MEDICAL PLANTS SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA AGAR LEBIH PRODUKTIF, AKTIF, DAN SEHAT, DI PANTI WERDHA
HARGODEDALI SURABAYA
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Diusulkan Oleh :
Ketua : Khusnun Nadziroh (20201660055) Angkatan 2020
Anggota 1 : Yazar Dwi Pratma (20201660065) Angkatan 2020
Anggota 2 : Liza Waritsa Utami (20201660064) Angkatan 2020
Anggota 3 : Ananda Yusuf Arvianto (20201660062) Angkatan 2020
UNEVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA SURABAYA
2022
ii DAFTAR ISI
Daftar Isi ...
BAB 1 PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Rumusan Masalah ...
1.3 Tujuan Program ...
1.4 Luaran Program ...
1.5 Manfaat Program ...
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA ...
2.1 Kondisi Masyarakat Sasaran ...
BAB III METODE PELAKSANAAN ...
3.1 Metode Pelaksanaan ...
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...
4.1 Anggaran Biaya ...
4.2 Jadwal Kegiatan ...
DAFTAR ISI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Rumusan Masalah ...
1.3 Tujuan Program ...
1.4 Luaran Program ...
1.5 Manfaat Program...
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA ...
2.1 Kondisi Masyarakat Sasaran...
BAB III METODE PELAKSANAAN ...
3.1 Metode Pelaksanaan ...
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...
4.1 Anggaran Biaya ...
4.2 Jadwal Kegiatan ...
iii DAFTAR GAMBAR
Gambar Tampak Depan Panti Argo Wedhadedali Surabya ...
iv DAFTAR TABEL
Tabel Anggaran Biaya ...
Tabel Kegiatan ...
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada hakekatnya adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di lahan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Ditanam dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan tradisional yang dapat dibuat sendiri (Kementan, 2015). Penanaman TOGA dapat di pot atau di lahan sekitar rumah, dan jika lahan yang ditanami cukup luas maka sebagian hasil panen dapat dijual dan menambah pendapatan keluarga (Permatasari, 2019) Bagian dari tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun, kulit batang, buah, biji dan akarnya (Harjono, 2017).
Manfaat TOGA selain sebagai obat juga memiliki beberapa manfaat lain yaitu sebagai penambah gizi, bumbu atau bahan rempah-rempah masakan dan dapat menambah keindahan (Patola, 2018).Keberadaan TOGA juga berfungsi sebagai upaya pelestarian tanaman obat dari proses pelangkaan (Dinkes Kediri, 2017). Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu tumbuhan obat dan obat tradisional telah berakar kuat dalam kehidupan sebagian masyarakat hingga saat ini (Hikmat, 2011). Tanaman obat keluarga (TOGA) menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk ditanam di lahan pekarangan, dengan pertimbangan karena dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Tanaman obat dapat dijadikan obat yang aman, tidak mengandung bahan kimia, murah, dan mudah didapat (Kementan, 2015).Dalam rangka memperdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan tradisional perlu mengarahkan agar masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan secara mandiri dan benar melalui pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional berupa jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan fitofarmaka. Dan pemanfaatan obat tradisional tersebut sebagai upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan termaksud pada masa kedaruratan kesehatan masyarakat dan atau bencana nasional Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) (Kemenkes, 2020).
Pengabdian ini dilatar belakangi Angka kesakitan lansia (AKL) terus meningkat, karena semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan penyakit. Masalah tersebut akan menurunkan angka harapan hidup, dimana seharusnya salah satu indikator keberhasilan suatu negara adalah meningkatnya usia harapan hidup penduduk (Depsos RI, 2009). Data BPS tahun 2014 menyatakan Provinsi Aceh merupakan provinsi dengan AKL kedua tertinggi di Indonesia setelah provinsi Nusa Tenggara Barat dengan persentase sebesar 37,2%. Angka Kesakitan Lansia di Provinsi Aceh lebih tinggi di daerah pedesaan (39,64%) dibandingkan daerah perkotaan (30,23%) (BPS, 2014). Salah satu upaya untuk menurunkan AKL adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan lansia.(Depkes RI, 2013).
