• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi, Kemampuan dan Kompensasi terhadap Kinerja Dinas Kehutanan Jawa Timur di Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi, Kemampuan dan Kompensasi terhadap Kinerja Dinas Kehutanan Jawa Timur di Surabaya."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh :

Herlin Susilaningtyas 0961020047

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan

karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

“Pengaruh Motivasi, Kemampuan dan Kompensasi terhadap Kinerja Dinas

Kehutanan Jawa Timur di Surabaya”

Dengan selesainya penelitian ini peneliti menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Prof. Dr Soeparlan P, SE, MM, AK selaku Pembimbing

Utama yang selalu member arahan dan memotivasi kemudian kepada

kepada Bapak Dr. Muhajir Anwar, SE, MM selaku Pembimbing

Pendamping yang telah banyak memberikan saran dan kritik positif.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya Jawa

Timur.

2. Direktur Program Pascasarjana beserta staf dan seluruh Dosen

Pascasarjana Universitas Pembangunan “Veteran” Surabaya Jawa

Timur.

3. Ketua Program Study Magister Manajemen Pascasarjana Universitas

Pembangunan “Veteran” Surabaya Jawa Timur.

4. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang memberikan ijin

(3)

5. Secara khusus peneliti sampaikan kepada Ibunda tercinta, Suami

tercinta serta dan ananda tercinta Labora Sesarea Rosalind an Heza

Kurniawan beserta segenap keluarga yang telah mendoakan untuk

keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan tesisi ini.

6. Rekan-rekan kuliah Program Studi Magister Manajemen angkatan XIX.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga tesis ini berguna dan

dapat memberikan manfaat sumbangan keilmuan khususnya bidang

manajemen sumberdaya manusia walaupun peneliti merasa tesisi ini

masih jauh dari sempurna.

Surabaya, Juni 2011

(4)

DAFTAR ISI

2.2.2.1. Pengertian Motivasi ... 15

(5)

Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur ... 40

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 44 3.2.1. Identifikasi Variabel ... 44

(6)

4.2.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76 4.2.3.2. Uji Multivariate Outlier ... 77 4.2.3.3. Uji Validitas Setiap Konstruk ... 78 4.2.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance

Extracted ... 79 4.2.3.5. Multicolearity atau Singularity ... 81 4.2.3.6. Uji Normalitas ... 82 4.2.4. Analisis Model Structural Equation Modeling... 82 4.2.5. Uji Unidimensionalitas ... 84 4.2.6. Uji Hipotesis ... 85 4.3. Pembahasan ... 87 4.3.1. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja

Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 87 4.3.2. Pengaruh Kemampuan Terhadap Kinerja

Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 89

4.3.3. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja

Pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 93 5.1. Kesimpulan ... 93 5.2. Saran ... 93

(7)

Tabel 3.1 : Jumlah Sampel ... 49

Tabel 3.2 : Goodness-of-fit Indices ... 57

Tabel 4.1 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 69 Tabel 4.2 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan... 69

Tabel 4.3 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 4.4 : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Kerja ... 71

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan ... 72

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Variabel Kompensasi ... 74

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Pegawai ... 75

Tabel. 4.9 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 77

Tabel 4.10 : Hasil Uji Multivariate Outlier ... 78

Tabel 4.11 : Uji Validitas Konstruk ... 79

Tabel 4.12 : Construct Reliability Dan Variance Extracted ... 80

Tabel 4.13 : Normalitas Data ... 82

Tabel 4.14 : Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model ... 83

Tabel 4.15 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Eliminasi Modifikasi ... 83

Tabel 4.16 : Uji Unidimensi ... 84

(8)

Gambar 2.1 : Tiga Elemen dari Proses Motivasi ... 18 Gambar 2.2 : Proses Motivasi yang merupakan suatu siklus ... 18 Gambar 2.3 : Perbandingan teori-teori hirarki kebutuhan dari

(Maslow, Hersberg dan Mc.Clelland) ... 21 Gambar 2.4 : Proses Motivasi ... 25 Gambar 2.5 : Kinerja ... 32 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi

(9)

iv Oleh

Herlin Susilaningtyas

ABSTRAK

Sumber daya manusia yang handal dan berkualitas memegang peranan yang utama dalam proses peningkatan kinerja dengan salah satu contoh yang teraplikasikan pada perbaikan produktivitas kerja. Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya seperti pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilkan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi. Pada penelitian ini untuk membuktikan pengaruh motivasi, kemampuan dan kompensasi terhadap kinerja pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada lingkup Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur di Surabaya, dengan jumlah sampel sebanyak 109 orang. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis Structural Equation Modeling.

Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modeling dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan dan kompensasi tidak memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kinerja pegawai, sedangkan peningkatan motivasi memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kinerja pegawai, sehingga hipotesis penelitian ini sebagian teruji kebenarannya

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa

Timur mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka

melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan di bidang kehutanan. Dalam

melaksanakan tugasnya Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur,

menyelenggarakan fungsi yaitu ; perumusan kebijakan teknis di

bidang kehutanan, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan umum di bidang kehutanan, pembinaan dan pelaksanaan

tugas sesuai dengan lingkungan tugasnya dan pelaksanaan tugas

lain yang diberikan oleh Gubernur.

Dengan melihat luas kawasan hutan di Jawa Timur yang

mencapai 1.364.399,56 ha atau sekitar 28% dari luas daratan, maka

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dituntut untuk terus

meningkatkan kinerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan

organisasi. Peningkatan kinerja organisasi yang seoptimal mungkin

tidak lepas dari kepuasan kerja karyawan, sebagai salah satu faktor

yang menentukan kinerja organisasi.

(11)

Sebagai salah satu faktor penentu kinerja organisasi kepuasan

kerja merupakan faktor yang sangat kompleks karena kepuasan

kerja dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya adalah motivasi kerja,

kemampuan kerja, dan kompensasi kerja.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kehutanan

Privinsi Jawa Timur sejak Tahun 2007 telah melaksanakan beberapa

kegiatan dalam pembinaan desa model konservasi. Program Desa

Model Konservasi (DMK) merupakan program yang bertujuan untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian

ekosistem kawasan konservasi melalui pemberdayaan ekonomi

masyarakat di sekitar hutan.

Dengan adanya program Desa Model Konservasi (DMK) kinerja

Dinas Kehutanan Privinsi Jawa Timur, sebagai penyelenggara

kegiatan diharapkan dengan beberapa kemampuan kerja pegawai

dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Provinsi Jawa Timur memiliki

176 desa penyangga kawasan konservasi yang kondisi sosial

ekonominya masih memerlukan stimulan untuk dapat berkembang

ke taraf kehidupan yang lebih sejahtera. Desa yang belum mendapat

bantuan pembinaan/penyuluhan dan pelatihan untuk mendorong

peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan

kawasan hutan konservasi desa penyangga, baru terealisasi

sebanyak 34 desa model konservasi di 9 Kabupaten.

Untuk itu motivasi kerja yang diberikan untuk pegawai Dinas

(12)

masih banyaknya tujuan Desa Model Konservasi (DMK) yang masih

belum terlaksana.

