• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAYANGAN SEXOPHONE TRANS TV TERHADAP SIKAP SEKS MAHASISWA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TAYANGAN SEXOPHONE TRANS TV TERHADAP SIKAP SEKS MAHASISWA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Surabaya)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya)

SKRIPSI

Di Ajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh:

SONNY ADITYA DARMA NPM. 0943010070

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya)

Disusun oleh :

SONNY ADITYA DARMA NPM. 0943010070

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

PEMBIMBING

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si. NIP. 1 9581 225199 001 1001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya)

Disusun Oleh : SONNY ADITYA DARMA

NPM. 0943010070

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

“Veteran” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, Msi. Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, MSi. NIP. 1 95812 251990 011 001 NIP. 1 9581 25199 001 1001

2. Sekr etaris

Dr. CATUR SURATNOAJ I, M.Si.

NPT. 3 6804 94 00281

3. Anggota

ZAINAL ABIDIN A, M.Si, M.Ed NPT. 373059901701

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T., karena atas segala limpahan Rahmat-Nya dan dengan sekian banyak kendala yang dihadapi akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH TAYANGAN SEXOPHONE TRANS TV TERHADAP SIKAP SEKS MAHASISWA SURABAYA ( Studi Deskr iptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya).

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam atas bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas kuasa-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak. Ir. Didiek Tranggono, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

(5)

semangat yang diberikan. Semoga selalu menjadi sahabat yang utuh selamanya. Ammin..

8. Eko Setiono, selaku sahabat penulis dalam proses terjadinya laporan skripsi. Terima kasih atas fasilitas yang diberikan, semoga kita selalu sukses. Amiiinnn...

9. Teman – teman mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur, khususnya “Koprals Family”, terima kasih atas dukungan semangat dan kerjasama yang telah diberikan (Dio, Andin, Agus, Rendi, Shallys, Gilang, Okky, Sandy, Ujang, Jo, Roby ).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena segala keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan penulis agar skripsi ini menjadi lebih sempurna. Terakhir penulis harapkan agar skripsi ini dapat berguna sebagai salah satu fasilitas dari bahan informasi bagi penulis lain maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 29 Juni 2013

(6)

HALAMAN J UDUL... i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR ... iv 2.1. Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1 Televisi sebagai Media Komunikasi... 13

2.2.2 Penonton Televisi Sebagai Khalayak Media Massa... 16

2.2.3 Efek Media... 17

2.2.4 Terpaan Media ( Media Exposure )... 18

2.2.5 Pornomedia ... 19

(7)

2.3. Kerangka Berfikir... ... 29

2.4. Hipotesis... 31

BAB III : METODE PENELITIAN... 32

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 32

3.1.1. Tayangan Pornomedia Sexophone Trans Tv... 32

3.1.2. Sikap Sex Mahasiswa... 33

3.1.3. Pengukuran Variabel... 35

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 41

3.2.1. Populasi dan Sampel ... 41

(8)

Sexophone (X1) ... 54

4.2.1.4. Durasi Tayangan Sexophone (X2)... 55

4.2.1.5. Sikap Seks Mahasiswa (Y)... 56

4.2.2. Pengaruh Tayangan Pornomedia Sexophone Terhadap Sikap Seks Mahasiswa ... 65

4.2.2.1. Frekuensi Dan Durasi Berdasarkan Variabel Penelitian... 66

4.2.2.2. Sikap Seks Mahasiswa Berdasarkan Variabel Penelitian... 69

4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 72

4.3.1. Uji Validitas ... 73

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 74

4.4. Pengujian Hipotesis... 75

4.4.1 Analisis Statistik Regresi Linier Berganda... 75

4.4.2 Analisis Pengaruh Variabel Bebas Secara Parsial (uji t)... 77

4.5. Pembahasan... 81

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1. Kesimpulan... 85

5.2. Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(9)

Deskr iptif Kuantitatif Pengaruh Tayangan Sexophone Trans Tv Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya).

Kehadiran media massa (media cetak maupun elektronik ) saat ini sangat berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai kontrol sosial. Dalam media elektronik, televisi merupakan salah satu media yang paling efektif karena televisi dapat menampilkan audio visual sehingga seseorang dapat melihat dan mendengar sehingga dampak yang ditampilkan oleh televisi lebih besar dari media massa lainnya.

. Pada televisi banyak pilihan dari berbagai macam tayangan yang disajikan oleh setiap stasiun televisi yang berpengaruh terhadap sikap masyarakat. Salah satunya adalah tayangan pendidikan seks yaitu acara Sexophone yang tayang pada stasiun televisi swasta Trans Tv. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tayangan acara pornomedia sexophone yang didalamnya banyak bahasan mengenai sex education terhadap sikap seks mahasiswa Surabaya yang telah menontonnya.

Metode yang digunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda yang termasuk dalam penelitian kuantitatif. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Surabaya yang telah melihat tayangan sexophone.

Hasil dari penelitian ini adalah secara keseluruhan bahwa tayangan sexophone Trans Tv memiliki pengaruh terhadap perubahan sikap seks mahasiswa Surabaya yang telah menontonnya.

(10)

Descriptive The Influence Study Of Sexophone Shows At Trans Tv On Students Sex Behaviour ).

Mass media appearance ( printed media or electronic) nowadays is very useful on sending accurate information to the society according to the function as a social control. On electronic media, television is one of the most effective media because television can shows audio visual so that the people can see and hear so that the impact which shows by television is bigger than another mass media.

The method which used is linier multiple regression analyze which part of quantitative research. The respondents on this research are Surabaya students which have watched sexophone pornomedia show.

Much choices on television from many shows which is served by each broadcast station which affects society’s behaviour. One of them is sex education shows sexophone which runs at trans tv. This research is done to know the influence of sexophone pornomedia shows which many things about sex education on students sex behaviour who have watched the show.

The overall result of this research are Trans Tv’s sexophone show has the influence for change of Surabaya students attitude how has watched it.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern ini teknologi berkembang semakin pesat dan membuat segala informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan mudah didapatkan melalui media massa ( media cetak maupun elektronik) yang akan mempengaruhi sikap masyarakat. Kehadiran media massa saat ini sangat berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai kontrol sosial. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Hidayat, 2011:9). Dengan adanya media massa membuat komunikasi semakin mendapat perhatian secara lebih dan dirasakan penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak lagi sekunder tapi telah menjadi kebutuhan yang primer. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asanate mengartikan, komunikasi merupakan transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak (Mulyana, 2007:69).

(12)

Dari penelitian terdahulu yang berjudul Televisi dan Pergeseran Konsep Seks Normatif : Pengaruh Tayangan Pornomedia Televisi dan Agama Terhadap Sikap Seks Mahasiswa S1 Kota Surabaya yang dilakukan oleh Megawati Wahyudianata, dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fikom UK Petra Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang metode statistiknya menggunakan analisa regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sampel dan populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa pada kota Surabaya yang jenjang pendidikannya S1. Teori yang digunakan adalah teori difusi inovasi dan teori norma budaya. Penelitian ini membahas tentang pengaruh tayangan pornomedia terhadap sikap seks mahasiswa S1 Surabaya dengan adanya faktor penengah yaitu agama. Agama disini berperan sebagai variabel penyela antara tayangan pornomedia televisi dan sikap seks mahasiswa S1 Surabaya.

