AnakHiperaktif di Sur abaya)
SKRIPSI
oleh :
DYAH ANJ ARSARI NPM.0943010110
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
DisusunOleh :
DYAH ANJ ARSARI NPM. 0943010110
Telah disetujui untuk mengikuti ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 19630907 199103 2001
Mengetahui, DEKAN
DYAH ANJ ARSARI NPM.0943010110
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan nasional “Veteran” J awa Timur
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1. Ketua
Dra. Diana Amalia, M.Si Ir. Didiek Tr anggono, M.Si.
NIP. 196309071991032001 NIP. 195812251990011001
2. Sekr etaris
Dr s. Saifuddin Zuhr i, Msi NPT. 370069400351 3. Anggota
Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 196309071991032001 Mengetahui,
DEKAN
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1Manfaat Teoritis ... 6
1.4.2Manfaat Praktis... ... 7
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian komunikasi... ... 10
2.2.2 Fungsi Komunikasi ... 13
2.2.3 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 14
2.2.3.1Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 17
2.2.4 Pengertian Keluarga ... 19
2.2.4.1Pengertian Orang Tua ... 21
2.2.4.2Pengertian Anak... 22
2.2.5 Fungsi Keluarga ... 24
2.2.8 Pengertian Anak Hiperaktif ... 36
2.2.9 Ciri-ciri Anak Hiperaktif ... 39
2.2.10 Kerangka Berfikir ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 44
3.2 Definisi Operasional Konsep ... 47
3.3 Informan Penelitian ... 53
3.4 Lokasi Penelitian ... 53
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.5.1 Wawancara ... 54
3.5.2 Observasi ... 55
3.5.3 Studi Literatur ... 55
3.6 Teknik Analisis Data ... 56
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 57
4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ... 57
4.1.2 Gambaran Umum Anak Hiperaktif ... 58
4.1.3 Identitas Informan ... 59
4.1.4 Penyajian Data dan Pembahasan ... 61
4.1.4.1Penyajian Data ... 61
Komunikasi orang tua dan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Orang tua senantiasa dapat mengikuti perkembangan anaknya dan sebaliknya anak akan mengerti apa yang menjadi keinginan orang tuanya. Disinilah peran orang tua sangat penting bagi anaknya. Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif.
Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Macam- macam pola komunikasi orang tua pada anak,
yaitu Authoritarian (otoriter), Permissive (membebaskan), Authoritative
(demokratis). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam (indepthinterview) dan teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling.
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa secara dominan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari tiga orang tua yang mendidik tingkah laku anak yang hiperaktif menganut pola
komuniksi Authoritarian sedangkan lainnya menganut pola komunikasi
Authoritative.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, orang tua, anak
ABSTRACT
DYAH ANJ ARSARI, 0943010110. PATTERNS OF COMMUNICATION WITH PARENTS hyper active child (Qualitative Descr iptive Study of Communication Patter ns Hyper active Par ents With Childr en in Sur abaya)
Communication parents and children should be built in harmony to instill in children a good education. Parents can always keep track of their children and vice versa child will understand what the wishes of his parents. Here, the role of parents is very important for parents to be able to steer children. Parents into a positive thing.
Emotional development of children is affected by changes in patterns of interaction and communication patterns within the family. Various patterns of parental communication in children, namely Authoritarian (authoritarian), permissive (frees), authoritative (democratic). This study is a descriptive study with qualitative data . The technique used to collect the primary data source is the in-depth interviews (indepth interview) and informant making techniques using purposive sampling technique.
Based on the data analysis and discussion of results, it can be argued that there is predominantly the result of this study is to show that two out of three parents who educate children hyperactive behavior pattern analysis communicates adheres Authoritarian whereas other authoritative communication patterns.
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak bayi manusia menjadi Homo sociologius (makhluk hidup), atau barang kali sering didengar sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang hidup bersama dengan orang lain di dalam masyarakat, dia telah melakukan komunikasi dengan
sesamanya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dirinya maupun bagi kepentingan orang lain. Makhluk muda itu mulai mengerti siapa dirinya, siapa
orang yang dihadapinya, apa saja peran mereka, dan apa pula peran dirinya dalam berinteraksi dengan pihak lain tersebut, setelah itu manusia muda yang akan semakin berkembang justru tidak akan pernah dapat menghindari diri dari yang
namanya komunikasi (Sutaryo, 2005 : 1).
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi.Manusia adalah makhluk sosial, yang berarti manusia itu hidup dengan manusia lainnya antarayang satu dengan yang lain dengansaling
membutuhkan dan manusia tidak dapat hidup dengan sendiri, untuk tetap melangsungkan kehidupannya.Oleh sebab itu, Manusia perlu berhubungan dengan
Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari sekian banyak definisi yang di ungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna
hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitakan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku baik secara langsung (lisan) ataupun secara tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2005:5).
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanam nilai-nilai.Komunikasi didalam keluarga antara orang tua dan anak sangatlah penting untuk membentuk kepribadian anak, apabila terjadi komunikasi yang baik
maka anak akan memiliki sikap kemandirian. Kemandirian adalah sifat seseorang tidak tergantung pada orang lain. Anak akan berusaha menggunakan segenap
kemampuan inisiatif, daya kreasi, kecerdasan, dengan baik. Dengan kemampuan ini justru merupakan tantangan untuk membuktikan kretifitasnya. Dengan hal ini akan mendorong diri dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sebaik-baiknya
(Dariyo, 2002:82).