Beberapa permasalahan DMK adalah (1) Terdapat beberapa

keluarga miskin buruh tani (tidak memiliki lahan atau memiliki lahan

kurang dari 0,25 ha) yang belum tergabung dalam kelompok binaan

(2) masyarakat berharap adanya stimulant tanaman pertanian

(palawija), ternak dan uang tunai. (3) Perekonomian berbasis

konservasi belum terbangun kecuali di desa Kertosari Kec.

Purwosari Kab. Pasuruan. (4) Belum adanya tenaga

ahli/berpengalaman sebagai pendamping/motivator.

Melihat permasalahan yang dihadapi Dinas Kehutanan Provinsi

Jawa Timur, sangat memerlukan Sumber Daya Manusia yang

memiliki kemampuan kerja yang optimal, untuk itu perlu dilakukan

pembinaan secara lebih baik untuk meningkatkan kemampuan

kerjanya, jika kemampuan kerja pegawai baik, maka kinerjanya juga

tinggi, sehingga diharapkan dapat menunjang upaya untuk

menciptakan efisien kerja manusia sebagai modal sumber daya yang

sangat berperan dalam mencapai tujuan agar terselenggarakannya

pemerintah yang baik (good govermance) merupakan kebutuhan

bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

dan mencapai tujuan bersama yaitu pemberdayaan dan

kesejahteraan masyarakat, sehingga penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna dan

(13)

Kenyataan menunjukkan bahwa sumber daya manusia sebagai

salah satu sumber daya yang masih harus ditingkatkan yang lebih

baik, sehingga mampu mengantisipasi segala tantangan dan kendala

dalam persaingan, dengan upaya peningkatan dan pengembangan

kemampuan sumber daya manusia tersebut dapat dilakukan melalui

pembinaan, pengarahan dan pelatihan yang dilakukan secara

berkesinambungan serta faktor-faktor lain yang turut berpengaruh

atas prestasi kerja pada individu dalam lingkungan organisasi

tersebut.

Menurut Hasibuan (2001:10) manajemen sumber daya manusia

adalah “ Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga

kerja agar efektif dan efisien, membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Mewujudkan cita-cita dan tujuan sumber daya manusia yang

berkualitas dan keunggulan-keunggulan lainnya yang dimiliki instansi

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur di Surabaya maka instansi

tersebut harus berdedikasi terhadap keinginan organisasi, sehingga

manajemen sumber daya manusia yang efektif mengharuskan para

pemimpin untuk menemukan cara terbak dalam mensosialisasikan,

pendayagunaan, pembinaan serta mengkaryakan orang-orang,

pegawainya dalam melakukan fungsinya untuk mencapai tujuan

organisasi.

Efektifitas dan efisiensi dari petugas / pegawai Dinas

(14)

relatif banyak baik staf maupun di lapangan menimbulkan kinerja

yang dihasilkan kurang, sesuai dengan harapan masyarakat

khusunya bagi Desa Model Konservasi (DMK).

Kemampuan memberikan keputusan dan kebijakan mengenai

pembinaan / penyuluhan dan pelatihan desa model konservasi

menjadi permasalahan tersendiri dalam mencapai kepuasan

masyarakat, belum optimal masalah yang dianggap tidak signifikan.

Kedisiplinan dari petugas juga dianggap sebagai hambatan

terjadinya peningkatan kinerja aparatur, bagaimana tidak jika setiap

menjalankan pekerjaan tidak diimbangi dengan kedisiplinan, sebagai

contoh terlambat waktu melaksanakan pembinaan / penyuluhan dan

pelatihan program desa model konservasi tidak efisien karena

petugas kurang cepat untuk menyelesaikan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat dan faktor inisiatif semakin menambah penurunan

kinerja petugas karena dimasa sekarang pelaksanaan kerja yang

tidak diimbangi dengan inisiatif dapat menimbulkan penurunan

kepuasan pelayanan. Insiatif harus selalu melekat dalam diri petugas

karena inisiatif sebagai perwujudan kemampuan sumber daya

petugas.

Upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia tidak terbatas

harus diselenggarakan pada pendidikan dan latihan, melainkan juga

dibekali kemampuan berkomunikasi, diberi wewenang dan diberi

motivasi sehingga tercapailah profesionalisme, didalam organisasi

(15)

karyawan atau aparat tetap mengikuti perkembangan serta berada

dalam jalurnya.

Seiring tuntutan masyarakat dan dunia usaha akan perbaikan

kinerja aparatur untuk itu sudah waktunya pemerintah melakukan

perbaikan pelayanan kepada masyarakat guna menuju

terselenggaranya kepemerintahan yang bersih dan baik (good

governance).

Untuk meningkatkan adaptasi maka pembaharuan dan

perubahan organisasi kearah yang lebih baik dengan mengupayakan

syarat-syarat yang meliputi :

1. Melibatkan pegawai secara aktif dalam menyusun rencana

strategik dalam pelaksanaan pembaharuan tersebut.

2. Pembaharuan tersebut tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi

sekaligus aspek budaya kerja dan pola pikir pegawai

(Pembaharuan mind-set dan cultural-set)

Adanya pembaharuan sebagai dinamika dalam pertumbuhan

organisasi suatu kebutuhan dan tidak hanya apa yang bersifat fisik

semata tetapi aspek kepemimpinan, motivasi kerja dan disiplin kerja

pegawai juga harus mendapat perhatian yang sama pentingnya.

Sumber daya manusia yang handal dan berkualitas memegang

peranan yang utama dalam proses peningkatan kinerja dengan salah

satu contoh yang teraplikasikan pada perbaikan produktivitas kerja.

Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan

(16)

pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi

dan kesehatan, tingkat penghasilkan, jaminan sosial, lingkungan dan

iklim kerja, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi.

Peningkatan kinerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan

kultural dengan sikap mental memuliakan kerja serta perluasan

upaya untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.

Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawannya merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi

oleh perusahaan dalam usaha untuk memberikan kepuasan kerja

bagi karyawan. Kompensasi merupakan penghargaan yang

diberikan kepada seorang karyawan atas pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan untuk kepentingan bisnis perusahaan yang

mengangkat dan mempekerjakannya. Bagi perusahaan kompensasi

merupakan biaya yang harus ditanggung yang akan sangat

mempengaruhi harga dasar suatu produk. Sedangkan bagi karyawan

kompensasi mempunyai arti penting sebagai tingkatan kualitas sosial

ekonominya.

Berdasarkan pengamatan tersebut, maka penelitian ini berjudul

“Pengaruh Motivasi, Kemampuan dan Kompensasi Terhadap Kinerja

Pegawai Di Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur”

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan

(17)

1. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur?”

