• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Pustaka Terdahulu dan Grand Teori yang digunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Pustaka Terdahulu dan Grand Teori yang digunakan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka Terdahulu dan Grand Teori yang digunakan 1. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Wijaya dan Ayem (2017). Objek yang digunakan didalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Matahari Putra Primana Tbk perode tahun 2006-2015 dengan hasil bahwa arus kas, modal kerja, dan perputaran aktiva tetap secara simultan berpengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio. Hal ini berarti arus kas, modal kerja, dan perputaran aktiva tetap memiliki hubungan yang kuat dengan solvabilitas (Debt to Equity Ratio).

Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2011) dengan objek penelitian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap solvabilitas perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukaysa (2016) dengan objek penelitian pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan variabel arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan

(2)

dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (Debt to Equity Ratio).

Penelitian yang dilakukan oleh Dwiyati (2011) dengan objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Hasi dari penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan variabel pertumbuhan aset dan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan terhadap DER. Variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DER sedangkan variabel ROA dan managerial ownership berpengaruh negatif tidak signifikan.

2. Landasan Teori a. Arus Kas

Menurut Hery (2013:460) dalam mendefinisikan laporan arus kas yaitu melaporkan arus kas masuk maupun arus kas keluar perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini akan memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi kewajiban dan membayar dividen. Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan).

(3)

Menurut Brigham & Houston (2010: 97) arus kas bersih mencerminkan kas yang dihasilkan oleh suatu usaha dalam tahun tertentu. Namun, fakta bahwa suatu perusahaan menghasilkan arus kas yang tinggi tidak selalu berarti kas yang dilaporkan di dalam neraca juga tinggi. Arus kas biasanya tidak digunakan untuk meningkatkan akun kas, melainkan digunakan untuk membayar dividen, menambah persediaan, mendanai piutang usaha, berinvestasi pada aset tetap, melunasi hutang, dan membeli kembali saham biasa.

Berikut ini adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi saldo kas suatu perusahaan.

1) Arus kas. Jika hal lain dianggap konstan, arus kas bersih positif akan menambah kas di bank. Namun, hal-hal lain umumnya tidak dianggap konstan dan arus kas digunakan untuk hal-hal lain.

2) Perubahan modal kerja. Kenaikan modal kerja (persediaan dan piutang) dibayar dengan kas sehingga kenaikan seperti itu akan menurunkan kas. Di lain pihak penurunan modal kerja akan meningkatkan kas.

3) Aset tetap. Jika suatu perusahaan berinvestasi pada aset tetap, posisi kasnya akan turun. Sementara itu, jika perusahaan menjual aset tetap, kas akan naik.

4) Transaksi efek dan pembayaran dividen. Jika suatu perusahaan menerbitkan obligasi atau saham pada tahun berjalan, dana yang dihimpun akan memperbaiki posisi kasnya. Di lain pihak, jika suatu

(4)

perusahaan menggunakan kas untuk melunasi utang yang belum jatuh tempo untuk membeli kembali sebagian sahamnya atau membayar dividen kepada pemegang saham, maka hal ini akan mengurangi kas.

Menurut Hery (2013) penyusunan arus kas ada 3 yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan.

1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Hery (2013:462) mendefinisikan arus kas yang paling utama dari perusahaan adalah terkait dengan aktivitas operasi. Ada dua metode yang dapat digunakan di dalam menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, yaitu metode tidak langsung dan metode langsung bukanlah sebagai suatu cara untuk memanipulasi jumlah kas yang dilaporkan dari aktivitas operasi. Kedua metode tersebut akan menghasilkan angka kas yang sama. Namun, metode yang paling sering digunakan dalam praktik pelaporan keuangan adalah metode tidak langsung.