Komunikasi juga merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental
Sebuah keluarga akan berfungsi optimal apabila di dalamnya terdapat pola
komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritul yang terjaga (Kriswanto, 2005:9).
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik di harapkan akan tercipata pola asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya
mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik dan
bukan sebagai objek semata. (Djamarah, 2004:2).
Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan
pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang
merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi. Terdapat tiga pola komunikasi hubungan orang tua dan anak, yaitu : Authoritarian (cenderung brsikap bermusuhan), Permissive
krama yang dapata menentukan perkembangan anak (Gunarsa, 2002).
Suasana harmonis dalam keluarga bisa tercapai apabila setiap anggotanya dari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga. (Gunarsa, 2002:207).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, salah satu fenomena yang terjadi adalah bagaimana cara menyikapi anak yang hiperaktif. Salah satu
perilakunya adalah anak yang tidak bisa diam, impulsive, sulit diatur dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembanganya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara umum
di masyarakat disebut anak hiperaktif. (Mary Go Setiawani, 2000: 137-141).
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH) atau attention devisit and hyperactivity disorder
(ADHD). Anak tersebut tidak bisa diam, sulit untuk memusatkan perhatian, tidak mampu berpikir berat, sulit menyelesaikan tugas dan sulit menyelesaikan
masalah, sehingga secara akademik hasil belajar di bawah rata-rata. Anak dengan gangguan emosi ini mempunyai problem perilaku, yaitu dalam merespon emosi.
terhadap nilai-nilai sopan santun serta sikapnya yang egois dan sulit diatur.
Anak tunalaras tipe hiperaktif tidak mau berpikir yang berhubungan. Dengan pemecahan masalah, sehingga kalau menghadapi tugas-tugas kurang berminat bahkan membencinya termasuk juga dalam pelajaran di sekolah.
Anak lebih suka bermain dibanding melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih bermanfaat bagi dirinya, misalnya pekerjaan rumah ataupun belajar
disekolah. Permasalahan hiperaktif adalah anak yang tidak bisa diam, anak
impulsive, dan anak kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan
Melihat anak yang aktif tingkat tinggi seperti itu, mungkin orang tua jadi
sering memarahinya, membentak atau bahkan melakukan hukuman fisik, missal mencubit, agar anak menjadi diam atau tenang. Tetapi sebenarnya tindakan seperti itu bukan solusi yang baik. Dengan demikian orang tua seharusnya bisa
melindungi menjaga, merawat, mendidik, serta memberikan kasih sayang terhadap anak-anaknya tanpa perlu melakukan kekerasan sedikitpun. Oleh karena
itu orang tua sebagai pimpinan faktor penentu dalam menciptakan keakraban hubungan dalam keluarga. Pola asuh yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya. Oleh karena itu, tak
seorang anak hyperaktif dihukum yang terlalu berlebihan (Grant L. Martin 34-35)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi orang tua
dengan anak yang hiperaktif.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara
orang tua dengan anak yang hiperaktif.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif khususnya, penelitian ini diharapkan dapat
emosi anak.
b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang
2.1 Penelitian Ter da hulu
Dari jurnal terdahulu dengan judul Pola Komunikasi Keluarga dan
Perkembangan Emosi Anak. Yang diteliti oleh Yuli Setyowati, Staf pengajar Program
Studi Ilmu Komunikasi STMPD “APMD” Yogyakarta.Jenis penelitian ini mengambil
strategi atau metode deskriptif kualitatif dengan intrepretasi mandalam terhadap
temuan-temuan lapangan berdasarkan fakta yang ada mengenai informasi
perkembangan emosi anak yang dihasilkan dari penerapan pola komunikasi
keluarga.Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati (Bogdan Taylor dikutip Basrowi dan Sukidin, 2002).
Lalu pada penelitian kedua yang berjudul Pola KomunikasiOrang tua Dalam
Membentuk Kepribadian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) yang diteliti oleh Yuni
Retnowati dari Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) di Yogyakarta ini dengan
menggunakan desain penelitian survey dengan pendekatan kualitatif, yaitu survey
yang digunakan dalam penelitian deskriptif.Survey yang bertujuan untuk
sejumlah kecil dari populasi.Dan berdasarkan sampel yang didapat di ambil beberapa
kasus yang ditindaklanjuti dengan wawancara mendalam yang dimaksudkan untuk
mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan fenomena komunikasi.Penelitian ini
tidak menggambarkan satu unit populasi tetapi membahas unit orang tua tunggal
beretnis jawa yang tinggal di Yogyakarta. Unit penelitia ini adalah perempuan yang
berstatus sebagai orang tua tunggal berdasrakan data Perceraian di Pengadilan Agama
Kota Yogyakarta dari Tahun 2001-2005 yang bekerja nafkah dan mempunyai hak
asuh anak berusia 7-12 tahun.
Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian yang
sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Pola Komunikasi Orangtua dengan
Anak yang Hiperaktif, dari kedua penelitian tersebut di atas memiliki persamaan
dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini metodenya sama-sama
menggunakan metode kualitatif dan juga sama-sama meneliti tentang Pola
Komunikasi. Selain itu terdapat pula perbedaan berupa objek penelitian, dimana
kedua penelitian tersebut di atas meneliti objek yang sudah umum, dan meneliti pola
komunikasi orang tua yang mendidik anaknya yang menderita ADHD. Sedang
kelebihan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adanya perbedaan orang tua
masing-masing dalam cara mendidik dan menerima seorang anaknya yang mengidap
Pernyataan permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena hasil
penelitiannya akan sangat berguna bagi banyak orangtua untuk melakukan
komunikasi kepada anaknya dan menghindari pencegahan konflik atau yang tengah
menghadapi keadaan serupa.