2. Apakah kemampuan berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur?”

3. Apakah kompensasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur?”

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan

pengaruh motivasi, kemampuan dan kompensasi terhadap kinerja

pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang dapat diberikan oleh studi ini adalah

peneliti dapat memberikan referensi yang lebih komprehensif,

khususnya menyajikan bukti empirik tentang pengaruh motivasi,

kemampuan, dan kompensasi terhadap kinerja Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Timur

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil analisis pada studi penelitian ini diharapkan dapat

menjadikan sebuah gambaran bagi para tenaga kerja yang tepat

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Penelitian Terdahulu

Tony Listianto, Bambang Setiaji (2002), Jurnal ilmiah

Universitas Muhammadiyah Surakarta, berjudul “Pengaruh Motivasi,

Kepuasan dan Disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di

Lingkungan Pegawai Kantor PDAM Kota Surabaya”. Berdasarkan

hasil analisis regresi linier berganda variabel motivasi, kepuasan

kerja dan variabel disiplin kerja terbukti mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Daryatmi (2002) dalam Jurnal Ilmiah Universitas

Muhammadiyah Surakarta meneliti mengenai “Pengaruh motivasi,

Pengawasan dan Budaya kerja terhadap Produktivitas Kerja

Pegawai Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit

Desa Kabupaten Karanganyar”, dengan kesimpulan bahwa motivasi,

pengawasan dan budaya kerja secara bersama-sama mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai.

Wahyuddin, M, dan Djumino, A. (2004) dalam “Analisis

Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor

Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat di Kabupaten

Wonogiri” menunjukkan bahwa kepemimpinan dan motivasi baik

masing-masing atau secara bersama-sama, mempunyai pengaruh

(19)

Dewi Ma’rifah (2005), Jurnal Studi Pengembangan Sumber

Daya Alam, berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya

Organisasi terhadap kinerja Pekerja Sosial pada Unit Pelaksana

Teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur”, dengan kesimpulan

motivasi kerja dan Budaya Organisasi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kenerja pegawai.

Teguh Soedarto (2005), Jurnal Keuangan dan Perbankan

Volume IX, No. 1, Januari 2005, dengan judul penelitian ”Pengaruh

Motivasi Kerja, Kemampuan Individu, Pola Kepemimpinan dan

Budaya Organisasi Terhadap Prestasi Kerja (Studi Kasus Pada PT.

Perkebunan Nusantara X Persero)” menyimpulkan budaya

organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja,

kemampuan individu berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja,

dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja.

Bambang Saputra (2007) meneliti “ Pengaruh Motivasi dan

disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT.Petrokopindo Cipta

Selaras” dengan kesimpulan motivasi kerja dan disiplin kerja

berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Dari penelitian-penelitian itu, penelitian sekarang berbeda

dengan penelitian di atas. Perbedaan penelitian sekarang dengan

penelitian di atas adalah tempat penelitian dan variabel penelitian,

(20)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Sumber Daya Manusia

2.2.1.1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia menurut Gomes (1995) adalah

merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi,

meliputi semua orang yang melakukan aktivitas, dimana secara

umum sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi bisa

dikelompokkan atas dua macam, yakni sumber daya manusia

(Human Resouce) dan sumber daya non manusia (Non-Human

Resource).

Gomes (1995), bahwa sumber daya manusia adalah

merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan,

keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya

dan karya. Satu-satunya sumber daya yang memiliki tratio, rasa dan

karsa, dimana semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat

berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuannya.

Hasibuan (2000) menjelaskan bahwa sumber daya manusia

atau manpower disingkat SDM, adalah kemampuan terpadu dari

daya pikir dan daya fisik yang dimiliki setiap individu, perilaku dan

sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, prestasi

kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

Kecerdasan (Intelegence Question / IQ) yang dibawa lahir (modal

dasar) kecakapan diperoleh usaha (belajar dan pelatihan), daya

(21)

diperlukan perkembangan yang berwawasan keimanan dan

keilmuan. Dengan kata lain sumber daya manusia yang berkualitas

seperti ini yang sangat diperlukan dalam masyarakat pembangunan.

Pendekatan sumber daya manusia dibedakan atas pendekatan

mikro dan pendekatan makro. Pendekatan mikro diartikan

penganalisaan dan pengkajian sumber daya manusia dari ruang

lingkup yang lebih sempit dalam organisasi, antara lain :

a. Hubungan dan peranan sumber daya manusia dalam organisasi.

b. Sumber daya manusia dipelajari dari kinerja, produktivitas dan

kesejahteraan pegawai.

c. Sumber daya manusia dikaji peraturan-peraturan kepegawaian

dan perburuhan.

Pendekatan makro dikaji dan dianalisis secara luas antara lain:

a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan

suatu organisasi.

b. Sumber daya manusia merupakan aset dan berfungsi sebagai

modal (non materil / non finansial).

c. Sumber daya manusia adalah potensi sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

Manusia merupakan subyek yang aktif dan menentukan apabila

dibekali dengan pola pikir keahlian dan ketrampilan, serta sikap dan

perilaku yang agamis maka dapat digerakkan ke arah yang lebih

(22)

2.2.1.2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia sangatlah penting

peranannya bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur dan

memanfaatkan tenaga kerja manusia sehingga dapat berfungsi

secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya

manusia di perusahaan perlu dikelola secara professional agar

terwujud keseimbangan antara kebutuhan karyawan dengan tuntutan

dan kemampuan organisasi perusahaan, keseimbangan tersebut

merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara

produktif dan wajar.

Menurut Mangkunegara (2001) menyatakan bahwa manajemen

sumber daya manusia merupakan suatu pengelolaan dan

pendayagunaan sumber daya yang ada pada pegawai.

Pengertian manajemen sumber daya manusia diartikan

berbeda-beda, tetapi kesamaannya telah dapat diterima secara

umum didalam organisasi institusi atau perusahaan.

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pendekatan

yang strategis terhadap ketrampilan, motivasi, pengembangan dan

manajemen pengorganisasian sumber daya manusia. Manajemen

sumber daya manusia diciptakan untuk membentuk kultur organisasi

yang layak dan memasukkan program-program yang

menggambarkan dan mendukung nilai-nilai pokok dari perusahaan

(23)

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), merupakan

bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada

unsur Sumber Daya Manusia. Manajemen Sumber Daya Manusia

mempunyai tugas untuk mengelola unsur manusia secara baik agar

diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya.

Menurut Umar (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia

dalam tugasnya dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu fungsi

manajerial : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian ; fungsi operasional : pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan

hubungan kerja ; fungsi ketiga adalah kedudukan Manajemen

Sumber Daya Manusia dalam pencapaian tujuan organisasi

perusahaan secara terpadu.

Suatu organisasi, unsur-unsur Sumber Daya Manusia

sangatlah berpengaruh dalam peningkatan kinerja pegawai.

Unsur-unsur Sumber Daya Mausia tersebut dapat berupa material atau

spiritual yang dapat diterima pegawai dari organisasi atas jasa,

tenaga dan pikirannya yang telah diberikan kepada organisasi,

dimana unsur sumber daya manusia merupakan hal yang dapat

menentukan apakah sumber daya manusia suatu individu atau

kelompok tersebut baik atau tidak.

Nitisemito (1996) mendefinisikan manajemen Sumber Daya

(24)

planning, organizing dan controlling sehingga efektifitas personalia

dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen

Sumber Daya Manusia mempunyai definisi sebagai suatu

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengintegrasian,

pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk

mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.

2.2.2. Motivasi Kerja

2.2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak

dengan cara tertentu, dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa

motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong

dilakukannya suatu tindakan (action or activities) dan memberikan

kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan,

memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan, oleh

karena itu tidak akan ada motivasi jika tidak dirasakan

rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan

menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang

dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan

pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.

