• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI DI PT.SUCOFINDO MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI DI PT.SUCOFINDO MEDAN LAPORAN TUGAS AKHIR"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI

DI PT.SUCOFINDO MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

HALIMATUSSAKDIYAH SINAMBELA 152401108

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI

DI PT.SUCOFINDO MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

HALIMATUSSAKDIYAH SINAMBELA 152401108

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul :Analisa Kadar Klorida, Sulfat Dan Total Padatan Terlarut (Tds) Pada Air Sungai Di PT.Sucofindo Medan

Kategori : Laporan Tugas Akhir

Nama : Halimatussakdiyah Sinambela

NIM : 152401108

Program Studi : Diploma-3 Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2018

Diketahui/ Disetujui Oleh:

Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

Ketua. Pembimbing

Dr.Ir.Minto Supeno, MS. Dr.Ir.Minto Supeno, MS.

NIP : 196105091987031002 NIP.196105091987031002

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI

DI PT.SUCOFINDO MEDAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2018

HALIMATUSSAKDIYAH SINAMBELA 152401108

(5)

ANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI DELI DI PT.SUCOFINDO

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar klorida, sulfat dan total padatan terlarut pada air sungai di PT.Sucofindo dengan menggunakan metode titrimetri, spektofotometri dan tds meter, sehingga pada analisa kadar klorida dengan metode titrasi argentometri menggunakan larutan standar 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴30,0240 N dan indikator 𝐾𝐾2𝐢𝐢𝐢𝐢𝐴𝐴4 10% , dan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada analisa sulfat dengan panjang gelombang 420 nm, untuk kadar total padatan terlarut (TDS) digunakannya metode tds meter dengan menggunakan elektroda.Dan dari hasil analisa yang telah dilakukan diperolehnya Klorida (Cl) dari kode sampel S.254 (39,30 mg/L) ; S.267 (8,508 mg/L) ; Ap-01 (18,71 mg/L) ; Ap-03 (17,52 mg/L) dan diperolehnya kadar Sulfat (SO4) dari kode sampel S.254 (23,683 mg/L) ; S.267 (2,909 mg/L) ; Ap – 01 (21,423) ; Ap – 03 (15,850 mg/L), dan kadar Total Padatan terlarut (TDS)dari kode sampel S.254 (82,4 mg/L) ; S.267 (65,1 mg/L) ; Ap-01 (110,3 mg/L) ; Ap-03 (99,0 mg/L). Dari hasil yang dipeoleh menunjukkan bahwa air sungai memenuhi baku mutu air yang telah ditetapkan oleh PP No.82 tanggal 14 Desember Tahun 2001.

Kata kunci : klorida, sulfat, TDS pada air sungai .

(6)

ANALYSIS OF CHLORIDE, SULFATE AND TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS) ON WATER OF WATER BODY DELI AT PT.SUCOFINDO

ABSTRACT

In has be done to analyse rate chloride, sulphate and total dissolved solids on water of water body at PT.sucofindo with Titrimetry method, Spectrophotometric method and TDS meter. So that analyse chloride by using titration method of argentometry by using a standard 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴30,0126 N and indicator 𝐾𝐾2𝐢𝐢𝐢𝐢𝐴𝐴4 10%, and using spectrophotometric uv-vis for sulphate analysis where the wavelength is 420 nm, and method tds meter for total dissolved solid (TDS) by using electrode. And from the analysis that has been done then is obtained of chloride from the sample code is S.254 (39,30 mg/L); S.267 (8,508 mg/L) ; Ap-01 (18,71 mg/L) ; Ap-03 (17,52 mg/L),results of sulphate analysis is S.254 (23,683 mg/L) ; S.267 (2,909 mg/L) ; Ap – 01 (21,423) ; Ap – 03 (15,850 mg/L), and result of total dissolved solids (TDS) frome the sample code is S.254 (82,4 mg/L) ; S.267 (65,1 mg/L) ; Ap-01 (110,3 mg/L)

; Ap-03 (99,0 mg/L). Results of this analysis indicate that the water bodies of water meet the water quality standards established by on the PP No.82 Date December 14, 2001.

keywords : chloride, sulphate, TDS in water.

(7)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang serta karunia dan kemurahan Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya bidang Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Karya Ilmiah ini dengan judul

1. Bapak Dr. Krista Sebayang, M. Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

β€œAnalisa Kadar Klorida, Sulfat Dan Total Padatan Terlarut (Tds) Pada Air Sungai Di Pt.Sucofindo Medan”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak memperoleh perhatian, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materil, Sehingga pada kesempatan ini dengan hati yang tulus dan keikhlasan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih kepada:

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Minto Supeno, M.S selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr.Ir.Minto Supeno, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tugasakhir ini sampai selesai.

5. Bapak/Ibu dosen serta seluruh Staf pegawai yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

6. Bapak/Ibu seluruh staf dan karyawan selaku pembimbing lapangan di PT.Supertending Company Of Indonesia Cabang Medan yang telah memberikan dukungan, semangat dan ilmu baru kepada penulis.

