• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA PARIAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA PARIAMAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN SEKTOR KESEHATAN TERHADAP INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA

DI KOTA PARIAMAN

Feby Amelia1, Nurtati2, Syofria Meidona 3

febyamelia1402@yahoo.com. nurtatianwar@gmail.com syofriameidona@gmail.com

Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Sumatera Barat Pariaman ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indek pembangunan manusia di kota pariaman secara parsial dan simultan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder pada tahun 2013-2018. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan analisis adalah SPSS versi 21.00. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka di dapatkan rumus regresi linear berganda yaitu Y = 1,027 + 0,175X1 - 0,102 X2.

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia diperoleh nilai t hitung 3,658 > t tabel 2,132 dengan nilai signifikan 0,035 < 0,05 maka hipotesis diterima. Artinya pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman. Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia diperoleh nilai t hitung -1,436 < t tabel 2,132 dengan nilai signifikan 0,246 < 0,05 maka hipotesis ditolak. Artinya pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi R square sebesar 0,883 atau 88.3 % yang artinya 88,3% indeks pembangunan manusia di pengaruhi oleh sektor pendidikan dan kesehatan.

Kata Kunci : Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

PENDAHULUAN

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya sehingga tujuan akhir pembangunan harus difokuskan pada manusia. Kondisi ini akan menciptakan lingkungan yang

memungkinkan masyarakat untuk dapat menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Konsep ini menjadi cikal

(2)

bakal munculnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indonesia sebagai negara yang menggunakan sistem pemerintahan Desentralisasi memiliki kebijakan atas keputusan di setiap daerah. Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menciptakan pendapatan daerahnya serta melakukan alokasi untuk prioritas pembangunan di daerahnya secara mandiri, serta diharapkan dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan potensi dan aspirasi lokal untuk mengembangkan wilayahnya, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat diharapkan juga turut berperan menjadi subjek pembangunan, bukan hanya menjadi objek pembangunan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan suatu daerah dan juga kemajuan nasional.

Tujuan akhir suatu pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat, karena manusia bukan hanya merupakan obyek pembangunan tetapi diharapkan bisa menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu Negara. Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan pembangunan manusia yang dilihat dengan tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Salah satu tolok ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli). Melalui peningkatan ketiga indikator tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas hidup manusia.

Tabel Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatan Dan Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Pariaman

Pada Tahun 2013-2018

Tahun Pengeluaran Pemerintah Sektor

Pendidikan (Rp)

Pengeluaran Pemerintah Sektor

Kesehatan (Rp)

Indeks Pembangunan

Manusia 2013 134.752.734.151,40 67.352.867.075,70 74,51 2014 131.686.711.012,06 65.843.355.506,03 74,66 2015 136.643.175.052,95 68.321.587.526,48 74,98 2016 138.508.035.510,51 64.254.017.755,26 75,44 2017 154.491.443.011,09 72.245.721.505,55 75,71 2018 153.020.748.994,20 71.510.392.497,10 76,26 Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Kota Pariaman jika dilihat pada

tabel diatas terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Walaupun semakin

(3)

meningkat pada setiap tahunnya namun Indek Pembangunan Manusia Kota Pariaman masih rendah jika di bandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Indeks Pembangunan Manusia Kota Padang tahun 2018 sangat mengesankan karena mencapai angka 82,25 % dan menempati urutan pertama dengan (IPM) terbesar dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Setelah Kota Padang, (IPM) terbesar kedua Kabupaten/Kota adalah Bukittinggi yaitu sebesar 80,11 %, urutan ke tiga dan ke empat adalah Payakumbuh 78,23% dan Padang Panjang 77,30% lalu urutan kelima adalah Solok 77,89%.

Sedangkan Kota Pariaman sendiri berada pada urutan ke enam, untuk itu lebih di tingkatkan lagi agar tercapai keinginan mensejahtrakan masyarakat.

Anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pendidikan 20% dan kesehatan 10%. Berdasarkan data diatas menerangkan bahwa pengeluatan pemerintah pada APBD setiap tahunnya di sektor pendidikan dan kesehatan masih rendah. Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidkan dan kesehatan untuk meningkatkan pembangunan manusia.

Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan merupakan dua dari beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia. Kedua faktor tersebut, merupakan layanan jasa yang normatifnya disediakan oleh pemerintah, bukan bertumpu pada swasta terlebih pasar. Dalam hal peningkatan pembangunan manusia, pendidikan dan kesehatan yang baik bagi setiap manusia bisa terwujud melalui alokasi

pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Dengan meningkatnya alokasi pengeluaran

pemerintah disektor tersebut maka akan meningkatkan prioduktivitas penduduk sehingga bisa meningkatkan pembangunan manusia. Untuk selanjutnya, pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan dapat disebut sebagai investasi publik atau aset yang dimiliki negara.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mengembangkan konsep pembangunan manusia dan menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0-100 poin dengan kategori seperti IPM lebih dari 80,0 poin kategori sangat tinggi, IPM antara 70,0 – 79,9 poin kategori tinggi, IPM antara 55,0 – 69,9 poin kategori sedang, dan IPM kurang dari 55,0 poin kategori rendah. Berdasarkan tabel 1.1 Kota Pariaman masuk kedalam kategori sangat tinggi itu merupakan suatu pencapaian yang baik untuk Kota Pariaman.

Keberhasilan pembangunan manusia tidak dapat di lepaskan dari kinerja pemerintah yang berperan penting dalam meningkatkan atau mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisir kemiskinan. Pengeluaran pemerintah dapat digunakan sebagai cerminan dari kebijakan yang diambil pemerintah dalam satu wilayah.

Pengeluaran pemerintah digunakan untuk membiayai sektor-sektor publik yang penting yang menunjang meningkatkan kesejahtearaan masyarakat, diantarnya dijadikan sebagai perioritas pemerintah dalam mencapai pembangunan kualitas sumber daya manusia dalam kaitannya yang tercermin dari IPM adalah investasi pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan, yang diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dapat mengurangi kemiskinan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dari

(4)

pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan kesejahteraan, sedangkan pendidikan merupakan hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, keduanya merupakan hal yang penting untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan (Todaro, 2003).

Mengenai kewajiban daerah dalam APBD yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Pendanaan terhadap fasilitas-fasilitas umum yang digunakan oleh masyarakat berhubungan langsung dengan berapa besar jumlah belanja pemerintah yang dialokasikan untuk meningkatkan fasilitas umum yang diperlukan. Semakin besar jumlah belanja pemerintah untuk bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi maka semakin besar pula dana pembangunan maka akan semakin baik pula kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik.

Pemerintah pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonomi transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah berupa dana perimbangan, masih perlu dilakukan guna membantu menopang daerah-daerah yang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Khusus untuk kegiatan atau program yang merupakan urusandaerah dan sesuai dengan prioritas nasional (seperti pendidikan dan kesehatan), maka pemerintah pusat mengalokasikan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang disebut sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK).

Keberhasilan suatu sektor pendidikan dapat dilihat melalui beberapa macam indikator seperti Angka Melek Huruf, Harapan Lama Sekolah, dan Angka Harapan Hidup. Di Kota Pariaman

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dari tahun ke tahun terus meningkat, begitupula Angka Melek Huruf , Harapan Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup yang menunjukkan peningkatan akan tetapi peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar dari tahun ke tahun.

Penelitian Merang Kahang, Muhammad Saleh, dan Rachmad Budi Suharto 2016 mengatakan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Selain itu Intan Safitri 2016 Provinsi aceh mengatakan Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Hal ini juga diperkuat oleh Mankiw, (2007) pengembangan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia.

Modal manusia dapat mengacu pada pendidikan, namun juga dapat digunakan untuk menjelaskan jenis investasi manusia lainnya yaitu investasi yang mendorong ke arah populasi yang sehat yaitu kesehatan.

Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di suatu daerah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.