2.2 Landasan Teor i
2.2.1 Penger tia n Komunika si
Secara ontologis dapat dilihat, bahwa komunikasi itu adalah perhubungan atau
proses pemindahan, pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau
lambang-lambang, apakah itu dengan bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat. Sedangkan secara
aksiologis komunikasi diperlihatkan sebagai suatu proses pemindahan pesan dari
komunikator kepada komunikan. Komunikator memberikan rangsangan (stimulus),
sehingga sikap, ide, atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikator ataupun
komunikan. Adapun secara estimologis, nampak bahwa komunikasi bertujuan untuk
merubah tingkah laku seseorang, merubah pola pikir atau sikap orang lain
(komunikan) untuk dapat membangun kebersamaan mencapai ide yang sama demi
tujuan yang sama pula.
Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang dimaksud
Menurut(Widjaja, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai
hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau diartikan
pula saling tukar-menukar pendapat.Komunikasi dapat pula diartikan sebagai
hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.
Komunikasi adalah peristiwa social yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lainnya. Ilmu komunikasi apabila dipublikasikan secara
benar akan mampu mencegah dan menghilangnya konflik antar pribadi, antar
kelomok, antar suku, antar bangsa, dan juga antar ras sehingga bisa membina
kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy, 2002 :27).
Komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya yang mempunyai tujuan
untuk mengubah atau membentuk peilaku oarng menjadi sasaran komunikasi.
Disamping itu komunikasi merupakan proses yang penyampaiannya menggunakan
simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar, dan angka-angka.
Menurut Edward Depari (Onong, 2006:62) komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang-lambang tertentu yang
mengandung arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima
pesan. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan
sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam
dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan ataupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut
tersimpulkan tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat
(opinion), atau perilaku (behavior).
Komunikasi juga memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan verbalmaupun
non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah
laku. Dalam hal perubahan tingkah laku yang mungkin dapat mempengaruhi aspek
kognitif, afektif, atau psikomotor.
Perkembngan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De Vito, K.
Sereno dan Erika vora yang menilai factor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya mendukung terjadinya proses komunikasi.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komuikasi memiliki pengertian yang
luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolahan pesan yang terjadi
didalam diri sendiri, seseorang, atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan
2.2.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia, maka
menurut Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain:
1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.
2. Dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berbeda.
3. Dapat melakukan transformasi warisan social kepada generasi penerus.
Menurut Deddy Mulyanadalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
mengutip kerangka pikir William I Gorden, mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang
dibagi menjadi empat bagian.
Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya
tidak sama sekali independen, melainkan berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya,
meskipun terdapat suatu fungsi dominan diantaranya :
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan terhindar dari tekanan.
Pembentukan konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan
itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan
dirinya eksis, inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi
2. Fungsi Komuikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui
pesan non verbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering
melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut
orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat
simbolik.
4. Fungsi Komuikasi Instrumental
Komuikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu :
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan
serta mengubah perilaku atau tindakan dan bertujuan untuk membujuk
(persuasif). Sutau peristiwa komunikasi sesungguhnya sering kali
mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih meskipun salah satu fungsinya
sangat menonjol dan mendominasi.
2.2.3 Penger tian Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang
yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat
sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal
adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Hubungan itu dapat diklasifikasikan
dalam beberapa cara.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekeika. Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi di dalam diri sendiri, didalam diri manusia yang
terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima
dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi komunikasi dan
hubungan dengan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan itu berpula dari diri
seseorang (Muhammad 2005:158).
Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpesonal Communication
Book”mendefinisiakan komunikasi antar pribadi sebagai berikut : “proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dari beberapa umpan balik seketika”.
Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara
dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu
pertemuan.Pentingnya komuikasi antar pribadi ialah karena prosesnya
monologis. Monologis menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seorang
berbicara, yang lain hanya mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi.
Edna Rogers (2002:1) mengemukakan bahwa pendekatan hubungan dalam
menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengansumsikan bahwa hubungan
komunikasi antar pribadi dapat membemtuk struktur social yang diciptakan melalui
proses komunikasi. Pembentukannya mencakup konteks perkembangan proses
komunikasi tersebut (Wiriyanto,2004:35). Adapun faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :
a. Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya
kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan
adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka hubungan komunikasi memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi.
b. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi, seseorang bersikap defrensif apabila tidak menerima, tidak
jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensive komunikasi interpersonal akan
c. Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya, dan sikap tidak suportif, sikap terbuka dapat
mendorong timbulnya ssaling pengertian, saling menghargai dan paling yaitu
saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
(Rahmat,1999:129).