Metode langsung atau juga disebut metode laporan laba rugi pada hakekatnya adalah menguji kembali setiap item (komponen) laporan laba rugi dengan tujuan untuk melaporkan berapa besar kas yang diterima atau yang dibayarkan terkait dengan setiap komponen dari laporan laba rugi tersebut. Metode tidak langsung atau disebut juga metode rekonsiliasi dimulai dengan angka laba

(5)

rugi bersih sebagaimana yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan menyesuaikan besarnya laba rugi bersih tersebut (yang telah diukur atas dasar akrual) dengan item-item yang tidak mempengaruhi arus kas. Dengan kata lain, besarnya laba rugi bersih sebagai hasil dari akuntansi akrual akan disesuaikan untuk menentukan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi.

Penyesuaian-penyesuaian tersebut terdiri atas :

(1) Pendapatan dan beban yang tidak melibatkan arus kas masuk atau arus kas keluar.

(2) Keuntungan dan kerugian terkait dengan aktivitas investasi.

(3) Perubahan dalam aktiva lancar (selain kas) dan kewajiban lancar sebagai hasil dari transaksi pendapatan dan beban yang tidak mempengaruhi arus kas.

Perubahan yang terjadi dalam saldo utang dividen (meskipun termasuk sebagai kewajiban lancar) tidak diperhitungkan dalam melaporkan arus kas bersih dari aktivitas operasi, mengingat bahwa utang dividen timbul sebagai akibat dari aktivitas pembiayaan perusahaan dan besarnya dividen yang diumumkan tidak memengaruhi besarnya laba/rugi bersih. Harus diketahui bahwa aktivitas operasi meliputi transaksi-transaksi yang tergolong sebagai penentu besarnya laba/rugi besih. Besarnya dividen tunai yang diumumkan oleh investee akan dilaporkan oleh investee dalam laporan laba ditahan, bukan laporan laba rugi.

(6)

2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Hery (2013:478) mendefinisikan yang termasuk sebagai aktivitas investasi adalah membeli atau menjual tanah, bangunan dan peralatan. Di samping itu, aktivitas investasi juga meliputi pembelian dan penjualan instrument keuangan yang bukan untuk tujuan diperdagangkan (non-trading securities), penjualan segmen bisnis dan pemberian punjaman kepada entitas lain, termasuk penagihannya. Pelaporan arus kas dari aktivitas investasi tidak dipengaruhi oleh metode langsung ataupun metode tidak langsung.

Jika arus kas masuk dari aktivitas investasi lebih besar dibanding dengan arus kas keluarnya, maka arus kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas investasi akan dilaporkan. Sebaliknya jika arus kas masuk dari aktivitas investasi lebih kecil dibanding dengan arus kas keluarnya, maka arus kas bersih yang digunakan dalam aktivitas investasi dilaporkan.

3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Hery (2013:480) mendefinisikan aktivitas pendanaan meliputi transaksi-transaksi yang di mana kas diperoleh atau dibayarkan kembali kepada pemilik dana (investor) dan kreditur.

Sebagai contoh, kas bersih yang diterima dari penerbitan saham (sekuritas modal) atau obligasi (sekuritas utang), pembayaran untuk membeli kembali saham biasa (sebagai treasury stock), atau untuk menebus kembali utang obligasi dan pembayaran dividen tunai.

(7)

Jadi, yang termasuk ke dalam aktivitas pendanaan adalah meliputi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang maupun ekuitas (modal) perusahaan. Pembayaran utang lancar tidak tergolong sebagai aktivitas pendanaan, melainkan aktivitas operasi.

Pelaporan arus kas dari aktivitas pendanaan tidak dipengaruhi oleh metode langsung maupun metode tidak langsung.

Jika arus kas masuk dari aktivitas pendanaan lebih besar dibanding arus kas keluarnya, maka arus kas bersih yang dihasilkan oleh aktivitas pendanaan akan dilaporkan. Sebaliknya, jika arus kas masuk dari aktivitas pendanaan lebih kecil dibanding arus kas keluarnya, maka arus kas bersih yang digunakan dalan aktivitas pendanaan dilaporkan.