(13)

pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif Stikosa AWS yang berjumlah 344 mahasiswa. Pada penelitian ini membahas pengaruh kampanye yang ada pada media televisi terhadap sikap pemilih yaitu pemilih pemula. Pada kampanye tersebut terdapat kualitas dialog dan daya tarik fisik yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pemirsa yang menontonnya yaitu pemilih pemula.

(14)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam media elektronik, televisi merupakan salah satu media yang paling efektif karena televisi dapat menampilkan audio visual sehingga seseorang dapat melihat dan mendengar sehingga dampak yang ditampilkan oleh televisi lebih besar dari media massa lainnya (Bungin, 2001:116). Selain itu juga, pesan yang disampaikan media televisi kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit (Effendi, 2008:178). Media televisi tidak memiliki kekuatan membangkitkan theatre of mind sebesar radio, namun informasi televisi adalah realitas televisi yang sangat dekat dengan realitas sesungguhnya. Bahkan, televisi dapat mengkonstruksikan informasi melalui bangunan-bangunan citra dan makna sehingga panggung virtual televisi lebih indah dari yang sesungguhnya atau lebih indah dari media lainnya (Bungin, 2001:116). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” atau vision yang berarti penglihatan. Segi “jauhnya” diusahakan oleh prinsip radio dan segi “penglihatannya” oleh gambar (Effendy, 2000:174).

(15)

menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang ada sejak lama (Kuswandi, 2003:23).

(16)

Dengan adanya televisi masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan mengakses program televisi yang disukainya, tanpa memerlukan pengorbanan yang berat. Namun kemudahan mengakses program televisi seringkali tidak diimbangi dengan itikat baik oleh sebagian besar stasiun televisi untuk memberikan tayangan yang edukatif dan informatif. Justru sebaliknya, demi mengejar popularitas mereka menayangkan acara yang pada tayangan-tayangannya mengandung unsur-unsur yang menarik minat penonton. Misalnya, tayangan acara yang berbau pornomedia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap pemirsa dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Kuswandi (Kuswandi, 2003:100) ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu :

a. Dampak Kognitif

Kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi akan melahirkan pengetahuan bagi pemirsa, contoh : acara kuis di televisi

b. Dampak Peniruan

Pemirsa dihadapkan trend aktual yang ditayangkan televisi, contoh : model pakaian, model rambut dari bintang yang digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak Perilaku

(17)

contoh : sinetron dokter Sartika yang menginternalisasikan kesehatan bagi masyarakat.

Televisi sebagai media komunikasi massa dalam penelitian ini menunjukan bahwa televisi yang digunakan sebagai media dalam menyiarkan hiburan dan pendidikan yang informatif berupa acara Sexophone Trans Tv untuk remaja merupakan sarana mengkomunikasikan pesan atau informasi kepada khalayak pemirsanya

2.2.2 Penonton Televisi Sebagai Khalayak Media Massa

(18)

Meskipun di dalam televisi itu dikhususkan untuk kalangan tertentu (misalnya program acaranya), tetapi televisi perlu menyediakan acara lain yang sifatnya lebih umum. Ini penting agar televisi tidak kehilangan ciri khasnya sebagai saluran komunikasi massa. Televisi tidak melulu terdiri dari satu acara saja, tapi televisi membutuhkan iklan, film, acara berita, acara hiburan, dll karena televisi (sebagaimana media massa yang lain) punya ciri umum (Nurudin, 2004:22). Dalam penelitian ini yang termasuk khalayak sasaran (target audience) adalah mahasiswa. Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan dalam acara.

2.2.3 Efek Media

McLuhan menegemukakan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah memengaruhi khalayak sehingga yang memengaruhi khalayak bukan apa yang disampaikan oleh media tetapi jenis media komunikasi yang digunakan oleh khalayak tersebut, baik tatap muka maupun melalui media cetak ataupun elektronik (Ardianto, dkk, 2007:50).

(19)

Menurut Steven M. Chaffe, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa (Ardianto, dkk, 2007:50).

2.2.4 Ter paan Media ( Media Exposure )

Media exposure mempunyai artian sebagai terpaan media massa terhadap khalayak (audience). Terpaan media massa tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi hal ini juga meliputi adanya keterbukaan seseorang dengan adanya pesan-pesan di media massa tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendebgar, melihat dan membaca pesan-pesan di media massa yang terjadi pada individu atau kelompok. Media exposure dapat juga diartikan sebagai fekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca surat kabar atau majalah maupun mendengarkan radio (Singarimbun, 1989:99).

Media exposure berusaha mencari data khalayak tentang

(20)

penggunaan (longevity). Dari ketiga pola tersebut yang sering dilakukan adalah pengukuran frekuensi program harian (berapa kali dalam seminggu). Sedangkan pengukuran durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media atau berapa lama khalayak mengikuti suatu program (Ardianto, dkk, 2007:168). Terpaan-terpaan (media expossure) yang ada pada frekuensi dan durasi itu menghubungkan antara khalayak dengan isi media itu sendiri berkaitan dengan perhatian (attention) juga turut mempengaruhi sikap dalam terpaan media (Rakhmat, 2003 : 55). Berkaitan dengan teori diatas, maka terpaan dioperasionalkan sebagai frekuensi menonton dan durasi (lama menonton tayangan televisi) dalam menonton acara sexophone di Trans Tv, dengan responden mahasiswa surabaya.

2.2.5 Pornomedia

(21)

pornoaksi. Pornografi merupakan gambar-gambar yang lebih menonjolkan bentuk tubuh manusia, alat kelamin manusia dan tayangan pencabulan yang sifatnya seronoh, vulgar yang dapat merangsang secara seksual. Pornosuara adalah suara atau kalimat-kalimat yang diucapkan secara langsung ataupun tidak langsung, bahkan secara halus ataupun vulgar melakukan rayuan seksual. Bentuknya bisa berupa suara desahan yang ada pada film yang berbau porno. Dan pornoaksi adalah menampilkan suatu pergerakan-pergerakan yang menonjolkan bentuk lekuk tubuh manusia, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan rasa rangsangan seksual bagi yang melihatnya (Bungin, 2007:338).

2.2.6 Sikap

(22)

a) Kerangka pemikiran menurut ahli psikologi yaitu adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

b) Kerangka pemikiran menurut para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian yang dimana konsep sikap lebih kompleks. Menurut kelompok ini sikap mempunyai makna kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan di sini terkait dengan kecenderungan potensial utnuk bereaksi denagn cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. c) Kerangka pemikiran yang ketiga berfikir bahwa sikap merupakan

konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2008:4).

(23)

a) Pengalaman pribadi : apa yang telah kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tangapan dapat menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentukkan sikap pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.

b) Pengaruh orang lain yang diangap penting : orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita.

c) Pengaruh Kebudayaan : kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap kita. d) Pengaruh Media massa : afanya informasi baru dari media massa

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap.

(24)

pembentukkan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f) Pengaruh faktor emosional dalam diri individu : sikap kadang-kadang terbentuk karena didasari oleh emosi yang berfungsi semavam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut komponen sikap tersebut : (Azwar, 2008:24)

a) Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut.

b) Komponen Afektif

(25)

Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi.

c) Komponen Konatif

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasri oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi berperilaku.