Pada program PKM ini, kami berkeinginan membentuk suatu pemberdayaan masyarakat terutama lansia dalam bidang kesehatan. Mengapa lansia? Apabila kita
2
melihat data piramida penduduk dunia, di semua negara terjadi perubahan bentuk piramida penduduk yang dulunya besar di kelompok usia anak-anak dan semakin keatas semakin kecil, menjadi pengecilan proporsi kelompok umur anak-anak dan peningkatan proporsi kelompok umur lansia. Selain itu, sejak tahun 2010 kita ketahui telah terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia, dan diprediksikan bahwa persentase penduduk lansia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11, 34 persen pada tahun 2020. Kemudian dari seluruh provinsi di Indonesia, ada 11 provinsi yang penduduk lansianya sudah lebih dari 7 persen.Kemudian apabila kita menganalisis keadaan lansia dari sudut pandang kesehatan, kualitas produktivitas lansia menurun karena terjadi proses penuaan (aging) yang berarti sebagian besar sistem organ mengalami kehilangan atau penurunan fungsi 1 % setiap tahun, dimulai sejak usia 30 tahun. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan banyak bermunculan pada kaum lansia, sehingga keadaan inilah yang menjadi salah satu sebab menurunnya produktivitas mereka. Melihat permasalahan dunia dan Indonesia terhadap kaum lansia, kami merasa perlu untuk mengadakan peningkatan kualitas hidup lansia melalui promosi kesehatan untuk meningkatkan produktivitas lansia khususnya di kota Surabaya. Sehingga, harapan kami lansia dapat menjadi lebih produktif dan dapat menginspirasi masyarakat sekitar untuk membangun desanya demi masa depan bangsa dan negara yang lebih baik.
Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk untuk mengadakan peningkatan kualitas hidup lansia melalui promosi kesehatan untuk meningkatkan produktivitas lansia khususnya di kota Surabaya Sehingga, harapan kami lansia dapat menjadi lebih produktif dan dapat menginspirasi masyarakat sekitar untuk membangun desanya demi masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Untuk itu, melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dibentuk Medical Plants untuk meningkatan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat difokuskan adalah 1. Bagaimana membentuk Medical plants sebagai media peningkatan kualitas hidup
lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya?
2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan Medical plants sebagai media peningkatan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya?
3. Bagaimana Medical Plants mampu meningkatkan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya?
1.3 Tujuan Program
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya melalui:
1. Membentuk Medical plants sebagai media peningkatan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya
2. Melaksanakan pelatihan Medical plants sebagai media peningkatan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya
3. Medical Plants mampu meningkatkan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat, di panti werdha surabaya
3
1.4 Luaran Program
Luaran dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Membentuk Medical Plants bagi Lansia yang produktivitasnya menurun terus berlanjut agar tidak menurunkan kualitas hidup lansia.
2. Media penerapanMedical Plants bagi lansia yang prpduktivitasnya menurun dan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat.
3. Medical Plants sebagai media peningkatan kualitas hidup lansia dapat membantu agar lebih produktif, aktif, dan sehat.
4. Peningkatan kemampuan menerapkan Medical Plants bagi Lansia 5. Hasil pengabdian dimasukkan ke dalam jurnal dan diliput di media.
1.5 Manfaat Program
Adapun manfaat dari program ini adalah:
1. Memberikan edukasi kepada lansia yang mengalami penurunan produktivitas terhadap metode meningkatkan produktivitas lansia Melalui Medical Plants.
2. Menghasilkan Lansia yang produktif, aktif, dan sehat dalam meningkatkan produktivitas melalui media Medical Plants.
3. Menghasilkan media Medical Plants bagi lansia yang membantu meningkatkan kualitas hidup lansia agar lebih produktif, aktif, dan sehat.
4. Lansia dapat melakukan kegiatan Medical Plants secara mandiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MITRA 2.1 Kondisi Masyarakat Sasaran
a. Profil Panti Werdha Hargo Dedali Di Surabaya
Gambar 1 Tampak Depan Panti Werdha Hargo Dedali
Panti Werdha Hargodedali yang berlokasi di Jalan Manyar Kartika IX No. 22- 24 Surabaya didirikan pada tanggal 30 Januari 1987 oleh sosok pejuang wanita 45 Jawa Timur dan diprakarsai oleh almarhumah ibu R. Soedarijah Soerodikoesoemo (Dar Mortir). Latar belakang berdirinya panti ini bermula dari rasa keprihatinan ibu Dar Mortir yang melihat sekumpulan perempuan veteran yang menjanda yang keadaannya perlu dibantu dan tidak memiliki tempat tinggal (tuna wisma). Serta sebagai wujud penghargaan atas jasa perjuangan membela NKRI. Sehingga ibu Dar memperjuangkan dengan mengajak teman-temannya mendirikan sebuah Yayasan Panti Werdha Hargo Dedali.
