• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN GABAH MENJADI BERAS DESA TAMPABULU KECAMATAN POLEANG UTARA KABUPATEN BOMBANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN GABAH MENJADI BERAS DESA TAMPABULU KECAMATAN POLEANG UTARA KABUPATEN BOMBANA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

2019:4(3):66-70 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIA doi: http://dx.doi.org/10.33772/jia.v4i3.7906 ISSN: 2527-273X (Online)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN GABAH MENJADI BERAS DESA TAMPABULU KECAMATAN POLEANG UTARA KABUPATEN BOMBANA

I Kadek Ari Saputra1), Azhar Bafadal1), Sitti Aida Adha Taridala1)

1Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UHO

ABSTRACT

Putra Doping is the rice milling industry in activities using technology and processing tools.

With technologies, tranformatiom raw material (paddy) low value to be rice. The purpose of this research is to analyze of the value-added and distribution in the businesses of paddy processing become rice in Tampabulu Village, North Poleang Subdistrict, Bombana District. This processing is done on March 2017-April 2019. The determination of the research area based on the consideration, is that Putra Doping is the biggest business in Tampabulu. The respondents in this research is the owner of rice milling Putra Doping businesses. The analysis method that used are the value-added Hayami. The result of this research showed that the businesses of paddy processing to become rice give the value-added as Rp 635,4/kg paddy. Distribution of value added to be company profit as Rp 495,4 and labor compensation as Rp 140.

Keyword : Distribution; Paddy Processing; Value-added

PENDAHULUAN

Kabupaten Bombana menyumbang gabah sebanyak 80.000 ton dengan luas panen 13.289 ha dengan produktivitas 60,2 kw/ha. Sementara itu, Kecamatan Poleang Utara menghasilkan gabah sebanyak 13.000 ton, dengan luas panen seluas 1.979 ha dengan produktivitas sebesar 65,6 kw/ha.

Poleang Utara merupakan salah satu daerah sebagai penyumbang gabah terbesar untuk Bombana setelah Lantari Jaya dan Poleang Timur (BPS, 2017)

Melalui agroindustri, produk primer petani akan diolah lebih lanjut menjadi produk jadi ataupun setengah jadi. Salah satu agroindustri yang bergerak dalam mengolah gabah menjadi beras adalah usaha Penggilingan Padi Putra Doping. Usaha ini berdiri pada tahun 2007 dan berada di Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana. Putra Doping merupakan usaha penggilingan gabah yang dalam aktifitasnya menggunakan seperangkat alat dan tehnologi pengolahan, melalui bantuan tehnologi maka akan terjadi suatu tranformasi bentuk dari bahan mentah berupa gabah yang bernilai rendah, menjadi bahan setengah jadi (beras) yang bernilai lebih tinggi. Usaha ini hanya melakukan pengolahan pada waktu tertentu saja misalnya pada saat musim panen, tergantung dari ketersediaan bahan baku. Usaha ini membeli gabah dari petani setempat kemudian mengolahnya menjadi beras dan mendistribusikan langsung ke BULOG sementara untuk kapasitas mesin pengolahan pada usaha ini adalah 1000-1200 kg per jam.

Hasil pertanian mempunyai sifat yang mudah rusak dan penyimpanan membutuhkan ruangan yang luas untuk itu kegiatan pengolahan gabah sangat tepat untuk dilaksanakan karna kegiatan ini dapat memberikan nilai tambah dan menciptakan produk yang lebih awet. Namun, kendala dalam kegiatan usaha ini disaat musim penghujan, dimana akan berakibat buruk pada kondisi bahan baku dan berdampak pada produk yang dihasilkan. Selain itu, kegiatan usaha ini hanya bisa dilakukan oleh masyarakat yang memiliki modal relatif besar, sedangkan untuk masyarakat yang memiliki modal terbatas, bisa melakukan kerjasama dengan koperasi. Ttujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang tercipta dan distribusinya dalam pengolahan gabah menjadi beras pada usaha Penggilingan Padi Putra Doping di Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana yakni pada usaha Penggilingan Padi Putra Doping. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa usaha ini merupakan penggilingan gabah terbesar yang ada di

(2)

Desa Tampabulu. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara waawancara, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) serta menggunakan alat bantuan yang berupa kamera untuk pengambilan gambar atau dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam menghitung besarnya nilai tambah pengolahan gabah, menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami dalam Taipabu (2018). Format analisis nilai tambah disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Format Analisis Nilai Tambah Pengolahan Gabah menjadi beras Metode Hayami No. Output, Input dan Harga