Fungsi sikap menurut Katz adalah sebagai berikut :

a) Fungsi Instrumental, Penyesuaian atau Manfaat

Menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.

b) Fungsi Pertahanan Ego

Sikap mekanisme pertahanan ego yang akan melindungi dari kenyataan yang tidak mengenakkan. Sikap dalam hal ini, merefleksikan problem kepribadian yang tidak terselesaikan.

c) Fungsi Pernyataan Nilai

(26)

d) Fungsi Pengetahuan

Sikap berfungsi sebagai sesuatu skema yaitu cara strukturisasi agar dunia di sekitar tampak logis dan masuk akal. Sikap digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya (Azwar, 2008:53).

2.2.7 Seks dan Sikap Seks

Seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Sebagai energi psikis, seks merupakan motivasi atau dorongan untuk berbuat atau bertingkah laku oleh Freud, seorang sarjana psikoanalisa disebutnya sebagai libido sexualis (libido = gasang, dukana, dorongan hidup, nafsu erotis). Seks juga suatu mekanisme bagi manusia agar mampu mengadakan keturunan. Sebab itu seks merupakan mekanisme yang vital sekali dengan mana manusia mengabadikan jenisnya (Kartono, 1989:225).

(27)

yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin dan hubungan kelamin (sengggama,percumbuan)

(ht tp:/ / w w w .referensim akalah.com/ 2012/ 11/ definisi-seks-dan-seksualit as.ht ml)

Sikap seks merupakan bagaimana respon seksual yang diberikan setelah mendengar, melihat informasi dan atau pemberitaan serta gambar-gambar porno tersebut (Bungin, 2001:63). Di dalam penelitian ini yang semula mahasiswa tidak mengetahui hal-hal mengenai informasi sex akan menjadi mengerti dan memahami setelah menonton tayangan sexophone. Selain itu juga mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan mengenai seks akan menjadi menjadi bertambah dan variatif informasinya setelah menonton tayangan sexophone Trans Tv sehingga informasi-informasi yang diterima mahasiswa akan secara tidak langsung mempengaruhi sikap seks mereka.

2.2.8 Acara Sexophone

(28)

kesehatan seks, perilaku seks, hiburan seks dan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan seks).

Di dalam setiap segmen acara sexophone selalu mendatangkan bintang tamu untuk diajak berbincang mengenai pendidikan seks, aktivitas seks dan membicarakan hal apapun yang mengenai kehidupan seks. Selain itu juga, setiap segmen topik yang dibicarakan, sexophone selalu menampilkan gambar-gambar ilustrasi dan kata-kata yang mengandung arti sensualitas yang menunjang informasi sehingga akan menarik minat penonton untuk tetap mengikuti acara tersebut dan akan menimbulkan rangsangan birrahi terhadap penonton yang mengikuti acara tersebut. Acara sexophone ini memakai setting tempat pada studio dan out door dan juga dihadiri oleh para pemirsa on air yang mayoritasnya masih remaja yang sedikit melenceng dari kategori acara tersebut yaitu acara orang dewasa. Selain itu, kehadiran band pengiring pada acara sexophone semakin membuat suasana menjadi lebih nyaman dan santai untuk diikuti hingga acara tersebut selesai.

2.2.9 Teori S-O-R (S-O-R Theory)

(29)

pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini sebagai berikut (Effendy, 2000:245) :

a) Pesan (Stimulus, S) : Pengaruh tayangan Sexophone b) Komunikan (Organisme, O) : Penonton acara Sexophone c) Efek (Response, R) : Sikap Seks Mahasiswa

“ Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh komunikan” (Effendy, 2000:255).

Stimulus Organisme

(Pesan atau informasi) (Komunikan)

Response (Efek)

Gambar 2.1

Model Komunikasi S-O-R (Effendy, 2000:255)

Stimulus atau pesan yang diberikan melalui media yaitu televisi

(30)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin

diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunkan mengerti. Kemampuan komunkan inilah yang kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk mengubah sikap (Effendy, 2000:256).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka pada penelitia ini peneliti menetapkan batasan mahasiswa yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berumur 18-24 tahun karena tahap ini merupakan tahap akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun ke atas, yaitu usia matang dalam hukum (Hurlock, 1980:206). Pada usia remaja ini minat seksnya telah berkembang, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks.

2.3 Kerangka Ber fikir

(31)

Variatifnya program acara tersebut meliputi siaran yang bersifat informatif, hiburan dan pendidikan. Tidak sedikit televisis menayangkan acara-acara yang didalamnya membahas mengenai seks atau menonjolkan sesnsualitas seks. Kehadiran acara tersebut akan secara tidak langsung akan memberikan informasi-informasi seks yang membuat rasa ingin tahu penonton semakin tinggi terhadap sikap seks mereka. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah pengaruh acara Sexophone yang ditayangkan pada stasiun televisi Trans Tv terhadap sikap seks mahasiswa Surabaya. Adapun kerangka berfikirnya sebagai berikut :

Mahasiswa yang berada di Surabaya mendapatkan pengaruh informasi dari acara Sexophone dengan indikator pada penelitian ini yaitu dengan indikator frekuensi dan durasi sedangkan pada sikap seks mahasiswa akan diukur dengan menggunakan indikator kognitif, afektif dan konatif. Untuk lebih memperjelas berikut ini disajikan bagan dari kerangka berfikir.

Gambar 2.3

Kerangka Berfikir penelitian Mengenai Pengaruh Tayangan Pornomedia Sexophone Terhadap Sikap Seks Mahasiswa Surabaya.

X : Tayangan Pornomedia

(32)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(33)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Tayangan Pornomedia Sexophone Trans Tv

Variabel bebas atau variabel X adalah pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv yang dioperasionalkan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton tayangan acara sexophone pada Trans Tv. Sexophone adalah tayangan khusus dewasa yang memberikan penontonnya berbagai pengetahuan dan wawasan mengenai sex education (kehidupan seks, kesehatan seks, perilaku seks, hiburan seks

dan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan seks). Terpaan adalah dampak media massa yang akan timbul secara kuat dan cepat apabila terexpose oleh media massa. Terpaan acara sexophone pada Trans Tv ini dijabarkan dalam variabel frekuensi (X1) (tingkat keseringan menonton)

dan durasi (X2) (lama menonton).

a) Frekuensi (X1)

(34)

b) Durasi (X2)

Dijabarkan sebagai seberapa lama responden tersebut menonton tayangan acara sexophone pada Trans Tv. Durasi operasionalisasinya adalah durasi responden menonton tayangan acara sexophone pada Trans Tv dalam setiap kali menonton.

