• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL MV. RUBY INDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL MV. RUBY INDAH"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

MV. RUBY INDAH

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

BAGUS SETIAWAN NIT. 04 16 035 1 41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2020

(2)

ii

Nama : Bagus Setiawan Nomor Induk Taruna : 04.16.035.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

“PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL MV. RUBY INDAH”

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri. Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, Februari 2020

Bagus Setiawan

(3)

iii

Judul : PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN

KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL MV. RUBY INDAH

Nama Taruna : BAGUS SETIAWAN

NIT : 04.16.035.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

SURABAYA, ………..……..

Menyetujui:

Pembimbing I

A. A. NGURAH ADE DWI P.Y, S.Si.T., M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19830226 201012 1 003

Pembimbing II

FARIS NOFANDI, S.Si.T., M.Sc.

Penata TK.I (III/d) NIP. 1984111 200812 1 003

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar Penata TK.I (III/d)

NIP. 19790107 200212 1 002

(4)

iv

BAGUS SETIAWAN NIT. 04.16.035.1.41/N Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipresentasikan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada Tanggal, ………. 2020 Menyetujui :

Penguji II

A. A. NGURAH ADE DWI P.Y, S.SiT, M.Pd.

Penata (III/c) NIP. 19830226 201012 1 003

Penguji III

FARIS NOFANDI, S.Si.T., M.Sc.

Penata TK.I (III/d) NIP. 1984111 200812 1 003 Penguji I

Capt. Heru Susanto, M.M.

Pembina (IV/a) NIP. 19711003 200502 1 001

Mengetahui : Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar Penata TK.I (III/d)

NIP. 19790107 200212 1 002

(5)

v

menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan dengan judul :

" PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL MV. RUBY INDAH

"

Dalam penyelesaian penulisan Karya Ilmiah Terapan ini penulis mengalami banyak sekali kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari para pembimbing penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dapat terselesaikan. Untuk itu tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Capt. Heru Susanto, M.M. selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu di Politeknik Pelayaran Surabaya.

2. Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T., M.T., M.Mar selaku Ketua Jurusan Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memberi kemudahan dan memfasilitasi dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

3. Bapak Anak Agung Ngurah Ade Dwi P.Y, S.Si.T, M.Pd selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan dukungan, semangat serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini.

4. Bapak Faris Nofandi, S.Si.T., M.Sc selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan dukungan, semangat serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan Karya Ilmiah Terapan ini kedepannya. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Ilmiah Terapan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan untuk lembaga Politeknik Pelayaran Surabaya pada khususnya.

Surabaya, Februari 2020

Bagus Setiawan NIT 04 16 035 1 41

(6)

vi

Anak Agung Ngurah Ade Dwi P.Y selaku dosen pembimbing I dan Bapak Faris Nofandi selaku dosen pembimbing II.

Dalam dunia pelayaran terdapat berbagai macam bahaya yang dapat mengancam jiwa awak kapal maupun muatan yang sedang dibawa. Oleh karena itu para awak kapal harus dibekali materi atau pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi keadaan darurat di atas kapal dengan melakukan tindakan- tindakan yang sesuai dengan prosedur darurat untuk memperkecil kerugian dan dampak yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan. Di kapal MV. Ruby Indah pelaksanaan latihan keadaan darurat dilakukan setiap minggu sekali sesuai dengan peraturan manajemen perusahaan. Setiap selesai latihan keadaan darurat selalu dilakukan evaluasi oleh nakhoda guna untuk melakukan pengarahan apabila ada yang tidak sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena penulis akan melakukan observasi (pengamatan) terhadap kegiatan yang dilakukan di atas kapal MV. Ruby Indah, wawancara dengan awak kapal tentang pemahaman tugas dan tanggung jawab pada saat latihan keadaan darurat di atas kapal.

Kata Kunci : Prosedur darurat, keadaan darurat di atas kapal, pelatihan kru kapal

(7)

vii

by Mr. Anak Agung Ngurah Ade Dwi P.Y as lecturer supervisor I and Mr. Faris Nofandi as a supervising lecturer II.

In the world of shipping there are various kinds of dangers that can threaten the life of the crew and the cargo being carried. Therefore the crew must be equipped with material or knowledge about how to deal with emergencies on board by taking actions in accordance with emergency procedures to minimize losses and impacts caused by an accident. On the MV. Ruby Indah conducts emergency exercises every week in accordance with company management regulations. After completing an emergency training, an evaluation is always carried out by the skipper in order to conduct directions if there are any that are not in accordance with established procedures.

The author uses descriptive qualitative research methods, because the writer will make observations (observations) of the activities carried out on the MV. Ruby Indah, interview with the crew about understanding their duties and responsibilities during emergency training on board.