7. Bapak Zul Alkaf, B.Sc yang telah memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

(8)

8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, ayahanda tersayang Drs.H.Marwanuddin Sinambela dan ibunda tercinta Fatimah Harahap serta abang, kakak, dan adik penulis yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, semangat, cinta, doa, motivasi, serta dukungan moral dan materil yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

9. Teman - teman semasa PKL yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

10. Sahabat - sahabat penulis Caija Dkk, Lili Maghdalena Nst, Citra, Marina, Indah yang telah menemani serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11. Teman - teman Alumni Pondok Pesantren Baharuddin (IKBAPEMBA) yang telah memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Teman - teman D-3 Kimia khususnya stambuk 2015 dan kakak-kakak senior, serta junior D-3 kimia 2016 dan 2017 yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan serta kesalahan. Maka dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai masukan bagi penulis.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2018

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PENGHARGAAN ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Penggolongan Air ... 6

2.1.2 Sumber – Sumber Air ... 7

2.1.3 Sifat Air ... 9

2.2 Pencemaran Air ... 11

2.2.1 Sumber Pencemaran Air ... 11

2.2.2 Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk ... 13

2.2.3 Dampak Pencemaran Air ... 14

2.3 Klorida ... 14

2.3.1 Penentuan klorida dalam air ... 15

2.4 Titrasi Argentometri ... 16

2.4.1 Prinsip Argentometri ... 16

2.4.2 Jenis-Jenis Titrasi Argentometri ... 16

2.4.2.1 Metode Volhard ... 16

2.4.2.2 Metode Mohr ... 17

(10)

2.4.2.3 Metode Fajans ... 18

2.5 Sulfat ... 18

2.6 Total Padatan Terlarut ... 19

2.6.1 Jumlah Padatan... 20

2.7 Spektrofotometri ... 20

2.7.1 Spektofotometer UV-Visible ... 22

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN ... 24

3.1 Alat dan Bahan ... 24

3.1.1 Alat ... 24

3.1.2 Bahan ... 24

3.2 Prosedur Percobaan ... 25

3.1.1 Penentuan Kadar Klorida ... 25

3.2.2 Penentuan kadar Sulfat (SO4) ... 25

3.2.3 Penentuan Total Padatan Terlarut (TDS) ... 25

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil ... 26

4.1.1 Data Hasil Percobaan ... 26

4.1.2 Reaksi Percobaan ... 27

4.1.2.1 Klorida (Cl) ... 27

4.2 Perhitungan ... 27

4.3 Pembahasan ... 29

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul halaman

Tabel 4.1.1.1 Data Analisa Kadar Klorida 26

Tabel 4.1.1.2 Data Analisa Kadar Sulfat (𝑆𝑆𝐴𝐴4) 26 Tabel 4.1.1.3 Data Analisa Kadar Total Padatan Terlarut 27

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu dari tiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, J, 2001).

Air sangat banyak dibutuhkan bagi makhluk hidup, baik itu tumbuhan yang memerlukan air sebagai pertumbuhannya, dan untuk hewan sendiri air berguna untuk kehidupannya seperti untuk minum, dll. Begitu juga dengan Manusia air menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia, kebutuhan air dipergunakan sebagai kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi, minum dll. Agar didapatkan hidup yang sehat dan bersih maka diperlukan banyak air yang baik, bersih dan berkualitas,Yang dimaksud dengan air bersih ialah air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung zat-zat kimia atau logam-logam berat yang dapat menggangu kesehatan. Danuntuk mendapatkan kualitas air yang baik, sesuai standar tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena sudah banyak air yang tercemar oleh bebagai macam limbah dari kegiatan manusia, baik dalam limbah industri maupun limbah rumah tangga serta kegiatan lainnya.

Air dialam dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, yaitu air sungai, air danau, air laut, dan air tanah. Karakteristik dari masing-masing bentuk air tersebut berbeda- beda. Air sungai yang berada pada bagian hulu memiliki karakteristik fisika, kimia, dan biologi yang berbeda dengai air sungai yang berada pada bagian hilir (Sakti,A, 2005).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain, berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantungpada sumber daya air. Oleh

(13)

karena itu diperlukan pengelolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. (Effendi, H, 2003).

Banyaknya sumber yang dapat mengakibatkan pencemaran air diantaranya adalah limbah industri, limbah domestik, sampah organik, bahan-bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, klorin yang berasal dari perlakuan air bersih atau dari perlakuan pembuangan kotoran (sewage) dan eutrofikasi (Dantje,T, 2015).

Secara alami senyawa klorida ditemukan dalam konsentrasi sedang sehingga pengaruhnya terhadap sifat kimia air dan biologi perairan sangat kecil. Garam-garam klorida mudah larut dalam air dan ion klorida tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Sumber Cl terutama dari limbah domestik, pertanian, dan industri bahan makanan (Eddy,2003).

Ion sulfat adalah salah satu ion yang banyak terjadi di air alam. Ia merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh pencucian perut yang biasa terjadi pada manusia apabila dalam konsentrasi yang cukup besar.

Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun dibidang industri, karena kecendrungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak air yang keras pada ketel (Sutrisno,T, 2004).

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan-bahan terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45um. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan diperairan(Effendi,H, 2003).

Pengolahan air perlu dilakukan untuk mengurangi serta mengendalikan agar kualitas air tetap terjaga dengan baik serta dapat meningkatkan derajat kesehatan, maka penulis ingin mengetahui kandungan kadar klorida , sulfat dan padatan terlarut dengan mengangkat judul β€œANALISA KADAR KLORIDA, SULFAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT (TDS) PADA AIR SUNGAI YANG DILAKUKAN DI PT. SUCOFINDO MEDAN”.

(14)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana membatasi limbah industri agar tidak mengalir langsung ke perairan sungai ?