Radiq (1998) memberikan pengertian bahwa motivasi

merupakan daya pendorong untuk bergerak, dan motivasi dari kata

(25)

dapat dikatakan sesuatu keadaan yang menggerakkan dan

mengarahkan seorang individu untuk melaksanakan suatu tindakan

tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian motivasi yang tersebut

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi dalam

penelitian ini adalah dorongan, keinginan sehingga seseorang

melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan

sesuatu yang terbaik dari dirinya, baik waktu maupun tenaga demi

tercapainya tujuan yang diinginkan.

2.2.2.2. Teori Motivasi

Cukup banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, hal

ini dapat dimengerti karena motivasi memang merupakan hal yang

sangat penting dalam organisasi, masing-masing teori motivasi pada

dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana motivasi dan mengapa

orang berperilaku tertentu.

Beberapa ahli telah merumuskan berbagai definisi tentang

motivasi sebagai berikut :

1. Harold Koontz (Moekiyat, 1984)

“Motivation refers to the drive and effort to satisfy a want or goal”.

(Motivasi menunjukkan dorongan dan usaha untuk memenuhi /

memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan).

2. M.R. Jones (dalam Indra Wijaya, 1989)

“Motivation is concerned with how behavior is activited,

(26)

tingkah laku dimulai, diperkuat, didorong, diarahkan dan

dihentikan)

Beberapa definisi motivasi tersebut diatas, secara umum

terdapat beberapa persamaan yang merupakan karakteristik dari

gejala motivasi, yaitu sebagai berikut :

1. Kekuatan apa yang mendorong tingkah laku seseorang ?

Konsep ini bertitik tolak dari kekuatan yang bersifat energi dari

dalam diri seseorang atau individu, yang mendorong untuk

melaksanakan kegiatan atau bertingkah laku.

2. Apa yang mengarahkan dan menyalurkan tingkah laku tersebut ?

Konsep ini berorientasi pada pencapaian tujuan seseorang,

tingkah laku individu yang diarahkan dan disalurkan pada

pencapaian tujuan tertentu.

3. Bagaimana tingkah laku tersebut dapat dipertahankan ?

Konsep ini didasarkan pada suatu sistem yang terdiri dari daya

yang terdapat dalam diri individu dan yang ada di lingkungannya

yang memberikan umpan balik yang nantinya dapat memperkuat

intensitas dorongan dan mengarahkan energi individu atau dapat

juga menghalangi / menurunkan intensitas dorongan yang

terdapat dalam dirinya.

Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motif adalah

merupakan daya pendorong untuk melakukan sesuatu, sedangkan

motivasi merupakan proses atau usaha yang mengarahkan sikap

(27)

kebutuhan dan keinginan seseorang tingkah lakunya diarahkan pada

suatu tujuan sehingga tercapainya dan terpenuhinya kebutuhan

tersebut. Proses motivasi sebagai pengarah tingkah laku adalah

merupakan suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen.

Steers (1976) mengemukakan tiga elemen dari proses motivasi

yaitu bila digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Tiga Elemen dari Proses Motivasi Sumber : Steers (1976)

Luthans (1977) mengemukakan suatu siklus dari motivasi yang

terdiri dari tiga elemen dan merupakan indikator dari proses motivasi

yang saling berinteraksi dan bergantungan satu sama lainnya,

sehingga merupakan suatu proses siklus motivasi tersebut bila

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Proses Motivasi yang merupakan suatu siklus Sumber : Luthans (1997 : 136) Needs, desire or expect ancy Accompained ant icipat ion

Behavior or act ion

Incent ive or goal

(28)

1. Needs (kebutuhan)

Kebutuhan merupakan sesuatu kekurangan, kebutuhan ini muncul

bila terdapat ketidak seimbangan baik yang bersifat fisik maupun

berupa psikis.

2. Drive (dorongan)

Dorongan merupakan suatu keadaan kekurangan yang telah

disertai adanya pengarahan. Jadi dorongan berorientasi pada

tindakan untuk mencapai tujuan.

3. Goals (tujuan)

Tujuan adalah segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan dan

yang mengurangi dorongan yang timbul sebelumnya. Pencapaian

tujuan akan memulihkan kembali adanya keseimbangan.

4. Modification of needs (perubahan kebutuhan)

Setealah pencapaian tujuan maka akan kembali timbul perubahan

kebutuhan, demikian proses seterusnya.

Model dari proses motivasi tersebut diatas menunjukkan hal

yang bersifat sederhana, namun dalam kenyataanya sering terdapat

hal-hal yang bersifat lebih rumit. Proses motivasi yang digambarkan

tersebut diatas tampak bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki

berbagai kebutuhan, keinginan dan harapan. Timbulnya suatu

kebutuhan, keinginan dan harapan pada umumnya akan membuat

suatu kedaan yang tidak seimbang dalam dirinya, sehingga individu

yang bersangkutan berusaha untuk menyeimbangi lagi, timbulnya

(29)

dengan antisipasi atau keyakinan bahwa tindakan-tindakan tertentu

akan mengurangi ketidak seimbangan. Tingkah laku yang diarahkan

ke suatu tujuan untuk meredakan ketidak seimbangan itu disertai

oleh tanda atau rangsangan dari lingkungan, dapat memberikan

adanya informasi atau umpan balik kepada individu tentang hasil

tingkah laku atau tindakannya.

Mempelajari teori tentang motivasi pendapat Winardi (1990)

mengemukakan bahwa teori tentang motivasi dapat dibagi ke dalam

dua kategori yaitu :

1. Teori Isi (Content Theories) memberikan jawaban atas pertanyaan

apa saja yang menyebabkan timbulnya motivasi. Mereka sering

pula dikatakan sebagai teori-teori kebutuhan (Need Theories)

karena mereka mempersoalkan, mengidentifikasikan

alasan-alasan yang merupakan landasan bagi perilaku para pekerja.

2. Teori-teori proses (Process Theories) mempersoalkan pertanyaan,

bagaimana kiranya perilaku dimulai, diarahkan, dipertahankan dan

dihentikan.

Teori-teori isi tentang motivasi atau teori-teori kebutuhan yang

dikenal yaitu :

Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow

Teori dua faktor dari pendapat Frederick Herzberg, dan

Teori motivasi prestasi dari David Mc.Clelland.

Agar lebih jelas perbandingan dari ketiga teori tersebut dapat

(30)

Gambar 2.3 : Perbandingan teori-teori hirarki kebutuhan dari

(Maslow,Hersberg dan Mc.Clelland)

Sumber : Winardi (1990)

1. Teori Kebutuhan Menurut Abraham H.Maslow

Inti dari teori Maslow ini menghipotesiskan bahwa dalam diri

manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis (psychological) termasuk lapar, haus,

tempat berteduh dan kebutuhan badan lainnya.

b. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman (safety) termasuk

keamanan dan perlindungan terhadap gangguan fisik serta

emosional.