2.2.3.1 Tujua n Komunika si Inter per sonal
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan.Tujuan
komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga
tidak perlu dinyatakan.Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari dan
disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai
atau mengenai diri kita. Melalui kita juga dapat belajar bagaimana kita
menghadapi yang lain, apakah kekuatan dan kelemahan kiyta dan
siapakah yang menyukai dan tidak menyukai kita dan mengapa.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami lebih baik lagi dunia
luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan baik dengan orang lain. Banyak waktu dari kita
pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan social dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Komunikasi interpersonal
menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai keefektifan media
massa, bertentangan dengan situasi interpersonal dalam mengubah
tingkah laku tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi
interpersonal daripada komunikasi media massa.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan berbicara dengan teman atau bercerita
dengan teman, walaupun kegiatan tersebut tidak sangat
dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang
memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang
lain dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Memberikan bantuan
bisa dikatakan apakah professional dan tidak professional,
keberhasilan memberikan bantuan tergantung kepada pengetahuan dan
keterampilan komunikasi interpersonal.
Berdasarkan tujuan komunikasi interpersonal dapat memungkinkan kita
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang diri, membentuk hubungan yang
baik dengan orang lain dan menambah pengetahuan dunia luar
(Muhammad.2005:165-168).
2.2.4 Penger tian Kelua r ga
Keluarga merupakan suatu unit kecil yang bersifat universal, artinya terdapat
pada setiap masyarakat didunia atau suatu system social yang terbentuk dalam system
social yang lebih besar.Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (muclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang
belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan
keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang
lebih luas dari pada ayah, ibu dan ank-anak. (Yusuf,2007:36).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam temoat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, saling meyerahka diri yang
dijalin oleh kasih saying (Djamarah, 2004:16).
Dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang mejalankan fungsi-fungsi
keteladanan.Adapun yang diucapkan harus selaras dengan orang tua yang menjadi
teladan bagi anak-anaknya.Suami juga menjadi teladan bagi istrinya begitu juga
dengan istri menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak (AL-FALAH edisi 237).Dapat
juga dikatakan orang tua lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah
dan ibu (Gerungann, 2002:185).Orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya, oleh
karena itu dari masing-masing sifat disajikan dalam satu ikatan pernikahan yang
bertujuan untuk mendapatkan keturunan.Orang tua merupakan bagian inti dari suatu
keluarga, orang tua menjadi fasilitator buat anak-anaknya dirumah seab kelurga
erupakan tempat peletakan dasar-dasar kepribadian anak selanjutnya.Oleh karena itu
orang tua terkadan tidak mengetahui maksud dan keinginan anak sebenanya, mereka
(orang tua) hanya ingin didengar, hanya ingin dituruti, dan ditaati tetapi pada
dasarnya tugas utama orang tua dalam keluarga adalah menjadi fasilitator lansung dan
menciptakan iklim demokratis, pengertian dan kestabilan emosi (Murtiasih dan
Atmojo, 2001:86-88).
2.2.4.1 Penger tian Or ang Tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu kandung.
Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orang tua dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
a. Orang Tua Kandung
Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan
darah secara biologis (yang melahirkan).
b. Orang Tua Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua
sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.
c. Orang tua Asuh
Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandung
atas dasar kemanusiaan.
Dasar dari pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan
wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis
membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara
kesinambungan.
2.2.4.2 Penger tia n Anak
Anak adalah makhluk social seperti juga orang dewasa.Menurut John
Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka
terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Sedangkan menurut Departmen of Child and Adolescent Health and
Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah
20 tahun.The Convention on the Rights of the Child, mendefinisikan anak-anak
sebagai orang yang berusia dibawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan
anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi
besar.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20820/4/chapter%2011.p
df
Anak adalah fase tumbuh kembang secara fisik maupun emosi setiap
manusia. Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001:21) bahwa usia yang dapat
disebut sebagai anak yaitu diantara usia 11 sampai 24 tahun. Periode anak ini
dipandang sebagai masa “storm and stress”, frustasi, konflik dan penyesuaian
diri, mimpi dan melamunkan cinta, dan perasaan terisolasi atau tersisihkan dari
kehidupan social budaya kerap muncul pada diri seorang anak.
Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pengertian
1. Anak Kandung
Anak kandung adalah pria atau wanita yang mempunyai hubungan
darah secara biologis (lahir) dalam sebuah keluarga.
2. Anak Angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tetapi dianggap sebagai anak
sendiri yang berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.
3. Anak Asuh
Anak yang mencari biaya hidup dengan meminta bantuan pada orang
tua yang bukan orang tua kandungnya atas dasar kemanusiaan.
4. Anak Tiri
Anak dari hasil hubungan dari istri suami yamg telah bercerai namun
dianggap sebagai anak sendiri oleh keluarga istri maupun keluarga
suami yang telah menikah lagi.
Anak merupakan makhluk social yang membutuhkan pemeliharaan, kasih
sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan,
pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan
sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada
masa
anak.http://www.duniapsikologi.com//pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/
Seseorang yang dianggap sebagai anak bilamana memenuhi persyaratan
perlindungan anak, maka berlaku undang-undang No.4 tahun 1979, pasal 1 ayat
2yaitu: anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
pernah kawin. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak adalah orang yang berusia
0-21 tahun.http://www.pelangibiru.net/2011/02/anak-pengertian-anak.html
2.2.5 Fungsi Keluarga
Yusuf (2001:39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang
sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan kedalam fungsi-fungsi berikut:
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata social yang memberikan legalita,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi; (a)
pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual suami istri dan (c) reproduksi
atau pengembangan keturunan.