1.3 Hipotesis

Sesuai dengan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu:

membatasi limbah industry dengan cara mengolah limbah dalam suatu wadah agar menjadi lebih baik sebelum di alirkan ke sungai dengan pengolahan fisika, kimia, dan bahkan dengan system penyaringan.

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui Kadar ion klorida, sulfat dan total padatan terlarut (TDS) pada sampel air sungai Deli

2. Untuk mengetahui kadar ion klorida, sulfat dan total padatan terlarut (TDS) , apakah memenuhi baku mutu air menurut PP No.82 tanggal 14 Desember 2001dalam ketentuan pengolahan kualitas air dari pencemaran air.

1.5 Manfaat

1. Dapat mengetahui cara menganalisa Kadar ion klorida, sulfat dan total padatan terlarut (TDS)

2. Dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat tentang baku mutu air menurut PP No.82 tanggal 14 Desember 2001 pada air sungai dari pencemaran air.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib minum air putih 8 gelas perhari. Tumbuhan dan binatang juga mutlak membutuhkan air.

Tanpa air keduanya akan mati. Sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan ( RobertJ,2010).

Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil seperti mikroba yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem didalamnya tidak mengalami ganguan ataupun hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran (Nugroho, 2006).

Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia, fisika maupun untuk aktivitas kehidupan lainnya.

Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat di perbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya.

Pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut:

1. Melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi.

2. Mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar.

3. Menjaga agar fauna mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan.

(16)

4. Mempergunakan sumber daya alam berupa air seefisien mungkin,sehingga zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai penyimpanan energi dan materi. Pada prinsipnya pengelolaan sumber daya alam air ini, sangat bergantung pada bagaimana kita mempergunakan dan memelihara serta memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal mungkin, tetapi tanpa merusak ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan lingkungan sebaik-baiknya.

Untuk manusia sendiri dalam menunjang kehidupannya, air merupakan hal yang vital. Agar didapatkan kehidupan yang sehat dan bersih, diperlukan banyak air yang bersih. Yang dimaksudkan dengan air yang bersih ialah air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan.

Air bisa berperan sebagai penyebar penyakit yang akhirnya dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup manusia. Disamping sebagai keperluan pokok untuk keperluan tubuh, air juga penting dalam membantu bermacam-macam proses baik itu dalam rangka penggalian dan pengelolaan atau pengolahan sumber - sumber alam untuk menunjang kehidupan manusia maupun untuk memproses bahan-bahan yang diperlukan manusia (Supardi, 1994).

Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air banyak yang sudah tercemar oleh bermacam- macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri, dan kegiatan- kegiatanlainnya.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan kehidupannya lainnya, sehingga perlu ditetapkan batas - batas yang diperkenankan dalam lingkungan untuk waktu tertentu. Adanya batasan / konsentrasi dan kuantitas B3 pada suatu ruang dan waku tertentu dikenal dengan istilah ambang batas, yang mengandung makna bahwa dalam kuantitas tersebut masih dapat ditoleransi oleh lingkungan, sehingga tidak membahayakan lingkungan (Kristanto, 2002).

(17)

Dalam kegitan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu, agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke- lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan. Proses daur ulang air limbah industri atau water treatment recycle proses adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan (Wardhana, 1995).

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kubutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya air sangat penting agar dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salahsatu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interprestasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi (Effendi,2003).

2.1.1 Penggolongan Air

Berdasarkan peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun penggolongan air menurut Effendi (2003) adalah sebagai berikut :

A. Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

B. Kelas II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

C. Kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan pertenakan.

D. Kelas IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.

(18)

2.1.2 Sumber – Sumber Air

Menurut Sutrisno (2004), secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari :

1. Air Laut

Air laut air yang dijumpai didalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum

2. AirAtmosfir

Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang - batang kayu, daun - daun, kotoran industri kota dan sebagainya.Setelah mengalami suatu pengotoran pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung oksigen atau gas O2akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karna selama dalam perjalanan, O2 akan meresap kedalam air permukaan.

(19)

Air permukaan terdiri dari dua macam yakni :

1 Air sungai Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

2 Mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi 3 Air rawa atau danau kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh

adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat

4 Air Tanah adalah air yang berasal dari permukaan yang merembes kedalam tanah, yang terdapat didalam ruang-ruang butir antara butir-butir tanah didalam lapisan bumi. Suatu saat air ini akan memenuhi lapisan tanah yang keras dan kuat, maka air ini akan keluar permukaan sebagai mata air.

Air tanah terbagi antara : 1. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehinggaair tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang larut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan.Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat muka tanah, setelah lapisan rapat air, air yang terkumpulmerupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan sebagai air minum melalui sumur-sumur dangkal

2. Air tanah dalam

Air tanah dalam Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus

(20)

digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100βˆ’300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri

3. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah.

Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.

2.1.3 Sifat Air

Air memilikikarakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1 Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0Β°C (32Β°F) - 100Β°C, air berwujud cair. Suhu 0Β°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100Β°C merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat dilaut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan , sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi, karena sekitar 60 % - 90 % bagian sel makhluk hidup adalah air.

2 Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau pun dingin seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik sebagai pendingin mesin.

3 Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalamjumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu

(21)

faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

4 Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrient) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk kedalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk kebadan air.

5 Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat pelarut yang baik, air dapat membawa nutrientdari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis insekta, dapat merayap di permukaan air.

