• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

AnakHiperaktif di Sur abaya)

SKRIPSI

oleh :

DYAH ANJ ARSARI NPM.0943010110

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

DisusunOleh :

DYAH ANJ ARSARI NPM. 0943010110

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 19630907 199103 2001

Mengetahui, DEKAN

(3)

DYAH ANJ ARSARI NPM.0943010110

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan nasional “Veteran” J awa Timur

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Dra. Diana Amalia, M.Si Ir. Didiek Tr anggono, M.Si.

NIP. 196309071991032001 NIP. 195812251990011001

2. Sekr etaris

Dr s. Saifuddin Zuhr i, Msi NPT. 370069400351 3. Anggota

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 196309071991032001 Mengetahui,

DEKAN

(4)

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2Manfaat Praktis... ... 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pengertian komunikasi... ... 10

2.2.2 Fungsi Komunikasi ... 13

2.2.3 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 14

2.2.3.1Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 17

2.2.4 Pengertian Keluarga ... 19

2.2.4.1Pengertian Orang Tua ... 21

2.2.4.2Pengertian Anak... 22

2.2.5 Fungsi Keluarga ... 24

(5)

2.2.8 Pengertian Anak Hiperaktif ... 36

2.2.9 Ciri-ciri Anak Hiperaktif ... 39

2.2.10 Kerangka Berfikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 44

3.2 Definisi Operasional Konsep ... 47

3.3 Informan Penelitian ... 53

3.4 Lokasi Penelitian ... 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5.1 Wawancara ... 54

3.5.2 Observasi ... 55

3.5.3 Studi Literatur ... 55

3.6 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 57

4.1.1 Gambaran Umum Surabaya ... 57

4.1.2 Gambaran Umum Anak Hiperaktif ... 58

4.1.3 Identitas Informan ... 59

4.1.4 Penyajian Data dan Pembahasan ... 61

4.1.4.1Penyajian Data ... 61

(6)
(7)

Komunikasi orang tua dan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Orang tua senantiasa dapat mengikuti perkembangan anaknya dan sebaliknya anak akan mengerti apa yang menjadi keinginan orang tuanya. Disinilah peran orang tua sangat penting bagi anaknya. Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif.

Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Macam- macam pola komunikasi orang tua pada anak,

yaitu Authoritarian (otoriter), Permissive (membebaskan), Authoritative

(demokratis). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah wawancara mendalam (indepthinterview) dan teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa secara dominan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari tiga orang tua yang mendidik tingkah laku anak yang hiperaktif menganut pola

komuniksi Authoritarian sedangkan lainnya menganut pola komunikasi

Authoritative.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, orang tua, anak

ABSTRACT

DYAH ANJ ARSARI, 0943010110. PATTERNS OF COMMUNICATION WITH PARENTS hyper active child (Qualitative Descr iptive Study of Communication Patter ns Hyper active Par ents With Childr en in Sur abaya)

Communication parents and children should be built in harmony to instill in children a good education. Parents can always keep track of their children and vice versa child will understand what the wishes of his parents. Here, the role of parents is very important for parents to be able to steer children. Parents into a positive thing.

Emotional development of children is affected by changes in patterns of interaction and communication patterns within the family. Various patterns of parental communication in children, namely Authoritarian (authoritarian), permissive (frees), authoritative (democratic). This study is a descriptive study with qualitative data . The technique used to collect the primary data source is the in-depth interviews (indepth interview) and informant making techniques using purposive sampling technique.

Based on the data analysis and discussion of results, it can be argued that there is predominantly the result of this study is to show that two out of three parents who educate children hyperactive behavior pattern analysis communicates adheres Authoritarian whereas other authoritative communication patterns.

(8)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak bayi manusia menjadi Homo sociologius (makhluk hidup), atau barang kali sering didengar sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang hidup bersama dengan orang lain di dalam masyarakat, dia telah melakukan komunikasi dengan

sesamanya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dirinya maupun bagi kepentingan orang lain. Makhluk muda itu mulai mengerti siapa dirinya, siapa

orang yang dihadapinya, apa saja peran mereka, dan apa pula peran dirinya dalam berinteraksi dengan pihak lain tersebut, setelah itu manusia muda yang akan semakin berkembang justru tidak akan pernah dapat menghindari diri dari yang

namanya komunikasi (Sutaryo, 2005 : 1).

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi.Manusia adalah makhluk sosial, yang berarti manusia itu hidup dengan manusia lainnya antarayang satu dengan yang lain dengansaling

membutuhkan dan manusia tidak dapat hidup dengan sendiri, untuk tetap melangsungkan kehidupannya.Oleh sebab itu, Manusia perlu berhubungan dengan

(9)

Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari sekian banyak definisi yang di ungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan makna

hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitakan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau

perilaku baik secara langsung (lisan) ataupun secara tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2005:5).

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanam nilai-nilai.Komunikasi didalam keluarga antara orang tua dan anak sangatlah penting untuk membentuk kepribadian anak, apabila terjadi komunikasi yang baik

maka anak akan memiliki sikap kemandirian. Kemandirian adalah sifat seseorang tidak tergantung pada orang lain. Anak akan berusaha menggunakan segenap

kemampuan inisiatif, daya kreasi, kecerdasan, dengan baik. Dengan kemampuan ini justru merupakan tantangan untuk membuktikan kretifitasnya. Dengan hal ini akan mendorong diri dapat mengaktualisasikan dirinya dengan sebaik-baiknya

(Dariyo, 2002:82).

Komunikasi juga merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental

(10)

Sebuah keluarga akan berfungsi optimal apabila di dalamnya terdapat pola

komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritul yang terjaga (Kriswanto, 2005:9).

Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua

terhadap anak. Dengan pola komunikasi yang baik di harapkan akan tercipata pola asuh yang baik. Pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya

mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta didasari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik dan

bukan sebagai objek semata. (Djamarah, 2004:2).