Keywords : Emergency procedure, emergency state on board, safety training on board

(8)

viii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN SEMINAR ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 2

C. BATASAN MASALAH ... 2

D. TUJUAN PENELITIAN ... 3

E. MANFAAT PENELITIAN ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA... 4

B. LANDASAN TEORI ... 5

C. KERANGKA BERPIKIR ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. JENIS PENELITIAN ... 33

B. LOKASI PENELITIAN ... 33

C. JENIS DAN SUMBER DATA ... 33

D. PEMILIHAN INFORMAN ... Error! Bookmark not defined. E. TEKNIK ANALISIS DATA... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

B. HASIL PENELITIAN ... 41

C. PEMBAHASAN ... 52

(9)

ix

B. SARAN ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN ... 59

(10)

x

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...31

Gambar 4.1 Kapal MV. Ruby Indah ...39

Gambar 4.2 Latihan Meninggalkan Kapal ...43

Gambar 4.3 Latihan Kebakaran ...43

Gambar 4.4 ABK Berkumpul di Muster Station ...43

Gambar 4.5 Latihan Enclosed Space ...48

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia pelayaran terdapat berbagai macam bahaya yang dapat mengancam jiwa awak kapal maupun muatan yang sedang dibawa. Bahaya- bahaya tersebut diantaranya yaitu bahaya yang disebabkan karena faktor manusia seperti tubrukan, kebakaran, kebocoran, tenggelam, dan kandas.

Selain dari faktor manusia, bahaya lainnya yaitu faktor alam seperti badai, angin, ombak, dan struktur geografi laut yang dapat menimbulkan bahaya.

Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan meskipun sudah dilakukan upaya yang kuat untuk menghindarinya. Dalam melaksanakan prosedur yang baik untuk hal tersebut tidak lepas dari kesadaran berbagai pihak terutama kru kapal itu sendiri.

Semua personil kru kapal yang terlibat harus selalu waspada terhadap marabahaya yang mengancam setiap saat. Apapun cara yang ditempuh yang paling terpenting tetap mengutamakan keselamatan sampai ke pelabuhan tujuan. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya manusia dalam bidang pelayaran harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan dengan tujuan agar tercipta tenaga kerja yang professional. Untuk mewujudkan tenaga kerja yang professional dibidang pelayaran khususnya dibidang keselamatan, maka seluruh kru kapal harus memiliki kompetensi yang memenuhi persyaratan IMO dan pemerintah.

(12)

Para kru kapal harus dibekali dengan penelitian keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk bekerja di atas kapal. Latihan keselamatan harus dilaksanakan secara berkala, agar setiap individu selalu siap dalam menghadapi situasi di atas kapal. Dalam diri setiap individu kru kapal harus selalu ditanamkan kesadaran bahwa keselamatan harus dinomorsatukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, saya sebagai penulis memutuskan untuk meneliti dan mengamati seberapa dalam pengetahuan kru kapal tentang prosedur dalam menanggulangi suatu keadaan darurat di atas kapal serta seberapa sering pelatihan keselamatan di atas kapal diberikan kepada kru kapal dengan membuat penelitian yang berjudul “Pentingnya Pengetahuan dan Pelatihan Kru Kapal Tentang Prosedur Darurat di Atas Kapal MV.

Ruby Indah.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan kru kapal tentang tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan prosedur darurat di atas kapal ?

2. Bagaimana proses pelatihan dalam menjalankan prosedur darurat untuk menghadapi suatu keadaan darurat di atas kapal ?

C. BATASAN MASALAH

Pada proposal ini saya sebagai penulis membatasi diri pada pembahasan mengenai prosedur darurat di atas kapal dalam menghadapi suatu marabahaya

(13)

serta pengetahuan dan pelatihan para kru tentang prosedur darurat dan tidak menjelaskan secara terperinci pada suatu keadaan darurat tertentu.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan kru kapal tentang tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan prosedur darurat di atas kapal

2. Untuk mengetahui proses pelatihan dalam menjalankan prosedur darurat untuk menghadapi suatu keadaan darurat di atas kapal

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Untuk mengubah pengetahuan bagi pembaca, pelaut, maupun kalangan umum mengenai prosedur darurat dan pelatihan keselamatan terhadap kru di atas kapal.

2. Manfaat praktis

Sebagai kontribusi masukan yang bermanfaat dalam melaksanakan pelatihan prosedur darurat di atas kapal sehingga memastikan agar semua kru kapal dapat melaksanakan prosedur darurat dalam menanggulangi suatu masalah dengan baik.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Adapun penelitian tentang prosedur darurat di atas kapal yang telah di teliti sebelumnya, bagaimana peran dan penerapan yang ada dilapangan tentang aturan dan prosedur dari sistem manajemen perusahaan. Dari hasil penelitian sebelumnya, dapat dijadakan referensi bagi peneliti untuk bahan pembanding dengan penelitian yang di lakukan. Berikut tabel review penelitian sebelumnya yang didapat penulis dari proposal Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran sebagai berikut:

2.1 Tabel Review Penelitian

NO Penerbit Penelitian Judul Hasil

1 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta

Upaya Peningkatan Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Menanggulangi Keadaan Darurat di Atas Kapal

Keterampilan anak buah kapal dalam menanggulangi keadaan darurat di atas kapal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing yang sudah tertera di muster list.

(15)

B. LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan. Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang atau pendapat lain, tetapi teori yang benar-benar telah teruji kebenarannya.

Dalam landasan teori ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu nama pencetus teori, tahun dan tempat pertama kali, uraian ilmiah teori, dan relevansi teori tersebut dengan upaya peneliti untuk mencapai tujuan atau target penelitian. Hadi, S. & Yunus (2010:226)

1. PENGERTIAN PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalu pasca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2010)

Definisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk

(16)

merangsang proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori, yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge). Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.

b. Pemahaman (comprehension). Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.

c. Penerapan (application). Mencakup keterampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

d. Analisis (analysis). Meliputi penilaian informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

e. Sintesis (synthesis). Mencakup menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.

f. Evaluasi (evaluation). Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.

2. PENGERTIAN PELATIHAN

Menurut Mathis (2002), pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.

Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan

(17)

yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.

Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.

3. PENGERTIAN PROSEDUR

Menurut Mulyadi (2010:5) “Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”

Menurut Fauzi dalam kamus Akuntansi Praktis (1995:214), mendefinisikan prosedur sebagai berikut: “Prosedur adalah urutan-urutan pekerjaan administratif, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih yang disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.”

(18)

Sedangkan menurut W. Gerald Cole yang dikutip oleh Zaki Badriawan dalam bukunya Sistem Akuntansi (1998:3) mendefinisikan prosedur sebagai berikut: “Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (klerikal), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi.” Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang untuk melaksanakan kegiatan perusahaan yang telah ditetapkan.

4. PENERAPAN PROSEDUR KESELAMATAN PELAYARAN

Kecelakaan kerja terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha/upaya yang kuat untuk menghindarinya.

Keadaan darurat di kapal dapat merugikan : Nakhoda dan ABK, pemilik kapal, lingkungan laut, dan terganggunya ekosistem dasar laut.

Perlu pemahaman kondisi darurat, agar memiliki kemampuan untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat, sehingga situasi tersebut dapat teratasi.

Untuk melindungi pelaut dan mencegah risiko dalam suatu kegiatan di atas kapal, harus diperhatikan ketentuan dalam Health and Safety Wor Act th. 1974. Kapal laut yang bergerak dengan gaya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, dapat saja mengalami masalah yang disebabkan oleh

(19)

berbagai faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya,yang pada akhirnya akan mengganggu pelayaran. Gangguan tersebut dapat diatasi langsung, perlu bantuan atau bahkan awak kapal harus meninggalkan kapal.

a. Lima Penyebab Utama Timbulnya Suatu Keadaan Darurat : 1) Kesalahan Manusia

2) Kesalahan Peralatan 3) Kesalahan Prosedur

4) Pelanggaran Terhadap Peraturan 5) Kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa

Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam, Health and Safety Work Act, 1974 untuk melindungi pelaut/pelayar dan mencegah risiko-risiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.

Menggunakan peralatan keselamatan kerja di atas kapal sangat dibutuhkan agar segala sesuatu kecelakaan tidak banyak korbannya, dan setiap orang yang bekerja mengalami kondisi yang aman apabila terjadi kecelakaan. Peralatan keselamatan kerja itu antara lain : Masker dipakai untuk menghindari bau tidak sedap, bahkan pada kondisi kebakaran yang mengeluarkan asap, masker sangat dibutuhkan. Baju tahan api, tahan hujan, dan panas sinar matahari. Sarung tangan, sepatu Cutter, dan lain sebagainya.

(20)

5. JENIS JENIS KEADAAN DARURAT

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut serta harus meninggalkan kapal. Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :

1. Tubrukan

2. Kebakaran/ledakan 3. Kandas

4. Kebocoran

5. Orang jatuh ke laut 6. Pencemaran

Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya ekosistem dasar laut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerja sama dengan pihak yang terkait.

(21)

a. Jenis-jenis Prosedur Darurat

1) Prosedur Intern : Pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian, keadaan darurat masih dapat diatasi tanpa melibatkan kapal lain atau pelabuhan setempat.

2) Prosedur Umum : Pedoman pelaksanaan untuk keadaan darurat yang cukup besar yang dapat membahayakan kapal lain atau dermaga.

6. DEFINISI-DEFINISI

Dalam buku modul Politeknik Pelayaran Surabaya : Prosedur Darurat & SAR 2016

a. Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah suatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

b. Pelatihan adalah proses mengajarkan karyawna baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka.

c. Kru kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya.

d. Prosedur adalah suatu tata cara atau urutan kerja/pedoman yang harus diikuti untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang baik.

e. Keadaan darurat adalah suatu keadaan diluar keadaan normal yang terjadi di atas kapal yang mempunyai kecenderungan atau potensi

(22)

yang dapat membahayakan jiwa manusia, harta benda dan lingkungan dimana kapal berada.

f. Prosedur darurat (Emergency Procedure) adalah pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, untuk mencegah atau mengurang kerugian yang lebih besar.

g. Ship Board Emergency Contingency Plans adalah rencana penanggulangan segala macam kemungkinan akan timbulnya keadaan darurat di atas kapal yang didasarkan pada suatu pola tertentu, yang mampu mengintegrasikan upaya penanggulangan secara cepat, tepat, aman, dan terkendali atas dukungan instansi terkait, SDM dan fasilitas yang tersedia.

h. Sijil Keadaan Darurat (Muster List) adalah suatu daftar yang berisikan nama dan jabatan anak buah kapal beserta tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan untuk mengatasi keadaan-keadaan darurat yang mungkin akan terjadi di atas kapal.

i. Muster Station adalah suatu tempat di geladak terbuka (biasanya di dek sekoci) yang digunakan untuk mengumpulkan semua orang yang ada di atas kapal pada waktu keadaan darurat.

7. SHIPBOARD EMERGENCY CONTINGENCY PLAN

Syarat utama untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan kedaan darurat adalah perencanaan dan persiapan. Nakhoda dan ABK harus menyadari apa yang harus dilakukan pada setiap keadaan darurat Nakhoda dan ABK harus mengambil keputusan secara cepat dan tepat untuk mengawasi/bertindak sesuai dengan keadaan darurat yang timbul.