6 Air merupakan satu – satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.

Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau didaerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah pemukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung. Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa air pada saat air di dalam pipa membeku. Densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadinya pada suhu 3,95Β°C. Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95 Β°C, densitas air lebih kecil dari satu (Effendi,2003).

(22)

2.2 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no 173/Menkes/VII/77 yaitu pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah RI no 20 tahun 1990 yaitu pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan, yangmengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Mukono,2005).

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang, dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran ini pun bisa juga oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan, sehingga mutu air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau kotoran yang tidak berguna akibat proses kehidupan manusia yang sering membuang sampah kedalam tanah/air (sungai). Hal ini jelas akan mempengaruhi produktivitas air, tanah, dan lingkungan secara luas (Supardi, 1994).

2.2.1 Sumber Pencemaran Air

1. Pencemaran Air oleh Bahan Inorganik Nutrisi Tanaman

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga digunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan.

Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen.

Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akanterbentuk ammonia

(23)

dan nitrogen (NH4, NO3) dan terbawa air hujan menuju permukaan tanah.

Nitrogen akan bersenyawa dengan kompleks lainnya.

2. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan sebagainya.

3. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang.

4. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,deterjen, dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.

5. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik

Bahan kimia inorganik seperti asam, garam, dan bahan toksik logamseperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).

6. Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahankimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehinggabahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air.

(24)

Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam.

7. Substansi Radioaktif

Radioaktif yang terlarut dalam air akan dapat mengalami amplifikasi biologi (kadarnya berlipat) dalam system rantai pakan. Radiasi yang terionisasi dari isotop tersebut menyebabkan mutasi DNA pada makhluk hidup sehingga mengakibatkan gangguan reproduksi, kanker, dan kerusakan genetik.

2.2.2 Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah.

Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi. Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuklapisan air tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga dapat mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut (Darmono, 2001).

(25)

2.2.3 Dampak Pencemaran Air

Menurut Nugroho (2006) pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton. Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis perairan dapat terganggu.

Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnyabau,menurunnya keanekaragamandan mengganggu estetika jugaberdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme pathogen, juga mengandung banyak komponen- komponen yang beracun.

2.3 Klorida

Ion Klorida biasanya ada di perairan alami. Konsentrasi klorida tinggi terjadi ketika telah mengalami kontaminasi diperairan yang mengandung klorida.

Kandungan klorida yang tinggi dapat menunjukkan adanya polusi oleh limbah atau limbah industri atau dengan adanya air laut atau air asin yang mengalir kebagian perairan yang tawar atau air sungai (Bartram,J, 1996).

Termasuk air hujan yang mengandung zat klorida, Kadar klorida bervariasi antara tempat sementara di daerah dekat laut maka kadar klorida cendrung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat disekitarnya, maka dapat dipastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran (Chandra B,DR, 2007).

Rasa asin dalam air tergantung pada ion yang berhubungan dengan klorida seperti dengan adanya ion natrium rasa asin dapat dideteksi sekitar 250 mg 1βˆ’1Clβˆ’ tetapi dengan adanya kalsium atau magnesium rasa asin tidak terdeteksi pada 1.000 mg. Kandungan klorida yang tinggi memiliki efek korosif pada pipa dan struktur logam dan berbahaya bagi sebagian besar pepohonan dan tanaman lainnya(Bartram J, 1996).

(26)

Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di perairan alami dalam jumlah lebih banyak dari pada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida NaCl, kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2).

Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri. Sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter.Kadar klorida mencapai ratusan mg/liter.

Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2-20 mg/liter. Air yang berasal dari daerah pertambangan mengandung klorida sekitar 1.700 ppm. Kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi asin. Air laut mengandung klorida sekitar 19.300 mg/liter dan urine mengandung klorida hingga 200.000 mg/liter.

Klorin sering digunakan sebagai desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan , terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestik. Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi.

Klorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau kalsium hipoklorit. Namun, penambahaan klor secara kurang tepat akan menimbulkan bau dan rasa pada air (Effendi, 2003).

2.3.1 Penentuan klorida dalam air

Analisa klorida dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa titrimetri dengan menggunakan metode argentometri. Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode argentometri. Metode argentometri (titrasi pengendapan) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak, diantaranya adalah cara mohr, cara volhard, dan cara fajans. Pada titrasi ini biasanya digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku Kalium Tiosianat 0,1 M.

Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama, namun Kalium Tiosianat sedikit mudah menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak nitrat.

(27)

Kedua larutan baku ini cukup mantap selama penyimpanan asalkan disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang digunakan harus air yang benar-benar murni, atau air suling. Kalau tidak kekeruhan akan muncul karena pengaruh ion klorida yang ada di dalam air. Jika larutan itu disaring, kemudian dibakukan dengan NaCl secara gravimetri.

Selain larutan Kalium Tiosianat, larutan amonium tiosianat 0,1 M sering juga dipakai sebagai larutan baku di dalam titrasi argentometri. Namun, karena amonium tiosianat sangat mudah menyerap air, maka harus dibakukan dulu dengan larutan baku perak nitrat memakai cara titrasi volhard (Rivai H, 1995).

2.4 Titrasi Argentometri 2.4.1 Prinsip Argentometri

Reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahaan titran , tidak ada pengotor yang menggangu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan bakuAgNO3.Zat tersebut misalkan garam-garam halogenida (Cl, Br, I), sianida (CN), tiosianida (SCN) dan fosfat (Underwood dan Day,1994).

2.4.2 Jenis-Jenis Titrasi Argentometri 2.4.2.1 Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag sehingga membentuk endapan putih.