1 Hasil Produksi (kg/Bulan) 2 Bahan Baku (kg/Bulan) 3 Tenaga Kerja (hk/Bulan) 4 Faktor Konversi = (1)/(2)

5 Koefisien Tenaga Kerja = (3)/(2) HOK 6 Harga Produk rata-rata (Rp/kg) 7 Upah Rata-rata (Rp/hk)

Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10 Nilai Produksi = (4) x (6) (Rp/kg) 11 a. Nilai Tambah = (10)-(8)-(9)(Rp/kg)

b. Rasio Nilai Tambah = (11a)/(10) (%) 12 a. Imbalan Tenaga Kerja = (5) x (7) (Rp/kg)

b. Bagian Tenaga Kerja = (12a) / (11a) (%) 13 a. Keuntungan = (11a) -(12a) (Rp)

b. Tingkat keuntungan = (13a) /(11a) (%)

Balas Jasa untuk Masing Masing Faktor Produksi 14 Margin Keuntungan (10-8)(Rp/Kg)

a. Pendapatan Tenaga Kerja ((12a/14) x 100) (%) b. Sumbangan Input Lain ((9/14) x 100) (%) c. Keuntungan Perusahaan ((13a/14) x 100) (%) Sumber: Hayami et al (1987).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan baku utama yang digunakan dalam usaha untuk menghasilkan beras adalah gabah.

Bahan baku diperoleh dari hasil pertanian masyarakat setempat dan untuk menjamin pengadaan bahan baku, cara ditempuh oleh perusahaan melalui kerja sama dengan petani penghasil bahan baku yaitu dengan kemitraan hasil pertanian. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian bahan baku sebesar Rp 4.000/kg. Dalam satu bulan kegiatan pengolahan dilakukan sebanyak 18 kali. Jumlah bahan baku yang digunakan adalah 126 Ton gabah, dengan rata-rata 7 Ton/pengolahan. Biaya yang dikeluarkan oleh pengolah adalah sebesar Rp 504.000.000 dengan rata-rata Rp 28.000.000/proses produksi.

Usaha pengolahan gabah pada perusahaan Penggilingan Padi Putra Doping mempunyai tenaga kerja sebanyak 20 orang dan keseluruhan adalah pria. Dalam satu bulan kegiatan produksi yang dilakukan sebanyak 18 kali pengolahan, dengan kisaran jam kerja adalah 8 jam perhari. Jumlah kisaran jam kerja dalam untuk 20 orang tenaga kerja adalah 2880 jam atau 360 HOK. Upah tenaga kerja rata-rata perharinya adalah sebesar Rp 70.000 per tenaga kerja

Sumbangan input lain adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. Biaya sumbangan input lain yang digunakan Putra Doping Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana Bulan Oktober 2017 disajikan pada tabel 2.

(3)

Tabel 2. Biaya sumbangan input lain yang digunakan Putra Doping Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara Kabupaten Bombana

Jenis Sumbangan Input Lain Nilai (Rp)

Biaya Penyusutan Alat 2.823.492

Bahan Penujang

Bahan Bakar Solar 5.040.000

Oli 300.000

Kemasan 920.000

Biaya Perlengkapan

Pajak Bangunan 31.250

Perawatan Peralatan 200.000

Listrik 50.000

Biaya Tranportasi 4.000.000

Jumlah Biaya Sumbangan Input Lain (Rp) Jumlah Bahan Baku (Kg)

13.364.742 126.000

Nilai Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 106.06

Produk yang dihasilkan dari usaha ini adalah beras, dalam satu bulan usaha ini melakukan kegiatan produksi sebanyak 18 kali pengolahan. Dalam satu kali pengolahan menggunakan bahan baku sebannyak 7 ton. Jumlah bahan baku yang digunakan yaitu sebanyak 126.000kg/bulan, menghasilkan produk yang berupa beras sebanyak 76.698 kg dengan rata rata 4.261 kg/ pengolahan dengan jenis beras kualitas medium. Harga beras medium yaitu Rp 7.800/Kg. Harga ini diberikan pada pemasok beras yang dimiliki oleh perusahaan yaitu, BULOG dan pedagang yang berada di wilayah Kota Kendari.