Tujuan arus kas sendiri dalam PSAK No.2 (2009:Paragraf 2.1) memiliki pengertian bahwa informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.

Kegunaan arus kas dalam PSAK No.2 (2009:Paragraf 2.1) disebutkan bahwa jika laporan arus kas digunakan dalam kaitannya

(8)

dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.

b. Modal Kerja

Menurut Kasmir (2016:250) pengertian modal kerja merupakan dana yang yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Pengertian modal kerja menurut Kasmir (2016:250), secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1) Konsep kuantitatif

Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana

(9)

mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).

2) Konsep kualitatif

Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut dengan modal kerja bersih (net working capital).

3) Konsep fungsional

Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh laba, artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan dalam modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba.

Dalam praktiknya secara umum menurut Kasmir (2016:251), modal kerja perusahaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

(1) Modal kerja kotor (gross working capital)

Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank, surat-surat berharga, piutang. Persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Nilai total komponen aktiva lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

(10)

(2) Modal kerja bersih (net working capital)

Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (hutang jangka pendek). Hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank jangka pendek (satu tahun), hutang gaji, hutang pajak, dan hutang lancar lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering digunakan.

Syamsuddin (2016:201), menyatakan bahwa efisiensi dalam manajemen modal kerja sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik perusahaan.

c. Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah proses pertambahan ukuran atau volume dari penjualan. Menurut Dharmesta dan Handoko (2000), pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan, karena pendekatan pertumbuhan penjualan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan komponen untuk menilai

(11)

prospek perusahaan di masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan total pertumbuhan penjualan.

Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Pertumbuhan penjualan (sales growth) memiliki peranan yang penting dalam menilai sebuah perusahaan. Dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar keuntungan yang akan didapatkan. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung membutuhkan pendanaan yang besar. Sumber pendanaan bisa dari internal perusahaan seperti laba ditahan atau sumber pendanaan dari eksternal perusahaan seperti hutang.

Menurut Brigham dan Houston (dalam Dwiyati, 2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Pertumbuhan penjualan merupakan ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh hutang. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya daripada perusahaan yang tumbuh secara

(12)

lambat (Dwiyati 2011, dikutip dari Weston dan Copeland). Bagi perusahaan dengan tingkat penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan perusahaan tersebut menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan perusahaan- perusahaan yang tingkat penjualannya rendah. Perhitungan penjualan dirumuskan sebagai berikut:

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ =𝑛𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡− 𝑛𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡−1 𝑛𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡−1 d. Solvabilitas

Menurut Kasmir (2016:151) rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva suatu perusahaan dibiayai dengan hutang. Dengan kata lain, rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki. Dalam arti luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.

Berdasarkan hasil analisis rasio solvabilitas, perusahaan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan, termasuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Selanjutnya hasil analisis tersebut, manajer keuangan diharapkan dapat secara cermat memutuskan serta mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan alternatif sumber pembiayaan yang ada, yaitu antara pembiayaan lewat

(13)

utang dengan pembiayaan lewat modal (Susilowati 2017, dikutip dari Hery).

Menurut Kasmir (2016:153) terdapat beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni untuk:

1) Perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak mengetahui posisi lainnya (kreditor).

2) Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3) Menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4) Menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5) Menilai seberapa besar pengaruh hutang perusahaan terhadap pengelolahan aktiva.

6) Menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.

7) Menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu, manfaat rasio solvabiltas menurut Kasmir (2016:154), yaitu untuk:

1) Menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain.

2) Menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

(14)

3) Menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

4) Menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5) Menganalisis seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolahan aktiva.

6) Menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang.

7) Menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas tersebut adalah (Kasmir, 2016:155):

1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Debt ratio dapat diartikan bahwa seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Adapun rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 2) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan diperoleh

(15)

dengan membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Adapun rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

LTDtER merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Adapun rumus untuk mencari long term debt to equity ratio dapat digunakan sebagai berikut:

𝐿𝑇𝐷𝑡𝐸𝑅 =𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 4) Times Interest Earned

Times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah perolehan bunga. Rasio ini dapat diartikan juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti

(16)

coverage ratio. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mencari times interest earned ada dua cara sebagai berikut:

𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 = 𝐸𝐵𝐼𝑇

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡) atau

𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 = 𝐸𝐵𝑇 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡) 5) Fixed Charge Coverage (FCC)

Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang digunakan menyerupai rasio times interest earned. Hanya saja dalam rasio ini dilakukan apabila suatu perusahaan memperoleh hutang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mencari fixed charge coverage adalah sebagai berikut:

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =𝐸𝐵𝑇 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑤𝑎/𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑤𝑎/𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒

B. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui adalah suatu masalah tertentu. Berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka dan permasalahan yang dikemukakan, maka peneliti dapat menggambarkan model pengaruh antar variabel penelitian sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut:

(17)

Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas menunjukan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa arus kas, modal kerja, dan pertumbuhan penjualan mempunyai keterkaitan yang sangat erat karena ketiga komponen variabel bebas diatas mampu membantu perusahaan dalam meningkatkan aktivanya sehingga perusahaan mampu dalam memenuhi solvabilitasnya.

C. Hipotesis

Hipotesis juga merupakan proporsisi yang akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Martono, 2010:57).

Arus kas bersih mencerminkan kas yang dihasilkan oleh suatu usaha dalam tahun tertentu. Menurut Brigham & Houston (2010: 97) suatu perusahaan menghasilkan arus kas yang tinggi tidak selalu kas yang dilaporkan dalam neraca juga tinggi karena arus kas biasannya digunakan untuk

PERTUMBUHAN PENJUALAN

SOLVABILITAS MODAL KERJA

ARUS KAS

(18)

membayar deviden, menambah persediaan, mendanai piutang usaha, berinvestasi pada aset tetap, melunasi hutang dan membeli kembali saham biasa.

Modal kerja menurut Kasmir (2016:250) merupakan dana yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, pembayaran hutang, dan pembayaran lainnya. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek. Menurut Syamsuddin (2016:201) efisiensi manajemen modal kerja juga diperlukan perusahaan untuk menjamin keberhasilan jangka panjang dan mencapai tujuan perusahaan.

Pertumbuhan penjualan memiliki peranan penting dalam menilai sebuah perusahaan. Menurut Brigham & Houston (dalm Dwiyati, 2011) pertumbuhan penjualan merupakan ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh hutang. Perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang dalam membiayai kegiatan usahanya.

H1: Arus kas, modal kerja, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap solvabilitas.

Pertumbuhan penjualan suatu perusahaan yang tinggi cenderung akan menggunakan hutang dalam membiayai kegiatan operasinya. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian yang dilakukan

(19)

untuk menguji pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap Debt to Equity Ratio sebelumnya dilakukan oleh Dwiyati (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Debt to Equity Ratio.

Perbedaan hasil penelitian tersebut dengan teori yang ada kemungkinan disebabkan oleh perbedaan periode serta jumlah sampel yang digunakan.

H2: Pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh terbesar terhadap solvabilitas.

Gambar

Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Cacat jenis ini biasanya disebabkan oleh [8] : Logam cair yang teroksidasi, temperatur penuangan yang rendah, tidak cukup keringnya saluran cerat dan

Adapun ciri-ciri hasil belajar yang disampaikan oleh Hasibuan dan Moedjiono (1995) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah (1) adanya peningkatan

Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk emiten BEI, rasio lancar dan profit margin berpengaruh signifikan, sedangkan perputaran total aktiva, total hutang terhadap

bahwa kebiasaan membaca buku keagamaan islam siswa kelas VIII di MTsN 1.. Tulungagung adalah cukup atau sedang dengan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Indo Skin Jaya Utama Palembang dengan nilai pengaruh sebesar 4,121 untuk variabel motivasi kerja dan sebesar 5,962 untuk variabel pendidikan pelatihan, dan untuk