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan

pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang

merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi. Terdapat tiga pola komunikasi hubungan orang tua dan anak, yaitu : Authoritarian (cenderung brsikap bermusuhan), Permissive

(11)

krama yang dapata menentukan perkembangan anak (Gunarsa, 2002).

Suasana harmonis dalam keluarga bisa tercapai apabila setiap anggotanya dari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga. (Gunarsa, 2002:207).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, salah satu fenomena yang terjadi adalah bagaimana cara menyikapi anak yang hiperaktif. Salah satu

perilakunya adalah anak yang tidak bisa diam, impulsive, sulit diatur dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembanganya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara umum

di masyarakat disebut anak hiperaktif. (Mary Go Setiawani, 2000: 137-141).

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH) atau attention devisit and hyperactivity disorder

(ADHD). Anak tersebut tidak bisa diam, sulit untuk memusatkan perhatian, tidak mampu berpikir berat, sulit menyelesaikan tugas dan sulit menyelesaikan

masalah, sehingga secara akademik hasil belajar di bawah rata-rata. Anak dengan gangguan emosi ini mempunyai problem perilaku, yaitu dalam merespon emosi.

(12)

terhadap nilai-nilai sopan santun serta sikapnya yang egois dan sulit diatur.

Anak tunalaras tipe hiperaktif tidak mau berpikir yang berhubungan. Dengan pemecahan masalah, sehingga kalau menghadapi tugas-tugas kurang berminat bahkan membencinya termasuk juga dalam pelajaran di sekolah.

Anak lebih suka bermain dibanding melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih bermanfaat bagi dirinya, misalnya pekerjaan rumah ataupun belajar

disekolah. Permasalahan hiperaktif adalah anak yang tidak bisa diam, anak

impulsive, dan anak kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan

Melihat anak yang aktif tingkat tinggi seperti itu, mungkin orang tua jadi

sering memarahinya, membentak atau bahkan melakukan hukuman fisik, missal mencubit, agar anak menjadi diam atau tenang. Tetapi sebenarnya tindakan seperti itu bukan solusi yang baik. Dengan demikian orang tua seharusnya bisa

melindungi menjaga, merawat, mendidik, serta memberikan kasih sayang terhadap anak-anaknya tanpa perlu melakukan kekerasan sedikitpun. Oleh karena

itu orang tua sebagai pimpinan faktor penentu dalam menciptakan keakraban hubungan dalam keluarga. Pola asuh yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya. Oleh karena itu, tak

(13)

seorang anak hyperaktif dihukum yang terlalu berlebihan (Grant L. Martin 34-35)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi orang tua

dengan anak yang hiperaktif.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara

orang tua dengan anak yang hiperaktif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif khususnya, penelitian ini diharapkan dapat

(14)

emosi anak.

b. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang

(15)

2.1 Penelitian Ter da hulu

Dari jurnal terdahulu dengan judul Pola Komunikasi Keluarga dan

Perkembangan Emosi Anak. Yang diteliti oleh Yuli Setyowati, Staf pengajar Program

Studi Ilmu Komunikasi STMPD “APMD” Yogyakarta.Jenis penelitian ini mengambil

strategi atau metode deskriptif kualitatif dengan intrepretasi mandalam terhadap

temuan-temuan lapangan berdasarkan fakta yang ada mengenai informasi

perkembangan emosi anak yang dihasilkan dari penerapan pola komunikasi

keluarga.Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang

yang diamati (Bogdan Taylor dikutip Basrowi dan Sukidin, 2002).

Lalu pada penelitian kedua yang berjudul Pola KomunikasiOrang tua Dalam

Membentuk Kepribadian Anak (Kasus di Kota Yogyakarta) yang diteliti oleh Yuni

Retnowati dari Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) di Yogyakarta ini dengan

menggunakan desain penelitian survey dengan pendekatan kualitatif, yaitu survey

yang digunakan dalam penelitian deskriptif.Survey yang bertujuan untuk

(16)

sejumlah kecil dari populasi.Dan berdasarkan sampel yang didapat di ambil beberapa

kasus yang ditindaklanjuti dengan wawancara mendalam yang dimaksudkan untuk

mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan fenomena komunikasi.Penelitian ini

tidak menggambarkan satu unit populasi tetapi membahas unit orang tua tunggal

beretnis jawa yang tinggal di Yogyakarta. Unit penelitia ini adalah perempuan yang

berstatus sebagai orang tua tunggal berdasrakan data Perceraian di Pengadilan Agama

Kota Yogyakarta dari Tahun 2001-2005 yang bekerja nafkah dan mempunyai hak

asuh anak berusia 7-12 tahun.

Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian yang

sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Pola Komunikasi Orangtua dengan

Anak yang Hiperaktif, dari kedua penelitian tersebut di atas memiliki persamaan

dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini metodenya sama-sama

menggunakan metode kualitatif dan juga sama-sama meneliti tentang Pola

Komunikasi. Selain itu terdapat pula perbedaan berupa objek penelitian, dimana

kedua penelitian tersebut di atas meneliti objek yang sudah umum, dan meneliti pola

komunikasi orang tua yang mendidik anaknya yang menderita ADHD. Sedang

kelebihan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adanya perbedaan orang tua

masing-masing dalam cara mendidik dan menerima seorang anaknya yang mengidap

(17)

Pernyataan permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena hasil

penelitiannya akan sangat berguna bagi banyak orangtua untuk melakukan

komunikasi kepada anaknya dan menghindari pencegahan konflik atau yang tengah

menghadapi keadaan serupa.

2.2 Landasan Teor i

2.2.1 Penger tia n Komunika si

Secara ontologis dapat dilihat, bahwa komunikasi itu adalah perhubungan atau

proses pemindahan, pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau

lambang-lambang, apakah itu dengan bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat. Sedangkan secara

aksiologis komunikasi diperlihatkan sebagai suatu proses pemindahan pesan dari

komunikator kepada komunikan. Komunikator memberikan rangsangan (stimulus),

sehingga sikap, ide, atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikator ataupun

komunikan. Adapun secara estimologis, nampak bahwa komunikasi bertujuan untuk

merubah tingkah laku seseorang, merubah pola pikir atau sikap orang lain

(komunikan) untuk dapat membangun kebersamaan mencapai ide yang sama demi

tujuan yang sama pula.

Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara dua orang

atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang dimaksud

(18)

Menurut(Widjaja, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai

hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau diartikan

pula saling tukar-menukar pendapat.Komunikasi dapat pula diartikan sebagai

hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.

Komunikasi adalah peristiwa social yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia

berinteraksi dengan manusia lainnya. Ilmu komunikasi apabila dipublikasikan secara

benar akan mampu mencegah dan menghilangnya konflik antar pribadi, antar

kelomok, antar suku, antar bangsa, dan juga antar ras sehingga bisa membina

kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy, 2002 :27).

Komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya yang mempunyai tujuan

untuk mengubah atau membentuk peilaku oarng menjadi sasaran komunikasi.

Disamping itu komunikasi merupakan proses yang penyampaiannya menggunakan

simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar, dan angka-angka.

Menurut Edward Depari (Onong, 2006:62) komunikasi adalah proses

penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang-lambang tertentu yang

mengandung arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima

pesan. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan

sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam

(19)

dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik

langsung secara lisan ataupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut

tersimpulkan tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat

(opinion), atau perilaku (behavior).

Komunikasi juga memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan verbalmaupun

non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah

laku. Dalam hal perubahan tingkah laku yang mungkin dapat mempengaruhi aspek

kognitif, afektif, atau psikomotor.

Perkembngan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De Vito, K.

Sereno dan Erika vora yang menilai factor lingkungan merupakan unsur yang tidak

kalah pentingnya mendukung terjadinya proses komunikasi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komuikasi memiliki pengertian yang

luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu proses

pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolahan pesan yang terjadi

didalam diri sendiri, seseorang, atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan

tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan

(20)

2.2.2 Fungsi Komunikasi

Komunikasi merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia, maka

menurut Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain:

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.

2. Dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berbeda.

3. Dapat melakukan transformasi warisan social kepada generasi penerus.

Menurut Deddy Mulyanadalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar

mengutip kerangka pikir William I Gorden, mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang

dibagi menjadi empat bagian.

Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya

tidak sama sekali independen, melainkan berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya,

meskipun terdapat suatu fungsi dominan diantaranya :

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan terhindar dari tekanan.

Pembentukan konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan

itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada

kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan

dirinya eksis, inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi

(21)

2. Fungsi Komuikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi

instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui

pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering

melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut

orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat

simbolik.

4. Fungsi Komuikasi Instrumental

Komuikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu :

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan

serta mengubah perilaku atau tindakan dan bertujuan untuk membujuk

(persuasif). Sutau peristiwa komunikasi sesungguhnya sering kali

mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih meskipun salah satu fungsinya

sangat menonjol dan mendominasi.

2.2.3 Penger tian Komunikasi Inter per sonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang

yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat

(22)

sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal

adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Hubungan itu dapat diklasifikasikan

dalam beberapa cara.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil

orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekeika. Komunikasi

interpersonal merupakan komunikasi di dalam diri sendiri, didalam diri manusia yang

terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima

dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi komunikasi dan

hubungan dengan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan itu berpula dari diri

seseorang (Muhammad 2005:158).

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpesonal Communication

Book”mendefinisiakan komunikasi antar pribadi sebagai berikut : “proses pengiriman

dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil

orang-orang, dengan beberapa efek dari beberapa umpan balik seketika”.

Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara

dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu

pertemuan.Pentingnya komuikasi antar pribadi ialah karena prosesnya

(23)

monologis. Monologis menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seorang

berbicara, yang lain hanya mendengarkan, jadi tidak dapat berinteraksi.

Edna Rogers (2002:1) mengemukakan bahwa pendekatan hubungan dalam

menganalisis proses komunikasi antar pribadi mengansumsikan bahwa hubungan

komunikasi antar pribadi dapat membemtuk struktur social yang diciptakan melalui

proses komunikasi. Pembentukannya mencakup konteks perkembangan proses

komunikasi tersebut (Wiriyanto,2004:35). Adapun faktor-faktor yang dapat

menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :

a. Percaya (trust)

Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya

kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan

adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena

membuka hubungan komunikasi memperjelas pengiriman dan penerimaan

informasi.

b. Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam

komunikasi, seseorang bersikap defrensif apabila tidak menerima, tidak

jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensive komunikasi interpersonal akan

(24)

c. Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya, dan sikap tidak suportif, sikap terbuka dapat

mendorong timbulnya ssaling pengertian, saling menghargai dan paling yaitu

saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

(Rahmat,1999:129).

2.2.3.1 Tujua n Komunika si Inter per sonal

Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan.Tujuan

komunikasi ini tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga

tidak perlu dinyatakan.Tujuan itu boleh disadari dan boleh tidak disadari dan

disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu adalah sebagai

berikut:

a. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan

personal atau pribadi. Komunikasi interpersonal memberikan

kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai

atau mengenai diri kita. Melalui kita juga dapat belajar bagaimana kita

menghadapi yang lain, apakah kekuatan dan kelemahan kiyta dan

siapakah yang menyukai dan tidak menyukai kita dan mengapa.

b. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami

(25)

dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami lebih baik lagi dunia

luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.

c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan baik dengan orang lain. Banyak waktu dari kita

pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk

membentuk dan menjaga hubungan social dengan orang lain.

d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku

orang lain dengan pertemuan interpersonal. Komunikasi interpersonal

menarik untuk mencatat bahwa studi mengenai keefektifan media

massa, bertentangan dengan situasi interpersonal dalam mengubah

tingkah laku tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi

interpersonal daripada komunikasi media massa.

e. Untuk Bermain dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama

adalah mencari kesenangan berbicara dengan teman atau bercerita

dengan teman, walaupun kegiatan tersebut tidak sangat

(26)

dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang

memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu

Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk

mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang

lain dalam interaksi interpersonal sehari-hari. Memberikan bantuan

bisa dikatakan apakah professional dan tidak professional,

keberhasilan memberikan bantuan tergantung kepada pengetahuan dan

keterampilan komunikasi interpersonal.