Tabel 3. Hasil Analisis Nilai Tambah Pengolahan Gabah Menjadi Beras pada Penggilingan Padi Putra Doping Desa Tampabulu, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana

No. Output, Input dan Harga Hasil

1 Hasil Produksi (kg/Bulan) 76.698

2 Bahan Baku (kg/Bulan) 126.000

3 Tenaga Kerja (hk/Bulan) 360

4 Faktor Konversi = (1)/(2) 0,608

5 Koefisien Tenaga Kerja = (3)/(2) HOK 0,002

6 Harga Produk rata-rata (Rp/kg) 7.800

7 Upah Rata-rata (Rp/hk) 70.000

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) 4000

9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 106,06

10 Nilai Produksi = (4) x (6) (Rp/kg) 4.742

11 a. Nilai Tambah = (10)-(8)-(9)(Rp/kg) 635,4

b. Rasio Nilai Tambah = (11a)/(10) (%) 13,3

12 a. Imbalan Tenaga Kerja = (5) x (7) (Rp/kg) 140

b. Bagian Tenaga Kerja = (12a) / (11a) (%) 22,03

13 a. Keuntungan = (11a) -(12a) (Rp) 495,4

b. Tingkat keuntungan = (13a) /(11a) (%) 77,96

Balas Jasa untuk Masing Masing Faktor Produksi

14 Margin Keuntungan (10-8)(Rp/Kg) 742

a. Pendapatan Tenaga Kerja ((12a/14) x 100) (%) 18,86

(4)

b. Sumbangan Input Lain ((9/14) x 100) (%) 14,29

c. Keuntungan Perusahaan ((13a/14) x 100) (%) 66,76

Usaha Putra Doping dalam mengolah gabah menjadi beras menggunakan bahan baku sebanyak 126.000 kg/bulan, menghasilkan produk beras sebanyak 76.698 kg/bulan dalam 18 kali pengolahan. Kisaran hari kerja yang dicurahkan oleh 20 orang tenaga adalah 360 HOK sebulan. Nilai faktor konversi pada usaha adalah 0,608. Artinya, untuk setiap satu kg gabah yang diolah akan diperoleh 0,608 Kg beras atau dengan tingkat rendemen sebesar 60%.

Koefisien tenaga kerja yaitu sebesar 0,002 HOK. Berarti untuk mengolah 1kg gabah dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,002 HOK. Harga produk beras pada penelitian ini adalah Rp 7.800/kg. Sementara itu, upah rata rata tenaga kerja perharinya adalah sebesar 70.000 per tenaga kerja. Bahan baku yang digunakan adalah gabah, yang diperoleh dari para petani dengan harga bahan baku sebesar Rp 4.000/kg.

Sumbangan input lain sebesar Rp 106,06/Kg. Nilai ini diperoleh dari selisih jumlah biaya sumbangan input lain dengan jumlah bahan baku Nilai produk Rp 4.742/kg bahan baku. Artinya setiap pengolahan satu kilo gabah akan diperoleh nilai dari beras Rp 4.742

Nilai tambah sebesar Rp 635,4/kg bahan baku artinya, setiap pengolahan satu kilo gabah menjadi beras akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 635,4.. Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah kotor karena di dalamnya ada bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Rasio nilai tambah sebesar 13,3%. Artinya, untuk setiap Rp 100 nilai produk akan diperoleh nilai tambah Rp 13,3.

Imbalan tenaga kerja adalah Rp 140/kg bahan baku. Artinnya dalam satu kilo bahan baku memerlukan imbalan tenaga kerja sebannyak Rp 140 dengan bagian tenaga kerja sebesar 22,03%.

Sementara itu, keuntungan pengolah sebesar Rp 495,4/kg bahan baku dengan tingkat keuntungan sebesar 77,97%. Jadi, keuntungan total yang diperoleh perusahaan dalam mengolah gabah menjadi beras adalah sebesar Rp 62. 420.400 untuk 18 kali pengolahan dalam satu bulan.

Marjin sebesar Rp 742/Kg, balas jasa terbesar merupakan keuntungan perusahaan sebesar 66,76% atau Rp 495,4/Kg bahan baku. Imbalan tenaga kerja menempati urutan yang kedua sebesar 18,86 % atau senilai Rp 140/Kg dan sumbangan input lain sebesar 14,29% dengan nilai Rp 106,06/Kg bahan baku. lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1.

Keterangan:

1.

= Nilai Tambah 2.

= Sumbangan Input Lain

= Bahan Baku 3.

4.

+ = Marjin

+ + = Nilai Produk

Gambar 1. Marjin Balas Jasa Masing Masing Faktor Produksi

Imbalan Tenaga Kerja 18,86% (Rp 140/Kg) Sumbangan Input Lain 14,29% (Rp 106,06/Kg)

Bahan Baku Rp 4.000/Kg Keuntungan Pengolah (Imbalan Modal dan Manajemen)

66.76% (Rp 495,4/Kg)

(5)