Dengan melihat latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan terhadap

(5)

adalah untuk menganalisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Indeks Pembangunan Manusia di Kota Pariaman?

Adapun tujuan penelitian ini

Pendidikan dan Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Pariaman.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Manusia

United Nation Development Program (UNDP, 2004) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu

“proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk”, dalam arti bahwa manusia diberi pilihan yang lebih banyak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hidup manusia ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi seorang manusia agar dapat mencapai apa yang ia inginkan. Ada tiga hal yang dianggap penting untuk pilihan manusia, yaitu untuk memiliki kehidupan yang panjang dan sehat, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan memiliki akses terhadap sumberdaya yang diperlukan untuk mendapat standar hidup yang layak.

Apabila tiga faktor yang kritis tersebut tidak dipenuhi maka banyak pilihan lainnya yang tidak akan dapat dicapai.

Pembangunan manusia memiliki dua sisi: pertama, fungsi dari keberdayaan manusia dan kedua, pemakaian keberdayaan itu untuk keseimbangan kehidupan dan tujuan produksi (UNDP, 2004). Sesuai dengan konsep pembangunan manusia, pendapatan hanyalah salah satu pilihan manusia walupun termasuk yang terpenting.

Tujuan pembangunan manusia ialah memperluas pilihan bukan hanya

pendapatan. Berdasarkan pengalaman banyak negara terlihat bahwa pembangunan manusia yang tingkatnya cukup tinggi juga dijumpai pada negara yang tingkat pendapatannya hanyalah moderat, dan pembangunan manusia dengan tingkat yang rendah terdapat juga pada negara yang pendapatannya relatif tinggi. Dari fakta tersebut dapat diambil suatu kesimpulan sederhana bahwa tidak otomatis ada hubungan antara pendapatan yang tinggi dengan kemajuan pembangunan manusia. Pada umumnya model dari pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan GDP dan tidak memasukkan peningkatan kualitas kehidupan.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar.

Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata- rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu umur panjang dan

(6)

hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak (BPS, 2018).

IPM diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh UNDP. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu pengukuran perbandingan dari tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). IPM juga dapat dikatakan sebagai suatu indeks komposit yang juga merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas;

dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity).

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh

untuk mencapai sasaran itu (Kuncoro, 2004).

Keberhasilan pembangunan manusia dapat dinilai dari seberapa besar permasalahan yang dapat diatasi terlebih lagi permasalahan yang paling mendasar.

Permasalahan yang ada diantaranya berupa masalah kemiskinan, pengangguran, pendidikan yang tidak menyeluruh dan masalah keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi lainnya. Tercapainya tujuan pembangunan yang tercermin pada indeks pembangunan manusia sangat tergantung pemerintah sebagai penyedia sarana penunjang ( Marisca dan Haryadi, 2016).

Penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis:

IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)

Dimana:

X1 = Indeks angka harapan hidup

X2 = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)

X3 = Indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan

(UNDP, 2004)

Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

1. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

2. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.

3. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator

(7)

penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) (BPS, 2018).

Kerangka Konseptual

Pengeluaran Pemerintah

Sektor

menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan causative artinya penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar variable bebas mempengaruhi variabel terikat. Penelitian Pendidikan

(X1) Pengeluaran

Pemerintah Sektor Kesehatan

(X2)

Hipotesis

Indeks Pembangunan

Manusia (IPM)

ini akan menjelaskan pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan sebagai variabel independen terhadap indeks pembangunan manusia pada tahun 2013 sampai dengan 2018.

Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik H1: Pengeluaran Pemerintah Sektor

Pendidikan diduga berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia H2 : Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan diduga berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia H3 : Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan diduga berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Dalam penelitan ini penulis menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitan yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

kesimpulannya (Sugiyono,2007). Populasi dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berdasarkan jangka waktu yaitu data laporan tahunan survey Indeks Pembangunan Manusia Kota Pariaman pertahunnya oleh BPS Kota Pariaman dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018.

Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

Dalam penentuan sampel menggunakan purposive sampling maka

(8)

ditetapkan oleh peneliti beberapa kriteria yang digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu adanya peneliti memilih sampel 6 tahun terakhir yaitu data pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan di Kota Pariaman dan indeks pembangunan manusia pada tahun 2013- 2018 yang telah tersusun dan diterbitkan oleh BPS Kota Pariaman dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapadan Daerah (BPKPD) Kota Pariaman.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011). Data yang diambil bersumber dari laporan BPS Kota Pariaman dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapadan Daerah (BPKPD) Kota Pariaman khususnya pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2018.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan merupakan langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2007). Dalam penelilian ini data yang dikumpulkan berdasarkan data yang di dapat dari berbagai instansi seperti BPS Kota pariaman dan BPKPD Kota Pariaman.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan referensi studi kepustakaan yang dilakukakan dengan melakukan kajian terhadap jurnal, artikel, bahan-

bahan lain dari perpustakaan dan juga internet dengan sumbernya yaitu https://pariamankota.bps.go.id.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variable bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (IPM).

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian.

Metode yang baik yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah metode kolmogrovsmirnov untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang digunakan.

Uji kolmogrovsmirnov adalah uji beda antara data yang di uji normalitasnya dengan data normal baku.

(9)

a) Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal

b) Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji statistic melalui uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan hasil output SPSS 21 maka hasil uji DW.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Dengan ketentuan nilai DW berada dikisaran besar dari 1 dan kecil dari 3 atau 1 ≤ DW ≤ 3 maka tidak terjadi autokorelasi dan jika DW ≥ 3 maka terjadi autokorelasi.

Uji Multikolineritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk melihat terdapat gangguan atau tidak terhadap data di mana multkolineritas terjadi apabila ada kolerasi antar variabel independen. Dengan demikian uji ini dilakukan agar data yang ada harus terbebas dari gangguan multikolinieritas. Jika hasil uji mempunyai masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10 maka data tersebut lolos uji multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskodesitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskodesitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik Plott (Scatter Plot). Jika tidak terdapat plot yang jelas seperti titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terdapat heteroskedastisitas.

Uji Kelayakan Model

Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Apabila nilai koefisien korelasi sudah diketahui, maka untuk mendapatkan koefisien determinasi

dapat diperoleh dengan

mengkuadratkannya. Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

Dimana :

Kd = Koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:

a. Jika Kd mendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent lemah.

b. Jika Kd mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent kuat.

Uji t (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2012).

Dimana T tabel> Thitung, H0 diterima,

(10)

begitupun jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

Untuk melakukan pengujian t maka dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut:

√ − =

√ −

1. Jika f hitung > f tabel, Hipotesis diterima yang artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

2. Jika f hitung < f tabel, Hipotesis ditolak yang artinya variabel independen tidak pengaruh terhadap variabel dependen Dimana :

t hitung : Nilai t hitung

r : Nilai koefisien korelasi n : Jumlah sampel

Dimana kriteria untuk menentukannya adalah sebagai berikut :

1. Jika t tabel < t hitung, Hipotesis diterima yang artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen 2. Jika t tabel > t hitung, Hipotesis

ditolak yang artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Uji f (Uji Simultan)

Pengujian berganda (serempak) dengan melakukan uji f hitung, dengan mencari besarnya f hitung yang akan dibandingkan dengan f tabel. Pengujian f hitung digunakan untuk mengetahui kualitas keberartian regresi antara tiap-tiap variabel bebas (X) secara serempak/bersamaan terdapat pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Y), rumus uji f hitung adalah sebagai berikut:

f hitung = R2 / k

(1 - R2 ) / (n – k - 1) Dimana :

R2: koefisien determinasi n : Jumlah sampel

k : Jumlah variabel bebas

Dimana kriteria untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya adalah sebagai berikut :

Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda adalah suatu statistik yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2011). Analisis regresi merupakan alat untuk eksplanasi yaitu prediksi nilai variabel dependen, apabila nilai variabel independen diketahui atau berubah. Analisis regresi juga dapat digunakan sebagai faktor determinan, yaitu variabel independen dimana dalam regresi berganda multiple regression yang berpengaruh dominan terhadap variabel dependen. Bentuk hubungan dinyatakan dalam model persamaan regresi yang signifikan, yang mana variabel dependen (Y) merupakan fungsi dari variabel independen (X).