Berdasarkan tujuan komunikasi interpersonal dapat memungkinkan kita

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang diri, membentuk hubungan yang

baik dengan orang lain dan menambah pengetahuan dunia luar

(Muhammad.2005:165-168).

2.2.4 Penger tian Kelua r ga

Keluarga merupakan suatu unit kecil yang bersifat universal, artinya terdapat

pada setiap masyarakat didunia atau suatu system social yang terbentuk dalam system

social yang lebih besar.Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (muclear family)

(27)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang

belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan

keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang

lebih luas dari pada ayah, ibu dan ank-anak. (Yusuf,2007:36).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam temoat tinggal

bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga

terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, saling meyerahka diri yang

dijalin oleh kasih saying (Djamarah, 2004:16).

Dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang mejalankan fungsi-fungsi

keteladanan.Adapun yang diucapkan harus selaras dengan orang tua yang menjadi

teladan bagi anak-anaknya.Suami juga menjadi teladan bagi istrinya begitu juga

dengan istri menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak (AL-FALAH edisi 237).Dapat

juga dikatakan orang tua lengkap merupakan keutuhan suatu keluarga, adanya ayah

dan ibu (Gerungann, 2002:185).Orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya, oleh

karena itu dari masing-masing sifat disajikan dalam satu ikatan pernikahan yang

bertujuan untuk mendapatkan keturunan.Orang tua merupakan bagian inti dari suatu

keluarga, orang tua menjadi fasilitator buat anak-anaknya dirumah seab kelurga

erupakan tempat peletakan dasar-dasar kepribadian anak selanjutnya.Oleh karena itu

orang tua terkadan tidak mengetahui maksud dan keinginan anak sebenanya, mereka

(orang tua) hanya ingin didengar, hanya ingin dituruti, dan ditaati tetapi pada

dasarnya tugas utama orang tua dalam keluarga adalah menjadi fasilitator lansung dan

(28)

menciptakan iklim demokratis, pengertian dan kestabilan emosi (Murtiasih dan

Atmojo, 2001:86-88).

2.2.4.1 Penger tian Or ang Tua

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu kandung.

Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orang tua dibagi menjadi tiga macam

yaitu:

a. Orang Tua Kandung

Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan

darah secara biologis (yang melahirkan).

b. Orang Tua Angkat

Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua

sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

c. Orang tua Asuh

Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandung

atas dasar kemanusiaan.

Dasar dari pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan

wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis

(29)

membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara

kesinambungan.

2.2.4.2 Penger tia n Anak

Anak adalah makhluk social seperti juga orang dewasa.Menurut John

Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka

terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.

Sedangkan menurut Departmen of Child and Adolescent Health and

Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah

20 tahun.The Convention on the Rights of the Child, mendefinisikan anak-anak

sebagai orang yang berusia dibawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan

anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi

besar.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20820/4/chapter%2011.p

df

Anak adalah fase tumbuh kembang secara fisik maupun emosi setiap

manusia. Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001:21) bahwa usia yang dapat

disebut sebagai anak yaitu diantara usia 11 sampai 24 tahun. Periode anak ini

dipandang sebagai masa “storm and stress”, frustasi, konflik dan penyesuaian

diri, mimpi dan melamunkan cinta, dan perasaan terisolasi atau tersisihkan dari

kehidupan social budaya kerap muncul pada diri seorang anak.

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pengertian

(30)

1. Anak Kandung

Anak kandung adalah pria atau wanita yang mempunyai hubungan

darah secara biologis (lahir) dalam sebuah keluarga.

2. Anak Angkat

Pria dan wanita yang bukan kandung tetapi dianggap sebagai anak

sendiri yang berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

3. Anak Asuh

Anak yang mencari biaya hidup dengan meminta bantuan pada orang

tua yang bukan orang tua kandungnya atas dasar kemanusiaan.

4. Anak Tiri

Anak dari hasil hubungan dari istri suami yamg telah bercerai namun

dianggap sebagai anak sendiri oleh keluarga istri maupun keluarga

suami yang telah menikah lagi.

Anak merupakan makhluk social yang membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan,

pikiran, kehendak tersendiri yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan

sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada

masa

anak.http://www.duniapsikologi.com//pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/

Seseorang yang dianggap sebagai anak bilamana memenuhi persyaratan

(31)

perlindungan anak, maka berlaku undang-undang No.4 tahun 1979, pasal 1 ayat

2yaitu: anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak adalah orang yang berusia

0-21 tahun.http://www.pelangibiru.net/2011/02/anak-pengertian-anak.html

2.2.5 Fungsi Keluarga

Yusuf (2001:39) menyebutkan beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang

sosiologis, fungsi keluarga dapat diklasifikasikan kedalam fungsi-fungsi berikut:

1. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata social yang memberikan legalita,

kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi; (a)

pangan, sandang, papan, (b) hubungan sexual suami istri dan (c) reproduksi

atau pengembangan keturunan.

2. Fungsi Ekonomi

Keluarga merupakan unit ekonomi dalam sebagian besar masyarakat

primitive. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk

menghasilkan sesuatu.

3. Fungsi Pendidikan (Educatif)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi

anak.Keluarga berfungsi sebagai “transmiliter budaya atau mediator” social

(32)

penanaman, pembimbingan atau pembinasaaan nilai-nilai agama, budaya

dan keterampilan-keterampilan tertentu ysng bermanfaat bagi anak.

4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga merupakan faktor penentuan (determinant factor) yang

sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan dating. Keluarga

berfungsi sebagai miniature masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para

anggotanya.Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi

perkembangan kemampun anak untuk mentaati peraturan (disiplin) mau

bekerjasama dengan orang lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat

gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam

kehidupan heterogen (etnis, ras, agama, budaya).