Panti yang berdiri di atas sebidang tanah berukuran 2000 m persegi tersebut merupakan tanah pemberian Walikota Surabaya yang saat itu dijabat oleh bapak Muhaji Wijaya, yang kemudian diikuti oleh para dermawan yang sukarela menyumbangkan berupa material–material bangunan hingga fasilitas-fasilitas panti berupa tempat tidur, lemari, meja, kursi, dan fasilitas lainnya. Ibu Wiwik dalam penjelasannya mengatakan bahwa ketika bangunan panti telah berdiri, pihak pengurus panti hendak mengurus izin operasional ke Departeman Sosial, akan tetapi dari Departemen Sosial mensyaratkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional, panti harus memiliki penghuni minimal 25 orang lansia yang berusia 60 tahun ke atas dan tidak dalam keadaan sakit, mengetahui syarat tersebut, para pengurus panti yang terdiri dari 10 orang itu kemudian berusaha mencari dan mengumpulkan para calon penghuni yang terdiri dari para eks-pejuang wanita veteran.
Sebagaimana tujuan didirikanya panti ini, yaitu untuk mewadahi para veteran wanita pejuang 45, namun seiring berjalannya waktu populasi dari para pejuang tersebut makin berkurang, sehingga pada akhirnya pengurus Panti Tresna Werdha Hargo Dedali memutuskan untuk menerima lansia dari masyarakat umum yang membutuhkan, khususnya para wanita yang berusia 60 tahun dan tidak sedang dalam keadaan sakit sebagaimana syarat dan ketentuan dari Departeman Sosial saat itu.
5
Sampai saat ini jumlah penghuni panti yang tercatat dalam data pengurus berjumlah 42 orang, ditambah petugas panti yang terdiri dari 3 orang pengurus, 2 orang yang bertugas merawat, 2 orang juru masak, dan 2 orang penjaga. Selain sebagai asrama, Panti Tresna Werdha Hargo Dedali juga menjalankan sistem penyantunan kepada lansia baik yang tinggal di panti atau di luar panti (berupa sandang, kesehatan, dan penyuluhan keagamaan) untuk mencapai kesejahteraan sosial.
b. Visi, Misi, Asas, Dan Tujuan
Visi dan Misi panti Werdha Hargodedali Surabaya
Visi : Tercapainya pola hidup dan perilaku sehat baik jasmani dan rohani agar lansia tetap dalam kondisi kehidupan sejahtera serta bermanfaat bagi sesamanya.
Misi :
1. Meningkatkan kesejahteraan lansia, baik potensial maupun non potensial.
2. Memberikan pembinaan mental spiritual agar semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa di penghujung usianya.
3. Memberikan kemudahan dalam pelayanan yang bersifat umum
Asas : Pelaksanaan Pelayanan Sosial bagi para penghuni Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia (Panti Tresna Werdha) Hargo Dedali berpegang pada asas “Kasih Sayang” sebagai sumber motivasi di dalam menggali permasalahan klien dan membantu pemecahannya
Tujuan : Meningkatkan taraf hidup lansia, baik jasmani maupun rohani, sehingga di sisa perjalanan hidupnya mereka tetap dalam suasana kehidupan sejahtera lahir dan batin.
6 BAB III
METODE PELAKSANAAN 3.1 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat terdiri dari 7 tahap. Rangkaian pelaksanaan program ini dilaksanakan secara bertahap dan sistematis. Tahap-tahap dalam pelaksanaan program ini diberikan pada Gambar 3.
Gambar bagan alur pelaksanaan program Medical Plants
Adapun penjelasan dari tahap-tahap pelaksanaan program yang dilaksanakan sebagai berikut:
1) Survei masyarakat sasaran
Pada tahap ini, dilakukan survei langsung ke Panti Werdha Hargodedali yang berada di Surabaya, dengan alasan karena agar lebih mengenal dekat dengan Panti Werdha sehingga memudahkan tim dalam merealisasikan program yang direncanakan.
2) Penetapan masyarakat sasaran dan izin pelaksanaan
Pada tahap ini ditentukan masyarakat sebagai sasaran program yaitu Lansia yang mengalami penurunan produktivitas di Surabaya. Dilakukan wawancara secara luring guna menggali permasalahan dan kebutuhan pada masyarakat sasaran.