Ag+ (aq) + SCNβˆ’-(aq) ↔ AgSCN(s) (putih)

Cara Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih.

Cara ini dapat digunakan untuk titrasi langsung dari perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan terakhir ini

(28)

perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standar. Anion-anion lain seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur sama. Anion asam-asam lemah seperti oksalat,karbonat dan arsenat, dengan garam-garam peraknya yang larut dalam asam,dapat ditentukan dengan pemgendapan pada pH lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan perak dititrasi langsung dengan tiosianat.

Cara Volhard secara luas digunakan untuk perak dan klorida karena kenyataan bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan asam. Cara-cara umum lain untuk perak dan klorida memerlukan larutan hampir netral agar titrasi berhasil baik.

banyak kation mengendap pada keadaan demikian , dan karenanya mengganggu pada cara-cara ini. merkuri merupakan kation umum satu-satu-nya yang mengganggu dengan cara Volhard (Underwood dan Day,1994).

2.4.2.2 Metode Mohr

Metode ini terkenal dari keadaan demikian adalah yang disebut titrasi Mohr dari klorida dengan ion perak, yang dalam hal ini ion khromat yang kemerah- merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi. Akan tetapi konsentrasi yang demikian tinggi tidak dapat digunakan didalam praktek, karena warna kuning ion khromat membuat sukar untuk mengamati pembentukan endapan yang berwarna itu. Titrasi Mohr terbatas pada larutan - larutan dengan harga pH dari kisaran 6 sampai 10. Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Akibat absorpsi membuat titrasi ion iodida dan tiosianat tidak mungkin dapat dilaksanakan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator khromat. Endapan perak khromat, yang semula ada, larut kembali hanya perlahan-lahan dekat titik ekuivalen.

Akan tetapi larutan standart dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan menggunakan indikator khromat (Underwood dan Day, 1994).

(29)

2.4.2.3 Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan meng-ion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).

HFl(aq) ↔ H+(aq) +F1βˆ’ (aq)

Ion F1βˆ’ inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Apabila suatu senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan.

Perubahaan struktur organik mungkin terjadi, dan warnanya sebagian besar kemungkinan telah berubah dan mungkin menjadi lebihjelas. Peristiwa ini dapat dipakai untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak.

Senyawa organik yang dipergunakan demikian, disebut sebagai β€œ indikator adsorpsi”.Beberapa fluoresein yang disubstitusikan dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kepada suatu larutan natrium klorida, maka partikel perak klorida yang terbagi halus itu cenderung menahan pada permukaannya (menyerap) beberapa ion klorida berlebih yang ada didalam larutan (Underwood dan Day,1994).

2.5 Sulfat

Sulfat adalah salah satu anion yang tidak beracun namun dapat menyebabkan dehidrasi, katarsis, dan iritasi gastrointestinal telah diamati pada konsentrasi tinggi.

Efek gastrointestinal akibat konsumsi air minum yang mengandung kadar sulfat tinggi, disarankan agar otoritas kesehatan diberitahu tentang sumber air minum yang mengandung konsentrasi sulfat lebih dari 500 mg/l (Geneva, 1993).

(30)

Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena kecenderungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Sulfat merupakan suatu bahan yang perlu dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan β€œpenanggung jawab” dalam dua problem yang serius yang sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.

Masalah ini berupa masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik.

Efek laksatif pada sulfat ditimbulkan pada konsentrasi 600-1000 mg/l, apabila Mg+

dan Na+ merupakan kation yang bergabung dengan SO4, yang akan menimbulkan rasa mual dan ingin muntah. Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep. Kes. R.I untuk SO4 dalam air minum adalah sebesar 200-400 mg/l (Sutrisno, T, 2004).

Sulfat dibuang kedalam air dari limbah Industri yang terjadi secara alami di banyak mineral dan digunakan secara komersial, terutama di industri kimia, tingkat tertinggi sulfat biasanya terjadi di bawah air dan berasal dari sumber alami.

2.6 Total Padatan Terlarut

Padatan Total Terlarut (PTT) dikenal juga sebagai total dissolved solute (TDS) menyatakan jumlah total zat anorganik dan organik terlarut di dalam air.

Dasar pengukuran TDS adalah konduktivitas atau daya hantar larutan.

Konduktivitas atau daya hantar merupakan ukuran kemampuan larutan mengalirkan arus listrik, menunjukkan banyaknya ion terlarut atau garam terlarut, pada pencemaran organik yang relatif kurang mengion, dan tidak dapat di pantau dengan baik. Daya hantar juga bersesuain dengan suhu, biasanya untuk 25℃.

Pengukuran TDS dapat menggunakan TDS scan atau TDS meter (Rahayu I, 2007).

Padatan Terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa dari senyawa- senyawa anorganik dan organik yang larut, air, mineral dan garam-garamnya.

Sebagai contoh air buangan, pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula yang larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung mineral- mineral seperti merkuri (Hg), Timbal (pb), arsenic, cadmium, chromium,nikel, serat

(31)

garam-garam kalsium dan magnesium yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan juga sering mengandung sabun, detergen dan surfaktan yang mengandung air, misalnya pada air buangan rumah tangga (Fardiaz S, 1992).

2.6.1 Jumlah Padatan

Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifat- sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi dan padatan yang terlarut (Nugroho, 2006).

Dalam portable water, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk terlarut (dissolved) yang terdiri dari garam-garam anorganik, selain gas-gas yang terlarut.