5. Fungsi Perlindungan

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari

gangguan, ancaman, atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik

psikologi) bagi para anggotanya.

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberiksn

kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat bagi

anggotanya.Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa seperti

yang menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang tidak

kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor dan

(33)

7. Fungsi Agama

Keluarga befungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar

mereka memiliki pedoman hidup yang benar.Keluarga berkewajiban

mengajar, membimbing, atau membiasakan anggota keluarga yang memiliki

keyakinan yang kuat terhadap tuhan yang memiliki mental yang sehat, yakni

mereka terhindar dari beban-beban psikologi dan mampu menyesuaikan

dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam

memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta

kesejahteraan masyarakat.

2.2.6 Komunikasi Kelua r ga

Komunikasi Keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan

keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,

berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara

anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan istri,

komunikasi anatara orang tua dan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka

membangun hubungan yang baik dalam keluarga (Djamarah., 2004:38).

Dalam dunia modern ini menyebabakan perubahan dalam berbagai aspek

kehidupan keluarga.Akibatnya pola komunikasi keluarga telah berubah secara radikal

(drastis). Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut

dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak

(34)

anggota keluarga lainnya.Dilihat pada uraian diatas, maka anakpun memikul dampak

dari perubahan yang terjadi pada keluarga.

Keterbukaan komunikasi antar orang tua dan anak sangat diperlukan dalam

proses sosialisasi dan bermanfaat dalam menghindarkan konflik yang terjadi pada

remaja maupun pada hubungan orang tua dan anak. Sehingga dengan adanya

komunikasi orang tua dan anak dapat membantu memecahkan masalah anak

(Gunarsa, 2000:206).

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena yang

efektif menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang

semakin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan

terbina komunikasi yang efektif antar orang dan anak, sehingga akan terjadi

hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan yang harmonis

antara orang tua dan anak diharapkan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak

dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak (Munandan,

1993:23). Disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering disebut

komunikasi keluarga.

Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka

dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga pada

umumnya bersikap akrab dan terbuka (Pratiko, 1987:23). Namun untuk mengadakan

komunikasi yang baik antara orang tua dan anak usia remaja tidak mudah, karena ada

(35)

1. Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada kedudukan

anaknya yang menginjak usia remaja.

2. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga

meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta

memecahkan masalah yang dihadapi anak.

4. Hubungan oramg tua dan anak hanya terjadi secara singkat dan formal,

karena selalu sibuknya orang tua.

5. Anak tidak diberi keksempatan mengembangkan kreativitasnya serta

memberikan pandangan-pandangannya secara bebas (Soekanto, 1993:15).

2.2.6.1 Kualitas Komunikasi Inter per sonal Dalam Keluar ga

Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara

timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua dengan anak atau dari anak

ke orang tua.Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin

disampaikan, sehingga kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif

(Djamarah, 2004:1).

Sedangkan menurut Rakhmat (2002:129), tidak benar anggapan orang

bahwa semakin sering seseorang melakukan komunikasi interpersonal dengan

orang lain, maka makin baikn hubungan mereka.Persoalannya adalah bukan

(36)

dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah

bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi seberapa besar kualitas

komunikasi tersebut.

Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan balikpun

terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu

bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy,

2003:15).

Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, seba

ia yang menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi

yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan

komunikator bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka

yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14).

Umpan balik bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan

komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancer, sedangkan

sebaliknya umpan balik dikata negative ketika respon komunikan tidak

menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan

komunikasi tersebut.

2.2.6.2 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Inter persona l Dalam Keluar ga

Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam

(37)

informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga dapat mengarahkan pada

komunikasi yang efektif, yaiyu: (Irwanto, 2001:85).

1. Konsistensi

Informasi yang disampaikan secara konsistensi akan dapat

dipercaya dan relative lebih jelas dibandingkan dengan informasi yang

selalu berubah. Ketidak konsistensian yang membuat para remaja

bingung dlam menafsirkan informasi.

2. Ketegasan (Assertiveness)

Ketegasan berarti bukan otoriter ketegasan membantu meyakinkan

remaja atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator

benar-benar meyakini nilai atas sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru

oleh anak, maka ketegasan akan memberi jaminan bahwa

mengharapkan anak-anak yang berperilaku yang sesuai yang

diharapkan.

3. Percaya (Trust)

Faktor percaya adalah yang paling penting karena percaya

menentukan efektifitas kmunikasi, meningkatkan komunikasi

interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas

pengiriman, penerimaan informasi, serta memperluas peluang

komunikan untuk mencapai maksudnya, hilangnya kepercayan pada

orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal

(38)

Ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya

(Rakhmat, 2002:131), yaitu:

a. Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain

tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang

melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut

dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain

atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.

b. Empati

Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan

mengembangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain,

seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan.

c. Kejujuran

Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak

jujur atau sering menyembunyikan pikir dan

pendapatnya.Kejujuran juga dapat mengakibatkan perilaku

seseorang dapat diduga. Hal ini mendorong untuk percaya antara

satu dengan yang lain.

4. Sikap sportif

Sikap sportif adalah sikap mengurangi sikap defensive dalam

komunikasi. Sikap defensivakan banyak menyebakan komunikasi

(39)

ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi dari pada

pesan orang lain.

5. Sikap terbuka

Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling

menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan

interpersonal.