3.1.2 Sikap Sex Mahasiswa

Variabel terikat atau variabel Y adalah sikap seks mahasiswa Surabaya. Sikap seks mahasiswa Surabaya dioperasionalkan sebagai penggambaran sejauh mana sikap seks mahasiswa Surabaya setelah melihat acara pornomedia sexophone pada Trans Tv . Apakah terjadi suatu perubahan dalam sikap seks mereka yang dinyatakan melalui jawaban verbal setelah peneliti memberikan pertanyaan yang dikembangkan melalui indikator-indikator berupa komponen sikap dalam aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

(35)

mengandung unsur-unsur, tayangan-tayangan dan dampak pornografi pada media. Semula pemirsa yang tidak mengerti hal mengenai pornografi akan sedikit bertambah pengetahuannya mengenai pembahasan tersebut setelah menyaksikan acara sexophone.

b) Komponen Afektif berkaitan dengan evaluasi mahasiswa sebagai pemirsa terhadap tayangan sexophone dalam arti apakah mereka menyukai apa tidak mengenai materi dan tujuan dari tayangan tersebut. Pemirsa setelah menyaksikan acara sexophone akan diterpa oleh informasi-informasi dari acara tersebut sehingga akan menimbulkan suatu penilaian pada diri pemirsa sesuai dengan karakteristik masing-masing individu mengenai acara tersebut. Seperti halnya pada saat pembahasan mengenai pornografi pada acara sexophone, materi dan penyajian informasi yang mendukung unsur pornografi ditampilkan dengan suatu ilustrasi video yang cukup vulgar . Selain itu juga pada saat pembahasan mengenai pornografi, pihak acara sexophone juga mendatangkan narasumber yang tampilannya cukup sexy. Dengan menampilkan hal-hal demikian akan menimbulkan suatu penilaian pada diri mahasiswa yang menontonnya, apakah mereka menyukainya ataupun tidak.

c) Tahapan komponen Konatif menunjukan kecenderungan penonton sexophone dengan adanya keinginan untuk mencoba dan mempraktekan

(36)

informasi yang baru dari acara tersebut dan merespon informasi dengan sebuah tindakan yang dipengaruhi oleh informasi acara sexophone. Setelah menonton acara sexophone mahasiswa sebagai penonton akan banyak mendapatkan informasi-informasi mengenai sex dan akan meniru atraksi yang ditayangkan sehingga akan mempengaruhi sikap seks mereka.

3.1.3 Pengukuran Variabel

Untuk menentukan besar kecilnya suatu nilai dari variabel dibutuhkan suatu alat ukur yang sesuai dengan indikator yang ada pada definisi operasional diatas. Instrumen pengukuran penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel bebas (X)

1. Frekuensi (X1)

Peneliti menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Frekuensi operasionalnya adalah frekuensi responden menyaksikan acara sexophone pada Trans Tv dalam satu bulan. Frekuensi dikategorikan menjadi 3 dengan pengukuran lebar interval. Pengukuran indikator frekuensinya adalah minimal penayangan acara sexophone pada Trans Tv dalam satu bulan adalah 1 kali. Frekuensi maksimal acara sexophone pada Trans Tv adalah 8 kali dalam satu bulan.

(37)

Inter val Class = 8− 1

3 = 2,333 ≈ 2

Jadi Kategorinya :

a. 0 – 2 kali diberi skor 1 b. 3 – 5 kali diberi skor 2 c. 6 – 8 kali diberi skor 3

2. Durasi (X2)

Dalam kuisioner peneliti akan mengajukan pertanyaan tertutup. Durasi operasionalnya adalah berapa lama responden menyaksikan acara sexophone pada Trans Tv dalam sekali tayang. Durasi dihitung dengan rata-rata waktu yang digunakan dalam satuan menit. Durasi dikategorikan menjadi 3 dengan pengukuran lebar interval. Pengukuran indikator durasinya adalah berdasarkan pada durasi 0-60 menit dalam sekali menonton tayangan acara sexophone pada Trans Tv.

Inter val Class = 60− 0

3 = 20

Inter val Class = ( − )

(38)

Jadi kategorinya dibedakan menjadi :

a. 0 – 20 menit/penayangan diberi skor 1 b. 21 – 40 menit/penayangan diberi skor 2 c. 41 – 60 menit/penayangan diberi skor 3

Skala pengukuran pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv menggunakan skala ordinal yang diurutkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Masing- masing alternatif jawaban ini telah diberi skor untuk menyamakan pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv yang terdiri dari indikator frekuensi dan durasi dengan menggunakan rumus :

Jumlah pertanyaan dalam variabel X yakni menyamakan pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv terdiri dari 2 item pertanyaan.

a) Skor jawaban tertinggi = 3 x 2 = 6 b) Skor jawaban terendah = 1 x 2 = 2

Lebar inter val sebagai batasan skor = = 1,333 = 1

Sehingga batasan skor pengukuran pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv adalah sebagai berikut :

(39)

a. 1 – 2 termasuk kategori rendah, pengukuran pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv rendah.

b. 3 – 4 termasuk kategori sedang, pengukuran pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv sedang.

c. 5 – 6 termasuk kategori tinggi, pengukuran pengaruh tayangan pornomedia sexophone pada Trans Tv tinggi.

Variabel terikat (Y) :

Skala pengukuran sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv menggunakan skala ordinal yang diurutkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Masing – masing alternatif jawaban telah diberi skor. Untuk menyamakan pengukuran sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv dengan indikator kognitif, afektif dan konatif dengan menggunakan rumus :

a. Sangat Setuju diberi skor 3

b. Setuju diberi skor 2

c. Tidak Setuju diberi skor 1

Sedangkan untuk skala pengukuran variabel menggunakan skala ordinal yang berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah dengan rumus:

(40)

A. Dalam variabel ini, komponen kognitif terdapat 3 item pernyataan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

- Skor jawaban terendah = 1 x 3 = 3

Lebar inter val sebagai batasan skor = = 2

Batasan skor komponen kognitif untuk sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv adalah sebagai berikut :

a. 3 – 5 termasuk kategori rendah b. 6 – 7 termasuk kategori sedang c. 8 – 9 termasuk kategori tinggi

B.Dalam variabel ini, komponen afektif terdapat 3 item pernyataan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

- Skor jawaban terendah = 1 x 3 = 3

Lebar inter val sebagai batasan skor = = 2

Batasan skor komponen afektif untuk sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv adalah sebagai berikut :

(41)

C.Dalam variabel ini, komponen konatif terdapat 3 item pernyataan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

- Skor jawaban terendah = 1 x 3 = 3

Lebar inter val sebagai batasan skor = 9 − 3

3 = 2

Batasan skor komponen konatif untuk sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv adalah sebagai berikut :

a. 3 – 5 termasuk kategori rendah b. 6 – 7 termasuk kategori sedang c. 8 – 9 termasuk kategori tinggi

Dari penjelasan diatas dalam variabel ini, jika dijumlahkan terdapat 9 item pernyataan. Sehingga bisa dihitung :

- Skor terendah = 1 x 9 = 9 - Skor tertinggi = 3 x 9 = 27

Lebar Inter val = 27− 9

3 = 6

Batasan skor untuk sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv adalah :

(42)

b. 15 – 20 termasuk kategori Netral, artinya pengaruh sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv netral.

c. 21 – 27 termasuk kategori Positif, artinya pengaruh sikap seks mahasiswa Surabaya setelah menonton acara sexophone pada Trans Tv positif.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

(43)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008 :81). Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa yang menyaksikan tayangan acara sexophone Trans Tv usia 18-24 tahun karena pada tahap tersebut mahasiswa merupakan tahap akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun ke atas, yaitu usia matang dalam hukum (Hurlock, 1980:206). Pada usia remaja minat seksnya telah berkembang, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk-beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya dari buku-buku tentang seks, acara televisi mengenai seks, dll.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini peniliti menggunakan teknik penarikan probabilitas sampling dengan cara Cluster Random Sampling. Menyeleksi

atau mengelompokkan populasi atau sampel ke dalam beberapa kelompok atau kategori (Kriyantono, 2006:153), Metode ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni :

(44)

2. Peneliti menggunakan teknik Random (acak) untuk menentukan Perguruan Tinggi yang akan dijadikan sampel. Berdasarkan random / acak tersebut diperoleh Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya.