Sosial Hubungan-hubungan

supervisi, rekan dan baw ahan

Kebut uhan akan

afiliasi

2. Teori Herzberg 3.Teori M c. Clelland

1..Teori M aslow

Keamanan Kebijaksanaan

(31)

c. Kebutuhan sosial (social) termasuk kasih sayang, penerimaan

oleh masyarakat, keanggotaan kelompok dan kesetiakawanan.

d. Kebutuhan penghargaan (esteem) termasuk harga diri,

kemandirian, keberhasilan,status, pengakuan dan perhatian.

e. Kebutuhan aktualitas diri (self actualization) termasuk

kemampuan berkembang, kemampuan mencapai sesuatu,

kemampuan mencukupi diri sendiri.

2. Teori Dua Faktor Kebutuhan Menurut Herzberg

Herzberg dalam Tampubalon (2004) mengembangkan teori

dua faktor tentang motivasi yang membuat orang merasa puas

dan tidak puas, sehingga dalam teori ini melahirkan kesimpulan :

Pertama : ada serangkaian kondisi ekstrinsik, dimana keadaan

pekerjaan dan hygieni yang menyebabkan rasa tidak

puas diantara para karyawan apabila kondisi ini tidak

ada, maka hal ini tidak perlu memotivasi karyawan,

sebaliknya apabila keadaan pekerjaan dan hygieni ini

cukup baik, kedaan ini dapat membentuk kepuasan

bagi karyawan.

Faktor-faktor itu meliputi :

Upah / gaji

Keamanan kerja

Kondisi kerja

Prosedur kerja

(32)

Mutu dari supervise

Hubungan interpersonal diantara rekan kerja / atasan /

bawahan.

Kedua : serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang

apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan

tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan

prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada,

maka tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang

berlebihan yang dinamakan pemuas atau motivator

yang meliputi :

Prestasi (achievement)

Pengakuan penghargaan (recognitiont)

Tanggung jawab (responsibility)

Kesempatan berkembang (the possibility growth)

Pekerjaan itu sendiri (the work it self)

3. Teori Kebutuhan Menurut Mc.Clelland

Motivasi dari Mc.Clelland dalam Moekijat (1989) dapat diartikan

ada tiga pandangan yang berharga mengenai pengembangan

motivasi, yaitu:

a. Motivasi prestasi dapat dikembangkan.

b. Orang-orang akan bekerja lebih cepat dan lebih baik, apabila

mereka sungguh-sungguh diberi motivasi untuk menyelesaikan

(33)

c. Orang yang berhasil karena bersungguh-sungguh diberi

motivasi untuk mencapai tujuannya, akan memberikan

saran-saran tentang bagaimana dia akan memeperbaiki prestasinya,

hal-hal tersebut akan membantu organisasi mengembangkan

manajer-manajer dengan motivasi prestasi yang tinggi,

semuanya itu berhubungan dengan bagaimana pekerjaan

direncanakan dan disusun, lingkungan dalam pekerjaan ini

ditempatkan dengan sistem komunikasi yang ada.

Berdasarkan gambar dan keterangan diatas terlihat teori-teori

yang mengemukakan dari ketiga pendapat tersebut terlihat adanya

kesamaan dan dapat dijelaskan bahwa teori-teori motivasi dari

Maslow dan teori-teori dari pendapat Herzberg mengurutkannya

dalam suatu hirarki, memang dalam istilah-istilahnya saja yang

berbeda. Pendapat Mc. Clelland merupakan suatu penekanan

bahwa organisasi memberikan adanya peluang pada setiap

anggotanya untuk memuaskan kebutuhan.

Teori-teori proses yang menekankan pada proses motivasi

adalah berupaya untuk menjelaskan bagaimana perilaku yang

berorientasi pada pencapaian tujuan dimulai, diarahkan,

dipertahankan dan dihentikan.

Secara sederhana proses motivasi dapat digambarkan sebagai

(34)

Gambar 2.4 : Proses Motivasi Sumber : Winardi (1990)

Gambar tersebut di atas menunjukkan asalnya tiga elemen

pokok yaitu : Kebutuhan-kebutuhan, perilaku yang ditujukan ke arah

pencapaian tujuan dan elemen terakhir adalah elemen pemuas

kebutuhan.

Karyawan / pegawai atau orang-orang yang terlibat dalam

perilaku yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi dalam

hal ini Dondong Pub &Karaoke di Surabaya adalah dalam rangka

memenuhi kebutuhan organisasi maupun karyawan / pegawai.

Tugas dari seorang pemimpin suatu unit atau organisasi adalah

memotivasi para bawahannya dengan jalan menyediakan

kesempatan bagi mereka untuk memuaskan kebutuhan pribadi

mereka sebagai imbalan untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.

Motivasi utama dari seorang karyawan menjadi manusia

organisasional adalah untuk dapat terpenuhinya kebutuhan

pokoknya seperti pangan, sandang dan papan. Kesemuanya itu

dapat terpenuhi walaupun tidak semuanya puas, baik dalam bentuk

uang atau penghargaan lainnya.

Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pokok dan mendasar

tersebut telah terpenuhi maka pada tingkat tertentu akan tampak

Kebut uhan-kebut uhan

Perilaku yang ditujukan ke arah

tujuan Pemuasan

(35)

pada pola tingkah laku tertentu sedangkan kebutuhan yang sifatnya

tidak lagi dalam bentuk material maka akan tampak dirinya dengan

bobot yang lebih lain lagi.

Menurut pendapat Siagian (1982) ditinjau dari segi perilaku

orang di dalam organisasi, paling sedikit ada sembilan jenis

kebutuhan yang sifatnya non material yang oleh para anggota

organisasi dipandang sebagai hal yang turut mempengaruhi

perilakunya dan yang menjadi faktor motivasional yang perlu

dipuaskan dan oleh karenanya perlu selalu mendapat perhatian

setiap pemimpin dalam organisasi, yaitu :

1. Kondisi kerja yang baik 2. Perasaan diikut sertakan

3. Cara pendisiplinan yang manusiawi

4. Pemberian penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik 5. Kesetiaan pimpinan kepada karyawan

6. Promosi dan perkembangan bersama organisasi

7. Pengertian yang simpatik terhadap masalah pribadi bawahan 8. Keamanan pekerjaan

9. Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik

2.2.3. Pengertian Kemampuan

Kemampuan karyawan menurut Robbins (1998) adalah suatu

kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan.

Robins (1998) berpendapat bahwa kemampuan-kemampuan

keseluruhan dari seorang individu pada hakekatnya tersusun dari

dua perangkat faktor : kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

(36)

menjalankan kegiatan mental. Kemampuan fisik merupakan

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan.

Gibson (1997) mengatakan bahwa kemampuan menunjukkan

kecakapan seseorang seperti kecerdasan dan ketrampilan. Jumlah

usaha yang dikerahkan berhubungan dengan tingkat kemampuan.

Kemampuan secara luas mencakup segala hal yang pernah

diketahui tentang sesuatu obyek tertentu.

Pengetahuan adalah terminology generic yang mencakup

segenap cabang pengetahuan berdasarkan kemampuan selaku

makluk yang berfikir, merasa dan mengindera. Kemampuan

ketrampilan adalah kemampuan psikomotorik dan teknik

pelaksanaan kerja tertentu, sedangkan kemampuan sikap adalah

kesiapan mental yang diorganisasi lewat pengalaman yang

mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang

terhadap orang-orang, obyek dan situasi yang berhubungan

dengannya

2.2.4. Kompensasi

2.2.4.1. Pengertian Kompensasi

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh

organisasi / perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat

finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Sistem

(37)

karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh,

mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan.