Kandungan total solids pada potable water biasanya dalam range 20 – 1000 mg/L, dan sebagai suatu pedoman, kekerasan dari air akan meningkat dengan meningkatnya total solids. Di samping itu, pada semua bahan cair, jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meingkat sesuai derajat dari pencemaran (Sutrisno, 2004).

2.7 Spektrofotometri

Spektofotometer adalah suatu instrument untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombong, pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal yang dapat dilakukan.

Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual atau merekam pengelompokan lain seperti berkas tunggal dan berkas rangkap (Underwood, 1986).

Spektrofotometer terdiri atas alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikanatau diabsorbsikan. Jadi spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara reaktif apabila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.

(32)

Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yaang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Fotometer filter ini tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan melalui suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.

Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuklarutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko atau pembanding (Khopkar, 1990).

Kesalahan-kesalahan dalam spektrofotometer, dapat dicegah dengan memperhatikan:

1. Sel-sel contoh harus bersih

2. Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu

3. Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali 4. Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik

5. Penerapan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang-kadang 6. Penyimpangan atau ketidakstabilan didalam sirkuit harus diperbaiki

7. Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan jika pengukuran tidak direncanakan dengan hati-hati (Underwood dan Day, 1994).

(33)

2.7.1 Spektofotometer UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namnya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).

Hukum lambert beer

Bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, sebagain dari sinar masuk dipantulkan, sebagai diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Lambert sering kali dianggap berjasa dalam menyelidikan serapan cahaya sebagai fungsi ketebalan medium, meskipun sebenarnya ia hanya memperluas konsep yang pada mulannya dikembangkan oleh bouguer. Beer kemudian menerapkan eksperimen serupa pada larutan dengan konsentrasi.

Yang berlainan dan menerbitkan hasilnya tepat seperti bernart. Kedua hukum yang terpisah yang mengatur absorbsi iu biasanya dikenal sebagai hukum lambert dan hukum beer. Dimana kedua hukum ini dikenal dengan persamaan :

Log 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =𝑓𝑓(𝑐𝑐)=π‘˜π‘˜π‘π‘π‘π‘

Log 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃=𝑓𝑓(b)=π‘˜π‘˜π‘π‘π‘π‘

Dimana lambang Po dan p seperti digunakan disini direkombinasikan masing - masing untuk daya tradisi masuk dan diteruskan istilah lo (Po/P) disebut absorbansi dan diberi lambang A. Istilah lain yang digunakan secara sinonim dengan absorbansi dengan mungkin dijumpai adalah ekstinsi, kerapan optik dan absorbansi. Lambang b yaitu panjang medium pejerap yang dinyatakan dalam (cm). Lambang C biasanyadinyatakan dalam konsentarsi zat pelarut yang menyerap dinyatakan dalam gram per liter atau mol per liter.

(34)

Dalam hukum lambeert beer penggunaan persamaan diatas tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Bila konsentrasi dalam gram per litertetapan itu disebut dengan absorpsivitas dengan lambing a ini ditulis dengan persamaan :

A = abc

Apabila konsentrasi dinyatakan dalam mol/ liter tetapan itu adalah absbsitivitas molar, dengan lambang e, yang ditulis dengan :

A = ebc

Kedua bentuk hukum ini dikenal sebagai hukum lambert beer(Vogel, 1994).

(35)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

a. Gelas Erlenmeyer 250 ml Pyrex

b. Buret 25 ml Pyrex

c. Pipet volumetric 50 ml, 25 ml, 5 ml d. Bola karet

e. Statif dan klem

f. Beaker glass 250 ml Pyrex

g. Spatula h. Kuvet

i. Spektrofotometer j. Magnetic Stirer k. Botol Aquadest

l. Tisu Gulung Nice

m. Stopwatch

n. TDS Meter HACH

3.1.2 Bahan a. Aquadest

b. Argentum Nitrat (𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴3) c. Kalium Kromat (𝐾𝐾2𝐢𝐢𝐢𝐢𝐴𝐴4) 10%

d. Barium Klorida (𝐡𝐡𝐡𝐡𝐢𝐢𝐡𝐡2) e. Buffer Sulfat A

f. Sampel Air Sungai

(36)

3.2 Prosedur Percobaan 3.1.1 Penentuan Kadar Klorida

1. Dipipet 50 ml sampel air sungai

2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL

3. Ditambahkan 3 tetes Kalium Kromat (K2CrO4) 10%

4. Dihomogenkan

5. Dititrasi dengan Argentum Nitrat (AgNO3) 0,0240 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah bata pada titik akhir titrasi

6. Dicatat volume Argentum Nitrat (AgNO3) 0,0240 N yang terpakai

3.2.2 Penentuan kadar Sulfat (π’π’π’π’πŸ’πŸ’)

1. Hidupkan Spektrofotometri terlebih dahulu

2. Pilih menu konsentrasi pada layar, lalu tekan enter 3. Tekan tombol menu parameter yang ada pada layar 4. Pilih parameter sulfat ( SO4), lalu tekan enter 5. Dibilas kuvet terlebih dahulu dengan aquadest 6. Dipipet 50 mL sampel kedalam Erlenmeyer 250 mL 7. Ditambahkan 25 mL buffer sulfat A ( SO4)