(23)

a. Dasar Penanggulangan Keadaan Darurat yang Terjadi di Atas Kapal Adalah pola terpadu yang mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan atau upaya-upaya penanggulangan secara cepat, tepat, aman terkendali atas dukungan dari pihak-pihak luar, sumber daya manusia, dan fasilitas-fasilitasnya.

b. Manfaat Adanya Pola Penanggulangan Keadaan Darurat :

1) Mencegah/menghilangkan kemungkinan kerusakan akibat meluasnya keadaan darurat.

2) Memperkecil kerusakan-kerusakan materi dan lingkungan.

3) Menguasai keadaan (under control)

c. Isi Pokok dari Ship Board Emergency Contingency Plans :

1) Organisasi keadaan darurat : Organisasi yang dibentuk di atas kapal untuk menanggulangi kedaan darurat.

2) Isyarat-isyarat bahaya : Isyarat-isyarat yang dapat dipakai untuk memberitahukan bahwa kapal kita sedang dalam keadaan darurat dan minta pertolongan.

3) Lintas penyelamatan diri (Escape Route) : Jalur-jalur yang ditetapkan untuk menuju ke tempat berkumpul waktu kapal mengalami keadaan darurat.

4) Nomor-nomor telepon yang dapat dihubungi pada waktu kapal mengalami keadaan darurat :

a) Pejabat-pejabat perusahaan pelayaran dari kapal yang bersangkutan, seperti : DPA (Designated Person Ashore), bagian operasi kapal/agen, direktur utama, dan lain-lain.

(24)

b) Pejabat dari Port Authority.

c) Stasiun radio pantai terdekat.

d) Kapal-kapal lain.

8. ORGANISASI KEADAAN DARURAT

a. Maksud dan Tujuan

1) Maksud : untuk memberikan arah/pedoman pada ABK dalam mengatasi terjadinya keadaan darurat.

2) Tujuan : agar dalam mengatasi keadaan darurat dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, aman, dan terkendali.

b. Petunjuk Perencanaan (Organisasi Keadaan Darurat)

1) Pusat Komando : Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nakhoda atau perwira senior serta dilengkapi dengan perangkat komunikasi intern dan extern.

2) Satuan Keadaan Darurat : Kelompok ini dibawah seorang perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melaporkan ke pusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil, jenis bantuan apa dan darimana bantuan tersebut didatangkan.

3) Satuan Pendukung : Kelompok ini dibawah seorang perwira, harus selalu siap membantu kelompok induk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan, perbekalan, P3K, dan lain sebagainya.

4) Kelompok Ahli Mesin Kapal : Kelompok ini dibawah satuan pendukung ahli mesin kapal, menyiapkan bantuan atas perintah

(25)

pusat komando, tanggung jawab utamanya di kamar mesin dan dapat memberikan bantuan lain bila diperlukan.

9. BRIDGE PROCEDURES GUIDE

Bridge Procedures Guide dibagi menjadi tiga bagian dan

mencakup standar, resolusi dan saran yang disepakati secara internasional yang diberikan oleh International Maritime Organization (IMO). Bridge and emergency checklists telah dimasukkan untuk digunakan sebagai panduan bagi para master dan perwira navigasi.

Di atas semua panduan ini mencoba untuk menyatukan praktik baik pelaut dengan tujuan meningkatkan keselamatan navigasi dan melindungi lingkungan laut. kebutuhan untuk memastikan pemeliharaan dinas jaga navigasi yang aman setiap saat, didukung oleh tingkat penjagaan yang aman di kapal, adalah prinsip dasar yang dipatuhi dalam panduan ini.

Akhirnya, bagian penting dari bridge organisation adalah prosedur, yang harus ditetapkan dalam bahasa yang jelas persyaratan operasional dan metode yang harus diadopsi saat menavigasi. Bridge Prosedures Guide ini telah berusaha untuk mengkodifikasikan praktik-

praktik utama dan menyediakan kerangka kerja di mana pemilik, operator, masters, perwira dan pandu dapat bekerja sama untuk mencapai kinerja yang konsisten dan dapat diandalkan.

(26)

Bagian A : Guidance to masters and navigating officers

a. Bridge organisation

1) Ikhtisar

2) Bridge resource management and the bridge team

a) Komposisi dinas jaga navigasi di bawah STCW 1978 (Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers)

b) Aransemen dinas jaga di bawah STCW 1978 (Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers)

c) Menilai kembali (Reassessing) berjaga selama perjalanan layar d) Pengamatan tunggal

e) The bridge team

f) The bridge team and the master

g) Bekerja dengan tim anjungan (bridge team) h) Personel baru dan sosialisasi

i) Pencegahan kelelahan

j) Menggunakan bahasa inggris k) The bridge team and the pilot

3) Kebijakan navigasi dan prosedur perusahaan a) Master’s standing orders

(27)

b. Rencana pelayaran (Passage planning)

1) Ikhtisar

2) Tanggung jawab untuk rencana pelayaran

3) Catatan dalam rencana pelayaran a) Merencanakan penilaian b) Peta-peta dan publikasi c) Perencanaan rute pelayaran

d) Rencana pelayaran dan sistem navigasi elektronik

4) Catatan dalam rencana pelayaran di samudera

5) Catatan dalam rencana pelayaran di daerah pesisir atau perairan terbatas

a) Mengawasi perencanan rute pelayaran

6) Rencana pelayaran dan pemanduan a) Perencanaan sebelum kedatangan

b) Bertukar informasi dengan pandu sebelum kedatangan c) Pandu di atas kapal

d) Mempersiapkan perencanaan pandu meninggalkan kapal

(28)