6. Bersikap positif

Bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atas

pandangan positif terhadap diri seseorang, perasaan positif untuk

berkomunikasi dan “menyerang” seseorang yang diajak

berinteraksi. Perilaku “menyerang” dapat dilakukan secara verbal

seperti kata-kata “aku suka kamu” atau “kamu nakal” sedangkan

perilaku “menyerang” yang bersifat non verbal atau berupa

senyuman, pelukan bahkan pukulan. Perilaku “meyerang” dapat

bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian

dan mengandung prilaku yang diharapkan dan

dihargai.“Menyerang”yang negative bersifat menentang atau

menghukum seperti mengeluarkan perbuatan kasar yang dapat

menyakiti seseorang baik secara fisik maupun psikologis (De

Vito, 1989).Pentingnya “menyerang” yang dinyatakan oleh

Kristina (dalam Kartono, 1994:153) bahwa “menyerang” positif

(40)

menerimanya.“Menyerang” secara negative juga diperlukan asal

dalam batasan yang wajar seperti menegur atau memahami anak

bila memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan

alasan demikian.

2.2.7 Penger tian Pola Komunikasi

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi

adalah proses pengiriman atau penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan

cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman pesan dengan cara yang

tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Bahri, 2004:1).

Pengertian lain dari pola komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari

proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi

dengan komponen lainnya (Tarmudji, 1998:27).

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau

lebih daa proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih

dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah,

(41)

Dari pengertian di atas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu

gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan

komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar

organisasi ataupun juga manusia.

Terdapat tiga pola komunikasi didalam hubungan orang tua dengan anak, yaitu

(Yusuf, 2001:52) :

a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)

Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun

kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando

(mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa

kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap

menolak. Sedangkan di pihak anak mudah tersinggung, penakut, pemurung

dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh stres, tidak mempunyai arah

masa depan yang jelas tidak bersahabat.

b. Permissive (Cenderung berperilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan kontrolnya rendah, memberi

kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau

keinginannya.Sedangkan anak bersikap implusif serta agresif kurang

memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan

(42)

c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)

Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tinggi, bersikap

responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan

pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan

yang baik dan yang buruk. Sedangkan anak bersifat bersahabat, memiliki

rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control) bersikap sopan,

mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahunya tinggi, mempunyai tujuan

atau arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator

dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu

dengan yang lain (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap yang dapat mendukung

kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah :

1. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan

sering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam

dan mendasar.

2. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan

menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan non verbal saat

komunikasi berlangsung.

3. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk

(43)

reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga dapat menggapai dengan positif

tanpa adanya unsur keterpaksaan.

2.2.8 Penger tia n Anak Hiperaktif

Hiperaktif adalah gangguan yang sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar

tahun 1900 di tengah dunia medis.Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul

istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). sebenarnya anak dengan

AD/Hd ini tidak terlalu sejalan dengan anak “nakal”, sebab anak hiperaktif

penyebabnya dalah gangguan hormonal , gangguan keseimbangan kimiawi dalam

susunan saraf otak dan perkembangan otak yang tidak normal. Sehingga otak

mengalami gangguan fungsi.

Disebut juga Brain Dysfunciton Syndrome. Gangguannya disebut hiperkenetik

sebab ditandai dengan berlebihannya gerakan. Banyak juga anak yang hiperaktif

dengan latar belakan yang disebabkan oleh lingkungan dan faktor emosional serta

social , antara lain pola mendidik yang salah. Ada juga anak hiperaktif yang hereditair

(karena keturunan). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga

gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :

inatensi, hiperaktif- impulsive, kombinasi

(44)

Inatensi atau pemusatan perhatian dan mudah terganggu. Seorang anak yang

kurang perhatiannya akan mengalami kesulitan dalam menekuni tugas dan

memusatkan perhatiannya. Bila dibandingkan dengan anak-anak normal

yang seusia. Sering mengalihkan fokusnya dan juga kesulitan dalam

berkonsentrasi pada pekerjaan sekolah.

b. Hiperaktif-impulsif :

hiperaktif

Rangsangan berlebih atau hiperaktivitas. Sebagian anak AD/HD tipe ini

mengalami gangguan yang resah secara berlebihan, hiperaktif, dan mudah

terkena rangsangan. Ciri ini bisa mempengaruhi gerakan tubuh dan

emosi-emosi. anak yang hiperaktif sering mengalami kesulitan dalam

mengendalikan gerakan-gerakan tubuh mereka

Impulsif

Anak AD/HD dengan tipe ini tidak berfikir dulu sebelum bertindak. Karena

bermasalah dengan konsentrasi, maka mereka mengalami kesulitan dalam

menimbang konsekuensi pilihan – pilihan atau membuat rencana-rencana

masa depan.

(45)

Anak AD/HD dengan tipe ini memiliki masalah dalam memusatkan

perhatian pada suatu hal yang juga disertai dengan hiperakyivitas dan

kesulitan untuk mendeteksi tingkah laku. Maka dari itu tidak jarang anak

hiperaktif tipe ini sering kehilangan barang , sering kurang teliti, dan juga

suka berjalan kesana-kemari

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih

ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan

terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam

2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.Selain itu, harus ada bukti yang jelas

bahwa anak yang menderita AD/HD mengalami gangguan yang signifikan pada

fungsi social, akademis, atau fungsi okupasi.

Sedangkan menurut panduan diagnosa yang digunakan oleh dokter jiwa di

Indonesia, anak dikatakan AD/HD bila memenuhi kriteria umum mengenai gangguan

hiperkenetik (F90) dengan ciri utama berkurangnya perhatian dan aktivitas

berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak dalam diagnosis dan haruslah nyata

ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, di kelas, di klinik.(PPDGJ –

Pedoman Pengklasifikasikasian dan Diagnosa Gangguan Jiwa – III, 1990). Sementara

dalam dunia pendidikan, seseorang dengan AD/HD termasuk dalam kategori “Other

(46)

suatu stimulus yang memberikan pengaruh buruk dalam performa anak di dunia

pendidikan (Individuals with Disabilities Education Act-IDEA, 2000).