3. Kemudian dipilihnya Perguruan Tinggi Negeri

UNAIR = 26.544 Mahasiswa

UNESA = 24.606 Mahasiswa

IAIN = 10.765 Mahasiswa

ITS = 17.702 Mahasiswa

+

Jumlah = 79.617 Mahasiswa

Rumus yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah rumus Yamane dalam Rakhmat (2003 : 85), yakni :

n = N N.d²+1

Keterangan :

n = besarnya sampel yang diperlukan N = Jumlah populasi

d = presisi (derajat ketelitian = 0,1)

n = 79.617 79.617.(0,1)²+1 = 79.617

797,17

(45)

Jadi, didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 mahasiswa Surabaya.

Selanjutnya dialokasikan secara proposional yang ditentukan melalui rumus :

n1 = 1 ×

Ket:

n1 = Jumlah mahasiswa disuatu Perguruan Tinggi N1 = Ukuran stratum ke-1

N = Jumlah seluruh sampel

n = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan

(46)

4. Perguruan Tinggi Negeri ITS

n1 = N1 × n

N =

17.702

79.617 × 100 = 22,2 = 22 Mahasiswa

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 J enis Data

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif survei dengan menggunakan data primer, yaitu proses pengumpulan data yang diperoleh langsung dari angket/kuisioner yang diisi oleh responden. Jenis kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup yang berada pada angket. Yang dimaksud kuisioner tertutup adalah kemungkinan pilihan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain (Singarimbun, 1989:45). Data sekunder data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Timur, Kecamatan dan kelurahan setempat, buku literatur, artikel atau internet yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3.3.2 Sumber Data

(47)

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yaitu dengan cara menyebarkan atau memberikan daftar pertanyaan kepada responden yang telah menonton acara sexophone pada Trans Tv.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini tergolong analisa kuantitatif yang metode statistiknya menggunakan analisa Regresi Linier Berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh frekuensi (X1) dan durasi

(X2) terhadap sikap seks mahasiswa surabaya (Y). Adapun rumus

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

(Sudjana, 2005:347)

Keterangan :

Y = Sikap Seks Mahasiswa X1 = Frekuensi

X2 = Durasi

β 0 = Konstanta

β 1 β 2 = Koefisien Regresi

(48)

3.5 Uji Hipotesis

3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas bertujuan untuk menguji apakah setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah valid. Suatu instrumen dikatakan valid berarti mempunyai validitas yang tinggi atau sebaliknya instrumen dikatakan kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Dalam hal ini koefisien korelasi yang ditentukan signifikansinya 5% menunjukan bahwa item-item tersebut sudah valid sebagai indikator. Pengujian validitas dilakukan dengan mengunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

r = n ∑ xy ∑ xy

√[n ∑ x2 – (∑ x)2] [ (n ∑ y2 – (∑ y)2] ...(Umar 2003:111) Keterangan :

n : Jumlah Data X : Skor pertanyaan Y : Skor Total

r : Koefisien Korelasi

3.5.2 Uji Reliabilitas

(49)

mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Dengan kata lain reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat r hasil yaitu nilai alpha (Alpha Cronbach) :

a. Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel.

b. Jika r alpha positif dan r alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel.

c. Jika r alpha > r tabel tapi bertanda negatif variabel tersebut tidak reliabel 3.5.3 Uji t

Uji t dipergunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis statistik sebagai berikut :

a. H0: β 1 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial tayangan pornomedia

sexophone (X) terhadap sikap seks mahasiswa (Y).

b. H1: salah satu β 1 ≠ 0, ada pengaruh secara parsial tayangan pornomedia

sexophone (X) terhadap sikap seks mahasiswa (Y). 2. Menentukan titik kritis (level of significant)

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k-1), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

(50)

thitung = b (Sudjana, 2005:388)

Sb

Keterangan :

b = Koefisien Regresi

Sb = Standard deviasi dari koefisien regresi

4. Kriteria Pengujian

a. Jika thitung ≤ t tabel (0,05),maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh

secara parsial tayangan pornomedia sexophone (X) terhadap sikap seks mahasiswa (Y).

b. Jika thitung > ttabel (0,05) ,maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada pengaruh secara

(51)

4.1 Gambaran Umum Acara Sexophone

4.1.1 Sejar ah Sexophone

Sexophone adalah sebuah acara di stasiun televise swasta Trans Tv yang akan memberikan edukasi seks bagi penonton yang menyaksikan acara tersebut. Acara yang dikemas dengan ringan ini tayang setiap hari kamis dan jumat yang dipandu oleh pasangan pembawa acara yang cantik, Chantal Della Concetta dan Zoya Amirin yang selalu tampil seksi. Sexophone adalah tayangan khusu dewasa sehingga ditayangkan pada waktu tengah malam pada pukul 01.00 WIB hingga 02.00 WIB. Acara berdurasi satu jam ini memberikan penonton yang menyaksikan berbagai pengetahuan dan wawasan baru mengenai sex education (kehidupan seks, kesehatan seks, perilaku seks, hiburan seks dan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan seks).

(52)

penonton untuk tetap mengikuti acara tersebut dan akan menimbulkan rangsangan birrahi terhadap penonton yang mengikuti acara tersebut. Acara sexophone ini memakai setting tempat pada studio dan out door dan juga dihadiri oleh para pemirsa on air yang mayoritasnya masih remaja yang sedikit melenceng dari kategori acara tersebut yaitu acara orang dewasa. Selain itu, kehadiran band pengiring pada acara sexophone semakin membuat suasana menjadi lebih nyaman dan santai untuk diikuti hingga acara tersebut selesai.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

4.2.1 Deskr ipsi Identitas Responden

Deskripsi identitas berdasarkan karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang digunakan dalam penelitian ini responden berdasarkan identitas yang dimiliki masing-masing responden. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari usia dan jenis kelamin. Pekerjaan dalam penelitian ini telah ditentukan yaitu mahasiswa. Berikut karakteristik responden yang disajikan dalam tabel frekuensi berikut :

4.2.1.1 Identitas Responden Berdasar kan Usia

(53)

Tabel 4.1

Identifikasi Berdasar kan Klasifikasi Usia Responden

Usia Fr ekuensi Persentase

18 – 20 Tahun 4 4 %

20 – 22 Tahun 50 50 %

22 – 24 Tahun 46 46 %

Total 100 100 %

Sumber : kuisioner no.1 point I

Berdasarkan pada tabel 4.1, menunjukan bahwa identifikasi berdasarkan usia responden penonton acara pornomedia pada usia 20-22 tahun sebesar 50% atau 50 responden. Pada usia 18 – 20 tahun sebanyak 4 responden atau 4%. Pada usia 22 – 24 tahun sebanyak 46 responden atau 46%.