7) Rencana pelayaran dan rute kapal

8) Rencana pelayaran dan sistem pelaporan kapal

9) Rencana pelayaran dan lalu lintas kapal (Vessel Traffic Services)

c. Tugas perwira dinas jaga

1) Ikhtisar

a) Wakil Master b) Tugas utama

(1) Dinas jaga (2) Navigasi

(3) Komunikasi Radio

c) Untuk menunjang tugas-tugas utama

(1) Mengendalikan kecepatan dan arah kapal

(2) Pencegahan pencemaran, laporan, dan keadaan darurat d) Tugas tambahan

e) Kehadiran di anjungan

2) Dinas jaga

a) Mempertahankan pengamatan (1) Pengamatan tunggal b) Pengawasan umum

c) Dinas jaga dan P2TL (Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut) (1) Lampu, sosok benda, dan sinyal suara

(2) Tindakan menghindari tubrukan (3) Deteksi penghindaran tubrukan

(29)

d) Mencatat aktivitas di anjungan

e) Pemeriksaan berkala pada peralatan navigasi f) Pergantian jam jaga

g) Calling the master

3) Navigasi

a) Prinsip-prinsip umum

(1) Menyimpang dari atau meninggalkan rencana pelayaran (2) Memonitor perkembangan kapal

(3) Menentukan posisi dari sistem pengaturan posisi elektronik b) Bernavigasi di pesisir atau perairan terbatas

c) Bernavigasi dengan pandu di atas kapal (1) Tanggung jawab

(2) Pandu naik/turun ke kapal

(3) Master/pandu bertukar informasi di atas kapal (4) Memonitor pandu

d) Saat berlabuh jangkar

4) Mengendalikan kecepatan dan arah kapal a) Menggunakan mesin

(1) Kecepatan aman

(2) Kontrol, dan perbedaan tipe mesin b) Kontrol kemudi

5) Komunikasi Radio a) General (Umum)

(30)

b) Keselamatan dinas jaga dalam GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System) kapal

(1) VHF (Very High Frequency) watchkeeping

(2) MF (Medium Frequency) (300 - 3000 kHz) watchkeeping (3) HF (High Frequency) (3000 kHz – 30 MHz) watchkeeping (4) Satelit watchkeeping

(5) Informasi keamanan maritim c) Menjaga catatan

d) Menguji peralatan dan peringatan salah

6) Pencegahan pencemaran a) Kewajiban melapor

7) Keadaan darurat a) General (Umum) b) Melapor

c) Search and rescue (lihat di bagian checklist C7) d) Pengoperasian helikopter

e) Perompakan

d. Pengoperasian dan perawatan peralatan di anjungan

1) General (Umum)

2) Radar

a) Praktik penggunaan radar yang baik b) Radar dan pencegahan tubrukan c) Radar dan navigasi

(31)

d) Perangkat elektronik untuk menentukan posisi

3) Alat kemudi dan automatic pilot a) Percobaan alat kemudi b) Kontrol kemudi c) Off-course alarm

4) Sistem kompas a) Kompas magnet

b) Kompas giro (gyro compass) c) Kompas rusak

d) Tingkat belokan (rate of turn)

5) Kecepatan dan catatan jarak ukur a) Pengukuran tipe kecepatan b) Pengukuran arah kecepatan c) Rekaman jarak tempuh

6) Echo Sounders

7) Sistem elektronik pengaturan posisi a) Sistem penentuan posisi hiperbolik

b) Global navigation satellite system (GNSS)

(1) GPS (Global Positioning System) dan DGPS (Differential Global Positioning System)

c) Menggunakan sistem elektronik pengaturan posisi

(32)

8) Integrated bridge systems (IBS)

a) Workstations, bridge design and layout b) Peralatan IBS (Integrated bridge systems)

(1) Sistem manajemen navigasi (2) Sistem alarm

(3) Conning display

c) IBS dan otomatisasi fungsi navigasi

d) Menggunakan IBS (Integrated bridge systems)

9) Peta, ECDIS (Electronic Chart Display and Information System), dan nautical publications

a) Membawa peta dan nautical publications b) Peta nautika resmi

c) Menggunakan peta dan nautical publications

d) Peta elektronik dan ECDIS (Electronic Chart Display and Information System)

10) Komunikasi Radio

a) Fungsi komunikasi radio GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System)

b) Peralatan GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System)

c) Komunikasi darurat

(1) Peringatan bahaya, pesan bahaya dan menyampaikan bahaya

(2) Urgency messages (Pesan urgensi)

(33)

(3) Safety messages (Pesan keamanan) (4) Emergency over (Darurat berakhir) d) Komunikasi umum

(1) Komunikasi rutin menggunakan DSC (Digital Selective Calling)

(2) Komunikasi rutin menggunakan telepon radio (3) Komunikasi rutin menggunakan radio telex

Bagian B : Bridge Checklists

a. Bagian B1 Pengenalan dengan peralatan di anjungan b. Bagian B2 Persiapan untuk berlayar

c. Bagian B3 Persiapan untuk tiba di pelabuhan d. Bagian B4 Pemanduan

e. Bagian B5 Penilaian rencana pelayaran f. Bagian B6 Navigasi di daerah pesisir

g. Bagian B7 Navigasi di daerah perairan terbatas

h. Bagian B8 Berlabuh jangkar dan jaga saat berlabuh jangkar i. Bagian B9 Navigasi di daerah penglihatan terbatas

j. Bagian B10 Navigasi di cuaca buruk atau di daerah badai tropis k. Bagian B11 Navigasi di es

l. Bagian B12 Pergantian jam jaga

m. Bagian B13 Calling the master (Menelpon master)