8. Ditambahkan 1 sendok Barium Klorida (𝐡𝐡𝐡𝐡𝐢𝐢𝐡𝐡2) 9. Distirer ± 1 menit terakhir

10. Dibaca konsentrasinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm

3.2.3 Penentuan Total Padatan Terlarut (TDS) 1. Tekan tombol ON pada alat TDS Meter 2. Tunggu beberapa menit hingga alat stabil 3. Dimasukkan Sampel kedalam Beaker glass 4. Bilas elektroda dari TDS Meter dengan Aquadest 5. Dicelupkan elektroda TDS Meter kedalam sampel 6. Ditunggu hingga tanda β€œstabilizing” pada layar 7. Dicatat nilai TDS yang terbaca pada alat

(37)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari percobaan yang telah dilakukan maka analisa kadar untuk klorida, sulfat, dan total padatan terlarut dapat dilihat pada tabel berikut :

4.1.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1.1.1 Data Analisa Kadar Klorida (Cl)

No Sampel Percobaan (mg/L) Rata-Rata Klorida (mg/L)

I II III

1 2 3 4

S.254 S.267 Ap-01 Ap-03

2,30 0,50 1,10 1,00

2,30 0,45 1,10 1,15

2,35 0,55 1,10 0,95

2,31 0,50 1,10 1,03

39,30 mg/L 8,50 mg/L 18,71 mg/L 17,52 mg/L

Tabel 4.1.1.2Data Analisa Kadar Sulfat (SO4)

No Sampel Pembacaan Alat (ml/L) Rata-Rata

(mg/L)

I II III

1 2 3 4

S.254 S.267 Ap-01 Ap-03

23,692 2,316 21,541 15,953

23,732 2,687 20,986 15,843

23,625 3,724 21,742 15,754

23,683 mg/L 2,909 mg/L 21,423 mg/L 15,850 mg/L

(38)

Tabel 4.1.1.3Data Analisa Kadar Total Padatan Terlarut

No Sampel Percobaan (mg/L) Rata-Rata

(mg/L)

I II III

1 2 3 4

S.254 S.267 Ap-01 Ap-03

82,4 65,3 110,3

99,0

82,4 65,1 110,3 99,0

82,4 65,1 110,3 99,0

82,4 mg/L 65,1 mg/L 110,3 mg/L

99,0 mg/L

4.1.2 Reaksi Percobaan 4.1.2.1 Klorida (Cl)

Ag𝐴𝐴𝐴𝐴3 (π΅π΅π‘Žπ‘Ž ) + 𝐢𝐢𝐡𝐡 (π΅π΅π‘Žπ‘Ž )βˆ’ β†’Ag𝐢𝐢𝐡𝐡 (𝑠𝑠) ↓ + 𝐴𝐴𝐴𝐴 (π΅π΅π‘Žπ‘Ž )3βˆ’

𝐾𝐾2Cr𝐴𝐴4(π΅π΅π‘Žπ‘Ž ) + 2 Ag𝐢𝐢𝐡𝐡(π΅π΅π‘Žπ‘Ž ) β†’ 𝐴𝐴𝐴𝐴2 Cr𝐴𝐴4(𝑠𝑠)↓ + 2K𝐢𝐢𝐡𝐡(π΅π΅π‘Žπ‘Ž )

4.2 Perhitungan Klorida (Cl) Rumus :

Cl mg/L = 𝑉𝑉𝑠𝑠𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴 3𝑉𝑉𝐡𝐡π‘₯π‘₯𝐢𝐢𝐡𝐡𝑉𝑉 1000 𝑉𝑉𝑃𝑃𝐡𝐡𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑆𝑆𝐡𝐡𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝐡𝐡

Keterangan :

Vs : Volume penitaran AgNO3 N AgNO3 : Normalitas AgNO3

BM Cl : Berat Molekul Cl

(39)

1.1 S.254

Kadar Cl mg/L =2,31 𝑉𝑉 35,45 𝑉𝑉 0,024 𝑉𝑉1000 50 𝑉𝑉𝐡𝐡

= 39,30 mg/L

2.1 S.267

Kadar Cl mg/L = 0,50 𝑉𝑉 35,45 𝑉𝑉 0,024 𝑉𝑉1000 50 𝑉𝑉𝐡𝐡

= 8,508 mg/L

3.1 Ap-01

Kadar Cl mg/L = 1,10 𝑉𝑉 35,45 𝑉𝑉 0,024 𝑉𝑉1000 50 𝑉𝑉𝐡𝐡

= 18,71mg/L

4.1 Ap-03

Kadar Cl mg/L = 1,03 𝑉𝑉 35,45 𝑉𝑉 0,024 𝑉𝑉1000 50 𝑉𝑉𝐡𝐡

= 17,526 mg/L

(40)

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dari sampel air sungai maka diperolehnya kadar Klorida (Cl), Sulfat (SO4), dan Total Dissolved Solid (TDS) yang masih memenuhi standar baku mutu air sungai berdasarkan kelas yang sesuai dengan peraturan pemerintah No.82 tahun 2001, maka kadar Klorida (Cl) pada kode sampel S.254 (39,30 mg/L) ; S.267 (8,508 mg/L) ; Ap – 01 (18,71 mg/L) ; Ap – 03 (17,52 mg/L) dan diperolehnya kadar Sulfat(SO4) pada kode sampel S.254 (23,683 mg/L) ; S.267 (2,909 mg/L) ; Ap – 01 (21,423) ; Ap – 03 (15,850 mg/L), di perolehnya kadar Total Padatan terlarut (TDS) pada kode sampel S.254 (82,4 mg/L);S.267 (65,1 mg/L)

;Ap – 01 (110,3 mg/L) ; Ap – 03 (99,0 mg/L).

