelitian. Akhir Pebruari 1992 peneliti melakukan
konsultasi dengan Bapak Koordinator Bidang Studi Adminis
trasi Pendidikan. Dalam konsultasi, peneliti dimintakan
untuk mempertajam permasalahan dan melihatnya dari segi
administrasi. Masalah dibatasi pada fokus dana, sarana,
kesempatan, dan motivasi serta geografis setempat.
Setelah mengumpulkan berbagai teori yang mendukung,
data-data mentah dari buku atau literatur dan input-input
sebagai studi dokumentasi yang berkaitan dengan
karak-teristik yang diteliti, maka peneliti menyusun
pra-desain penelitian sambil melakukan konsultasi dengan
koordinator bidang studi. Setelah seminar desain yang
dilaksanakan
pada
tanggal
21
Pebruari
1992,
diadakan
konsultasi lagi yang lebih intensif dengan dosen pembim
bing dari bulan Maret 1992 sampai dengan bulan Juli 1992.
Setelah itu peneliti diperkenankan ke lapangan berdasarkan
surat izin Rektor No 3776/PT25.Hl/N/1992 tertanggal 27
Juli, maka akhir Agustus 1992 peneliti memulai kegiatan
94
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap kedua ini, kegiatan pengumpulan data yang
peneliti lakukan sebagai berikut.
a. Melakukan wawancara secara intensif dengan kepala SMA,
guru kelompok bidang studi, dan para guru sebagai
bawahannya. Fokus wawancara adalah tentang perkembangan
sekolah, usaha yang telah dilakukan kepala sekolah
dalam pendayagunaan dana, sarana dan prasarana, super
visi, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
penye-diaan kesempatan dalam usahanya mengembangkan kemampuan
profesional guru, dan hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan pembinaan kemampuan profesional guru.
b. Melakukan wawancara secara intensif dengan pengawas
untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang
pelaksanaan tugasnya yang berhubungan dengan usaha
pembinaan kemampuan profesional guru SMA Negeri Perwa
kilan Simeulue Kabupaten Aceh Barat.
c. Melakukan wawancara dengan kepala bidang Dikmenum,
kepala bidang Dikgu, kepala Kandepdikbud Kabupaten,
kepala Kantor Depdikbudcam, Pemda setempat,
tokoh-tokoh masyarakat tentang perkembangan pendidikan,
sarana dan usaha yang dapat menunjang terlaksananya
kegiatan pendidikan pada SMA Negeri di Perwakilan
95
d.
Melakukan pengamatan tentang situasi
sekolah,
kegiat
an
kepala sekolah,
guru,
kelompok guru
bidang
studi,
penataan berbagai
aspek
fisik
dan
materil
sekolah,
pelaksanaan kegiatan kelompok bidang studi, dan kegiat
an-kegiatan yang mendukung sarana yang ada,
agar
terbi-nanya kemampuan profesional guru.
3. Tahap