2. Fungsi Ekonomi
Keluarga merupakan unit ekonomi dalam sebagian besar masyarakat
primitive. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk
menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Pendidikan (Educatif)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak.Keluarga berfungsi sebagai “transmiliter budaya atau mediator” social
penanaman, pembimbingan atau pembinasaaan nilai-nilai agama, budaya
dan keterampilan-keterampilan tertentu ysng bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentuan (determinant factor) yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan dating. Keluarga
berfungsi sebagai miniature masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para
anggotanya.Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi
perkembangan kemampun anak untuk mentaati peraturan (disiplin) mau
bekerjasama dengan orang lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat
gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam
kehidupan heterogen (etnis, ras, agama, budaya).
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari
gangguan, ancaman, atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik
psikologi) bagi para anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberiksn
kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat bagi
anggotanya.Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa seperti
yang menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang tidak
kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor dan
7. Fungsi Agama
Keluarga befungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar
mereka memiliki pedoman hidup yang benar.Keluarga berkewajiban
mengajar, membimbing, atau membiasakan anggota keluarga yang memiliki
keyakinan yang kuat terhadap tuhan yang memiliki mental yang sehat, yakni
mereka terhindar dari beban-beban psikologi dan mampu menyesuaikan
dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta
kesejahteraan masyarakat.
2.2.6 Komunikasi Kelua r ga
Komunikasi Keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara
anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,
komunikasi anatara orang tua dan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun hubungan yang baik dalam keluarga (Djamarah., 2004:38).
Dalam dunia modern ini menyebabakan perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan keluarga.Akibatnya pola komunikasi keluarga telah berubah secara radikal
(drastis). Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut
dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak
anggota keluarga lainnya.Dilihat pada uraian diatas, maka anakpun memikul dampak
dari perubahan yang terjadi pada keluarga.
Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak sangat diperlukan dalam
proses sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang terjadi pada
remaja maupun pada hubungan orang tua dan anak. Sehingga dengan adanya
komunikasi orang tua dan anak dapat membantu memecahkan masalah anak
(Gunarsa, 2000:206).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena yang
efektif menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
semakin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan
terbina komunikasi yang efektif antar orang dan anak, sehingga akan terjadi
hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan yang harmonis
antara orang tua dan anak diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak
dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak (Munandan,
1993:23). Disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut
komunikasi keluarga.
Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka
dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga pada
umumnya bersikap akrab dan terbuka (Pratiko, 1987:23). Namun untuk mengadakan
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak usia remaja tidak mudah, karena ada
1. Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada kedudukan
anaknya yang menginjak usia remaja.
2. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga
meninggalkan salah tafsir atau salah paham.
3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi anak.
4. Hubungan oramg tua dan anak hanya terjadi secara singkat dan formal,
karena selalu sibuknya orang tua.
5. Anak tidak diberi keksempatan mengembangkan kreativitasnya serta
memberikan pandangan-pandangannya secara bebas (Soekanto, 1993:15).
2.2.6.1 Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga
Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara
timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua dengan anak atau dari anak
ke orang tua.Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin
disampaikan, sehingga kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif
(Djamarah, 2004:1).
Sedangkan menurut Rakhmat (2002:129), tidak benar anggapan orang
bahwa semakin sering seseorang melakukan komunikasi interpersonal dengan
orang lain, maka makin baikn hubungan mereka.Persoalannya adalah bukan
dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah
bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi seberapa besar kualitas
komunikasi tersebut.
Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan balikpun
terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu
bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy,
2003:15).
Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, seba
ia yang menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi
yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan
komunikator bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka
yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14).
Umpan balik bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan
komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancer, sedangkan
sebaliknya umpan balik dikata negative ketika respon komunikan tidak
menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan
komunikasi tersebut.
2.2.6.2 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Inter persona l Dalam Keluar ga
Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam
informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga dapat mengarahkan pada
komunikasi yang efektif, yaiyu: (Irwanto, 2001:85).
1. Konsistensi
Informasi yang disampaikan secara konsistensi akan dapat
dipercaya dan relative lebih jelas dibandingkan dengan informasi yang
selalu berubah. Ketidak konsistensian yang membuat para remaja
bingung dlam menafsirkan informasi.
2. Ketegasan (Assertiveness)
Ketegasan berarti bukan otoriter ketegasan membantu meyakinkan
remaja atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator
benar-benar meyakini nilai atas sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru
oleh anak, maka ketegasan akan memberi jaminan bahwa
mengharapkan anak-anak yang berperilaku yang sesuai yang
diharapkan.
3. Percaya (Trust)
Faktor percaya adalah yang paling penting karena percaya
menentukan efektifitas kmunikasi, meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas
pengiriman, penerimaan informasi, serta memperluas peluang
komunikan untuk mencapai maksudnya, hilangnya kepercayan pada
orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal
Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya
(Rakhmat, 2002:131), yaitu:
a. Menerima
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain
tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang
melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut
dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain
atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
b. Empati
Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan
mengembangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain,
seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan.
c. Kejujuran
Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak
jujur atau sering menyembunyikan pikir dan
pendapatnya.Kejujuran juga dapat mengakibatkan perilaku
seseorang dapat diduga. Hal ini mendorong untuk percaya antara
satu dengan yang lain.
4. Sikap sportif
Sikap sportif adalah sikap mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi. Sikap defensivakan banyak menyebakan komunikasi
ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi dari pada
pesan orang lain.
5. Sikap terbuka
Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling
menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan
interpersonal.