Berdasarkan survei dan wawancara ditemukan permasalahan yakni kurangnya produktivitas lansia sehingga dapat menumpuk segala penyakit. Pada tahap ini juga dilakukan proses perizinan untuk pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat sasaran
3) Pembuatan Media Medical Plants
Pada tahap ini dilakukan secara luring yakni membuat medical plants atau semacam tanaman obat keluarga Kurang produktifnya kehidupan para lansia ini memberikan perhatian kami untuk membuat lansia agar bisa memanfaatkan dan melatih dirinya hidup sehat bahkan bisa berguna untuk orang lain dengan cara memberikan pelatihan menanam. Pelatihan menanam ini dilakukan setelah
7 berlangsungnya penyuluhan tentang pentingnya tanaman herbal serta pembuatan green house. Setelah pelatihan menanam, para lansia langsung mempraktekan cara menanam bibit tanaman dan diharapkan dapat melakukan praktek menanam ini secara terus menerus agar hasilnya dapat digunakan masyarakat disekitarnya serta memajukan desanya.
4) Sosialisasi Program
Pada tahap ini dilakukan sosialisasi secara luring terkait program yang akan dilakukan kepada lansia di daerah sasaran serta mempraktekkan bagaimana cara merawat medical plants ini agar bisa menerapkan metode ini dengan sendirinya.
5) Implementasi Program
Implementasi program ini dilakukan selama lima bulan secara luring dan daring yang dijelaskan pada tabel di bawah ini:
No. Kegiatan Pengimplementasian Waktu pelaksanaan (5 bulan)
Cara Pelaksanaan 1. Penetapan dan survei daerah
sasaran serta izin pelaksaaan
Bulan ke-1 minggu ke-1 sampai minggu ke-2
Luring dengan protokol kesehatan 2. Sosialisasi media Medical
Plants
Bulan ke-1 minggu ke-3
Luring dengan protokol kesehatan 3. Pembuatan media Medical
Plants
Bulan ke-1 minggu ke-4 sampai bulan ke-3 minggu ke-2
Luring dengan protokol kesehatan 4. Implementasi Program Bulan ke-3 minggu
ke-3
Luring dengan protokol kesehatan
5. Pengamatan dan
Pengembangan program
Bulan ke-3 minggu ke-4
Luring dengan protokol kesehatan
6. Evaluasi Bulan ke-4 minggu
ke-1 sampai bulan ke-4 minggu ke-2
Luring dengan protokol kesehatan 7. Penyusunan Laporan Bulan ke-4 minggu
ke-3 sampai bulan ke-4 minggu ke-4
Daring
8
9
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya
No JenisPengeluaran Biaya(Rp)
1 Peralatan penunjang:spanduk acara,sewa sound system, cetak banner + stand, sewa tenda
3.975.000
2 Bahan habis pakai: konsumsi warga, mahasiswa, pembicara, bibit tanaman, pupuk,bambu dan plastik film rumah kaca
5.069.000
3 Perjalanan: perjalanan kedesa binaan untuk Menjalankan program
1.950.000
4 Lain-lain: administrasi 150.000
Jumlah 11.144.000
4.2 Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Person Penanggung
Jawab 1 Survei
masyarakat sasaran
Liza
(Anggota 1) 2 Penetapan
masyarakat sasaran dan izin
pelaksanaan
Khusnun (Ketua)
3 Sosialisasi program
Yazar (Anggota 3) 4 Pembuatan
media
pembelajaran
Ananda (Anggota 2)
5 Implementasi program
Khusnun (Ketua) 6 Evaluasi Liza
(Anggota 1) 7 Penyusunan
laporan
Yazar (Anggota 4)
10
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, BR, Martono, HH. 2004. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut).
Jakarta: FKUI. Hal: 3-4, 95, 100, 160-162
Kunkarismah.,Pemanfaatan daun salam (eugenia polyantha) sebagai obat herbal dan rempah penyedap makanan. 2016. Surakarta : Warta LPM.,Vol 19,No 2, Hal 110-118.
Anjas W.,dkk.2018. Analisis fitokimia dan antioksidan metode dpph ekstrak metanol daun salam (EUGENIA POLYANTHA).Jakarta:IJBB. Vol 2, No 1.
Syaifurrahman, dkk, 2018. Pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.Jakarta: Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
Ni Made Sukma Sanjiwani, dk.2021. Sosialisasi pemanfaatan herbal drink daun salam sebagai pengobatan tradisional. Denpasar: Widyadari DOI: 10.5281/zenodo.5576068 Vol. 22 No. 2 e-ISSN : 2613-9308 p-ISSN : 1907-3232 Hlm. 685 – 693.
Dafriani P, 2016. Pengaruh rebusan daun salam (syzigium polyanthum wight walp) terhadap tekanan darah pasien hipertensi di sungai bungkal, kerinci. Medika Saintika, Vol 7 No 1.
Sujeevi A,dkk. Herbal medicines targeting the improved β-cell functions and β-cell regeneration for the management of diabetes
mellitus.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8298154/ diakses tanggal 2 Desember 2021.