(54)

4.2.1.2 Identitas Responden Berdasar kan J enis Kelamin

Berdasarkan hasil data jawaban responden, kuisioner yang dikumpulkan sebanyak 100 kuisioner, maka hasil jawaban kuisioner dari identifikasi berdasarkan jenis kelamin responden penonton acara Sexophone ditunjukan pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Identifikasi Berdasar kan Klasifikasi J enis Kelamin Responden J enis Kelamin Fr ekuensi Persentase

Laki – laki 68 68 %

Perempuan 32 32 %

Total 100 100 %

Sumber : kuisioner no2 point I

Berdasarkan pada tabel 4.2, menunjukan bahwa identifikasi berdasarkan jenis kelamin responden penonton acara pornomedia Sexophone laki - laki sebesar 68% atau 68 responden. Dan perempuan sebesar 32 responden atau 32%.

(55)

4.2.1.3 Fr ekuensi Tayangan Pornomedia Sexophone (X1)

Hasil tanggapan responden terhadap Frekuensi (X1) dapat dilihat

pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3

Fr ekuensi Menonton Acara Pornomedia Sexophone Trans Tv No. Frekuensi menonton

Sumber : kuisioner no1 point II

(56)

begadang mereka dan tertarik dengan pembahasan yang ada didalam acara tersebut.

Sehingga frekuensi menonton terbanyak responden berada pada 3 – 5 kali dalam 1 bulan dengan jumlah responden 50 atau 50% bahwa acara pornomedia sexophone memberikan mereka banyak pengetahuan mengenai sex education yang jarang ada pada stasiun tv lainnya sehingga mereka tertarik untuk menontonnya pada saat waktu senggang mereka.

4.2.1.4 Durasi acara Tayangan Sexophone (X2)

Hasil tanggapan responden terhadap Durasi (X2) dapat dilihat pada

tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Durasi Responden dalam Menonton Tayangan Pornomedia Sexophone Trans Tv.

No. Durasi menonton F %

1. 0 – 20 menit 24 24

2. 21 – 40 menit 31 31

3. 41 – 60 menit 45 45

Jumlah 100 100

Sumber : kuisioner no2 point II

(57)

hingga selesai menonton acara tersebut dan selain itu juga tergantung dengan pembahasan pada saat itu juga jika tidak menarik responden cenderung mengakhiri kegiatan menonton mereka. Responden yang menonton selama 41 – 60 menit sebanyak 45 responden atau 45% beralasan mereka ingin mengetahui dan ingin mengikuti perkembangan informasi mengenai sex education yang tidak mereka ketahui.

Sehingga durasi terbanyak responden berada pada 41 – 60 menit sebanyak 45 responden atau 45% karena tingkat ingin tahu responden mengenai sex ducation cukup tinggi sehinga responden menonton acara pornomedia sexophone trans tv hingga akhir.

4.2.1.5 Sikap Seks Mahasiswa (Y)

Hasil tanggapan responden terhadap Sikap Seks Mahasiswa (Y) terdiri dari aspek Kognitif, Afektif dan Konatif.

(58)

Tabel 4.5

Acara Pornomedia Sexophone Dapat Menjadi Refer ensi Mengenai Sex Education

Sumber : kuisioner no1 point A III

Responden dengan jawaban tidak setuju berjumlah 13 responden atau 13% beralasan bahwa pada acara pornomedia sexophone tidak memberikan responden informasi yang responden inginkan sehingga responden tidak menganggap acara tersebut sebagai media referensi responden. Jawaban setuju sebanyak 29 responden atau 29% beralasan bahwa isi acara pornomedia sexophone sangat kental dengan sex education sehingga terpercaya sebagai referensi untuk mendapatkan informasi mengenai sex education. Jawaban sangat setuju berjumlah 58 responden atau 58% beralasan bahwa acara pornomedia sexophone merupakan acara yang fokus memberikan informasi mengenai sex education sehingga responden menjadikan acara pornomedia sexophone sebagai referensi acara yang cocok untuk mendapatkan informasi sex education yang diinginkan

(59)

sexophone merupakan acara yang fokus dan cocok untuk dijadikan referensi mendapatkan informasi mengenai sex education

Tabel 4.6

Acara Pornomedia Sexophone Dapat Memberikan Pengetahuan Sex Education Yang Dihar apkan.

No. Kriteria Jawaban F %

1. TS 19 19

2. S 49 49

3. SS 32 32

Jumlah 100 100

Sumber : kuisioner no2 point A III

(60)

Tabel 4.7

Acara Pornomedia Sexophone Dapat Memberikan Hal Yang Baru Mengenai Pengetahuan Sex Education .

No. Kriteria Jawaban F %

1. TS 3 3

2. S 34 34

3. SS 63 63

Jumlah 100 100

Sumber : kuisioner no3 point A III

Responden yang menjawab jawaban tidak setuju sebanyak 3 responden atau 3% beralasan bahwa pembahasan yang dibahas pada acara pornomedia sexophone telah diketahui sebelumnya. Jawaban setuju sebanyak 34 responden atau 34% beralasan bahwa ingin menambah wawasan yang telah ada mengenai sex education responden miliki agar lebih variatif. Jawaban sangat setuju berjumlah sebanyak 63 responden atau 63% beralasan bahwa responden ingin lebih ingin mengerti perkembangan sex education yang sedang terjadi saat ini yang responden belum pernah dapat sebelumnya untuk kehidupan seks responden.

(61)

Dalam indikator Afektif menunjukan berkaitan dengan evaluasi mahasiswa sebagai pemirsa terhadap tayangan pornomedia sexophone dalam arti apakah mereka menyukai apa tidak mengenai materi dan tujuan dari tayangan tersebut. Pemirsa setelah menyaksikan acara pornomedia sexophone akan diterpa oleh informasi-informasi dari acara tersebut sehingga akan menimbulkan suatu penilaian pada diri pemirsa sesuai dengan karakteristik masing-masing individu mengenai acara tersebut dan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Materi Yang Disajikan Tayangan Pornomedia Sexophone Membuat Responden Menyukai Acara Ter sebut.

Sumber : kuisioner no1 point B III

(62)

pornomedia sexophone dapat memunculkan rasa birrahi responden sehingga responden menyukai tayangan pornomedia sexophone.

Sehingga jawaban sebesar 54 responden atau 54% adalah jawaban terbanyak karena materi yang disajikan acara pornomedia sexophone mengandung banyak unsur sensualitas yang dapat membuat responden menyukai tayangan pornomedia sexophone.

Tabel 4.9

Bintang Tamu / Narasumber Acara Pornomedia Sexophone Membuat Responden Senang .

Sumber : kuisioner no2 point B III

Responden dengan jawaban tidak setuju berjumlah 6 responden atau 6% beralasan bintang tamu / narasumber yang ditampilkan terkadang tidak sesuai dengan tema pembahasan dan kurang sensualitas. Jawaban setuju berjumlah 24 responden atau 24% dan jawaban sangat setuju berjumlah 70 responden atau 70% beralasan bintang tamu / narasumber yang ditampilkan cantik-cantik, tampan-tampan dan penuh sensualitas dalam berpakaian sehingga mengundang imajinasi responden.

(63)

atau 70% senang dengan bintang tamu / narasumber yang ditampilkan karena bintang tamu / narasumber selalu tampil penuh sensualitas.