Bagi organisasi / perusahaan, kompensasi memiliki arti penting

karena kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam

mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

Pengalaman menunjukkan bahwa kompensasi yang tidak memadai

dapat menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja

karyawan, bahkan dapat menyebabkan karyawan yang potensial

keluar dari perusahaan.

Untuk mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati

kelayakan (worth) dan keadilan (equity), menurut Panggabean dalam

tulisan Edy Sutrisno (2009), kompensasi dapat dibedakan menjadi

dua yaitu :

1. Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang langsung

dirasakan oleh penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan, insentif

merupakan hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk

membayarnya.

a).Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada

karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.

b).Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan

kepada para karyawannya, karena karyawannya tersebut

dianggap telah ikut berpartisipasi dengan baik dalam mencapai

(38)

c). Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar

2. Kompensasi Tidak Langsung adalah kompensasi yang tidak dapat

dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan

services (tunjangan pelayanan). Benefit dan services adalah

kompensasi tambahan (financial atau non financial) yang

diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap

semua karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan

mereka. Seperti tunjangan hari raya, uang pensiun, pakaian dinas,

olah raga dan darma wisata (family gathering).

2.2.4.2. Tujuan Kompensasi

Tujuan pemberian kompensasi kepada karyawan antara lain :

menjamin sumber nafkah karyawan beserta keluarganya,

meningkatkan prestasi kerja, meningkatkan harga diri para

karyawan, mempererat hubungan kerja antar karyawan, mencegah

karyawan meninggalkan perusahaan, meningkatkan disiplin kerja,

efisiensi tenaga karyawan yang potensial, perusahaan dapat

bersaing dengan tenaga kerja di pasar, mempermudah perusahaan

mencapai tujuan, melaksanakan peraturan perundang-undangan

(39)

2.2.5. Kinerja

2.2.5.1. Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja disini diidentikkan dengan pengertian

prestasi kerja, namun sebelum membahas mengenai pengertian

prestasi kerja (Job Performance) terlebih dahulu dibedakan

pengertian Job Performance (prestasi kerja), Proficiency

(kecakapan), Merit (kelayakan) dan produktifitas kerja, sebab

pengertian-pengertian tersebut mempunyai arti yang hampir sama.

Menurut Bernadin dan Russel (2001) menyatakan bahwa

kinerja merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi

suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode

tertentu. Sedangkan menurut Dharma (2000) kinerja adalah sesuatu

yang dibedakan atau produk atau jasa yang dihasilkan atau diberikan

atau sekelompok orang, yang dilihat dari dua sisi, yaitu sisi individu

maupun sisi organisasi.

Sebenarnya kinerja juga merupakan perilaku karyawan dalam

berusaha dan perilaku adalah fungsi hubungan antara organisma

dan stimuli yang berupa lingkungan baik fisik maupun social budaya

maka kinerja terbentuk dari fungsi hubungan seperti itu, jadi ada ciri

individual dan ciri lingkungan yang membentuk kinerja.

Menurut Mangkunegara (2001) menyatakan bahwa kinerja

adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

(40)

Gibson et al. (2003) bahwa kinerja merupakan perpaduan

antara motivasi yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan demikian ada dua

dimensi penting dalam memahami konsep kinerja yaitu dimensi

motivasi dan dimensi kemampuan.

Seorang pegawai akan mencapai kinerja yang tinggi, jika

memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksakan tugas-tugasnya,

oleh karena itu, berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang

karyawan yang baik dan menonjol menurut ukuran yang berlaku

untuk pekerjaan yang bersangkutan dalam waktu tertentu.

Kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat pencapaian

hasil atau “the degree of accompalishment” (Keban, 1995 )

Menurut Prawirosentono (1999) kinerja adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai

dengan moral dan etika.

Menurut Simamora (1997), bahwa kinerja karyawan adalah

kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Kinerja merupakan satu kesatuan proses yang terjadi dan terdiri

(41)

Gambar 2.5 : Kinerja

2.2.5.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Faktor – faktor yang mempengaruhi adalah factor kemampuan

(ability) dan factor motivasi (motivation) berdasarkan pendapat Keith

Cavis (1964) merumuskan bahwa :

* Human Performance = Ability + Motivation

* Motivation = Attitude + Situation

* Ability = Knowledge + Skill

2.2.5.3. Penilaian Kinerja

Perusahaan perlu mengetahui kinerja karyawan agar dapat

mengambil tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan

kinerja, ada beberapa definisi yang diberikan untuk menerangkan

penilaian kinerja antara lain oleh Henderson (1982) yang

menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah proses formal, secara

normal yang menggunakan beberapa instrument tertulis, yang

memiliki kontribusi pemegang pekerjaan dan kebiasaan tempat kerja.

(42)

Gibson (1998) mendifinisikan penilaian kinerja sebagai evaluasi

formal yang sistematis mengenai hasil karya dan potensinya untuk

pengembangan yang akan datang. Handoko (1958) bahwa penilaian

kinerja adalah proses melalui organisasi – organisasi mengevaluasi

atau menilai prestasi kerja karyawan .

2.2.5.4. Penilaian Kinerja

Penilaian yang baik harus dapat menggambarkan yang akurat

tentang yang diukur, artinya penilaian tersebut benar – benar menilai

kinerja karyawan, agar penilaian mencapai tujuan ini maka ada 2 hal

yang perlu diperhatikan, penjelasan tentang kedua hal tersebut

adalah :

1. Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job

related), artinya system penilaian itu benar-benar menilai perilaku

atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi dimana karyawan

itu bekerja

2. Adanya Standar pelaksanaan kerja (performance standart),

standart pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai

inerja tersebut. Agar penilaian itu efektif maka standar penilaian

hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang diingikan setiap

pekerjaan. Alat ukur yang baik harus memenuhi

sekurang-kurangnya dua kriteria yakni reliabilitas dan validitas. Alat yang

(43)

diukur, sedangkan alat yang reliabilitasnya tinggi apabila alat ukur

itu mempunyai hasil yang konsisten.

Melaksanakan pengukuran atau penilaian terhadap

pelaksanaan kinerja dibutuhkan suatu penilaian yang memenuhi

syarat-syarat tertentu :

1. Relevance (hubungan), artinya bahwa sesuatu sIstem penilaian

digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan yang ada hubungan

antara hal pekerjaan dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.

2. Acceptability (dapat diterima), artinya hasil dari system penilaian

tersebut dapat diterima dari kesuksesan pelaksanaan pekerjaan

dalam suatu organisasi.

3. Relaibility (dapat dipercaya) artinya hasil dari system penilaian

tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas system penilaian

dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : waktu dan frekwensi

penilaian.

4. Sensitifity (kepekaan), berarti sistem penilaian tersebut cukup

peka menunjukan kegiatan yang berhasil atau gagal dilakukan

oleh seseorang karyawan, hal ini sangat penting karena jangan

sampai terjadi suatu sIstem tidak memiliki kemampuan

membedakan karyawan yang berhasil dan karyawan yang tidak

(44)

5. Practicality (dapat dipraktekkan), berarti system penilaian dapat

mendukung secara langsung tujuan organisasi perusahaan melaui

peningkatan produktivitas para karyawan.