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana :

Y = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi X1 = Sektor Pendidikan X2 = Sektor Kesehatan e = Standar Error

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Uji Asumsi Klasik

(11)

Unstandardiz ed Residual N

Normal Mean Parametersa,b Std.

Deviation Most Extreme Absolute

Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

6 .0000000 .00131569 .173 .173 -.139 .425 .994

Variabel Bebas

Tolerance VIF X1=

Pendidikan

.290 3.451 X2=

Kesehatan

.290 3.451 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,129. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Maka nilai ini besar dari 1 dan kecil dari 3 atau dengan kata lain 1 ≤ 2,129 ≤ 3. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

Uji Multikolinearitas

hasil dari pengolahan data adalah sebagai berikut :

Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel ini menunjukkan bahwa uji normalitas yang dilakukan diperoleh nilai kolmogorov-smirnovtest pada Asymp.Sig.

(2-tailed) besar dari 0,05 yang berarti bahwa data yang digunakan sebagai sampel penelitian berdistribusi normal.

Untuk menguatkan hasil uji kolmogorov- smirnov test maka digunakan uji grafik histogram dan grafik probability plot.

Berikut adalah uji normalitas dalam bentuk grafik dan probability plot:

Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji statistic melalui uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan hasil output SPSS 21 maka hasil uji DW. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan ketentuan nilai DW berada dikisaran besar dari 1 dan kecil dari 3 atau 1 ≤ DW ≤ 3 dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Uji Autokorelasi

Keterangan Nilai

Durbin-Watson 2.129

Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji autokorelasi

Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat diketahui nilai VIF untuk masing- masing variabel penelitian sebagai berikut :

1. Nilai VIF untuk variabel Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebesar 3,451 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,290 > 0,10 sehingga variabel Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

2. Nilai VIF untuk variabel Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan sebesar 3,451 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,290 > 0,10 sehingga variabel Pengeluaran pemerintah sector kesehatan dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil output heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Adapun hasil gambar uji

heteroskedastisitas sebagai berikut :

(12)
(13)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig

B Std.

Error Beta 1

(Constant) X1 = Pendidikan X2 = Kesehatan

1.027 .175 -.102

.428 .048 .071

1.339 -.526

2.397 3.658 - 1.436

.096 .035 .246 (6,94) maka hipotesis diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan

(X1) dan kesehatan (X2) secara simultan berpengaruh terhadap variabel indeks pembangunan manusia (Y).

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh langsung variabel bebas yang semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat atau dapat dikatakan bahwa pengguna model tersebut bisa dibenarkan.

Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Keterangan Nilai Koefisien Determinasi

Linier Berganda

0,883 Berdasarkan tabel didapat satu model regresi dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,883 (88,3 %). Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa proporsi pengaruh pengeluaran sektor pendidikan dan kesehatan terhadap indeks pembangunan manusiadi Kota Pariaman sebesar 88,3 % sedangkan sisanya 11.7 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada di dalam model regresi linier.

Analisi Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefisient berdasarkan output SPSS versi 21 terhadap ketiga variabel

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan (X1) dan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan (X2) terhadap indeks pembanguna manusia kota pariaman ditunjukkan pada tabel beriku :

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil koefisien regresi (β), maka di peroleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = 1,027 + 0,175X1 – 0,102X2 + e Berdasarkan hasil persamaan regresi linear berganda di atas, maka dapat di analisa sebagai berikut :

1. Berdasarkan persamaan regresi menunjukkan bahwa nilai konstanta mempunyai arah koefisien regresi positif yaitu sebesar 1,027 menunjukkan apabila variabel lain mengalami peningkatan 1% maka variabel indeks pembangunan manusia mengalami peningkatan sebesar 1.027 %.

2. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji regresi linier berganda koefisien regresi pada variabel independen X1 yaitu pengeluaran pemerintah sektor pendidikan bertanda positif sebesar 0,175, artinya menunjukkan setiap kenaikan 1%

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maka indeks pembangunan manusia mengalami peningkatan sebesar 17,5 %. Hasil penelitian koefisien regresi

(14)

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan indeks

sebaliknya jika pengeluaran pemerintah sektor pendidikan bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara

pembangunan manusia. Jika semakin besar pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maka akan meningkatkan indeks pembangunan manusia dan

menurun maka akan menurunkan indeks pembanguanan manusia.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji regresi linier berganda koefisien regresi pada variabel independen X2 yaitu pengeluaran pemerintah sektor kesehatan Kota Pariaman bertanda negatif sebesar 0,102, artinya menunjukkan setiap kenaikan sebesar 1% pengeluaran pemerintah sektor kesehatan maka akan penurunkan indeks pembangunan manusia sebesar 10,2 %. Hasil penelitian koefisien regresi bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan indeks pembangunan manusia. Jika pengeluaran pemerintah sektor kesehatan semakin meningkat maka akan menurunkan indeks pembangunan manusia dan sebaliknya jika belanja pemerintah bidang kesehatan menurun maka akan meningkatkan indeks pembanguan manusia.

PEMBAHASAN

Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks

pembangunan manusia di Kota Pariaman

Pendidikan merupakan tonggak dalam perekonomian, melalui pendidikanlah sumber daya manusia yang berkualitas dapat terbentuk. Pemerintah memegang peran penting dalam suatu pembangunan, salah satunya yakni pembangunan manusia yang dapat dibentuk melalui pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji regresi linear berganda pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif sebesar 0,175, artinya menunjukkan kenaikan 1 % pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maka indeks pembangunan manusia meningkat sebesar 17,5 %. Berdasarkan uji 2 sisi pada uji signifikan siparametrik individual (uji t) pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan juga menunjukkan bahwa t hitung besar dari t tabel (3,657 ˃ 2,132 ) serta nilai sig yang kecil dari 0,05 ( 0,035 ˂ 0,05 ).

Sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah sector pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman pada tahun 2013 – 2018.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa, variabel Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Pariaman tahun 2013 – 2018. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Merang Kahang, Muhammad Saleh, Rachmad Budi Suharto, Menyatakan di dalam penelitiannya Investasi dalam hal

(15)

pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah harus dapat membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik.

Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakan wujud nyata dari investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.

Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman

Kesehatan merupakan hal penting dalam kehidupan, dengan badan yang sehat manusia bisa melakukan segala aktifitasnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidup pun manusia harus memiliki badan yang sehat agar produktifitas mereka tidak terganggu, oleh karenanya kesehatan merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan sudah seharusnya memperhatikan salah satu hal yang mendukung terciptanya pembangunan manusai yakni kesehatan, maka pemerintah dapat memperhatikannya melalui alokasi anggaran pada bidang kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji regresi linear berganda pada variabel kesehatan bertanda negatif sebesar 0,102, artinya menunjukkan setiap kenaikan sebesar 1 % maka akan menurunkan pengeluaran pemerintah sekor kesehatan sebesar 10,2 %. Hasil penelitian koefisien regresi bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah sekor kesehatan dan indeks pembangunan manusia.

Sementara berdasarkan uji 2 sisi signifikan parametrik individual (uji t) pada variabel kesehatan menunjukkan bahwa t hitung kecil dari t tabel ( 1,436 ˂ 2,132 ) serta nilai signifikan yang besar dari 0,05 (0,246

˃ 0,05). Sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah sekor kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pembangunan manusia Kota Pariaman tahun 2013-2018.