(34)

Bagian C : Darurat Checklist Disarikan dari Bridge Prosedures Guide

a. Bagian C1 Kegagalan Kemudi Tindakan yang harus dilakukan :

1) Menginformasikan Master

2) Mengambil tindakan untuk manuver kapal menjauh dari bahaya 3) Bersiap untuk berlabuh jika di perairan dangkal

4) Memperlihatkan sosok benda atau lampu “tidak dapat diolah gerak”

5) Mulai memberi sinyal suara

6) Menyiarkan pesan URGENCY ke kapal di sekitarnya, jika perlu 7) Ubah pesan status AIS (Automatic Identification System) untuk

mengkomunikasikan informasi yang relevan

8) Menginformasikan VTS (Vessel Traffic Services) atau otoritas pelabuhan jika di perairan yang diawasi atau dipantau

Dalam kasus kegagalan steering : a) Menginformasikan ruang mesin b) Libatkan kemudi darurat

c) Siapkan mesin untuk manuver d) Ambil jalan keluar dari kapal

b. Bagian C2 Tubrukan

Tindakan yang harus dilakukan :

1) Menyalakan alarm darurat umum, dan kerahkan kru untuk memeriksa personil yang hilang atau terluka

2) Tutup pintu kead air dan pintu kebakaran otomatis

(35)

3) Manuver kapal sehingga dapat meminimalkan efek tabrakan tanpa membahayakan kapal-kapal lain

4) Nyalakan lampu dek di malam hari

5) Alihkan VHF (Very High Frequency) ke saluran (channel) 16 6) Mengumpulkan penumpang di Muster Station

7) Buat posisi kapal tersedia untuk ruang radio/stasiun GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System), terminal satelit, dan lainnya pemancar gangguan otomatis dan pembaruan seperlunya 8) Tangki-tangki dan got-got disounding

9) Periksa kebakaran/kerusakan

10) Mengambil tindakan pengendalian kerusakan yang tepat 11) Penawaran bantuan ke kapal lainnya

12) Menginformasikan Pemerintah Negara Pesisir jika sesuai

13) Pertahankan catatan VDR (Voyage Data Recorder) atau S-VDR (Simplified-Voyage Data Recorder) jika tidak terlindungi secara otomatis

14) Broadcast DISTRESS ALERT dan MESSAGE jika kapal sedang berada dalam bahaya serius dan segera bantuan diperlukan, jika tidak disiarkan pesan URGENCY ke kapal sekitarnya

c. Bagian C3 Terdampar atau Kandas Tindakan yang harus dilakukan : 1) Hentikan mesin

2) Nyalakan general emergency alarm (alarm darurat umum), dan kerahkan kru untuk memeriksa personil yang hilang atau terluka

(36)

3) Pertimbangkan penggunaan jangkar 4) Tutup pintu kedap air (jika dipasang)

5) Beralih ke asupan air pendingin tinggi (high cooling water intake) 6) Atur VHF (Very High Frequency) di channel 16 dan jika sesuai di channel 13

7) Perlihatkan lampu atau sosok benda dan membuat sinyal suara yang tepat

8) Nyalakan lampu dek di malam hari 9) Periksa kerusakan kapal

10) Tangki-tangki dan got-got disounding

11) Periksa kompartemen secara visual, jika memungkinkan 12) Tentukan arah mana air yang dalam

13) Tentukan sifat dasar laut

14) Dapatkan informasi tentang arus lokal dan pasang surut, terutama perincian naik turunnya arus

15) Pertimbangkan untuk mengurangi draft kapal

16) Pertimbangkan mengambil ballast tambahan untuk mencegah gerakan yang tidak diinginkan

17) Buat posisi kapal tersedia untuk ruang radio/stasiun GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System), terminal satelit dan lainnya secara otomatis, pemancar gangguan dan perbarui seperlunya

18) Menginformasikan Pemerintah Negara Pesisir jika sesuai

(37)

19) Pertahankan catatan VDR (Voyage Data Recorder) atau S-VDR (Simplified-Voyage Data Recorder) jika tidak terlindungi secara otomatis

20) Broadcast DISTRESS ALERT dan MESSAGE jika kapal sedang berada dalam bahaya serius dan segera bantuan diperlukan, jika tidak disiarkan pesan URGENCY ke kapal sekitarnya

d. Bagian C4 Man Over Board Tindakan yang harus dilakukan :

1) Lepaskan pelampung dengan sinyal cahaya dan asap disamping anggota kru yang jatuh ke laut

2) Segera ambil tindakan menghindari agar tidak menabrak orang yang jatuh ke laut

3) Perhatikan posisi kapal, kecepatan dan arah angin, dan waktu 4) Aktifkan GPS (Global Positioning System) untuk menandai orang yang jatuh ke laut

5) Membunyikan tiga suara peluit berkepanjangan dan ulangi seperlunya

6) Perhatikan pandangan keluar dengan teropong ke arah jatuhnya orang ke laut

7) Libatkan kemudi tangan, jika juru mudi tersedia 8) Mulai manuver pencarian, seperti Williamson turn