2.2.5.5. Kegunaan Penilaian Kinerja

Anoraga (1995) merinci kegunaan penilaian kinerja sebagai

berikut:

1. Perencanaan dan pengembangan karier

2. Umpan balik kinerja mengarahkan keputusan-keputusan karir

yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti

3. Perbaikan kinerja

4. Umpan balik pelaksanaan memungkinkan karyawan, manajer dan

deparrtemen personalia dapat membetulkan kegiatankegiatan

mereka untuk memperbaiki kinerja

5. Penyesuaian kompensasi-kompensasi

6. Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk

kompensasi lainnya

7. Keputusan-keputusan penempatan

8. Promosi, transver dan demosi biasanya didasarkan pada kinerja

masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan

merupakan bentuk penghargaan terhadap kinerja

(45)

10. Kinerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan.

Demikian juga kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi

yang harus dikembangkan

11. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

12. Kinerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia

13. Ketidakakuratan informasional

14. Kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan

dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya

manusia, atau komponen-komponen lain system informasi

manajemen personalia. Menggantungkan diri pada indormasi

yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan

personalia yang diambil tidak tepat

15. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan

16. Kinerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan

dalam desain pekerjaan. Pekerjaan kinerja membantu diagnosa

kesalahan-kesalahan tersebut

17. Kesempatan kerja yang adil

18. Penilaian kinerja secara akurat akan menjamin

keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi

19. Tantangan-tantangan eksternal

20. Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh factor-faktor diluar

lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial

(46)

2.2.5.6. Ukuran-Ukuran Penilaian Kinerja

Menurut Gomes (2000) ada beberapa tipe kriteria kinerja yang

didasarkan atas deskripsi perilaku yang spesifik, diantaranya adalah:

1. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

periode waktu yang telah ditentukan

2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya

3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan

dan ketrampilannya

4. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan

dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

yang timbul

5. Cooporation, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang

lain (sesama anggota organisasi)

6. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal

kehadiran dan penyelesaian pekerjaan

7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan

dalam memperbesar tanggungjawabnya

8. Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

(47)

2.3. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Timur

Motivasi kerja seorang tenaga kerja sangat berpengaruh

terhadap kinerja yang dapat dicapai dalam pekerjaannya (Anwari,

2000). Perilaku seorang karyawan dapat berubah karena perubahan

yang dialaminya secara pribadi. Jalannya perubahan tersebut dapat

cepat atau lambat tergantung pada lingkungan individu yang

bersangkutan.

Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu

faktor penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja.

Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan upaya yang

tinggi untuk mencapai tujuan organisasi (Stephen P. Robbins, 2001).

Ada tiga elemen kunci dalam motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi

dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas.

Bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat

tenaga untuk mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi

akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan

intensitas dan kualitas dari upaya tersebut serta difokuskan pada

tujuan organisasi. Kebutuhan adalah kondisi internal yang

menimbulkan dorongan, dimana kebutuhan yang tidak terpuaskan

akan menimbulkan tegangan yang merangsang dorongan dari dalam

diri individu. Dorongan ini menimbulkan perilaku pencarian untuk

(48)

Motivasi individu akan berbeda dengan motivasi kelompok

perubahan dalam kelompok berjalan lebih lambat daripada

perubahan yang terjadi pada individu serta ditunjang dengan

perubahaan lingkungan kerja. Perubahan tersebut memerlukan

kekuatan penyebab yang cukup besar untuk dapat terlaksana, dan

berlangsung terhadap anggota-anggota dalam kadar kontribusi yang

tinggi.

Motivasi kelompok dapat diperoleh dengan jalan harga rata-rata

atau harga dominant dari faktor-faktor motivasinya, hubungan

motivasi dengan kinerja pada tingkat perusahaan tampaknya

tergantung kepada motivasi unsur manajemen dalam segala tingkat

hierarki perusahaan yang berperan didalamnya, oleh karena itu yang

perlu mendapat sorotan adalah bentuk kepemimpinannya bersifat

tunggal ataukah bersifat kelompok.

Motivasi manager suatu perusahaan akan disesuaikan dengan

kriteria penilaian atas keberhasilan dalam melakukan fungsinya

salah satu elemen yang ada pada individu sebagai peserta

organisasi dalam berperilaku dengan tujuan peningkatan kinerja dan

(49)

2.4. Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan

perilaku dan hasilnya. Yang dimaksud dengan kemampuan atau

abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan

sesuatu kegiatan secara phisik atau mental yang ia peroleh sejak

lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi, 2003 :24). Sedangkan

menurut Robbins dalam bukunya Perilaku Organisasi (2003 :52)

kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai

tugas dalam pekerjaan tertentu.

Pegawai Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur memiliki

Kemampuan yang tinggi, diantaranya :

1. Kemampuan teknis seperti meningkatkan pelaksanaan rehabilitasi

hutan dan lahan kritis, serta pelaksanaan perhutanan social, dll

2. Kemampuan sosial seperti Meningkatkan peran masyarakat

dalam pembangunan kehutanan yang berkelanjutan, dll

3. Kemampuan konseptual seperti Mengembangkan sistem

perencanaan yang mantap, sistem informasi yang akurat,

inventarisasi, pengelolah data dan litbang bidang kehutanan serta

jaringan kerjasama dengan seluruh stakeholder dalam

pembangunan kehutanan, dll

Seluruh pekerjaan kantor sebagai Dinas Kehutanan Propinsi

Jawa Timur dapat diselesaikan dengan baik, tepat waktu dan sesuai

(50)

Penguasaan terhadap teknologi dan menyesuaikan diri

terhadap perubahan globalisasi, sebagai pegawai Dinas Kehutanan

Propinsi Jawa Timur dituntut menciptakan inovasi-inovasi baru dalam

melayani masyarakat sehingga akan terlihat kemampuan seorang

pegawai untuk meningkatkan kinerja pegawai.

Dengan demikian disimpulkan bahwa kemampuan kerja

pegawai akan meningkatkan kinerja pegawai. Apabila seorang

pegawai memilki kemampuan yang rendah maka kinerjanya

cenderung menurun, begitu pula jika seorang pegawai memiliki

kemampuan yang tinggi maka kinerjanya cenderung meningkat.

2.5. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas

Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para

pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan

membuat sistem penilaian kinerja yang adil. Sistem tersebut

umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai yang ada misalnya

mulai dari jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan, kecepatan kerja,

komunikasi dengan pekerja lain, perilaku, pengetahuan atas

pekerjaan, dan lain sebainya.

Para karyawan mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan

pengorbanan dirinya dengan kompensasi yang diterima. Apabila

karyawan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat,

(51)

kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi perusahaan

apabila pesaing merekrut / membajak karyawan yang merasa tidak

puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan /

organisasi.

2.6. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, penelitian sebelumnya dan

landasan teori sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya,

berikut ini adalah salah satu kerangka teoritis yang melandasi

adanya pengaruh motivasi, kemampuan dan kompensasi terhadap

kinerja pegawai.