Perbandingan dana pada sektor pendidikan yang lebih besar akan menyebabkan pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan kurang mampu untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Karena kecilnya pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan yang ada di Kota Pariaman. Bahwa anggaran yang dikeluarakan untuk sektor kesehatan belum terealisasi dengan baik hal ini terlihat karena sedikitnya pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan.

Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan disetiap tahunnya yakni dari tahun 2013 sampai dengan 2018 angka tersebut hanya 10 % persen dari total belanja disetiap tahunnya.

Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan yang tidak dipengaruhi indeks pembangunan manusia dikarenakan anggaran yang dikeluarkan untuk sektor kesehatan belum terealisasi dengan baik dengan hal ini terlihat karena sedikitnya pengeluaran sektor kesehatan di Kota Pariaman. Pemerintahan Kota Pariaman khususnya dinas kesehatan untuk turun langsung untuk meningkatkan fasilitas perlengkapan dan prasarana kesehatan supaya tingkat indeks pembangunan manusia dapat meningkat lebih baik dan melihat pertumbuhan peningkatan indeks pembangunan manusia yang lebih baik.

Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman

(16)

Dari hasil penelitian yang diakukan oleh peneliti dengan menggunakanmodel regresi linear berganda dimana nggunakan uji signifikansisimultan (Uji F) diperoleh hasil untuk F hitung sebesar 11.371 sedangkan untuk F tabel sebesar 6,94 artinya F hitung lebih besar dari f tabel (11.371 ˃ 6,94) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Untuk nilai signifikan diperoleh dibawah 0.05 yaitu sebesar 0.040. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Pariaman tahun 2013-2018.

Hal ini sesuai dengan kejadian di lapangan bahwa setiap kenaikan anggaran pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan di setiap tahunnya, maka meningkat pula tingkat indeks pembangunan manusia pada tahun 2013- 2018. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Merang Kahang, Muhammad Saleh, Rachmad Budi Suharto. Hasil analisis regresi menujukan bahwa variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap indeks pembangunan manusia.

Hal ini juga sesuai dengan teori menurut David Rahmad dan Nasri Bachtiar bahwa pembangunan dibidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Telah diakui bahwa pembangunan sumber daya manusia dalam suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal,

mengeksploitasi berbagai sumber daya serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan melalui pengeluaran pemerintah di suatu negara menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan negara tersebut.

Menurut Todaro & Smith, bahwa pengeluaran pemerintah pada sektor anggaran kesehatan yang di keluarkan untuk memenuhi salah satu hak dasar untuk memperoleh pelayanan kesehatan berupa fasilitas dan pelayanan kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas masayrakat.

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentasi terhadap GNP yang juga didasarkan pula pada pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam pengertian pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud Wagner adalah perkembangan pengeluaran pemerintah secara relatif sebagaimana teori Musgrave, maka hukum Wagner adalah sebagai berikut : Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri dengan industri, hubungan industri dengan masyarakat, dan sebagainya menjadi semakin rumit atau kompleks. Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah

(17)

harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan hasil analisis yang telah di sampaiakan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji secara parsial dari hasil uji signifikan uji t pada variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman Tahun 2013-2018. Karena nilai t hitung > t tabel (3.658 > 2,132) dan nilai sig 0,035 kecil dari level of significant (α) 0,05.

2. Pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan berdasarkan uji secara parsial dari hasil uji signifikan uji t pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman Tahun 2013-2018. Karena nilai t hitung < t tabel (1.436 < 2,132) dan nilai sig 0,246 besar dari level of significant (α) 0,05.

3. Secara simultan Pengeluaran Pemerintah sector pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Pariaman Tahun 2013-2018 karena F hitung > F tabel (11.371 > 6,94) nilai

sig 0,040 kecil dari level of significant (α) 0,05.

Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah daerah, khususnya

dinas pendidikan dan dinas kesehatan Kota Pariaman dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan adanya sebuah upaya yang dilakukan dalam meningkatkan belanja daerah bidang pendidikan dan kesehatan khususnya pada bidang pendidikan yang harus lebih diperhatikan, agar masyarakat Kota Pariaman meningkatkan mutu SDM nya terlebih dahulu sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM yang dibina dan menghasilkan SDM yang berkualitas serta meningkatkan akses-akses pendidikan dan kesehatan sehingga dapat di jangkau oleh masyarakat.

2. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebuah bahan referensi untuk kegiatan mengajarnya ataupun penelitiannya. Dikarenakan penelitian ini masih memiliki kekurangan seperti keterbatasan dalam memperoleh data dan periode waktu yang digunakan hanya 6 tahun. Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti dengan menambah variabel bebas lainnya dan tahun penelitian sehingga mampu memberikan hasil penelitian yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Kota Pariaman Dalam Angka (2013-2018). Katalog BPS

(18)

Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen.

1102001.1377

Intan, Safitri. 2016. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Kesehatan, Pendidikan dan Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh. Ilmiah Mahasiswa.

Rahmita, Handayani. 2015. Analisis Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau.

Ekonomi Pembangunan.

Merang Kahang, Muhammad Saleh, Rachmad Budi Suharto. 2016.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indkes Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kutai Timur. Ekonomi Manajemen dan Akuntansi.

Denni Sulistio Mirza. 2011. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja Modal Terhadap IPM Jawa Tengah.

Ekonomi Keuangan dan Manajemen.

David Rahmat dan Nasri Bachtiar. 2018.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat. Ekonomi pembangunan.

Thembry O. M. Palenewen, Een N.

Walewangko, Jacline I. Sumual.

2018. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Sektor Kesehatan Terhadap IPM Dan Dampaknya Terhadap

Kemiskinan Di Sulawesi Utara.

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.

Baqtiar Arifin, Ahmadi Murjani. 2016.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan, Kesehatan Dan Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen.

Eka Agustina, Eny Rochaida, Yana Ulfah.

2016. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Serta Indeks Pembangunan Manusia Di

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Mirza, Danni S. 2012. Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terahadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Economics Development Analysis Jornal.

Mudrajat, Kuncoro. 2013. Indikator Ekonomi, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Paramita, A. 2012. Analisis Dampak

(19)

Realisasi APBD Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Makassar 2000-2009.

Madurua. Santoso, Singgih, 2012.

Panduan lengkap SPSS versi 20.

IKPI; Jakarta.

Septiana M.M, Sanggelorang, dkk. 2015.

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 15 No. 02 – Edisi Juli 2015.

Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung.

Todoro, M. P. & Semith, S. C 2003 Economic Develomen, Eighth Edition. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Mangkoesoebroto, G. (1994). Kebijakan Publik Indonesia : Substansi dan Urgensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukirno, S. (2010).

Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Radja Grafindo Persada.

Todaro, M. P. (2008). Pembangunan Ekonomi, Edisi Kesembilan.

Jakarta: Erlangga.

Wahid, Bila. A. 2012. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Pertumbuhan Ekonomi. Makassar.

Gambar

Tabel Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatan Dan  Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Pariaman
Tabel  ini  menunjukkan  bahwa  uji  normalitas  yang  dilakukan  diperoleh  nilai  kolmogorov-smirnovtest pada Asymp.Sig

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik dengan teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas III dengan hubungan skeletal klas III

Dengan adanya pengendalian sistem informasi akuntansi penjualan maka lebih memudahkan pihak perusahaan dalam menyajikan informasi tentang penjualan dan akan

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Alokasi dana BMT al-Amin terhadap pelaku usaha mikro di Kota Makassar

Pekerjaan khusus pemasangan bangunan konstruksi prafabrikasi yang langsung dilakukan di lokasi konstruksi yang bahan utamanya dari beton untuk beberapa bagian pracetak

H 0 0, Artinya tidak terdapat hubungan antara penyampaian pesan keagamaan Tsani Liziah dengan dimensi ritual (the ritualistic dimension) Komunitas MCM (Muslimah Cerdas Multitalenta)

Hasil beberapa pengujian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0.5280, nilai koefisien jalur sebesar 0.5280, berada pada rentang