Kandungan Klorida dan sulfat pada air sungai dikarenakan adanya berbagai limbah yang terdapat disekitaran sungai, seperti limbah domestik yang berupa detergen, sampah organik dan sampah anorganik, dan juga dapat berasal dari air laut yang terbawak ke sungai oleh air hujan sehingga sungai mengandung ion-ion Klorida dan Sulfat dan ion-ion yang lainnya.

Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan juga ditemukan pada batuan mineral. Sehingga pelapukan batuan dan tanah tersebut dapat melepaskan klorida ke perairan, perairan yang mengandung ion klorida yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan yang terbuat dari logam. Dan pada TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan diperairan (Effendi, 2003).

Apabila sember air mengandung kadar ion klorida dan ion sulfat dalam jumlah yang berlebih dapat ditandai dengan adanya perubahan rasa dan bau dimana sumber air yang mengandung klorida yang berlebih akan memiliki rasa yang asin sedangkan sumber air yang mengandung sulfat yang berlebih akan menimbulkan bau busuk karena reduksi sulfat menjadi hydrogen sulfat dalam kondisi anaeorobik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tanggal 14 Desember 2001, nilai maksimum klorida dalam air sungai sebesar 600 mg/L, nilai maksimum sulfat pada air sungai sebesar 400 mg/L, dan nilai maksimum total dissolved solid (TDS) sebesar 1000 mg/L dari tiap-tiap kelasnya.

(41)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kadar Klorida (Cl) pada kode sampel S.254 (39,30 mg/L) ; S.267 (8,508 mg/L) ; Ap – 01 (18,71 mg/L) ; Ap – 03 (17,52 mg/L) dan diperolehnya kadar Sulfat (SO4) pada kode sampel S.254 (23,683 mg/L) ; S.267 (2,909 mg/L) ; Ap – 01 (21,423) ; Ap – 03 (15,850 mg/L), dan kadar Total Padatan Terlarut (TDS) pada kode sampel S.254 (82,4 mg/L) ; S.267 (65,1 mg/L) ; Ap – 01 (110,3 mg/L) ; Ap – 03 (99,0 mg/L).

2. Kadar Ion Klorida, Sulfat dan Total Padatan Terlarut pada sampel air sungai layak untuk digunakan karena hasil yang didapatkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 untuk Air sungai limbah .

5.2 Saran

1. Sebaiknya peneliti dapat menentukan kadar klorida,sulfat dan TDS dengan menggunakan metode yang lain.

2. Sebaiknya pada pembaca tidak mencemari lingkungan dan di perairan.

3. Disarankan kepada penulis lain untuk membandingkan dan melakukan analisa total padatan terlarut dengan metode yang lain.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Bartram J, 1996. Water Quality Monitoring. E dan FN Spon . London.

Chandra B, DR, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Dantje T, 2015. Toksikologi Lingkungan. Penerbit Andi.Yogyakarta.

Darmono, 2001. Lingkungan hidup dan penecemaran. penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.

Eddy S, 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kencana . Jakarta.

Efendi H,2003. TelaahKualitas Air.Kalsius. Yogyakarta.

Fardiaz S, 1992. Polusi Air Dan Udara. Kasinus. Yogyakarta.

Gabriel J. F, 2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates. Jakarta.

Geneva, 1993. Guidelines for drinking-water quality. Second Editon.Sadag France.

Khopkar S. M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press.Jakarta.

KristantoP, 2002. EkologiIndustri.PenerbitAndi.Yogyakarta.

Mukono H.J, 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan.

AirlanggaUniversity Press.Jakarta.

Nugroho A, 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti.

Jakarta.

R.A. Day, jr, dan A. L. Underwood, 1989. Analisa Kimia Kuantitatif.

Erlangga.Jakarta.

Rahayu I, 2007. Cara Menanggapi Air Kotor menjadi Air Bersih.

Erlangga.Jakarta.

Rivai H, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Erlangga.Jakarta.

(43)

Robert J, 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sakti A, 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Penerbit kasinus.Yogyakarta.

SupardiI, 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya.

PenerbitAlumni.Bandung.

SutrisnoT,2004. TeknologiPenyediaan Air Bersih,PTRinekaCipta. Jakarta.

Underwood A.L, dan Day R.A, 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga.Jakarta.

Underwood A.T, 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi keempat.

Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

WardhanaW.A,1995.Dampak PencemaranLingkungan. Andi. Yogyakarta.

.

(44)

LAMPIRAN 1 : Berdasarkan Peraturan Pemerintah

NOMOR : 82, 14 DESEMBER 2001

TENTANG : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Pada Air Sungai

PARAMETER SATUAN KELAS

I II III IV

FISIKA

Temperature ℃ Β± 3 Β± 3 Β± 3 Β± 3

T. Padatan Terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000

Suspensi solid mg/L 50 50 400 400

KIMIA ANOGANIK

pH - 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0

Total Fosfat sebagai P

mg/L 0,2 0,2 1 5

Nitrat mg/L 10 10 20 20

Ammonia mg/L 0,5 0 0 0

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Boron mg/L 1 1 1 1

Barium mg/L 1 - - -

Klorida mg/L 600 - - -

Fluoride mg/L 0,5 1,5 1,5 -

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -

Sulfat mg/L 400 - - -

Mangan mg/L 0,1 - - -

Referensi

Dokumen terkait