Motivasi (X1)

Kemampuan (X2)

Kompensasi (X3)

(52)

2.7. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja

H2 : Kemampuan berpengaruh positif terhadap kinerja

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Tipe penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

penjelasan (explanatory atau confirmatory research), yang menyoroti

hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis

yang telah dirumuskan sebelumnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei,

dalam survai informasi dikumpulkan dari responden dengan

menggunakan kuisioner. Umumnya, pengertian survai dibatasi pada

pengertian survai sampel dimana informasi dikumpulkan dari

sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singaribum dan

Effendy dalam Safari, 2010)

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.2.1. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini, dapat diidentifikasikan sebagai

berikut :

1. Variabel laten eksogen semua variabel yang tidak ada penyebab

eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak panah yang

menuju kearahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran

(Sarwono, 2007). Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah

(54)

2. Variabel laten endogen adalah variabel yang mempunyai anak

panah anak panah menuju kearah variabel tersebut (Sarwono

2007). Variabel endogen dalam penelitian ini adalah kinerja

pegawai.

3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Adapun definisi operasional variabel motivasi kerja,

kemampuan kerja, kompensasi dan kinerja adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Kerja (X1)

Motivasi kerja merupakan dorongan atau keinginan

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan

dengan memberikan sesuatu yang terbaik dari dirinya, baik waktu

maupun tenaga demi tercapainya tujuan yang diinginkan (radiq,

1998).

Indikator motivasi esuai dengan Teori Dua Faktor

Kebutuhan Menurut Herzberg (dalam Tampubalon, 2004), adalah

sebagai berikut :

a. Pengukuran keberhasilan pekerjaan (X1.1)

b. Tanggung jawab (X1.2)

c. Hubungan interpersonal antara rekan kerja (X1.3)

(55)

2. Kemampuan Kerja (X2)

Kemampuan kerja merupakan suatu kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. (Robbins,

1998). Robins (1998) juga berpendapat bahwa

kemampuan-kemampuan keseluruhan dari seorang individu pada hakekatnya

tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual

dan kemampuan fisik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka indicator pada variabel

kemampuan kerja adalah :

a. Pendidikan (X2.1)

b. Prestasi (X2.2)

c. Stamina (X2.3)

3. Kompensasi Kerja (X3)

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh

organisasi / perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat

finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Indikator

Kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap karyawan yaitu:

a. Gaji (X3.1)

b. Tunjangan (X3.2)

4. Kinerja Pegawai (Y)

Kinerja pegawai merupakan tingkat keberhasilan seorang

pegawai dari hasil atau output yang dihasilkan dari fungsi atau

(56)

Sesuai dengan pendapat Gomes (2000), maka indikator

yang digunakan untuk variabel kinerja pegawai adalah :

a. Kemampuan menyelesaikan tugas (Y1)

b. Penguasaan tugas (Y2)

c. Tanggung jawab (Y3)

d. Kreatif (Y4)

e. Kerja sama dengan orang lain (Y5)

3.2.3. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval, sedangkan teknik pengukuran variabelnya

menggunakan semantic differential scale yang mana terdapat dua

kutub yang berlawanan dengan 7 (tujuh) tingkatan yang ditempatkan

sebagai berikut :

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 Sangat setuju

Jawaban dengan nilai antara 1 sampai 2, berarti cenderung

sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan pada setiap

variabel. Nilai 3 merupakan nilai tengah antara setuju dengan tidak

setuju dengan pertanyaan yang diberikan pada setiap variabel.

Jawaban antara 4 sampai 5 berati cenderung sangat setuju dengan

pertanyaan yang diberikan pada setiap variabel. Selanjutnya

kuesioner akan disusun berdasarkan urutan variabel masing-masing,

dan jawaban yang tepat menurut responden dipilih dengan

(57)

Pertanyaan pada kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui

keberadaan dari variabel tersebut. Setiap variabel yang diteliti

diwakili oleh beberapa pertanyaan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Umar Syarif populasi diartikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai

karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada lingkup

Dinas Kehutanan Popinsi Jawa Timur di Surabaya, dimana jumlah

pegawai adalah sebanyak 259 orang.

3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability

sampling dan cara pengambilan sampel yang digunakan adalah

simpel random sampling, dimana peneliti memberi batasan pada

relevan dengan memperhatikan target dan karakteristik populasi

yang telah ditentukan, sehingga anggota sampel yang ada sudah

dianggap dapat mewakili karakteristik yang telah diukur.

Jumlah sampel didasarkan oleh asumsi SEM bahwa besarnya

(58)

(Augusty,2002:48). Pada penelitian ini 14 indikator, sehingga jumlah

sampel yang diestimasikan yaitu antara 100-200.

Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah sebesar 109 responden, hal ini dilakukan agar dapat

memenuhi persyaratan jumlah minimum sampel yang dikehendaki

oleh alat analisis yang ditetapkan, yaitu :

Tabel 3.1 : Jumlah Sampel

No Jabatan Jumlah

1 Sekretaris 1

2 Kepala Bidang 4

3 Kepala Seksi 15

4 Staf 89

Jumlah 109 orang

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Dalam mengadakan penelitian ini diperlukan teknik atau cara

agar penelitian ini dapat berhasil dengan baik sehingga penelitian ini

tersusun dengan baik dan teratur. Pada dasarnya jenis data ada 2

macam yaitu :

1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama

baik dari individu ataupun perorangan seperti hasil wawancara

atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti

(Umar, 2007;42).

2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih

(59)

pihak lain. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk

diproses lebih lanjut (Umar, 2007: 42).

3.4.2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersumber dari hasil pengisian

kuesioner kuisioner kepada responden yaitu pegawai lingkup Dinas

Kehutanan Propinsi Jawa Timur di Surabaya yang berjumlah 109

orang.

3.4.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode

pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok (Nazir,

2005;175-203) :

1. Pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

Pengamatan (observasi) baru tergolong sebagai teknik

mengumpulan data jika pengamatan digunakan untuk penelitian

dan direncanakan secara sistematik, pengamatan harus berkaitan

dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan, dan

pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan

dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set

Gambar

Gambar 4.1  : Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi
Gambar 2.1 : Tiga Elemen dari Proses Motivasi
Gambar 2.3 : Perbandingan teori-teori hirarki kebutuhan dari
Gambar 2.4 : Proses Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Permasalahan yang sering dihadapi oleh para pegawai pensiunan yaitu keterlambatan dalam memproses gaji pegawai pensiun, dikarenakan system yang telah ada kurang maksimal dalam

[r]

Singkapan batuan di daerah Tanjungbatu dimana endapan jatuhan pirokastik ditindih secara langsung oleh aliran lava andesit basal, tebal keseluruhan lebih dari 25

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif melalui gembol, efektif dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas XI MIPA-1 SMA Negeri

Saran yang yang dapat diberikan : pada pemeliharaan itik lokal perlu diberikan probiotik bakteri asam laktat setiap 7 hari sekali untuk menghemat biaya pakan dan

Of all identified aspects with direct incidence in the implementation of breeding plans, the lack of specific national policies coupled with long-term funding to

c. Isi Surat Perintah Tugas memuat dasar dan pertimbangan perintah penugasan, nama jabatan yang diberi tugas, jenis tugas yang harus dilaksanakan dan