6. Bersikap positif
Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atas
pandangan positif terhadap diri seseorang, perasaan positif untuk
berkomunikasi dan “menyerang” seseorang yang diajak
berinteraksi. Perilaku “menyerang” dapat dilakukan secara verbal
seperti kata-kata “aku suka kamu” atau “kamu nakal” sedangkan
perilaku “menyerang” yang bersifat non verbal atau berupa
senyuman, pelukan bahkan pukulan. Perilaku “meyerang” dapat
bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian
dan mengandung prilaku yang diharapkan dan
dihargai.“Menyerang”yang negative bersifat menentang atau
menghukum seperti mengeluarkan perbuatan kasar yang dapat
menyakiti seseorang baik secara fisik maupun psikologis (De
Vito, 1989).Pentingnya “menyerang” yang dinyatakan oleh
Kristina (dalam Kartono, 1994:153) bahwa “menyerang” positif
menerimanya.“Menyerang” secara negative juga diperlukan asal
dalam batasan yang wajar seperti menegur atau memahami anak
bila memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan
alasan demikian.
2.2.7 Penger tian Pola Komunikasi
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi
adalah proses pengiriman atau penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan
cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman pesan dengan cara yang
tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Bahri, 2004:1).
Pengertian lain dari pola komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari
proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya (Tarmudji, 1998:27).
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau
lebih daa proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah,
Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu
gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar
organisasi ataupun juga manusia.
Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak, yaitu
(Yusuf, 2001:52) :
a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap
menolak. Sedangkan di pihak anak mudah tersinggung, penakut, pemurung
dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh stres, tidak mempunyai arah
masa depan yang jelas tidak bersahabat.
b. Permissive (Cenderung berperilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan kontrolnya rendah, memberi
kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya.Sedangkan anak bersikap implusif serta agresif kurang
memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan
c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)
Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tinggi, bersikap
responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan yang buruk. Sedangkan anak bersifat bersahabat, memiliki
rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan,
mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahunya tinggi, mempunyai tujuan
atau arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.
Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator
dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu
dengan yang lain (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap yang dapat mendukung
kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah :
1. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan
sering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam
dan mendasar.
2. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan
menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan non verbal saat
komunikasi berlangsung.
3. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk
reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga dapat menggapai dengan positif
tanpa adanya unsur keterpaksaan.
2.2.8 Penger tia n Anak Hiperaktif
Hiperaktif adalah gangguan yang sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar
tahun 1900 di tengah dunia medis.Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul
istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). sebenarnya anak dengan
AD/Hd ini tidak terlalu sejalan dengan anak “nakal”, sebab anak hiperaktif
penyebabnya dalah gangguan hormonal , gangguan keseimbangan kimiawi dalam
susunan saraf otak dan perkembangan otak yang tidak normal. Sehingga otak
mengalami gangguan fungsi.
Disebut juga Brain Dysfunciton Syndrome. Gangguannya disebut hiperkenetik
sebab ditandai dengan berlebihannya gerakan. Banyak juga anak yang hiperaktif
dengan latar belakan yang disebabkan oleh lingkungan dan faktor emosional serta
social , antara lain pola mendidik yang salah. Ada juga anak hiperaktif yang hereditair
(karena keturunan). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga
gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :
inatensi, hiperaktif- impulsive, kombinasi
Inatensi atau pemusatan perhatian dan mudah terganggu. Seorang anak yang
kurang perhatiannya akan mengalami kesulitan dalam menekuni tugas dan
memusatkan perhatiannya. Bila dibandingkan dengan anak-anak normal
yang seusia. Sering mengalihkan fokusnya dan juga kesulitan dalam
berkonsentrasi pada pekerjaan sekolah.
b. Hiperaktif-impulsif :
hiperaktif
Rangsangan berlebih atau hiperaktivitas. Sebagian anak AD/HD tipe ini
mengalami gangguan yang resah secara berlebihan, hiperaktif, dan mudah
terkena rangsangan. Ciri ini bisa mempengaruhi gerakan tubuh dan
emosi-emosi. anak yang hiperaktif sering mengalami kesulitan dalam
mengendalikan gerakan-gerakan tubuh mereka
Impulsif
Anak AD/HD dengan tipe ini tidak berfikir dulu sebelum bertindak. Karena
bermasalah dengan konsentrasi, maka mereka mengalami kesulitan dalam
menimbang konsekuensi pilihan – pilihan atau membuat rencana-rencana
masa depan.
Anak AD/HD dengan tipe ini memiliki masalah dalam memusatkan
perhatian pada suatu hal yang juga disertai dengan hiperakyivitas dan
kesulitan untuk mendeteksi tingkah laku. Maka dari itu tidak jarang anak
hiperaktif tipe ini sering kehilangan barang , sering kurang teliti, dan juga
suka berjalan kesana-kemari
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih
ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan
terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam
2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.Selain itu, harus ada bukti yang jelas
bahwa anak yang menderita AD/HD mengalami gangguan yang signifikan pada
fungsi social, akademis, atau fungsi okupasi.
Sedangkan menurut panduan diagnosa yang digunakan oleh dokter jiwa di
Indonesia, anak dikatakan AD/HD bila memenuhi kriteria umum mengenai gangguan
hiperkenetik (F90) dengan ciri utama berkurangnya perhatian dan aktivitas
berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak dalam diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, di kelas, di klinik.(PPDGJ –
Pedoman Pengklasifikasikasian dan Diagnosa Gangguan Jiwa – III, 1990). Sementara
dalam dunia pendidikan, seseorang dengan AD/HD termasuk dalam kategori “Other
suatu stimulus yang memberikan pengaruh buruk dalam performa anak di dunia
pendidikan (Individuals with Disabilities Education Act-IDEA, 2000).