Gambar 1 memperlihatkan nilai tambah adalah keuntungan pengolah ditambah dengan imbalan tenaga kerja. Dalam margin pengolahan, dimana bagian balas jasa terbesar terdapat pada perusahaan, yaitu sebesar Rp 495.4 kemudian imbalan tenaga kerja sebesar Rp 140 dan bagian terendah adalah sumbangan input lain Rp 106,06. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dari segi perusahaan dapat dikatakan baik karena mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Artinya, pemilik modal atau perusahaan menikmati bagian terberbesar dari nilai tambah yang tercipta atas modal dan manajemen yang dijalankan. Dari keuntungan yang dinikmati oleh pengolah, dapat membantu untuk keberlanjutan usaha agar tetap dapat berjalan secara berkelanjutan. Namun, disatu sisi perusahaan juga menanggung resiko besar dari usaha yang dijalankan yakni terjadi kerugian dari usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis nilai tambah dalam pengolahan gabah menjadi beras pada usaha Penggilingan Padi Putra Doping, nilai tambah yang tercipta sebesar Rp 635,4/kg gabah. Keuntungan perusahaan sebesar Rp 495,4 dan imbalan tenaga kerja sebesar Rp 140/ Kg.

Dari hasil dapat dikatakan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bafadal (1993) yang berjudul Analisis Keragaman Agroindustri Jambu Mete Studi Kasus PT. Guna Mete Industri, Solo, Jawa Tengah. Nilai tambah yang tercipta dari pengolahan jambu mete adalah sebesar Rp 1.374,80/kg bahan baku, dengan keuntungan pengolah sebesar Rp 1.249,98/kg dan imbalan tenaga kerja sebesar Rp 124,82/kg.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa nilai tambah yang tercipta dari pengolah gabah menjadi beras adalah sebesar Rp 635,4/kg gabah. Distribusi dari nilai tambah ini dinikmati perusahaan atau keuntungan pengolah sebesar Rp 495,4 (77,97%) dan imbalan tenaga kerja sebesar Rp 140 (22,03%). Pemilik usaha memperoleh bagian terbesar dari nilai tambah yang tercipta atas modal, manajemen dan resiko dalam usaha yang dijalankan.

Saran

Perusahaan diharapkan dapat lebih aktif dalam memperoleh gabah sehingga meningkatkan frekwensi pengolahan untuk menambah keuntungan bagi pengolah dan menambah imbalan bagi tenaga kerja melalui peningkatan hari kerja.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana. 2017. Kabupaten Bombana dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik. Kendari.

Darsono, Nurjayanti ED, Mar’atisolikah U. 2013. Analisis Nilai Tambah Industri Keripik Tempe Skala Rumah Tangga (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian. 9(2):24–35.

Khaswarina S, Meganingsih N. 2014. Analyze The Value Added And Profit Agroindustry Tempeh Chips In Desa Buluh Anthology Seberida District Of Indragiri Hulu. Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE). 5(1):2087 – 4093.

Mashyuri SN. Awami, Waluyati LR. 2012. Analisis Usaha dan Nilai Tambah dari Usaha Pengolahan Marning dan Emping Jagung di Kabupaten Grobogan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 9(1):29-39 Nurmedika, Marhawati, Alam MN. 2013. Analysis of Income and Added Value of Jackfruit to Jackfruit

chip by home industry “Tiara” in Palu. J. Agrotekbis. 1(3):267-273.

Pramisto RA, Lubis SN, Emalisa. 2014. Analisis Nilai Tambah Jagung (Zea Mays) Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Unggas (Studi Kasus: PT. Charoen Pokphand Kim Mabar). Journal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness. 3(3):31–44.

Rahman S. 2014. Analysis of Added Value of Corn Chips Agro-industry. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 4(3):2089-7693.

Ruauw E, Katiandagho TM, Suwardi PAP. 2011. Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Agriindustri Manisan Pala UD Putri Di Kota Bitung. Journal Ilmu Pertanian. 8(1):31–44.

Taipabu, LIF, Saediman, Fyka, SA. 2018. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopra Di Desa Waepandan Kecamatan Kepala Madan Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Ilmiah Agribisnis (Jurnal Agribisnis dan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) 2018:3(3):74-78. doi:

http://dx.doi.org/10.33772/jia.v3i3.7833.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan salak sampai menjadi produk olahan, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari

Program dan kegiatan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang mendukung upaya penyelamatan hasil untuk peningkatan mutu dan nilai tambah gabahlberas antara

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui saluran tata niaga gabah/ beras juga karakteristik dan permasalahan setiap pelaku tata niaga gabah/ beras. Analisis

gabah yang di giling oleh usaha penggilingan padi kecil setiap tahun di.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Berapa besar biaya produksi, pendapatan dari usaha pengolahan kopi arabika dan untuk menganalisis nilai tambah yang

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan gula aren di daerah penelitian adalah sebesar Rp 77,53, dengan rasio nilai tambah sebesar 3,23%, artinya nilai tambah yang diperoleh

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh da- lam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka “Madur” di Desa