9) Informasikan kepada Master (Kapten), jika belum di anjungan 10) Informasikan ruang mesin

11) Perlihatkan sinyal bendera “O”

(38)

12) Posisikan mesin di standby

13) Berkumpulnya tim sekoci penyelamat, kapten dan jurumudi, dan bersama-sama menilai risiko peluncuran

14) Siapkan sekoci (perahu penyelamat) untuk kemungkinan peluncuran

15) Pertimbangkan cara alternatif pemulihan MOB jika peluncuran/pemulihan penyelamatan kapal dianggap menjadi risiko yang berlebihan

16) Distribusikan radio VHF (Very High Frequency) portable untuk komunikasi

17) Memasang tangga pandu/jaring untuk membantu pemulihan

18) Buat posisi kapal tersedia untuk ruang radio/stasiun GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System)

19) Meyiarkan pesan URGENCY ke kapal sekitarnya

20) Pertahankan catatan VDR (Voyage Data Recorder) atau S-VDR (Simplified-Voyage Data Recorder) jika tidak terlindungi secara otomatis

21) Asumsikan peran On Scene Co-ordinator

e. Bagian C5 Kebakaran

Tindakan yang harus dilakukan : 1) Nyalakan alarm kebakaran

2) Memberitahu kapten jika tidak ada di anjungan dan memberitahu ke ruang mesin

3) Seluruh kru berkumpul di Muster Station

(39)

4) Menjalin komunikasi

5) Periksa awak kapal yang terluka dan hilang

6) Jika menemukan api, beritahu semua yang ada di atas lokasi itu 7) Jika ada api di ruang mesin, bersiap untuk kerusakan mesin dan

manuver kapal menjauh dari bahaya 8) Menilai dan Menentukan api :

a) Kelas api

b) Bahan pemadam yang sesuai c) Metode pemadaman yang tepat d) Bagaimana mencegah penyebaran api

e) Personil yang dibutuhkan dan metode pemadaman kebakaran 9) Tutup kipas ventilasi, kaca atap dan semua pintu yang terjadi

kebakaran dan pintu kedap air 10) Nyalakan lampu dek di malam hari

11) Buat posisi kapal tersedia untuk ruang radio/stasiun GMDSS (Global Maritime Distress adn Safety System)

12) Pertahankan catatan VDR (Voyage Data Recorder) atau S-VDR (Simplified-Voyage Data Recorder) jika tidak terlindungi secara otomatis

13) Broadcast DISTRESS ALERT dan MESSAGE jika kapal sedang berada dalam bahaya serius dan segera bantuan diperlukan, jika tidak disiarkan pesan URGENCY ke kapal sekitarnya

(40)

f. Bagian C6 Kebocoran

Tindakan yang harus dilakukan

1) Nyalakan alarm darurat umum (general emergency alarm) 2) Tutup pintu kedap air, jika dipasang

3) Tangki-tangki dan got-got disounding 4) Identifikasi lokasi masuknya air

5) Potong semua daya listrik yang mengalir melalui area tersebut 6) Pindahkan area ke atas untuk membendung aliran air

7) Periksa pompa lambung kapal untuk operasi

8) Periksa pompa tambahan untuk operasi back-up, sesuai kebutuhan 9) Buat posisi kapal tersedia untuk ruang radio/stasiun GMDSS

(Global Maritime Distress adn Safety System), terminal satelit dan lainnya secara otomatis, pemancar gangguan dan perbarui seperlunya

10) Menginformasikan Pemerintah Negara Pesisir jika sesuai

11) Broadcast DISTRESS ALERT dan MESSAGE jika kapal sedang berada dalam bahaya serius dan segera bantuan diperlukan, jika tidak disiarkan pesan URGENCY ke kapal sekitarnya

g. Bagian C7 Pencarian dan Penyelamatan Tindakan yang harus dilakukan

1) Bawalah pesan marabahaya jika pencari arah radio dipasang 2) Mengirim ulang pesan marabahaya

3) Menjaga penglihatan dan pendengaran terus menerus pada semua frekuensi marabahaya

(41)

4) Lihat panduan IAMSAR Manual (International Aeronautical and Maritime Search And Rescue)

5) Membangun komunikasi dengan semua unit darat lainnya dan pesawat SAR (Search And Rescue) yang terlibat dalam operasi SAR (Search And Rescue)

6) Plot posisi, haluan dan kecepatan unit bantuan lainnya

7) Memantau radar X-band untuk mencari sinyal sekoci penyelamat transponder SART (Search And Rescue Transponder) dengan menggunakan skala 6 atau 12 rentang mil nautika

8) Kerahkan ekstra pengawasan untuk mengamati suar dan sinyal pyrotechnic lainnya

h. Bagian C8 Meninggalkan Kapal Tindakan yang harus dilakukan

1) Siarkan DISTRESS ALERT dan MESSAGE pada orotitas kapten 2) Intruksikan anggota kru kapal untuk memakai lifejackets dan

memakai pakaian yang memadai dan hangat

3) Instruksikan anggota kru kapal untuk mengenakan immersion suits, jika diperlukan, dan jika suhu air di bawah 16° C

4) Perintahkan kru kapal menuju ke stasiun sekoci 5) Bersiap untuk meluncurkan sekoci/liferafts

6) Pastikan bahwa peluncur sekoci melekat pada kapal

7) Memulai semua kru kapal di sekoci/liferaft dan peluncuran

8) Pastikan sekoci/liferaft tetap berada pada jarak yang aman dengan kapal dan dalam kontak satu sama lain