Tabel 4.10

Video / gambar ilustrasi Acara Pornomedia Sexophone Membuat Responden Ter tarik Untuk Menonton .

No. Kriteria Jawaban F %

1. TS 3 3

2. S 36 36

3. SS 61 61

Jumlah 100 100

Sumber : kuisioner no3 point B III

Responden dengan jawaban tidak setuju berjumlah 3 responden atau 3% beralasan bahwa video atau gambar ilustrasi yang ditampilkan hanya sedikit dan kurang bervariatif sehingga sering terjadi pengulangan dengan video / gambar ilustrasi yang sama. Jawaban setuju berjumlah 36 responden atau 36% dan jawaban sangat setuju berjumlah 61 responden atau 61% beralasan bahwa video / gambar ilustrasi yang ditampilkan sesuai dengan pembahasan dan menampilkan video dan gambar ilustrasi yang sangat sensualitas sehingga membuat responden senang untuk menonton acara pornomedia sexophone hingga akhir.

(64)

program acara tersebut. Setelah melihat acara pornomedia sexophone penonton akan mendapatkan informasi yang baru dari acara tersebut dan merespon informasi dengan sebuah tindakan yang dipengaruhi oleh informasi acara pornomedia sexophone dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Tayangan Pornomedia Sexophone Membuat Responden Cenderung Berfantasi Terhadap Atr aksi Yang Ditayangkan.

No. Kriteria Jawaban F %

1. TS 12 12

2. S 60 60

3. SS 28 28

Jumlah 100 100

Sumber : kuisioner no1 point C III

(65)

Tabel 4.12

Tayangan Pornomedia Sexophone Cender ung membuat Gairah Seks Responden Meningkat.

Sumber : kuisioner no2 point C III

Responden dengan jawaban tidak setuju berjumlah 17 responden atau 17% dengan alasan tidak akan mempengaruhi gairah seksnya karena menonton tayangan sexophone hanyalah untuk mengisi waktu luang saja dan faktor lainnya. Jawaban setuju berjumlah 51 responden atau 51% dan sangat setuju dengan 32 responden atau 32% beralasan bahwa acara pornomedia sexophone selalu menyajikan pembahasan-pembahasan yang penuh dengan sensualitas sehingga memunculkan birrahi responden dan membuat gairah seks responden meningkat.

Tabel 4.13

Tayangan Pornomedia Sexophone Membuat Responden Cenderung Mencoba Mempr aktekan Atr aksi Yang Ditayangkan.

No. Kriteria Jawaban F %

1. TS 7 7

2. S 32 32

(66)

Jumlah 100 100 Sumber : kuisioner no3 point C III

Responden dengan jawaban tidak setuju berjumlah 7 responden atau 7% beralasan bahwa setelah menonton acara pornomedia sexophone tidak mempengaruhi kehidupan seksnya karena responden murni hanya mencari dan menggunakan informasi sex education sebagai sebuah ilmu. Jawaban setuju berjumlah 32 responden atau 32% dan sangat setuju dengan 61 responden atau 61% beralasan akan menggunakan informasi sex education yang telah didapatkan dan mempraktekan atraksi yang didapatkan pada tayangan pornomedia sexophone terhadap sikap seksnya agar lebih bervariatif.

4.2.2 Pengaruh Tayangan Pornomedia Sexophone Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa

(67)

tingkatan yaitu tinggi, sedang, rendah. Selengkapnya akan dijelaskan pada tabel – tabel berikut ini.

4.2.2.1 Frekuensi Dan Durasi Berdasar kan Variabel Penelitian

Hasil tanggapan responden terhadap setiap variabel didalam tayangan pornomedia sexophone dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.14

Sumber : kuisioner no1 point II

(68)

Tabel 4.15

Sumber : kuisioner no 2 point II

(69)

3 Tinggi 21 21

Total 100 100

Sumber : data kuisioner

Sesuai tabel diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini tergolong pada kategori sedang yaitu sebesar 60 responden atau 60% yang terpengaruh dalam frekuensi dan durasi pada tayangan pornomedia sexophone. Responden dalam menonton tayangan pornomedia sexophone tidak terlalu tinggi dalam kategori sedang. Responden hanya menonton tayangan tersebut jika ada waktu luang saja karena tayangan pornomedia sexophone tayang pada tengah dini hari yang berada pada jam istirahat responden setelah lelah beraktifitas seharian.

(70)

4.2.2.2 Sikap Seks Mahasiswa Berdasar kan Var iabel Penelitian

Hasil tanggapan responden terhadap setiap aspek sikap seks mahasiswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan konatif dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.17

Aspek Kognitif Mahasiswa

No Kategori Frekuensi %

1 Rendah 17 17

2 Sedang 41 41

3 Tinggi 42 42

Total 100 100

Sumber : kuisioner point A III

(71)

Tabel 4.18

Aspek Afektif Mahasiswa

No Kategori Frekuensi %

1 Rendah 16 16

2 Sedang 28 28

3 Tinggi 56 56

Total 100 100

Sumber : kuisioner point B III

(72)

Tabel 4.19 Aspek Konatif Mahasiswa

No Kategori Frekuensi %

1 Rendah 15 15

2 Sedang 50 50

3 Tinggi 35 35

Total 100 100

Sumber : kuisioner point C III

Dari tabel diatas dapat dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini tergolong pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 responden atau 50%. Kenyataan ini menunjukan bahwa pengaruh responden oleh aspek konatif tayangan pornomedia sexophone memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar karena aspek lain. Sebanyak 35 responden atau 35% tergolong kategori tinggi karena dampak dari terpaan informasi yang diterima responden dapat diterima dengan baik dan sebanyak 16 responden atau 16% tergolong kategori rendah karena informasi yang didapat tidak bisa diterima dengan baik dan tidak terlalu besar mempengaruhi responden.

Tabel 4.20

Aspek-aspek Secara Keseluruhan

No Kategori Frekuensi %

(73)

2 Sedang 42 42

3 Tinggi 43 43

Total 100 100

Sumber : data kuisioner

Sesuai tabel diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini tergolong pada kategori tinggi yaitu sebesar 43 responden atau 43% yang terpengaruh aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. Responden terpengaruh oleh tayangan pornomedia sexophone dengan berbagai aspek-aspek yang telah disediakan oleh peneliti.

Kategori sedang yaitu sebanyak 42 responden atau sebesar 42% dan kategori rendah sejumlah 16 responden atau 16%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pada dasarnya responden dalam menonton tayangan pornomedia sexophone akan masing – masing aspek belum sepenuhnya terpenuhi karena didorong oleh keinginan yang diantaranya seperti hanya sekedar menonton dan tidak terlalu dalam menonton acara pornomedia sexophone.

4.3. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(74)

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas bertujuan untuk menguji apakah setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah valid. Suatu instrumen dikatakan valid berarti mempunyai validitas yang tinggi atau sebaliknya instrumen dikatakan kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Dalam hal ini koefisien korelasi yang ditentukan signifikansinya 5% menunjukan bahwa item-item tersebut sudah valid sebagai indikator.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuisioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. r tabel untuk uji validitas ini (n-k) (100-2=98) df =98 (0,199).