Meskipun demikian, perkembangan sejarah ilmu dengan hasil-hasil
penelitiannya, bagaimanapun juga tidak mengubah fakta bahwa anak yang menderita
AD/HD adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang berakal budi dan berhati nurani (Mimi
institute, 2012 : 15-16)
2.2.9 Cir i – cir i Anak Hiper aktif
Adapun ciri-ciri yang terdapat dalam anak Hiperaktif dapat dilihat antara lain
adalah :
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas t idak bisa berkonsentrasi lebih dari
lima menit. Dengan kata lain, dia tidak bisa diam dalam waktu lama dan
mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Misalnya, ketika sedang
bermain mobil-mobilan kemudian datang anak lain membawa bola, dia
langsung berfokus dan merubah perhatiannya pada anak yang membawa
bola tersebut. Ia pun akan berperilaku impulsif, seperti selalu ingin meraih
dan memegang apapaun yang ada dipenanya. Tidak hanya itu , anak yang
memiliki gagnguan hiperaktivitas tidak memiliki fokus yang jelas. Dia
maksud jelas sehingga kalimat nya seringkali sulit dipahami. Demukian
pila pola interaksinya dengan orang lain, anak hiperaktif cenderung tidak
mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2. Menentang
Anak dengan gagngguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penentang atau pembangkang dan tidak mau dinasehati. Misalnya,
penderita hiepraktif akan marah jika dilarang berlari kesana-kemari,
corat-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan
dengan sikapnya yang acuh.
3. Destruktif
Perilaku anak hiperaktif bersifat destruktif atau merusak. Ketika
menyusun puzzle misalnya. Anak aktif akan menyelesaikannya denag baik
sampai puzzle tersususn rapi. Sebaliknay anak hiperaktif bukan
menyelesaikannya malah menghancurkan mainan puzzle yang sudah
tersususn rapi. Yterhadap barang-barang yang ada dirumah, seperti vas
atau pajangan laimn, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga
4. Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan siakp
lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana-kemari, l, lari,
berguling, dompatn sebagaianya. Tanpa tujuan. Semua aktivitas dilakukan
tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif aktif misalnya naik ke ats kursi punya
tujuan, misalnya mengambil mainan atau bermain peran sebgai supermen.
Anak hiperktif naik turun tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi
saja.
5. Tidak sabar dan usil
Anak yang hiperaktif tidak memiliki sifat sabr. Ketika bermain dia tidak
mau menunggu giliran. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali
mengusili teman-temanya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba
memukul, mendoromg, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada
pemicu yang haruus membuat anak melakukan hal seperti itu.
6. Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktifitas berada
dibawah rata-rata anak normal. Mmgkin karena secara psikologis
mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak biasa menunjukan
2.2.10 Kera ngka Ber fikir
Seperti yang kita ketahui sekarang, bahwa banyak kesulitan yang di alami
oleh para orang tua dalam mengatasi anak-anaknya yang termasuk dalam kategori
anak yang menderita AD/HD atau sering disebut anak yang hiperaktif.Anak-anak
yang AD/HD juga mempunya beberapa karakteristik tersendiri yaitu : Hiperaktivitas
(rangsangan berlebih), impulsivitas (tidak berfikir dahulu sebelum bertindak) dan
kesulitan mematuhi peraturan. Khususnya tipe impulsive-hiperaktif, melakukan pola
penggangguan. Mereka menggangu orang lain dengan cara mengajak mengobrol,
menyentuh, atau menggangu permainan teman-temannya. Mereka juga mencari
perhatian melalui cara-cara yang tidak tepat atau berlebihan.Anak yang ADHD
membuat kehidupan keluarga menjadi sangat terganggu dan tertekan. Tidak peduli
betapa keras para orang tua mengarahkan, anak-anak mereka terus saja melakukakan
kegiatan apa yang mereka suka.
Oleh karena kenakalan seperti anak penderita AD/HD itu, sering kita jumpai
kekerasan pada anak timbul dari orang tua itu sendiri, karena sebagai cara untuk
mengendalikan anak mereka yang hiperaktif. Tetapi mereka (orang tua) tidak
menyadari atas cara yang dilakukan pada anak-anaknya membawa dampak negative
atas sikap yang dilakukannya. Yang semestinya tidak harus mereka lakukan yaitu
situasi dan kondisi anak. Sehingga tidak merugikan anak tersebut dalam
perkembangan anak kedepannya.
Maka dari itu,penelitian ini ingin membahas tentang bagaimana cara orang tua
dalam mendidik anaknya yang hiperaktif yaitu menggunakan pola komunikasi yang
dilakukan antara orang tua dan anak. Yang dimana terdapat tiga pola komunikasi
dalam lingkungan keluarga antara orang tua dengan anak (Yusuf,2001:51) yaitu :
Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan) , permissive (cenderung berperilaku
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang
menggunakan kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar
sajian angka atau frekuensi. Pada penelitian deskriptif kualitatif menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang yang lebih rinci, lengkap, dan mendalam, yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna untuk mendukung penyajian
data. Dalam hal ini peneliti dapat mengembangkan dan menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk
aslinya seperti pada waktu wawancara (Sutopo, 2006:40).