Meskipun demikian, perkembangan sejarah ilmu dengan hasil-hasil

penelitiannya, bagaimanapun juga tidak mengubah fakta bahwa anak yang menderita

AD/HD adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang berakal budi dan berhati nurani (Mimi

institute, 2012 : 15-16)

2.2.9 Cir i – cir i Anak Hiper aktif

Adapun ciri-ciri yang terdapat dalam anak Hiperaktif dapat dilihat antara lain

adalah :

1. Tidak fokus

Anak dengan gangguan hiperaktivitas t idak bisa berkonsentrasi lebih dari

lima menit. Dengan kata lain, dia tidak bisa diam dalam waktu lama dan

mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Misalnya, ketika sedang

bermain mobil-mobilan kemudian datang anak lain membawa bola, dia

langsung berfokus dan merubah perhatiannya pada anak yang membawa

bola tersebut. Ia pun akan berperilaku impulsif, seperti selalu ingin meraih

dan memegang apapaun yang ada dipenanya. Tidak hanya itu , anak yang

memiliki gagnguan hiperaktivitas tidak memiliki fokus yang jelas. Dia

(47)

maksud jelas sehingga kalimat nya seringkali sulit dipahami. Demukian

pila pola interaksinya dengan orang lain, anak hiperaktif cenderung tidak

mampu melakukan sosialisasi dengan baik.

2. Menentang

Anak dengan gagngguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap

penentang atau pembangkang dan tidak mau dinasehati. Misalnya,

penderita hiepraktif akan marah jika dilarang berlari kesana-kemari,

corat-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan

dengan sikapnya yang acuh.

3. Destruktif

Perilaku anak hiperaktif bersifat destruktif atau merusak. Ketika

menyusun puzzle misalnya. Anak aktif akan menyelesaikannya denag baik

sampai puzzle tersususn rapi. Sebaliknay anak hiperaktif bukan

menyelesaikannya malah menghancurkan mainan puzzle yang sudah

tersususn rapi. Yterhadap barang-barang yang ada dirumah, seperti vas

atau pajangan laimn, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga

(48)

4. Tak kenal lelah

Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan siakp

lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana-kemari, l, lari,

berguling, dompatn sebagaianya. Tanpa tujuan. Semua aktivitas dilakukan

tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif aktif misalnya naik ke ats kursi punya

tujuan, misalnya mengambil mainan atau bermain peran sebgai supermen.

Anak hiperktif naik turun tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi

saja.

5. Tidak sabar dan usil

Anak yang hiperaktif tidak memiliki sifat sabr. Ketika bermain dia tidak

mau menunggu giliran. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali

mengusili teman-temanya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba

memukul, mendoromg, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada

pemicu yang haruus membuat anak melakukan hal seperti itu.

6. Intelektualitas rendah

Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktifitas berada

dibawah rata-rata anak normal. Mmgkin karena secara psikologis

mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak biasa menunjukan

(49)

2.2.10 Kera ngka Ber fikir

Seperti yang kita ketahui sekarang, bahwa banyak kesulitan yang di alami

oleh para orang tua dalam mengatasi anak-anaknya yang termasuk dalam kategori

anak yang menderita AD/HD atau sering disebut anak yang hiperaktif.Anak-anak

yang AD/HD juga mempunya beberapa karakteristik tersendiri yaitu : Hiperaktivitas

(rangsangan berlebih), impulsivitas (tidak berfikir dahulu sebelum bertindak) dan

kesulitan mematuhi peraturan. Khususnya tipe impulsive-hiperaktif, melakukan pola

penggangguan. Mereka menggangu orang lain dengan cara mengajak mengobrol,

menyentuh, atau menggangu permainan teman-temannya. Mereka juga mencari

perhatian melalui cara-cara yang tidak tepat atau berlebihan.Anak yang ADHD

membuat kehidupan keluarga menjadi sangat terganggu dan tertekan. Tidak peduli

betapa keras para orang tua mengarahkan, anak-anak mereka terus saja melakukakan

kegiatan apa yang mereka suka.

Oleh karena kenakalan seperti anak penderita AD/HD itu, sering kita jumpai

kekerasan pada anak timbul dari orang tua itu sendiri, karena sebagai cara untuk

mengendalikan anak mereka yang hiperaktif. Tetapi mereka (orang tua) tidak

menyadari atas cara yang dilakukan pada anak-anaknya membawa dampak negative

atas sikap yang dilakukannya. Yang semestinya tidak harus mereka lakukan yaitu

(50)

situasi dan kondisi anak. Sehingga tidak merugikan anak tersebut dalam

perkembangan anak kedepannya.

Maka dari itu,penelitian ini ingin membahas tentang bagaimana cara orang tua

dalam mendidik anaknya yang hiperaktif yaitu menggunakan pola komunikasi yang

dilakukan antara orang tua dan anak. Yang dimana terdapat tiga pola komunikasi

dalam lingkungan keluarga antara orang tua dengan anak (Yusuf,2001:51) yaitu :

Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan) , permissive (cenderung berperilaku

(51)

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang

menggunakan kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar

sajian angka atau frekuensi. Pada penelitian deskriptif kualitatif menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang yang lebih rinci, lengkap, dan mendalam, yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna untuk mendukung penyajian

data. Dalam hal ini peneliti dapat mengembangkan dan menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk

aslinya seperti pada waktu wawancara (Sutopo, 2006:40).

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat gambaran atau

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Priset sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (Landasan teori),

priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Riset ini bertujuan untuk menggambarkan realitas yang

(52)

Menurut Rakhmat dalam bukunya riset komunikasi, secara umum riset yang menggunakan metodelogi kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Intensif, partisipasi priset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrument pokok riset.

2. Perekam yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan dilapangan dan tipe-tipe lain dari bukti documenter.

3. Analisis data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan-kutipan) dan komentar.

5. Tidak ada realiatas yang tunggal, setiap peneliti mengkreasi realitas esbagai dinamis dan produk konstruksi social.

6. Subjektif dan berada hanya dalam refrensi peneliti. Periset sebagai sarana

penggalian interprestasi data.

7. Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilah-pilah.

8. Periset memproduksi penjelasan untuk tentang situasi yang terjadi dan individu-in dividu.

9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth)

10.Prosedur riset : empiris-empiris dan tidak berstruktur.

11.Hubungan antara teori, konsep, dan data –data memunculkan atau

membentuk teori baru.