(75)

Tabel 4.21 Hasil Uji Vliditas

item

Koefisien

Korelasi r tabel Keterangan

Variabel Fr ekuensi (X1) dapat dinyatakan valid. Hasil ini berdasarkan koefisien korelasi lebih besar dari pada nilai kritis tabel korelasi ( r hitung > r tabel ). Maka analisis lebih lanjut dapat dilakukan.

4.3.2 Uji Reliabilitas

(76)

reliabilitas terhadap tiap-tiap variabel, maka dapat dilihat pada tabel 4.22 sebagai berikut :

Tabel 4.22

Hasil Pengaruh Tayangan Terhadap Sikap Seks

No. Variabel Cronbach Alpha Standart

Realibilitas

Keterangan

1 Frekuensi (X1) 0,822 0,600 Reliabel

2 Durasi (X2) 0,822 0,600 Reliabel

3 Sikap Seks (Y) 0,811 0,600 Reliabel

Sumber : lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.22 hasil uji reliabilitas, semua variabel bebas menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,600, sehingga dapat disimpulkan seluruh variabel bebas dalam penelitian ini reliabel. Dan variabel terikat yaitu Sikap seks menunjukan nilai lebih besar dari 0.600 yang artinya variabel tersebut reliabel.

4.4. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang peneliti ajukan maka perlu dilakukan pengujian hasil analisa tersebut dengan menggunakan uji t yang dapat diuraikan sebagai berikut :

4.4.1 Analisis Statistik Regresi Linier Berganda

(77)

dibentuk dan membuktikan hipotesis yang diajukan perhitungan regresi linier berganda menggunakan komputer dengan bantuan aplikasi program SPSS (statistical program for social science) dibawah operasi windows. Hasil perhitungan regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Berdasarkan tabel 4.23 hasil perhitungan SPSS diatas diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

(78)

β 1 β 2 = Koefisien Regresi

ei = Kesalahan baku

Sikap Seks Mahasiswa = 0,445 + 0,648X1 + 1,565X2 + ei

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Konstanta (β 0) sebesar 0,445

Artinya besarnya sikap seks adalah 0,445 satuan, dengan asumsi Frekuensi (X1), Durasi (X2) adalah konstant.

2. Koefisien regresi untuk variabel Frekuensi (X1) sebesar 0,648. Berarti

jika Frekuensi (X1) mengalami kenaikan 1 satuan, maka sikap seks

mahasiswa Surabaya akan mengalami kenaikan sebesar 0,648 satuan. Dengan asumsi Durasi (X2) konstant.

3. Koefisien regresi untuk variabel Durasi (X2) sebesar 1,565. Berarti jika

Durasi (X2) mengalami kenaikan 1 satuan, maka sikap seks mahasiswa

Surabaya akan mengalami kenaikan sebesar 1,565 satuan. Dengan asumsi nilai Frekuensi (X1) konstant.

4.4.2 Analisis Pengaruh Variabel Bebas Secara Par sial

(79)

pengujian kedua yaitu perbandingan nilai thitung dengan nilai ttabel. Hasil

pengujian diperoleh dari tes signifikasi.

a. Pembuktian Hipotesis Pengaruh Fr ekuensi (X1) Terhadap Sikap

Seks mahasiswa Sur abaya (Y).

1. Hasil perhitungan menunjukkan thitung sebesar 0,986. Lampiran 8

2. Mengunakan taraf signifikan sebesar α = 5% dan menggunakan uji 2 arah maka 0,05/2 = 0,025 dan derajat kebebasan (n-k-1) (100-2-1=97) (df) = 97, sehingga ttabel diketahui sebesar 1,985. Lampiran 10

3. Kriteria penerimaan dan penolakan yaitu :

a. Jika thitung ≤ ttabel (0,05),maka Ho diterima, yang berarti bahwa

tidak ada pengaruh secara parsial Frekuensi (X1) terhadap sikap

seks mahasiswa (Y).

b. Jika thitung > ttabel (0,05) ,maka Ho ditolak, yang berarti bahwa

ada pengaruh secara parsial Frekuensi (X1) terhadap sikap seks

mahasiswa (Y).

4. Karena thitung (0,986) < ttabel (1,985) maka Ho diterima, yang berarti

bahwa tidak ada pengaruh secara parsial Frekuensi (X1) terhadap

sikap seks mahasiswa (Y).

(80)

Daerah Penerimaan/Penolakan Fr ekuensi (X1) Seacara Par sial

Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya (Y).

b. Pembuktian Hipotesis Pengar uh Durasi (X2) Terhadap Sikap Seks

mahasiswa Surabaya (Y).

1. Hasil perhitungan menunjukkan thitung sebesar 2,707.Lampiran 8

2. Mengunakan taraf signifikan sebesar α = 5% dan menggunakan uji 2 arah maka 0,05/2 = 0,025 dan derajat kebebasan (n-k-1) (100-2-1=97) (df) = 97, sehingga ttabel diketahui sebesar 1,985. Lampiran 10

3. Kriteria penerimaan dan penolakan yaitu :

a. Jika thitung ≤ ttabel (0,05),maka Ho diterima, yang berarti bahwa

bahwa ada pengaruh secara parsial Durasi (X2) terhadap sikap seks

mahasiswa (Y).

(81)

Daerah Penerimaan/Penolakan Durasi (X2) Seacara Par sial

Ter hadap Sikap Seks Mahasiswa Sur abaya (Y).

c. Pembuktian Hipotesis Besarnya Tayangan Por nomedia

Sexophone (X) Terhadap Sikap Seks mahasiswa Sur abaya (Y). 1. Hasil perhitungan menunjukkan thitung sebesar 4,830. Lampiran 7 2. Mengunakan taraf signifikan sebesar α = 5% dan menggunakan uji

2 arah maka 0,05/2 = 0,025 dan derajat kebebasan (n-k-1) (100-2-1=97) (df) = 97, sehingga ttabel diketahui sebesar 1,985. Lampiran 10

3. Kriteria penerimaan dan penolakan yaitu :

a. Jika thitung ≤ ttabel (0,05),maka Ho diterima, yang berarti bahwa

tidak ada pengaruh tayangan pornomedia sexophone terhadap sikap seks mahasiswa (Y).

b. Jika thitung > ttabel (0,05) ,maka Ho ditolak, yang berarti bahwa

ada pengaruh tayangan pornomedia sexophone terhadap sikap seks mahasiswa (Y).

4. Karena thitung (4,830) > ttabel (1,985) maka Ho ditolak, yang berarti

Gambar

Gambar 2.3  Kerangka Berfikir penelitian Mengenai Pengaruh Tayangan Pornomedia
Tabel 4.1
Tabel 4.3
tabel 4.4 sebagai berikut :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikankan Skripsi dengan judul &#34; Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul

Middle Range Theory tersebut tidak lain merupakan induk keilmuan dari teori aplikasi ( Applied Theory ) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Gaya

Ukuran pengambilan sampel pada penelitian ini tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki, tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return On investment (ROI) secara parsial pada perusahaan industri

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Persiapan paling awal yang dilakukan oleh praktikan adalah mengikuti kuliah pembelajaran microteaching. Di dalam pembelajaran yang berlangsung pada semester 6 ini mahasiswa PPL

The topics to be covered include: technical competencies required of EFL teachers, major approaches to and methods of language teaching, developments of EFL teaching in Indonesia,