(42)

F. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kurang memahami prosedur dan cara mengikuti prosedur keselamatan kurang maksimal

2. Kurang tanggap dalam menangani suatau keadaan darurat di atas kapal

1. Melakukan safety training dan melakukan prosedur yang sesuai 2. Melakukan pelatihan dalam melaksanakan prosedur darurat

JUDUL PROPOSAL PENELITIAN

PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN PELATIHAN KRU KAPAL TENTANG PROSEDUR DARURAT DI ATAS KAPAL

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir MASALAH POKOK

1. Kurangnya pengetahuan kru kapal dalam melaksanakan prosedur darurat

2. Kurangnya pelatihan kru kapal dalam melaksanakan prosedur darurat

Pengetahuan dan pelatihan kru kapal berpengaruh dalam melaksanakan prosedur darurat di atas kapal

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dibuat oleh penulis ini menggunakan sistem kualitatif yang merupakan penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis data. Metode penelitian kualitatif mengandalkan pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan narasumber serta melihat dan meneliti secara langsung di lokasi penelitian.

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitan yang diambil oleh penulis adalah di salah satu kapal niaga dimana penulis nantinya akan melaksankan praktik laut.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sarwono (2006:123-32), menjelaskan data dalam penelitian dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

(44)

1. Data primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkomplasi ataupun dalam bentuk file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian. Dalam penyusunan proposal ini penulis tidak mendapatkan data primer karena penulis belum melaksanakan praktek laut

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia, kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan mudah dan cepat, karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan dan lain sebagainya.

Beberapa pertimbangan dalam mencari data sekunder :

a. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya.

b. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah tetapi kualitas dan kesesuaian, oleh karena itu harus selektif dan hati- hati dalam menggunakannya.

c. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer, oleh karena itu keduanya saling digunakan sebagai sumber informasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

(45)

D. PEMILIHAN INFORMAN

1. Metode Kepustakaan

Data menjadi sangat penting bagi diperolehnya informasi yang benar atas masalah yang diteliti. Untuk memperoleh informasi yang benar, diperlukan data yang benar, dan untuk memperoleh data yang benar, diperlukan metode pengumpulan data yang benar juga.

Didalam penulisan proposal ini penulis menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan, metode kepustakaan digunakan dengan maksud untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dengan jalan mempelajari buku, mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti baik berupa artikel, peraturan- peraturan, dokumen-dokumen dan karya ilmiah lainnya termasuk majalah dan buletin, selain itu juga sebagai pelengkap data apabila terdapat kesulitan dalam suatu pemecahan masalah penelitian. Menurut Supardi (2003:7) dalam proses penelitian, pengetahuan yang diperoleh dari kepustakaan yang relevan dengan topik sangat penting dan perlu karena dapat memberikan latar belakang informasi, menunjukkan bidang topik yang harus dimasukkan ke dalam fokus penelitian.

2. Metode Observasi

Menurut Nasir (2005:175), pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standart lain

(46)

untuk keperluan tersebut. Dalam hal ini penulis akan melaksanakan pengamatan saat melaksanakan praktik laut nantinya.

3. Metode Wawancara

Menurut Nazir (2005:193), wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, wawancara sebagai metode pengumpul data menghendaki adanya komunikasi langsung antara penulis dengan respondan sasaran penelitian. Dalam hal ini penulis telah melaksanakan wawancara dengan salah satu seorang perwira di atas kapal yaitu Mualim 3 yang bernama Yessica Hilaria Tabania.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Kegiatan yang memerlukan perhatian khusus bagi seorang peneliti baik selama di lapangan maupun sesudah data terkumpul adalah analisis data.

Menurut Patton (1980:26) dalam Lexy J. Moleong (2002:103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Menurut Sarwono (2006:239), prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Dalam hal ini setelah seluruh data dari hasil penelitian diperoleh, dilaksanakan teknik analisa data.

(47)

Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menggunakan 3 macam metode analisa data {Lexy J. Moleong (2006:288)} :

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan, pemustakaan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil suatu tindakan.

3. Menarik Simpulan

Menarik simpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Cole, W. G. (2002). Sistem Akuntasi Zaki Baridwan. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Fauzi, D. (1995). Kamus Akuntansi Praktis. Surabaya: Indah Surabaya.

Maluya, R. (2009, Januari 5). Dipetik 30 Mei, 2018, dari http://www.shipboardtraining.com

Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: PT Selemba Emban Patria.

Moelong, L. J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. (2010). Sistem Akuntansi Edisi 4. Yogyakarta: Salemba Empat.

Notoadmojo, S. (2010, Agustus 10). Dipetik Juli 10, 2018, dari https://id.scrib.com

Penyusun, Tim Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran Jakarta. (2014). Prosedur Darurat Bab VI. Jakarta: Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran Jakarta.

Penyusun, Tim Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran Dasar Surabaya. (2007).

Prosedur Keadaan Darurat. Surabaya: Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran Dasar Surabaya.

Penyusun, Tim Politeknik Pelayaran Surabaya. (2016). Prosedur Darurat & SAR.

Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Pusat Bahasa - Depdiknas RI. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Sedarmayanti, & Hidayat. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.

Simanjuntak, P. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:

LP-FE, UI.

W, S. W. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Witherby. (1998). Bridges Procedures Guide. London: Witherby & Co. Ltd.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir MASALAH POKOK

Referensi

Dokumen terkait