(53)

hunungan antara peneliti dan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai

yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai instrument penelitian dan sebagai instrument harus mencakup segi responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan kebutuhan,

mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau idionsinkratik

(Moleong 2002 :121)

Penelitian kualitatif ,memiliki karakteristik pokok yakni mementingkan makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus daripada

linier. Dengan demikian kumpulan data dan analisa data berlangsung secara simultan, lebih mementingkan kedalam dibanding luasan penelitian, sementara

peneliti, merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan berperan serta (participant observation) yang didefinisikan melakuakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat

mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam (in depth interview) (Bondan dalam Moleong, 2002 :117)

Dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik sampling purposive (purposive sampling). Teknik sampling purposive yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan

(54)

Sedangkan dalam penelitian ini ditujukan bagaimana bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orangtua dengan anaknya yang

(hiperaktif).

3.2 Definisi Operasional konsep

Dalam teori yang di definisikan oleh peneliti di dalam operasional konsep ini di antaranya pola komunikasi, pengertian orangtua, pengertian anak, serta pengertian anak hiperaktif.

Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Permissif (cenderung berperilaku bebas),

Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan). Adapun

indicator dari ketiga pola komunikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Pola komunikasi authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan). Pola

komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap :

a. Orang tua cenderung tidak mendengarkan anak atau tidak memperdulikan

pendapat atau aspirasi anak.

b. Dipihak anak, anak harus mendengarkan dan mematuhi kehendak orang tuanya secara absolut.

(55)

a) Orang tua cenderung memberikan kebebasan penuh terhadap anak untuk menyatakan dorongan serta keinginannya.

b) Orang tua mau mendengarkan atas pernyataan yang diungkapkan anak akan tetapi orang tua membebaskan anak dalam mengambil segala

keputusan.

c) Orang tua membiarkan apapun yang terjadi pada anak, jika anak berbuat baik orangtua tidak memberikan reward sedangkan jika anak salah tidak

memberikan hukuman atau teguran.

3. Pola komunikasi Authoritative (demokratis). Pola komunikasi yang dalam hubungan komunikasi orang tua bersikap :

a) Orang tua mau memberikan kesempatan kepada anak untuk memberikan pendapat maupun koreksi terhadap kehendaknya, sehingga komunikasi

dua arah terjadi dengan fleksibel.

b) Orang tua memperhatikan segala permasalahan dan keluhan-keluhan yang

disampaikan oleh anak serta mendiskusikannya untuk mencari pemecahannya.

c) Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik

(56)

Pengertian orangtua Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu kandung. Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orang tua

dibagi menjadi tiga macam yaitu, orang tua kandung, orang tua angkat, serta orangtua asuh. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti memilih orang tua kandung. Karena, orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai

hubungan darah secara biologis (yang melahirkan). Sehingga mereka lebih banyak tahu bagaimana sikap dan perilaku anaknya dalam sehari-hari.

Anak adalah makhluk social seperti juga orang dewasa.Menurut John Locke (dalam Gunarsa,1986), anak adalah pribadi yang masih bersih dan

peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Sedangkan menurut Departmen of Child and Adolescent Health and

Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun.The Convention on the Rights of the Child, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia dibawah 18 tahun. WHO (2003),

mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan

meneliti orang tua kandung. Dimana orang tua kandung lebih mengetahui sifat-sifat anaknya serta tingkah laku anaknya dala kesehariannya.

(57)

selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity

disorder). Adapun type khusus anak hyperaktif yaitu :

1. Tipe hiperaktif- impulsive

Anak dalam tipe ini memiliki ciriciri yang terlalu enerjik, lari kesana -kemari, melompat seenaknya, memanjat - manjat, banyak bicara, berisik.

Anak hiperaktif tipe ini juga impulsive, mereka sering melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan ,

tidak bisa menunda respon, tidak sabaran. Tetapi ada kelebihan pada anak hiperaktif tipe ini. Sering pada saat belajar, anak menampakkan tidak perhatian , tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.

2. Tipe inatensi

Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri yaitu tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampuy mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke hal lain, sering melamun, tidak

bisa diajak berbicara atau menerima instruksi. Karena perhatiannya terus berpindah-pindah dan kacau.

3. Tipe kombinasi

Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri yang kurang mampu

memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu

(58)

Adapula beberapa terapi perilaku dan edukasi yang dapat dilakukan oleh orangtua, antara lain adalah dengan latihan kedisiplinan dengan pola hadiah

atau pujian dan hukuman, penyederhanaan materi pelajaran, fokus pada apa yang bisa menimbulkan minan dan kesukaan , perhatian dan kasih sayang.

Sedangkan ada beberapa permasalahan yang biasa di alami oleh anak

penderita Hiperaktif yaitu :

a. Masalah di rumah.

Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan

psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia

gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.

Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena

sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasa

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kutipan wawancara itu pula, penerimaan (acceptance) orang tua mengenai anaknya bermain game online, pengetahuan orang tua mengenai game online yang dimainkan oleh

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya yang mempunyai profesi

Pada usia ini anak serba labil untuk kematangan berpikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara emosi ( perasaan ) dan rasio ( logika ), sifatnya coba – coba

Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif pada khususnya, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh

Sebagai pedoman atau masukan bagi orang tua tentang cara berkomunikasi yang baik pada anak lewat pola yang ada, sehingga hubungan dapat berjalan dengan harmonis

Konflik yang terjadi berkaitan dengan remaja yang masih labil dan sangat kritis menanggapi hal yang terjadi disekitar dimana juga terjadi perubahan baik pada fisik,

Orang tua yang sama-sama sibuk menyebabkan intensitas dan kualitas komunikasi menjadi sangat kurang dan tidak jarang pula menimbulkan perselisihan diantaranya,

Autis merupakan gangguan pervasife yang terjadi pada anak pada 2,5 tahun-17 tahun usia perkembangan anak .untuk mengatasi kasus tersebut maka orang tua