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat gambaran atau
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Priset sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (Landasan teori),
priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Riset ini bertujuan untuk menggambarkan realitas yang
Menurut Rakhmat dalam bukunya riset komunikasi, secara umum riset yang menggunakan metodelogi kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Intensif, partisipasi priset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrument pokok riset.
2. Perekam yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan dilapangan dan tipe-tipe lain dari bukti documenter.
3. Analisis data lapangan.
4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar.
5. Tidak ada realiatas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas esbagai dinamis dan produk konstruksi social.
6. Subjektif dan berada hanya dalam refrensi peneliti. Periset sebagai sarana
penggalian interprestasi data.
7. Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilah-pilah.
8. Periset memproduksi penjelasan untuk tentang situasi yang terjadi dan individu-in dividu.
9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth)
10.Prosedur riset : empiris-empiris dan tidak berstruktur.
11.Hubungan antara teori, konsep, dan data –data memunculkan atau
membentuk teori baru.
hunungan antara peneliti dan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai instrument penelitian dan sebagai instrument harus mencakup segi responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan kebutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau idionsinkratik
(Moleong 2002 :121)
Penelitian kualitatif ,memiliki karakteristik pokok yakni mementingkan makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus daripada
linier. Dengan demikian kumpulan data dan analisa data berlangsung secara simultan, lebih mementingkan kedalam dibanding luasan penelitian, sementara
peneliti, merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan berperan serta (participant observation) yang didefinisikan melakuakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat
mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam (in depth interview) (Bondan dalam Moleong, 2002 :117)
Dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik sampling purposive (purposive sampling). Teknik sampling purposive yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan
Sedangkan dalam penelitian ini ditujukan bagaimana bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orangtua dengan anaknya yang
(hiperaktif).
3.2 Definisi Operasional konsep
Dalam teori yang di definisikan oleh peneliti di dalam operasional konsep ini di antaranya pola komunikasi, pengertian orangtua, pengertian anak, serta pengertian anak hiperaktif.
Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Permissif (cenderung berperilaku bebas),
Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan). Adapun
indicator dari ketiga pola komunikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pola komunikasi authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan). Pola
komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap :
a. Orang tua cenderung tidak mendengarkan anak atau tidak memperdulikan
pendapat atau aspirasi anak.
b. Dipihak anak, anak harus mendengarkan dan mematuhi kehendak orang tuanya secara absolut.
a) Orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh terhadap anak untuk menyatakan dorongan serta keinginannya.
b) Orang tua mau mendengarkan atas pernyataan yang diungkapkan anak akan tetapi orang tua membebaskan anak dalam mengambil segala
keputusan.
c) Orang tua membiarkan apapun yang terjadi pada anak, jika anak berbuat baik orangtua tidak memberikan reward sedangkan jika anak salah tidak
memberikan hukuman atau teguran.
3. Pola komunikasi Authoritative (demokratis). Pola komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap :
a) Orang tua mau memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan pendapat maupun koreksi terhadap kehendaknya, sehingga komunikasi
dua arah terjadi dengan fleksibel.
b) Orang tua memperhatikan segala permasalahan dan keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh anak serta mendiskusikannya untuk mencari pemecahannya.
c) Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik
Pengertian orangtua Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu kandung. Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orang tua
dibagi menjadi tiga macam yaitu, orang tua kandung, orang tua angkat, serta orangtua asuh. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti memilih orang tua kandung. Karena, orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai
hubungan darah secara biologis (yang melahirkan). Sehingga mereka lebih banyak tahu bagaimana sikap dan perilaku anaknya dalam sehari-hari.
Anak adalah makhluk social seperti juga orang dewasa.Menurut John Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang masih bersih dan
peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Sedangkan menurut Departmen of Child and Adolescent Health and
Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun.The Convention on the Rights of the Child, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia dibawah 18 tahun. WHO (2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan
meneliti orang tua kandung. Dimana orang tua kandung lebih mengetahui sifat-sifat anaknya serta tingkah laku anaknya dala kesehariannya.
selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity
disorder). Adapun type khusus anak hyperaktif yaitu :
1. Tipe hiperaktif- impulsive
Anak dalam tipe ini memiliki ciriciri yang terlalu enerjik, lari kesana -kemari, melompat seenaknya, memanjat - manjat, banyak bicara, berisik.
Anak hiperaktif tipe ini juga impulsive, mereka sering melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan ,
tidak bisa menunda respon, tidak sabaran. Tetapi ada kelebihan pada anak hiperaktif tipe ini. Sering pada saat belajar, anak menampakkan tidak perhatian , tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
2. Tipe inatensi
Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri yaitu tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampuy mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke hal lain, sering melamun, tidak
bisa diajak berbicara atau menerima instruksi. Karena perhatiannya terus berpindah-pindah dan kacau.
3. Tipe kombinasi
Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri yang kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu
Adapula beberapa terapi perilaku dan edukasi yang dapat dilakukan oleh orangtua, antara lain adalah dengan latihan kedisiplinan dengan pola hadiah
atau pujian dan hukuman, penyederhanaan materi pelajaran, fokus pada apa yang bisa menimbulkan minan dan kesukaan , perhatian dan kasih sayang.
Sedangkan ada beberapa permasalahan yang biasa di alami oleh anak
penderita Hiperaktif yaitu :
a. Masalah di rumah.
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan
psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia
gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena
sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasa